Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TELETERAPI Co-60 CIRUS 90131 C. Tuti Budiantari dan Nurman R. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN
ABSTRAK AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TERAPI Co-60 CIRUS 90131. Dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat teleterapi Co-60 Cirus 90131 diukur menggunakan detektor pengionan NE 2571 no. seri 2693 yang tertelusur ke laboratorium dosimetri standar primer ARPANSA Australia. Detektor ini mempunyai faktor kalibrasi dalam besaran kerma udara dan dosis serap di air. Pengukuran faktor koreksi rekombinasi ion dan polaritas serta dosis serap di air dilakukan pada jarak sumber radiasi ke permukaan fantom air 80 cm, luas lapangan radiasi di permukaan fantom air 10 cm x 10 cm dan kedalaman air 5 cm. Faktor koreksi yang digunakan untuk menghitung dosis serap di air meliputi : kesalahan penunjuk waktu, rekombinasi ion dan polaritas, tekanan dan temperatur ruang. Dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dan dosis serap di air. Untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran dosis serap di air tersebut Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional (LMRN) mengikuti audit kualitas dosis sumber radiasi Co-60 yang diselenggarakan oleh IAEA. Empat buah TLD yang berisi bubuk LiF-100 berserta lembar data yang harus diisi diterima oleh LMRN. Tiga buah TLD disinari masing-masing dengan dosis sebesar 2 Gy di dalam air dengan kondisi pengukuran yang sama seperti pengukuran dosis serap di air sedangkan satu buah TLD sebagai kontrol. Setelah itu tiga buah TLD baik yang telah disinari dan satu buah TLD sebagai kontrol bersama dengan lembar data yang sudah diisi dikirim kembali ke IAEA untuk dievaluasi. Perbedaan hasil pengukuran dosis serap di air antara dosis serap yang dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dan dosis serap di air adalah 0,4 %. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh IAEA untuk dosis serap di air yang dihitung berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air mendapatkan deviasi yang cukup baik yaitu sebesar 1,7 %. Sedangkan apabila dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara diperoleh deviasi sebesar 1,2 %. Hal ini menunjukkan sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131, dosimeter standar, protokol dosimetri, lingkungan dan personil yang dimiliki oleh Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional sudah memadai. Kata kunci :
audit kualitas, berkas radiasi Co-60, TLD, detektor pengionan, faktor kalibration dosis serap di air, faktor kalibrasi kerma udara.
ABSTRACT THE QUALITY AUDIT OF ABSORBED DOSE MEASUREMENT FROM Co-60 RADIATION SOURCE CIRUS 90131. Absorbed dose to water of Co-60 radiation source from Co-60 teletherapy machine Cirus 9031 was measured by using ionization chamber NE 2571 /Serial number 2693 which has traceability to ARPANSA-Australia Primary Standard Dosimetry Laboratory. This chamber has calibration factor in term of air kerma and absorbed dose to water. Measurement of polarity and ion recombination correction factors and absorbed dose to water were carried out at source to surface distance (SSD) of 80 cm, field size at the phantom surface (FS) of 10 cm x 10 cm and the water depth of 5 cm. Correction factors used to calculate absorbed dose to water were as followed : time error, ion recombination, polarity, pressure and temperature. Absorbed dose to water was calculated based on absorbed dose to water and air kerma calibration factors. To know the difference of absorbed dose to water measurement result the National Radiation Metrology Laboratory (NRML) followed dose quality audit of Co-60 radiation beam organized by
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
86
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
the IAEA/WHO. Four TLDs contained LIF-100 powder and form sheet to be filled were received by the NRML. Three TLDs were irradiated in water with dose of 2 Gy for each using the same condition as absorbed dose to water measurement and one used for control . Then three TLDs that has been irradiated and one TLD was used for control together with filled form sheet were sent back to the IAEA to be evaluated. The difference of absorbed dose to water measurement result based on calibration factors of air kerma and absorbed dose to water was 0.4 %. Evaluation by the IAEA gave the difference of 1.7 % between the dose calculated using absorbed dose to water calibration factor stated by the NRML and the dose evaluated by the IAEA. Meanwhile , the difference of 1.2 % between the dose calculated using air kerma calibration factor stated by the NRML and the dose evaluated by the IAEA was obtained. It showed that Co60 radiation beam, standard dosimetry, dosimetry protocol, environment and personnel of the National radiation Metrology Laboratory is qualified. Key words : quality audit, Co-60 gamma beam, TLD, ionization chamber, absorbed dose to water calibration factor, air kerma calibration factor.
Untuk mengetahui kebenaran hasil
I. PENDAHULUAN Dengan
Secondary
ditetapkannya
Standard Dosimetry Laboratory (SSDL)Jakarta sebagai Fasilitas Kalibrasi Tingkat Nasional (FKTN)
pada tahun 1984 maka
FKTN mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kalibrasi keluaran sumber radiasi terapi di rumah sakit berdasarkan protokol yang diacu 1-2 . Berdasarkan peraturan kepala BAPETEN Dosimetri BATAN
SSDL Standar
ditunjuk
atau
Laboratorium
Sekunder sebagai
(LDSS)
Laboratorium
Dosimetri Tingkat Nasional (LDTN) yang dalam hal ini adalah Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional (LMRN)3. Salah satu tugas LMRN adalah memberikan layanan kalibrasi keluaran sumber radiasi terapi yang berasal dari sumber radiasi terapi Co-60 dan/atau berkas radiasi foton energi tinggi yang dipancarkan dari pesawat pemercepat linier medik yang hasilnya berupa
dosis serap
untuk berbagai lapangan radiasi.
pengukuran dosis serap di air tersebut maka sejak tahun 1986 SSDL Jakarta merupakan
anggota
jaringan
yang LDSS
IAEA/WHO ini selalu berpartisipasi dalam kegiatan audit kualitas dosis untuk sumber radiasi Co-60 menggunakan TLD melalui pos yang
diselenggarakan
oleh
IAEA/WHO
secara periodik baik. Tujuan dari audit kualitas dosis ini adalah untuk mengetahui kebenaran
hasil penentuan dosis serap
berdasarkan protokol yang digunakan oleh laboratorium 4. Secara umum hasil yang diperoleh pada setiap kegiatan tersebut di atas dari tahun ke tahun
cukup memuaskan. Pada
tahun 2008 yang lalu hasil audit kualitas dosis
untuk
sumber radiasi Co-60
mendapatkan deviasi yang sangat baik yaitu – 0,1 % 5. Dalam kegiatan audit kualitas dosis ada beberapa faktor yang berperan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Faktorfaktor tersebut antara lain : sumber radiasi,
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
87
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
alat ukur radiasi standar dan alat ukur
di air yang diuji melalui audit kualitas dosis
penunjang yang digunakan, personil yang
sumber radiasi Co-60 yang dilakukan di
melakukan pengukuran, protokol dosimetri
Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional,
yang digunakan dan kondisi lingkungan
PTKMR – BATAN.
laboratorium.
Faktor-faktor
ini
harus
dipelihara terus untuk menjaga konsistensi
II. TEORI Dosis serap di air sumber radiasi Co-
mutu layanannya. 2009
Laboratorium
60 dari sebuah pesawat teleterapi merupakan
Metrologi Radiasi Nasional
(LMRN) ini
salah satu parameter dosimetri yang sangat
Pada
tahun
kembali ikut serta dalam kegiatan tersebut di
penting
atas. Dibandingkan dengan tahun yang lalu,
radioterapi sangat bergantung pada parameter
tidak ada perbedaan yang signifikan dari
ini. Dosis serap di air dapat dihitung
semua faktor-faktor yang telah diuraikan di
berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air
atas. Yang berbeda hanyalah detektor yang
dan
digunakan untuk menentukan laju dosis serap
pengukuran dosis serap berdasarkan faktor
sumber radiasi Co-60. Jika tahun lalu
kalibrasi kerma udara dan dosis serap di air
detektor standar yang digunakan memiliki
maksimum 1 % 8.
ketertelusuran ke laboratorium standar primer
karena
kerma
berhasilnya
udara.
perlakuan
Perbedaan
hasil
maka tahun ini digunakan detektor dengan
Pengukuran Dosis Serap di Air Berdasarkan Faktor Kalibrasi Dosis Serap di Air
tipe yang sama yang memiliki ketertelusuran
Dosis serap di air sumber radiasi Co-
BIPM melalui laboratorium dosimetri IAEA,
ke laboratorium standar primer ARPANSA
60 pada titik acuan
6-7
dihitung menggunakan persamaan berikut 8 :
. Partisipasi Laboratorium Metrologi
Radiasi
Nasional
sebagai
laboratorium
dosimetri standar sekunder ini kegiatan
audit
kualitas
dosis
dalam yang
diselenggarakan oleh IAEA/WHO sangat penting
mengingat
perannya
sebagai
dengan :
Dw,
= MQ . ND,w,
.......... ( 1 )
Dw, : dosis serap pada titik pengukuran acuan (mGy) MQ : bacaan
rata-rata
dosimeter,
terkoreksi temperatur dan
“jembatan” antara alat ukur radiasi lapangan
(KPT),
yang digunakan di unit radioterapi di rumah
polaritas (kpol)
sakit dengan laboratorium standar primer.
pengukuran dapat
M,
tekanan
rekombinasi ion (ks) dan
Makalah ini menguraikan kegiatan hasil penentuan dosis serap berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dan dosis serap
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
88
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
: M x KPT x ks x kpol
Penentuan Laju Dosis Serap di Air Berdasarkan Faktor Kalibrasi Kerma Udara
(V1/V2)2 - 1 ks = --------------------------(V1/V2)2 -(M1/M2) dengan :
Dosis serap di air sumber radiasi Co60 di dalam air pada titik acuan pengukuran
V1
: tegangan operasi normal
V2
: tegangan operasi yang lebih rendah yang
diukur
untuk
kondisi
M1 : bacaan rata-rata dosimeter terkoreksi dan
tekanan
pada
tegangan operasi V1 M2 : bacaan rata-rata dosimeter terkoreksi temperatur
dan
berikut 9 : 5Dw(eff)
penyinaran yang sama. temperatur
dapat dihitung menggunakan persamaan
tekanan
pada
tegangan operasi V2
= Mu . ND . Sw,air . Ps. Pu . Prepl
dengan : 5Dw(eff)
: dosis serap pada titik efektif pengukuran ( mGy )
Mu
bacaan dosimeter terkoreksi
:
temperatur dan tekanan (digit) ND
: faktor kalibrasi dosis serap rongga udara detektor untuk sumber
Nisbah V1 dan V2 idealnya sama
radiasi
atau lebih besar dari 3 . Nk
: faktor
g
udara
sekunder yang hilang menjadi katt
: faktor koreksi atenuasi (penyerapan dan hamburan) dalam dinding
untuk polaritas negatip (digit) : bacaan elektrometer yang diperoleh untuk polaritas yang secara rutin
detektor yang disinari. km
: faktor yang mempertimbangkan ketidakseimbangan udara dari
digunakan (digit)
dinding detektor dan bahan
dosimeter dalam serap
kerma
remsstrahlung
M- : bacaan elektrometer yang diperoleh
dosis
kalibrasi
: fraksi enrgi partikel bermuatan
untuk polaritas positip (digit)
besaran
Co
(mGy/digit)
M+ : bacaan elektrometer yang diperoleh
ND,w, : faktor kalibrasi
60
: Nk x (1-g) x katt.km
│M+ │ + │M-│ kpol = -----------------------. 2M dengan :
M
(2)
di
(mGy/digit).
air
selubung Sw,air : nisbah daya henti masa air terhadap udara untuk energi 60Co Pu
: faktor koreksi perturbasi
Ps
:
Prepl
: koreksi titik efektif pengukuran
faktor koreksi rekombinasi ion pada kedalaman air d cm.
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
89
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
III. TATA KERJA
Prosedur Audit Kualitas Dosis
Sumber radiasi yang diukur dosis
Empat buah TLD berisi bubuk LIFoleh
serapnya berasal dari pesawat teleterapi Co-
Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional
60 Alcyon Cirus type COT-20 no. seri 4099
dari IAEA. Dengan menggunakan penyangga
dengan
tiga buah TLD secara bergantian disinari
TBq pada tgl. 1 Juni 1999
dengan dosis serap di air sebesar 2 Gy.
dosimeter standar yang digunakan adalah
Penyinaran dilakukan di dalam fantom air
detektor pengionan silindris volume 0,6 cc
pada kedalaman 5 cm dengan jarak sumber
tipe
radiasi ke permukaan fantom air 80 cm dan
dihubungkan dengan elektrometer Farmer
lapangan radiasi pada permukaan fantom air
tipe 2570/1B no. seri 1319
10 cm x 10 cm. Satu buah TLD tidak disinari
memiliki faktor kalibrasi dalam besaran dosis
karena berfungsi sebagai kontrol. Kemudian
serap di air dan kerma udara yang tertelusur
TLD yang telah disinari, TLD kontrol dan
ke laboratorium standar primer ARPANSA,
formulir yang telah diisi tersebut dikirim
Australia. Sumber pengecek pengecek
kembali ke IAEA untuk dievaluasi.
dengan aktivitas 10 mCi pada
100
dan
formulir
isian
Untuk menyatakan penyinaran,
IAEA
diterima
deviasi
melakukan
QD ED ED
2571
digunakan
untuk
evaluasi
dosimeter
standar
sumber radiasi 233,636
no.
11
. Sedangkan
seri
2693
12-13
. Detektor ini
mengecek .
yang
Untuk
90
Sr
Juli 1985 stabilitas mengecek
kebenaran hasil pengukuran dosis serap di air dari sumber radiasi Co-60 digunakan TLD
x 100 %
........... (3)
berisi bubuk LiF-100 yang akan dievaluasi oleh IAEA. TLD yang akan disinari dapat dilihat pada Gambar 1.
dengan : ∆
NE
hasil
menggunakan persamaan berikut : ∆=
aktivitas
= deviasi antara dosis yang dinyatakan oleh laboratorium peserta dosis rata-rata
dengan
yang diukur oleh
IAEA. QD
= dosis
yang
dinyatakan
oleh
laboratorium peserta ED
= dosis rata-rata
yang diukur oleh
IAEA Nilai deviasi ± 3,5 % antara dosis yang dinyatakan oleh laboratorium peserta dan dosis yang diukur oleh IAEA dipandang sebagai nilai yang memuaskan 10.
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
Gambar 1. Empat buah TLD berisi bubuk LIF100 yang digunakan dalam audit kualitas dosis sumber radiasi Co-60. Tiga buah TLD disinari masingmasing dengan dosis sebesar 2 Gy sedangkan satu buah TLD sebagai kontrol.
90
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
Pengecekan Stabilitas Sistem Dosimeter Farmer Sebelum dosimeter digunakan untuk mengukur dosis serap di air sumber radiasi Co-60
maka
sistem
dosimeter
dicek
dengan
R2 : jumlah bacaan untuk waktu penyinaran selama 15 detik
R1
stabilitasnya untuk meyakinkan bahwa sistem dosimeter tersebut memiliki kinerja yang baik. Elektrometer Farmer tipe NE 2570/IB nomor
seri
1319
dirangkaikan
dengan
detektor ionisasi tipe NE 2571 nomor seri 2693. Kemudian detektor dimasukkan ke dalam sumber pengecek disinari
90
Sr +
90
Y untuk
selama 250 detik. Bacaan yang
terkoreksi dengan temperatur dan tekanan dicatat. Setelah itu detektor disinari kembali sampai diperoleh 5 data pengukuran. Bacaan yang
diperoleh
dirata-ratakan
dan
dibandingkan dengan bacaan acuan. Apabila diperoleh perbedaan ≤ ± 1 % maka sistem dosimeter
dikatakan
stabil
dan
: bacaan untuk waktu penyinaran selama 60 detik. Pengukuran dilakukan pada jarak
sumber radiasi ke permukaan fantom air 80 cm, lapangan radiasi pada permukaan fantom 10 cm x 10 cm dan kedalaman detektor 5 cm. Mula-mula detektor disinari selama 5 menit selanjutnya detektor disinari selama 1 menit menggunakan penunjuk waktu pesawat Cirus 90131. Setelah itu detektor disinari kembali selama 15 detik dan dilakukan pengulangan sebanyak
kali.
Bacaan
dan
kondisi
lingkungan selama penyinaran dicatat. Pengukuran Faktor Koreksi Rekombinasi Ion Detektor yang telah dihubungkan ke
siap
14
4
elektrometer Farmer diletakkan di dalam
digunakan untuk pengukuran .
fantom air pada jarak sumber radiasi ke Pengukuran Kesalahan Waktu Pesawat
Penunjukan
permukaan fantom 80 cm , lapangan radiasi pada permukaan fantom 10 cm x 10 cm dan
Kesalahan penunjukan waktu (timer)
kedalaman
5 cm. Tegangan kerja sistem
pesawat adalah koreksi dari penunjuk waktu
dosimeter Farmer diatur untuk polaritas
pesawat (timer) yang disebabkan adanya
negatip dan tegangan V. Kemudian detektor
pergerakan
disinari
penyimpanan
sumber ke
radiasi
dari
posisi
posisi
penyinaran.
dengan
sumber
radiasi
Co-60
selama 1 menit dan bacaan yang ditunjukkan
Kesalahan penunjukan waktu pesawat ()
oleh
dapat ditentukan menggunakan persamaan
temperatur
berikut 15
Kemudian detektor disinari kembali selama 1
() = [ 60.( R2) - 60 .R1 ] / [4 R1 – ( R2)] ............... ( 4 )
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
elektrometer saat
serta
tekanan
penyinaran
dan
dicatat.
menit berturut-turut sampai diperoleh 5 bacaan.
Dengan cara yang sama sistem
dosimeter Farmer dengan tegangan kerja
91
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
diatur untuk polaritas negatip dan tegangan
disinari kembali selama 1 menit berturut-
V/4 Volt disinari dengan sumber radiasi Co-
turut sampai diperoleh 5 bacaan. Dengan cara
60.
yang sama sistem dosimeter Farmer dengan
Pengukuran Faktor Koreksi Polaritas Detektor yang telah dihubungkan ke elektrometer Farmer diletakkan di dalam
tegangan kerja diatur untuk polaritas positip disinari dengan sumber radiasi Co-60 . Pengukuran Dosis Serap di Air Sumber Radiasi Co- 60
fantom air pada jarak sumber radiasi ke permukaan fantom 80 cm, lapangan radiasi pada permukaan fantom 10 cm x 10 cm dan kedalaman
5 cm. Tegangan kerja sistem
dosimeter Farmer diatur untuk polaritas negatip dan tegangan V. Kemudian detektor disinari dengan sumber radiasi Co-60 selama 1 menit dan bacaan yang ditunjukkan oleh elektrometer serta tekanan dan temperatur saat penyinaran dicatat. Kemudian detektor
Dosis serap di air sumber radiasi Co60 dari pesawat Cirus 90131 diukur dengan kondisi pengukuran yang tidak berubah. Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali dengan memasukkan kondisi lingkungan seperti
temperatur
pengukuran.
dan
tekanan
saat
Susunan
peralatan
dalam
pengukuran-pengukuran
tersebut
dapat
dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Pengukuran dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131. Jarak sumber radiasi ke permukaan fantom air 80 cm, lapangan radiasi di permukaan fantom air 10 cm x 10 cm dan kedalaman detektor 5 cm.
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
92
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
Penyinaran TLD
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dosis serap di air dari sumber
Hasil pengecekan sistem dosimeter
radiasi Co-60 diperoleh, maka dilakukan
Farmer yang digunakan menunjukkan bahwa
perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk
stabilitas dosimeter tersebut cukup baik yaitu
dosis serap sebesar 2 Gy. Dengan pemegang khusus
sebuah TLD ditempatkan
sebesar 0,4 %. Dengan demikian dosimeter
pada
tersebut
kedalaman 5 cm di dalam fantom air dengan
Hasil
TLD disinari sesuai dengan waktu yang yang
sama
untuk
pengukuran
kesalahan
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
dilakukan
penyinaran untuk TLD yang lain.
digunakan
penunjukan waktu dari pesawat Cirus 90131
diperlukan untuk memperoleh dosis 2 Gy. cara
dapat
pengukuran.
kondisi penyinaran tidak berubah. Setelah itu
Dengan
sudah
TLD di
Tabel 1. Data pengukuran kesalahan penunjukan waktu pesawat Co-60 Cirus
dalam fantom air dapat dilihat pada Gambar 3.
Bacaan ( nC/60 detik ) R1 9,907
Gambar 3. TLD yang berada di dalam fantom air pada kedalaman 5 cm.
Bacaan ( nC/15 detik ) R2 2,173 2,173 2,173 2,173 R2 = 8,692
Dengan menggunakan Persamaan 1 maka akan diperoleh kesalahan penunjukan waktu pesawat sebesar -2,4 detik.
Pengisian Lembar Data
Hasil pengukuran dosis serap di air
Setelah tiga buah TLD tersebut
sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus
selesai disinari maka selanjutnya lembar data
90131 berdasarkan faktor kalibrasi kerma
diisi sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Selanjutnya TLD yang telah disinari dan
udara dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah
TLD kontrol serta lembar data yang sudah
ini.
diisi
lengkap
Laboratorium
dikirim
kembali
Dosimetri
IAEA
ke untuk
dievaluasi. Tabel 2. Dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131 ___
(nC/mnt) 9,863
NK mGy/nC
Ps
Pu
g
kattxkm
Sw,air
Prepl
Dw,5 mGy/menit
41,33
1,0003
0,993
0,003
0,985
1,133
0,990
446,02 ± 5,9%
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
93
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
Hasil pengukuran dosis serap di air
Dari Tabel 3 tersebut di atas dapat
radiasi Co-60 dari pesawat Cirus
dilihat bahwa dosis serap di air pesawat Cirus
sumber
90131 berdasarkan faktor kalibrasi dosis
tersebut
mendapatkan
nilai
serap di air dapat dilihat pada Tabel 3.
mGy/menit. Waktu penyinaran
447,89 1 menit
Dari Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat
waktu pesawat setelah dikoreksi dengan
bahwa dosis serap di air yang dihitung
kesalahan penunjuk waktu akan mendapatkan
berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara 0,4
waktu efektif penyinaran sebesar 57,6 detik.
% lebih kecil dibandingkan
dengan dosis
Dengan demikian maka laju dosis serapnya
serap yang dihitung berdasarkan faktor
akan menjadi 7,7759 mGy/detik. Waktu yang
kalibrasi dosis serap di air. Perbedaan ini
diperlukan untuk menyinari TLD dengan
disebabkan oleh ketidaktelitian penggunaan
dosis sebesar 2 Gy adalah 4 menit 19 detik.
faktor-faktor koreksi dalam
pengukuran
Hasil penyinaran tiga buah TLD di
dosis serap di air berdasarkan faktor kalibrasi
Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional
kerma udara, selain itu juga kemungkinan
yang dievaluasi oleh IAEA dapat dilihat pada
karena adanya efek sistematik dalam standar
Tabel 4 dan Tabel 5.
primer kerma udara.
Tabel 3. Dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131 berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air ___
nC/menit 9,863
Tabel 4.
ND,w mGy/nC
Ks
Kpol
Dw5 mGy/menit
45,28
1,0027
1,0002
447,89 ± 5,8%
Hasil pembacaan TLD yang telah disinari dengan sumber radiasi Co-60 oleh Laboratorium Dosimetri dengan dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air ____
Sumber radiasi
Unit
1
2
Co-60
Cirus 90131
No. TLD
Gy
ED QD
5
6
7
8
1,97 1,99 1,94
1,97
1,7
0,98
ED** Gy
4 2,00 2,00 2,00
3 DL 0927
ED
∆*** %
QD* Gy
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
94
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
Keterangan : * QD adalah dosis serap air yang dinyatakan oleh LMRN dan diperoleh berdasarkan perhitungan dosis serap di air berbasis faktor kalibrasi dosis serap di air * * Ketidakpastian dosis dalam pengukuran TLD adalah 1,8 % ( 1 standar deviasi ) . Ketidakpastian ini tidak termasuk ketidakpastian intrinsic protokol dosimetri *** deviasi dalam % relatif terhadap dosis yang diukur IAEA = 100 x ( dosis yang dinyatakan oleh LMRN – dosis yang diukur IAEA)/dosis yang diukur IAEA. Deviasi relatif dengan tanda negatip ( positip ) menunjukkan bahwa dosis yang dinyatakan oleh LMRN lebih rendah (lebih tinggi ) daripada yang diukur.
Dari Tabel 4 kolom 5 dapat dilihat
karena itu di masa yang akan datang perlu
bahwa untuk TLD ketiga, nilai penyinaran
dipasang detektor di belakang fantom air
LMRN yang diukur oleh IAEA terdapat
ketika penyinaran TLD berlangsung untuk
fluktuasi yang cukup besar yaitu 1,94.
memantau konstansi dosis dari masing-
Perbedaan ini mungkin disebabkan waktu
masing TLD. Disamping itu juga kesalahan
pergerakan sumber dari tempat penyimpanan
penunjukkan waktu dari pesawat Cirus
ke posisi penyinaran TLD yang satu dengan
900131 ini harus diamati secara periodik
yang lain tidak sama meskipun berdasarkan
untuk melihat konsistensi pergerakan sumber
perhitungan
yang
radiasi dari posisi penyimpanan ke posisi
sama dan posisi fantom air
penyinaran dan kembali lagi ke posisi
diberikan
waktu
penyinaran
terhadap sumber maupun posisi TLD di
semula.
dalam fantom air praktis tidak berubah. Oleh Tabel 5. Hasil pembacaan TLD yang telah disinari dengan sumber radiasi Co-60 oleh Laboratorium Dosimetri IAEA dengan dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara ____
Sumber radiasi
Unit
1
2
Co-60
Cirus 90131
QD Gy
ED* Gy
ED Gy
∆** %
ED QD
3
4
5
6
7
8
DL 0927
1.9906 1,9906 1,9906
1,97 1,99 1,94
1,97
1,2
0,99
No. TLD
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
95
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
Dari Tabel 5 kolom 7 dapat dilihat bahwa
Laboratorium
Metrologi
Radiasi
Nasional mendapatkan deviasi sebesar 1,2 %. Hasil
ini
cukup
baik
karena
IAEA
harus dapat melaksanakan secara konsisten program kendali mutu yang telah ditetapkan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih
memberikan nilai toleransi ± 3,5 %.
yang sebesar-besarnya kepada IAEA/WHO V. KESIMPULAN
atas kesempatan yang diberikan kepada
Dari hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat dapat disimpulkan bahwa hasil penukuran dosis serap berdasarkan kerma
SSDL Jakarta untuk
selalu berpartisipasi
dalam kegiatan ini.
udara maupun dosis serap hanya mempunyai
DAFTAR PUSTAKA
perbedaan 0,4 % . Nilai ini berada pada batas
1.
BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, Kalibrasi Alat Ukur Radiasi, Pengukuran Keluaran Sumber Radiasi, dan Fasilitas Kalibrasi, SK Dirjen BATAN No. 78/DJ/V/1984, BATAN, 1984.
2.
BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, Kalibrasi Alat Ukur Radiasi, Pengukuran Keluaran Sumber Radiasi, Standardisasi Radionuklida dan Fasilitas Kalibrasi, SK Dirjen BATAN No. 84/DJ/VI/1991, BATAN, 1991.
3.
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Laboratorium Dosimetri, Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi Terapi, dan Standardisasi Radionuklida, Perka BAPETEN Nomor 1 Tahun 2006, BAPETEN, 2006.
4.
INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Intercomparison Procedures in the Dosimetry of Photon Radiation, Technical Report Series No. 182, IAEA, Vienna, 2000.
5.
INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Result of The IAEA/WHO TLD postal dose quality audit service for SSDLs for the TLD run 2008 for radiotherapy level dosimetry, Dosimetry and Medical Radiation Physics, Division of Human Health, Vienna, 2008.
6.
INTERNATIONAL ENERGY AGENCY,
yang telah disepakati. Selain itu audit kualitas untuk dosis serap di air sumber radiasi Co-60 menggunakan
TLD
diselenggarakan
melalui
oleh
pos
yang
IAEA
cukup
memuaskan. Hal ini menunjukkan sumber radiasi
Co-60 dari pesawat Cirus 90131,
dosimeter
standar,
protokol
dosimetri,
lingkungan dan personil yang dimiliki oleh Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional sudah memadai. Disamping itu hasil audit kualitas ini akan menambah kepercayaan diri bagi
personil
laboratorium
dalam
memberikan pelayanan kalibrasi alat ukur radiasi tingkat terapi. SARAN Kegiatan diorganisasikan
audit oleh
kualitas
yang
IAEA/WHO
ini
diselenggarakan rutin setiap tahun. Program ini
sangat
bermanfaat
sekali
bagi
laboratorium. Hasil dari audit
ini
penting
kredibilitas
untuk
menjaga
sangat
laboratorium. Oleh karena itu laboratorium
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
ATOMIC Calibration
96
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
certificate No. INS/2007/02, Dosimetry and Medical Radiation Physics Section, IAEA, Vienna, 2007. 7.
AUSTRALIAN RADIATION PROTECTION AND NUCLEAR SAFETY AGENCY, Calibration Report on a therapy ionization chamber, CAL00257/01, Ionizing Radiation Standard Section, Medical Radiation Branch, Victoria, Australia, 2007.
8.
INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Absorbed Dose Determination in External Beam Radiotherapy ; An International Code of Practice for Dosimetry Based on Standards of Absorbed Dose to Water, Technical Report Series No.398, IAEA, Vienna, 2000.
9.
INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Absorbed Dose Determination in Photon and Electron Beam Radiotherapy ; An International Code of Practice for Dosimetry, Technical Report Series No.277, IAEA, Vienna, 1987.
10. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Result of The IAEA/WHO TLD postal dose quality audit service for SSDLs for the TLD run 2009 for radiotherapy level dosimetry, Dosimetry and Medical Radiation Physics, Division of Human Health, Vienna, 2009 11. CIS bio international, Calibration Certificate Ref : DS-DTEC/99187/SF/FM, CIS bio international, Division Sante, France, 1999.
Enterprises Limited, Berkshire, 1985.
Beenham
15. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Manual of Dosimetry in Radiotherapy, Technical Report Series No. 110, IAEA, Vienna, 1970.
TANYA JAWAB
1.
Penanya : Yahya Mustofa - PTKMR
Pertanyaan :
1. Apa perbedaan antara TRS No. 277 dan TRS No.398? Jawaban : C. Tuti Budiantari
1.
TRS no. 277 adalah penentuan dosis serap pesawat teleterapi berdasarkan detektor yang dikalibrasi dalam besaran kerma udara, sedangkan TRS no. 398 adalah berdasarkan faktor kalibrasi detektor dalam besaran dosis serap air. Dengan demikian Protokol TRS. No. 398 lebih teliti karena kalibrasi detektor dilakukan di dalam air. Disamping itu juga perhitungan dosis serap lebih sederhana karena tidak melibatkan koreksi titik efektif pengukuran, faktor-faktor koreksi perturbasi dan stopping power. Dengan demikian komponen ketidakpastiannya juga akan menjadi lebih kecil.
12. INSTRUCTION MANUAL for 0.6 cc Ionization Chamber ( Guarded Stem ) Type 2571, Nuclear Enterprises Limited, Beenham Berkshire England, 1985. 13. INSTRUCTION MANUAL for Farmer Dosimeter Type 2570/1A & B, Nuclear Enterprises Limited, Beenham Berkshire, 1985. 14. INSTRUCTION MANUAL for Radiological Reference Source (Strontium 90) Type 2503/3 Nuclear PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI
97