ANALISIS TINGKAT RISIKO KREDIT MIKRO DITINJAU DARI NON PERFORMING LOAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK (Studi Kasus:BRI Unit Sarua Cabang Ciputat Tangerang Selatan) Periode Januari - Desember 2012 Jeki Setiawati dan Retno Kusumastuti Program Studi Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat risiko kredit Mikro ditinjau dari Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Obyek Penelitian pada penelitian ini yaitu Risiko kredit mikro pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk .Tipe Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah kredit Macet dan sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Perkembangan Unit (LPU) periode januari sampai Desember 2012. Penelitian ini hanya melibatkan satu variabel sebagai obyek penelitian yaitu Tingkat Risiko kredit. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka tingkat risiko PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Sarua Cabang Ciputat berada pada kategori sedang. The purpose of this research is to analyze micro-loan risk level reviewed by Non-Performing Loan at PT. Bank Rakyat Indonesia (Limited Company) of Sarua Unit, Ciputat Branch-Office. This research used the method of quantitative approach. The object of research is the risk of Micro Loan at PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Type of research applied is descriptive research. Population on this research is non-performing loan and the sample of this research is Unit Progress Report for period of January - December 2012. This research just involves one variable as research object namely Loan Risk Level. Based on the result of result abovementioned, then risk level of PT Bank Rakyat Indonesia Tbk of Sarua Unit, Ciputat Branch Office stands is on medium/middle category. Keywords: Risk Level, Micro Loan, Non-Performing Loan I.
PENDAHULUAN Menurut Taufan Achmad Felna (2013) Perekonomian merupakan sektor yang sangat
penting dan menjadi salah satu fokus pemerintahan dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kesejahteraan. Mengingat sangat pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam menentukan dan memutuskan setiap kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat mempengaruhi perekonomian baik yang bersifat positif maupun yang Universitas Indonesia
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
bersifat negatif. Perekonomian Perbankan dan lembaga keuangan memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan ekonomi Negara. Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peran utama dalam menghimpun dana dan untuk disalurkan kembali kepada masyarakat. Dijelaskan pula didalamnya Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Suharno (2003) analisis kredit atau penilaian kredit harus dilakukan oleh bank sebagai penyalur kredit. Permohonan kredit yang diajukan oleh debitur kredit harus dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang dibiayai dengan kredit bank cukup layak. Dengan adanya analisis ini dapat mencegah terjadinya kegagalan dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit yang diterimanya (angsuran pokok) beserta bunga yang telah disepakati bersama. Bank BRI memiliki tujuan untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan usaha berbagai bidang yang semua itu untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dalam hal ini mempermudah mendapatkan modal usaha. Bank mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba agar kelangsungan perusahaan tetap berjalan dengan baik. Salah satunya adalah Bank memberikan pinjaman kepada nasabah yang memang masuk dalam kriteria debitur sesuai ketentuan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Namun tidak menutup kemungkinan kredit yang diberikan bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat serta memiliki fundamental yang lebih kuat. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat. Sedangkan menurut Suharno(2003) untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi dilakukan analisis kredit atau penilaian kredit terhadap kredit bermasalah atau Non Performing Loan. Non Performing Loan adalah debitur atau kelompok debitur golongan kurang lancar, dan macet diantaranya kredit Kupedes (Rp = kurang lancar, diragukan dan kredit macet), KUR Mikro (Rp = kurang lancar, diragukan dan kredit macet), dan Briguna Mikro (Rp = kurang lancar, diragukan dan kredit macet). Menurut Hexana Tri Sasongko (2012), sejarah membuktikan bahwa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank BRI, yang telah berusia lebih dari satu abad telah mampu mengarungi berbagai ujian dan rintangan, mampu bertahan hidup dan terus berkembang hingga saat ini. Salah satu faktor mendukung pencapaian ini adalah pilihan bisnis yang fokus melayani Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sesuai kompetensi inti
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
Bank BRI. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK merupakan salah satu lembaga keuangan yang memperoleh pendapatan berupa bunga yang diterima dari debitur. Dengan adanya kegiatan pemberian kredit, maka bank sekaligus memasarkan produk-produk bank lainnya seperti giro, tabungan, deposito dan lain sebagainya. Salah satu yang sampai saat ini memiliki peranan terpenting dalam pemberian kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Bank BRI adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Ciputat. Bank BRI Ciputat terletak di daerah Tangerang Selatan. Dimana di daerah Tangerang masih banyak terdapat pasar tradisional, sehingga di daerah tersebut yang perlu dikembangkan perekonomiannya dari sektor perdagangan, salah satunya dengan bantuan penyaluran atau pinjaman modal usaha. Penyaluran pinjaman untuk sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) paling banyak adalah BRI. Dimana disetiap kecamatan terdapat kantor unit BRI yang melayani masyarakat menengah ke bawah. Bank BRI Cabang Ciputat memiliki 11 Unit kerja diantaranya Unit Kreo, Unit Ciputat, Unit Juanda, Unit Pondok Cabe, Unit Pamulang Indah, Unit Jombang, Unit Pondok Aren, Unit Pasar Sarua, Unit Parung Serab, unit Petukangan, dan unit Pamulang II. Dari kesebelas Unit kerja BRI Ciputat yang memiliki NPL paling banyak di Unit Sarua. Maka peneliti tertarik mengambil penelitian di unit Sarua Cabang Ciputat dengan alasan paling banyak kredit bermasalah dibandingkan unit lain di wilayah Ciputat. Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana tingkat risiko kredit Mikro ditinjau dari Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Studi Kasus: BRI Unit Sarua Cabang Ciputat Tangerang Selatan)?”. Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah “Untuk menganalisis tingkat risiko kredit Mikro ditinjau dari Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Studi Kasus: BRI Unit Sarua Cabang Ciputat Tangerang Selatan)”. II.
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Pengertian Kredit Menurut Johanes (2004) kata "kredit" berasal dari bahasa Romawi "credere" yang
berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya percaya. Seseorang yang mendapatkan kredit adalah seseorang yang telah mendapat kepercayaan dari kreditur. Selanjutnya Latumerissa (1999) kredit adalah : "Penyerahan sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan, sebagai pengganti sesuatu yang
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
mempunyai nilai ekonomis yang sepadan dihari kemudian. Berdasarkan pengertian diatas nampak bahwa suatu fungsi pokok dari kredit pada dasaraya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan usaha berbagai bidang yang semua itu untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dalam hal ini mempermudah mendapatkan modal usaha. Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Karena dana untuk kredit diperoleh bank dengan kepercayaan maka bank harus pula meminjamkan kreditnya dengan rasa percaya kepada peminjam. Inilah konsep hakiki tentang kebijaksanaan perkreditan yang hati-hati. 2.1.2
Unsur-Unsur dan Jenis-jenis kredit
a. Unsur-unsur kredit Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Kasmir (2008) adalah sebagai berikut (1) Kepercayaan, (2) Kesepakatan , (3) Jangka waktu , (4) Risiko, (5) Balas Jasa b. Jenis-jenis kredit Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Aryani (2003) secara umum jenis-jenis kredit yang dikeluarkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi adalah: 1) Dari segi jangka waktu a)
Kredit jangka pendek
b)
Kredit jangka menengah
c)
Kredit jangka panjang
2) Dari segi kolektibilitas a)
Kredit Lancar (L) adalah pinjaman Kredit dengan kondisi pembayaran tepat waktu dan tidak ada tunggakan.
b)
Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK) adalah pinjaman Kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari.
c)
Kredit Kurang Lancar (KL) adalah pinjaman Kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari.
d)
Kredit Diragukan (D) adalah pinjaman Kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
e)
Kredit Macet (M) adalah pinjaman Kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari.
2.1.3
Analisis Kredit Menurut Dendawijaya (2005), bahwa Analisis atau nilai kredit suatu proses yang
dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible) Sedangkan menurut Stephen A.Ross dkk (2009) Mengatakan bahwa Penilaian kredit adalah Proses perhitungan peringkat numeris dari pelanggan berdasarkan informasi yang dikumpulkan; kredit kemudian diberikan atau ditolak berdasarkan hasil tersebut. Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu kredit, perlu dilakukan analisis kepada calon debitur yaitu analisis 5 C dan 7 P. Penilaian kredit dengan metode analisis 5 C adalah sebagai berikut:a. Character (watak), b. Capital (modal), c. Capacity (kemampuan), d. Collateral (jaminan), e. Condition of economy (kondisi ekonomi). Penilain kredit dengan menggunakan
metode
analisis
7
P
adalah Personality,Party, Payment, Prospect,
Purpose, Profitability , Protection. 2.1.4
Risiko Kredit Menurut Amri Mauraga dalam BankirNews (2011) menerangkan bahwa Risiko Kredit
didefinisikan sebagai risiko ketidakmampuan debitur atau counterparty melakukan pembayaran kembali kepada bank (counterparty default). Jenis risiko ini merupakan risiko terbesar dalam sistem perbankan Indonesia dan dapat menjadi penyebab utama bagi kegagalan bank. Secara umum terdapat dua faktor penyebab terjadinya Risiko Kredit yaitu faktor eksternal dan faktor internal yaitu : Faktor Eksternal Bank, yaitu: 1) Ketiadaan kemauan membayar (willingness to pay) ; terutama akibat masalah karakter debitur/counterparty, dan dapat disebabkan oleh kelemahan Bank dalam melakukan identifikasi kelayakan debitur/counterpartydan atau itikad tidak baik Bank dalam kegiatan penyaluran dana, dan 2) Ketiadaan kemampuan membayar (ability to pay); hal ini disebabkan menurunnya kondisi usaha debitur/counterparty baik akibat kesalahan
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
pengelolaan (mismanagement) dan atau pengaruh faktor ekonomi makro atau sektor industri tertentu. Faktor Internal Bank, yaitu : 1) Konsentrasi risiko kredit dalam Portofolio Asset, 2) Kelemahan Sistem Pengendalian dan proses Manajemen Risiko Kredit, 3) Itikad tidak baik Pengurus Bank (antara lain: Kesengajaan mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam proses penilaian kelayakan kredit dan penyediaan dana lainnya; Kerjasama/kolusi dengan debitur/counterparty). Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat risiko kredit 1. Kemauan Kemauan adalah niat seseorang untuk melakukan/ menjalankan sesuatu, yang tercermin pada tingkah laku, kepribadian/integritas, serta usaha-usaha yang serius dalam mewujudkan keinginan. Dengan demikian aspek kemauan merupakan bagian dari character dalam aspek 5 C, dimana kita ketahui bahwa aspek ini merupakan faktor yang paling urgen yang sangat mempengaruhi tingkat risiko kredit. Jadi semakin besar kemauan seorang debitur/calon debitur, maka semakin rendah tingkat risikonya. 2. Kemampuan Kemampuan adalah kapasitas/kapabilitas, kesanggupan seseorang dalam melakukan/menjalankan
sesuatu,
yang
dinilai
dari
potensi
yang
dimilikinya (skill, pengalaman, pengetahuan, materi). Dengan demikian aspek kemampuan masuk dalam wilayah Capacity dan Capital serta Condition Of Economi dalam prinsip 5C. apabila calon debitur adalah sebuah perusahaan yang termasuk kemampuan adalah modal, manajemen, kelayakan usahanya dan lain sebagainya. Sedangkan jika calon debitur adalah perseorangan maka yang termasuk kemampuannya adalah sumber dan jumlah penghasilannya. Semakin besar kemampuan debitur/calon debitur, maka semakin rendah tingkat risikonya. 3. Keandalan Agunan Keandalan agunan adalah ukuran nilai dari sebuah jaminan, yang dipastikan atau diperkirakan dapat menutupi risiko kerugian. Dalam analisis risiko kredit keandalan agunan adalah sejauh mana jaminan yang diserahkan ditawarkan oleh calon debitur dapat
atau
menutupi kerugian bilamana terjadi
ketidak mampuan debitur menyelesaikan kreditnya. Dengan demikian aspek
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
keandalan agunan termasuk dalam wilayah Collateral dan Condition Of Economi dalam prinsip 5C. Suatu agunan harus marketable, oleh
seluruh
dapat dimiliki
masyarakat, sebaiknya memiliki standar harga, serta tidak
mengalami penurunan harga. Maka semakin
handal
agunannya
maka
semakin rendah tingkat risikonya. 2.1.5
Non Performing Loan (NPL) Istilah kredit bermasalah sering juga dipakai untuk kredit macet yang sudah dihapus
dari pembukuan bank. Agar tidak terjadi kerancuan untuk selanjutnya dipakai istilah yang lebih teknis yaitu Non Performing Loan (NPL). yang termasuk dengan NPL adalah debitur atau kelompok debitur golongan kurang lancar, dan macet. Karena itu harus diusahakan dicegah. Early warning system, serta pemantauan yang efektif akan memudahkan bank dalam mengambil langkah yang diperlukan apabila suatu nasabah akan mengalami penurunan kualitas atau peningkatan risiko kredit. 2.2
Kerangka Pemikiran Secara umum, penyaluran kredit menggambarkan proses pengelolaan kredit yang
sistematis mulai dari akurasi data atau informasi sampai dengan monitoring yang dapat mencegah tejadinya kredit Non Perfoming Loan (NPL) yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank. Proses pengelolaan kredit telah diatur dalam menajemen perkreditan sebagai prosedur pelaksaan dari pemberian kredit. PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk.Unit Sarua Cabang Ciputat telah rnelakukan proses analisa terhadap kriteria usaha yang dijadikan dasar penelaian terhadap kolektebilitas calon debitur Untuk dapat menganalisa berbagai pos dan laporan keuangan yang berkaitan dengan tingkat risiko kredit digunakan analisis Credit Risk Ratio. dengan adanya analisis ratio tersebut diharapkan dapat diketahui apakah tingkat risiko kredit bank tersebut rendah atau tidak berdasarkan ketetapan bank indonesia. 2.3
Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Kredit Mikro.
Penelitiannya antara lain: Febri Karauwan (2012) hasil analisis ternyata terbukti bahwa Bank BRI KCP tersebut memiliki cara yang lebih baik dalam menganalisis keuangan debitur karena dari 2009-2011
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
hanya 5 yang kreditnya macet bahkan kemudian tidak termasuk lelang, ini lebih baik daripada pejabat khusus bank AO (Account Officer) yang lebih berhati-hati dalam pengendalian kredit. Haron O Moti dll (2012) dalam penelitian ini ditemukan bahwa Lembaga Keuangan Mikro di Kenya mengalami tingkat Non Performing Loan kategori tinggi. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa keterlibatan petugas kredit dalam menganalisis persyaratan kredit mempengaruhi kinerja pinjaman. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa petugas kredit adalah para professional yang berhubungan dengan pelanggan dan memahami kebutuhan mereka. III.
METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan kuantitatif, dimana
lebih menekankan pada menganalisis data dalam proses pemberian kredit. Analisa data kuantitatif adalah bentuk yang menggunakan angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel tertentu. 3.2
Tipe Penelitian Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif.
Penelitian Deskriptif dipakai dalam penelitian ini karena peneliti ingin menggambarkan tentang tingkat risiko kredit Mikro ditinjau dari Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Studi Kasus: BRI Unit Sarua Cabang Ciputat Tangerang Selatan)”. 3.3
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa laporan
MIR 003 – Laporan Perkembangan Unit (LPU) data kredit bulanan dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) (Studi Kasus: BRI Unit Sarua Cabang Ciputat Tangerang Selatan), yaitu periode Januari sampai Desember 2012 dan data Primer, berupa hasil wawancara langsung dengan debitur macet. 3.4
Populasi dan Sampel Sudharto PH (1982) menyatakan bahwa “ Sumber Data adalah Populasi, sampel
beserta alasan penentuannya, sehingga sumber data tergambar dengan jelas baik dari segi jumlah maupun mutunya”.
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Data Sekunder Data Sekunder adalah data-data yang ada kaitan erat dengan masalah yang dibahas sehingga akan mengandung, menguatkan dan melengkapi data primer yaitu Data Laporan Perkembangan Unit (LPU) bulan Januari – Desember 2012.
2.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki,2000) Data yang diambil adalah dengan mengadakan wawancara dan tanya jawab langsung
pada Pimpinan Ka Unit, Account Officer Mikro mengenai Laporan Perkembangan Unit (LPU) Khususnya data kolektibiltas kredit dari bulan Januari – Desember 2012 sebagai acuan pengukuran tingkat risiko kredit Mikro ditinjau dari Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat” dan wawancara langsung dengan debitur. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kredit Macet sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Perkembangan Unit (LPU) periode Januari – Desember 2012 sebagai acuan pengukuran tingkat risiko kredit Mikro ditinjau dari Non Performing Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Studi Kasus: BRI Unit Sarua Cabang Ciputat Tangerang Selatan)” 3.5
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Studi Pustaka Pengumpulan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti, dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku, dan penelitian terdahulu.
2.
Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data melalui Tanya Jawab (Interview) langsung dengan pimpinan Ka Unit, Account Officer Mikro dan nasabah sesuai dengan data yang diperlukan obyek yang dibahas.
3.6
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah Tingkat Risiko Kredit. Tingkat Risiko Kredit adalah suatu hal yang sifatnya akan berdampak atau mempengaruhi pada kualitas pembayaran atau kemampuan pengembalian kredit yaitu dapat dilihat dari aspek 5 C.
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
Menurut Kasmir (2004) Tingkat Risiko diukur dengan menggunakan analisis rasio kredit yang dinyatakan dengan presentase (%) adalah Credit Risk Ratio. ; Bad debts Credit Risk Ratio = ———————— X 100% Total loans Dimana:
.
1. Bad debts adalah jumlah kredit Non Performing 2. Total loans adalah jumlah kredit yang disalurkan. 3.7
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menghitung Credit Risk Ratio dengan menggunakan Ms Excel
2.
Hasil Credit Risk Ratio dianalisis berdasarkan klasifikasi kolektibilitas. Kolektibilitas adalah Kualitas tagihan atas pembayaran hutang dihitung berdasarkan waktu atau tempo pembayaran. Jadi apabila pembayarannya tidak melebihi jatuh tempo maka disebut lancar.
Menurut Taswan dalam paket kebijaksanaan 28 Februari 1991 Klasiflkasi Kolektibilitas sebagai Tool of management perkreditan bank oleh Bank Indonesia (2006): 1.
Rendah apabila tidak ada penyimpangan atau pelanggaran terhadap perkreditan yang sehat atau terjadi penyimpangan tetapi persentase jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia tidak lebih dari 2%
2.
Sedang apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia antara 2% hingga 5%
3. Tinggi apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia antara 5% hingga 10%
4. Sangat tinggi apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia lebih dari 10% 3.8
Hipotesis
Hipotesis berikut dikembangkan untuk pengujian empiris: 1. Hipotesis Nol (Ho) = Hipotesis Uji Menurut Aria Gusti (2011) hipotesis uji adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu kejadian antara dua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain.
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
Ho : Tidak ada perbedaan antara tingkat risiko kredit antara yang rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi kredit macetnya. Tidak ada hubungan bermakna antara kolektibilitas dengan tingkat risiko kredit macetnya. 2. Hipotesis Alternatif (Ha) Menurut Aria Gusti (2011) hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada perbedaan suatu kejadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Ha : Ada perbedaan bermakna tingkat risiko kredit antara Rendah, Sedang, Tinggi, dan sangat tinggi kredit macetnya. Ada hubungan yang bermakna antara kolektibilitas dengan tingkat risiko kredit macetnya. IV.
Hasil dan Analisis
4.1
Non Performing Loan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Sarua Cabang Ciputat Tangerang Selatan Dalam kegiatan perkreditan bank, khususnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat terdapat pengembalian kredit yang bermasalah baik disengaja atau tidak. Pengembalian ini sering disebut Non Performing Loan (NPL) atau pengembalian kredit bermasalah yang terdiri dari NPL Kupedes, NPL KUR Mikro, NPL Briguna Mikro. Perhitungan tingkat risiko kredit yaitu menggunakan analisis Credit Risk Ratio yang berdasarkan prosentase kolektibilitas kredit NPL (Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) dari neraca PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat, dirumuskan sebagai berikut : Bad debts Credit Risk Ratio (CRR) = ———————— X 100% Total loans Berikut ini rincian jumlah tunggakan NPL (kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet) dalam NPL Kupedes, NPL KUR Mikro, NPL Briguna Mikro pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat selama satu tahun terakhir pada tabel halaman berikut:
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
Tabel 4.1 Credit Risk Ratio Berdasarkan Perbandingan Jumlah Npl Dengan Outstanding Kredit Di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat Selama Tahun 2012 Koleksib ilitas Kredit NPL Kupedes
Jumlah Tunggakan Periode Tahun 2012 (Rp. Jutaan) Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
151
126
146
66
61
90
93
76
72
86
79
109
57
53
67
51
64
71
79
61
61
54
26
26
208
180
213
118
126
161
172
137
132
140
105
135
3.524
3.394
3.754
3.912
4.931
5.477
5.707
5.634
5.521
5.903
5.993
6.611
5,91
5,30
5,69
3,04
2,56
2,95
3,02
2,44
2,43
2,37
1,75
2,04
NPL KUR Mikro Jumlah NPL Total Loans
NPL CRR
39,5 / 12
3,29
Sumber : Laporan Pengembangan Unit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas perkembangan Non Performing Loan dari periode Januari sampai dengan Desember tahun 2012 mengalami naik turun dengan NPL terbesar di angka 5,91% di Periode Januari dan terendah diangka 1,75% periode November. Penyebab Naik turunnya NPL adalah dikarenakan kebanyakan Debitur hanya berjanji-janji untuk memenuhi kewajibannya yaitu membayar kredit kepada pihak Bank. Komposisi kredit Non Perfoming periode Januari 2012 diketahui tingkat risiko pada periode Januari yang ada sebesar Rp 208.406.756,- atau dalam presentase sebesar 5,91%. Pada periode januari NPL sebesar 5,91% presentase kredit di antara 5%-10% yang masuk dalam kategori Tinggi, kemudian didapatkan pada periode Februari presentase NPL menurun menjadi 5,30% ini membuktikan bahwa pada saat itu banyak nasabah yang tidak telat bayar dan memiliki niat baik untuk membayar pinjaman mereka sehingga terlihat pada periode Februari mengalami penurunan presentase NPL. Pada periode Februari terjadi penurunan jumlah nominal NPL dibandingkan periode januari, diketahui tingkat risiko pada periode Februari yang ada sebesar Rp 180.093.500,- atau dalam presentase sebesar 5,30%. Dibandingkan periode sebelumnya yaitu Januari, setidaknya ada hasil kerja dari seorang analisis kredit dalam upayanya menurunkan presentase NPL yaitu semula 5,91% menurun
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
dibulan Februari menjadi 5,30%. Walaupun presentase kredit di atas 5%-10% masuk dalam kategori Tinggi. Komposisi kredit Non Perfoming periode Maret 2012 mengalami peningkatan jumlah nominal NPL baik itu pada NPL Kupedes maupun NPL KUR Mikro. Diketahui tingkat risiko pada periode Maret yang ada sebesar Rp 213.640.297,- atau dalam presentase sebesar 5,69%. Presentase kredit di antara 5%-10% yang masuk dalam kategori Tinggi dikarenakan Pada periode Maret didapatkan NPL mengalami kenaikan presenatse yaitu sebesar 5,30% menjadi 5,69%, itu disebabkan karena pada periode Maret banyak Nasabah yang berjanji untuk membayar tetapi pada saat mendekati jatuh tempo telat bayar sehingga mengakibatkan kenaikan presentase NPL pada periode tersebut. Pada periode April 2012 terjadi penurunan jumlah nominal NPL dibandingkan periode Maret, baik itu pada NPL Kupedes maupun NPL KUR Mikro. Diketahui tingkat risiko pada periode April yang ada sebesar Rp 118.806.297,- atau dalam presentase sebesar 3,04%. Dibandingkan periode sebelumnya yaitu Maret, setidaknya ada hasil kerja dari seorang analisis kredit dalam upayanya menurunkan presentase NPL yaitu semula 5,69% menurun dibulan April menjadi 3,04%. Walaupun presentase kredit di antara 2%-5% masuk dalam kategori Sedang, setidaknya tidak masuk dalam kategori Tinggi yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak kreditur. Komposisi kredit Non Perfoming periode Mei 2012 jika dibandingkan periode April pada kriteria NPL Kupedes mengalami penurunan dari Rp66.963.897,- menjadi Rp 61.990.897,-, namun pada jumlah nominal NPL KUR Mikro mengalami peningkatan dari Rp 51.842.400,- menjadi Rp 64.239.200,-. Untuk NPL Kupedes yang mengalami penurunan itu sangat bagus. Diketahui tingkat risiko pada periode Mei yang ada sebesar Rp 126.230.097,atau dalam presentase sebesar 2,56% . Dibandingkan periode sebelumnya yaitu April, setidaknya ada hasil kerja dari seorang analisis kredit dalam upayanya menurunkan presentase NPL yaitu semula 3,04% menurun dibulan Mei menjadi 2,56%. Walaupun presentase kredit di antara 2%-5% masuk dalam kategori Sedang, setidaknya tidak masuk dalam kategori Tinggi yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak kreditur. Pada periode April dan dibayarkan di periode berikutnya. Begitupun Nampak pada periode April ke Mei mengalami penurunan dari 3,04% menjadi 2,56% , hal ini dikarenakan banyak debitur yang membayarkan kewajibannya setelah janji-janji di periode sebelumnya. Pada periode Juni 2012 mengalami peningkatan kredit Non Perfoming dibandingkan periode sebelumnya yaitu bulan mei, diketahui tingkat risiko pada periode Juni yang ada sebesar Rp 161.712.497,- atau dalam presentase sebesar 2,95%. Presentase kredit di antara
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
2%-5% yang masuk dalam kategori Sedang. Pada periode Juli 2012 mengalami peningkatan kredit Non Perfoming dibandingkan periode sebelumnya yaitu bulan juni,diketahui tingkat risiko pada periode juli yang ada sebesar 172.228.847 atau dalam presentase sebesar 3,02%. Presentase kredit di antara 2%-5% yang masuk dalam kategori Sedang. Periode Juni ke Juli mengalami kenaikan dari 2,95% menjadi 3,02%, disebabkan karena hal tadi yaitu ada alasanalasan tertentu yang mengakibatkan nasabah tidak menepati janji untuk melunasi kewajibannya tepat pada waktunya akhirnya diperiode berikutnya mengalami kenaikan presentase NPL. Komposisi kredit Non Perfoming periode Agustus 2012 dibandingkan dengan periode sebelumnya baik pada kriteria NPL Kupedes maupun NPL KUR MIKRO mengalami penurunan. Diketahui tingkat risiko pada periode Agustus yang ada sebesar 137.566.047 atau dalam presentase sebesar 2,44%. Dibandingkan periode sebelumnya yaitu Juli, setidaknya ada hasil kerja dari seorang analisis kredit dalam upayanya menurunkan presentase NPL yaitu semula 3,02% menurun dibulan Agustus menjadi 2,44%. Walaupun presentase kredit di antara 2%-5% masuk dalam kategori Sedang, setidaknya tidak masuk dalam kategori Tinggi yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak kreditur. Periode Agustus sampai dengan November terus mengalami penurunan dari 2,44%, 2,43%, 2,37% hingga menurun ke 1,75%. Hal ini dikarenakan banyak nasabah yang menepati jannjinya untuk membayar tepat pada waktunya sehingga diperiode berikutnya NPL terus mengalami penurunan presentase. Pada akhir tahun mengalami kenaikan kembali walaupun kenaikan tersebut tidak bergitu besar tetapi mempengaruhi keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat. Diketahui tingkat risiko pada periode Desember yang ada sebesar 135.108.979 atau dalam presentase sebesar 2,04%. Presentase kredit di antara 2%-5% yang masuk dalam kategori Sedang. Ada kenaikan presentase NPL keseluruhan pada akhir periode dibandingkan periode sebelumnya yang sudah sangat baik. Periode sebelumnya hanya 1,75% di periode Desember menjadi 2,04%. Rata - rata CRR selama periode tahun 2012 adalah 3,29%, maka tingkat risiko kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Sarua Cabang Ciputat selama periode tahun 2012 berada pada kategori sedang Menurut Taswan dalam paket kebijaksanaan 28 Februari 1991 Klasiflkasi Kolektibilitas sebagai Tool of management perkreditan bank oleh Bank Indonesia (2006): 1.
Rendah apabila tidak ada penyimpangan atau pelanggaran terhadap perkreditan yang sehat atau terjadi penyimpangan tetapi persentase jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia tidak lebih dari 2%
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
2.
Sedang apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia antara 2% hingga 5%
3.
Tinggi apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia antara 5% hingga 10%
4.
Sangat tinggi apabila % jumlah debitur yang melanggar terhadap jumlah debitur yang diperiksa Bank Indonesia lebih dari 10% Tabel 4.4
Pangsa Pasar BRI Unit Sarua Ciputat, jumlah debitur dan debitur NPL per Desember 2012
No
Jenis
Luas
Perdagangan
Pasar
Kredit yang
Non Performing
%
Diberikan
Loan (NPL)
Debitur
Org
Rp.Jutaan
Org
Rp.jutaan
%
1
Hasil Bumi
500
126
2.514
16
43
40%
2
Kelontongan
248
105
2.098
11
32
27.5%
3
Tekstil
170
22
442
5
25
12.5
4
Jasa Produksi
2
-
-
-
-
-
56
29
581
2
10
54
10
196
1
5
19
13
274
1
5
2
-
-
5 6 7
Jasa Konsumsi Logam Mulia Barang Teknik
8
Restauran
9
Warung
115
36
506
Jumlah
1.166
341
6.611
5% 2.5% 2.5%
-
-
4
15
10%
40
135
100%
Sumber : PD Pasar Jaya Sarua dan Data Nomintaif BRI Unit Sarua 2012
Dari data nominatif BRI Unit Sarua Ciputat terdapat sebanyak 40 orang debitur yang tergolong NPL dan outstanding kredit Rp. 135 juta, dimana diantaranya adalah pemberian kredit kepada pedagang hasil bumi, kelontongan, tekstil, jasa konsumsi, logam mulia, barang teknik, dan warung. Dalam pemberian kredit, seorang analis kredit harus bisa menguasai pendekatan 5 C’s yaitu Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral. Hasil penelitian dengan menggunakan kuisioner dan kunjungan langsung kepada 40 orang debitur NPL didapat keterangan dan informasi mengenai sebab-sebab terjadinya NPL
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
atau tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga didasarkan analisa 5 C’s (Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral). 4.2. Sebab – sebab NPL atau tunggakan pembayaran kredit didasarkan analisa 5 C’s (Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral). 1.
Character atau Kemauan Analisa Karakter menjadi hal paling utama untuk mengidentifikasi resiko kegagalan
pengembalian kredit, berdasarkan data Laporan Perkembangan Unit (LPU) BRI Unit Sarua selama periode tahun 2012 rata-rata jumlah nasabah NPL perbulan sebanyak 40 orang debitur. Hasil survey dan kunjungan langsung kepada 40 debitur diantaranya 25 orang debitur disebabkan oleh faktor Character. Sektor usaha nya adalah 10 penjual hasil bumi, 10 penjual kelontongan, 3 warung, 1 penjual logam mulia dan 1 pedagang layangan. Alasan dimasukan kedalam kategori karakter adalah karena : a) Keterangan yang dihimpun dari para tetangga debitur, saudara debitur dan Ketua RT menyebutkan bahwa usaha debitur berjalan lancar, namun debitur dikenal pelit dan kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. b) Debitur kurang kooperatif dan tidak adanya kemauan mengembalikan kredit (kebanyakan untuk kredit tanpa jaminan) c) Penyalahgunaan kredit yang seharusnya untuk penambahan modal usaha namun digunakan untuk kebutuhan konsumtif atau diluar kebutuhan modal usaha. Misal : biaya nikah, membeli motor, biaya sekolah anak, biaya calon kepala desa,biaya istri melahirkan dll. d) Setelah mendapat fasilitas Kredit BRI Unit Sarua debitur banyak meminjam ke pihak lain tanpa memperhitungkan kemampuan dalam pengembalian sehingga terjebak atau terlilit hutang, misalnya pinjaman kartu kredit, pinjaman koperasi, pinjaman ke rentenir, dll. 2.
Capacity atau Kemampuan Penilaian Capacity didasarkan kepada kemampuan debitur dalam mengelola dan
mengembangkan usahanya. Hasil survey kepada 40 debitur NPL sebanyak 2 orang debitur baru memulai/membuka usaha. Sehingga mereka belum mempunyai pengalaman dan kemampuan. Kedua debitur tersebut adalah pengusaha warung makan dan bengkel motor. 3.
Capital atau Modal Kemampuan dalam memanfaatkan modal atau asset supaya bisa menambah laba.
Terdapat 1 (satu) orang debitur NPL yang termasuk dalam kategori disebabkan faktor modal
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
yaitu pengusaha rental mobil. Debitur mempunyai 4 unit mobil rental (2 unit jenis Avanza dan 2 unit jenis Inova). Saat ini mobil Ybs tersisa 2 unit, hal ini dikarenakan Debitur tertipu oleh salah seorang penyewa yang membawa kabur mobil nya dan mobil satunya mengalami kecelakaan. Asset profuktif debitur berkurang dan pendapatannya menurun, sehingga tidak mampu memenuhi pembayaran cicilan kepada BRI. 4.
Condition atau Pengaruh dari Luar Kemampuan dalam merespon persaingan dengan usaha sejenis serta kebijakan-
kebijakan pemerintah. Contoh : a.
Pemberian kredit kepada pengusaha warnet di sekitar pasar sarua, perkembangan usaha warnet menurun karena masyarakat sudah bisa mengakses internet dari handphone yang banyak dijual murah, sehingga omzet jasa internet menurun.
b.
Pengusaha tekstil lokal kalah bersaing dengan tekstil impor yang harganya cenderung lebih murah.
5.
Collateral atau agunan Agunan adalah Second Way Out sebagai pengganti pengembalian pinjaman apabila
aspek character, capacity, capital dan condition sudah tidak bisa diandalkan. Hasil penelitian di BRI Unit Sarua Ciputat, terdapat beberapa penyebab terjadinya NPL karena agunan: a.
Agunan tidak marketable, susah untuk dijual (dilelang)
b.
Nilai agunan sangat rendah dibandingkaan kredit yang diberikan (BPKB, Status kepemilikan tanah masih Akta Jual Beli dan girik, jaminan berupa Bukti PBB)
c.
Perjanjian kredit dibawah tangan atau bukan notariil sehingga pengikatan jaminan tidak kuat secara hukum. Terdapat 8 debitur NPL di BRI Unit Sarua yang termasuk dalam katregori ini
yaitu : 5 pedagang hasil bumi, 1 pedagang kelontongan, 1 pedagang barang teknik dan 1 pengusaha warung. V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
pembahasan
dalam
penelitian
ini,
maka
penulis
dapat
menyimpulkan bahwa Tingkat Risiko Kredit pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Sarua Cabang Ciputat selama satu tahun pada tahun 2012 masih dalam kategori risiko sedang.
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
5.2.
Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut: 1.
Pengawasan Kolektibilitas dilakukan dengan melihat prilaku atau karakter dari seorang debitur. Apabila seorang debitur pernah atau bahkan sering telat membayar kewajibannya, maka tidak ada salahnya bagi seorang Account Officer Mikro untuk mengingatkan debitur. Bukan Setelah nasabah melebihi jatuh tempo baru diberitahu, tetapi pada satu hari sebelum jatuh tempo atau maksimal pada saat jatuh tempo, debitur diberitahu untuk segera membayar kewajibannya.
2.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil karya penelitian yang dapat bermanfaat sebagai sumber informasi. Untuk para peneliti selanjutnya yang berkenan melakukan penelitian mengenai Risiko Kredit Mikro diharapkan kedepannya tidak hanya mengambil satu unit saja untuk diukur tingkat risiko kreditnya, melainkan satu kantor cabang dengan beberapa unit, supaya dapat diperbandingkan mana unit yang memiliki tingkat risiko kredit yang paling besar diantara unit-unit yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Buku Anonim, 2004. Undang - Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta : Sinar Grafika. Arifin, E. Zaenal. 1998. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo. Bank Rakyat Indonesia. 2012. Pedoman Analisa Kredit Mikro Divisi Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: BRI Kantor Pusat. Bank Rakyat Indonesia. 2005. Buku Pedoman BRI Unit. Jakarta: BRI Kantor Pusat. Dendawijaya, Lukman. Indonesia
2005. Manajemen Perbankan ;
edisi kedua. Jakarta: Ghalia
Djohan Warman, 2000. Kredit Bank. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya. Ferry N. Idroes dan Sugiarto, 2006. Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta : Graha Ilmu. Firdaus, H.Rachmat dan Maya Aryanti. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Alfabeta Hasibuan, Melayu SP. 2007. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Hexana Tri Sasongko et al. 2012. Kepemimpinan yang berkelanjutan: Kisah di Balik Kesuksesan Bank BRI. Jakarta : PT Dharma Karsa Utama.
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
Ibrahim, Yohanes. 2004. Mengupas Tuntas Kredit Komersil dan Konsumtif dalam perjanjian kredit Bank (perspektif hukum dan ekonomi). Bandung: Mandar Maju Julius R, Latumerissa. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Bank Umum. Jakarta : Bumi Aksara. Kasmir, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. ______. 2003. Dasar- Dasar Perbankan. Jakarta : Rajawali Pres. ______. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ______. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad dan Suharjono. 2002. Manajemen Perbankan Edisi 1. Yogyakarta : Penerbit BPFE Lains, A. 2006. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Jilid II. Jakarta :Penerbit LP3ES. Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara. Muljono, Teguh Pujo. 2001. Manajemen Perkreditan (Bagi Bank Komersil). Yokyakarta : BPFE. Rahardja, Prathma. 1997. Uang dan Perbankan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Retnadi, Djoko. 2006. Memilih Bank Yang Sehat. Jakarta: PT Gramedia. Ross, Stephen et al. 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Penerbit Intermedia. Jakarta : Bank Indonesia. Suharno. 2003. Analisis Kredit, Jakarta : Djambatan Sutanto Hadinoto, Joko Retnadi. 2005. Kredit Mikro,Kunci Sukses kredit Mikro. Jakarta: PT Gramedia. Suyatno, Thomas dkk. 2003. Dasar – Dasar Perkreditan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,Edisi keempat cetakan kesepuluh. Tampubolon, Robert. 2004. Manajemen Risiko (Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersil). Yokyakarta : Elex Media Komputindo. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan (Konsep, Teknik dan Aplikasi). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Triandaru, Sigit dan Totok Budi Santoso.2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat. Internet : Ariagusti.files.wordpress.com/2011/04/bi-01-uji-hipotesis.ppt (diakses tanggal 08 Juli 2013)
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013
Mauraga, Amri. 2011. Penilaian Profil Risiko Kredit. Jakarta : Bank Indonesia. (BankirNews) UU, Permen dan Kepres Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. _______________. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. _______________. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. _______________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004 tentang Perbankan. Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian Laporan MIR 003 - Laporan Perkembangan Unit Tahun 2012 PT Bank Rakyat Indonesia Unit Sarua. Rachmad, Revol. 2007. Analisis Penyaluran Kredit Mikro Pada BRI Unit Abdul Rachman Saleh Kanca BRI Semarang Pattimura. (PhD Thesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Rosdiana. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia. (PhD Thesis). Medan: Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Jurnal Achmad Felna, Taufan dan Wahyu Ario Pratomo. 2013. Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Medan Johar. Jurnal Ekonomi dan Keuangan,Vol.1, No.2. Akande, Olusola O. 2012. Performance Analysis Of Micro-Finance Banks on Women Entrepreneurs In Oyo State. Journal in Organizational Psychology & Educational Studies 1 (3) 168-173. Babajide, Abiola. 2011. Entrepreneurs Health and Productivity in Nigeria: Analysis of Microfinance Bank Contribution. Journal of Management and Business Research, Volume 11 Issue 12. Karauwan, Febri. 2012. Analisis Kebijakan Kredit Usaha Pada Bank BRI Kantor Cabang Pembantu Mega Mas Manado. Journal “Acta Diurna” Ed.I/Vol.001/12. Moti, Haron O et al. 2012. Effectiveness of Credit Management System on Loan Performance: Empirical Evidence from Micro Finance Sector in Kenya. International Journal of Business, Humanities and Technology, Vol 2 No.6.
Analisis Tingkat..., Jeki Setiawati, FISIP UI, 2013