BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Komunikasi adalah cara utama bagi seluruh makhluk hidup untuk menjalin
interaksi dengan lingkungan kehidupan disekitarnya. Terutama komunikasi umat manusia sebagai makhluk hidup paling maju di muka bumi, yang terjadi sangat kompleks. Bahkan makhluk hidup lain seperti binatang dan tumbuhan, juga melakukan komunikasi. Mustahil jika sekelompok singa mampu menjatuhkan kuda zebra yang notabene berukuran dua kali lipat dari tubuh singa tanpa adanya komunikasi dengan kawanan singa lainnya. Singa menggunakan strategi saat menangkap mangsa, ada yang mengejar, dan ada yang menyergap dari berbagai arah. Begitu juga dengan tumbuhan yang berkomunikasi dengan makhluk hidup lainnya menggunakan media udara. Angin akan menyebarkan spora atau serbuk sari yang nantinya mampu mengundang kedatangan serangga untuk kemudian menjalin simbiosis mutualisme seperti lebah yang mengkonsumsi sari bunga, kemudian akan menyebarkan serbuk sari yang menempel di tubuhnya saat terbang untuk kelangsungan regenerasi beberapa spesies bunga. Manusia berkomunikasi secara verbal dengan menggunakan bahasa dan secara non verbal dengan menggunakan gestur. Menurut Carl Hovland, Janis & Kelley, komunikasi manusia adalah dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku khalayak. Di era teknologi, manusia menciptakan alat komunikasi jarak jauh atas dasar kebutuhan untuk memperpendek jarak komunikator. (Riswandi, Psikologi Komunikasi, p. 1) Seiring berjalannya sejarah migrasi manusia yang mempertemukan antar ras dan suku bangsa, terjadi komunikasi – komunikasi penting yang membuat umat manusia mampu bertukar ilmu, komoditi perdagangan, dan kerjasama antar bangsa. Salah satunya adalah alat komunikasi dua arah yang diinovasikan oleh Antonio Meucci pada 1871 dengan nama sound telegraph yang disempurnakan oleh Alexander Graham Bell menjadi perangkat telepon pada 1876 untuk melakukan komunikasi dua arah. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi massa, yaitu penyampaian pesan dan informasi pada khalayak. Terobosan manusia dalam menciptakan piranti komunikasi massa adalah televisi. Pada 1928, pria Amerika bernama Vladimir Zworkyn menemukan tabung kamera atau iconoscope yang mampu menangkap gambar dan mengirimkan gambar 1
2 tersebut ke kotak bernama televisi. Hingga kini, siaran televisi sangat digemari oleh seluruh umat manusia dan dapat diakses menggunakan sinyal satelit (antena), kabel, dan internet. Jenis – jenis program televisi yang menjadi konsumsi masyarakat dunia adalah drama, berita, dan berbagai jenis show. Indonesia saat ini bisa dikatakan mempunyai masyarakat yang sangat konsumtif terhadap tayangan televisi. Setelah era TVRI, sejak era akhir 80 an hingga saat ini pertumbuhan stasiun-stasiun televisi swasta terbilang sangat pesat. Masyarakat Indonesia pun semakin mempunyai banyak pilihan program yang bisa disaksikan di saluran-saluran televisi swasta baru, dengan program – program acara beragam mulai dari sinetron, berita, variety show, kuis, infotainment dan masih banyak lagi. Saat itu stasiun-stasiun televisi juga didominasi dengan acara-acara televisi yang diimpor dari luar negeri. Dan yang paling digemari adalah serial drama yang datang dari dataran amerika utara, asia pasifik, dan eropa. Masih lekat di memori penulis akan kuatnya pengaruh dari serial-serial drama seperti Mac Giver, Ally McBeal, Friends, Pendekar Rajawali, Pendekar Harum, hingga serial-serial drama untuk anak-anak seperti Power Ranger, Janperson, Satria Baja Hitam dan Doraemon. Kuatnya gempuran gelombang musik Britpop, Boyband dan Post Grunge juga menjadi senjata andalan bagi stasiun-stasiun televisi untuk aji mumpung ditengah hiruk pikuk pengaruh musik barat yang kian melanda generasi muda tanah air. Akibat banyaknya tayangan-tayangan impor, masyarakat mempunyai tendensi kearah abroad-minded. Bukan suatu hal yang buruk jika mengingat bahwa sebelum era reformasi, belenggu orde baru turut mengatur siaran-siaran televisi dengan tujuan menciptakan paradigma yang tak tentu arah dan juga bertujuan mengatur pola pikir masyarakat. Tidak hanya memberi informasi dan hiburan, pengaruh tayangan televisi yang diimpor dari barat juga membuka tirai arah pemikiran masyarakat yang dengan tidak sengaja memberi perbandingan yang mampu dicerna dengan baik oleh masyarakat khususnya audience televisi kala itu. Program-program televisi yang tayang di stasiun-stasiun televisi lokal juga memiliki program-program bagus dan bervariasi pada waktu itu.. Di ranah serial drama, jenis program yang hingga kini sangat digandrungi dan sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, kita pernah mempunyai serial berkelas seperti Wiro Sableng, Si Buta Dari Gua Hantu, Deru dan Debu, hingga Jacky. Selain berkualitas, tayangan-tayangan tersebut juga sangat menjunjung tinggi muatan lokal. Pada waktu prime time, tayangan hiburan komedi
3 cerdas juga menjamur dan menjadi kegemaran semua kalangan. Mulai dari tayangan komedi legenda Aneka Ria Srimulat, Srimulat, Kirun, Baso, Lenong Bocah, serial Warkop DKI dan sebagainya. Kuis juga menjadi tayangan informatif yang sangat digemari waktu itu. Sebut saja Kuis Piramida, Kuis Bulan Madu dan Famili 100. Program-program musik juga tak kalah seru, Pesta Indosiar, 100% Dangdut, Tralala Trilili, dan MTV turut memajukan pola berpikir dan kehidupan sosial remaja khususnya. Masih banyak lagi jenis-jenis program berkualitas lainnya yang pernah menghiasi layar kaca, atau bahkan menghiasi kehidupan sehari-hari masyarakat kita. Dampaknya tidak hanya dapat sekedar dikatakan bagus. Namun juga menciptakan karakter bangsa yang akhirnya mampu menjungkalkan penjajahan pemerintahannya sendiri pada tahun 1998 melalui propaganda terselubung seperti dari media massa independen, propaganda dari film atau serial TV seperti Warkop DKI dan Srimulat, dan acara TV yang memenuhi permintaan penonton untuk tayangan yang menampilkan musik dari musuh pemerintah kala itu, Slank dan Iwan Fals. Bisa dibayangkan, perkembangan dunia broadcasting berjalan bak sebuah generator yang mampu dengan sendirinya menggerakkan roda dimana diatasnya terdapat sebuah kokpit besar, kompleks dan rumit untuk mengontrol dan menggerakkan masyarakat. Bahkan dapat dikatakan jika tayangan-tayangan televisi serta siaran radio sudah menjadi kebutuhan pokok terbaru masyarakat. Mengapa demikian?, menurut asumsi McQuail beragam jenis program yang tayang adalah sasaran berikutnya bagi masyarakat selepas menyelesaikan waktu kerja (Morrisan, Teori Komunikasi, p. 510). Saat ini banyak dijumpai sekumpulan orang yang menonton televisi bersamasama untuk menyaksikan ajang pencarian bakat, breaking news, dan terutama siaran sepakbola. Atau beberapa orang di sekeliling kita yang buru-buru pulang ke rumah karena tidak ingin melewatkan tayangan favoritnya. Seakan ada sebuah kategorisasi, atau bahkan dapat kita nilai secara masing-masing jika ada kelompok jenis orang yang tidak mempunyai hiburan lain selain televisi. Bagaimanapun ini adalah bisnis pertelevisian, yang menggunakan strategi untuk menarik audience. Kelangsungan hidup sebuah stasiun televisi menjadi yang terpenting sehingga banyak cara dilakukan untuk menarik minat audience. Setelah terbebasnya masyarakat dari cengkraman orde baru, era demokrasi dimulai.
Stasiun-stasiun
televisi
semakin
mendapatkan
kebebasan
untuk
memproduksi program. Tentu saja hal ini berdampak kepada banyaknya variasi jenis
4 program televisi. Tayangan-tayangan yang diimpor dari luar negeri mulai dikurangi. Produk tayangan buatan lokal pun mulai mendominasi. Tetapi, sayangnya hingga saat ini tidak ada perubahan dalam segi kualitas dan penyajian di hampir semua program acara televisi yang ada. Salah satu contohnya adalah sinetron. Sinetron diproduksi dengan bujet minim, selain itu muatan kontennya sangat monoton. Tidak hanya itu, alur cerita dan dan idenya tidak membuat audience untuk berpikir dan cenderung tidak mendidik. Begitu juga dengan cara-cara bercanda di jenis program komedi yang kerap menjadikan kekurangan orang lain sebagai objek yang kerap ditertawakan. Hampir seluruh jenis program yang tayang saat ini kerap kali dicap sebagai program bermuatan monoton atau hanya mengejar rating. Yang paling terkena dampak dalam gelombang penurunan kualitas ini adalah selera masyarakat yang tidak setinggi dahulu akibat menurunnya daya pikir karena pengaruh dari tayangan televisi. Isi konten tayangan televisi bersifat linguistic dalam sosiologi peran didalamnya. Dumont pada 1983 mengungkapkan jika faktor linguistic dan sosiologi adalah dua dari faktor eksternal yang mempengaruhi kedisiplinan dalam keganjilan perilaku individu yang ada dalam mayoritas kehidupan sosial (Valentim, Societal Approaches in Social Phsychology, p.2). Tentunya kita semua berharap dengan beralihnya gerbong pemerintahan hingga periode 5 tahun mendatang, para wakil rakyat khususnya Menkominfo mampu menerapkan standar siaran yang sejalan dengan revolusi mental yang memang sedang sangat dibutuhkan oleh bangsa kita. Salah satu jenis program televisi adalah feature. Menurut Morrisan, M.A. pada buku Manajemen Media Penyiaran, feature atau dokumenter adalah program informasi yang bertujuan memberikan berita ringan dan disajikan secara menarik, sehingga juga bersifat menghibur. Berakar dari reportase suatu peristiwa atau kejadian sebagai topik bahasan, baik yang berunsur berita ataupun cenderung ke arah hiburan. Selain memuat review model Laswell berisi 5W+1H, feature menggali lebih dalam hasil dari reportase. Sumber berita yang diangkat dalam feature adalah sebuah hasil karya jurnalistik yang berakar pada data dan fakta yang aktual, akurat, dan faktual. Hal-hal yang ditonjolkan dalam program feature adalah bagaimana membawakan informasi-informasi dengan gaya tata narasi bahasa yang unik dan kreatif, tata suara yang disesuaikan dengan kondisi peristiwa yang diangkat, dan tata visual dengan banyak variasi. Ketiga komponen yang telah disebutkan dikerjakan
5 sedemikian rupa dengan tujuan untuk menyentuh dan mempermainkan perasaan audience. Feature mempunyai penyampaian informasi yang lengkap, karena terdapat penjelasan yang disajikan secara rinci, lengkap, dan sangat mendalam. Yang disebut “menarik” dalam informasi feature adalah pemilihan topik bahasan informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, menyentuh hati, dan sebagainya (Morrisan, Manajemen Media Penyaran, P.20). Audience yang menyaksikan program feature, cenderung memberi berbagai jenis respon seperti membicarakan, bertukar opini, dan mudah mengingat program feature yang telah ditonton. Oleh karena itu, feature merupakan karya seni jurnalistik yang sangat lengkap. Penyajian yang menarik akan disempurnakan oleh proses editing grafis serta suara yang mampu mengangkat kualitas isi konten dari feature itu sendiri. Feature harus ditampilkan secara apa adanya, karena merupakan pengembangan dari program berita sebagai dasar. Untuk memenuhi standar, tidak jarang untuk menghasilkan sebuah episode, diperlukan konfirmasi berulang kali atau bahkan investigasi. Kekayaan imajinasi dalam proses penulisan naskah sangat diperlukan karena feature dianggap sebagai “Jurnalistik Sastra”. Salah satu faktor yang dapat menyita perasaan audience adalah bagaimana cara menulis naskah yang kreatif, fiktif, kaya kosakata, naratif, imajinatif, dan tunduk kepada kaidah-kaidah jurnalistik. Setelah penulisan naskah, kita berbicara mengenai proses dubbing. Dalam feature diperlukan seorang dubber yang mampu menghayati naskah, dan tentu saja mampu larut dalam sebuah peristiwa atau kejadian yang diangkat. Kreativitas dari seorang tim produksi sangat dibutuhkan untuk memenuhi perbendaharaan gaya penulisan, bahasa yang indah, dan kelihaian untuk menggenggam perhatian audience yang telah di segmentasikan. Tidak hanya itu, kejeniusan dalam membuat karya feature adalah bagaimana membuat objek berita yang biasa saja, atau bahkan sama sekali jarang terungkap, menjadi sebuah tayangan yang luar biasa. Sebuah kebebasan terikat berlaku dalam membuat program feature, tentang bagaimana cara membuat sebuah tayangan yang dapat disajikan kepada audience melalui berbagai macam sudut pandang, gaya bertutur, dan dari segi grafis. Jenis dari program feature sendiri bermacam-macam. Berdasarkan program feature yang seringkali tayang di layar televisi, jenisnya dapat dikategorikan sebagai berikut, feature human interest, feature Biografi, feature Perjalanan, feature Sejarah, dan feature Petunjuk Praktis (http://osolihin.wordpress.com/2011/06/02/jenis-jenis-
6 feature/ / diakses pada 29 Oktober 2014 pukul 23:57 WIB). feature human interest merupakan wujud program yang menyentuh perasaan audience seperti perasaan haru, kejengkelan, semangat, dan simpati. Tentunya jenis feature ini dapat memicu berbagai jenis reaksi atau bahkan isi dari pesan program dapat mudah diingat dan membekas dibenak audience. Sasaran dari objek yang diangkat ceritanya kedalam konten biasanya seperti cerita-cerita tentang kisah suka duka sebuah profesi seperti tukang gali kubur, petugas kebersihan, tenaga pendidikan yang sedang berada di daerah pedalaman, kehidupan sosial masyarakat daerah perbatasan, dan sebagainya. Atau bisa juga bersumber dari program investigasi yang mengangkat cerita-cerita dibalik berita kecurangan hukum, kriminal, pelanggaran norma, dan sebagainya. Beberapa contoh dari program feature human interest yang sudah tayang di beberapa stasiun televisi nasional adalah Jika Aku Menjadi, Investigasi, Delik, Derap Hukum, Jendela, dan sebagainya. feature biografi mengupas cerita tentang riwayat, pencapaian dan kehidupan personal dari suatu tokoh. Nilai tinggi dalam jenis program feature ini terletak pada sosok seorang tokoh yang diangkat. Semakin terkenal tokoh tersebut, atau semakin unik cerita kehidupan dari tokoh tersebut, mampu menarik perhatian audience sehingga memberi nilai lebih pada tayangan program. Contoh dari program feature biografi yang telah tayang di stasiun-stasiun televisi adalah A Day With, Silet, dan MTV Rumah Gue. Feature perjalanan menceritakan tentang pengalaman mengunjungi tempat-tempat terkenal, bersejarah, unik atau tempat-tempat yang jarang dikunjungi oleh orang. Jenis program feature ini menonjolkan point of view atau sudut pandang orang pertama. Terkesan sangat subyektif karena seakan-seakan orang yang tengah mengadakan perjalanan bercerita langsung kepada audience. Contoh program feature perjalanan yang telah tayang seperti Jejak Petualang, 100 Hari Keliling Indonesia, Explore Indonesia, Jalan-Jalan Men, dan lain sebagainya. Kemudian ada program feature sejarah yang mengulas balik peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah dunia. Jenis feature ini menceritakan latar belakang sebuah peristiwa, hingga kejadian-kejadian yang membuat sebuah peristiwa begitu dikenal, hingga titik klimaks yang begitu berpengaruh kepada kehidupan dunia dan masa kini. Kejadian-kejadian yang sering dikemas dalam sebuah program feature beberapa diantaranya seperti sejarah nazi, peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia, british invasion oleh The Beatles, dan masih banyak peristiwa sejarah lain yang sudah pernah diangkat ceritanya. Contoh program tayangan feature yang pernah mengangkat peristiwa sejarah adalah Silet, CS File,
7 dan Memoar. Lalu yang terakhir saya sebutkan adalah feature petunjuk praktis. Isi dari jenis program feature ini lebih kepada tips-tips dan langkah-langkah dalam mengerjakan sesuatu. Seperti memasak, melakukan dekorasi, bersolek, dan berbusana. Lebih kepada mengajarkan sebuah cara, sehingga benar-benar memperhatikan detail, fakta mengenai tata cara umum dalam mengerjakan sesuatu, dan panduan yang jelas dan kuat. Contoh program feature tips yang sudah tayang adalah Chef’s Table, Klik Arbain Rambey, Ala Chef Arjuna. Dari semua jenis program feature yang banyak diminati oleh audience dunia siaran televisi di Indonesia, masing-masing memiliki peminat tersendiri. Sehingga setiap program memiliki jenis feature sendiri sebagai andalan. Sebagai wujud keinginan penulis untuk berjuang bersama pemuda-pemudi seantero negeri untuk memperkuat perlawanan terhadap siapapun yang tidak mencintai bangsa dan negaranya sendiri dalam seluruh kegiatan melalui media televisi, maka dalam tugas akhir dalam masa studi di Bina Nusantara University, penulis akan menjadi seorang produser dan akan membuat sebuah program televisi berjenis program feature dengan judul Rebel to Explore. Ditengah gelombang program-program tayangan feature di berbagai stasiun televisi tanah air yang mengangkat jenis feature untuk segmentasi masing-masing seperti program feature travelling yang diadopsi oleh Jejak Petualang dan 100 Hari Keliling Indonesia serta program feature tips yang dianut Chef’s Table dan Klik Arbain Rambey, program Rebel to Explore mengadopsi salah satu jenis program features, yaitu Travelling. Contohnya dalam episode pertama edisi Kota Malang yang berjudul Diversity, audience akan diajak berpergian ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, untuk mempelajari bagaimana cara menghargai pentingnya perbedaan, dan juga audience akan mendapat banyak informasi tentang sejarah dan tempat-tempat penting di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Rebel to Explore adalah sebuah program travelling yang mengutamakan nilai-nilai yang dapat dipelajari saat berpergian, apa saja yang mungkin ditemui dalam perjalanan dan ditempat tujuan, khususnya dalam pola kehidupan masyarakat Indonesia usia muda, yang membawa pesan bahwa semua hal yang ada di sekitar kita, jauh atau dekat, dapat di eksplorasi menjadi sesuatu yang bernilai. Pembahasan yang diangkat adalah seputar kebudayaan, kesenian, gaya hidup dan kehidupan sosial yang terdapat disebuah tempat destinasi travelling. Setelah menjabarkan dan menjelaskan salah satu topik yang diangkat di setiap episode, seluruh permasalahan dan pertanyaan akan diulas dan kemudian
8 audience akan diarahkan menuju eksplorasi kearah topik bahasan. Program akan dipandu dengan presenter yang bergaya casual, karena gaya casual tidak akan memberi jurang pemisah bagi setiap orang yang kebanyakan mengikuti mode dan trend yang sama. Sejak dulu kata rebel erat kaitannya dengan yang selalu memberi perlawanan terhadap disharmonisasi dalam sistem kehidupan sebagai alasan utama untuk mengeksplorasi kehidupan. Naskah dibuat dengan gaya bahasa sehari-hari dengan gimmick yang tajam. Produser mengedepankan kualitas gambar. Program feature yang diproduksi menggunakan sudut dan teknik pengambilan gambar seperti kebanyakan program feature yang telah tayang meskipun tidak menggunakan peralatan canggih dan mahal. 1.2
Identifikasi Tugas Karya Akhir 1.2.1 Profil Program A. Judul Program: Rebel to Explore Program Rebel to Explore membawa pesan bahwa segala hal yang kita temui disekitar tujuan perjalanan kita seperti lifestyle, musik, kesenian, budaya dan sebagainya dapat di eksplorasi dan menghasilkan keseharian yang lebih bernilai selepas kita kembali dari perjalanan. Artinya, kemanapun kita berjalan-jalan, kita tidak hanya menikmati keindahan alam, keunikan dan keragaman, tapi selalu ada nilai-nilai kehidupan yang bisa kita pelajari ditempat tujuan wisata. Di dalam program akan disajikan berbagai informasi, hiburan, pendidikan dan yang terutama adalah inovasi dan tips tips menarik yang melibatkan masyarakat untuk menghasilkan sudut pandang dan keseharian yang lebih berbeda. B. Genre Program: Feature Rebel to Explore adalah jenis program travelling yang memberi informasi-informasi menarik dan edukatif bagi audience untuk lebih mengeksplorasi kehidupan yang ada sepanjang perjalanan hingga tiba di tempat tujuan. C. Tujuan Program: Produser ingin membuat program feature yang berbeda, menarik, informatif, edukatif dan mudah diserap maknanya oleh audience dengan
9 segmen pemuda. Tujuan utamanya adalah membuat sebuah program yang menggugah inspirasi dan imajinasi kaum muda yang terjebak paradigma membosankan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan irama kehidupan yang lebih indah. D. Target Audience I. Demografi: Jenis Kelamin: Pria dan Wanita Travelling
digemari
baik
oleh
pria
maupun
wanita.
Pembahasan yang diangkat adalah seputar kehidupan sosial, lifestyle,
musik,
kesenian,
kebudayaan
dan
seluruh
permasalahannya yang wajib diketahui. Menurut Morrisan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Media Penyiaran, penentuan demografis adalah strategi periklanan. Sehingga menurut produser iklan-iklan produk pria maupun wanita berusia muda dapat mendukung berjalannya program acara dari episode ke episode. Usia: 17-40 tahun Rentang usia yang dipilih, adalah berdasarkan rentang usia generasi muda dan dewasa. Dimana ada kesamaan kehidupan sosial, lifestyle, kesenian dan kebudayaan dalam kehidupan pada rentang usia tersebut. Contohnya adalah kehidupan sosial seperti menghabiskan waktu di coffee shop, cara berpakaian dan bersolek, peminatan terhadap karya seni dan pecinta atau pemerhati budaya. Kita juga sering menjumpai rombongan keluarga tiap kali kita melakukan travelling. Sosial Ekonomi Status: A-B Pola pikir dan sudut pandang yang dibawakan dalam gaya penulisan naskah dan topik bahasan yang diangkat, sesuai dengan pola pikir, gaya hidup, dan kehidupan sehari-hari masyarakat golongan menengah keatas. Dengan harapan barisan generasi yang mampu dan berkecukupan secara lahir
10 batin, mampu menyebarkan pengaruh pesan positif dari program ini kepada sesama generasi dari seluruh lapisan masyarakat. Kutipan Morissan dari Joseph Plumer (1974) dalam buku Manajemen Media Penyiaran, menerangkan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas manusia, salah satu diantaranya sesuai dengan tujuan dari program gagasan produser, yaitu Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain (isu-isu sosial, politik, masa depan, dan lain-lain). II. Psikografi: Masyarakat urban usia dewasa yang memiliki perhatian terhadap permasalahan sosial, gaya hidup, seni, dan budaya yang juga memiliki visi dan misi yang sama dalam memandang kemajemukan bangsa Indonesia. Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa program ini menjelajahi berbagai tempat di tanah air, dan mengeksplorasi pola kehidupan sosial masyarakat. III. Geografi: Program ini disiarkan ke seluruh tanah air, karena produser ingin memproduksi program yang memuat spirit bangsa Indonesia sejati. Sehingga semua lapisan masyarakat diseluruh pelosok tanah air mampu memperoleh pengaruh positif dari spirit sejati bangsa Indonesia yang mulai pudar. E. Durasi program: 30 menit Waktu tayang adalah 30 menit untuk memberikan informasi, hiburan, dan pendidikan dengan cara penyampaian audio-visual dan bahasa yang efektif. Acara ini dibagi kedalam 3 segmen. Pembagiannya adalah sebagai berikut. Segmen I Presenter akan memandu audience mengulas preview seputar kehidupan sosial, lifestyle, kesenian dan budaya yang diangkat dari
11 suatu tempat sebagai pokok bahasan. Bisa berupa permasalahan yang terjadi pada pokok-pokok bahasan maupun sekedar berbagi informasi. Dalam episode pertama, segmen satu masih akan membahas seputar perkenalan program, dan berisi teaser tentang tempat yang akan dituju. Segmen II Selanjutnya, akan ada pembahasan lebih dalam lagi mengenai pokok bahasan. Kali ini audience akan diajak untuk berkeliling disekitar tempat tujuan sembari disajikan oleh gambar-gambar pemandangan. Di episode pertama, audience akan diperkenalkan kepada sebuah daerah bernama desa ranupane, dimana suku tengger yang menjadi penduduk mampu berdampingan dalam perbedaan. Segmen III Di segmen terakhir episode pertama, terdapat liputan yang berisi acara adat. Setelah mengupas tuntas seputar kegiatan adat dan menikmati serunya menonton acara yang bernama “Upacara Karo”, akan ada bagian penutup yang berisi cerita-cerita dan pandangan presenter tentang nilai-nilai yang telah didapat selama berwisata. F. Waktu Tayang: Minggu, 17:00 – 17:30 Umumnya, program-program feature yang tayang di Indonesia tayang antara waktu siang hari hingga menjelang adzan maghrib. Seperti program silet yang tayang siang hari, hingga program seperti jejak petualang yang tayang sore hari. Menurut Peter K. Pringle dalam Electronic Media Managemet edisi kedua, pukul 17:00-17:30 dikategorikan sebagai Early Fringe (Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, p. 297). Karena umumnya masyarakat mulai mengakhiri aktivitas mulai pukul 16:00 dan golongan pemuda, khususnya remaja sudah berada di rumah. Sehingga audience yang kami targetkan dapat menonton program kami. G. Stasiun Televisi: Kompas TV Kompas TV adalah stasiun televisi baru yang pertama kali melakukan gebrakan dengan menayangkan program-program yang beragam, berkualitas,
12 dan menggunakan kamera beresolusi tinggi. Ditengah-tengah gempuran siaran tv dengan jenis program mainstream, Kompas TV hadir dengan standar siaran program tersendiri dan independen. Selain itu, Kompas TV tengah mengarah pada sistem digital yang lazim digunakan oleh stasiunstasiun TV Internasional. H. Tipe Program: Tapping Jenis program tapping menggunakan lebih dari satu kamera. Sehingga memiliki kekayaan visual yang beragam. Tayangan ini akan mempunyai gambar objek yang steady atau statis, hingga gambar bergerak atau tambahan gambar dari sudut lain. Setelah proses pengambilan gambar, jenis program tapping
akan
melewati
proses
editing.
Dimana
akan
ada
proses
penggabungan gambar, pengisian suara atau dubbing, dan dapat ditambahkan efek-efek lain secara audio-visual untuk menghasilkan hasil siap tayang. 1.3
Teknik Pengumpulan Data Penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan melakukan Forum
Group Discussion (FGD) dengan melemparkan 7 pertanyaan untuk didiskusikan dengan 6 orang partisipan yang tidak saling mengenal namun berasal dari latar belakang yang sama. 1.3.2
Nama Peserta Forum Group Discussion 1. Khoirun Najib 2. Peter Eduard Mozart 3. Bagus Candra Pratama 4. Ahmad Nafiudin 5. Devriza 6. Amri Nur
1.3.3
Question a. Setelah saya jelaskan mengenai pengertian dan contoh program feature, apa yang kalian pikirkan tentang program feature?. b. Program feature apa yang suka kalian tonton?.
13 c. Seperti yang sudah saya jelaskan, salah satu jenis program feature adalah feature travelling. Apakah anda sekalian membutuhkan program features jenis ini? d. Jadi kira-kira anda membutuhkan program travelling dengan tema seperti apa?. e. Program travelling dalam acara TV apa yang anda sekalian favoritkan?. f. Menurut anda sekalian, bagaimana peran presenter atau host dalam sebuah acara feature, khususnya travelling?. g. Sebutkan program travelling impian anda sekalian, tema nya seperti apa, konsepnya seperti apa, dan presenternya ingin yang bagaimana. Anda sekalian juga boleh menambahkan hal lain. 1.3.3
Tabel Analisis Focus Group Discussion
a. Setelah saya jelaskan mengenai pengertian dan contoh program feature, apa yang kalian pikirkan tentang program feature?. Response
Question Code
Participant ID
a
1
Program seru, jalan-jalan, makan-makan.
a
2
Bikin penasaran, informasi yang bisa digali banyak, bisa kasih inspirasi juga. Kadang kita bingung mau ngapain.
a
3
Jejak petualang, jika aku menjadi.
a
4
Jejak petualang, isinya wanita–wanita hebat seperti medina kamil, riyanni djangkaru. Saya rasa susah itu bikinnya.
a
5
Yang saya ngerti tentang program features itu, pasti shootingnya jauh. Acara masak saja bisa outdoor. Jadi saya sependapat jika bikinnya susah.
a
6
Net TV, Kompas TV, mereka punya gambar bagus. Saya suka nonton. Ada jalan–jalannya terutama, tentang kopi juga. Saya suka.
a
7
Bikin deg–deg jantung, bikin pengen jalan–jalan.
14 b. Program feature apa yang suka kalian tonton?. Response
Question Participant Code ID b
1
How to Do It, Travelling.
b
2
Travelling.
b
3
Travelling.
b
4
Travelling, Musik.
b
5
Travelling.
b
6
How to Do It, History, Travelling
b
7
Travelling, How to Do It.
c. Seperti yang sudah saya jelaskan, salah satu jenis program feature adalah feature travelling. Apakah anda sekalian membutuhkan program features jenis ini? Response
Question Participant Code ID c
1
Ya, butuh.
c
2
Harusnya lebih banyak lagi.
c
3
Butuh.
c
4
Butuh.
c
5
Butuh.
c
6
Program seperti ini sudah banyak dan bagus semua, kalau bisa ada yang lebih bagus lagi.
c
7
Butuh.
15 d. Jadi kira–kira anda membutuhkan program travelling dengan tema seperti apa?. Response
Question Participant Code ID d
1
Mungkin yang edukatif.
d
2
Ya, benar yang edukatif seperti di TV luar yang jalan–jalan ke perancis selatan buat liat pabrik wine, dikasih tau juga proses bikinnya.
d
3
Yang wisata rohani belum ada, mungkin seru dan meledak kalau tayang.
d
4
Acara travelling tapi hunting makanan.
d
5
Acara jalan–jalan tapi yang ke luar negeri semua.
d
6
Saya pengen tau, bisa nggak acara investigasi tapi ke koruptor di tiap–tiap kota.
d
7
Menurut saya yang mengupas sejarah yang hampir nggak ada.
e. Program travelling dalam acara TV apa yang anda sekalian favoritkan?. Response
Question Code
Participant ID
e
1
Wisata Kuliner, Jejak Petualang.
e
2
Jejak Petualang, Jalan–Jalan Men, semua yang jalan–jalan saya suka.
e
3
Jejak Petualang.
e
4
Jejak Petualang, Acaranya Chef Juna, Explore Indonesia, 100 Hari Keliling Indonesia.
e
5
100 Hari Keliling Indonesia, Lentera Indonesia.
e
6
Kalo lokal saya suka 100 Hari Keliling Indonesia, impornya Sea Sherped sama Bondi Rescue.
e
7
100 Hari Keliling Indonesia.
16 f. Menurut anda sekalian, bagaimana peran presenter atau host dalam sebuah acara features, khususnya travelling?. Response
Question Participant Code ID f
1
Wah, teknisnya kurang paham. Tapi presenter itu ikon.
f
2
Presenter itu nyawa dari sebuah acara.
f
3
Kalo di Band ibaratnya vokalis.
f
4
Mungkin perannya kecil ya, yang gede kan sutradara.
f
5
Ya, Meskipun peran kecil tapi dia yang lebih dikenal. Mungkin kalau cantik atau ganteng makin laku.
f
6
Presenter itu perannya besar. Saya suka bola, belakangan ini banyak presenter cewek tapi ngerti bola. Nah itu baru pas, cantik tapi juga ngerti.
f
7
Kalo presenternya bagus, terkenal, tapi kalo acaranya biasa ya percuma.
g. Sebutkan program travelling impian anda sekalian, tema nya seperti apa, konsepnya seperti apa, dan presenternya ingin yang bagaimana. Anda sekalian juga boleh menambahkan hal lain. Question Participant Code ID
Response
g
1
Mungkin yang edukatif ya, bawain acara orang yang berpendidikan gitu. Jalan–jalannya ada, belajarnya juga ada.
g
2
Acara jalan–jalan kebanyakan sih, takutnya tempat yang tadinya bersih jadi kotor akibat dikunjungi. Jadi yang edukatif aja, misalnya etika dalam berwisatanya lebih ditekankan.
g
3
Yang penting presenternya mudah nyantol dengan orang– orang.
g
4
Yang jalan–jalan sambil masak–masak, sekarang yang laku Chef Juna. Tapi masakannya khas Indonesia semua.
g
5
Apapun acaranya yang penting bermoral, nggak ngerusak kayak sinetron sekarang.
17 g
6
Yang mukanya oriental mungkin, bosen muka lokal terus, atau wajah–wajah Indonesia Timur. Acara TV nya bebas.
g
7
Kebetulan saya nggak lihat penampilan ya, yang penting cocok, pas sama acaranya. Kalau acara ya saya setuju sama yang pendidikan tadi.
Sinopsis Peserta FGD berpendapat bahwa program features yang baik adalah yang menghibur, menarik untuk menyampaikan berbagai informasi dan pesan–pesan yang ingin disampaikan. Menurut para peserta FGD, seorang presenter tidak dapat dipisahkan dengan programnya, sehingga presenter yang baik adalah yang mampu menyatu dengan konsep program dan komunikatif terhadap pemirsa. Kemudian para peserta FGD menginginkan adanya program features edukatif yang dapat disajikan dalam bentuk apapun, seperti pendidikan, musik, dan sejarah. 1.4
Tujuan Dan Manfaat Pembuatan Tugas Karya Akhir 1.4.1 Tujuan Pembuatan Program - Memproduksi tayangan televisi yang berkualitas ditengah gempuran acara-acara televisi yang menepikan nilai-nilai kehidupan serta tidak mempunyai sisi informatif, edukatif dan mempunyai touch of art minimum. - Mempengaruhi cara berpikir audience untuk menciptakan kehidupan sehari-hari yang inovatif, efektif, penuh warna melalui program Rebel to Explore. - Menyampaikan ide-ide kreatif dan opini masyarakat kepada audience, serta memberi gambaran tentang kehidupan-kehidupan yang menarik, unik dan bernilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat yang baik untuk diketahui audience. -
Memberi informasi lengkap kepada audience seputar kehidupan
sehari-hari seperti lifestyle, musik, kesenian, budaya dan lain sebagainya yang sudah menjadi bagian dari perlakuan terhadap kehidupan setiap audience. - Menjelaskan permasalahan-permasalahan serta meluruskan paradigma miring dalam cara menjalani kehidupan sehari-hari.
18 - Memberi tips-tips menarik, unik, dan inovatif untuk memberi warna baru didalam kehidupan sehari-hari. 1.4.2 Manfaat Akademis a. Secara akademis produser berharap agar program ini dapat memberi inspirasi dan memperkuat imajinasi untuk meng eksplorasi kehidupan agar lebih mempunyai nilai. b. Dengan penelitian ini, diharapkan para pembaca dapat mengerti mengenai proses pembuatan sebuah program feature yang mempunyai kelebihan dalam kualitas, konten, dan mempunyai visi-misi untuk mencerdaskan dan membuka akal-pikiran generasi bangsa. c. Produser berharap agar karya tugas akhir yang diproduksi bermanfaat untuk mata kuliah Radio and Television Program, Penulisan Naskah Televisi dan Radio, serta Audio-Video Editing. 1.4.3 Manfaat Praktis -
Dengan adanya ide yang dituangkan produser dalam bentuk sebuah program televisi, maka diharapkan akan memberi inspirasi bagi para calon-calon broadcaster untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui produksi program-program berkualitas.
-
Program ini diharapkan mampu menjadi referensi dan tentunya inspirasi bagi siapapun yang akan memproduksi sebuah karya tugas akhir.
1.4.4 Masyarakat atau Umum -
Produser sangat berharap dengan adanya program yang telah diproduksi bersama tim, masyarakat akan lebih inovatif, kreatif dan imajinatif untuk menciptakan perbedaan kearah yang lebih positif dan inspiratif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
1.5 Sistematika Penulisan 1.5.1 BAB 1 ( PENDAHULUAN ) a. Pada bab ini penulis yang merangkap sebagai produser menjelaskan latar belakang dari program yang akan dibuat sesuai dengan peran penulis sebagai produser. Pada bagian ini penulis akan menjelaskan bagaimana ide awal penulis yang melatarbelakangi pembuatan sebuah program televisi.
19 b. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai profil program yang akan dibuat mulai dari nama program, genre program, target audience, durasi program, waktu penayangan, stasiun televisi, dan tipe program. c. Pada bab ini penulis juga menjelaskan mengenai bagaimana teknik pengumpulan
data
dengan
menggunakan
metode
Forum
Group
Discussion (FGD). Caranya adalah mengadakan diskusi terbuka dengan 6 orang yang berbeda latar belakang. Jumlah pertanyaan yang dilempar adalah sebanyak 7 pertanyaan. d.
Pada bab ini juga penulis menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat yang akan didapatkan dari segi akademis, praktis dan masyarakat umum.
e. Pada bab ini juga penulis menjelaskan tentang sistematika penulisan mulai dari bab I sampai bab V.
1.5.2 BAB 2 ( KAJIAN PUSTAKA ) a. Pada BAB II, penulis akan menjelaskan keterkaitan mengenai teori-teori atau konsep dengan proses tugas karya akhir dan memaparkan teori yang berkaitan dengan masing-masing bagian dari penulis . b. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai teori-teori atau konsep yang berkaitan antara tugas karya akhir dengan penontonnya.
1.5.3 BAB 3 ( PRA PRODUKSI KARYA AKHIR ) a. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai bagaimana proses pembuatan produksi program dilakukan, mulai dari kegiatan pra produksi yang dilakukan sebelum proses pembuatan tugas karya akhir dilakukan seperti penerjemahan ide kepada suatu konsep program serta pengembangan dari ide itu sendiri, persiapan akademis seperti, membuat proposal, memproses surat-surat yang dibutuhkan untuk perizinan mulai dari izin sewa tempat, perjanjian dengan komponen-komponen masyarakat yang akan menjadi bintang tamu atau host dan sebagainya. Persiapan teknis seperti peralatan apa saja yang dibutuhkan pada saat pembuatan tugas karya akhir seperti camera, lightning, microphone, mixer, clip on, dan peralatan lainnya sesuai kebutuhan. Penulis juga membuat jadwal pembuatan tugas karya akhir, rundown dan segmentasi.
20 1.5.4 BAB 4 ( PRODUKSI TUGAS KARYA AKHIR ) a. Pada bab ini penulis menjelaskan dan memaparkan bagaimana berjalannya proses produksi, serta review hasil produksi program yang dibuat untuk dipikirkan kedepannya sebelum melalui tahap editing yang terdapat pada tahap pasca produksi.
1.5.5 BAB 5 ( PASCA PRODUKSI TUGAS KARYA AKHIR ) a. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan shooting berlangsung seperti editing, mixing dan evaluasi produksi.
21