BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang sekarang ini, pembangunan pariwisata dijadikan prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata bukan hanya untuk wisatawan mancanegara saja, namun juga untuk menggalakan
kepentingan
wisatawan
dalam
negeri.
Pembangunan
kepariwisataan pada hakikatnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora fauna, seni budaya, peninggalan sejarah, benda-benda purbakala serta kemajemukan budaya (Sujali, 2009). Indonesia merupakan Negara yang mempunyai alam dan potensi wisata yang sangat indah. Semua itu dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai daya tarik wisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan. Negara Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata di kawasan Asia Pasifik memiliki potensi cukup besar dalam kepariwisataan baik potensi fisik maupun potensi sosial budaya yang merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata. Melalui sektor pariwisata Indonesia berusaha untuk menjadikan sumber devisa dan penghasilan melalui pendapatan pariwisata bagi pemerintah dan masyarakat. Wisatawan yang berkunjung merupakan sumber devisa yang dapat meningkatkan pendapatan Negara dan pendapatan masyarakat di lokasi daya tarik wisata (Renda, 2010). Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani wisatawan. Kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi-segi kehidupan dalam masyarakat, mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata, makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan, dan lain-lain. Usaha ini untuk mendorong dan meningkatkan arus kunjungan wisatawan mancanegara
1
maupun wisatawan nusantara, sehingga memungkinkan perekonomian dalam negeri semakin maju dan berkembang (Renda, 2010). Bertolak pada Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1 ayat 3) yang menjelaskan bahwa Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Maka dengan demikian, seharusnya pihak-pihak yang disebutkan di atas memberikan perhatian yang lebih terhadap Pariwisata, baik itu dukungan fasilitas maupun layanan terhadap wisatawan. Lebih jelas lagi dalam pasal 30, pemerinah daerah/kota diberikan wewenang dalam menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota; menetapkan destinasi (daerah tujuan wisata) pariwisata kabupaten/kota; menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota; melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata; mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya; memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya; memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru Pengembangan Pariwisata perlu direncanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan, yang berbasis pada penggalian potensi sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah atau kawasan sehingga menciptakan iklim yang kondusif
bagi
para
pengusaha/pemilik
usaha
pariwisata
dalam
penyelenggaraan dan pelayanan wisata. Perencanaan pengembangan kawasan wisata yang terarah dapat berarti menciptakan kesempatan seluas luasnya kepada wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata agar dapat memperoleh pengalaman, pengetahuan dan kepuasan secara psikologis. Pengembangan kawasan wisata juga dapat memberdayakan masyarakat sekitar dengan tetap melibatkan masyarakat di kawasan tersebut. Pembangunan Pariwisata merupakan suatu proses perubahan untuk menciptakan nilai tambah dalam segala aspek bidang pariwisata, mulai dari sarana dan prasarana, Objek Daya Tarik Wisata (ODTW), dan aspek-aspek lainnya. Salah satu bentuk pariwisata yang ada antara lain pariwisata pesisir.
2
Pengembangan pariwisata pesisir sendiri pada dasarnya difokuskan pada pemandangan, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing–masing daerah. Reaksi atas pengembangan pariwisata ini dapat berupa implikasi negatif berupa terdegradasinya lingkungan akibat eksploitasi sumber daya untuk aktivitas pariwisata, sehingga diperlukan pengelolaan dan pengembangan pariwisata bahari yang berkelanjutan yang memperhatikan kebutuhan generasi saat ini dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan (hidup) generasi penerus di waktu yang akan datang. Konsep pariwisata pesisir berkelanjutan (sustainable coastal tourism) adalah pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan maupun daerah tujuan wisata pada masa kini, sekaligus melindungi dan mendorong kesempatan serupa dimasa yang akan datang. Pariwisata berkelanjutan mengarah pada pengelolaan seluruh sumberdaya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, estetika dapat terpenuhi sekaligus
memelihara
integritas
kultural,
proses
ekologi
essensial
keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan (WTO, 1980) Kabupaten Sumbawa dengan lokasi strategis yang terletak pada lintas pariwisata seperti Bali, Pulau Lombok, Taman Nasional Komodo dan Tanah Toraja di Sulawesi Selatan, sehingga berpeluang menjadi salah satu pusat pertumbuhan di kasawasan Indonesia Bagian Timur. Oleh karena itu, pemerintah daerah terus berbenah dengan upaya penumbuhan dan pengembangan disektor pariwisata, diantaranya dengan mempersiapkan visit Lombok-Sumbawa. Adapun objek wisata yang dimiliki Kabupaten Sumbawa sangat menarik, baik berupa objek wisata alam maupun buatan. Ada 8 lokasi menarik yang ada di Kabupaten Sumbawa Besar yaitu, salah satunya Pantai Goa. Pantai Goa merupakan salah satu objek wisata di kawasan kota Samawa Rea. Pantai Goa secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Labuan Badas. Kawasaan ini merupakan pusat kuliner yang menjajakan makanan khas hasil laut seperti sepat, singang, ikan bakar, cumi bakar dan lain-lain yang merupakan makanan khas Sumbawa. Kawasan Panatai Goa
3
difasilitasi dengan area rekreasi, gazebo/beruga dan panggung teater sebagai ajang ekspresi masyarakat Sumbawa. Walaupun sudah kelihatan lengkap tetapi pada Faktanya menunjukkan bahwa banyak daerah tujuan wisata di dalam negeri, termasuk Pantai Goa, belum sepenuhnya mengantisipasi perkembangan pariwisata yaitu permintaan terhadap produk dan layanan yang berkualitas, baik melalui penyiapan pengembangan kawasan yang atraktif dengan obyek dan atraksi yang menarik maupun sarana dan prasarana pariwisata yang sesuai. Disatu sisi daerah Sumbawa Besar
berkeinginan
untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan pembangunan, namun di sisi lain upaya-upaya konkrit dan terukur yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut relatif masih sangat terbatas, padahal kesiapan secara optimal sangat dibutuhkan untuk menuju tujuan yang diinginkan. Sebab itu, diperlukan suatu kajian untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan berdasarkan potensi sumber daya alam sesuai dengan kaidah-kaidah keberlanjutan lingkungan. Pada tahun anggaran 2009, Departemen Pekerjaan Umum direktorat jenderal cipta karya membuat perencanaan desain kawasan Sumbawa(lokasi Pantai Goa – Kab. Sumbawa). Pada dokumem perencanaan tersebut isinya terprogram dengan baik dan terstruktur. Perencananaan tersebut disusun oleh para ahlinya, dalam proses analisis yang dilakukan begitu matang dan sosialisasi telah dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait mengenai pembangunan kawasan Pantai Goa tersebut dengan table indikasi program pembangunan kawasan tapak yang terencana juga. Setelah melihat kondisi dilapangan dan menyesuaikan dengan tabel indikasi program yang telah disusun, ternyata masi banyak program yang belum terimplementasi dan ada beberapa program yang tidak berjalan. Pada hasil penelusuran secara sekilas menimbulkan beberapa pertanyaan mengenai implementasi program tersebut yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Dari sinilah peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai evaluasi program yang telah direncana tersebut.
4
1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut makah pertanyaan penelitian yang dapat diambil sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi program pengembangan di kawasan wisata Pantai Goa ? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program pengembangan kawasan wisata di Pantai Goa ?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Mengevaluasi implementasi program pengembangan di kawasan wisata Pantai Goa Sumbawa Besar. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program pengembangan kawasan wisata di Pantai Goa
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.4.1
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan
tambahan referensi penelitian dalam bidang pengetahuan dibidang perencanaan wilayah dan kota khususnya terkait dengan evaluasi pembangunan kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan, Sumbawa 1.4.2 a.
Manfaat Praktis Bagi lokasi penelitian Sebagai bahan masukan dan evaluasi kepada pemerintah daerah
terhadap pembangunan pengembangan kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan, Sumbawa sehingga pemerintah dapat mengambil suatu kebijakan yang tepat. b.
Bagi Universitas Gajah Mada Sebagai
sumber
informasi
tentang
evaluasi
pembangunan
pengembangan kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan,
5
Sumbawa dan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan dosen di perpustakaan Universitas Gajah Mada c.
Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan acuan dan tambahan referensi penelitian dibidang perencanaan wilayah dan kota sehingga peneliti berikutnya memiliki dasar yang memperkuat penelitianya
1.5 Batasan Penelitian 1.5.1
Fokus Penelitian Fokus pada penelitian adalah mengevaluasi sejauh mana perencanaan
kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan, Sumbawa telah diimplementasikan. 1.5.2
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian
terletak di kawasan wisata kuliner di Pantai Goa,
kecamatan Labuan, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
1.6 Keaslian Penelitian dan Penelitian Terkaitan Evaluasi perencanaan sejenis untuk lokasi Pantai Goa belum ada, karena Pantai Goa merupakan tempat wisata yang belum terlalu lama dikenal oleh masyarakat luas. Serta belum begitu banyak ditemukan refrensi terkait dengan penelitian yang akan dilakukan khususnya penelitian evaluasi perencanaan wisata kuliner di Pantai Goa. Berikut ini adalah beberapa penelitian terkait evaluasi perencanaan mengenai kawasan pesisir atau penelitian sejenis dengan penelitian yang diangkat dalam skripsi ini telah dilakukan oleh beberapa penelitian, antara lain: Tabel 1.1.Daftar Perencanaan yang Sejenis No
Judul dan
Fokus
Metode
Penulis 1
Perbedaan Penelitian
Evaluasi
Mengevaluasi
Penelitian
Subyek yang
tatanan wisata
tatanan wisata
dilakukan secara
diteliti dan fokus
deduktif menggali
penelitian
kuliner di
kuliner di pesisir
6
No
Judul dan
Fokus
Metode
Penulis
Penelitian
pesisir pantai
pantai lebih,
permasalahan
lebih, Gianyar,
Gianyar, Bali
yang ada dengan
Bali ( I Putu Gunardi, 2008)
Perbedaan
terutama tatanan
studi evaluasi
dari penjual makanan.
2
Evaluasi
Mengevaluasi
Penelitian
Subyek
ketertinggalan
ketertinggalan
dilakukan dengan
Penelitian,
wilayah
suatu wilayah
menggunakan
komparasi
kecamatan yang
kualitatif dan
pengunaan
kuantitatif dengan
kuantitif
Kecamatan di Kabupaten
dilihat dari
Sumbawa
kriteria
(Aini Fitri Maulidianti, 2014)
penentuan KPDT evaluasi yang di dan juga
dasari pada
menduga faktor
kriteria dan
lain di luar kriteria KPDT 3
pendekatan
indikator penentuan KPDT.
Evaluasi
Mengevaluasi
Metode penelitian
Subyek penelitian
Pelaksanaan
Program
yang
serta metode
Program
Pengembangan
digunakan dalam
penelitian yang
Pengembangan
Objek Wisata
penelitian ini
digunakan
Objek
Goa Putri di desa
adalah metode
berbeda
Wisata Goa
Padang Bindu
penelitian
Putri Di Desa
Kecamatan
deskriptif
Padang Bindu
Semidang Aji
kualitatif.
Kecamatan
merupakan
Semidang Aji
kegiatan menilai
Tahun 2011
atau melihat
(Mardianto,
keberhasilan dan
2011)
7
No
Judul dan
Fokus
Metode
Penulis
Perbedaan Penelitian
kegagalan program atau kebijakan yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ulu. Sumber: Analisis Peneliti, 2015
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi Kawasan Wisata Berdasarkan
dalam
Undang-Undang
No.10
Tahun
2009
tentang
kepariwisataan, Kawasan Pariwisata didefinisikan sebagai kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek. Pengaruh yang dimaksud misalnya pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya. pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Pariwisata bila di tinjau secara harfiah dari asal katanya bahwa wisata atau kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenangsenang. Pariwisata adalah sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani para wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh, 1972:4). Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU RI No. 10 Tahun 2009). Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut: Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan 9
mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut.(Soekadijo,2000:3) Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf, pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara (Soekadijo,2000:12) Untuk membedakan pengertian antara wisata, wisatawan, pariwisata, kepariwisataan, usaha pariwisata obyek dan daya tarik wisata, serta kawasan wisata, saya menggunakan definisi yang ditetapkan dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan (pasal 1) yaitu : Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakaukan oelh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata dan Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh Masyarakat, Pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan. Kawasan Pariwisata Kawasan Strategi Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosisal dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
10
Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tertentuj untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang mengandung mineralyang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkanatau tempat-tempat yang menyediakan fasilitasfasilitas kesehatan lainnya. 2.2
Jenis-Jenis Wisata
Menurut Bambang Sunaryo, (2013) ada beberapa jenis kawasan wisata yang terdiri dari: a. Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum. b. Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik. c. Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain. d. Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. e. Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya. Sebagai suatu kawasan, kawasan pariwisata memiliki beberapa komponen wisata (Pendit, 1998; Gun, 1995; Inskeep, 1991). Komponen-komponen berikut perlu diperhatikan dalam mengembangkan kawasan pariwisata agar
11
kawasan tersebut memiliki pengaruh penting bagi kawasan sekitarnya, misalnya pertumbuhan ekonomi. Komponen-komponen berikut ada yang bersifat spasial dan non-spasial.
2.3
Komponen Pengembang Pariwisata Menurut (Inskeep, 1991), di berbagai macam literatur dimuat berbagai
macam komponen wisata. Namun ada beberapa komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-komponen wisata tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata Kegiatan-kegiatan wisata yang dimaksud dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk mengunjungi sebuah obyek wisata. b. Akomodasi Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang mereka lakukan. c. Fasilitas dan pelayanan wisata Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operations (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya : restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cinderamata, tokotoko khusus, toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi (seperti salon kecantikan), fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum (termasuk kantor polisi dan pemadam kebakaran), dan fasilitas perjalanan untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai). d. Fasilitas dan pelayanan transportasi
12
Meliputi transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara. e. Infrastruktur lain Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase, saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram, telex, faksimili, dan radio). f. Elemen kelembagaan Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan; menyusun strategi marketing dan program promosi; menstrukturisasi organisasi wisata sektor umum dan swasta; peraturan dan perundangan yang berhubungan dengan wisata; menentukan kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta;
mengendalikan
program
ekonomi,
lingkungan,
dan
sosial
kebudayaan. Menurut (Gunn 1995, : 57-7), mengemukakan bahwa komponen dasar pariwisata yaitu: 1. Atraksi / daya tarik wisata dikategorikan dalam : a. Sumber daya alam meliputi: air mancur, kolam, sungai b. Sumber daya dan budaya, meliputi arkeologi, sejarah, perdagangan, hiburan, kesehatan, keagamaan, dan olahraga. 2. Akomodasi, tempat makan dan minum, tempat belanja, aksesibilitas 3. Transportasi udara, mobil, kereta kuda, kereta listrik, rel kereta api, pelabuhan, dan lain sebagainya 4. Air bersih, pembuanagn limbah, keamanan, listrik dan pemadam kebakaran Menurut (Pendit, 1998;8), mengemukakan bahwa komponen dasar pariwisata yaitu: 1. Politik pemerintah , yaitu sikap pemerintah dalam menerima kunjungan
13
wisatawan ke negaranya. Unsur ini terdapat dua bagian yaitu polotik pemerintah yang langsung yaitu politik yang langsung mempengaruhi perkembangan pariwisata di Negara tersebut, dan politik pemerintah yang tidak langsung, yaitu keadaan atau kondisi social, ekonomi dan politik yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan pariwisata. 2. Perasaan ingin tahu. Dasar yang paling hirarki yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang selalu ingin mengetahui segala sesuatau selama hidupnya. 3. Sifat ramah tamah yang merupakan faktor potensial dalam pengembangan pariwisata. 4. Jarak dan waktu (aksesibilitas). Ketepatan, kecepatan dan kelancaran merupakan hal yang dapat mengurangi waktu tempuh yang dipergunakan. 5. Daya tarik, merupakan segala sesuatau yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Daya tarik ini meliputi panorama keindahaan alam, lembah, ngarai, danau, air terjun, gua, pantai, iklim dan lain sebagainya. 6. Akomodasi, merupakan unsur dengan sendirinya dibutuh kan dan merupakan rumah sementara bagi wisatawan. Akomodasi in imeliputi : hotel, penginapan, mess, griya wisata, losmen, pondik remaja dan perkemahan. 7. Pengangkutan. Syarat-syarat tertentu dalam pengangkutan jalan yang baik lalu lintas yang lancer, alat yang cepat. 8. Harga-harga : dalam menentukan harga-harga, baik itu ongkos transportasi, akomodasi, souvenir dan lainnya tidak melebihi harga standar. 9. Publisitas dan promosi, berupa propaganda yang didasarkan atas rencana atau program yang berkesinambungan. 10. Kesempatan berbelanja, yaitu kesempatan untuk membeli barang-barang atau oleh-oleh unhtuk dibawa ke tempat asalnya. Berdasarkan hasil penjelasan dari beberapa pakar pariwisata di atas, para pakar mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai komponen dasar
14
pariwisata namun ada juga beberapa bagian yang sama seperti komponenkomponen fasilitas wisata, atraksi wisata dan infrastruktur.yang hampir semua pakar menjelaskan dalam makna yang sama. Dalam kaitannya dengan penelitian “Perencanaan
kembali
kawasan
wisata
kuliner
Pantai
Goa
dengan
mengoptimalkan potensi-potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimiliki Pantai Goa” yang dilakukan oleh penulis maka komponen-komponen pariwisata yang berada di satuan kawasan wisata kuliner Pantai Goa Kabupaten Sumbawa terbagi kedalam beberapa bagian yaitu : 1. Atraksi Atraksi terbagi kedalam dua kategori yaitu: a. Obyek wisata alam, meliputi: pantai b. Obyek wisata buatan, meliputi: tempat bersejarah, keramah tamahan dan budaya, dan pusat masakan kuliner Sumbawa Besar. 2. Transportasi meliputi: jalan, kondisi jalan, jarak terminal, dan kendaraan angkutan lainnya. 3. Fasilitas dan utilitas, meliputi: listrik, air bersih, pembuangan air limbah dan persampahan, restoran, dan rentetan warung makan. 4. Kebijakan dan promosi, meliputi: a. Kebijakan pemerintah: peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pariwisata abik itu dari pemerintah maupun dari swasta. b. Publisitas dan promosi: berupakampanye atau propaganda yang didasarkan atas rencana atau program berkesinambungan. Pengembangan pariswisata adalah tidak terbatas dengan membuat tempat serta pembuatan lingkungan semata-mata. Rencana pengembangan seharusnya mencoba merubah suatu objek lingkungan menjadi objek yang baik sehingga menarik perhatian wisatawan (Marpaung, 2002:1). Produk dalam industri pariwisata merupakan kombinasi dari tiga komponen yang dianggap sangat penting yang satu dengan yang lain saling melengkapi (Oka A. Yoeti , 1998: 113). Yaitu: 1. The Accessibilities of the Destination Yaitu yaitu semua faktor yang dapat memberi kemudahan kepada
15
wisatawan untuk dapat berkunjung pada suatu DTW (daerah tujuan wisata) seperti: a. Tersedianya prasarana seperti bandara, pelabuhan, terminal, stasiun kereta api, prasarana jalan dan jembatan b. Kemudahan untuk memperoleh visa kunjungan c. Adanya jadwal penerbangan atau angkutan wisata yang lain yang tepat waktu dan dapat dipedomani untuk menyusun paket wisata d. Adanya penetapan tarif angkutan yang berlaku untuk suatu periode waktu yang efektif untuk menyusun dan promosi penjualan paket wisata e. Tersedianya sarana komunikasi yang memadai antara negara asal wisatawan (tourist generating countries), selama dalam perjalanan menuju DTW, dan pada negara atau daerah yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries). 2. The Facilities of the Destination Yaitu semua faktor yang dapat memberi atau melayani kebutuhan wisatawan jika sudah datang pada suatu DTW seperti: a. Hotel dan bentuk-bentuk akomodasi lainnya b. Restoran dan rumah makan lainna c. Pusat hiburan dan sarana rekreasi lainnya d. Pusat perbelanjaan atau toko-toko cenderamata, pusat kerjainan atau art gallery lainnya.
3. The Tourist atractions of the Destination Yaitu semua yang menjadi daya Tarik mengapa wisatawan datang berkunjung pada DTW tertentu, seperti: a. Natural resources seperti flora dan fauna, keindahan alam (natural beauty), pegunungan, pantai, danau, air terjun, gua dan sebagainya. b. Cultural resources seperti situs-situs peninggalan sejarah, bangunanbangunan purbakala, candi, pura, monumen, kolesium, muselium, adat istiadat, kesenian tradisional atau the way of life suku terasing dan lainlain.
16
c. Theme Park seperti Disneyland, Trans Studio Bandung, dan sebagainya. Dalam pengembangan pariwisata, pariwisata harus dilihat sebagai suatu sistem keterkaitan antara komponen permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri dari wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, sedangkan komponen sediaan terdiri dari aksesibilitas, objek daya tarik wisata, fasilitas dan utilitas, dan sikap penduduk terhadap pariwisata. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.
2.4 Konsep Evaluasi 2.4.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk menentukan atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program. Penilaian sistemik yang dimaksud yakni adanya urutan langkah dalam melakukan evaluasi misalnya (DCoE,2012): 1) meninjau program, 2) memformulasikan fokus dan pertanyaan evaluasi, 3) konseptualisasi dan perancangan evaluasi, 4) pengumpulan dan analisis data, serta 5) pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi sebagai masukkan pengambilan keputusan terhadap program. Patton dan Sawicki (1986) menyebutkan, pengambilan keputusan terhadap program dapat berupa rekomendasi untuk melanjutkan, memodifikasi, atau penghentian program. Kementrian Pekerjaan Umum (2012), mendefinisikan evaluasi sebagai upaya penilaian yang objektif dan sistematis terhadap kegiatan-kegiatan dan programprogram. Penilaian tersebut mencakup relevansi, efektifitas, dan konsistensi program terhadap suatu tujuan kebijakan. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang menilai dan membandingkan masukan (input), hasil (output), dan manfaat (outcome) pada suatu kebijakan atau program yang ditetapkan. Berdasarkan Organization for
17
Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Bappenas, evaluasi memiliki pengertian sebagai berikut, “…adalah penilaian sistematik dan objektif pada proyek, program, atau kebijakan yang sedang berjalan atau atau selesai, termasuk desain, implementasi, dan hasil, “ (OECD dalam Bappenas, 2011: 104) OECD juga menjelaskan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk mengukur dan memberi nilai terhadap capaian hasil-hasil pelaksanaan kebijakan atau program secara objektif dengan menggunakan metode yang tepat. Evaluasi memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pencapaian hasil, pengingkata, dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksaan rencana suatu kebijakan atau program (Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2006). Hasil identifikasi dan analisa tersebut nantinya digunakan unutk merivisi pelaksanaan rencana kebijakan atau program selanjutnya agar emnjadi lebih baik. Hanafi dkk menggunakan evaluasi untuk mengukur dampak suatu kebijakan atau program yang telah ditetapkan. Berikut ini ditegaskan secara ekslisit oleh Hanafi, dkk (1984: 4) “… dikasudkan unutk mengukur efek suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program itu dan peningkatan program pada masa datang.” Pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai dan mengukur pelaksanaan program melalui perbandingan input, output, dan outcame dengan menggunakan indikator, kriteria, dan metode tertentu. Evaluasi dapat dilakukan pada saat program tersebut sedang berlangsung atau telah selesai dilaksanakan. Hasil evaluasi tersebut nantinya dapat digunakan untuk memberikan usulan/rekomendasi dalam melakukan revisi atau perbaikan program sehingga program menjadi lebih baik dan bermanfaat.
18
2.4.2 Jenis Evaluasi Rossi (1979) dalam (sulistiowati, 2007) menyebutkan bahwa terdapat empat jenis evaluasi yaitu: 1. Evaluation for program planning and development atau sering disebut sebagai evaluasi formatif untuk merancang kebijakan agar sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. 2. Project monitoring evaluation bertujaun unutk menilai apakah program yang
telah
diimplementasikan
sesuai
dengan
rancangan
dengan
menekankan pada pertanyaan “apakah kebijakan dapat mencapai wilayah kelompok sasaran (target group) dan apakah usaha-usaha yang diambil dalam prakteknya sesuai dengan apa yang terinci dalam desain program.” 3. Impact evaluation mengarah pada sejauh mana program menyebabkan perubahan sesuai dengan yang dikeendaki (intended impact). 4. Economic efficiency evaluation untuk menghitung efisiensi ekonomi kebijakan, berapa besar biaya dan bagaimana jika dibandingkan dengan keuntungan total yang diperolehnya. Sementara itu, menurut Suryahadi (2007) evaluasi terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan tujuan dan waktu pelaksanaannya. Evaluasi berdasarkan tujuan terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu evaluasi proses, evaluasi biaya manfaat, dan evaluasi dampak. Di sisi lain, evaluasi berdasarkan waktu pelaksanaan memilki 2 macam yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. 1. Jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan. Menurut Surhayadi (2007) dan Solihin (2012), evaluasi formatif dilaksanakan waktu pelaksanaan program, sedangkan evaluasi sumatif dilaksanakan pada saat pelaksanaan program telah selesai. Berikut ini merupakan rincian evaluasi formatf dan evaluasi sumati: a. Evaluasi formatif Evaluasi ini berfokus pada proses imiplementasi program atau kebijakan untuk menilai efektifitas dan efisiensinya. Pelaksanaan evaluasi
19
dilakukan ketika program ini sedang berjalan. Beberapa tujuan evaluasi frmatif yaitu: 1. Untuk mengukur hasil pelaksanaan program secara periodik 2. Untuk mengukur apakah penerima manfaat dari program tersebut bergerak kearah tujuan yang direncanakan 3. Untuk mengukur apakah input telah dipergunakan sesuai dengan rencana 4. Unutk menentukan perbaikan jika terjadi penyimpangan baik negatif maupun positif. 5. Memberikan umpan balik b. Evaluasi sumatif Evaluasi
ini
menilai
implementasi
program
atau
kebijakan
berdasarkan hasilnya. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program degnan tujuan: 1. Menemukan dan menilai hasil dan pengaruh intervensi program 2. Mengukur respon penerima manfaat mengenai intervensi program 3. Menentukan keberhasilan terhadap pencapaian tujuan program 4. Menentkan pakah penerima manfaat mendaptkan manfaat dari program 5. Memberikan informasi terkait dengan temuan evaluasi kepada pemangku kepentingan 6. Mengambil
keputusan
apakah
program
harus
dihentikan,
dikembangkan, dihentikan atau dilaksanakan di tempat lain. Menurut Yusuf dalam Kurnia (2010), jenis evaluasi berdasarkan waktu dibedakan menjadi: a. Evaluasi ex-ante Evaluasi ini dilakukan terhadap rencana kegiatan, misalnya pada seminar proposal rencana penelitian b. Evaluasi ex-post 1. On going evaluation (evaluasi saat program masih berlangsung)
20
Evaluasi ini untuk menganalisis relevansi, efektifitas, dan efisiensi kegiatan program masih dapat dijalankan. Evaluasi ini digunakan unutk menguji asumsi yang telah dirumuskan saat masa persiapan program apakah masih berlaku atau memerlukan penyesuaian unutk menjaminkan tujuan program dapat tercapai. Evalausi ini juga dapat digunakan unutk membantu para pengambil keputusan dengan menyediakan informasi tentang langkah penyesuaian yang perlu diambil terkait dengan tujuan, kebijakan, dan strategi pelaksanaan program. 2. Evaluasi akhir Evaluasi ini dilaksanakan 6-12 bulan setelah program selesai dilaksanakan. Evaluasi akhir dapat digunakan unutk menghitung atau mengukur output dan sifatnya bisa diukur pada saat itu juga. 3. Evaluasi dampak Damapak dapat dievaluasi setelah program selesai dalam kurun waktu cukup lama. 2. Jenis evaluasi menurut tujuan berdasarkan Bappenas (2009) Terdapat 4 (empat) jenis evaluasi berdasarkan tujuan yaitu evaluasi formulasi, evaluasi proses, evaluasi biaya-manfaat/efektifitas (cost-benefit) dan evaluasi dampak. a. Evaluasi formulasi mengkaji ketepatan metode yang digunakan dalam formulasi desain kebijakan atau program yang dilakukan pada saat penyusun awal. b. Evaluasi prose menelaah kesesuaian pelaksanaan kebijakan atau program berjalan terhadap pencapaian sasaran. c. Evaluasi cost-benefit lebih menekankan pada efektifitas kebijakan atau program untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. d. Evaluasi dampak mendalami pengaruh ata manfaat program terhadap penerima manfaat (perorangan, rumah tangga, atau masyarakat umum). Selain itu, dilakukan pula analisa perubahan positif dan negatif yang dihasilkan dari invensi pembangunan secara langsung maupun tidak
21
langsung baik yang diharapakan amupun yang tidak diharapakan dari pelaksanaan kebijakan atau program tersebut. Dampak tersebut mencakup indikator sosial, ekonomi, lingkungan, dan lain-lain. Jenis evaluasi tersebut dirangkum oleh Djunaedi (2011) dalam Gamabr 2.1 di bawah ini:
Gambar 2.1 Fokus Studi Evaluasi Sumber: Djunaedi (2011), dengan modifikasi
2.5 Kriteria dan Standar Kriteri dan standar dalam evaluasi ini mengacu pada komponen-komponen dasar pariwisata, yaitu akomodasi dan fasilitas wisata, infrastruktur, aksesibilitas dan fasilitas transportasi, atraksi / daya tarik wisata dan kelembagaan.
22
2.5.1
Kriteria evaluasi dalam komponen akomodasi dan fasilitas wisata Dalam komponen akomodasi dan fasilitas wisata kriteria yang digunakan
adalah terbangunnya akomodasi dan fasilitas penunjang wisata. Adapun contohnya seperti, hotel, tokoh souvenir, tempat makan dan tempat minum. Standar dalam kriteria ini yaitu disesuaikan dengan target kunjungan dan cakupan kawasan wisata. Standar dan kriteria merujuk dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.33/Men/2012. 2.5.2 Kriteria evaluasi dalam komponen infrastruktur Dalam komponen infrastruktur ada 6 (enam) kriteria yang digunakan yaitu tersedianya sarana kawasan wisata, tersedianya sarana pendukung kegiatan ekonomi nelayan, terdapatnya sumber air bersih, tersedianya drainase, terdapatnya jalur pejalan kaki, dan terdapatnya jaringan listrik. Dengan standar masing-masing kriteria berbeda-beda yaitu sarana pendukung kawasan wisata mampu melayani kebutuhan kawasan, sarana pendukung kawasan ekonomi local mampu melayani kebutuhan kawasan, sarana air bersih mampu melayani kebutuhan kawasan wisata serta kegiatan ekonomi local dalam kawsan, mampu menampung limpasan air hujan maupun air limbah, jalur pejalan kaki yang memenuhi standar, dan jaringan listrik yang mampu melayani kawasan wisata dan memiliki standar keamanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar dan kriteria yang digunakan merujuk dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.33/Men/2012, PT PLN (2010). 2.5.3 Kriteria evaluasi dalam komponen aksesibilitas dan fasilitas Dalam komponen aksesibilitas dan fasilitas terdapat 2 (dua) kriteria dan 2 (dua) standar yaitu: terbangunnya dermaga yang sesuai standard an syarat yang telah ditetapkan dengan standar mampu menampung kapal wisatawan dan nelayan, tersedianya jaringan jalan menuju kawasan wisata dengan standar jaaringan jalan harus baik dan mudah dilalui oleh pengunjung, tersedianya fasilitas pendukung aksesibilitas pendukung yaitu parker dangan standar parkiran yang mampu menampung kendaraan pengunjung. Standard dan kriteria yang digunakan mengacu pada dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.33/Men/2012.
23
2.5.4 Kriteria evaluasi dalam komponen atraksi atau daya tarik wisata Komponen atraksi atau daya tarik wisata dengan kriteria tersedianya atraksi wisata alam maupun buatan yang dapat menarik wisatawan dan standar minimal adanya kelembagaan pengelola kawasan wisata dan sarana pendukung. Standar dan kriteria mengacu pada dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.33/Men/2012. 2.5.5
kriteria evaluasi kelembagaan Dalam komponen kelembagaan kriteria yang digunakan adalah tersedianya
infrastruktur kelembagaan misalnya lembaga pengelola, kantor pengelola atau secretariat dengan standar minimal adanya kelembagaan pengelola kawasan wisata dan sarana pendukungnya. Standar dan kriteria mengacu pada dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.33/Men/2012.
24
Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi Dalam Komponen Utama Dalam Kawasan Wisata No. 1
2
3
Komponen dasar Kriteria pariwisata Akomodasi dan Terbangunnya akomodasi dan fasilitas wisata fasilitas penunjang wisata: misalnya hotel, toko souvenir, tempat makan dan tempat minum Infrastruktur Tersedianya sarana pendukung kawasan wisata terkait misalnya: lampu suar, tempat pelelangan ikan. Tersedianya sarana pendukung kegiatan ekonomi nelayan misalnya: SPDN, pabrik es terdapatnya sumber air bersih
Standar Standar dalam kriteria ini disesuaikan dengan target kunjungan dan cakupan kawasan wisata.
Sarana pendukung kawasan wisata mampu melayani kebutuhan kawasan Sarana pendukung kawasan ekonomi local mampu melayani kebutuhan kawasan
Sarana air bersih mampu melayanai kebutuhan kawasan wisata dan kegiatan ekonomi local dalam kawasan. Tersedianya drainase Mampu menampung limpasan air hujan maupun air limbah dari aktifitas ekonomi local dalam kawasan wisata. terdapatnya jalur pejalan kaki Jalur pejalan kaki yang memenuhi standar Terdapatnya jaringan listrik Jaringan listrik yang mampu melayani kawasan wisata dan memiliki standar keaaman yang memenuhi standarnya. Aksesibilitas dan Terbangunnya dermaga yang sesuai Mampu menampung kapal wisatawan dan nelayan fasilitas standar dan syarat yang telah transportasi ditetapkan Tersedia jaringan jalan menuju Jaringan jalan yang baik dan mudah di lalui oleh kawasan wisata pengunjung kawasan wisata. Tersedianya fasilitas pendukung Parkiran yang mampu menampung kendaraan pengunjung aksesibilitas dan transportasi seperti yang datang
25
No.
Komponen dasar pariwisata
Kriteria
parkiran Atraksi / daya Tersedianya atraksi wisata baik itu tarik wisata atraksi wisata alam maupun buatan yang dapat menarik wisatawan seperti: goa dan tugu monument, kuliner 5 kelembagaan Tersedianya infrastruktur kelembagaan misalnya lembaga pengelo, kantor pengelola atau secretariat. Sumber: Analisis, 2015 4
Standar
Minimal terdapat satu atraksi atau daya tarik wisata pada kawasan
Minimal adanya kelembagaan pengelola kawasan wisata dan sarana pendukungnya
26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan cara berpikir deduktif. Penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan dan analisis data secara kualitatif. Adapun deduktif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu menurunkan variable dari berbagai teori untuk mengukur ketercapaian output program. Pendekatan deduktif (deductive approach) dipilih karena program yang diamatai menunjukan adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific). 3.2 Unit Amatan dan Unit Analisis Unit amatan adalah Pantai Goa, kecamatan Labuan Badas kabupaten Sumbawa Besar. Unit analisis dalam penelitian
ini adalah
output dari
kegiatan-kegiatan dalam program pengembangan kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan Badas, Sumbawa Besar. Penelitian ini memilih teknik sampling purposive, dengan memilih orang-orang kunci atau narasumber. Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan narasumber yakni: a.
Anggota masyarakat dan para nelayan yang menetap maupun berlabuh disekitar kawasan wisata Pantai Goa (5 orang), karena mereka merupakan pihak yang penerima program yang telah direncanakan.
b. Para pengunjung kawasan wisata Pantai Goa (5 orang) karena pengunjung merupakan penikmat dari kawasan wisata.
27
c.
Pihak pemerintah yang terkait dengan pembangunan kawasan wisata Pantai Goa (5 orang) karena pihak instansi pemerintah merupakan pihak pengelolah kawasan wisata. Kriteria-kriteria narasumber atau repsonden diatas, ditentukan untuk
memastikan bahwa informasi yang didapat benar-benar mencerminkan bagaimana
narasumber
menyikapi
program-program
yang
telah
diimplementasikan. Setelah melakukan wawancara mendalam, jumlah responden
diperoleh
sebanyak
15
orang.
Jumlah
responden
yang
diwawancarai berhenti pada jumlah ini, karena terdapat kejenuhan atau pengulangan informasi yang didapatkan. Jadi, jumlah 15 responden dalam penelitian ini ditentukan setelah peneliti terjun kelokasi amatan, dan tidak ditentukan pada awal penelitian. Adapun penentuan orang-orang kunci atau narasumber dilakukan dengan melakukan pendekatan masyarakat dan mencari informan yang berasal dari lingkungan kawasan amatan. 3.3 Alat/Instrumen Penelitian Berikut ini merupakan alat/ instrumen yang digunakan selama proses penelitian sebagai berikut: 1. Referensi Pustaka: Buku, Internet, artikel, jurnal-jurnal publikasi serta dokumen perencanaan oleh Bapenas Sumbawa 2. Alat tulis 3. Panduan wawancara 4. Fasilitas penunjang: kendaraan, kamera recorder dan laptop 3.4 Tahap Penelitian Berikut ini merupakan tahapan – tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian yakni: 3.4.1 Tahapan Persiapan Didalam tahap awal atau tahap persiapan yang akan dilakukan adalah survei literatur atau pengumpulan data baik itu data yang diperoleh dari buku - buku, sumber internet, maupun data instansi terkait yang digunakan untuk menentukan latar belakang, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Dengan adanya survey
28
literature yang diperoleh baik itu dari buku dan dokumen perencanaan maupun sumber internet maka penyusunan landasan teori yang menyangkut penelitian dapat silakukan sehingga metode penelitian dapat dirumuskan.
3.4.2 Tahap pelaksanaan Di dalam tahapan pelaksanaan ini, penelitian akan dilakukan dalam 2 tahap yaitu sebagai berikut : a. Tahap pertama, pada tahap ini yang akan dilakukan oleh penelitian adalah melakukan pengumpulan data – data sekunder, survey lapangan, dan wawancara yang terkait dengan evaluasi pembangunan kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan, Sumbawa, b. Tahap kedua, pada tahap kedua ini peneliti akan melkukan kembali survey lapangan dan juga wawanccara di lokasi-lokasi penelitian untuk menduga adanya faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi pembangunan kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan, Sumbawa, c. Tahapan perumusan data dan penyusunan laporan, pada tahap ini dilakukan analisis terhadapa hasil penelitian di lapangan sesuai dengan metode dan konsep teori yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya dari
hasil
analisis penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan terhadap hasil indentifikasi lapangan.
3.5 Penyesuaian Kriteria Evaluasi dan Standarnya Dalam sub-bab ini kriteria evaluasi yang telah drumuskan di bab dua akan disesuaikan dengan program yang di evaluasi dalam beberapa hal. Pertama, lima komponen utama yang ada dikawasan wisata akan disesuaikan dengan kawasan wisata pantai, maksudnya kriteria dan standar dalam komponen tersebut akan diuraikan menjadi kriteria dan standar yang adapat digunakan unutk mengukur kegiatan-kegiatan dalam program. Hal ini ditujukan agar kriteria dan standar dalam komponen menjadi lebih oprasional. Kedua, penyesuain tersebut ditujukan untuk memudahkan peneliti dalam pencarian data. Berikut adalah kriteria dan
29
standar dalam masing-masing komponen yang telah disesuaikan dengan kegiatankegiatan dalam program.
Tabel 3.1 Kegiatan-Kegiatan Dalam Zona Zona Zona pelabuhan
Zona Wisata makanan
kegiatan
Dermaga pelabuhan Penataan parkiran pelabuhan Tempat pelelangan ikan Navigasi pelayaran dan komunikasi Layanan air bersih Pabrik es Layanan bahan bakar (SPDN) Kantor pelabuhan Toko souvenir Pos jaga Pondok jaga drainase jalan drainase KMPI penyedian infrastruktur jaringan listrik Gazebo/ shelter (bruga) kios pemasaran ikan olahan Parkiran Panggung hiburan Tugu monument trotoar
Sumber: Analisis, 2015
30
Tabel 3.2 Kriteria dan Indikator
Kegiatan
Kriteria
Dermaga pelabuhan
terbangunnya dermaga yang sesuai standar dan syarat yang telah ditetapkan
Penataan parkiran pelabuhan
Indikator
Sumber (1). panjang dermaga sekurang- Diolah dari Peraturan Menteri Dan Perikanan kurangnya 50 m, dengan kedalaman Kelautan Republik Indonesia (2012) kolam sekurang-kurangnya minus 1 m;
(2). memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan atau perahu minimal skala tradisional; (3). melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan umum daratan tersedianya kapasitas parkir yang Standar bakunya : Mobil/Truk : 5 x 2,5 Diolah dari Sya’rani, 2008 memadai mobil/truk, sepeda/ motor m²/unit, Sepeda/ motor : 2x2,5m²/unit dan becak Becak : 3 x 2,5 m²/unit
31
Kegiatan
Tempat pelelangan ikan
Kriteria
Indikator
Sumber terbangunnya tempat pelelangan yang Dengan syarat: 1. mempunyai dinding Diolah dari Peraturan Menteri Dan Perikanan memenuhi persyaratan yang mudah untuk di bersihkan; 2. lantai Kelautan yang kedap air yang mudah dibersihkan, Republik Indonesia (2012)
dilengkapi dengan saluran pembuangan air; 3. dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan toilet; 4. mempunyai penerangan yang cukup; 5. kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang tidak diperbolehkan berada dalam tempat pesaran ikan; 6 dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan; 7. dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok,meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas; 8. mempunyai fasilitas pasoakn air bersih dan atau air laut bersih yang cukup; 9 mempunyai wadah penambungan produk yang bersih, tahan karat, kedap air dan mudah dibersihkan; 10. mempunyai penampungan pengelolahan limbah. Navigasi tebangunnya rambu suar yang sesuai standar tekhnis rambu suar meliputi: 1. Diolah dari Peraturan Menteri Dan Perikanan pelayaran dan dengan persyaratan dan standar yang tinggi bangunan rambu suar paling Kelautan Republik Indonesia (2012) komunikasi telah ditetapkan rendah 7,5 m; 2. konstruksi bangunan dengan menggunakan konstruksi baja galvanis, beton terbuka, beton tertutup, atau baja.
32
Kegiatan
Layanan bersih
Kriteria
Indikator
Sumber Diolah dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia (2012) Diolah dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia (2012)
air terbangunnya sumber air bersih yang ketentuan: 1. terdapat bangunan atau dapat di gunakan sarana air bersih; 2. berfungsi dan dapat digunakan. Pabrik es terbangunnya pabrik es yang (1). Pembangunan pabrik es memenuhi persyaratan teknis yang diprioritaskan pada lokasi sentra sudah di tetapkan. produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan; (2). Pengelolaan pabrik es dilakukan oleh kelembagaan sarana dan prasarana daerah (UPTD, KUD, bentuk kelembagaan lain); (3). Fasilitas pokok pabrik es antara lain adalah : bangunan pabrik es, bangunan gudang es, mesin pembuat es, sarana air bersih; (4). Fasilitas penunjang berupa Gedung (sipil), genset, instalasi listrik, dan kantor; (5). Kapasitas pabrik es yang diperbolehkan sebesar < 20 Ton; Layanan bahan terbangunnya SPDN yang memenuhi (1).SPDN harus berada di lokasi sentra Diolah dari Peraturan Menteri Dan Perikanan bakar (SPDN) persyaratan yang berlaku/ ditentukan nelayan dan/atau pembudidaya ikan, Kelautan Republik Indonesia (2012) seperti pelabuhan perikanan, pangkalan pendaratan ikan dan/atau perkampungan/desa nelayan; (2). Lokasi SPDN dapat dicapai dengan mobil tangki/alat angkut BBM Pertamina/perusahaan minyak lain; (3) Tersedia sumberdaya listrik PLN; (4). Luas tanah 200 m2 dengan status hak
33
Kegiatan
Kriteria
Indikator
Sumber
milik/hak pakai/sewa pemerintah daerah yang bersangkutan dan tidak dalam sengketa;
Kantor pelabuhan
Toko souvenir
terbangunnya bangunan kantor yang (1). Terdapat kegiatan usaha perikanan memenuhi persyaratan umum yang (penangkapan ikan, pengolahan dan telah di tetapkan pemasaran hasil perikanan maupun usaha budidaya ikan); (2). Tersedia SDM Pengawasan (Pengawas perikanan maupun PPNS Perikanan); (3). Mempunyai Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas); (4). Merupakan daerah rawan pelanggaran dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan; (5). Terdapat unit pengawas SDKP di daerah (baik satker Pengawasan Pusat maupun Daerah). Terbangunnya toko souvenir yang (1). Letak toko souvenir strategis berguna dan sesuai dengan fungsinya. (mudah dijangkau pengunjung); (2). Menjual cindramata khas daerah Sumbawa (3). Berfungsi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Diolah dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia (2012)
Diolah dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia (2012)
34
Kegiatan
Pos jaga
Kriteria
Indikator
Sumber terbangunnya pos jaga yang sesuai (1). pengawas yang terletak di dalam Diolah dari Peraturan Menteri Dan Perikanan dengan fungsi dan ketetapannya kawasan konservasi dan dibangun hanya Kelautan untuk tempat berlindung kelompok Republik Indonesia (2012)
penjaga/pengawas untuk beberapa saat; (2). Konstruksi bangunan didesain sesederhana mungkin dan menyesuaikan dengan budaya lokal dengan dominasi bahan yang alami namun cukup kuat untuk menghadapi kondisi lapangan, sehingga fungsi pengawasan dapat optimal; (3). Material bangunan pos jaga diupayakan berupa bahan alami yang kuat dan tidak mempergunakan batu karang; (4). Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di lokasi yang sensitif terhadap pelanggaran, sehingga memudahkan petugas mengamati kegiatan yang ada di kawasan konservasi tersebut; (5). Pos jaga dapat dilengkapi dengan toilet dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, lokasi dan disesuaikan dengan kebutuhan.
35
Kegiatan
Pondok jaga
Kriteria
Sumber Terbangunnya pondok jaga yang (1). ruang di pondok jaga minimal terdiri Diolah dari Peraturan Menteri Dan Perikanan sesuai dengan standar yang telah dari ruang kerja merangkap ruang tamu, Kelautan ditetapkan. ruang komunikasi, kamar tidur, dan Republik Indonesia (2012)
drainase jalan
terdapatnya drainase yang sesuai dengan persyaratan teknis yang telah di tetapkan
drainase KMPI (kios mini pemasaran hasil perikanan)
terdapatnya drainase yang sesuai dengan persyaratan teknis yang telah di tetapkan
Indikator
kamar mandi/toilet; (2). Konstruksi bangunan diupayakan mengedepankan aspek lilngkungan seperti bangunan panggung; (3). Dibangun dengan meminimalkan bangunan beton (model panggung) mengutamakan bahan kayu atau bahan alami lainnya yang mudah didapat di daerah tersebut; dan (4). Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di lokasi yang terbuka. (1) standar lebar drainase 1 M; (2). Terbuat dari bahan kedap air dengan ukuran yang cukup besar dengan kemiringan yang cukup ke arah pembuangan Terbuat dari bahan kedap air dengan ukuran yang cukup besar dengan kemiringan yang cukup ke arah pembuangan, dilengkapi dengan perangkap (trap) dan kisi yang dapat diangkat untuk memudahkan pembersihannya
SNI Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan (2003)
Diolah dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia (2012)
36
Kegiatan
penyedian infrastruktur jaringan listrik
Kriteria
Indikator
Sumber (A). terhadap pemukaan jalan raya ≥ 6 Diolah dari PLN (2010)
jarak aman Saluran Udara Tegangan Menengah meter ; (B). balkon rumah ≥ 2.5 meter; (C). atap rumah ≥ 2 meter (D). Dinding Bangunan ≥2.5 meter (E). Antena TV/ Radio, menara ≥2.5 meter (F). Pohon ≥ 2.5 meter Gazebo/ shelter terbangunnya shelter yang memenuhi (1). Lokasi shelter harus sesuai dengan SNI Persyaratan umum sistem (bruga) kriteria yang telah di tetapkan peruntukan yang teruang dalam dokumen jaringan dan geometrik jalan rencana pengelolaan dan zonasi kawasan; perumahan (2003) (2) konstruksi shelter didominasi dari bahan alami yang mudah didapat disekitar lokasi dengan arsitek gaya lokal. Kalaupun diperlukan konstruksi semen diupayakan mengedepankan konstruksi/relief alam sehingga timbul kesan alami; (3) material shelter sebaiknya didominasi dari kayu dengan atap terbuat dari bahan ramah lingkungan, seperti rumbai daun kelapa, ijuk dan/atau jenis atap lainnya dengan desain arsitektur lokal; (4). Shelter harus diberi label/tulisan keterangan
37
Kegiatan
Sumber kios pemasaran terbangunnya pemasaran ikan olahan Standar teknisnya: (A). Memiliki saluran Diolah dari Peraturan Menteri Dan Perikanan ikan olahan yang memenuhi standar teknis yang Drainase; (B). Bangunannya memiliki Kelautan di tetapkan oleh PERMEN. lantai,dinding, langit-langit dan Republik Indonesia (2012)
Parkiran
Panggung hiburan
Kriteria
tersedianya kapasitas parkir yang memadai mobil/truk, sepeda/ motor dan becak Terbangunnya panggung hiburan yang sesuai dengan syarat panggung yang baik.
Tugu monument
Tebangunnya tugu monument yang memenuhi estetika
trotoar
terdapatnya trotoar yang memenuhi standar nasional
Indikator
penerangan; ( C ). Memiliki meja display; (D) Memiliki timbangan digital; (E). Etalase ( show case); (F). Memiliki Peratan Potong dan talenan; (G). Memiliki cool box; (H). Memiliki rak pesaran. Standar bakunya : Mobil/Truk : 5 x 2,5 m²/unit, Sepeda/ motor : 2x2,5m²/unit Becak : 3 x 2,5 m²/unit (1) Daya tamping pengunjung minimal 500 penonton (2) Ukuran panjang 9 sampai 12 meter2 (3) Letak panggung berada di tengah (4) Memiliki tempat backdrop (5) Memiliki backstage area (1). Terwujud secara kongkrit (visualized) (2). Termasuk seni yang dapat dinikmati khalayak (public art) lebar jalur pejalan kaki (trotoar) 1,5 M
Diolah dari Sya’rani, 2008
Samsuridja (1996)
Mills (1976)
SNI Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan (2003)
Sumber: Diolah dari Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia (2012),Yahan (2012), PLN (2010), SNI Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan (2003), Samsuridja (1996), Mills (1976),
38
3.6 Oprasionalisasi Kriteria Tabel 3.3 Oprasionalisasi Kriteria Kegiatan
Kriteria
Jenis Data
Dermaga pelabuhan
terbangunnya dermaga yang sesuai standar dan syarat yang telah ditetapkan
primer sekunder
tersedianya kapasitas parkir yang memadai mobil/truk, sepeda/ motor dan becak
sekunder
terbangunnya tempat pelelangan yang memenuhi persyaratan
sekunder
tebangunnya rambu suar yang sesuai dengan persyaratan dan standar yang telah ditetapkan
sekunder
Layanan air bersih
terbangunnya sumber air bersih yang dapat di gunakan
sekunder
Pabrik es
terbangunnya pabrik es yang memenuhi persyaratan teknis yang sudah di tetapkan.
sekunder
Layanan bahan bakar (SPDN)
terbangunnya SPDN yang memenuhi persyaratan yang berlaku/ ditentukan
sekunder
Kantor pelabuhan
terbangunnya bangunan kantor yang memenuhi persyaratan umum yang telah di tetapkan
sekunder
Penataan parkiran pelabuhan Tempat pelelangan ikan Navigasi pelayaran dan komunikasi
Cara Memperoleh Data Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan
39
Kegiatan
Kriteria
Jenis Data
Toko souvenir
Terbangunnya toko souvenir yang berguna dan sesuai dengan fungsinya
sekunder
Pos jaga
terbangunnya pos jaga yang sesuai dengan fungsi dan ketetapannya
sekunder
Pondok jaga
Tebangunnya podok jaga yang sesuai dengan standar
sekunder
drainase jalan
terdapatnya drainase yang sesuai dengan persyaratan teknis yang telah di tetapkan
sekunder
drainase KMPI
terdapatnya drainase yang sesuai dengan persyaratan teknis yang telah di tetapkan
sekunder
penyedian jarak aman Saluran Udara Tegangan Menengah (jaringan infrastruktur listrik jaringan listrik Gazebo/ terbangunnya shelter yang memenuhi kriteria yang telah shelter di tetapkan (bruga) kios terbangunnya pemasaran ikan olahan yang memenuhi pemasaran standar teknis yang di tetapkan oleh PERMEN. ikan olahan Parkiran
tersedianya kapasitas parkir yang memadai mobil/truk, sepeda/ motor dan becak
sekunder
sekunder
sekunder
sekunder
Cara Memperoleh Data Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan
40
Kegiatan
Kriteria
Jenis Data
Panggung hiburan
Terbangunnya panggung hiburan yang sesuai dengan syarat panggung yang baik.
sekunder
Tugu monument trotoar
sekunder
terdapatnya trotoar yang memenuhi standar nasional
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Sumber : Analisis, 2015
sekunder
primer
Cara Memperoleh Data Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan Laporan data fasilitas kawasan wisata dan observasi lapangan wawancara kepada masyarakat dan instansi yang terkait dengan pengembangan kawasan wisata
41
3.7 Cara dan Langkah-Langkah Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah-langkah penting yang perlu dilakukan dalam upaya pemenuhan data. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data-data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang dikumpulkan dari hasil survey dan observasi langsung di lapangan serta hasil wawancara dengan narasumber baik itu masyarakat sekitar maupun pemerintah yang secara langsung terkait yang dengan topic penelitian tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan data sekunder adalah data-data yang dapat diperoleh dari berbagi instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan topic penelitian. Berikut ini merupkan cara-cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian mengenai “evaluasi pembangunan kawasan wisata kuliner di Pantai Goa, kecamatan Labuan, Sumbawa” 1. Survey literature, yakni mengumpulkan data-data dan teori yang terkait dengan penelitian. Data utama yakni penjelasan secara detail mengenai daerah tertinggal yang dapat diperoleh melalui situs resmi kementrian kebudayaan dan pariwisata. Literatur lain yang digunakan juga berasal dari dokumen pemerintah yakni data demografi, topologi dan lain-lain terkait lokasi penelitian 2. Pencarian mengenai informasi penunjang lainnya berupa data dan tulisan mengenai wilayah Pantai Goa yang diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber buku, penelitian sebelumnya, maupun sumber internet. 3. Melakukan komunikasi
kepada instansi
Badan Perencanaan dan
Pembangunan Derah Kabupaten Sumbawa terkait dengan lokasi Pantai Goa yang merupakan bagian dari Kabupaten Sumbawa. 4. Penelitian Lapangan, dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan observasi dilapangan sebagai tempat yang menjadi lokus penelitian dan juga mengamati fokus penelitian yang dibahas. Observasi dilapangan ini bertujuan untuk mengevaluasi perencanaan Pantai Goa yang telah disusun.
42
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN PROGRAM 4.1 Deskripsi Wilayah Kawasan Pantai Goa berlokasi di wilayah Kecamatan Labuan Badas Kota Samawa Rea. Kawasan pantai Goa dideliniasi sebagai kawasan berdasarkan kencendrungan perkembangan kawasan Pantai Goa sebagai tempat wisata dan memiliki kegiatan penyeberangan.
Gambar 4.1 lokasi Pantai Goa terhadap Kota Sumbawa Besar Sumber: SNVT NTB, 2009 Kegiatan yang dominan pada kawasaan ini adalah kegiatan pariwisata dan ekonomi perikanan. Berdasarkan satuan kerja non vertical tertentu (SNVT) NTB, kawasan ini memiliki beberapa potensi dan masalah yakni: Tabel 4.1 Potensi dan Masalah Kawasan Pantai Goa No. 1.
2.
3.
POTENSI Aksesibilitasnya kawasan berada di pusat kota yang menjadi poin of interest bagi penduduk setempat dan pengunjung Tersedianya kegiatan nelayan yang menjadi printis ekonomi prikanan Kawasan pantai goa berpotensi untuk dikembangkan sebagai kegiatan perikanan laut,
MASALAH Prasarana yang semrawut
Kondisi tata bangunan yang buruk
ketersediaan fasilitas pelayanan untuk penduduk kawasan Pantai Goa saat ini cenderung berada di pusat
43
No.
POTENSI kegiatan wisata, kegiatan permukiman nelayan dan sebagainya. 4. Pada kawasan Pantai Goa terdapat beberapa fasilitas yang mempunyai potensi untuk melayani kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan pada kawasan tersebut Sumber: Diolah dari SNVT NTB 2009
MASALAH dan belum terdistribusi secara merata ke seluruh kawasan. masih ada beberapa jenis pelayanan utilitas yang belum dapat dipenuhi, misalnya : untuk jaringan telepon dan sistem persampahan.
Berdasarkan potensi dan masalah berikut di atas, pemerintah kota Sumbawa Besar memutuskan untuk membangun kawasan wisata kuliner yang dipadukan dengan pengembangan kegiatan ekonomi perikanan. Hal ini dilakukan dengan membangun kawasan Pantai Goa melalui program pengembangan kawasan wisata kuliner pantai Goa. 4.2 Deskripsi Program program pengembangan kawasan wisata kuliner Pantai Goa merupakan program yang bertujuan untuk menata fungsi dan fisik kawasan serta pengendalian bangunan dan lingkungan. Program ini dilaksanakan dari tahun 2010 – 2015 dengan dua tahap. Tahap pertama dilaksanakan dari tahun 2010 sampai 2012, tahap kedua dari tahaun 2013 sampai 2015. Berikut tahapan pelaksanaan program dari tahap satu sampai tahap dua:
Tabel 4.2 Tahapan Pelaksanaan Program No
1
Tahap 1 2010-2012
Tahap 2 2013-2015
Kegiatan yang dilaksanakan
Kegiatan yang dilaksanakan
Identifikasi kondisi eksisting
pembangunan
kawasan
wisata
wilayah dan penyusunan detail
(Tahap II) : area atraksi wisata
desain
pantai, gedung fasilitas penunjang wisata, dermaga perahu wisata, ruang
terbuka,
area
parkir,
camping ground.
44
No
2
3
Tahap 1 2010-2012
Tahap 2 2013-2015
Kegiatan yang dilaksanakan
Kegiatan yang dilaksanakan
Studi kelayakan pembangunan
Penataan koridor menuju
jalan baru (interchange kawasan)
pelabuhan penyeberangan
Pembangunan
pembangunan pendukung
jalan
baru
(memisahkan jalur kendaraan saat melewati kawasan)
kawasan pelabuhan penyeberangan beserta fasilitas pendukungnya.
4
Peningkatan pelayanan utilitas kawasan tapak (listrik, air minum, drainase)
pembangunan
kawasan
wisata
(Tahap III). a. Panggung
pertunjukan
terbuka b. Kolam pancing c. Area permainan indoor d. Play ground 5
Perbaikan permukiman nelayan
Pengembangan fasilitas-fasilitas
(kampung padat)
di pusat kawasan, dalam bidang perdagangan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya yang ditunjang dengan kebutuhan infrastruktur.
6
Pelaksanaan pengembangan
Pengembangan RTH, sperti jalur
fasilitas kaw. Wisata sebagai
hijau di jalan, taman konservasi,
pendukung kegiatan wisata
daerah
resapan
air
dan
(shelter, tempat penyewaan
sebagainya, yang berfungsi untuk
pelampungan, perahu, dsb)
paru-paru kota, resapan air dan estetika kota.
45
No
7
Tahap 1 2010-2012
Tahap 2 2013-2015
Kegiatan yang dilaksanakan
Kegiatan yang dilaksanakan
Pelaksanaan
penataan
koridor Pengembangan pelayanan utilitas,
jalan menuju kawasan wisata
seperti telepon, listrik, air bersih, drainase, pengelolaan sampah yang terpadu
8
Pelaksanaan
pembangunan
kawasan wisata (Tahap I): kantor pengelola,
cottage,
gedung
pertemuan, restoran, kios-kios dan sebagainya. 9
Pelaksanaan pembangunan pendukung Kawasan wisata rekreasi seperti jogging track, panggung hiburan dsb
10
Penempatan dan penataan PKL atau toko souvenir di sepanjang koridor jalan menuju kawasan wisata (bentuk dan desain PKL)
11
Peningkatan sarana dan prasarana transportasi kawasan
(pengembangan pelabuhan
Tanjung
Pengamas)
Sumber: diolah dari dokumen SNVT, 2009
Secara ringkas program ini memiliki banyak kegiatan yang implementasinya tersebar di 4 zona dalam kawasan yaitu zona pelabuhan, zona permukiman nelayan, zona wisata rekreasi dan zona wisata makanan. Berikut pembagian zona
46
di dalam kawasan wisata Pantai Goa. Dimasing - masing zona terdapat beberapa kegiatan yang direncanakan.
Tabel 4.3 Pembagian Zona di Kawasan Pantai Goa dan Kegiatannya No. ZONA
JUMLAH KEGIATAN
1.
Zona Pelabuhan
8
2.
Zona Permukiman Nelayan
3
3.
Zona Wisata Rekreasi
4
4.
Zona Wisata Makanan
12
Total
27
Sumber: Dokumen SNVT NTB, 2009
Dari total kegiatan yang tersebar dizona tersebut, tidak semua kegitan dapat terimplementasi, hanya sekitar 20 kegiatan saja yang terimplementasi. 20 kegiatan tersebut terimplementasi hanya di 2 zona yaitu zona pelabuhan dan zona wisata makanan. Berikut rinciannya: Tabel 4.4 Kegiatan yang Terimplementasi di Zona Pelabuhan dan Wisata Makanan Zona 1. Zona pelabuhan
2. Zona Wisata makanan
kegiatan
Dermaga pelabuhan Penataan parkiran pelabuhan Tempat pelelangan ikan Navigasi pelayaran dan komunikasi Layanan air bersih Pabrik es Layanan bahan bakar (SPDN) Kantor pelabuhan Toko souvenir Pos jaga Podok jaga drainase jalan drainase KMPI penyedian infrastruktur jaringan listrik Gazebo/ shelter (bruga)
47
Zona
kegiatan
kios pemasaran ikan olahan Parkiran Panggung hiburan Tugu monument trotoar Sumber: Dokumen SNVT NTB, 2009
Gambar 4.2 Pembagian Zona Kawasan Pantai Goa Sumber: Diolah dari SNVT NTB 2009
48