PENGARUH LEVERAGE, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN GROWTH TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (StudiEmpirispada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2010-2013)
ARTIKEL
DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaEkonomiPadaFakultasEkonomiUniversita sNegeri Padang
Oleh PratiwiZulkarnain NIM. 1107606
PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2016
PENGARUH LEVERAGE, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN GROWTH TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -2013)
PRATIWI ZULKARNAIN Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang Email :
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan pengaruh leverage, kepemilikan manajerial, dan growth terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini tergolong penelitian asosiatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2013. Pemilihan sampel dengan menetapkan kriteria tertentu dan sampel yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 71 perusahaan. Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan uji t untuk melihat pengaruh leverage, kepemilikan manajerial, dan growth terhadap kebijakan dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1) Variabel leverage memiliki t hitung -1,035 > t tabel 1,66792, signifikan 0,031< 0,05, dimana koefisien (β) sebesar 0,048. Hal ini menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. 2) variabel kepemilikan manajerial memiliki t hitung -1,176 > t tabel -1,66792, signifikan 0,034 < 0,05, dimana koefisien (β) sebesar 0,015. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. 3) variabel growth memiliki t hitung -1,846 < t tabel -1,66792, signifikan 0,068 > 0,05, dimana koefisien (β) sebesar 0,094. Hal ini menunjukkan bahwa variabel growth tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dalam penelitian ini disarankan : Bagi peneliti selanjutnya memperluas penelitian dengan menambah variabel independen dan memperpanjang interval tahun penelitiannya dan memperluas sampel tidak hanya perusahaan manufaktur. Kata kunci : Kebijakan Dividen, Leverage, Kepemilikan Manajerial, Growth. Abstract This study aimed to examine and discover the effect of leverage, managerial ownership and growth on the dividend policy. This study considered the associative research. The population of this study is manufactured company that listed in Indonesia Stock Exchange from 2010 to 2013. The sample selection setting by specific criteria and samples that meet the criteria are as many as 71 companies. The analysis used is multiple linear regression and t-test to find the effect of leverage, managerial ownership and growth on the dividend policy. The result show that : 1) leverage has significant value 0,031< 0,05, where the coefficient (β) is 0,048. This indicates that leverage has significant negative effect on dividend policy. 2) managerial ownership has significant value 0,034<0,05, where the coefficient (β) is 0,015. This indicates that managerial ownership has significant negative effect on dividend policy. 3) growth has significant value 0,068 >0,05 where the coefficient (β) is 0,094. This indicates that growth has no effect on dividend policy. In this study suggested : For further research should expand the research by expand the independent variable, expand the research interval, and expand the sample not only manufactured companies. Keyword : Dividend Policy, Leverage, Managerial Ownership, Growth.
1.
PENDAHULUAN Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba bagi perusahaan tersebut. Keuntungan yang dimaksud dapat diperoleh dari kegiatan operasional maupun kegiatan Kebijakan dividen suatu perusahaan insidental perusahaan. Untuk akan melibatkan dua pihak yang memenuhi target tersebut, perusahaan berkepentingan dan saling sangat mengharapkan dana salah bertentangan yaitu kepentingan satunya dari pihak eksternal, misalnya pemegang saham yang antara dari pihak investor (pemegang saham). mengharapkan dividen dengan Perusahaan pun memberikan feedback kepentingan perusahaan terhadap laba kepada investor yakni berupa dividen ditahan (Arihala, 2009). yang merupakan salah satu bentuk Kebijakan dividen dianalogikan peningkatan kekayaan pemegang sebagai sebuah puzzle yang saham (Suharli, 2004). Dividen berkelanjutan. Dimana merupakan tersebut merupakan kompensasi yang sebuah teka-teki yang sulit untuk diterima oleh pemegang saham, dijelaskan dan selalu menimbulkan disamping capital gain (Hanafi, 2004). tanda tanya besar bagi investor Maraknya krisis perekonomian (pemegang saham). Penetapan jumlah dan persaingan bisnis yang semakin yang tepat untuk dibayarkan sebagai ketat membuat perusahaan harus dividen adalah sebuah keputusan mampu untuk bertahan semaksimal finansial yang sulit bagi pihak mungkin dalam situasi tersebut. manajemen. Penetapan pembagian Perusahaan tentu mengharapkan dividen ini menjadi masalah yang adanya pertumbuhan secara terusmenarik karena akan memenuhi menerus untuk mempertahankan harapan investor, disisi lain juga kelangsungan hidupnya tersebut, yang diharapkan tidak menghambat sekaligus juga harus memberikan pertumbuhan apalagi kelangsungan kesejahteraan yang lebih besar kepada kehidupan perusahaan. Besar kecilnya pemegang sahamnya. Tentunya hal ini dividen yang akan dibayarkan oleh akan menjadi unik karena dividen perusahaan tergantung pada kebijakan sangat penting untuk memenuhi dividen dari masing-masing harapan pemegang saham, dan dari perusahaan, sehingga pertimbangan satu sisi juga tidak menghambat manajemen sangat diperlukan. Dengan pertumbuhan perusahaan. Hal ini demikian pihak manajemen menghadapkan perusahaan pada (perusahaan) seharusnya dapat sebuah keputusan besar yaitu mempertimbangkan faktor-faktor yang kebijakan dividen. Kebijakan dividen mempengaruhi kebijakan dividen yang merupakan keputusan apakah laba ditetapkan oleh perusahaan (Lopolusi, yang diperoleh oleh perusahaan akan 2013). dibagikan kepada pemegang saham Kebijakan dividen dipengaruhi sebagai dividen atau akan ditahan guna oleh beberapa faktor, yang pertama pembiayaan ekspansi atau investasi terkait dengan leverage (Rachmad dan dimasa datang (Sartono, 2001). Duil, 2013). Leverage merupakan rasio
yang menunjukkan besarnya utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktifitas operasinya (Hendy dan Surakarta, 2014). Leverage dalam penelitian ini diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio menunjukkan suatu struktur permodalan perusahaan yang merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal yang digunakan. Faktor yang kedua yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah kepemilikan manajerial. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajemen dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan. Selain itu kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial dengan jumlah modal saham yang beredar. Selanjutanya faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah tingkat pertumbuhan perusahaan (Bambang, 2011). Growth ratio (pertumbuhan) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Growth ini diukur dengan menggunakan growth to total asset, dimana lebih memperhatikan asetnya.
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai kebijakan dividen. Namun, hasil dalam penelitian tersebut belum konsisten. Diantaranya penelitian Noor dan Muid (2013) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, berbeda dengan penelitian Marietta dan Sampurno (2013) menemukan hubungan positif antara leverage dengan kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan Devi dan Erawati (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor dan Muid (2013) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pada penelitian Rahmawati (2011) ditemukan hubungan growth yang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2009) dimana menemukan bahwa growth berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian diatas dan masih tidak konsistennya hasil penelitian terdahulu mengenai kebijakan dividen maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana “Pengaruh Leverage, Kepemilikan Manajerial, dan Growth terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek indonesia tahun 2010-2013)”. 2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Agency Theory Agency theory merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai prinsipal/ pemberi amanat dan pihak kedua disebut agen yang bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Pihak prinsipal memberi kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi atas nama prinsipal dan diharapkan dapat membuat keputusan terbaik bagi prinsipalnya (Hartono dan Atahau, 2007). Teori ini membahas tentang pembayaran dividen yang syarat akan konflik, karena pembayaran dividen akan mengurangi kas yang membuat kekuatan atau hak manajer berkurang. Dalam perusahaan yang telah go public, agency relationship dicerminkan oleh hubungan antara investor dan manajer perusahaan, baik board of directors maupuan board of commisioners. Persoalannya adalah diantara kedua pihak tersebut seringkali terjadi perbedaan kepentingan. Perbedaan tersebut mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang mengakomodasi kepentingan pihak pemegang saham. Hal ini yang akan menimbulkan agency problem (masalah keagenan). Agency problem sering terjadi karena manajer cenderung mengutaman kepentingan pribadi. Sedangkan pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer. Sehingga hal tersebut akan
menambah kos bagi perusahaan dan akan menurunkan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. Untuk mengawasi dan menghalangi perilaku oportunis manajer maka pemegang saham harus bersedia mengeluarkan kos pengawasan yang disebut kos keagenan (cost agency). Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya agensi antara lain dengan meningkatkan kepemilikan manajerial, dengan menggunakan kebijakan hutang, dengan melakukan pembagian dividen dan dengan mengaktifkan pengawasan melalui investor-investor institusional. 2.2 Kebijakan Dividen Sebelum mengetahui apa itu kebijakan dividen, mengetahui apa itu sebenarnya dividen sangat dibutuhkan. Salah satu return yang akan diperoleh para pemegang saham adalah dividen. Dimana pengertian dividen itu menurut Riyanto (2011) adalah aliran kas yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham atau equity investor Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan menurut Hendy (2008) : a. Dividen Tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai). b. Dividen Saham (stock dividend) merupakan dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
c. Property Dividend merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga. d. Liquidating Dividend merupakan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, para investor pada umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau semakin meningkat dari waktu ke waktu, karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi (Ang, 2010). Seorang manajer keuangan bertugas untuk mengelola keuangan suatu perusahaan, bagaimana memperoleh sumber dana dan menggunakannya. Dalam menjalankan tugasnya manajer akan berhadapan dengan salah satu kebijakan keuangan yaitu kebijakan dividen (dividend policy). Menurut Riyanto (2011) “Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earnings) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam perusahaan.”
Deviden yang dibayarkan kepada para pemegang saham ditinjau dari jumlah yang dibayarkan (Ang,2010), terdiri dari : 1. Kebijakan dividen yang stabil Artinya, jumlah dividen perlembar saham (DPS) yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap sama selama jangka waktu tertentu meskipun laba perlembar saham setiap tahunnya berfluktuasi. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal ditambah dividen ekstra Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya, dan jika terjadi peningkatan laba secara drastis atau keadaan keuangan yang lebih baik maka jumlah tersebut ditambah lagi dengan dividen ekstra. 3. Kebijakan dividen konstan Berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan laba bersih yang diperoleh setiap tahunnya. Didalam pembayaran dividen oleh perusahaan, terdapat beberapa prosedur atau tahapan yang dilakukan oleh perusahaan. Yakni perusahaan akan mengumumkan jadwal pembayaran dividen secara resmi, baik dividen tunai maupun dividen saham. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen (Ang, 2010) adalah sebagai berikut : 1. Declaration Date
Declaration adalah tanggal keputusan untuk membagikan dividen pada RUPS, atau merupakan tanggal resmi pengumuman oleh perusahaan tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. 2. Cum- Dividen Date Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen, baik dividen tunai maupun dividen saham. 3. Ex- Dividend Date Merupakan tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. pemegang saham yang membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. 4. Date of Record Merupakan tanggal dimana seorang pemegang saham harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Jadi, setelah membeli saham, pemegang saham harus mendaftarkan kepada Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh perusahaan untuk meregristasi nama sebagai pemegang saham yang berhak sebelum atau pada saat date of record. 5. Payment Date Merupakan tanggal saat pembagian dividen oleh perusahaan kepada pemegang saham yang telah mempunyai hak atau dividen. Jadi,
pada tanggal tersebut para pemegang saham sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan perusahaan. 2.3 Leverage Leverage merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya Gupta (2010). Leverage merupakan istilah yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban financial suatu perusahaan. Faktor hutang mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam pembayaran dividen pada investor. Dalam dunia bisnis sekarang hampir tidak ada lagi perusahaan yang semata-mata dibiayai dari modal sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang otomatis didukung dari modal utang (Sitanggang, 2012). Sehingga leverage menggambarkan seberapa banyak aset perusahaan yang didanai oleh hutang. Leverage juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi adanya agency cost. Dengan adanya tingkat hutang yang tinggi, agency cost yang dimiliki perusahaan rendah. Hal ini dikarenakan apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi akan membuat kontrol maupun proses pengawasan terhadap manajer tidak hanya dilakukan oleh para pemegang saham tetapi juga dilakukan oleh pihak kreditur. Hal ini akan mengurangi ketergantungan para pemegang saham terhadap dividen sebagai salah satu
mekanisme untuk mengatasi masalah keagenan. Dalam penelitian ini leverage menggunakan rasio DER (debt to equityratio). Penetapan Debt ToEquity Ratio (DER) sebagai proksi dikarenakan DER mampu menggambarkan komposisi struktur modal perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan (Sukirni, 2012). Jika rasio ini semakin besar, maka dapat dijelaskan bahwa struktur modal yang paling besar berasal dari komposisi hutang. 2.4 Kepemilikan Manajerial Menurut Taswan (2003) dalam Sanjaya (2009) kepemilikan manajerial merupakan sebuah variabel yang penting dalam kebijakan dividen suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman, 2009). Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam persentase. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka
manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notaben adalah mereka sendiri (Mahadwartha dan Hartono, 2002). Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang kecil. Menurut Rozeff (1982) dalam Sanjaya (2009) pun, kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk membiayai investasi di masa mendatang (Nuringsih, 2005). Pada sisi lain penambahan dividen memperkuat posisi perusahaan untuk mencari tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja perusahaan dimonitor oleh tim pengawas pasar modal. Pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha mempertahankan kualitas kinerja dan tindakan kinerja dan tindakan ini menurunkan konflik keagenan. Dengan kata lain kepemilikan manajerial dapat mengurangi konflik agensi, karena tindakan manajer sesuai dengan keinginan pemegang saham dan memberikan kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan saham untuk membuat manajer bertindak lebih hati-hati karena akan ikut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya (Demsetz
dan Lehn, 1985 dalam Putu Made, 2014). Adanya kepemilikan manajerial diharapkan dapat memenuhi masingmasing kepentingan manajer dan pemilik saham. 2.5 Growth Menurut (Kasmir, 2008) rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan dari pihak internal maupun eksternal perusahaan.Pertumbuhan perusahaan diharapkan dapat memberi sinyal positif. Manajemen perusahaan pasti akan mencoba untuk memaksimalkan pertumbuhan perusahaan pada tiap periode. Pertumbuhan perusahaan merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam memutuskan kebijakan dividen. Manajemen sering kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan (growth) perusahaan. Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan adalah asset growth, karena menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. 2.6 Perumusan Hipotesis Kebijakan dividen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu leverage,
kepemilikan manajerial dan growth. Leverage merupakan istilah yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban financial suatu perusahaan. Faktor hutang mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam pembayaran dividen pada investor. Alat ukur yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividend. Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupaka proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman, 2009). Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam persentase.Kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham rendah. Penetapan dividen
rendah disebabkan pihak manajemen memiliki harapan investasi dimasa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Dengan cara ini, pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda penggunaan utang. Bila perusahaan menggunakan utang yang tinggi, maka akan berakibat pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila kondisi tersebut terjadi manajer terancam dikeluarkan dari perusahaan. Growth merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya (Kasmir, 2008). Growth ini diukur dengan menggunakan growth to total asset. Dimana lebih berfokus pada aset yang dimiliki oleh perusahaan. Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang guna membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Pertumbuhan pada total asset yang besar akan menurunkan pembayaran deviden kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang ada, sehingga semakin besar pertumbuhan total aset akan mengakibatkan perusahaan menurunkan pembayaran dividen. Gambar Kerangka Konseptual Penelitian (Lampiran).
2.7 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : Ho: leverage (DER) tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen (DPR) Ha: leverage (DER) berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen (DPR) Ho: kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen (DPR) Ha: kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negative terhadap kebijakan dividen (DPR) Ho: growth tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen (DPR) Ha: growth berpengaruh signifikan negative terhadap kebijakan dividen (DPR) 3.
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. 3.2
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai 2013. Jumlah
populasi dalam penelitian ini adalah 135 perusahaan perbankan.
catatan, laporan historis yang telah tersusun.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, artinya sampel dipilih berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian dimana persyaratan yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi sebagai sampel. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:
3.4
1. Perusahaan manufaktur yang sudah go public atau terdaftar di BEI selama periode pengamatan 20102013. 2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan selama periode pengamatan tahun 2010-2013 3. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen selama periode pengamatan 2010-2013 4. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah, agar kriteria pengukuran nilai mata uangnya sama. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data pada penelitian ini adalah data dokumenter, dimana datanya berupa laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), data ini umumnya berupa bukti,
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi dokumentasi dengan melihat laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan sampel. Dengan teknik ini penulis mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan dari tahun 2010 sampai 2013 mengenai variabel yang akan diteliti yaitu leverage, kepemilikan manajerial, dan growth. Data diperoleh melalui data darisitus resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan web-web terkait lainnya serta dengan cara mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian baik media cetak maupun elektronik. 3.5 Definisi Operasional Pengukuran Variabel
dan
3.5.1. Kebijakan Dividen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diukur dengan menggunakan dividend payout ratio (DPR). DPR merupakan persentase dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan. Menurut (Fahmi, 2014) perhitungan DPR dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: DPR=
𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
3.5.2. Leverage
Leverage pada penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). DER adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Menurut (Fahmi, 2014) perhitungan DER dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: DER=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 /ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
3.6 Teknis Analisis data 3.6.1
Analisis Deskriptif Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik data yang dikumpulkan, baik untuk variabel dependen maupun variabel independen. 3.6.2
Uji Asumsi Klasik
3.5.3. Kepemilikan Manajerial
3.6.2.1 Uji Normalitas
Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris yang dibandingkan dengan total saham perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan variabel determinan yang penting dalam kebijakan dividen suatu perusahaan (Taswan, 2003). Kepemilikan manajerial dihitung dengan rumus:
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal, salah satu metode ujinya adalah dengan menggunakan metode analisis grafik, baik secara normal plat atau grafik histogram. Selain dengan analisis grafik, uji normalitas dapat juga dilihat dengan analisis secara statistic dengan Uji Kolmogrov-Smirnov Test dengan ketentuan jika nilai signifikansi Kolmogrov Smirnov pada variabel lebih kecil dari nilai signifikansi (α = 0,05) yang telah ditetapkan maka data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai signifikansi Kolmogrov Smirnov pada variabel lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan (α = 0,05) maka tidak terdistribusi normal.
KM
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
3.5.4. Growth Growth pada penelitian ini diukur dengan growth to total asset. yang menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Pertumbuhan (growth) dihitung dengan rumus: Growth
to
𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡−𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡−1 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡−1
Total
Assets=
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance (TOL) dan metode Variance Inflation Factor (VIF). Nilai TOL berkebalikan dengan VIF. TOL adalah besarnya variasi dari satu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sedangkan VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai TOL yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/TOL). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai TOL<0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006). 3.6.2.3. Uji Heterokedastisitas Ghozali (2011) menyatakan penelitian apabila terjadi gejala heteroskedastisitas akan menimbulkan akibat varians koefisien regresi menjadi minimum dan convidence interval melebar sehingga hasil uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini digunakan uji gletser untuk melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan cara meregres seluruh variable independen dengan nilai absoluteresidual sebagai variable dependennya. Perumusan hipotesis adalah : Ho : Ada heteroskedastisitas H1 : Tidak ada heteroskedastisitas Jika signifikan < 0.05 maka Ho diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika signifikan > 0.05 maka H1 diterima(tidak ada heteroskedastisitas). 3.6.3.4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Imam Ghozali, 2005). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dalam data yang dianalisis dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson Test. 3.6.2.5 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh leverage, kepemilikan manajerial dan growth terhadap kebijakan dividen. Persamaan analisis regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut : DPR = α-β1DER β3GROWTH – e
-
β2MNJ
-
Keterangan : DPR : Dividend Payout Ratio DER : Leverage (X1) KP : Kepemilikan Manajerial (X2) GROWTH : Growth(Pertumbuhan perusahaan) (X3) Α : Konstanta β 1, β 2, β 3 : Koefisien regresi 3.6.2.6 Uji Kelayakan Model 3.6.2.6.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (adjusted R2) berfungsi untuk melihat sejauhmana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah semakin kuat, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan nilai Koefisien determinasi (adjusted
R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah terbatas (Ghozali, 2005). 3.6.2.6.2. Uji F (F-test) Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus : R2/ k−1 F-hitung = 1−R 2 𝑁−𝑘
keterangan : N = jumlah sampel k = jumlah variabel Sedangkan kriteria pengujiannya adalah : 1) Apabila F-hitung ≥ pada F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 2) Apabila F-hitung ≤ pada F-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Selain dengan melihat nilai F hitungnya, pengambilan keputusandapat dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansinya lebih besardari 0,05 maka Ho diterima dan Ha di tolak. 3.6.2.7 Uji Hipotesis (t-Test) Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan secara parsial. Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus : koefisien regresi bi t-hitung = 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖
jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur leverage. Rasio DERmempunyai nilai minimum sebesar -14,8094 dan
4. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
maksimum sebesar 36,3677 dengan nilai rata-rata sebesar 5,242338 dan standar deviasi sebesar 6,5517389.Dari nilai
4.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau mendeskripsikan suatu data variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, minimum, dan standar deviasi dari satu variabel dependen yaitu kebijakan dividen (DPR)dan ketiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu leverage (DER), kepemilikan manajerial, dan growth. Pengujian statistik deskriptif ini merupakan proses analisis yang merupakan proses menyeleksi data, sehingga data yang akan dianalisis mempunyai distribusi normal (Gozhali, 2009). Pengujian statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat juga mengambarkan karakter sampel penelitian. Statistik deskriptif dari masing masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. (Lampiran). Kebijakan dividen yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR) mempunyai nilai minimum sebesar 3,1780 dan maksimum sebesar 8,9691 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,898068 dan standar deviasi sebesar 1,5734974.
tersebut dapat terlihat bahwa nilai standar deviasinya ternyata lebih besar dari nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan terdapat fluktuasi nilai leverage (DER) yang besar pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel atau dengan kata lain, terdapat perusahaan sampel yang nilai leverage (DER) nya sangat rendah tetapi ada juga yang sangat tinggi. Hal ini berarti nilai leverage (DER) dari perusahaan sampel memiliki variasi yang tinggi. Kepemilikan manajerial pada penelitian ini diukur dengan jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh manajer memiliki nilai minimum 0,0000 dan nilai maksimum sebesar 102,4400 dengan nilai rata-rata sebesar 8,753721 dan standar deviasi sebesar 21,2830218. Dari nilai tersebut dapat terlihat bahwa nilai standar deviasinya ternyata lebih besar dari nilai rataratanya. Hal ini menunjukkan terdapat fluktuasi nilai kepemilikan manajerial (KP) yang besar pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel atau dengan kata lain, terdapat perusahaan sampel yang nilai kepemilikan manajerial (KP) nya sangat rendah tetapi ada juga yang sangat tinggi. Hal ini berarti nilai kepemilikan manajerial (KP) dari perusahaan sampel memiliki variasi yang tinggi.
Growth pada penelitian ini diukur menggunakan growth to total assets yang memiliki nilai minimum 0,6585 dan nilai maksimum 2,4591 dengan nilai rata-rata sebesar 0,663442 dan standar deviasi sebesar 0,5253727.Dari nilai tersebut dapat terlihat bahwa nilai standar deviasinya ternyata lebih kecil dari nilai rataratanya. Hal ini menunjukkan terdapat fluktuasi profitabilitas yang kecil pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. 4.2 Uji Asumsi Klasik
Statistics mendekati 1 (satu) dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk semua variabel bebas di bawah 10 (lima). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kasus multikolinearitas antara sesama variabel bebas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian ini dapat dilakukan pengolahan data dengan regresi linear berganda karena tidak terdapat kasus multikolinearitas antara sesama variabel bebas.
3.5.5. Uji Normalitas
Berdasarkan Tabel 12. (Lampiran),terlihat bahwa hasil uji heterokedastisitas menyatakan bahwa nilai sig > α (α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari gejala heterokedastisitas dan layak digunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan Tabel 10. (Lampiran), terlihat bahwahasil ujinormalitas menyatakan bahwa nilai Asym.Sig (2-tailed) untuk variabel leverage (DER)(X1) sebesar 0,076, variable kepemilikan manajerial (X2) sebesar 0,125, variable growth (X3) sebesar 0,295 dan variabel kebijakan dividen (DPR) (Y) sebesar 0,062. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai Asym.Sig (2-tailed) dari semua variabel penelitian nilainya lebih besar dari tingkat signifikan yang digunakan pada penelitian ini ( = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian berdistribusi normal, berarti analisis regresi dapat dilaksanakan karena data telah berdistribusi normal. 3.5.6. Uji Multikolinearitas Berdasarkan Tabel 11. (Lampiran), terlihat bahwa hasil uji multikolinearitas menyatakan bahwa nilai tolerance dari Collinearity
3.5.7. Uji Heterokedastistias
3.5.8. Uji Autokorelasi Berdasarkan Tabel 13. (Lampiran), terlihat bahwa hasil uji autokorelasi menyatakan bahwa angka Durbin-Watson sebesar 1,622 berada antara -2 dan 2. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel terbebas dari autokorelasi. 4.3
Analisis Regresi Berganda Berdasarkan Tabel 14. (Lampiran), diperoleh model persamaan regresi linear sebagai berikut : DPR = 1,343 – 0,048 DER - 0,015 KP - 0,092 GROWTH
Dari persamaan regresi linear diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta sebesar 1,343, hal ini menunjukkan bahwa sebelum dipengaruhi oleh leverage (DER)(X1) , kepemilikan manajerial (X2) dan growth (X3)) maka nilai kebijakan dividen (DPR) (Y) 1,343. 2. Variabel leverage (DER)(X1) memiliki nilai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar – 0,048 atau dapat dikatakan pada variabel leverage (DER)(X1) terdapat hubungan negatif dengan kebijakan dividen (DPR). Jika diasumsikan variabel independen lainnya konstan, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar satu persen dari variabel leverage (DER)(X1) menyebabkan variabel kebijakan dividen (DPR) mengalami penurunan sebesar nilai koefisiennya, yaitu 0,048 persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (catteries paribus). 3. Variabel kepemilikan manajerial (X2) memiliki nilai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar – 0,015 atau dapat dikatakan pada variabel Kepemilikan manajerial (X2) terdapat hubungan negatif dengan Kebijakan dividen (DPR). Jika diasumsikan variabel independen lainnya konstan, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar satu persen dari variabel kepemilikan manajerial (X2) menyebabkan variabel kebijakan dividen (DPR) mengalami penurunan sebesar nilai koefisiennya, yaitu 0,015
persendengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (catteries paribus). 4. Variabel growth(X3)memiliki nilai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0,094 atau dapat dikatakan pada variabel growth (X3) terdapat hubungan negatif dengan kebijakan dividen (DPR). Jika diasumsikan variabel independen lainnya konstan, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar satu persen dari variabel growth (X3) menyebabkan variabel kebijakan dividen (DPR) mengalami penurunan sebesar nilai koefisiennya, yaitu 0,094 persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan (catteries paribus). 4.4.
Uji Kelayakan Model
4.4.1. Uji (R2)
Koefisien
Determinasi
Berdasarkan Tabel 15. (Lampiran), diperoleh nilai nilai koefisien determinasi sebesar 0,033 atau 3,3%. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel independen yaitu leverage (DER)(X1), Kepemilikan manajerial (X2) dan Growth (X3) dalam menjelaskan variable dependen yaitu Kebijakan dividen (DPR) (Y) sebesar 3,3%. Sedangkan sisanya sebesar 96,7% dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak termasuk dalam model regresi penelitian ini. Variabel lain yang mempengaruhi kebijakan dividen sebesar 96,7 % tersebut dapat berupa likuiditas
perusahaan, ukuran perusahaan, probabilitas perusahaan, risiko perusahaan dan lain – lain. 4.4.2. Uji F (F-Test) Berdasarkan Tabel 16(Lampiran), dapat diketahui bahwa F hitung yang bernilai positif sebesar 1,789 dan nilai signifikansi sebesar 0,043 (0,043 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini, yaitu leverage (DER)(X1) , Kepemilikan manajerial (X2) dan Growth (X3) secara simultan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan dividen (DPR) (Y) . 4.4
Uji Hipotesis (t- Test)
Uji statistik t adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen, yaitu leverage (DER)(X1) , Kepemilikan manajerial (X2) dan Growth (X3) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, yaitu Kebijakan dividen (DPR) (Y) . Pengambilan keputusan didasarkan pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Berikut hasil uji olahan hipotesis pertama sampai ketiga. Berdasarkan hasil olahan data statistik pada tabel, maka dapat dilihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah leverage memiliki pengaruh negatif signifkan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan Tabel
14. (lampiran), diketahui bahwa pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen memiliki nilai -t hitung -1,035 > - t tabel -1,66792 dan koefisien β sebesar -0,048 dengan arah negatif, serta nilai sig 0,031<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa leverag memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. 2. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan Tabel 14 (lampiran), diketahui bahwa pengaruh kepemilikan manajerila terhadap kebijakan dividen memiliki nilai –t hitung -1,176 > -1,6679 dan koefisien β sebesar 0,015 dengarn arah negatif, serta nilai sig 0,034<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah growth memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan Tabel 14
(Lampiran), diketahui bahwa pengaruh growth memiliki nilai –t hitung -1,846 < -1,66792 dan koefisien β sebesar 0,094 dengan arah negatif, serta sig 0,068 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa growth tidak memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
kecil saja yang pendapatannya dapat dibayarkan sebagai dividen. Perusahaan yang memiliki rasio leverage lebih besar seharusnya membagikan dividen lebih kecilkarena laba yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Jadi, dapat simpulkan bahwa apabila terjadi penurunan pada leverage dapat meningkatkan kebijakan dividen yang dikeluarkan oleh perusahaan dan begitu sebaliknya.
4.5 Pembahasan 1. Pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen
Hal ini diperkuat oleh abdul kadir (2010) yang menemukan bahwa leverage memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan dividen. Perusahaan akan membandingkan struktur permodalan yang berasal dari kreditor dan pemegang saham. Pihak manajemen akan memprioritaskan pembayaran hutang terkebih dahulu apabila struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang. Sehingga investor dapat mempelajari kewajiban perusahaan untuk memperkirakan pendapatan dari investasi berupa deviden di masa yang akan datang. Jensen (1986) dalam Michell (2006) mencatat bahwa penerbitan hutang akan membuat dana yang tersedia untuk manajer bertambah untuk digunakan sehingga pembayaran lain (termasuk dividen tunai) ditunda sampai hutang diminimalisir atau bahkan dilunasi. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Rachmad dan Duil (2013) yang mengatakan bahwa semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin kecil dividen yang akan dibagikan kepada investor.
Berdasarkan pengujian secara statistik yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil efisiensi bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh negatif ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen sangat dipengaruhi oleh leverage, dalam memutuskan besar kecil nya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Dimana leverage dapat mempengaruhi besar kecilnya laba yang tersedia bagi pemegang saham, termasuk dividen yang diterima karena perusahaan lebih mengutaman kewajiban mereka dalam membayar hutang. Pendapat tersebut telah sesuai dengan yang dikatakan Bambang (2011) dimana menyatakan apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutang akan diambil dari laba ditahan, maka perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatan dari aktivitas operasionalnya untuk keperluan membayar hutang tersebut, yang berarti bahwa hanya sebagian
2. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen Berdasarkan pengujian secara statistik yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil efisiensi bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa kepemilikan manajeril sangat berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan pihak manajemen memiliki harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Dengan cara ini, pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda penggunaan utang. Bila perusahaan menggunakan utang yang tinggi, maka akan berakibat pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila kondisi tersebut terjadi manajer terancam dikeluarkan dari perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi kepemilikan manajerial yang diimiliki suatu perusahaan mengakibatkan semakin rendahnya pembayaran dividen kepada para pemegang saham dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini didukung oleh Sanjaya (2009) dan Budiyanti (2010) yang menemukakn bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif dan signifkan terhadap kebijakan dividen. 3. Pengaruh growth terhadap kebijakan dividen
Berdasarkan pengujian secara statistik yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil efisiensi bahwa growth tidak memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ataupun semakin rendah growth suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang akan diputuskan oleh perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang pesat akan membutuhkan dana investasi yang lebih besar. Peluang – peluang pertumbuhan yang lebih besar akan mengurangi pembayaran dividen, karena earning yang dihasilkan digunakan untuk investasi guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh yang kuat pada kebijakan penahanan laba, atau dengan semakin besar pertumbuhan perusahaan, semakin kecil jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ita (2013), menemukan bahwa growth (Pertumbuhan perusahaan) memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Dimana pengaruh negatif ini menandakan bahwa apabila terjadi peningkatan pertumbuhan perusahaan pada perusahaan (badan usaha) maka terjadi penururnan dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham begitu pula sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang pertumbuhannya tinggi lebih memilih untuk berivestasi dibanding dengan membagikan dividen sehingga laba
yang diperoleh perusahaan akan dialokasikan sebagai laba ditahan untuk membiayai investasi yang berguna bagi pertumbuhan perusahaan dimasa akan datang. Growth (pertumbuhan perusahaan) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen disebabkan karena dan yang digunakan untuk ekspansi dan investasi tersebut merupakan murni kebijakan dari perusahaan, yang akan diambil semua dari laba ditahan atau melalui utang. 5. KESIMPULAN SARAN
DAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio. 2. Kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki manajemen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio. 3. Growth yang diproksikan Growth to Total Assets dengan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio.
5.2 Saran 1. Bagi perusahaan yang ingin membagikan dividen harus memperhatikan leverage yang dimiliki oleh perusahaan karena variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki leverage yang besar cenderung untuk menggunakan laba yang didapat perusahaan kepada pembayaran hutang daripada pembagian dividen kepada para pemegang saham. 2. Bagi perusahaan, sebaiknya memperhatikan kepemilikan manajerial yang dimiliki oleh perusahaan ketika ingin membagikan dividen karena variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan apabila tingkat kepemilikan manajer meningkat, manajemen cenderung untuk menahan pembayaran dividen dan menginginkan kelebihan aliran kas untuk membiayai investasi perusahaan. 3. Bagi investor, sebaiknya memilih perusahaan dengan tingkat leverage (utang) yang rendah, karena dengan adanya utang yang tinggi didalam perusahaan kecendrungan dalam pembayaran dividennya lebih rendah, sehingga dengan memilih perusahaan dengan tingkat utang yang rendah investor akan dapat memperoleh return berupa dividen yang tinggi. 4. Bagi investor, agar memperhatikan pilihan investasi atas saham terutama bagi investor yang memiliki preferensi pembayaran dividen. Investor dapat memilih saham – saham perusahaan yang memiliki
proporsi kepemilikan manajerial yang rendah. DAFTAR PUSTAKA Abdul, Kadir. 2010. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Credit Agencies Go Public Di BEI. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol. 11. No. 1. Agus Sartono. (2000). Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE. Alfredo Mahendra. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan (Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderating) Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. Universitas Udayana. Ang, Robert. 2010. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia 7th. Edition. Jakarta: Media Soft Indonesia. Bambang, Riyanto. 2011. DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Brealey, Richard A; Myers, Stewart C, and Marcus, Alan J. 2008. Dasar Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid 2. Jakarta. Penerbit Erlangga. Brigham, E. F. and L. C. Gapenski. 2006. Intermediate Financial Management. 7th edition. SeaHarbor Drive: The Dryden Press.
Brigham, Eugene. F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta. Brigham, Eugene F dan Philip R. Daves. 2002. Intermediate Financial Management. Seventh Edition. United State : Thomson Learning. Budi, Sanjaya. 2009. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal Kajian Akuntansi. Vol. 4. No. 1. Pp: 15-24. Deshmkh, Sanjay, 2005. “The Effect of Asymetric Informartion on Dividen Policy”. Quarterly Journal of Business and Economics, Vol 44. No 1 dan 2. Devi dan Erawati, 20014. “ Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, dan Ukuran Perusahaan pada Kebijakan Dividen Perusahaan Manuufaktur. E-Junral Akuntansi Universitas Udayana. Hal 709-716. ISSN 2302- 8556. Damayanti, S dan Achyani, F (2006). “Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas,Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.5 No. 1. April. P.51-62
Dharmastuti,Ch, F, Stella,K, dan Eviyanti (2003). “Analisis Keterkaitan Secara Simultan antara Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2002”. Fahmi, Irham. 2014. Analisis Laporan Keuangan . Bandung: Alfabeta. Fakhrudin, Hendi. 2008. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta : Elex Media Komputindo. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas DiponegoroSemarang. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gupta, Amitabh, 2010. “ The Determinants of Corporate Dividend Policy”. Vol. 37, No. 2. Hanafi, Mamduh, M., 2004. Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi-UGM, Yogyakarta. Hartono, Rudy Agung dan Apriliani D. R. Atahau. 2007. Analisis Interpendensi Insider Ownership.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.13, No. 1, Hal. 1-19 Ikhsan, Abdullah. 2009. Pengaruh Pembagian Dividen Kas dan Arus Kas Bersih terhadap Harga Saham di Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun Kasmir. 2008. Keuangan. Pers.
Analisis Jakarta:
Laporan Rajawali
Lopolusi, Ita. (2013). “Analisis FaktorFaktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 No. 1. April. 2013. Surabaya : Universitas Surabaya Mahadwartha, Jogiyanto Teori Hubungan Kebijakan Kebijakan Nasional Semarang.
Putu Anom dan Hartono. 2002. Uji Keagenan dalam Interpendensi antara Hutang dengan Dividen. Simposium Akuntansi V.
Marlina, Lisa dan Clara. 2009. Analisis pengaruh Cash ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 2, No. 1.
Masdupi, Erni. 2012. Pengaruh Insider Ownership, Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Economac, Volume 12, Nomor 1, April 2012, hlm 914 Michell Suharli dan Megawati Oktorina. 2005. Memprediksi Pengembalian Investasi Pada Equity Securities Melalui Rasio Profitabilitas, Likuiditas, dan Hutang Pada Perusahaan Publik di Jakarta, SNA VIII 15 -16 September 2005, Solo. Muhammad, Asril Arihala. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas,Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 13. No. pp : 7887. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh kepemilikan Managerial, Kebijakan Hutang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995 – 1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli –Desember, Vol.2, No.2, hlm.103-123. Rahcmad, Anggie Noor dan Duil Muid. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage dan Return On Assets (ROA) Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan
Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ). Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2. No.3. Hal. 111. Rahmawati, Christina Heti Tri (2011). Pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership, Dispersion Of Ownership, Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Dan Risiko Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006. Widya Warta. No. 1 Sanjaya, I Putu Budi. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal AkuntansiVol. 4, No. 1, hal. 15-24. Sartono, R, Agus. 2001. Manajemen Keuangan dan Teori Aplikasi, Edisi ke empat. Yogyakarta: BPFE. Sitanggang. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Suharli, M, 2004, “Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen”, Tesis Magister Akuntansi Sukirni, Dwi., November 2012, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai Perusahaan, Accounting Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang, Volume 2 Nomor 1, Hal 1-12.
Analisis Persamaan Simultan Non Liner dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaaan Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen. Prosiding Simposium Nasional Akuntans V, Semarang, 5–6 September, hlm.601–623.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, Edisi Ketiga, Jakarta: Bayu Media.
Sutrisno, 2001. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, Ekonisia, Yogyakarta. Suwaldiman dan Ahmad Aziz. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen, Sinergi, Vol. 8 (No. 1), Januari; 53-64 Suwaldiman, Aziz, 2007. “ Analisis Simultan Antara Kepemilikan Manajerial , Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Jurnal Ekonomi STIE. Surakarta. Unzu Marietta dan Djoko Sampurno. Januari 2013. “ Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Manajemen. Vol. 2. No. 3. ISSN 2337-3792. Wahidawati. 2002. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts:
Wibowo, Ramadani. dan Aisjah, Siti. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan. cxdJurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Brawijaya. Palembang
LAMPIRAN
Leverage
Kepemilikan Manajaerial
Kebijakan Dividen
Growth
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Tabel 1. Keterangan
Jumlah
Perusahaan manufaktur di BEI
135
Dikurangi
:
Perusahaan
yang
delistingdanbelumterdaftarselamaperiodepengamatanda
(10)
ritahun 2010-2013 Dikurangi : Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan berturut-turut selama periode pengamatan (33) 2010-2013 Dikurangi : Perusahaan yang menggunakanmatauangselain rupiah
(21)
Jumlah
71
Tabel 9 Statistik Deskriptif
DER KP GROWTH DPR Valid (listwise)
N 71 71 71 71 N
Minimum -14,8094 ,0000 -,6585 -3,1780
Maximum 36,3677 102,4400 2,4591 8,9691
Mean 5,242338 8,753721 ,663442 ,898068
Std. Deviation 6,5517389 21,2830218 ,5253727 1,5734974
71
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Tabel10. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test GROWT DER
KP
H
DPR
71
71
71
71
Mean
5,242338
8,753721
,663442
,898068
Std. Deviation
6,551738
21,28302
9
18
,215
,360
,116
,242
Positive
,193
,360
,116
,161
Negative
-,215
-,340
-,104
-,242
Kolmogorov-Smirnov Z
1,815
3,030
,978
2,037
Asymp. Sig. (2-tailed)
,076
,125
,295
,062
N Normal Parameters(a,b) Most
Extreme Absolute
Differences
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
,5253727
1,573497 4
Tabel 11. Hasil U ji Multikolinearitas Coefficients(a) Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
DER
,994
1,006
KP
,983
1,017
GROWTH
,989
1,011
(Constant)
a Dependent Variable: Y Tabel12. UjiHeteroskedastisitas Mode Unstandardized Standardized l Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 1 (Constant) 1,450 ,257 DER -,017 ,021 -,093 KP -,011 ,006 -,195 GROWTH -,458 ,260 -,208 a Dependent Variable: Unstandardized Residual
T
Sig.
5,653 -,794 -1,649 -1,761
,000 ,430 ,104 ,083
Tabel 13. Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) Adjusted
Std. Error of Durbin-
Model R
R Square
R Square
the Estimate
Watson
1
,074
,033
1,5475596
1,622
,272(a)
a Predictors: (Constant), GROWTH, DER, KP
b Dependent Variable: DPR
Tabel 14. Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients(a)
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Beta
B
Std. Error
(Constant)
1,343
,349
DER
-,048
,028
KP
-,015
,009
GROWTH
-,094
,354
T
Sig.
3,850
,000
-,201
-1,035
,031
-,201
-1,176
,034
-,032
-1,846
,068
a Dependent Variable: DPR
Tabel 15. Nilai koefisien Determinasi Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted Square
1
,272(a)
,074
,033
a Predictors: (Constant), GROWTH, DER, KP b Dependent Variable: DPR
Tabel 16. Hasil Uji F ANOVA(b) Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 12,852 160,461 173,313
Df 3 67 70
Mean Square F 4,284 1,789 2,395
a Predictors: (Constant), GROWTH, DER, KP b Dependent Variable: DPR
Sig. ,043(a)
R Std. Error of the Estimate 1,5475596