UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT KEUANGAN TERHADAP PEMBELIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PT NA
LAPORAN MAGANG
NINDYA PARAMITHA 0906532502
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
AUDIT KEUANGAN TERHADAP PEMBELIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PT NA
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
NINDYA PARAMITHA 0906532502
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Nurul Husnah selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan magang ini yang telah dengan sabar membantu dan memberi masukan dari awal hingga penyelesaian laporan magang ini. 2. Dosen penguji, Bapak Handowo Dipo dan Ibu Nureni Wijayati atas kesediaannya untuk menguji dan memberi masukan guna meningkatkan kualitas laporan ini. 3. Kantor Akuntan Publik ABC yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk
melakukan
program
magang
sehingga
penulis
berkesempatan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang sangat berguna. Terima kasih kepada divisi red tempat penulis ditugaskan dalam pelaksanaan magang. Terima kasih banyak khususnya untuk mbak ita dan kak ricky selaku teman audit PT NA yang dengan sabar memberikan ilmu dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh penulis. Terima kasih pula pada teman-teman FEUI yang menjadi teman magang selama tiga bulan di KAP ABC. 4. Dosen dan seluruh staf pengajar FEUI, untuk semua pengetahuan dan pengalaman yang telah diberikan selama kuliah di FEUI. 5. Orang tua penulis yang selalu membantu pada saat magang dan dengan sabar mendukung dan mendoakan penulis selama masa penulisan laporan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
ini. Terima kasih pula untuk adik penulis yang selalu memberi doa dan dukungan. 6. Terima kasih untuk teman-teman yang sama-sama berjuang untuk mengerjakan tugas akhir yaitu Annisa Dwi Putri, Penny Febriana, Monika Pratiwi, Puti Puspa Juwita, Anita Kusumaranny, Vanessa Juwita dan Beatrise Sihite. Terima kasih karena sudah saling mendukung selama ini. 7. Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan selama di FEUI yaitu Agusti Padmanisa, Dessy Minarni Bonita, Ratu Tika Bravani, Putri Embun Sari, Noviani Rahayu, Shafira Firdausi, Faatih Natasha Ishak, Friska Magdalena, dan Harizah Persiana Mangkunegara. 8. Terima kasih juga untuk teman-teman kepanitiaan selama di FEUI. Teman-teman Danus dan Sponsorship acoustic across, PDD 8th economix, Sponsorship 5th NFF, PI 9th economix, dan KI 35th JGTC. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung atas pencapaian penulis akan gelar sarjana. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, Januari 2013
Penulis
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
ABSTRAK Nama : Nindya Paramitha Program Studi : Akuntansi Judul : Audit Keuangan Terhadap Pembelian Persediaan Bahan Baku PT NA
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan prosedur audit siklus pembelian persediaan bahan baku PT NA, yang merupakan perusahaan manufaktur. Pembahasan meliputi pemahaman siklus pembelian persediaan bahan baku PT NA, menentukan tingkat materialitas, melakukan tinjauan analitis, uji pengendalian, dan uji transaksi. Selain itu, pembahasan juga akan mengungkapkan prosedur audit yang dilakukan auditor KAP ABC terhadap akun persediaan bahan baku dan akun utang usaha PT NA serta analisis terhadap praktek tersebut. Dari analisis ini didapatkan bahwa akibat kurangnya perencanaan, auditor harus melakukan observasi fisik ulang dan melakukan prosedur audit tambahan atas persediaan dalam perjalanan di akhir proses audit.
Kata kunci: Audit, persediaan, utang usaha, perusahaan manufaktur
ABSTRACT Name Study Program Title
: Nindya Paramitha : Accounting : Audit For Material Purchase in PT NA
The purpose of this report is to describe audit procedures of material purchase cycle of PT NA, a company which operates in the manufacturing sector. This report explains the procedure of material purchase cycle in PT NA, determines the level of materiality, performs analytical review, test of controls, and test of transactions. The discussion also includes audit procedures that were done by auditor for material inventory account and account payable and also an analysis of this practice. The result of the analysis shows that the auditor must redo the physical observation and must perform additional audit procedures for inventory in transit in the end of audit process due to lack of audit planning.
Key words: Audit, inventory, account payable, manufacturing company
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang .......................................................... 1 1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang .................................................... 2 1.3 Aktivitas Magang ........................................................................................ 2 1.4 Latar Belakang Laporan Magang ................................................................ 3 1.5 Ruang Lingkup Laporan Magang ................................................................ 3 1.6 Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 4 1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................. 4 2. LANDASAN TEORI........................................................................................ 6 2.1 Persediaan .................................................................................................... 6 2.2 Siklus Pembelian Bahan Baku ..................................................................... 8 2.3 Utang usaha ................................................................................................. 9 2.3.1 Definisi Liabilitas ............................................................................... 9 2.3.2 Definisi Utang Usaha......................................................................... 10 2.4 Konsep Audit .............................................................................................. 10 2.4.1 Definisi Audit ................................................................................... 10 2.4.2 Proses Audit ..................................................................................... 11 2.4.3 Audit terhadap Siklus Pembelian Persediaan Bahan Baku .............. 12 2.4.3.1 Test of Detail Balances terhadap Akun Persediaan ............ 15 2.4.3.2 Test of Detail Balances terhadap Akun Utang Usaha ........ 16 2.5 Transaksi dengan Pihak-Pihak Berelasi ..................................................... 18 3. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................................ 20 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik ..................................................................... 20 3.1.1. Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ...................................... 20 3.1.2 Prosedur Audit Kantor Akuntan Publik ABC .................................. 23 3.1.3 Prosedur Audit Atas Akun Persediaan ............................................. 23 3.1.4 Prosedur Audit Atas Akun Utang Usaha ......................................... 27 3.2 Profil Perusahaan PT. NA .......................................................................... 29 3.2.1 Kebijakan PT.NA terhadap Pembelian Persediaan Bahan Baku ..... 30
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
4. PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL ................................................... 35 4.1 Memahami Internal Control PT NA .......................................................... 35 4.2 Menentukan Tingkat Materialitas ............................................................... 35 4.3 Pelaksanaan Audit Terhadap Pembelian Persediaan Bahan Baku PT. NA 38 4.3.1 Melakukan Analytical Review .......................................................... 38 4.3.2 Melakukan Test of Controls dan Substantive Test Of Transactions 38 4.3.3 Melakukan Test of Detail Balances terhadap Akun Persediaan Bahan Baku ...................................................................................... 39 4.3.4 Melakukan Test of Detail Balances terhadap Akun Utang Usaha ... 44 4.3.5 Pengungkapan .................................................................................. 45 4.4 Analisis terhadap Proses Audit Pembelian Bahan Baku PT NA ............... 45 4.4.1 Analisis terhadap Pemahaman Internal Control .............................. 45 4.4.2 Analisis terhadap Penentuan Tingkat Materialitas........................... 46 4.4.3 Analisis terhadap Analytical Review Yang Dilakukan Auditor ....... 47 4.4.4 Analisis terhadap Test of Control..................................................... 47 4.4.5 Analisis terhadap Observasi Fisik Persediaan.................................. 48 4.4.6 Analisis terhadap Proses Audit Akun Persediaan Dalam Perjalanan ....................................................................................... 49 4.4.7 Analisis terhadap Test of Detail Balance terhadap Akun Utang Usaha ................................................................................... 49 4.4.8 Analisis terhadap Pengungkapan Dengan Pihak Berelasi ................ 50 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 52 5.1 Kesimpulan Praktek Akuntansi PT NA dan Pelaksanaan Audit ................ 52 5.2 Saran .......................................................................................................... 52 5.2.1 Saran Untuk Praktek Akuntansi PT NA........................................... 52 5.2.2 Saran Untuk KAP ABC ................................................................... 53 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 54
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Prosedur Audit Akun Persediaan KAP ABC .............................. 23 Tabel 3.2 Tabel Prosedur Audit Akun Utang Usaha KAP ABC .......................... 27 Tabel 4.1 Tabel Penentuan Overall Materiality.................................................... 36 Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Overall Materiality ................................................. 36 Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Performance Materiality ........................................ 38
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pencatatan Akuntansi pada Proses Pembelian Bahan Baku .............. 9 Gambar 2.2 Langkah Test of Controls and Substantive Test of Transaction........ 12 Gambar 3.1 Flowchart Siklus Transaksi Pembelian PT NA ................................. 31 Gambar 4.1 Penentuan Performance Materiality ................................................. 37 Gambar 4.2 Perhitungan Performance Materiality............................................... 37 Gambar 4.3 Proses .............................................................................................. 40
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Akun Persediaan PT NA ................................................................................................ 55 Lampiran 2 Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Utang Usaha dan Utang Lain-lain PT NA ..................................................................... 57 Lampiran 3 Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Transaksi dengan Pihak Berelasi PT NA........................................................................ 59
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pelaksanaan Magang
Adanya persaingan yang sangat kuat antar individu menjadi isu yang sangat penting seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini menyebabkan setiap individu berupaya untuk melengkapi dirinya dengan kompetensi dan keunggulan masing-masing. Salah satu cara meningkatkan kompetensi guna menciptakan keunggulan ialah dengan meningkatkan keterampilan kerja. Terkadang teori yang didapatkan pada saat proses belajar di kampus belum cukup untuk bersaing di dunia global. Untuk dapat bersaing, setiap individu tidak hanya dilihat berdasarkan kemampuan akademis melainkan juga dengan bagaimana mereka dapat menerapkan ilmu akademis ke dalam praktek kerja di dunia nyata. Berlandaskan ini, Program Studi S1(Prodi S1) Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia membuka program magang untuk mahasiswanya. Selain sebagai program pilihan tugas akhir, Prodi S1 juga berharap melalui program ini mahasiswa dapat lebih siap untuk menghadapi dunia kerja. Hal lain yang dapat dikembangkan dalam program magang ini ialah kemampuan soft skill. Kemampuan soft skill seperti komunikasi , manajemen waktu, profesionalitas, bekerja dalam kelompok dan lain-lain merupakan kemampuan yang sangat menunjang untuk menghadapi dunia kerja. Maka dari itu dengan mengikuti program magang ini mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dan percaya diri untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi dunia kerja. Dikarenakan alasan-alasan tersebut, maka penulis memutuskan untuk memilih program magang untuk memenuhi tugas akhir penulis.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
1.2
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
Penulis mendapatkan kesempatan magang di KAP ABC selama tiga bulan, terhitung dari 11 Juni 2012-11 September 2012. KAP ABC merupakan salah satu KAP besar di Indonesia yang memiliki kantor di kawasan Sudirman, Jakarta. Selama program magang, penulis menduduki posisi sebagai junior auditor. 1.3
Aktivitas Magang
Selama melaksanakan program magang di KAP ABC, penulis ditugaskan untuk bergabung dalam sebuat tim untuk melakukan general audit per 30 Juni 2012 terhadap PT. NA. Dalam tim ini penulis mendapatkan tugas dan bertanggung jawab untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: •
Melaksanakan proses audit sesuai dengan prosedur audit yang telah ditetapkan oleh KAP ABC.
•
Mempersiapkan working paper atas akun kas dan bank, piutang, asset tetap, utang, persediaan, dan biaya.
•
Melakukan prosedur-prosedur audit yang dinilai perlu oleh auditor incharge. Prosedur audit yang dilakukan penulis terkait akun kas dan bank, piutang, asset tetap, utang, persediaan bahan baku, dan biaya ialah melakukan perhitungan kas, membuat rekonsiliasi kas, mengirimkan konfirmasi kepada bank, konsumen, dan pemasok, melakukan uji rolling forward, melakukan vouching, melakukan perhitungan depresiasi asset tetap, melakukan stock take, dan melakukan pengecekan terhadap dokumen-dokumen pendukung.
•
Membantu tim audit dalam penyusunan draft laporan keuangan
•
Membantu tim audit dalam reporting & completion sesuai dengan kapasitas yang dimiliki penulis
•
Membantu tim audit untuk melakukan update terhadap permanent file.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
1.4
Latar Belakang Laporan Magang
PT. NA merupakan anak perusahaan dari PT.IMSI yang merupakan perusahaan yang terdaftar di bursa. PT. NA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan otomotif. Sebagai perusahaan perakitan maka siklus pembelian persediaan bahan baku merupakan salah satu siklus utama pada perusahaan ini. Akun yang berpengaruh dalam siklus ini antara lain akun persediaan dan utang usaha. Karena pentingnya siklus ini dan nilai saldo pada akun persediaan dan utang usaha yang material, maka siklus ini menjadi salah satu fokus utama dalam audit yang dilakukan KAP ABC terhadap PT. NA. KAP ABC telah mengaudit PT NA selama tiga tahun, namun dalam proses audit periode 30 Juni 2012 ini, ada sebuah akun baru terkait pembelian persediaan bahan baku yang belum ada pada tahun-tahun sebelumnya yaitu akun persediaan dalam perjalanan. Karena proses audit yang dilakukan auditor terhadap PT NA banyak didasari dari proses audit di tahun-tahun sebelumnya, maka proses audit terhadap persediaan dalam perjalanan ini sempat kurang menjadi perhatian. Mengingat nilai saldo pada akun persediaan dalam perjalanan merupakan angka yang sangat material, maka kelalaian ini dapat mengakibatkan risiko audit bagi auditor. Karena hal-hal tersebut maka penulis memutuskan untuk membahas mengenai proses audit keuangan pada siklus pembelian persediaan bahan baku pada PT. NA. 1.5
Ruang Lingkup Laporan Magang
Pada laporan magang ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pada proses audit atas siklus pembelian persediaan bahan baku dan utang usaha terkait. Persediaan bahan baku terdiri dari barang dalam perjalanan, mesin kendaraan, dan materials. Proses ini dipilih oleh penulis karena siklus pembelian bahan baku merupakan salah satu siklus dengan nilai terbesar di PT. NA sebagai perusahaan perakitan. Dalam proses penulisan laporan magang ini, penulis mengambil lingkup proses audit yang dilakukan pada periode 30 Juni 2012. Maka dari itu, laporan keuangan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
yang akan digunakan sebagai sumber penulisan laporan ini merupakan laporan keuangan interim pada periode tersebut. 1.6
Tujuan Pembahasan
Laporan magang ini dibuat untuk: •
Memberikan informasi mengenai praktek pelaksanaan proses audit siklus pembelian persediaan bahan baku pada PT NA.
•
Menyajikan analisis dan pembahasan mengenai praktek pelaksanaan proses audit siklus pembelian persediaan bahan baku di PT.NA dibandingkan dengan teori.
Dengan demikian, laporan magang ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan tambahan informasi bagi para pembaca yang membutuhkan informasi mengenai praktek proses audit laporan keuangan terhadap siklus pembelian persediaan bahan baku. 1.7
Sistematika Penulisan
Laporan ini tersusun atas lima bab utama, sebagai berikut: •
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang pelaksanaan magang, waktu dan tempat pelaksanaan magang, aktivitas magang, latar belakang laporan magang, ruang lingkup laporan magang, tujuan pembahasan dan sistematika penulisan.
•
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis menjabarkan beberapa teori yang diambil dari beberapa referensi seperti buku teks kuliah, buku pengetahuan umum, standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang relevan. Teori-teori ini kemudian menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan analisis dan pembahasan yang akan dibahas di bab empat.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
•
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisi mengenai pembahasan gambaran umum KAP ABC dan PT.NA. Dalam bab ini penulis juga membahas mengenai kebijakan yang diterapkan PT NA dalam siklus pembelian persediaan bahan baku.
•
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL Pada bab ini penulis membandingkan pelaksanaan audit yang dibahas pada bab tiga dengan teori yang berkaitan dengan proses audit yang dibahas pada bab dua.
•
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab yang berisi mengenai kesimpulan pelaksanaan program magang yang dilaksanakan penulis dan juga kesimpulan atas analisis dan pembahasan yang telah dibahas oleh penulis di bab empat. Dalam bab ini penulis juga memberikan saran atas proses audit KAP ABC pada siklus pembelian persediaan bahan baku dan juga saran untuk PT. NA.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Persediaan
Menurut PSAK 14 tahun 2008, yang dimaksud persediaan ialah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha, dalam proses produksi dan/atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), persediaan adalah aset yang disimpan perusahaan untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam produksi dari barang yang akan dijual. Persediaan harus diukur berdasarkan nilai terendah antara biaya atau nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan. Sedangkan biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Biaya pembelian persediaan terdiri dari harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya, biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya produksi tak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya overhead produksi variable adalah biaya yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011), ada dua tipe sistem pencatatan yang dapat dipilih perusahaan, yaitu sistem perpetual atau periodik. Jika
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
perusahaan memilih menggunakan pencatatan perpetual maka pencatatan akuntansi atas persediaan dilakukan setiap terjadi pembelian dan penjualan persediaan. Sedangkan jika memilih menggunakan pencatatan periodik maka pencatatan akuntansi atas persediaan dilakukan pada akhir periode. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) juga menjelaskan mengenai beberapa karakteristik dari sistem pencatatan perpetual, yaitu: •
Pembelian persediaan untuk dijual kembali atau bahan baku untuk kegiatan produksi dicatat dengan mendebit akun persediaan
•
Freight-in persediaan
dicatat dengan mendebit akun persediaan.
Sedangkan retur dan diskon dicatat dengan mengkredit akun persediaan •
Harga pokok penjualan dicatat pada saat terjadi penjualan. Pencatatan dilakukan dengan mendebit akun harga pokok penjualan dan mengkredit akun persediaan.
•
Subsidiary ledger persediaan berisi catatan keluar masuk persediaan dikelola sebagai alat kontrol. Termasuk di buku besar tersebut adalah jumlah dan biaya setiap jenis persediaan yang dimiliki.
Selain tipe sistem pencatatan, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) mengatakan perusahaan juga dapat memilih metode arus biaya yang dapat dipakai. Metode yang dapat dipilih tersebut antara lain: 1. Specific Identification Method Menurut Lam & Lau (2009), jika perusahaan memilih metode ini maka setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan dari bahan baku tersebut saat dibeli. Jika terjadi pembelian bahan baku dengan harga yang berbeda maka barang tersebut harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda yang lain. 2. Average Cost Method Pencatatan
nilai
persediaan
dalam
metode
average
cost
ialah
menggunakan biaya rata-rata dari semua barang serupa yang tersedia selama periode.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
3. First-in, First-out (FIFO) Method Dalam metode FIFO ini perusahaan akan menggunakan atau menjual persediaan sesuai dengan urutan pembelian yang dilakukannya. Hal ini menyebabkan nilai persediaan mencerminkan pembelian yang terbaru. 2.2
Siklus Pembelian Persediaan Bahan Baku
Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) menyatakan bahwa siklus pembelian persediaan bahan baku ini dikelompokan menjadi empat fungsi bisnis yaitu: •
Pemrosesan purchase order Siklus pembelian persediaan bahan baku dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari pekerja yang berwenang yang membutuhkan bahan baku untuk operasinya. Dokumen yang dibutuhkan dalam fungsi ini ialah purchase requisition dan purchase order. Permintaan pembelian dilakukan dengan pengisian form yang dilakukan departemen yang membutuhkan bahan baku. Form ini disebut purchase requisition. Isi dan bentuk dari purchase requisition ini berbeda-beda sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan perusahaan. Sedangkan purchase order merupakan dokumen yang digunakan untuk melakukan pemesanan bahan baku kepada pemasok. Dokumen ini biasanya terdiri dari deskripsi, kuantitas dan informasi terkait bahan baku yang ingin dipesan oleh perusahaan.
•
Penerimaan Bahan Baku Tanda terima dari pemasok kepada perusahaan merupakan hal yang penting dalam siklus karena saat perusahaan menerima tanda terima maka ini merupakan pertama kalinya perusahaan mengakui akuisisi dan kewajiban yang terkait dalam pencatatannya. Kontrol yang dibutuhkan dalam proses penerimaan bahan baku ialah memeriksa deskripsi, kuantitas, waktu penerimaan, dan kondisi. Penerimaan bahan baku juga harus diikuti dengan penerimaan receiving report.
•
Pencatatan Kewajiban Pencatatan kewajiban harus dilakukan secara cepat dan akurat karena hal ini mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas. Dokumendokumen yang digunakan untuk membantu proses pencatatan kewajiban
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
ialah vendor’s invoice, debit memo, voucher, acquisitions transaction file, acquisitions journal or listing, account payable master file, account payable trial balance, dan vendor statement. •
Pemrosesan dan Pencatatan Pengeluaran Kas Fungsi ini merupakan aktifitas yang signifikan dikarenakan terjadinya pengurangan terhadap akun kewajiban perusahaan. Dokumen-dokumen terkait fungsi ini ialah cek yang telah ditandatangani oleh karyawan yang berwenang dan digunakan untuk pembayaran, cash disbursement transaction file, dan cash disbursement journal or listing. Untuk pencatatan akuntansi dari proses pembelian bahan baku dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Pencatatan Akuntansi Pada Proses Pembelian Bahan Baku Sumber: Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf, 2009 (telah diolah kembali)
2.3
Utang Usaha
2.3.1
Definisi Liabilitas
Di dalam IASB dijelaskan bahwa liabilitas merupakan kewajiban masa kini dari sebuah perusahaan yang timbul akibat adanya kejadian masa lalu yang memberikan manfaat ekonomi dimana penyelesaian dari kewajiban ini akan menimbulkan arus keluar dari sumber daya perusahaan.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter penting dari liabilitas adalah sebagai berikut: •
Merupakan kewajiban masa kini
•
Timbul dari adanya kejadian di masa lalu
•
Menimbulkan arus keluar dari sumber daya seperti kas, barang, atau jasa
Liabilitas dapat dikategorikan menjadi dua yaitu current liability dan non-current liability. 2.3.2
Definisi Utang Usaha
Utang usaha merupakan jenis liabilitas yang dikategorikan sebagai current liability. Current liability merupakan liability yang diharapkan dapat diselesaikan selama siklus operasi yang normal atau maksimal 12 bulan setelah tanggal laporan. Yang dimaksud dengan siklus operasi ialah periode waktu antara akuisisi barang dan jasa yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan dan penerimaan kas dari penjualan. Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) mendefinisikan utang usaha sebagai saldo kewajiban kepada pihak lain untuk pembelian barang, persediaan, dan jasa. Akun utang usaha ini timbul akibat adanya perbedaan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi kepemilikan aset dengan waktu pembayaran terhadap barang atau jasa berikut. Pencatatan akan utang usaha dilakukan jika telah terjadi perpindahan hal kepemilikan dari sebuah barang atau saat jasa telah diterima. 2.4
Konsep Audit
2.4.1
Definisi Audit
Definisi audit menurut Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) adalah akumulasi dan evaluasi dari bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan dengan tingkat korespondensi antara informasi dan kriteria-kriteria yang ditentukan.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
2.4.2
Proses Audit
Menurut Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009), terdapat empat fase dalam proses audit, yaitu fase perencanaan dan perancangan pendekatan audit, fase melakukan test of controls dan substantive tests of transactions, fase melakukan analytical procedure, dan fase menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit. 1. Fase perencanaan dan perancangan pendekatan audit Tujuan dari perencanaan audit ialah untuk mendapatkan bukti yang mencukupi, untuk menjaga besarnya biaya audit, dan untuk menghindari kesalahpahaman dengan klien. Tahapan dalam perencanaan audit ialah sebagai berikut: (a) Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal (b) Meningkatkan pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. Hal ini dapat dilakukan dengan memahami lingkungan industri dan eksternal, memahami operasi dan proses bisnis, memahami manajemen dan tata kelola, memahami tujuan dan strategi dari perusahaan, dan memahami pengukuran dan performa dari klien (c) Menilai risiko bisnis klien (d) Melakukan prosedur analisis sebelum audit (e) Menentukan materialitas serta menilai acceptable audit risk dan inherent risk. Risiko yang dihadapi auditor dalam proses audit terdiri dari empat jenis, yaitu planned detection risk, inherent risk, control risk, dan acceptable audit risk. (f) Memahami internal control dan menilai control risk (g) Mengumpulkan informasi untuk menilai fraud risk (h) Mengembangkan audit keseluruhan dan program audit. 2. Fase melakukan test of controls dan substantive tests of transactions Tujuan dari test of control ialah untuk mengumpulkan bukti mengenai pengendalian tertentu yang mempengaruhi penilaian auditor terhadap control risk. Sedangkan substantive tests of transactions memiliki tujuan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
untuk mengumpulkan bukti yang mendukung kebenaran nilai pada setiap transaksi. 3. Fase melakukan analytical procedure Tujuan fase
ini ialah untuk mengumpulkan bukti tambahan dalam
menentukan kewajaran dari saldo akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan. 4. Fase menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit Dalam fase terakhir ini auditor akan mengumpulkan bukti audit tambahan untuk presentasi dan pengungkapan, mengumpulkan bukti akhir, menyimpulkan hasil audit, menerbitkan laporan audit, dan melakukan komunikasi dengan pihak manajemen perusahaan. 2.4.3
Audit terhadap Siklus Pembelian Persediaan Bahan Baku
Untuk melakukan audit terhadap siklus pembelian persediaan bahan baku, auditor harus merancang test of controls dan substantive test of transactions. Langkahlangkah yang harus dilakukan auditor dalam hal tersebut ialah sebagai berikut (dapat dilihat di Gambar 2.2):
Gambar 2.2 Langkah Test of Controls and Substantive Test of Transactions Sumber: Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf, 2009 (telah diolah kembali)
1. Memahami Internal Control Untuk memahami internal control dari siklus pembayaran perusahaan, auditor dapat mempelajarinya melalui flowchart, internal control
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
questionnaires, dan melaksanakan uji walkthrough untuk transaksi pembayaran. 2. Menilai Planned Control Risk Setelah mengetahui internal control dari perusahaan, auditor harus dapat melihat bagaimana proses otorisasi pembelian, pemisahan tugas antara penerima barang dengan fungsi lainnya, pencatatan dan peninjauan ulang dari transaksi, dan otorisasi pembayaran kepada vendor. a.
Otorisasi Pembelian Tujuan dibutuhkannya otorisasi dalam setiap pembelian adalah untuk menunjukan bahwa setiap pembelian barang dan jasa yang dilakukan memang diperuntukan untuk kebutuhan perusahaan dan menghindari pembelian barang-barang yang tidak dibutuhkan oleh perusahaan.
b.
Pemisahan Tugas Perusahaan yang memiliki kontrol yang baik akan memisahkan petugas yang bertugas untuk menerima barang dan melakukan pencatatan terhadap jumlah barang yang diterima dengan petugas yang bertugas untuk mencatat pencatatan akuntansinya.
c.
Pencatatan dan Peninjauan Ulang dari Transaksi Pencatatan dilakukan dengan membandingkan rincian yang terdapat dalam purchase order, receiving report, dan vendor’s invoice. Hal-hal yang diperhatikan antara lain deskripsi, harga, kuantitas, masa waktu pembayaran, dan biaya angkut.
d.
Otorisasi Pembayaran Menurut Arens, kontrol yang paling penting terhadap pembayaran ialah penandatanganan cek oleh seseorang yang memiliki otoritas, pemisahan tanggung jawab untk penandatanganan cek dengan fungsi pencatatan utang, dan pengujian terhadap dokumen pendukung oleh penandatangan
cek
saat
dilakukannya
proses
tanda
tangan.
Perusahaan yang memiliki kontrol yang sangat baik terhadap proses pembayaran akan memiliki penomeran cek yang baik dan juga pencetakan di kertas khusus untuk mempersulit adanya manipulasi.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
3. Menentukan Tingkat Pengujian Kontrol Setelah melihat internal control dan menilai control risk yang dimiliki perusahaan, auditor akan memutuskan seberapa jauhnya test of control harus dilaksanakan. 4. Merancang test of controls dan substantive tests of transactions untuk akuisisi dan pembayaran kas Test of controls dan substantive tests of transactions harus dirancang agar dapat memenuhi transaction-related audit objective. Tujuan-tujuan tersebut antara lain: a.
Occurrence Auditor harus dapat menilai kontrol perusahaan untuk menghindari ketidaksengajaan dalam pencatatan akuisisi yang tidak terjadi khususnya pencatatan yang lebih dari sekali. Selain itu auditor juga harus menilai kontrol terhadap pengeluaran yang tidak digunakan untuk kepentingan perusahaan melainkan untuk kepentingan individu.
b.
Completeness Test of control sangat diperlukan untuk menguji bagaimana kontrol perusahaan untuk menghindari terjadinya transaksi yang tidak tercatat.
c.
Accuracy Test of control untuk melihat kontrol perusahaan terhadap keakuratan pencatatan sangat berguna untuk menentukan tingkat pengujian test of details of balances. Jika auditor menilai kontrol yang dimiliki sudah baik untuk menghindari ketidakakuratan maka uji test of details balances dapat dikurangi dan begitu pun sebaliknya.
Siklus pembelian persediaan bahan baku merupakan siklus yang berhubungan dengan bagian logistik dan bagian keuangan. Maka dari itu test of details balances harus dilakukan pada bagian logistik dan keuangan. Untuk melakukan test of detail balances pada bagian logistik maka auditor akan melakukan terhadap akun persediaan sedangkan untuk bagian keuangan maka auditor akan melakukan terhadap akun utang usaha.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
2.4.3.1 Test of Detail Balances Terhadap Akun Persediaan Menurut Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009), pabrik mendapat persediaan barang mentah dari proses akuisisi dan siklus pembayaran. Audit terhadap persediaan merupakan salah satu proses audit yang paling rumit. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, seperti: •
Persediaan biasanya merupakan akun terbesar pada neraca.
•
Persediaan terkadang berada di lokasi yang berbeda sehingga membuat sulitnya melakukan control fisik dan perhitungan.
•
Beberapa persediaan yang berbeda seperti perhiasan, kimia, dan bagian elektronik terkadang sulit bagi auditor untuk mengamati dan menilai.
•
Penilaian persediaan sulit dilakukan ketika diperlukan adanya estimasi bagi persediaan yang using dan ketika biaya manufacture harus dialokasikan ke persediaan.
•
Ada beberapa metode penilaian persediaan yang diperbolehkan dan beberapa perusahaan mungkin menggunakan metode yang berbeda untuk bagian persediaan yang berbeda yang diperbolehkan oleh peraturan.
Test of detail of balance dari persediaan harus dilakukan untuk melihat apakah nilai pembelian bahan baku yang dilakukan sesuai dengan yang dicatat dalam bentuk persediaan. Aktifitas yang dilakukan auditor terkait hal ini ialah dengan melakukan observasi fisik dari persediaan. PSA 07 (SSA 331) mengharuskan auditor untuk memuaskan diri mereka mengenai keefektifan dari metode perhitungan perusahaan dan keyakinan yang diberikan kepada perusahaan mengenai kuantitas dan kondisi fisik dari persediaan. Untuk memenuhi hal tersebut auditor harus melakukan hal-hal berikut: •
Menghadiri
perhitungan
persediaan
yang
dilakukan
klien
untuk
menentukan saldo pada akhir tahun •
Melakukan observasi terhadap prosedur perhitungan klien
•
Membuat pertanyaan untuk pekerja klien mengenai prosedur perhitungan
•
Melakukan uji independen dari perhitungan fisik
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Dalam hal ini auditor bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi dan observasi terhadap prosedur klien. Jika persediaan klien berada pada gudang milik publik atau dijaga oleh petugas diluar perusahaan maka auditor tidak perlu melakukan uji fisik. Auditor hanya perlu melakukan konfirmasi terhadap petugas tersebut. Sebelum melakukan perhitungan fisik, auditor perlu memahami kontrol perusahaan terhadap perhitungan fisik. Kontrol yang perlu dimiliki perusahaan ialah adanya instruksi terhadap perhitungan fisik yang memadai, supervisi dari petugas yang bertanggung jawab, verifikasi yang independen oleh petugas lain, rekonsiliasi yang independen antara perhitungan fisik dengan perpetual inventory master files dan kontrol yang memadai terhadap lembar atau tag yang digunakan untuk perhitungan fisik. Jika kontrol yang dilakukan perusahaan kurang baik maka auditor perlu meluangkan waktu untuk memastikan bahwa perhitungan fisik telah akurat. Untuk melakukan observasi fisik dari persediaan, auditor harus memutuskan waktu yang tepat, menentukan ukuran sampel, dan memilih persediaan yang diuji. Jika perusahaan memiliki kontrol yang memadai untuk perhitungan fisik maka auditor dapat melakukan perhitungan sebelum tanggal neraca dan kemudian melakukan pengujian terhadap pencatatan transaksi dari tanggal perhitungan fisik hingga tanggal neraca. Jika tidak terdapat pencatatan perpetual dan persediaan memiliki nilai yang material maka perhitungan fisik harus dilakukan mendekati akhir periode akuntansi. Dalam melakukan observasi terhadap perhitungan fisik auditor harus memperhatikan hal-hal berikut: •
Lakukan observasi perhitungan fisik dari bahan baku yang paling signifikan dan sampel yang mewakili dari persediaan yang tipikal
•
Membuat pertanyaan mengenai bahan baku yang mudah usang atau rusak
•
Mendiskusikan dengan manajemen alasan untuk persediaan yang dikecualikan
2.4.3.2 Test of Detail Balances terhadap Akun Utang Usaha Tujuan dari audit terhadap akun utang usaha ialah untuk menentukan apakah saldo akun utang usaha telah dicantumkan dan diungkapkan dengan tepat.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Test of detail balances yang dilakukan terhadap akun utang usaha harus dapat memenuhi balance-related audit objective berikut ini: a. Detail Tie-in Uji yang biasa dilakukan untuk meyakinkan kesesuaian daftar dan master file ialah dengan menggunakan computer untuk menjumlah daftar utang usaha, mengusut jumlah tersebut pada jurnal umum, dan mengusut faktur dari pemasok ke master file untuk mencocokan nama dan jumlah. b. Existence Auditor harus dapat meyakinkan bahwa utang usaha yang ada dalam daftar benar-benar terjadi. Tes yang dilakukan adalah dengan mengusut daftar utang usaha ke faktur pemasok dan melakukan konfirmasi. c. Completeness Untuk memiliki saldo yang tepat maka semua utang usaha harus tercatat dalam daftar utang usaha. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan uji out-of-period liability. d. Accuracy Auditor harus dapat memastikan bahwa nilai yang terdapat dalam daftar utang usaha merupakan nilai yang akurat. e. Classification Tinjauan ulang terhadap daftar dan master file dari pihak-pihak terkait harus dilakukan untuk melihat apakah utang usaha yang terdapat dalam daftar utang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. f. Cutoff Auditor harus dapat memastikan bahwa transaksi pembelian bahan baku dan pembayarannya dicatat pada periode yang tepat. Sama halnya dengan pengujian terhadap completeness, untuk menguji cut off perlu dilakukan uji out-of-period liability. g. Obligation Pemeriksaan terhadap laporan pemasok dan konfirmasi terhadap utang usaha harus dilakukan untuk meyakinkan auditor bahwa perusahaan benarbenar memiliki kewajiban untuk membayar utang usaha yang terdaftar.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
2.5
Transaksi dengan Pihak-Pihak Berelasi
Menurut PSAK No. 7 tahun 2010, pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangan. Dijelaskan pula bahwa suatu entitas dikatakan berelasi jika memenuhi salah satu dari hal-hal berikut: •
Perorangan yang memiliki pengendalian atas entitas pelapor
•
Perorangan yang memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor
•
Perorangan yang merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau induknya
•
Perusahaan yang berada dalam kelompok usaha yang sama dengan entitaas pelapor
•
Perusahaan asosiasi atau ventura bersama dengan entitas pelapor
•
Perusahaan dan entitas pelapor adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama
•
Salah satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga
•
Perusahaan merupakan program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor.
•
Perusahaan yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh perorangan yang termasuk pihak berelasi
•
Perusahaan yang memiliki perorangan yang termasuk pihak berelasi dengan entitas pelapor sebagai personil manajemen kuncinya atau memiliki pengaruh signifikan.
Transaksi yang dikategorikan sebagai transaksi antara pihak-pihak berelasi ialah disaat terjadinya pengalihan sumber daya, jasa, atau kewajiban antara pelapor dengan pihak berelasi.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Sesuai dengan PSAK 7 tahun 2010, transaksi antara pihak-pihak berelasi memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan pelapor seperti: •
Pembelian atau penjualan barang;
•
Pembelian atau penjualan properti dan aset lain;
•
Pemberian atau penerimaan jasa;
•
Sewa;
•
Pengalihan riset dan pengembangan;
•
Pengalihan di bawah perjanjian lisensi;
•
Pengalihan di bawah perjanjian pembiayaan (termasuk pinjaman dan kontribusi ekuitas dalam bentuk tunai atau natura);
•
Provisi atas jaminan atau agunan; dan
•
Komitmen untuk berbuat sesuatu jika peristiwa khusus terjadi atau tidak terjadi di masa depan, termasuk kontrak ekskutori (diakui atau tidak diakui); dan
•
Penyelesaian liabilitas atas nama entitas atau pihak berelasi.
Jika terdapat transaksi antara pihak yang berelasi, maka entitas pelapor harus mengungkapkan sifat dari hubungan dengan pihak-pihak berelasi serta informasi mengenai transaksi dan saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan keuangan. Sekurang-kurangnya, pengungkapan meliputi: •
Jumlah transaksi;
•
Jumlah saldo, termasuk komitmennya, termasuk didalamnya persyaratan dan ketentuan serta rincian garansi yang diberikan atau diterima;
•
Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut; dan
•
Beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1
Profil Kantor Akuntan Publik
3.1.1
Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik
Program magang ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik ABC yaitu salah satu kantor akuntan publik terbesar di Indonesia. Di Indonesia, Kantor Akuntan Publik ini memiliki kantor di Jakarta dan Surabaya. Beberapa jasa yang ditawarkan oleh KAP ABC yaitu: •
Audit & Assurance Jasa audit ini diberikan untuk meningkatkan nilai untuk bisnis klien dengan memberikan masukan bagi operasional klien. Jasa ini diberikan berdasarkan International Auditing Standards yang menjunjung efektivitas, efisiensi, dan independensi. Jasa yang termasuk di dalam Audit & Assurance ini antara lain: o General Audit Jasa yang diberikan dalam General Audit ialah memberikan opini pada laporan keuangan dan melihat laporan keuangan secara wajar yang akan dibutuhkan oleh manajemen, pemegang saham dan pemilik kepentingan lainnya. o Special Audit Jasa jenis ini biasanya terjadi pada area-area yang tidak biasa dimana terdapat isu-isu sensitif mengenai audit dan akuntabilitas di area-area yang berisiko tinggi. o Review and Compilation Jasa Review dan Compilation diperlukan saat perusahaan tidak harus melakukan audit namun dibutuhkan keyakinan terhadap laporan keuangan. Dengan jasa ini KAP ABC dapat membantu klien dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja klien untuk memenuhi kebutuhan pelaporannya. o Attestation Engagement Jasa ini meliputi penilaian terhadap perjanjian.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
o Due Diligence Jasa ini dapat membantu klien untuk menentukan strategi baru dalam akuisisi bisnis. KAP ABC akan membantu klien untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai bisnis yang ingin dicapai, mengidentifikasi critical success factors dan juga kelebihan dan kelemahan bisnis yang ingin dituju. •
Risk & Internal Audit Advisory Jasa ini dibuat untuk membantu klien mengembangkan solusi bagi permasalahan-permasalahan perusahaan dan menyediakan solusi untuk dapat mengatur bisnis dengan lebih baik. Jasa yang diberikan terkait hal ini ialah Corporate Governance Advisory, Internal Audit Advisory & Outsourcing, Risk Management Advisory, Internal Control & Sarbanes Oxley Advisory, IT Assurance & Advisory, Performance Improvement dan System & Procedures Development.
•
Transaction Support & Capital Market Termasuk dalam jasa ini ialah hal-hal berikut ini: o Transaction Analysis Jasa ini memberikan penilaian risiko, negosiasi kontrak, implementasi dari perjanjian, melakukan monitor biaya dan due diligence perpajakan. o Business Solutions Melalui jasa ini KAP akan membantu persiapan pembelajaran, perencanaan bisnis, indikator kunci dari performa dan sistem untuk melakukan monitor terhadap kas. o Divestment and Mergers & Acquisition Tujuan
dari
jasa
ini
ialah
untuk
mendukung
klien
dalam
memaksimalkan strategi dan nilai keuangan dari transaksi. Selain itu KAP juga menjalin hubungan yang dekat dengan investor local maupun asing. o Business Turnaround Jasa ini membantu klien untuk menghadapi masa krisis dengan menentukan lingkup dan komposisi permasalahan, mengembangkan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
kontrol terhadap arus kas dan membantu dalam keberlanjutan usaha dan tingkat pengembalian yang baik untuk pemegang saham. o Pre IPO Advisory KAP ABC akan membantu klien dalam proses listing saham dan obligasi mulai dari tahap perencanaan hingga proses listing selesai. o Fund Arranger KAP akan berperan sebagai pengatur dan pemberi solusi bagi keuangan untuk sumber pendanaan dan untuk mengembangkan strategi kerjasama bagi klien. o Valuation Jasa ini membantu klien dalam hal penilaian aset tetap dan penilaian bisnis dengan menentukan nilai pasar dan juga nilai-nilai lain dari sebuah objek. •
Business Establishment & Corporate Secretarial Jasa ini membantu klien untuk membangun bisnis di Indonesia dengan memberikan jasa konsultasi dan menyediakan analisis terhadap bagaimana mengembangkan bisnis yang sesuai dengan hukum, peraturan dan perpajakan di Indonesia.
•
Tax Advisory KAP akan membantu klien untuk mengadopsi struktur dan kebijakan untuk menghindari permasalahan dan meningkatkan nilai perusahaan. Jasa ini terdiri dari Tax Consulting dan Tax Compliance.
•
Accounting & Administration Jasa akuntansi terdiri dari jasa general accounting, book keeping, pembuatan laporan keuangan dan analisis terhadap laporan keuangan. Jasa administrasi terdiri dari perhitungan imbalan kerja bersih, perhitungan pajak penghasilan dan asuransi serta menyiapkan slip pembayaran.
•
IFRS Jasa ini terdiri dari beberapa hal yaitu IFRS Conversion Project, Due Diligence in an IFRS Environment, Valuations relating to the Purchase Price Allocation Process, Shared-Based Payments, Audit on IFRS Financial Statement dan IFRS Training
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
3.1.2
Prosedur Audit Kantor Akuntan Publik ABC
Prosedur audit yang dimiliki KAP ABC yang telah ditetapkan untuk diikuti dalam setiap proses audit adalah sebagai berikut, yaitu: •
Proses penerimaan atas klien baru atau mengevaluasi kembali klien lama.
•
Melakukan proses dokumentasi dan pemahaman atas sistem yang kemudian dilakukan dengan dua cara berikut: o Memeriksa dan meneliti kembali struktur internal audit perusahaan o Memeriksa dan meneliti kembali sistem informasi perusahaan
•
Mengukur risiko bisnis seperti going concern, risiko fraud seperti tata kelola perusahaan dan risiko akuntansi.
•
Melakukan pengujian substantif atas transaksi (Substantive Test of Transaction). Pengujian ini dilakukan secara menyeluruh atas setiap akun dan kemudian diperiksa dengan dokumen terkait dan juga pada saldo akhir.
•
Melakukan tinjauan akhir untuk kemudian dapat diberikan opini.
3.1.3
Prosedur Audit Atas Akun Persediaan
Prosedur audit persediaan yang ditetapkan oleh KAP ABC bertujuan untuk memenuhi penilaian-penilaian sebagai berikut: •
Completeness (C)
•
Existence (E)
•
Accuracy (A)
•
Valuation (V)
Adapun prosedur audit atas akun persediaan adalah seperti pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Tabel Prosedur Audit Akun Persediaan KAP ABC No 1
Prosedur Audit Daftar Persediaan Mendapatkan daftar persediaan klien a) Menyetujui jumlah dengan buku besar b) Menguji keakuratan secara matematis c) Meninjau kembali daftar untuk barang-barang yang tidak biasa. Termasuk di dalamnya kuantitas dan biaya yang negatif
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Asersi A
No 2
3
4
Prosedur Audit Perhitungan Biaya Persediaan Ketika tidak digunakan standard costing, pilih sampel dari persediaan dan lakukan hal-hal berikut: a) Menyetujui biaya per buah dengan dokumen pendukung Pembiayaan bagi barang mentah i) Menyetujui biaya dari bukti pembayaran pemasok atau rincian pengangkut dan bukti pembayaran broker Pembiayaan WIP dan barang jadi i) Meninjau kembali komponen biaya dan perhitungan pembiayaan untuk keakuratan dan kewajaran ii) Membandingkan tingkat pekerja yang digunakan dengan pencatatan upah kerja iii) Menilai kewajaran dari overhead dalam pencatatan akuntansi Meninjau kembali biaya untuk kelayakan, keakuratan, kewajaran and konsistensi dengan tahun sebelumnya Meninjau kembali dasar dari alokasi untuk konsistensi terhadap tahun sebelumnya b) Menguji keakuratan secara matematis c) Memastikan bahwa biaya tersebut merupakan biaya yang wajar Mempertimbangkan hal yang dapat diterima dan konsistensi dari metode pembiayaan termasuk apakah semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya yang terlibat selama membawa persediaan ke tempatnya berada sekarang telah dimasukan dalam biaya Standard Costing Ketika digunakan standard costing, pilihlah sampel dan lakukan hal-hal berikut: a) Meninjau kembali kelayakan dari metode pembiayaan yang digunakan, perhitungan yang dilakukan dan asumsi yang dibuat b) Menentukan apakah metode yang digunakan sesuai dengan proses manufaktur c) Menentukan apakah biaya bahan baku wajar jika dibandingkan dengan biaya aktual d) Menentukan apakah biaya pekerja wajar jika dibandingkan dengan biaya aktual e) Menentukan apakah biaya standar yang digunakan konsisten dengan tahun sebelumnya f) Menganalisis dan membuat penjelasan mengenai varianvarian tertentu dan membuat penyesuaian g) Menguji pengalokasian dari overhead di persediaan atau COGS
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Asersi A
A&V
A
No 5
6
7 8 9
10
11
12
13
Prosedur Audit Jaminan Menanyakan apakah persediaan telah dititipkan atau dijanjikan sebagai jaminan Penerjemahan Memastikan bahwa persediaan yang dicatat dalam mata uang asing telah dicatat dalam mata uang yang tepat Perhitungan Persediaan Melakukan perhitungan fisik untuk melakukan observasi prosedur perhitungan Melakukan follow up pada hal-hal yang ditandai selama observasi persediaan Untuk uji fisik persediaan bandingkanlah persediaan yang dicatat saat observasi dengan daftar persediaan akhir Menghitung persediaan sebelum akhir periode Saat perhitungan fisik persediaan dilakukan sebelum tanggal akhir periode, maka: a) Analisis perbedaan antara angka buku besar dan perhitungan fisik persediaan pada saat tanggal perhitungan. Pertimbangkan dengan baik apakah yang menyebabkan perbedaan dan apakah perbedaan ini dapat terakumulasi pada periode berikutnya b) Meninjau kembali catatan-catatan pada akun persediaan di buku besar. Trace catatan-catatan yang signifikan dengan dokumen penunjang dan jurnal c) Saat mengacu pada pencatatan perpetual, teliti dan uji sampel dari postingan pada pencatatan pada saat periode intervensi. Yakinkan bahwa persediaan perpetual sesuai dengan akun persediaan di buku besar d) Melakukan investigasi terhadap catatan-catatan dari sumber yang tidak biasa atau catatan yang tidak sesuai ekspektasi e) Lakukan pengujian cut off Persediaan Konsinyasi Menanyakan mengenai persediaan konsinyasi pada pihak lain dan pastikan bahwa persediaan itu tidak termasuk dalam daftar persediaan Memastikan bahwa persediaan pihak ketiga dan persediaan konsinyasi telah dihitung namun tidak termasuk dalam daftar persediaan akhir Persediaan milik pihak ketiga – Konfirmasi Melakukan konfirmasi pada pihak ketiga mengenai persediaan dalam perjalanan, dalam konsinyasi dan persediaan yang berada di gudang publik. Konfirmasi ini meliputi jumlah perseduaan dan deskripsi dari persediaan tersebut. Setelah itu auditor harus menyetujui dengan jumlah akhir pada daftar persediaan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Asersi C, E, & A V C, E, & A C, E, & A C, E, & A C, E, & A
E
E
C, E, & A
No
14
Prosedur Audit Net Realizable Value Memastikan bahwa penyisihan telah dilakukan dengan benar untuk persediaan yang bergerak lambat, usang dan rusak atau perseduaan yang dijual di bawah biaya. Sediakan jadwal penyisihan persediaan dan lakukan hal-hal berikut: a) Trace jumlah dengan buku besar b) Menguji keakuratan secara matematis c) Mendiskusikan dengan manajemen mengenai dasar dan kewajaran dari asumsi yang digunakan d) Meninjau kembali metode dari entitas dalam mengidentifikasi pergerakan yang lambat dari persediaan atau barang-barang yang usang dan sediakan penjelasan untuk observasi pada saat perhitungan fisik dan yakinkan bahwa persediaan tersebut telah termasuk dalam penyisihan atau dikeluarkan dalam perhitungan persediaan e) Bandingkan dasar dari penyisihan dan persediaan yang termasuk dalam penyisihan dengan tahun sebelumnya f) Pilih sampel dari persediaan yang digunakan dalam pembiayaan Meyakinkan bahwa persediaan tidak dilaporkan melebihi net realizable value (NRV) i. Bandingkan biaya persediaan dengan harga jual dari faktur penjualan yang menyusul, daftar harga dan kontrak konsumen ii. Tinjau kembali buku pesanan dan nilai kemungkinan adanya kuantitas yang diproduksi melebihi permintaan iii. Yakinkan faktur atau kontrak menggunakan harga yang normal untuk konsumen. Pertimbangkan pula efek untuk pembelian volume besar dan diskon iv. Tanyakan perbedaan antara biaya dengan NRV dan pertimbangkan apakah diperlukan adanya write down Inventory Count Tie In
Asersi
V
15
Yakinkan bahwa cutt off pada beberapa hal yang dicatat saat pemeriksaan fisik telah sesuai dengan pencatatan akuntansi
A
16
Sesuaikan laporan penerimaan terakhir yang didapat dalam pemeriksaan fisik dengan catatan akuntansi
A
17
Sesuaikan faktur penjualan terakhir, dokumen pengiriman, dan catatan kredit pada saat observasi dengan pencatatan akuntansi
A
Sumber : KAP ABC (telah diolah kembali)
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
3.1.4
Prosedur Audit Atas Akun Utang Usaha
Prosedur audit utang usaha yang ditetapkan oleh KAP ABC bertujuan untuk memenuhi penilaian-penilaian sebagai berikut: •
Completeness (C)
•
Existence (E)
•
Accuracy (A)
•
Valuation (V)
Adapun prosedur audit atas akun utang usaha adalah seperti dalam Tabel 3.2 Tabel 3.2 Tabel Prosedur Audit Akun Utang Usaha KAP ABC No
1 2
3
4
5
6
Prosedur Audit Daftar Utang Usaha Untuk pencatatan secara manual: Dapatkan daftar utang usaha klien dan: a) Menyetujui daftar dengan buku besar b) Menguji keakuratan secara matematis Untuk daftar elektronik: DApatkan secara elektronik rincian utang usaha dan gunakan IDEA Audit Automation Tool: a) Menyetujui total ke buku besar untuk memastikan daftar telah dipindah dengan akurat dan lengkap b) Menguji keakuratan secara matematis dari daftar utang usaha Saldo Debit Untuk daftar elektronik: Gunakan Audit Automation Tool, untuk mengektrak saldo debit. Investigasi saldo debit dan pertimbangkan pemindahan ke piutang usaha Untuk pencatatan secara manual: Investigasi saldo debit yang signifikan dan pertimbangkan pemindahan ke piutang usaha Transaksi dengan pihak berelasi Dokumentasikan transaksi dan saldo akhir dengan pihak berelasi dan yakinkan bahwa telah diungkapkan pada laporan keuangan Jika auditor merupakan auditor bagi kedua entitas maka verifikasi kesinambungan akun antar entitas. Jika bukan merupakan auditor untuk kedua entitas maka buatlah konfirmasi tertulis
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Asersi
A A
A
A
C, E, A, & V
C, E, & A
No 7
8
9
10
11
12
13 14
Prosedur Audit Tanyakan kepada manajemen apakah semua transaksi dengan pihak berelasi telah diidentifikasi dan dicatat dengan tepat Barang dagangan yang diterima untuk konsinyasi Diskusikan dengan pihak yang bertanggung jawab bahwa tidak ada nilai barang dagang yang diterima untuk konsinyasi dalam perhitungan utang usaha Pemasok Utama Pilihlah sampel pemasok besar berdasarkan pembelian tahunan dan lihat kembali pencatatan faktur yang belum diselesaikan pada akhir tahun a) Menyetujui utang usaha pada daftar usaha dengan pernyataan atau konfirmasi pemasok b) Rangkum hasil dan investigasi perbedaan dengan memeriksa dokumen pendukung dan pertanyaan Lakukan prosedur alternatif disaat tidak ada balasan dari pemasok atau disaat pernyataan pemasok tidak dimiliki oleh klien a) Siapkan rincian buku besar dari akun tersebut b) Lihat kembali pembayaran dari periode berikutnya dan pertimbangkan perlu atau tidaknya memeriksa dokumen pendukung c) Cek debit yang signifikan lainnya dengan dokumen pendukung d) Pilih sampel dari catatan barang yang diterima dari pemasok tersebut dan cek faktur terkait apakah sudah dicatat pada akun utang usaha Transaksi Tak Tercatat Diskusikan dengan pihak yang bertanggung jawab atas keberadaan utang yang tidak tercatat Volume Rebates atau Diskon Kas a) Tanyakan kepada manajemen akrual yang berkaitan dengan volume rebates atau diskon kas b) Bandingkan akrual dengan tahun sebelumnya atau investigasi varian yang signifikan antara ekspektasi dengan yang dicatat Penerjemahan Verifikasi utang usaha yang dicatat dalam valuta asing telah diterjemahkan pada kurs yang tepat Rekonsiliasi Pemasok - Selain Pada Akhir Periode Apabila rekosiliasi pemasok terjadi bukan pada akhir periode a) Menguji keakuratan matematis pada jurnal pembelian yang berpengaruh pada periode tersebut
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Asersi C
A
C, E, A, & V
C&E
C
A&V C, E, & A
V A
No
15
16
17
b) Bandingkan saldo pemasok pada tanggal yang berbeda dan kelaskan perubahan yang signifikan atau tidak diekspektasikan Prosedur Audit c) Amati sub-ledger pada buku besar untuk melihat nilai yang tinggi atau catatan yang tidak biasa dan investigasi hal-hal tersebut d) Lakukan prosedur cut-off tambahan pada tanggal pengujian untuk tambahan prosedur cut-off pada akhir periode Accrued Liabilities Verifikasi accrued liabilities a) Dokumentasikan dasar perhitungan accrued liabilities b) Nilai kewajaran dari accrual dengan i) Lakukan uji prediksi ii) Periksa dokumen pendukung c) Pertimbangkan apakah syarat yang memadai untuk accrual telah dibuat saat dibutuhkan Faktur Yang Tidak Sesuai Periksa faktur yang tidak sesuai dan/atau tidak dicatat dan dokumen penerimaan untuk meyakinkan semua pengeluaran terkait periode ini telah dicatat pada periode yang tepat Accrued Wages and Salaries Sediakan perhitungan untuk accrued wages dan gaji, accrued commisions, accrued vacation pay, dan accrued bonus dan lakukan hal-hal berikut a) Menyetujui saldo dengan buku besar b) Nilai kewajaran dari accrual dengan i.) Lakukan tes prediksi ii.) Periksa dokumen pendukung c) Uji keakuratan matematis d) Menyetujui pembayaran berikutnya dari accrued salaries dan wages dengan pencatatan upah gaji
Asersi
A
A
A
Sumber : KAP ABC (telah diolah kembali)
3.2
Profil Perusahaan PT. NA
PT NA merupakan perusahaan yang berdiri pada tanggal 30 Oktober 1971. Kantor dan gudang perusahaan ini berlokasi di Pulogadung, Jakarta Timur. PT. NA merupakan anak perusahaan dari PT. IMSI, yaitu salah satu perusahaan yang bergerak di bidang otomotif di Indonesia. Pada 30 Juni 2012 perusahaan ini memiliki 224 orang karyawan.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
PT. NA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan dan pembuatan perlengkapan kendaraan bermotor. Pasar utama dari perusahaan ini ialah di Jakarta. Perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan perakit kendaraan bermotor dengan aset besar yang terdapat di Jakarta sehingga perusahaan tidak memiliki saingan yang berarti dari perusahaan perakitan sejenis. Namun akibat adanya tuntutan pasar dan konsumen maka perusahaan dituntut untuk menerapkan teknologi yang memadai. Jasa produksi yang diberikan oleh perusahaan adalah perakitan mobil-mobil sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pihak Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM). Barang-barang yang digunakan dalam perakitan terbagi menjadi dua, yaitu: •
Barang-barang baku seperti pintu, kursi, mesin dan body yang diimpor dari luar dan disediakan oleh ATPM.
•
Barang-barang pembantu seperti cat dan baut yang disediakan oleh perusahaan melalui pemasok yang dimiliki perusahaan.
3.2.1
Kebijakan PT.NA Terhadap Pembelian Persediaan Bahan Baku
Flowchart dari kegiatan pembelian persediaan bahan baku PT.NA tertera di Gambar 3.1 •
Proses pemesanan barang Pembelian bahan baku dilakukan berdasarkan purchase requisition yang dikeluarkan oleh bagian gudang. Purchase requisition harus diotorisasi oleh kepala gudang. Kemudian pihak procurement (pembelian) yang mendapat permintaan pembelian bahan baku dari gudang akan membuat quotation kepada pemasok barang. Quotation yang dibuat harus berdasarkan kualitas dan harga barang. Pembelian yang dilakukan harus sesuai dengan spesifikasi rencana proyek dan diotorisasi oleh kepala gudang dan disetujui oleh bagian procurement dan direktur operasional. Kemudian procurement akan membuat purchase order. Purchase order dibuat dengan menyertakan spesifikasi produk dan harga yang telah
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
disepakati dengan pemasok. Sama halnya dengan purchase requisition, purchase order juga harus disetujui oleh direktur operasional. Purchase order dibuat sebanyak empat rangkap. Rangkap pertama akan disimpan oleh procurement. Rangkap kedua akan diberikan pada pihak gudang. Rangkap ketiga akan diberikan pada bagian keuangan dan rangkap keempat akan diberikan kepada pemasok. Kontrol yang dilakukan perusahaan sehubungan dengan pemesanan barang ialah melakukan verifikasi antara purchase order yang sudah dibuat bagian procurement dengan purchase requisition yang dibuat bagian gudang. Selain melakukan verifikasi bagian pembelian juga membuat rekapitulasi purchase order tiap bulan dengan status apakah sudah terpenuhi atau belum.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Warehouse
Procurement Dokumen Permintaan Barang
Periksa Stok Barang kurang
Purchase Requisition
Melakukan quotation atas supplier barang
Purchase Order
Membuat Purchase Order
Surat Jalan
Barang dan surat jalan diterima
Purchase Order Purchase Order Purchase Order Purchase Order Purchase Order
Cek atas barang dengan surat jalan dan PO
Finance Purchase Order
Purchase Order
Mengirim Barang dan Surat Jalan
Invoice Faktur Pajak
Mengeluarkan cek untuk pembayaran
Setelah di cek surat jalan diautorisasi kemudian dikirim kembali ke supplier
Supplier
Authorized Surat Jalan
Cek Membuat Invoice dan Faktur Pajak
Authorized Surat Jalan Bank (end)
Invoice Faktur Pajak
Gambar 3.1 Flowchart Siklus Transaksi Pembelian PT NA Sumber: Kertas Kerja KAP ABC atas PT NA
•
Penerimaan barang Setelah pemasok menerima purchase order yang dibuat oleh perusahaan maka pemasok akan mengirim barang beserta surat jalan yang kemudian diterima oleh bagian gudang. Pada saat barang diterima, bagian gudang akan melakukan verifikasi ke salinan purchase order yang dikirimkan oleh bagian procurement sebelum menandatangani berita acara penerimaan barang. Setelah menerima barang dan surat jalan maka bagian gudang akan melakukan cek atas barang dengan surat jalan dan purchase order. Setelah dicek maka surat jalan akan ditandatangani bagian gudang dan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
pengantar barang lalu kemudian diotorisasi oleh kepala gudang dan dikembalikan pada pemasok. Untuk memudahkan pengecekan pada pencatatan laporan mutasi keluar masuk barang, maka surat jalan harus terdiri dari deskripsi jenis barang, kuantitas, dan referensi nomer purchase order. Bagian gudang juga akan melakukan update kartu persediaan dan kartu mutasi. Perusahaan akan mengakui adanya persediaan ketika telah dilakukan pengiriman bahan baku oleh pemasok. Persediaan PT NA dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan atau nilai realisasi bersih. Harga perolehan ditentukan dengan menggunakan metode weighted moving average dan terdiri dari semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya pabrikasi terkait yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat sekarang ini. Penyisihan untuk persediaan usang dibentuk berdasarkan hasil penelahaan atas keadaan masing-masing persediaan pada akhir tahun, sedangkan penyisihan untuk penurunan nilai dibentuk untuk mengurangi nilai tercatat persediaan menjadi nilai realisasi bersihnya. Pencatatan yang dilakukan PT NA adalah sebagai berikut:
Stock – Inventory Trade Creditor
•
XXX XXX
Penerimaan invoice Setelah mengirimkan barang maka pemasok akan membuat invoice dan faktur pajak yang kemudian diberikan kepada bagian keuangan. Invoice yang diterima bagian keuangan kemudian akan dibandingkan dengan surat jalan dan retur. Setelah bagian keuangan melakukan verifikasi invoice akan diserahkan pada bagian akuntansi untuk kemudian dicatat dalam jurnal. Pencatatan juga dilakukan secara manual pada buku pemasok. Pada akhir bulan, saldo utang akan dicocokkan dengan pencatatan dalam buku
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
pemasok. Setiap pencatatan jurnal harus disertai dengan dokumen pendukung dan verifikasi. •
Pembayaran kepada pemasok Setelah menerima invoice dan melakukan prosedur yang seharusnya, bagian keuangan melakukan pengawasan terhadap tanggal jatuh tempo invoice. Bagian akuntansi kemudian akan melakukan verifikasi dan otorisasi yang diikuti oleh pembukaan cek oleh bagian keuangan. Pembukaan cek harus diotorisasi oleh direktur keuangan. Kontrol lain dari PT NA adalah dengan memutuskan menggunakan prenumbered check. Setelah dilakukan otorisasi cek oleh direktur keuangan maka dilanjutkan dengan proses pembayaran oleh kasir. Pembayaran biasanya dilakukan dengan cek atau transfer bank. Tanda terima pembayaran dari pemasok maupun bukti transfer bank yang digunakan untuk melakukan pembayaran harus didokumentasikan. Ketika telah dilakukan pembayaran kepada pemasok maka pencatatan yang dilakukan PT NA ialah sebagai berikut:
Trade Creditor
XXX
Bank
XXX
Dalam hal ini terjadi pemisahan tugas antara petugas yang melakukan pencatatan dan pembayaran. Pencatatan dan pemrosesan pembelian bahan baku akan dilakukan oleh bagian akuntansi sedangkan pembayaran dilakukan oleh bagian kasir. •
Pengembalian barang Jika barang yang diterima PT NA tidak dalam kondisi baik maka bagian gudang akan membuat laporan kepada bagian procurement. Barang kemudian akan dikembalikan kepada pemasok dan tidak dianggap sebagai barang masuk. Bagian gudang membuat tanda terima pada saat pengembalian kepada pemasok. Tanda terima barang yang dikembalikan ini kemudan digunakan sebagai dasar pencatatan retur. Kontrol terhadap
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
pengembalian juga dilakukan oleh bagian keuangan dengan mencocokkan credit note yang diterima dengan laporan gudang.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL
4.1
Memahami Internal Control PT NA
Dalam menilai kontrol PT NA, auditor berpacuan pada flowchart perusahaan dan internal control questionnaires. Karena KAP ABC sudah pernah melakukan audit terhadap PT NA sebelumnya, maka pemahaman atas internal control perusahaan dilakukan
dengan
menggunakan
data
flowchart
serta
internal
control
questionnaires yang telah dimiliki auditor sebelumnya dan kemudian menanyakan kepada manajemen mengenai adanya perubahan dalam operasi. Dari internal control questionnaires
diketahui bahwa operasi yang dilakukan perusahaan
dijalankan sesuai dengan anggaran tahunan. Jika dalam perjalanan terjadi perubahan yang fundamental, maka hal tersebut harus diverifikasi dan disetujui oleh dewan direksi. Sejak tahun 2008, PT. NA juga telah menerapkan Standar Operating Procedures (SOP) sebagai dasar untuk menjalankan semua kegiatannya. 4.2
Menentukan Tingkat Materialitas
KAP ABC menetapkan tiga jenis materialitas, yaitu: 1. Overall Materiality (OM) yang digunakan untuk: o Menentukan apakah secara kuantitatif nilai dari setiap transaksi, saldo akun, atau pengungkapan merupakan nilai yang material, dan o Dalam kesimpulan audit, dapat mengevaluasi apakah salah saji yang teridentifikasi dalam prosedur audit material secara individu maupun agregat. Dalam menentukan OM, KAP ABC mempunyai pendekatan dengan menetapkan nilai tertinggi antara total aset dengan total pendapatan. Pada periode 30 Juni 2012, PT NA memiliki total aset sebesar Rp 55.199.042.753 dan total pendapatan sebesar Rp4.483.152.839. Maka ditentukan bahwa penentuan materialitas didasarkan oleh total aset.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Perhitungan OM yang digunakan KAP ABC seperti tercantum di Tabel 4.1 Tabel 4.1 Tabel Penentuan Overall Materiality Type Of Clients
Percentage
Significant and High Risk Clients (except Bank and Financial 0.5 %
Institution): 1.
Total assets or Revenue
2.
Net Assets
3.
Normalized income from continuing operations before taxes
3.0 % 5.0 %
Bank and Financial Institution: •
Total assets or Revenues
0.5 %
•
Net Assets
3.0 %
Low Risk Clients: •
Total assets or Revenues
1.25 %
•
Net Assets
4.0 %
•
Normalized income from continuing operations before taxes 7.5 % Sumber : Audit Manual KAP ABC
Berdasarkan peninjauan atas internal control perusahaan, auditor menilai bahwa rancangan internal control PT NA sudah baik dan telah dijalankan dengan baik pula sehingga diputuskan bahwa risiko yang dimiliki PT.NA berada pada tingkat rendah. Cara perhitungan atas OM PT NA dilakukan dengan cara seperti di Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Overall Materiality Overall Materiality TA Revenue Net Asset
55,199,042,753
1.25% 1.25% 4.00%
OM 689,988,034.41 -
Sumber: Preanalitical Review PT NA 30 Juni 2012
2. Performance Materiality (PM) Dalam melakukan audit ada kemungkinan bahwa agregat dari salah saji yang tidak material secara individu dapat membuat laporan keuangan menjadi salah saji secara material. Untuk menghindari hal tersebut maka
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
auditor perlu menetapkan nilai PM. PM menunjukkan jumlah yang ditetapkan oleh auditor yang lebih kecil dari OM untuk mengurangi probabilitas adanya jumlah agregat dari salah saji yang tidak diperbaiki dan tidak terdeteksi yang melebihi OM. Contohnya jika salah saji yang terjadi pada akun utang usaha sebesar Rp50 juta sedangkan salah saji di akun persediaan sebesar Rp650 juta. Kedua nilai ini memang berada dibawah nilai OM yang menyebabkan nilai ini tidak material. Namun jika salah saji tersebut dijumlah maka nilai Rp700 juta tersebut menjadi nilai yang material. Maka dari itu untuk menghindari terjadinya hal ini perlu ditentukan adanya PM.
KAP ABC menetapkan mempertimbangkan PM berdasarkan risiko audit keseluruhan yang dimiliki perusahaan. Penentuan PM KAP ABC seperti di Gambar 4.1. Performance Materiality The auditor shall determine Performance Materiality by applying (by means of multiplication) the following percentages to Overall Materiality: □ Low overall audit risk = 80%; or □ High overall audit risk = 70% Performance Materiality = Overall Materiality × Overall Audit Risk Percentage (70% or 80%)
Gambar 4.1 Penentuan Performance Materiality Sumber : Audit Manual KAP ABC
Maka perhitungan atas performance materiality PT NA tertera di Gambar 4.2. PM = OM x Overall Audit Risk Percentage % OM 689,988,034 PM 551,990,428 PM Rounded down 551,990,000
80% (low overall audit risk)
Gambar 4.2 Perhitungan Performance Materiality Sumber: Pre-Analitical Review PT NA 30 Juni 2012
3. Specific Performance Materiality (SPM) Dalam setiap jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan, auditor harus menilai mengenai keberadaan dari kemungkinan adanya salah saji dari nilai yang dibawah OM yang dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
dari pengguna laporan keuangan. Jika terdapat keadaan seperti itu maka auditor harus melakukan pertimbangan untuk menentukan tingkat SPM yang dapat diaplikasilan pada setiap transaksi, saldo akun, atau pengungkapan. 4.3
Pelaksanaan Audit Terhadap Pembelian Persediaan Bahan Baku PT. NA
4.3.1
Melakukan Analytical Review
Siklus pembelian bahan baku menyangkut dua akun PT NA yaitu akun persediaan dan utang usaha. Dalam proses analytical review persediaan, auditor membandingkan nilai persediaan periode 30 Juni 2012 dengan periode sebelumnya yaitu periode 31 Desember 2011. Ditemukan bahwa terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 64,58 % dari 31 Desember 2011 ke 30 Juni 2012 (lihat di lampiran 1). Dari analytical review tersebut diduga terjadi transaksi yang tidak rutin pada periode ini yang kemudian menyebabkan terjadinya lonjakan yang begitu besar. Akun utang usaha PT NA dibedakan menjadi dua, yaitu utang usaha kepada perusahaan yang merupakan pihak berelasi dan utang usaha kepada pihak ketiga. Jika dibandingkan 31 Desember 2011, utang usaha kepada pihak berelasi pada tanggal 30 Juni 2012 mengalami kenaikan sebesar 35,72% sedangkan utang usaha kepada pihak ketiga mengalami penurunan sebanyak 39,07% (lihat di lampiran 1). Dari hal ini diduga terjadi pergerakan proporsi utang usaha PT NA dimana perusahaan mengurangi utang kepada pihak ketiga dan memilih lebih banyak memiliki utang dengan pihak berelasi. Secara keseluruhan utang usaha pada 30 Juni 2012 adalah 37,02% lebih kecil dari utang usaha 31 Desember 2011 (lihat di lampiran 1). Penurunan ini diduga terjadi akibat adanya pelunasan utang dalam jumlah yang besar antara bulan Mei dan Juni 2012. 4.3.2
Melakukan Test of Controls dan Substantive Test of Transactions
Test of control yang dilakukan terhadap siklus pembelian PT NA ialah dengan mengambil sampel transaksi pembayaran yang didalamnya termasuk juga transaksi pembayaran atas pembelian bahan baku pada periode 1 Januari 2012
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
hingga 30 Juni 2012 dan melakukan observasi terhadap otorisasi pada setiap transaksi tersebut. Dalam pengambilan sampel, auditor sepakat untuk mengambil sampel bank payment voucher PT NA yang memiliki nominal lebih dari Rp500 juta per nilai pada dokumen bank payment voucher. Keputusan untuk menggunakan sampel bank payment voucher ini dipilih auditor karena test of control direncanakan dilakukan bukan hanya untuk pembelian bahan baku saja melainkan untuk menilai kontrol atas transaksi pembayaran yang dilakukan perusahaan secara keseluruhan dan bank payment voucher merupakan dokumen yang paling tepat untuk melihat keseluruhan transaksi pembayaran yang terjadi. Dari pengamatan senior auditor atas keseluruhan bank payment voucher maka ia berpendapat bahwa nilai Rp500 juta merupakan nilai yang sudah mewakili keseluruhan dokumen karena rata-rata dokumen bernilai diatas Rp500 juta. Asersi yang dilakukan auditor dalam proses ini ialah memastikan completeness dan occurence telah terpenuhi. Berdasarkan internal control yang dimiliki PT NA, bank payment voucher harus ditandatangani oleh: 1. Staf bagian akuntansi sebagai bukti bahwa ia yang membuat bank payment voucher tersebut; 2. Kepala bagian akuntansi untuk menunjukkan bahwa bank payment voucher telah dicek ulang oleh beliau; 3. Direktur keuangan yang menyetujui bank payment voucher tersebut; dan 4. Pemasok sebagai bukti bahwa pembayaran telah diterima. 4.3.3
Melakukan Test of Detail Balances Terhadap Akun Persediaan Bahan Baku
Sebelum melakukan test of detail balances auditor harus meningkatkan pemahaman mengenai kontrol perusahaan terhadap perhitungan fisik bahan baku. Pemahaman dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap manajemen. Dari wawancara tersebut didapatkan bahwa siklus perhitungan fisik bahan baku yang dilakukan perusahaan seperti tertera di Gambar 4.3
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Briefing Stockopname
Accounting mempersiapkan list stock dan memprint
Stock ada 2 kategori: 1. consumable stock 2. engineering stock
Check sheet dan kartu stock
4 rangkap:
1. 2. 3. 4.
putih (accounting) kuning (accounting) merah (procurement) biru (gudang)
Stockopname
Input di komputer berdasarkan no.kartu
Cocokkan quantity stock
Ok
Ada selisih
Didokumentasikan dan dimasukkan ke dus
Didokumentasikan dan dimasukkan ke dus untuk di cek oleh counter checker
Finish
Cek sendiri
Ternyata tidak ada selisih (human error)
OK
Finish
Ada selisih
Recheck oleh bagian gudang
Diberi notes ada selisih
ok
Accounting membuat adjusment entries
GL Finish
Gambar 4.3 Proses Stockopname Persediaan Bahan Baku PT NA Sumber: Kertas kerja KAP ABC atas PT NA
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Test of Detail Balances terkait pembelian bahan baku yang dilakukan terhadap persediaan PT NA adalah dengan melakukan observasi fisik. Observasi fisik dilakukan untuk memastikan bahwa kuantitas dari bahan baku yang dimiliki perusahaan sesuai dengan nilai yang dilaporkan. Observasi fisik terhadap persediaan bahan baku PT NA yang dilakukan oleh auditor dilakukan sebanyak dua kali. Observasi fisik yang pertama dilakukan pada tanggal 2 Juli 2012. Waktu ini dipilih untuk karena mendekati tanggal neraca yaitu tanggal 30 Juni 2012. Di tanggal 2 Juli 2012 auditor mendapat daftar persediaan dari manajemen dan langsung melakukan observasi fisik. Perhitungan fisik dilakukan pada persediaan dengan nilai lebih dari Rp20 juta. Keputusan menggunakan nilai 20 juta dipilih dengan melihat rata-rata nilai persediaan bahan baku. Auditor melihat dengan memilih nilai 20 juta maka sampel telah mewakili keseluruhan persediaan bahan baku. Selama perhitungan fisik auditor akan memberikan tanda pada persediaan yang memiliki jumlah yang berbeda dari pencatatan akuntansi. Setelah selesai melakukan perhitungan, kemudian auditor melihat daftar mutasi masuk dan keluar persediaan dan mencocokkan dengan persediaan yang telah diberi tanda oleh auditor. Walau perhitungan tidak dilakukan terhadap seluruh persediaan namun perhitungan fisik ini membutuhkan waktu yang sangat lama akibat letak dari persediaan yang tidak tersusun rapi dan petugas yang memahami letak persediaan sedang cuti. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan fisik didapati bahwa sampel yang diambil oleh auditor tidak mewakili keseluruhan persediaan. Seperti yang diketahui melalui pemahaman siklus perhitungan fisik, persediaan dari PT NA dibagi menjadi jenis consumable stock dan engineering stock. Consumable stock kemudian terdiri dari gases, chemicals, processing materials, cleaning materials, abrassives, consumable tools, drills, paint materials, welding & soldering supplies, sealers & adhessives, lubricants & fuels, protective materials, kitchen & office materials, dan sundry materials. Seharusnya sampel yang dipilih dapat mewakili setiap jenis persediaan. Namun karena auditor memutuskan mengambil sampel persediaan yang diatas Rp20 juta maka sampel ternyata tidak mewakili semua jenis persediaan. Contohnya jenis persediaan consumable tools yang
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
memiliki saldo Rp4.960.500. Karena sampel hanya diambil dari persediaan yang memiliki saldo diatas Rp20 juta, maka jenis persediaan consumable tools tidak terpilih menjadi sampel. Karena sampel yang kurang mendukung, kemudian auditor melakukan perhitungan fisik ulang pada tanggal 18 Juli 2012. Tanggal ini juga telah disesuikan dengan keberadaan petugas yang memahami letak persediaan. Sebelum tanggal perhitungan fisik auditor telah memiliki daftar persediaan dan memutuskan sampel yang diambil. Kali ini auditor sepakat untuk mengambil sampel dari setiap jenis persediaan. Sampel diambil dengan memilih persediaan yang memiliki nilai tinggi dari tiap jenis persediaan sehingga jika dijumlah maka total nilainya akan lebih tinggi dari setengah jumlah total jenis persediaan tersebut. Contohnya jika persediaan jenis paint materials memiliki total Rp8.000.000 maka auditor akan memilih sampel beberapa persediaan yang termasuk dalam paint materials dari yang memiliki nilai tertinggi hingga jika ditotal maka sampel persediaan-persediaan tersebut akan berjumlah Rp4.000.000 atau lebih. Keputusan ini dipilih auditor berdasarkan judgement yang bertujuan untuk memilih sampel yang mewakili keseluruhan persediaan. Kemudian auditor akan menghitung setiap jenis persediaan yang disetujui untuk menjadi sampel. Setelah menghitung maka hasil perhitungan akan dicocokan dengan daftar persediaan yang disiapkan bagian akuntansi. Jika terjadi perbedaan nilai maka auditor akan melakukan pengecekan dengan kartu mutasi untuk memastikan adanya perpindahan barang antara tanggal pembuatan laporan dengan tanggal dilakukan observasi fisik. Karena dilakukan pada tanggal 18 Juli 2012 maka mutasi yang harus disesuaikan juga lebih banyak dari yang dilakukan pada tanggal 2 Juli 2012. Selain melakukan uji terhadap kuantitas, auditor juga menguji kualitas dari persediaan untuk memastikan tidak adanya persediaan yang usang. Ketika manajer auditor melakukan tinjauan akhir atas proses audit yang dilakukan tim auditor terhadap PT NA, manajer auditor menyadari adanya akun persediaan dalam perjalanan yang sangat material. Maka dari itu auditor harus melakukan prosedur tambahan untuk melakukan audit terhadap persediaan dalam perjalanan ini.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Dalam pencatatan akuntansi yang dibuat oleh PT NA diketahui bahwa bahan baku yang dibeli oleh perusahaan masih ada yang belum tiba di gudang. Maka dari itu diakhir proses pelaksanaan audit terhadap PT NA, auditor harus memastikan bahwa pembelian terhadap persediaan dalam perjalanan tersebut benar-benar terjadi dan memiliki nilai yang sesuai dengan nilai yang dicatat. Beberapa prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: •
Memahami nature dari persediaan dalam perjalanan Terkait dengan persediaan dalam perjalanan, auditor menanyakan kepada manajemen mengenai nature dari bahan baku ini. Kemudian diketahui bahwa persediaan dalam perjalanan ini terdiri dari dua macam yaitu mesin A4 dan mesin A6. Setiap mesin ini dipesan dalam beberapa lot. Manajemen juga menjelaskan bahwa mesin ini merupakan pesanan dari PT GMM, perusahaan yang berafiliasi dengan PT NA. Dari informasi ini kemudian auditor melakukan pengecekan terhadap perjanjian diantara dua perusahaan tersebut sehubungan pemesanan mesin ini. Dari perjanjian ini diketahui bahwa PT GMM merupakan pemegang merk mobil A di Indonesia yang ingin bekerja sama dengan PT NA dalam hal perakitan mobil A. Dalam perjanjian ini dikatakan bahwa PT GMM berkewajiban untuk menyediakan bahan baku A tersebut sehingga setiap pemesanan yang dilakukan PT GMM akan perakitan mobil A oleh PT NA akan selalu disertai dengan pemesanan bahan baku dari PT NA kepada PT AD. PT NA hanya bertanggung jawab dalam hal perakitan dari mobil A saja. Sedangkan untuk penjualan mobil tersebut merupakan tanggung jawab PT GMM selaku pemegang merk mobil A di Indonesia
•
Memeriksa daftar persediaan dalam perjalanan dan dokumen terkait Auditor meminta rincian dari transaksi yang terkait dengan akun persediaan dalam perjalanan. Rincian ini terdiri dari daftar pembelian bahan baku yang masih dalam perjalanan. Ketika telah mendapat daftar pembelian bahan baku yang masih dalam perjalanan, kemudian auditor melakukan vouching terhadap purchase order yang dikeluarkan PT NA untuk melakukan pemesanan terhadap mesin-mesin AD tersebut. Selain
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
itu dikarenakan bahan baku ini dipesan dari Jerman maka auditor juga harus memastikan adanya Pemberitahuan Impor Barang (PIB) 4.3.4
Melakukan Test of Detail Balances Terhadap Akun Utang Usaha
Untuk menguji Test of Detail Balances terhadap akun utang usaha, auditor melakukan beberapa prosedur, yaitu: •
Konfirmasi Untuk meyakinkan auditor bahwa nilai yang tercatat dalam akun utang usaha merupakan nilai yang benar dan untuk meyakinkan bahwa transaksi benar-benar terjadi maka auditor akan melakukan konfirmasi. Konfirmasi dibuat oleh auditor dan dicetak menggunakan kop surat PT NA. Konfirmasi dikirimkan merupakan konfirmasi yang bersifat positif yang mana auditor akan meminta balasan dari kreditur untuk memastikan bahwa nilai yang dikonfirmasi sesuai atau tidak dengan catatan kreditur. Konfirmasi dikirimkan pada semua perusahaan afilliasi dan perusahaan lain yang memiliki jumlah saldo utang diatas Rp50.000.000. Keputusan ini diambil oleh auditor dengan mengikuti keputusan yang diambil auditor tahun sebelumnya. Konfirmasi yang dikirimkan auditor terkait dengan utang pembelian bahan baku berjumlah enam buah. Beberapa kali auditor harus mengirimkan konfirmasi ulang dikarenakan tidak ada respon dari kreditur. Dari enam konfirmasi, dua perusahaan pihak berafiliasi dan satu perusahaan pihak ketiga menyetujui jumlah utang usaha yang dikirimkan auditor sedangkan tiga perusahaan pihak ketiga lain tidak menjawab konfirmasi yang dikirimkan. Untuk perusahaan yang tidak menjawab konfirmasi maka keyakinan auditor akan saldo utang hanya berdasarkan pada prosedur rolling forward.
•
Rolling Forward Untuk mendapatkan keyakinan bahwa saldo utang usaha PT NA berada pada nilai yang tepat maka auditor juga melakukan rolling forward. Dalam proses rolling forward, auditor mengambil sampel yang sama dengan sampel yang dikirimkan konfirmasi. Proses ini dilaksanakan dengan melihat saldo utang usaha PT NA kepada setiap perusahaan yang menjadi
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
sampel per tanggal 31 Desember 2011 yang telah diaudit. Setelah itu auditor menghitung perubahan saldo setiap perusahaan mengikuti setiap transaksi pembelian maupun pembayaran yang dilakukan PT NA kepada perusahaan tersebut selama periode 1 Januari 2012 hingga 30 Juni 2012. Setelah mendapatkan nilai perhitungan tersebut maka auditor akan mencocokkannya dengan saldo sub ledger yang terdapat dalam pencatatan PT NA per 30 Juni 2012. 4.3.5
Pengungkapan
Sesuai PSAK No. 7 tahun 2010, transaksi antara pihak-pihak berelasi dan unsurunsurnya perlu diungkapkan dalam laporan keuangan. PT NA belum memiliki kebijakan akuntansi untuk memisahkan transaksi pembelian bahan baku dengan pihak ketiga dan pihak yang merupakan pihak berelasi. Hal ini menyebabkan auditor harus melihat catatan transaksi dari periode 1 Januari 2012 hingga 30 Juni 2012 untuk menghitung nilai transaksi perusahaan yang merupakan pihak berelasi. 4.4
Analisis Terhadap Proses Audit Pembelian Bahan Baku PT NA
Analisis penulis mengenai proses audit terhadap siklus pembelian bahan baku PT NA dilakukan dengan cara membandingkan pelaksanaan proses audit yang dijelaskan sebelumnya dengan landasan teori yang telah dijelaskan dalam bab kedua. Hasil analisis sebagai berikut. 4.4.1
Analisis Terhadap Pemahaman Internal Control
Proses pemahaman internal control merupakan proses perencanaan yang harus dilakukan diawal proses audit untuk merencanakan jangkauan audit yang harus dilakukan. Dalam prakteknya auditor tidak terlalu fokus dalam tahapan ini. Hal ini dikarenakan audit terhadap PT NA pernah dilakukan oleh KAP ABC sebelumnya namun dilakukan oleh tim auditor yang berbeda. Hal ini menyebabkan auditor terlalu berpatokan dengan data tahun lalu. Menurut penulis, karena tim audit saat ini merupakan tim yang baru pertama kali mengaudit PT NA maka seharusnya tetap mencari pemahaman dengan baik mengenai internal control perusahaan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
khususnya dengan melakukan walkthrough. Walaupun auditor dapat memahami internal kontrol dengan membaca flowchart dan internal control questionnaires, namun melakukan walkthrough tentunya akan menambah pemahaman yang lebih baik bagi auditor. Proses walkthrough dilakukan dengan memilih satu transaksi pembelian bahan baku lalu melakukan penelusuran mengenai proses yang dilakukan PT NA terhadap transaksi tersebut. Melalui proses ini auditor dapat memahami proses pencatatan dari setiap aktifitas terkait pembelian bahan baku dengan lebih baik. Dengan begitu auditor dapat memahami titik-titik dimana salah saji mungkin terjadi. Jika proses walkthrough dilakukan maka auditor dapat melakukan wawancara bersamaan dengan dilakukannya proses tersebut. Auditor dapat menanyakan bagaimana prosedur yang dilakukan manajemen jika terjadi kesalahan dalam titik-titik pencatatan transaksi. Dengan begitu penilaian akan internal control akan lebih baik. 4.4.2
Analisis Terhadap Penentuan Tingkat Materialitas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan bab kerangka dasar penyusunan penyajian laporan keuangan paragraph 30, auditor perlu menentukan tingkat materialitas untuk menentukan batas atau titik pemisah yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna dalam penentuan keputusan ekonomi. Berdasarkan PSA No. 25 (seksi 312), definisi materialitas ialah besarnya informasi akuntansi yang jika terjadi penghilangan atau salah saji mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Dari informasi tersebut maka disimpulkan bahwa auditor harus menentukan tingkat materialitas dan melihat keberadaan dari salah saji yang material. Ketika terdapat salah saji yang material maka auditor harus mengomunikasikan kepada manajemen untuk dilakukan koreksi. Untuk audit terhadap PT NA, auditor telah menentukan tingkat materialitas sesuai dengan yang seharusnya. Tingkat materialitas ini ditentukan dalam tahap perencanaan. Namun karena pada saat dilakukannya proses audit tidak ditemukan adanya salah saji maka tingkat materialitas ini seolah-olah tidak digunakan dalam
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
keseluruhan audit. Namun jika melihat pada ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan bab kerangka dasar penyusunan penyajian laporan keuangan paragraph 30 dan PSA No. 25 (seksi 312) maka hal yang dilakukan oleh auditor ini sudah tepat. 4.4.3
Analisis Terhadap Analytical Review Yang Dilakukan Auditor
Menurut Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009), analytical review perlu dilakukan untuk melihat adakah perubahan perilaku yang tidak biasa dengan rasio perusahaan. Pada praktek audit terhadap PT NA, auditor melakukan analytical review sepertinya hanya sebagai bagian dari prosedur saja. Seharusnya jika auditor melakukan tahapan ini dengan baik maka auditor sudah dapat melihat sejak awal bahwa terjadi transaksi yang tidak biasa pada akun persediaan akibat adanya akun persediaan dalam perjalanan dengan jumlah yang sangat bahan baku yaitu 42% dari total persediaan keseluruhan. Jika auditor sudah dapat melihat hal tersebut dari awal audit dilakukan, maka auditor sudah dapat merencanakan proses audit lebih lanjut terhadap akun persediaan dalam perjalanan. Selain itu untuk mendapatkan hasil perbandingan analisis yang lebih baik maka seharusnya perbandingan yang dilakukan adalah dengan membandingkan saldo 30 Juni 2012 dengan saldo 30 Juni 2011. Jika dibandingkan dengan saldo 31 Desember 2011 dikhawatirkan perusahaan memang memiliki tren pembelian bahan baku yang berbeda antara bulan Juni dan Desember. 4.4.4
Analisis Terhadap Test of Control
Test of control yang dilakukan auditor dengan cara memeriksa proses otorisasi terhadap setiap transaksi merupakan metode yang tepat. Namun sangat disayangkan aditor hanya melakukannya terhadap bank payment voucher. Untuk melakukan test of control yang baik seharusnya auditor melakukan pengecekan otorisasi terhadap setiap dokumen dalam proses pembelian bahan baku. Dokumen-dokumen tersebut ialah purchase requisition, purchase order,delivery order, surat jalan, invoice, faktur pajak standar, dan bank payment voucher.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
4.4.5
Analisis Terhadap Observasi Fisik Persediaan
Sebelum melakukan perhitungan fisik, auditor telah membentuk pemahaman terhadap prosedur perhitungan fisik perusahaan. Dari pemahaman tersebut auditor dapat melihat bahwa perusahaan memiliki instruksi yang jelas dalam melakukan perhitungan fisik. Selain itu terdapat penugasan yang jelas di bagian gudang dan akuntansi yang berperan dalam perhitungan fisik ini. Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) menjelaskan bahwa sebelum melakukan observasi fisik, auditor harus dapat memastikan waktu yang tepat untuk melakukan perhitungan fisik, menentukan ukuran sampel, dan memilih persediaan yang akan diuji. Praktik yang dilakukan auditor KAP ABC dalam melakukan perencanaan perhitungan fisik belum sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009). Mulanya auditor hanya memutuskan waktu yang tepat untuk melakukan perhitungan. Auditor memilih waktu yang mendekati tanggal neraca untuk mempermudah melakukan pencocokan jumlah fisik dengan jumlah yang tercatat. Namun auditor tidak memperhitungkan bahwa daftar pencatatan jumlah persediaan baru dapat dimiliki auditor di tanggal perhitungan sehingga auditor tidak memiliki waktu yang cukup untuk menentukan ukuran sampel dan memilih persediaan yang akan diuji. Karena kurangnya perencanaan maka auditor harus melakukan perhitungan ulang di waktu yang jauh dari tanggal neraca sehingga penyesuaian yang dilakukan terhadap pencatatan mutasi dari tanggal neraca hingga tanggal perhitungan menjadi rumit. Selain itu hal ini menunjukkan adanya ketidakefisienan waktu yang harus diluangkan oleh auditor. Seharusnya perencanaan dilakukan pada tanggal 2 Juli 2012 dimana tanggal tersebut merupakan waktu operasional pertama PT NA di bulan Juli. Pada tanggal 2 Juli 2012 auditor dapat memutuskan sampel yang perlu diambil dan jenis persediaan yang akan dihitung. Setelah itu perhitungan fisik dapat dilakukan pada tanggal 3 Juli 2012. Dengan begitu maka perhitungan fisik akan menjadi lebih efektif dikarenakan tidak perlu dilakukan dua kali dan penyesuaian yang dilakukan terhadap daftar mutasi tidak terlalu banyak.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
4.4.6
Analisis Terhadap Proses Audit Akun Persediaan Dalam Perjalanan
Akun persediaan dalam perjalanan yang dimiliki PT NA memiliki nilai yang sangat bahan baku dan merupakan akun baru yang belum ada pada laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun sebelumnya. Jika auditor melakukan perencanaan audit dengan baik, contohnya dengan melakukan analytical review dengan cermat, maka seharusnya auditor dapat dengan cepat menyadari bahwa diperlukan proses audit lanjutan terhadap akun ini. Karena perencanaan yang dilakukan auditor kurang baik maka auditor baru menyadari pentingnya proses audit lanjutan ketika dilakukan review oleh manager tim audit yaitu pada saat mendekati deadline yang diberikan oleh PT NA. Akibatnya proses audit tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Selain itu, karena terlalu berpatokan dengan proses audit periode sebelumnya maka auditor tidak mengirimkan konfirmasi kepada PT AD walau PT NA memiliki utang yang sangat bahan baku dengan PT AD. Hal ini dikarenakan di periode sebelumnya, konfirmasi hanya dikirimkan pada perusahaan-perusahaan dimana PT NA memiliki utang usaha. Sedangkan berdasarkan sifat perjanjian PT NA dan PT GMM maka utang pada PT AD dikategorikan sebagai utang lain-lain. Konfirmasi merupakan hal yang penting untuk hal ini karena auditor tidak dapat melakukan observasi fisik terhadap persediaan dalam perjalanan maka konfirmasi dapat digunakan untuk meyakinkan bahwa transaksi benar-benar terjadi. Berkaitan dengan utang PT AD yang dikategorikan sebagai utang lain-lain, penulis merasa bahwa utang ini lebih baik dikategorikan sebagai utang usaha. Hal ini dikarenakan utang lain-lain lebih tepat digunakan untuk kategori utang yang tidak rutin terjadi atau dalam jumlah yang kecil sedangkan utang kepada PT AD merupakan utang dengan jumlah bahan baku yang terjadi secara berkelanjutan. 4.4.7
Analisis Terhadap Test Of Detail Balance Terhadap Akun Utang Usaha
Untuk memenuhi penilaian completeness, accuracy, dan cutoff perlu dilakukan uji cutoff dan uji out-of-period liability. Namun hal ini tidak dilakukan oleh auditor karena auditor merasa prosedur rolling forward telah cukup memberikan
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
keyakinan. Walaupun auditor belum melakukan kedua uji ini namun penulis akan mencoba membuat uji cutoff dan uji out-of-period liability yang dapat dilakukan oleh auditor. Uji cutoff dan uji out-of-period liability dilakukan untuk menguji bahwa utang usaha yang dicatat memang merupakan utang usaha yang terjadi pada periode tersebut. Uji cutoff dan uji out-of-period liability dilakukan dengan mengambil sampel transaksi-transaksi terakhir yang terjadi sebelum tanggal 30 Juni 2012 dan transaksi-transaksi terbaru setelah tanggal 30 Juni 2012. Auditor harus menguji bahwa transaksi-transaksi terakhir sebelum tanggal 30 Juni 2012 telah termasuk dalam nilai yang berada dalam neraca sedangkan transaksi-transaksi terbaru setelah tanggal 30 Juni 2012 tidak termasuk dalam nilai yang tercantum dalam neraca. Selain melakukan uji cutoff dan uji out-of-period liability, untuk lebih memastikan jumlah utang usaha yang dimiliki PT NA maka auditor juga dapat melakukan uji subsequent event. Ketika beberapa perusahaan tidak kunjung menjawab konfirmasi yang dikirimkan maka auditor seharusnya mulai melakukan uji subsequent event terhadap utang usaha. Uji subsequent event yang dilakukan auditor khususnya ditujukan pada transaksi dengan perusahaan yang tidak merespon konfirmasi yang dikirim auditor. Uji subsequent event dapat dilakukan dengan melihat transaksi-transaksi pelunasan utang usaha di bulan Juli 2012. Adanya pelunasan menunjukkan bahwa PT NA memang memiliki kewajiban terhadap saldo utang usaha yang dimilikinya. 4.4.8
Analisis Terhadap Pengungkapan Dengan Pihak Berelasi
Sesuai PSAK No. 7 tahun 2010 seharusnya perusahaan melakukan pemisahan pengungkapan antara transaksi dengan pihak ketiga dan transaksi dengan pihakpihak berelasi. Hal ini belum dilakukan oleh PT NA. Maka dari itu auditor harus melakukan pengelompokan untuk PT NA. PT NA memiliki transaksi pembelian bahan baku dengan pihak-pihak berelasi yaitu transaksi dengan PT GMM dan PT IAC yang merupakan perusahaan yang
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
berada dibawah kepemilikan PT IMSI yang merupakan induk perusahaan dari PT NA. Pengungkapan yang dilakukan dalam laporan keuangan terdiri dari hal-hal berikut: •
Total nilai transaksi pembelian bahan baku setiap perusahaan yang merupakan pihak berelasi pada periode 1 Januari 2012 hingga 30 Juni 2012
•
Total nilai transaksi pembelian bahan baku setiap perusahaan yang merupakan pihak berelasi pada periode 1 Januari 2011 hingga 30 Juni 2011
•
Persentase transaksi pembelian bahan baku pada pihak yang merupakan pihak berelasi terhadap keseluruhan transaksi pembelian bahan baku periode 1 Januari 2012 hingga 30 Juni 2012
•
Persentase transaksi pembelian bahan baku pada pihak yang merupakan pihak berelasi terhadap keseluruhan transaksi pembelian bahan baku periode 1 Januari 2011 hingga 30 Juni 2011
•
Persentase pembelian bahan baku pada PT GMM terhadap keseluruhan transaksi pembelian bahan baku periode 1 Januari 2012 hingga 30 Juni 2012 dan periode 1 Januari 2011 hingga 30 Juni 2011
•
Persentase pembelian bahan baku pada PT IAC terhadap keseluruhan transaksi pembelian bahan baku periode 1 Januari 2012 hingga 30 Juni 2012 dan periode 1 Januari 2011 hingga 30 Juni 2011
Dalam PSAK No.7 tahun 2010 dijelaskan pula bahwa metode penentuan harga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Namun auditor tidak melakukan pengecekan harga yang disepakati oleh PT NA dan pemasok. Maka dari itu pada laporan keuangan PT NA tidak diungkapkan metode kebijakan harga yang dilakukan terhadap PT GMM dan PT IAC.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Praktek Akuntansi PT NA dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan analisis dalam bab-bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat saya ambil mengenai praktek akuntansi PT NA dan pelaksanaan auditnya adalah: 1. Berdasarkan peninjauan auditor atas internal control secara keseluruhan perusahaan, auditor menilai bahwa rancangan internal control PT NA sudah baik dan telah dijalankan dengan baik pula sehingga diputuskan bahwa risiko yang dimiliki PT.NA berada pada tingkat rendah. 2. Dalam melakukan observasi perhitungan fisik, auditor harus melakukan observasi ulang akibat adanya kesalahan dalam pengambilan sampel. Penulis menilai observasi ulang ini terjadi akibat kurangnya perencanaan waktu yang dilakukan oleh auditor. 3. Ketika melakukan tinjauan kembali atas prosedur audit, manajer auditor menyadari adanya akun persediaan dalam perjalanan yang sangat material. Maka dari itu diakhir proses pelaksanaan audit terhadap PT NA, auditor harus memastikan bahwa pembelian terhadap persediaan dalam perjalanan tersebut benar-benar terjadi dan memiliki nilai yang sesuai dengan nilai yang dicatat. Hal ini dinilai penulis terjadi akibat adanya perencanaan audit yang kurang baik khususnya pada tahap analytical review. 4. Test of Details Balance yang dilakukan terhadap akun utang usaha ialah dengan melakukan konfirmasi dan metode rolling forward. Ketika tidak ada respon dari kreditur terkait konfirmasi maka keyakinan saldo utang usaha dari kreditur tersebut hanya didapat dari metode rolling forward saja. 5.2
Saran
5.2.1
Saran Untuk Praktek Akuntansi PT NA
Secara keseluruhan pencatatan akuntansi yang dilakukan PT NA sudah cukup baik. Namun untuk mengikuti standard akuntansi yang berlaku di Indonesia maka PT NA disarankan untuk membuat sistem untuk memisahkan pencatatan transaksi
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
dengan pihak-pihak berelasi. Hal ini nantinya akan mempermudah pengungkapan yang harus dilakukan terhadap transaksi yang harus diungkapkan sesuai dengan PSAK No. 7 tahun 2010, salah satunya merupakan transaksi pembelian bahan baku. Selain itu PT NA diharapkan dapat memiliki sistem yang baik untuk melakukan transfer data akuntansi. Hal ini dikarenakan penulis mengamati bahwa proses audit yang dilakukan auditor banyak terhambat akibat lamanya ketersediaan data yang diberikan oleh manajemen PT NA. 5.2.2
Saran Untuk KAP ABC
Saran dari penulis untuk KAP ABC ialah agar peran manajer auditor terhadap tim audit harus ditingkatkan. Dengan meningkatnya peran manajer auditor maka diharapkan perencanaan audit dapat dilakukan dan dikomunikasikan dengan baik kepada tim audit. Hal ini
dikarenakan perencanaan audit yang baik dapat
menciptakan timeline yang teratur untuk keseluruhan proses audit sehingga proses audit dapat berjalan secara sistematis. Selain peningkatan peran manajer, perencanaan audit yang memadai juga dapat diperoleh jika proses analytical review dilakukan dengan baik yaitu dengan melakukan analisis terhadap setiap penyebab dari adanya perubahan saldo yang terjadi. Maka diharapkan auditor dari KAP ABC dapat lebih memperhatikan proses analytical review ini.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Arens, Alvin A., Mark S. Beasley, Randal J. Elder, dan Amir Abadi Jusuf. (2009). Auditing and Assurance Services an Integrated Approach – an Indonesian Adaption. Singapore: Prentice Hall. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2008). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 14 Revisi 2008: Persediaan. Jakarta: IAI. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 7 Revisi 2010: Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi. Jakarta: IAI. KAP ABC’s company profile. (2010). August 15,2012. http://www.kapabc.com KAP ABC’s Audit Manual (2010). Jakarta: KAP ABC. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Lam, Nelson., dan Lau, Peter. (2009). Intermediate Financial Reporting: An IFRS Perspective. Singapore: McGraw-Hill. Standar Profesional Akuntan Publik. PSA No. 07 Tentang Bukti Audit (SA Seksi 326) Standar Profesional Akuntan Publik. PSA No. 25 Tentang Risiko Audit dan Materialitas Dalam Pelaksanaan Audit (SA Seksi 312).
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Lampiran 1. Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Akun Persediaan PT NA Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan atau nilai realisasi bersih. Harga perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang dan terdiri dari semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya pabrikasi terkait yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat sekarang ini. Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan. Penyisihan untuk persediaan usang dibentuk berdasarkan hasil penelahaan atas keadaan masing-masing persediaan pada akhir tahun, sedangkan penyisihan untuk penurunan nilai dibentuk untuk mengurangi nilai tercatat persediaan menjadi nilai realisasi bersihnya. 30 Juni 2012 Rp 7,808,680,367
Barang Dalam Perjalanan Barang Dalam 5,863,851,041 Proses Mesin 2,316,010,624 Kendaraan Dump Truck 1,701,323,223 Materials 1,104,440,885 Jumlah 18,794,306,140
31 Des 2011 Rp --
Increase (Decrease) Rp % 7,808,680,367 --
6,424,283,095
(560,432,054)
-8.72%
2,316,010,624
--
0%
27,523,604 98,920,197 7,374,692,114
1.64% 9.84% 64.58%
1,673,799,619 1,005,520,688 11,419,614,026
Perusahaan mengasuransikan persediaannya terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan jumlah nilai pertanggungan keseIuruhan untuk 30 Juni 2012, 31 Desember 2011, dan 31 Desember 2010 masing – masing sebesar Rp 6.000.000, Rp 4.128.0000, dan Rp 4.000.000. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas persediaan yang dipertanggungkan. Berdasarkan penelaahan atas kondisi persediaan pada akhir tahun, Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terjadi penurunan terhadap nilai persediaan serta tidak terdapat persediaan yang usang, sehingga penyisihan penurunan nilai untuk
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Lampiran 1. Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Akun Persediaan PT NA (Lanjutan) persediaan pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011, dan 31 Desember 2010 adalah nihil. Barang Dalam Perjalanan merupakan persediaan dalam bentuk mesin (engine) dari mobil A4 dan A6. Dalam hal ini PT NA bekerja sama dengan PT GMM untuk mengimpor dan merakit mesin yang nantinya akan dijual oleh PT GMM.
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Lampiran 2. Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Utang Usaha dan Utang Lain-lain PT NA
1. Utang Usaha
Pihak-pihak Berelasi Pihak Ketiga Dalam Mata uang Asing PT IIGI (2012: USD 3,600, 2010: USD 3,360) PT SPI (2011: USD 8,500) PT PR (2011: USD 11.000) PT US (2011: USD 1.440) Jumlah Pihak Ketiga - Mata Uang Asing Dalam Mata Uang Rupiah KP NP NCI IIGI KSM RP PP DP SI IAP SB KS
30 Jun 2012 Rp 28,938,525
31 Des 2011 Rp 21,321,519
35,424,000
-----
35,424,000 75,388,214 67,573,748 52,359,180 37,757,863 26,979,000 25,100,000 24,982,540 16,541,400 16,459,100 16,130,000 14,955,999 13,704,350
77,078,000 59,848,800 8,705,280 145,632,080 -114,316,664 91,586,000 5,532,909 15,099,000 1,800,000 37,504,060 -1,601,400 -23,210,000 6,842,000
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Increase (Decrease) Amount % 7,617,006 35.72%
35,424,000 (77,078,000) (59,848,800) (8,705,280) (110,208,080)
--100.00% -100.00% -100.00% -75.68%
75,388,214 -(46,742,916) -40.89% (39,226,820) -42.83% 32,224,954 582.42% 11,880,000 78.68% 23,300,000 1294.44% (12,521,520) -33.39% 16,541,400 -14,857,700 927.79% 16,130,000 -(8,254,001) -35.56% 6,862,350 100.30%
Lampiran 2. Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Utang Usaha dan Utang Lain-lain PT NA (Lanjutan)
RHJ TP TR Lain-lain (dibawah 10 juta) Jumlah Pihak Ketiga - Mata Uang Rupiah Jumlah Pihak Ketiga Jumlah
30 Jun 2012 Rp 12,246,300 12,069,500 10,029,250 55,849,784 478,126,228 513,550,228 542,488,753
31 Des 2011 Rp 26,153,300 2,913,350 370,605,909 697,164,592 842,796,672 864,118,191
Increase (Decrease) Amount % -12,246,300 -(14,083,800) -53.85% 7,115,900 244.25% (314,756,125) -84.93% (219,038,364) -31.42% (329,246,444) -39.07% (321,629,438) -37.22%
2. Utang Lain-lain
Pihak-pihak Berelasi Pihak Ketiga PT Romano Putra Serasi PT Romano Lintas Cargo PT Besland Pertiwi PT Sompo Japan Insurance Indonesia PT Puspita - EMKL Sub Jumlah Jumlah
30 Jun 2012 Rp 4,181,688,960 113,131,725 71,479,278 38,934,432 10,086,940 -233,632,375 4,415,321,335
31 Des 2011 Rp 105,000,000
Increase (Decrease) Amount % 4,076,688,960 3882.56%
----17,224,751 17,224,751 122,224,751
113,131,725 -71,479,278 -38,934,432 -10,086,940 -(17,224,751) -100.00% 216,407,624 1256.38% 4,293,096,584 3512.46%
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013
Lampiran 3. Catatan Atas Laporan Keuangan Interim Untuk Transaksi dengan Pihak Berelasi PT NA
Utang Usaha PT IAC PT GMM Total Utang Lain-lain - Pihak Berelasi
30 Jun 2012
31 Des 2011
Rp
Rp
21,715,485 7,223,040 28,938,525
17,709,999 3,611,520 21,321,519
Persentase terhadap jumlah Liabilitas % % 0.04 0.01 0.05
0.04 0.01 0.05 -0.23 ----0.23 0.64 0.05 0.03 0.72
AD PT IIC
4,076,688,960 105,000,000
-105,000,000
PT TI PT IMGSL PT IMSI PT IBU Total Pembelian Material dan Peralatan PT CSA PT GMM PT IAC Total
----4,181,688,960
----105,000,000
7.44 0.19 ----7.64
-57,784,320 125,976,284 183,760,604
263,487,020 20,314,800 13,650,001 297,451,821
-0.24 0.53 0.78
Audit keuangan..., Nindya Paramitha, FE UI, 2013