Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
Aplikasi Simulasi Numerik untuk Estimasi Perubahan Morfologi akibat Tata Letak Pemecah Gelombang FACHRURRAZI1,2* dan SYAMSIDIK1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. Jl. Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia 2 Laboratorium Komputasi dan Visualisasi Tsunami, Tsunami Disaster and Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Jl. Prof Dr Ibrahim Hasan, Gampong. Pie, Kec. Meuraxa Banda Aceh, 23233, Indonesia * Corresponding author:
[email protected] 1
Abstrak: Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya merupakan salah satu industri pembangkit listrik pertama di Aceh yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar produksinya. PT PLN sebagai pengelola membangun sebuah pelabuhan khusus yang digunakan untuk mempermudah bongkar muat batubara demi operasional pabrik. Pada Pelabuhan PLTU Nagan Raya terdapat permasalahan sedimentasi. Sedimentasi yang terjadi di Kolam Pelabuhan PLTU Nagan Raya menyebabkan terganggunya aktivitas pergerakan kapal yang akan berlabuh maupun berlayar. Permasalahan sedimentasi tersebut membutuhkan penanganan yang tepat, baik dalam konteks teknik maupun manajerial. Model numerik dibutuhkan untuk memberikan gambaran mengenai proses sedimentasi yang terjadi serta menjadi salah satu cara yang dapat digunakan dalam upaya pengambilan keputusan terkait dengan penanganan yang perlu dilakukan. Penelitian ini mencoba untuk memperkirakan dampak perubahan morfologi pelabuhan yang terjadi akibat tata letak pemecah gelombang dengan metode pemodelan air dangkal di Kolam Pelabuhan PLTU Nagan Raya. Piranti lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Delft3D yang dikembangkan oleh Deltares. Delft3D merupakan program simulasi hidrodinamik multi dimensi (2D atau 3D) yang berfungsi untuk perhitungan daerah pesisir, sungai dan muara. Program ini dapat mensimulasikan gelombang, arus, angkutan sedimen, kualitas air, dan analisis ekologi pada daerah pantai dengan menggunakan grid atau garis bantu melalui suatu pendekatan. Simulasi dilakukan dalam dua skenario tata letak kolam pelabuhan yaitu skenario desain existing dan skenario desain alternatif dengan menggunakan tiga arah angin dominan yang berpengaruh terhadap pembangkitan gelombang yaitu arah Barat, Barat Daya, dan Selatan. Skenario pertama dimodelkan dengan kondisi existing yang menggunakan konstruksi breakwater dan ubox submersible. Sedangkan pada skenario kedua menggunakan konstruksi breakwater seluruhnya. Setelah satu tahun simulasi terhadap dua skenario tersebut diperoleh volume sedimentasi pada skenario pertama sebesar 49.621,28 m3 dengan laju sedimentasi 4.135 m3/bulan, sedangkan pada skenario kedua volume sedimentasi sebesar 19.339,99 m3 dengan laju sedimentasi yang terjadi 1.611,66 m3/bulan. Kata kunci: simulasi numerik, sedimentasi, batimetri, pelabuhan, Delft3D
1. PENDAHULUAN Penggunaan piranti lunak telah meningkatkan kemampuan para ilmuwan dalam menganalisis mekanisme proses sedimentasi dan erosi baik yang disebabkan oleh peristiwa ekstrim seperti tsunami [6] dan siklon, maupun peristiwa yang relatif lambat seperti karena erosi yang disebabkan oleh arus sejajar pantai /longshore sediment transport [7].
Seiring dengan perkembangan kebutuhan infrastruktur pelabuhan, maka analisis terhadap proses sedimentasi dan erosi terutama yang terjadi di dalam kolam pelabuhan menjadi penting mengingat risiko operasional dan pembiayaan infrastruktur yang tidak kecil. Selama fase perencanaan pelabuhan di daerah dengan angkutan sedimen yang signifikan, perlu diketahui potensi sedimentasi dan erosi yang terjadi. Hal ini berhubungan dengan proyeksi
1
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
pengerukan terhadap kolam pelabuhan tersebut. Proses ini penting untuk menganalisis kelayakan teknis terhadap konsep manajerial pelabuhan. Banyak pelabuhan yang telah gagal atau menyebabkan biaya pemeliharaan yang tinggi karena penanganan yang tidak tepat dari angkutan sedimen yang terjadi. Pelabuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya terdapat permasalahan sedimentasi. Konstruksi pemecah gelombang yang sudah ada belum maksimal dalam melindungi kolam pelabuhan dari sedimentasi. Jika permasalahan ini terus dibiarkan maka dapat menyebabkan pendangkalan kolam pelabuhan yang menghambat aktivitas pergerakan kapal batubara, sehingga akan berdampak pada operasional PLTU tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu teknik perencanaan yang bisa dilakukan adalah simulasi numerik. Simulasi numerik merupakan pemodelan yang menggunakan rumusrumus matematika untuk mentransformasikan fisik pantai ke dalam wilayah komputasi yang selanjutnya dipecahkan secara numerik melalui bantuan piranti lunak [3]. Penelitian ini memodelkan secara numerik sedimentasi yang terjadi selama rentang waktu satu tahun dengan desain konstruksi existing dan desain alternatif tata letak pemecah gelombang di pelabuhan tersebut. Simulasi ini penting mengingat lokasi pelabuhan tersebut menghadap langsung ke Samudra Hindia dengan kondisi angin yang kencang dan ombak yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi volume dan laju sedimentasi di dalam kolam pelabuhan berdasarkan dua skenario tata letak pemecah gelombang dengan pemodelan numerik. Selanjutnya, dengan diketahui proses sedimentasi yang terjadi maka
diharapkan dapat direncanakan mekanisme pengendalian yang paling tepat untuk diterapkan, sehingga menjadi acuan dalam pengembangan teknikal dan manajerial di pelabuhan tersebut. Batasan pada penelitian ini adalah hanya mengestimasi laju dan volume sedimentasi akibat pengaruh arus dan gelombang yang terjadi di kolam pelabuhan. Simulasi menggunakan Delft3D-FLOW dan Delft3D-WAVE. Parameter masukan yang digunakan seperti gelombang dan arus untuk pemodelan didapatkan melalui perhitungan dari data sekunder yang sudah ada di lapangan.
2. STUDI AREA Lokasi studi pada penelitian ini adalah Pelabuhan PLTU Nagan Raya yang terletak di Desa Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, 10 km arah selatan Kota Meulaboh. Secara garis besar, lokasi pemodelan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Lokasi Studi (Google Earth, 2014)
3. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian dengan pemodelan numerik persamaan air dangkal yang dilakukan di Laboratorium Komputasi dan
279
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
Visualisasi Tsunami, TDMRC Universitas Syiah Kuala. Data masukan yang digunakan berupa data sekunder. Data-data tersebut adalah data angin, data pasang surut, data sedimen, peta topografi, dan peta batimetri. Peta Topografi Dalam penelitian ini kontur darat pada peta topografi tidak digunakan mengingat proses penjalaran gelombang diasumsikan tidak terjadi run-up yang signifikan ke arah darat. Peta hanya digunakan sebagai acuan garis pantai lokasi studi dalam bentuk digitasi bentangan garis pantai (land boundary) dari sekitar kolam pelabuhan untuk menentukan posisi grid numerik. Sumber data yang digunakan diperoleh dari Google Earth dengan gambar terakhir tahun 2014. Peta Batimetri Batimetri yang digunakan hanya untuk daerah sekitar kolam pelabuhan, sedangkan untuk kolam pelabuhan mengikuti hasil perencanaan (Detail Engineering Design) DED yang telah dibuat yaitu -8.1 meter dari (Lowest Low Water Level). Peta batimetri ini diperoleh dari PT. Horas Bangun Persada. Data Angin Data angin diambil dari Stasiun Klimatologi Bandara Cut Nyak Dhien Kabupaten Nagan Raya untuk kemudian diolah sehingga didapatkan gambar mawar angin. Data angin juga digunakan untuk proses hindcasting gelombang [1]. Dengan perhitungan tersebut didapatkan tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang siginifkan (Ts). Data tersebut digunakan sebagai nilai batas (boundary condition) pada pemodelan gelombang.
Gambar 2. Mawar angin BMKG Cut Nyak Dhien tahun 2005 - 2014 Tabel 1: Hs, Ts untuk wave boundary Hs Ts
Barat 3.15 8.17
Barat Daya 3.40 8.60
Selatan 2.99 6.95
Data Sedimen Data ukuran butir sedimen digunakan untuk simulasi angkutan sedimen dasar dan menjadi data masukan pada Delft3D-FLOW. Data ukuran sedimen yang digunakan adalah D50 sebesar 0.145 mm. Data sedimen tersebut dianggap mewalikili untuk daerah sekitar kolam pelabuhan maupun di dalam kolam pelabuhan. Data ini diperoleh dari pengukuran yang dilakukan TDMRC Unsyiah. Data Pasang Surut Pergerakan muka air akibat pasang surut akan menimbulkan arus pasang surut, sehingga data ini digunakan sebagai nilai batas (boundary condition) pada saat pemodelan arus. Data komponen pasang surut yang digunakan yaitu data yang mewakili dari daerah perairan sekitar kolam pelabuhan yang diperoleh dari TDMRC Unsyiah. Komponen utama pasang surut tersebut yaitu dua komponen diurnal (K1 dan O1) dan dua komponen semi-diurnal (M2 dan S2). Ke-empat komponen ini dianggap telah dapat memenuhi satu siklus pasang surut purnama atau perbani di wilayah perairan Pelabuhan
280
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
PLTU Nagan Raya [5]. Komponen pasang surut tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2: Komponen pasang surut M2 S2 K1 O1
Amplitude (m) 0.21 0.06 0.11 0.08
Phase (deg) 149.90 35.73 152.40 350.41
Pemodelan dilakukan dengan piranti lunak Delft3D, yang merupakan program simulasi atau pemodelan hidrodinamik multi dimensi (2D atau 3D) yang berfungsi untuk perhitungan daerah pesisir, sungai dan muara. Program ini dapat menyimulasikan gelombang, arus, angkutan sedimen, kualitas air, dan analisis ekologi pada daerah pantai dengan menggunakan grid atau garis bantu melalui suatu pendekatan [2]. Untuk menyelesaikan pemodelan arus dan pasang surut, sistem Delft3D menggunakan persamaan Navier-Stokes dalam perhitungannya. Pada pemodelan ini, dibuat dua skenario pemodelan berdasarkan desain tata letak pemecah gelombang. Skenario I, kondisi existing pelabuhan dengan kedalaman -8.1 m dari LLWL. Skenario II, penambahan struktur, yaitu pemecah gelombang sepanjang 310 m sebelah kiri dan 208 m di sebelah kanan, dengan kedalaman kolam pelabuhan -8.1 m LLWL
Gambar 3. Batimetri untuk skenario I
Gambar 4. Batimetri untuk skenario II. Pada kedua skenario, masing-masing model menggunakan tiga arah dominan yang berpengaruh terhadap hidrodinamika pelabuhan, yakni arah barat, barat daya, dan selatan. Ini berhubungan dengan pembangkitan gelombang yang terjadi akibat energi angin. Sedangkan untuk ukuran grid atau garis bantu perhitungan numerik, dipakai grid dengan ukuran 15m x 15m dengan timestep 0.05 menit selama 15 hari simulasi. Delft3D juga mempunyai Morphological Acceleration Factor (MORFAC). Pendekatan faktor percepatan morfologi adalah metode yang digunakan untuk melakukan
281
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
simulasi morfodinamik pantai. Konsep simulasi dengan menggunakan metode ini mampu memodelkan secara numerik perubahan morfologi pantai karena gelombang dan arus dalam skala waktu puluhan tahun dengan waktu simulasi komputer yang singkat [4]. Angka morphology scale factor yang digunakan pada model ini adalah 11.5, 5.5, dan 7, masing-masing untuk arah barat, barat daya, dan selatan secara berurutan.
yang keluar masuk dari Kolam Pelabuhan PLTU Nagan Raya. Dalam perhitungan ini digunakan metode grid. Nilai negatif menyatakan erosi, sedangkan nilai positif menyatakan sedimentasi.
Gambar 5. Struktur model morfodinamik pantai dengan MORFAC [4].
Gambar 3. Grafik pasang surut.
Secara Umum konsep validasi faktor percepatan morfologi terhadap penerapan pantai belum dilakukan investigasi secara mendalam. Model morfodinamik pantai terdiri dari suatu komputasi kontrol yang tersusun dari tiga proses yang berurutan yaitu proses hidrodinamik, proses pengangkutan sedimen, dan perhitungan perubahan permukaan dasar. Setelah simulasi selesai dilaksanakan maka diperoleh bentuk morfologi dasar kolam pelabuhan baru. Untuk mengetahui apakah dasar kolam tersebut mengalami erosi atau sedimentasi, maka batimetri terbaru dibandingkan dengan data batimetri awal. Perhitungan volume sedimen digunakan untuk mengevaluasi sedimen
4. HASIL DAN DISKUSI Hasil simulasi arus dan pasang surut yang telah dilakukan menunjukkan pasang surut yang terjadi di perairan Pelabuhan PLTU Nagan Raya dua kali sehari, artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi tingginya tidak sama.
Gambar 3 menunjukkan grafik pasang surut di tiap-tiap titik observasi pada domain pemodelan yang telah ditentukan sebelumnya. Kisaran tinggi elevasi puncak air pasang (air tertinggi) dari setiap kali siklus pasang surut adalah 0,38 m dari Lowest Low Water Level terjadi pada tanggal 13 Januari 2015 Pukul 11:40 WIB dan kisaran elevasi lembah air surut (air terendah) dari setiap kali siklus pasang surut adalah 0,31 m dari Lowest Low Water Level terjadi pada tanggal 14 Januari Pukul 19:00 WIB. Kejadian tersebut untuk tinggi pasang dan surut (tidal range) semua titik observasi sama.
282
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
Gambar 6. Tinggi gelombang yang terjadi pada skenario I. Setelah simulasi gelombang dijalankan didapatlah hasil simulasi pemodelan gelombang dintaranya tinggi gelombang pada daerah pemodelan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6 yang menunjukkan tinggi gelombang terhadap skenario yang dijalankan sesuai dengan arah bangkitan gelombang, dapat dilihat secara umum untuk tinggi gelombang yang terjadi pada domain pemodelan skenario I dengan desain existing pecah gelombang. Untuk gelombang yang datang dari arah barat, sebagian besar energi gelombang dapat diredam oleh pemecah gelombang sebelah kanan dari pelabuhan. Sedangkan gelombang datang dari barat daya maupun selatan sebagian besar masuk ke dalam kolam pelabuhan. Gelombang yang masuk ini dapat membangkitkan arus, sehingga di daerah-daerah tertentu dapat menggerakkan sedimen dasar dari perairan.
Gambar 7. Tinggi gelombang yang terjadi pada skenario II. Selanjutnya untuk tinggi gelombang pada hasil pemodelan skenario II dengan desain penambahan struktur pemecah gelombang (Gambar 7). Gelombang yang datang dari arah barat, sebagian besar energi gelombang dapat diredam oleh pemecah gelombang sebelah kanan dari pelabuhan, sehingga daerah kolam pelabuhan tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan sedimen oleh gelombang dan arus. Sedangkan gelombang datang dari selatan sebagian besar masuk ke dalam kolam pelabuhan. Gelombang yang masuk ini dapat membangkitkan arus, sehingga butiran sedimen yang ada di mulut pelabuhan dapat terdeposisi ke dalam kolam pelabuhan, meskipun dalam jumlah yang relatif lebih kecil. Hasil pemodelan arus dan gelombang dengan Delft3D-FLOW dan Delft3DWAVE yang dijalankan secara simultan maka didapat perubahan batimetri dasar kolam pelabuhan pada arah barat, selatan, dan barat daya. Selanjutnya dihitung volume sedimentasi dan erosi yang terjadi terhadap perubahan morfologi tersebut dengan metode grid.
283
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
Gambar 8. Batimetri setelah simulasi pada skenario I. Setelah satu tahun, diperoleh kondisi morfologi dasar seperti pada gambar 8 di atas, dengan volume sedimentasi pada skenario pertama sebesar 49.621,28 m3 sedangkan pada skenario kedua (gambar 9) volume sedimentasi sebesar 19.339,99 m3.
Gambar 9. Batimetri setelah simulasi pada skenario II.
5. KESIMPULAN Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil pemodelan pada masing-masing skenario, penelitian ini mendapatkan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
Kondisi pasang surut Hasil simulasi yang telah dilakukan dengan waktu 15 hari simulasi didapatkan kondisi pasang surut pada perairan kolam pelabuhan PLTU Nagan Raya untuk kedua skenario. Pada skenario I dengan konstruksi yang ada didapat dalam sehari terjadi 2 kali pasang 2 kali surut. Hal yang sama juga terjadi pada skenario II dengan konstruksi pemecah gelombang yang diperpanjang dalam sehari terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. Tinggi elevasi puncak air pasang dan surut pada kedua skenario relatif sama. Tinggi elevasi puncak pada saat pasang pada kedua skenario mencapai 0,38 m dan elevasi surut terendah mencapai -0,31 m dari LLWL. Kondisi arus Pengaruh perubahan morfologi pantai akibat pengaruh arus dari arah barat, barat daya, dan selatan tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan arus yang yang bekerja dari setiap arah ini tidak mampu menggerakkan butiran sedimen yang ada berada disekitar garis pantai. Kondisi gelombang Berdasarkan hasil simulasi gelombang dengan Delft3D-WAVE, pengaruh gelombang terhadap perubahan morfologi pantai relatif besar. hal ini ditunjukkan dari gelombang yang dibangkitkan oleh angin arah barat daya dan selatan pada kedua skenario. Pada skenario I gelombang yang datang dari arah barat daya menuju timur laut menghasilkan sedimentasi yang relatif besar tetapi tidak mencapai ke dalam kolam pelabuhan, dikarenakan energi gelombang yang datang sudah relatif kecil ketika memasuki kolam pelabuhan. Hal yang relatif serupa terjadi pada skenario II, tetapi pengaruhnya relatif lebih kecil karena sudah ada penambahan struktur
284
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
pemecah gelombang di sebelah kanan pelabuhan yang sedikit meredam energi gelombang tersebut. Pada gelombang yang datang dari arah selatan ikut memberi pengaruh terhadap perubahan morfologi kolam pelabuhan. hal ini dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi diakibatkan oleh gelombang yang dibangkitkan oleh angin arah tersebut pada kedua skenario. Pada skenario I hasil simulasi yang telah dilakukan menghasilkan erosi pada sisi kanan pelabuhan dan mengalami sedimentasi pada sisi kiri pelabuhan. Hal ini disebabkan gelombang yang bergerak dari arah selatan menuju barat laut diredam oleh pemecah gelombang sebelah kiri pelabuhan, yang menyebabkan sedimen terdeposisi di sebelah kiri pelabuhan, sedangkan sebelah kanan mengalami erosi dikarenakan berkurangnya suplai sedimen ke lokasi ini. Hal yang sama juga terjadi pada skenario II. Sedangkan perubahan morfologi dasar kolam pelabuhan akibat gelombang dari arah barat daya relatif tidak terpengaruh, hal ini disebabkan karena gelombang yang datang dari ara tersebut sudah diredam oleh pemecah gelombang sisi kanan kolam pelabuhan. Kondisi morfologi dasar Setelah satu tahun, diperoleh volume sedimentasi pada skenario pertama sebesar 49.621,28 m3 dengan laju sedimentasi 4.135 m3/bulan, sedangkan pada skenario kedua volume sedimentasi sebesar 19.339,99 m3 dengan laju sedimentasi yang terjadi 1611,66 m3/bulan
PEER Cycle 3, Sponsor Grant Award Number: AID-OAAA-A-11-00012 dan Sub Grant Number PGA-2000004893 dengan judul Grant: Tsunami Waves Impacts on Coastal Morphological Changes Based on Sediment Transport Simulations. Penulis juga berterimakasih kepada PT Horas Bangun Persada yang telah mengijinkan penggunaan beberapa data sekunder untuk mendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Anonim (1984) Shore Protection Manual, Mississippi: U.S. Army Coastal Engineering Research Center.
2.
Anonim (2009) User Manual Deflt3D-Flow: Simulation of MultiDimensional Hydrodynamic Flows and Transport Phenomena, Including Sediments, Delft: Deltares.
3.
Arizal (2011) Pemodelan Numerik Perubahan Morfologi Dasar Pantai Singkil dengan Menggunakan Delft3D, Tugas Akhir, Banda Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
4.
Ranasinghe, R., Swinkels, C., Luijendijk, A., Roelvink, D., Bosboom, J., Stive, M., and Walstra, D. J. (2010) Mophodynamic Upscaling with The MORFAC Approach, Shanghai: 32nd Int. Conf. Coastal Engineering.
5.
Syamsidik (2013) Kajian Laju Sedimentasi pada Kolam Pelabuhan PLTU 2x110 MW Nagan Raya. Meulaboh: PT. Horas Bangun Persada.
ACKNOWLEDGEMENTS Penulis mengucapkan terimakasih kepada USAID dan the National Academy of Sciences yang telah mendukung proses publikasi melalui
285
Seminar Nasional SPI ke-2 Tahun 2015
6.
Al A’la, M., Syamsidik, Rasyif, TM, Fahmi, M. (2015) Numerical Simulation of Ujong Seudeun Land Separation Caused By the 2004 Indian Ocean Tsunami, Aceh-Indonesia. Science of Tsunami Hazards Journal, 34(3), 159-172.
7.
Syamsidik dan Arizal (2012) Applications of Numerical Simulation on Coastal Morphology Dynamic Studies, Proceeding of 3rd International Symposium on Computational Sciences, International Symposium on Computational Sciences, Yogyakarta, May 15-16, 2012, UGM, UGM, 285-295, 2252-7761.
286