Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah media informasi yang sangat efektif untuk menyampaikan informasi yang mumpuni untuk setiap masyarakat. Manusia adalah mahluk sosial, maka itu, setiap manusia sejatinya tidak dapat hidup sendiri. Setiap orang membutuhkan orang lain untuk bergaul, dan berinteraksi. Maka itu, setiap orang berusaha untuk menyampaikan maksud dan tujuannya kepada orang lain yaitu melalui interaksi. Interaksi yang efektif adalah melalui bahasa. Maka itu di seluruh dunia sudah pasti mempunyai bahasa masing-masing yang dapat dimengerti. Setiap orang di setiap wilayah mempunyai bahasanya masing-masing yang dimana hanya masyarakat di daerah itu saja yang mengerti. Tidak semua negara dan bangsa mempunyai bahasa yang sama. Karena untuk menghindari kesalahpahaman apabila masyarakat satu dengan masyarakat lainnya yang mengakibatkan suatu hubungan yang buruk hingga terjadilah konflik yang serius, maka, di beberapa negara di dunia mempunyai bahasa ibu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya. Dengan pengartian yang telah KBBI jelaskan, maka penulis berasumsi bahwa sesungguhnya bahasa yang benar-benar menyatukan interaksi sesama masyarakat di sebuah negara disebut dengan bahasa ibu. Lalu, ada juga yang disebut dengan bahasa daerah. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (1998) bahasa daerah adalah bahasa yang lazim dipakai di suatu daerah; bahasa suku bangsa, seperti – Batak, -- Jawa, -- Sunda. Dengan pernyataan yang telah dijelaskan oleh KBBI ini, penulis menganggap bahwa terdapat kemungkinan bahwa seseorang yang menguasai bahasa daerah adalah yang telah terbiasa menggunakan bahasa di dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan keluarga besarnya. 1
2
Persamaan dari tiap-tiap bahasa di dunia adalah dalam angka-angka, penggunaan tanda baca maupun dalam berpartikel atau bisa juga disebut dengan kata sambung. Walaupun di tiap-tiap bahasa mempunyai partikel yang berguna sebagai penyambung, beberapa kata menjadi suatu kalimat. Penggunaan partikel berdasarkan fungsinya masing-masing. Partikel juga adalah bagian dari beberapa jenis kata. Setiap kata diciptakan tentunya mempunyai fungsinya masing-masing. Fungsi yang ditemukan disini bisa yang mempunyai arti yang sama, namun, tidak terlalu sama sehingga apabila salah
digunakan bisa mengakibatkan suatu
kesalahpahaman.
Dan
dari
kesalahpahaman disini kemungkinan dapat menyinggung perasaan orang lain. Maka itu, menurut penulis, apabila kita ingin menggunakan suatu kata dalam percakapan sehari-hari, alangkah baiknya apabila kita telah mengetahui makna dan bagaimana cara menggunakan kata tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, penulis mengambil tema penulisan skripsi toritatejoshi atau perbedaan fungsi partikel dan cara penggunaannya. Karena apabila ditelaah lebih dalam lagi dan juga dalam pengalaman dalam mempelajari bahasa Jepang dalam hal tata bahasa, memang begitu banyak partikel yang digunakan dalam bahasa jepang dan juga pengelompokannya. Namun, ketika dipelajari lagi, memang ada beberapa partikel yang apabila disalah gunakan mengakibatkan kesalahan total yang mengakibatkan pergeseran makna kalimat di dalam penggalan kalimat tersebut. Ditambah lagi, apabila kita hanya mengandalkan kamus, setiap kata yang berbeda tetap saja mempunyai makna yang sama sehingga membuat semakin membingungkan. Maka itu, seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya, apabila ingin mengatakan atau menulis sesuatu, alangkah baiknya apabila dicari tahu apa arti kata yang akan kita gunakan dalam perkataan ataupun penulisan tersebut. Toritatejoshi sebagian besar dan umumnya dipakai di dalam partikel. Namun, belum dapat dibuktikan bahwa toritatejoshi juga dapat dianalisa di dalam pembentukan kata yang lain, seperti meishi, keyoushi dan yang lainnya. Walaupun menurut penulis, meishi juga dapat dianalisa dengan menggunakan toritatetjoshi karena di kata benda pun juga terdapat kata yang berbeda namun mempunyai makna yang sama. Toritatejoshi yang penulis ambil untuk di analisa dalam penulisan skripsi ini adalah joshi (partikel) mengenai tentang makna yang sama yaitu adalah
3
‘hanya’. Namun, di dalam makna yang sama dan umum tersebut, kemungkinan memang kata ‘hanya’ disini mempunyai makna yang berbeda dan juga bagaimana fungsi dan cara penggunaan dari kata ‘hanya’ yang telah diterjemahkan. Ada beberapa skripsi yang pernah membahas tentang toritatejoshi, yaitu sebagai berikut: 1. Auliatun Nisa Nova mengenai analisi Fungsi Toritatejoshi bakari dalam Novel Botchan karya Natsume Soseki. 2. Silviana mengenai analisis penggunaan Toritatejoshi koso dalam Komik Chibi Maruko Chan karya Momoko Sakura. 3. Sylviana mengenai analisis penggunaan toritatejoshi ‘Sae’ dalam Novel Ringgu karya Koji Suzuki (1991). 4. Yessie Windriani mengenai analisis perbedaan penggunaan toritatejoshi ‘dake’ dan ‘bakari’ daalm novel Sakura House karya Shizuko Toudou.
1.2Masalah Pokok Masalah yang diambil dalam skripsi ini adalah apa perbedaan makna dari joshi dake, shika, bakari, dan bakari ni dan cara penggunaannya.
1.3 Formulasi Masalah
Penulis akan mencari tahu perbedaan makna dan penggunaan dari partikel Dake, Shika, bakari, dan Bakari ni berdasarkan novel Out karya Natsuo Kirino.
1.4 Ruang lingkup Permasalahan
Ruang lingkup permasalahannya adalah, penulis akan menganalisa partikel dake, shika, bakari polos. Yaitu partikel yang berdiri sendiri tanpa ada partikel lainnya di antara partikel yang dibahas berdasarkan novel Out karya Natsuo Kirino.
4
Penulis juga akan membahas Partikel bakari ni beradasarkan novel Out karya Natsuo Kirino
1.5 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan makna dan penggunaan dari partikel shika, dake, bakari dan bakari ni berdasarkan novel Out karya Natsuo Kirino.
1.6 Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka yang telah dibaca dalam penulisan skripsi ini adalah dalam novel Out karya Natsuo Kirino dan terjemahannya, buku Minna no Nihongo karya Yone Tanaka, beberapa jurnal
dan beberapa buku yang
mendukung dalam penulisan Skripsi ini. Pada penelitian sebelumnya mengenai toritatejoshi terutama mengenai partikel Bakari yang telah diteliti oleh Auliatum Nisa Nova telah ditemukan kesimpulan bahwa partikel bakari sebagian besar dipakai untuk menyatakan makna ‘hanya’ dan disesuaikan dengan situasinya. Sedangkan kesimpulan dari hasil penelitian oleh Yessie Windriani mengenai fungsi dake dan bakari, dapat ditemukan bahwa dake dan bakari mempunyai persamaan fungsi sebagai menyatakan makna ‘pembatasan’ dan ‘hubungan sebab akibat’. Lalu perbedaan dari kedua partikel tersebut adalah: 1. Dake mempunyai fungsi sebagai menunjukkan ‘taraf’ dan ‘hubungan berbalik’. 2. Bakari mempunyai fungsi sebagai ‘menunjukkan suatu jumlah yang banyak’, ‘perkiraan jumlah’, ‘kegiatan yang baru saja selesai’, dan ‘kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya’. Sama seperti penelitian yang sebelumnya, penulis meneliti mengenai fungsi dari partikel dake dan shika. Dake dan shika dapat berdiri sendiri dan apabila mereka juga
5
digabungkan dengan joshi yang ada di antaranya seperti dakeshika, dakeni, nidake, dan sebagainya. Namun, penulis meneliti fungsi dari kedua joshi tersebut apabila mereka berdiri sendiri. Sedangkan untuk partikel bakari, bakari dapat berdiri sendiri, digabungkan dengan joshi sesudahnya yaitu ni, de, ka, dan da. Serta mempunyai makna juga apabila kata kerja dalam kalimat tersebut diubah menjadi ~da, ~de, dan ~ru. Namun, penulis meneliti fungsi dari partikel bakari apabila berdiri sendiri dan digabungkan juga dengan ni.
6