eJournal Administrasi Bisnis, 2015, 3 (4) : 782-794 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2015
ANALISIS TINGKAT RESIKO KREDIT PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) UNIT RAWA INDAH BONTANG Desiana Eriviasari1 Abstrak Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Ratio Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Non Performing Loan untuk menghitung besarnya NPL sedangkan Loan to deposit Ratio (LDR) untuk mengukur tingkat Likuiditas. Dari perhitungan tersebut maka menghasilkan hasil penelitian, Non Performing Loan (NPL) tahun 2012 sebesar 1,09%, tahun 2013 sebesar 0,77%, dan tahun 2014 sebesar 0,55% dari hasil teraebut menandakan tingkat resikonya <2% maka menurut Bank Indonesia No.3/25/PBI/2001 penilaian kualitas Non Performing Loan masuk dikategori tingkat sehat, sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) tahum 2012 sebesar 24,90%, tahun 2013 sebesar 26,43% dan tahun 2014 sebesar 27,92% dari hasil tersebut menandakan tingkat resiko <110% dan dikatakan sehat. Kata Kunci : Analisis Kredit, Tingkat Resiko Pendahuluan Menurut Kasmir (2000: 43) kredit berperan penting dalam pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang semuanya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak. Kredit dapat pula memajukan arus tukar menukar barang-barang atau jasa-jasa, mengaktifkan alat pembayaran dan meningkatkan manfaat potensi-potensi ekonomi yang ada. Menciptakan alat pembayaran yang baru yaitu kredit rekening koran giro serta sebagai alat pengendalian harga dalam perluasaan jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan jalan mempermudah dan mempermurah pembelian kredit perbankan pada masyarakat. Kredit adalah penjualan yang dilakukan bila pembayarannya baru diterima beberapa waktu kemudian. Ditengah persaingan bisnis yang ketat perusahaan dituntut untuk mampu meraih posisi pasar, sehingga perusahaan perlu melakukan strategi penjualan secara kredit, agar jumlah penjualan meningkat. Non Performing Loan (NPL) merupakan resiko yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL 1
Mahasiswa, S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Email:
[email protected]
Analisis Tingkat Resiko Kredit Pada PT BRI Unit Rawa Indah Bontang (Desiana ES)
mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL, perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis, padahal besarnya modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit. Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu bank tertua di Indonesia dan paling banyak berperan dalam lalu lintas keuangan bank di masyarakat perkotaan sampai ke desa-desa kecil, melayani pinjaman atau kredit, tabungan, deposit berjangka, dan lain sebagainya. Untuk melayani kredit dalam skala mikro BRI memiliki sejumlah unit kerja. Bank Rakyat Indonesia memiliki 7 unit kerja salah satunya yaitu PT Bank Rakyat Indonesia unit rawa indah di Jl. Ir.H juanda Bontang dan berusaha agar jangan sampai nantinya muncul Non Performing Loan (NPL) yang baru dan tetap mengupayakan kestabilan kesehatan bank melalui tingkat likuiditasnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian di salah satu unit kerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah di Bontang dengan judul “Analisis Tingkat Resiko Kredit Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang.” Kerangka Dasar Teori Pengertian Kredit Menurut Raymond P. Kent (dalam Thomas Suyatno,1999) didefinisikan sebagai berikut “Credit may be defined as the right to receive payment or the obligation to make payment on demand or at some future time on account of an immediate transfer of goods Maksudnya dari pernyataan tersebut adalah “kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu akan diminta,atau pada waktu yang akan dating karena penyerahan barang-barang sekarang” Tujuan kredit Secara umum tujuan kredit meliputi hal-hal sebagai berikut : a) Memenuhi kebutuhan nasabah dalam penyediaan uang tunai saat ini. b) Mempertahankan standar perkreditan yang layak dan memperhitungkan risiko usaha dari ekspansi kredit tersebut. c) Mengevaluasi berbagai kesempatan usaha yang baru d) Mendatangkan keuntungan bagi bank dan pada saat yang menyediakan likuiditas yang memadai. Unsur-unsur kredit Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Kasmir (2008 : 98) adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan 2. Yaitu suatu keyakinan pemberian suatu kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang atau jasa yang akan benar - benar diterima kembali dimasa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank kepada calon debitur karena sebelum dana tersebut dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan 783
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: 782-794
penyelidikan bagaimana situasi dan kondisi calon debitur sehingga dapat dinilai apakah calon debitur tersebut dipastikan memiliki kemauan dan kemampuan membayar kredit yang disalurkan, sehingga pada saat dana telah dikucurkan tidak terjadi masalah yang berpengaruh baik bagi bank maupun debitur 2. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga unsur kesepakatan, ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajibannya, kesepakatan kredit ini dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu bank dan nasabah disaksikan oleh notaris. 3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu. 4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin bersar risikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya. 5. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi, dan komisi serta biaya administrasi, kredit ini merupakan keuntungan utama suatu bank. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dalam bentuk bagi hasil. Pengertian kredit bemasalah/Non Performing Loan Setiap bank tentu akan menjumpai kredit yang membawa resiko lebih besar daripada saat memberikan permohonan kredit dalam portofolio perkreditannya. Sesekali bank juga menjumpai kredit atau pinjaman yang mungkin membawa resiko yang lebih besar daripada lazimnya masih bersedia dihadapi. Hal itu mungkin terjadi akibat kelemahan dalam mempertimbangkan kredit yang bersangkutan disebabkan oleh keadaan perkonomian yang memburuk. Disebabkan pula karena salah mengelola (mismanagemment) dalam perussahaan atau pemberian gambaran yang salah (misrepresentation) oleh nasabah, atau akibat dari sesuatu hal yang tidak dapat dicegah manusia, misalnya nasabah (debitur) yang bersangkutan meningal dunia. Kredit-kredit demikian itu biasanya disebut Non Perfotming Loan/NPL (Kredit yang membawa permasalahan). Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2000:31) mendefinisikan Non Performing Loan (NPL) ini yakni sebagai berikut : “Kredit Non Performing Loan pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit Non Performing Loan terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan 784
Analisis Tingkat Resiko Kredit Pada PT BRI Unit Rawa Indah Bontang (Desiana ES)
macet.” Selanjutnya menurut Lapilowa, (2009:90) definisi Non Performing Loan (NPL) adalah “Non Performing Loan adalah kredit yang masuk kedalam kategori kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia.” Non Performing Loan (NPL) sangat mempengaruhi tingkat kesehatan bank, karena menunjukkan kualitas aktiva produktif rendah. Artinya semakin besar tingkat Non Performing Loan (NPL) semakin rendah kualitas aktiva produksi semakin bank dikatakan tidak sehat. Penyebab Kredit Bermasalah Beberapa penyebab kredit bermasalah antara lain penyebab kredit bermasalah yang berasal dari intern bank dan ekstern bank. 1. Faktor Intern Bank Beberapa faktor penyebab kredit bermasalah yang berasal dari intern bank antara lain : a) Analisis yang dilakukan oleh pejabat bank kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit. b) Adanya kolusi antar pejabat bank yang menangani kredit dan nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan. c) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan. d) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris, Direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan kredit. e) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit. 2. Faktor Ekstern Bank Beberapa faktor ekstern yang dapat menyebabkan kredit bermasalah antara lain: a) Debitur dengan sengaja tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memahami kewajibannya, b) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja. c) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan (side streaming). Misalnya dalam pengajuan kredit, disebutkan kredit investasi, ternyata dalam praktiknya setelah dana kredit dicairkan, digunakan untuk modal kerja. d) Adanya unsur ketidak sengajaan, misalnya bencana alam, ketidakstabilan perekonomian negara sehingga inflasi tinggi. Definisi Konsepsional Penilaian kualitas kredit merupakan indikasi yang dipakai perbankan untuk mengetahui kesehatan bank melalui tingkat kelancaran kredit yang telah diberikan bank kepada debitur. Menurut Bank Indonesia No.3/25/PBI/2001,. Penilaian kualitas Non Performing Loan (NPL) adalah sebagai berikut : a) Sehat: apabila tidak ada penyimpangan atau pelanggaran terhadap perkreditan yang sehat atau terjadi pennyimpangan tetapi prosentase tidak melebihi dari 2%. b) Cukup sehat: apabila prosentase jumlah penyimpangan atau pelanggaran yang diperiksa Bank Indonesia anatar 2% hingga 5%. 785
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: 782-794
c) Kurang sehat: apabila prosentase jumlah penyimpangan atau pelanggaran yang diperiksa Bank Indonesia antara 5% hingga 10%. d) Tidak sehat: apabila prosentase jumlah penyimpangan atau pelanggaran yang diperiksa oleh Bank Indonesia lebih dari 10%. Metode Penelitian Teknis Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loan. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah cara mengukur tingkat likuiditas, sedangkan Non Performing Loan digunakan untuk menghitung besarnya NPL. Rumus Non Performing Loan (NPL) :
Non Performing Loan Kupedes Non Performing Loan (NPL) =
x 100% Jumlah Pinjaman Kupedes
Sumber: Peraturan Bank Indonesia, 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Menurut Bank Indonesia No.3/25/PBI/2001, penilaian tingkat kinerja rasio prosentase Non Performing Loan (NPL) adalah sebagai berikut : Tabel Penilaian tingkat kinerja prosentase Non Performing Loan Nilai Kredit Predikat < 2% Sehat 2% - 5% Cukup Sehat 5% - 10% Kurang Sehat >10% Tidak Sehat Sumber : Bank Indonesia No.3/25/PBI/2001 Rumus Loan to Deposit Ratio :
Jumlah Pinjaman Loan to deposit ratio (LDR) =
x 100%
Jumlah Simpanan Sumber: Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya : 2002 Hasil Penelitian Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Melalui analisis data yang telah dilakukan sebelumnya diketahui hasil perhitungan dari masing-masing Ratio Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah digunakan.Dari beberapa rasio tersebut tampak hasil yang berbeda dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya berikut akan ditampilkan pada tabel berikut ini.
786
Analisis Tingkat Resiko Kredit Pada PT BRI Unit Rawa Indah Bontang (Desiana ES)
Hasil Perhitungan Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Unit Rawa Indah Bontang Periode tahun 2012, 2013, dan 2014 Dibandingkan dengan tabel Penilaian tingkat kinerja prosentase Non Performing Loan Keterangan
2012
2013
2014
Ratio Non Performing Loan (NPL) 1,09% 0,77% 0,55% Loan to Deposit Raio (LDR) 24,90% 26,43% 27,92% Sumber : Hasil data Olahan Tabel Penilaian tingkat kinerja prosentase Non Performing Loan Nilai Kredit Predikat < 2% Sehat 2% - 5% Cukup Sehat 5% - 10% Kurang Sehat >10% Tidak Sehat Sumber : Bank Indonesia No.3/25/PBI/2001 Pembahasan A. Pembahasan Non Performing Loan (NPL) 1. Tahun 2012 Tingkat Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2012 ini menunjukkan hasil sebesar 1,09%. Berarti Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2012 masih berada pada tingkat sehat karena terjadinya penyimpangan atau pelanggaran terhadap kredit prosentasenya tidak melebihi dari 2%. Dilihat dari sektor ekonomi terdapat empat sektor yang berperan utama dalam peningkatan Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2012 yaitu sektor Kupedes eksploitasi perdagangan, sektor Kupedes investasi pertanian, sektor Kupedes investasi perdagangan dan sektor Kupedes investasi jasa-jasa sosial atau masyarakat. Dari total nominal kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sebesar Rp 177.550.520.00 bisa dilihat pada tabel 2 Total Rekapitulasi outstanding kupedes tahun 2012 sebagian besar merupakan kredit pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan, dimana Rp 9.367.668.00 (kurang lancar) + Rp 109.450.366 (Diragukan) + Rp 45.903.252 (Macet) = Rp 164.991.286.00, diikuti oleh sektor Kupedes investasi pertanian sebesar Rp 2.296.534.00 (kurang lancar), sektor Kupedes investasi perdagangan sebesar Rp 1.998.400.00 (kredit macet) dan sektor Kupedes investasi jasa-jasa social atau masyarakat, dimana Rp 5.350.900.00 (Diragukan) + Rp 2.913.400.00 (Macet) = Rp 8.264.300.00. Penyebab tingginya kredit bermasalah pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan dan Kupedes investasi jasa-jasa social dan masyarakat dikarenakan para debitur mengalami keterlambatan dalam angsuran pembayaran pokok dan atau bunga, menurunnya usaha debitur yang mengakibatkan turunnya kemampuan debitur dalam membayar angsuran, pengelolaan usaha debitur yang tidak berjalan dengan baik dan penggunaan kredit tidak sesuai dengan tujuan semula. Pemberian kredit terbesar pada tahun 2012 di dominasi oleh Kupedes eksploitasi perdagangan sebesar Rp 5.111.939.063.00 dan Kupedes investasi golbertap konsumtif sebesar 787
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: 782-794
Rp 9.248.394.521.00 (pada tabel 2 kolom kredit lancar). Penyebab tingginya pemberian kredit pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan dikarenakan besarnya permintaan debitur dalam melakukan kegiatan penjualan bahan-bahan atau barang-barang seperti distribusi, perdagangan eceran dan untuk sektor Kupedes investasi golbertap konsumtif dimana kredit diberikan kepada debitur yang berpenghasilan tetap seperti Pegawai Negri Sipil (PNS), polisi dan pensiunan yang mempunyai tujuan konsumtif untuk kebutuhan pribadi seperti membeli tanah, membeli kendaraan, membeli rumah. Berdasarkan tingkat resiko, Kredit dalam Pengawasan Khusus (KDPK) dibedakan kedalam Kupedes dengan kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK) dan Kupedes Bermasalah (kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet) untuk menghadapi Kupedes Dalam Perhatian Khusus (DPK) cara yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang melalui pengawasan yang lebih intensif dan juga melakukan Restrukturisasi Kepedes tujuannya untuk membantu memulihkan usaha debitur yang mengalami musibah dan penyesuaian kemampuan dalam pembayaran angsurannya. Rencana tindak lanjut untuk penyelesaian Kupedes bermasalah melalui penyelesaian Kupedes bermasalah secara damai berupa tindakan-tindakan yang dijalankan agar dalam jangka waktu tertentu Kupedes bermasalah tersebut dapat diselesaikan seluruhnya dan dapat juga dilakukan penyelesaian Kupedes bermasalah melalui saluran hukum. 2. Tahun 2013 Non Performing Loan (NPL) tahun 2013 menunjukkan hasil sebesar 0,77%. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada tahun ini mengindikasikan adanya penurunan kuantitas Ratio Non Performing Loan (NPL) sebesar 0,32% (1,09% tahun 2012 menjadi 0,77%). Penurunan Non Performing Loan (NPL) secara kuantitas berarti peningkatan secara kualitas disebabkan jumlah Non Performing Loan (NPL) menurun dari Rp 177.550.520.00 (tahun 2012) menjadi Rp 141.869.967.00 (tahun 2013).Keadaan ini berimbang dengan peningkatan terhadap jumlah kredit/pinjaman dari Rp 16.362.078.429.00 (tahun 2012) menjadi Rp 18.432.005.051.00 (tahun 2013). Dalam hal ini berarti Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2013 masih berada pada tingkat sehat karena terjadinya penyimpangan atau pelanggaran terhadap kredit prosentasenya tidak melebihi dari 2%. Dilihat dari sektor ekonomi pada tahun 2013 terdapat tiga sektor yang berperan utama dalam penurunan Non Performing Loan (NPL) yaitu sektor Kupedes eksploitasi perdagangan, sektor Kupedes investasi perindustrian dan sektor Kupedes investasi perdagangan. Dari total nominal kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar Rp 141.869.967.00 sebagian besar merupakan kredit dari sektor Kupedes eksploitasi perdagangan yaitu Rp 4.632.350.00 (kurang lancar) + Rp 31.050.585.00 (diragukan) + Rp 50.065.283.00 (macet) = Rp 85.748.218.00, dikuti oleh sektor Kupedes investasi perindustrian sebesar Rp 24.283.300.00 (diragukan) dan sektor Kupedes investasi perdagangan yaitu Rp 3.834.550.00 (kurang lancar) + Rp 17.065.715.00 (diragukan) + Rp 10.938.184.00 (macet) = Rp 31.838.449.00. Penyebab besarnya kredit bermasalah pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan, sektor Kupedes investasi perindustrian dan sektor Kupedes investasi perdagangan dikarenakan para debitur 788
Analisis Tingkat Resiko Kredit Pada PT BRI Unit Rawa Indah Bontang (Desiana ES)
yang mengalami omset penjualan yang cenderung menurun, penyimpangan dari tujuan semula atau ketidak jujuran debitur dalam menggunakan fasilitas Kupedes yang telah diterima, kecenderungan untuk berganti usaha, sementara debitur tersebut belum mempunyai pengalaman yang cukup untuk usaha baru yang akan digeluti dan pengelolaan usaha debitur yang tidak berjalan dengan baik. Pemberian kredit terbesar pada tahun 2013 masih tetap di dominasi oleh sektor Kupedes eksploitasi perdagangan sebesar Rp 5.975.591.735.00 dan Kupedes investasi golbertap konsumtif sebesar Rp 9.375.961.105.00. Penyebabnya besarnya pemberian kredit pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan dikarenakan besarnya permintaan debitur dalam melakukan kegiatan penjualan bahan-bahan atau barang-barang seperti distribusi, perdagangan besar, perdagangan eceran dan untuk sektor Kupedes investasi golbertap konsumtif dimana kredit diberikan kepada debitur yang berpenghasilan tetap seperti Pegawai Negri Sipil (PNS), polisi, pekerja tetap dari perusahaan swasta dan pensiunan yang mempunyai tujuan konsumtif untuk kebutuhan pribadi seperti membeli tanah, membeli kendaraan, membeli rumah dan kepentingan pribadi lainnya. Di dalam menyelesaikan kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK) melalui pengawasan yang lebih intensif dan juga melakukan Restrukturasi Kupedes tujuannya untuk membantu memulihkan usaha debitur yang mengalami musibah dan penyesuaian kemampuan dalam pembayaran angsurannya, untuk menyelesaikan kredit bermasalah diantaranya melalui upaya damai, dengan bantuan saluran hukum dan melalui restrukturisasi kredit. Beberapa tahapan untuk melakukan penyelesaian kredit bermasalah yang ditimbulkan oleh debitur, yakni pihak bank mengupayakan untuk menghubungi debitur agar segera menyelesaikan pinjaman kredit tersebut.Jika tidak berhasil dihubungi, pihak bank melakukan penjualan asset yang dimiliki debitur baik secara sukarela atau kesepakatan antara pihak bank dan pihak debitur dengan dihadiri oleh pimpinan pusat bank.Jika debitur melarikan diri atau kabur, maka dilakukan eksekusi agunan melalui Balai Lelang. Dari hasil lelang digunakan untuk menutupi kredit bermasalah tersebut dan apabila masih ada sisa, maka akan dikembalikan kepada debitur setelah dikeluarkan untuk seluruh kewajiban hutang dan bunga lelang serta eksekusi baik melalui pihak Kantor Lelang Negara atau Pengadilan Negeri. 3. Tahun 2014 Pada tahun 2014 terjadi kembali penurunan, Ratio Non Performing Loan (NPL) yang secara kuantitas menurun sebesar 0,22% yaitu dari Ratio Non Performing Loan (NPL) sebesar 0,77% (tahun 2013) menjadi 0,55% (tahun 2014). Penurunan Non Performing Loan (NPL) secara kuantitas berarti peningkatan secara kualitas disebabkan adanya penurunan jumlah kredit yang menunggak/Non Performing Loan (NPL) dari Rp 141.869.967.00 (tahun 2013) menurun hingga Rp 138.784.600.00 (tahun 2014) dan peningkatan jumlah pinjaman yaitu Rp 18.432.005.051.00 (tahun 2013) menjadi Rp 25.374.486.499.00 (tahun 2014). Keadaan demikian menunjukkan berhasilnya upaya pihak manajemen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang dalam menurunkan tingkat Non Performing Loan (NPL).Pada tahun 2014 ini berarti Non Performing Loan (NPL) masih berada pada tingkat sehat karena terjadinya penyimpangan atau 789
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: 782-794
pelanggaran terhadap kredit prosentasenya tidak melebihi 2%. Dilihat dari sektor ekonomi pada tahun 2014 terdapat tiga sektor yang berperan utama dalam peningkatan Non Performing Loan (NPL) yaitu sektor Kupedes eksploitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR), sektor Kupedes eksploitasi perdagangan dan sektor kupedes investasi Golbertap konsumtif. Dari total nominal kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sebesar Rp 138.784.600.00 sebagian besar merupakan kredit pada sektor Kupedes eksploitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu Rp 20.979.100.00 (kurang lancar) + Rp 4.116.700.00 (Diragukan) = Rp 25.145.800.00, diikuti oleh sektor Kupedes eksploitasi Perdagangan yaitu Rp 40.024.367.00 (kurang lancar) + Rp 67.825.900.00 (diragukan) + Rp 5.381.533.00 (macet) = Rp 113.231.800.00 dan sektor Kupedes investasi Golbertap sebesar Rp 407.000 (diragukan). Penyebab besarnya kredit bermasalah pada tahun ini dikarenakan sektor Kupedes eksploitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR), sektor Kupedes eksploitasi perdagangan dan sektor Kupedes investasi golbertap konsumtif dipengaruhi oleh para debitur yang mengalami omset penjualan yang cenderung menurun, penyimpangan dari tujuan semula atau ketidak jujuran debitur dalam menggunakan fasilitas Kupedes yang telah diterima, kecenderungan untuk berganti usaha, sementara debitur tersebut belum mempunyai pengalaman yang cukup untuk usaha baru yang akan digeluti dan pengelolaan usaha debitur yang tidak berjalan dengan baik. Faktor Kupedes bermasalah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor sisi debitur antara lain (itikad tidak baik dari debitur, menurunnya usaha debitur yang akan mengakibatkan turunnya kemampuan debitur untuk membayar angsuran, pengelolaan usaha debitur tidak berjalan baik), sisi intern BRI Unit antara lain (itikad tidak baik dari petugas BRI, kekurang mampuan petugas BRI dalam pengelolaan pemberian Kupedes, kelemahan dan kurang efektifnya petugas BRI Unit dalam membina debitur), sisi ekstern BRI Unit (keadaan force majeur, akibat perubahan-perubahan eksternal lingkungannya, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Pemberian kredit terbesar pada tahun 2014 mengalami peningkatan kredit dan di dominasi oleh sektor Kupedes eksploitasi perdagangan sebesar Rp 12.268.137.338.00 (lancar), sektor Kupedes eksplotasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 5.207.604.718.00 dan sektor Kupedes Investasi golbertap konsumtif sebesar Rp 5.602.773.774.00. Penyebab tingginya pemberian kredit pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan dikarenakan besarnya permintaan debitur dalam melakukan kegiatan penjualan bahan-bahan atau barang-barang seperti distribusi, perdagangan besar, perdagangan eceran dan untuk sektor Kupedes eksploitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dikarenakan besarnya permintaan debitur akan Kredit Usaha Rakyat mikro, menengah dan koperasi seperti pertanian, industry kerupuk, peternakan dan juga hingga tahun ini jumlah KUR yang disalurkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang khususnya di Kupedes eksploitasi tergolong tinggi sebesar Rp 5.563.827.593.00 (jumlah kupedes eksploitasi KUR) tingginya penyalurannya KUR disebabkan luasnya jaringan yang memadai untuk menyalurkan kredit usaha rakyat hingga bias dijangkau oleh masyarakat pedalaman. Penyebab lain tingginya pemberian kredit untuk sektor investasi golbertap konsumtif dimana kredit diberikan kepada debitur yang 790
Analisis Tingkat Resiko Kredit Pada PT BRI Unit Rawa Indah Bontang (Desiana ES)
berpenghasilan tetap seperti Pegawai Negri Sipil (PNS), polisi, pekerja tetap dari perusahaan swasta dan pensiunan yang mempunyai tujuan konsumtif untuk kebutuhan pribadi seperti membeli tanah, membeli kendaraan, membeli rumah dan kepentingan pribadi. B. Pembahasan Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan data penelitian dan analisis yang penulis lakukan dengan menghitung Loan to Deposit Ratio (LDR) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang dari tahun 2012, 2013, dan 2014, maka dapat diketahui keadaan tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari segi / pengukuran salah satu rasio keuangan perbankan yakni Loan to Deposit Ratio (LDR). 1. Tahun 2012 Loan to Deposit Ratio (LDR) tahun 2012 menunjukkan hasil sebesar 24,90%. Berarti Loan to Deposit Ratio (LDR) pada tahun 2012 masih berada pada kondisi yang sehat karena batas kewajaran angka Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah dibawah 110%, dimana jumlah kredit yang disalurkan sama dengan jumlah dana masyarakat yang dapat dikumpulkan bank. Hasil Loan to Deposit Ratio (LDR) diperoleh dari perbandingan antara total pinjaman (kredit/loan) dan total simpanan. Jumlah penyaluran kredit atau pinjaman pada tahun 2012 sebesar Rp 16.362.078.429.00 terdiri dari Kupedes eksploitasi sebesar Rp 6.075.508.048.00 dan Kupedes investasi sebesar Rp 10.286.570.381.00 (tabel 5 laporan posisi debitur) Jika ditinjau dari penyaluran kredit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang pada tahun 2012 berhasil menyalurkan kredit di semua sektor khususnya pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan sebesar Rp 5.111.939.063.00 dan sektor Kupedes investasi golbertap produktif sebesar Rp 9.248.394.251.00 (tabel 2 pada kolom kredit lancar). Jika ditinjau dari komposisi jumlah simpanan sebesar Rp 65.692.833.799.00 (tabel 5 laporan posisi debitur) adapun pencapaian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang adalah sebagai berikut :jumlah saldo Britama sebesar Rp 90.184.211.00, jumlah saldo Simpedes sebesar Rp 61.615.249.588.00, dan jumlah saldo Deposit terdiri dari Rp 2.578.698.00 (dep.jk 1bulan) + Rp 1.324.532.100.00 (dep.jk 2bulan) + Rp 84.169.00 (dep.jk 3bulan) = Rp 3.987.400.00. 2. Tahun 2013 Pada tahun ini Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan sebesar 1,53%, yaitu dari Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 24,90% (dari tahun 2012) menjadi 26,43% (tahun 2013). Berarti Loan to Deposit Ratio (LDR) pada tahun 2013 masih berada pada kondisi yang sehat karena batas kewajaran angka Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah dibawah 110%, dimana jumlah kredit yang disalurkan sama dengan jumlah dana masyarakat yang dapat dikumpulkan bank. Pada tahun 2013 pertumbuhan kredit yang disalurkan lebih tinggi sebesar Rp 18.432.005.051.00 dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 16.362.078.429.00.Loan to Deposit Ratio (LDR) diperoleh dari hasil perbandingan antara total pinjaman (kredit/loan) dan total simpanan.Jumlah penyaluran kredit atau pinjaman pada tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 16.362.078.429.000 (tahun 2012) menjadi sebesar Rp 18.432.005.051.00 (tahun 2013). Jika ditinjau dari penyaluran kredit di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah 791
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: 782-794
Bontang tahun 2013 berhasil menyalurkan kredit di semua sektor khususnya pada sektor Kupedes eksploitasi perdagangan sebesar Rp 5.975.591.735.00 dan sektor Kupedes investasi golbertap produktif sebesar Rp 9.375.961.105.00. Jika ditinjau dari komposisi jumlah simpanan pada tahun ini meningkat pada tahun sebelumnya sebesar Rp 65.692.833.799.00 (tahun 2012) menjadi sebesar Rp 69.713.742.000.00 (tahun 2013) adapun pencapaian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang pada tahun 2013 adalah saebagai berikut : jumlah saldo Giro sebesar Rp 105.057.000.00, jumlah saldo Britama sebesar Rp 561.439.000.00, jumlah saldo Simpedes sebesar Rp 63.674.846.500.00, dan jumlah saldo deposit terdiri dari Rp 1.556.904.356.00 (dep.jk 1bulan) + Rp 1.867.604.638.00 (dep.jk 2bulan) + Rp 1.336.547.632.00 (dep.jk 3bulan) + Rp 611.343.374.00 (dep.jk 6bulan) = Rp 5.372.400.000.00. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi likuiditas penyaluran kredit dari bank, dengan resiko kredit macet yang semakin besar juga.Hal ini berarti kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka pendeknya mengalami peningkatan menurut perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR). 3. Tahun 2014 Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk tahun 2014 sebesar 27,92%. Terjadi peningkatan sebesar 1,49% (dari 26,43% tahun 2013 menjadi 27,92% tahun 2014). Berarti Loan to Deposit Ratio (LDR) pada tahun 2014 masih berada pada kondisi yang sehat karena batas kewajaran angka Loan to Deposit Ratio (LDR) dibawah 110%, dimana jumlah kredit yang disalurkan sama dengan jumlah dana masyarakat yang dapat dikumpulkan bank. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan jumlah pinjaman / loan Rp 18.432.005.051.00 (tahun 2013) menjadi Rp 25.374.486.499.00 (tahun 2014) berimbang dengan peningkatan jumlah simpanan (deposit) yaitu dari Rp 69.713.742.000.00 (tahun 2013) menjadi sebesar Rp 90.870.688.516.00 (tahun 2014). Loan to Deposit Ratio (LDR) diperoleh dari hasil perbandingan antara total pinjaman (kredit/loan) dan total simpanan. Jika ditinjau dari penyaluran kredit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang pada tahun 2014 berhasil menyalurkan kredit di semua sektor khususnya pada sektor Kupedes eksploitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 5.563.827.593.00 (tabel 4 tahun 2014 total rekapitulasi outstanding kupedes), sektor Kupedes eksploitasi perdagangan sebesar Rp 13.207.209.505.00 dan sektor Kupedes investasi golbertap produktif sebesar Rp 6.244.523.651.00. Jika ditinjau dari komposisi jumlah simpanan pada tahun ini meningkat pada tahun sebelumnya sebesar Rp 68.805.667.534.00 (tahun 2013) menjadi sebesar Rp 90.870.688.516.00 (tahun 2014) adapun pencapaian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : jumlah saldo Britama sebesar Rp 1.507.222.895.00, jumlah saldo Simpedes sebesar Rp 83.512.065.621.00, dan jumlah saldo Deposit yaitu Rp 2.897.654.367.00 (dep. Jk.01bulan) + Rp 1.654.678.965.00 (dep. Jk.02bulan) + Rp 876.975.469.00 (dep. Jk.03bulan) + Rp 422.091.199.00 (dep. Jk06bulan) = Rp 5.581.400.000.00. Peningkatan jumlah simpanan nasabah ini terutama dikarenakan keberhasilan manajemen dalam menghimpun dana murah dari masyarakat terutama masyarakat pedesaan melalui tabungan Simpedes dengan 792
Analisis Tingkat Resiko Kredit Pada PT BRI Unit Rawa Indah Bontang (Desiana ES)
promosi “pesta rakyat” dan Britama dengan promosi “untung beliung”, yang berarti tahun ini semakin meningkatnya tingkat likuiditas PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang. Penutup Dari hasil perhitungan Non Performing Loan (NPL) pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang pada tahun 2012, 2013, dan 2014 mengalami peningkatan kualitas perusahaan setiap tahunnya. Besarnya penyaluran kredit di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang diikuti juga dengan rendahnya Non Performing Loan (NPL) setiap tahunnya yang dialami oleh Bank. Dilihat dari tahun 2012 Ratio Non Performing Loan (NPL) dari tahun 2013 ke tahun 2014 juga terjadi penurunan kuantitas Ratio Non Performing Loan (NPL) ini dikarenakan adanya perbaikan kualitas kredit pada setiap sektor. Non Performing Loan (NPL) pada tahun 2012, 2013, dan 2014 dapat dikategorikan sehat menurut standar Bank Indonesia. Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) selama tahun 2012, 2013, dan 2014 mengalami peningkatan terus menerus secara kualitas. Dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan 1,53% dari tahun 2013 sedangkan dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan yang terjadi sebesar 1,49%. Dengan diketahuinya hasil analisis terhadap Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR, disarankan agar pihak PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah dapat memepertahankan kondisi ini dan terus melakukan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datng sehingga diharapkan kondisi finansial bank akan lebih meningkat lagi. Diharapkan untuk tahun yang akan datang Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang agar lebih aktif lagi dalam mempromosikan Kupedes dari berbagai sektor. Untuk lebih mengurangi tingkat Non Performing Loan (NPL), maka PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Unit Rawa Indah Bontang lebih selektif lagi dalam memberikan kredit kepada debitur agar resiko tak tertagih dapat dihindarkan. Daftar Pustaka Alimansyah dan Padji, 2006.Kamus Istilah Akuntansi. Yrama Widya, Bandung Bank Indonesia, 2001 No.03/25/PBI/2001 Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan,Ghalia Indonesia, Jakarta. Hery, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah I, Bumi Aksara, Jakarta Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat Patria, Jakarta. Ismail, 2010. Akuntansi Bank, Kencana Predana Media Grub, Jakarta Kasmir, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kasmir, 2004. Managemen Perbankan, PT Raja Grafindo, Jakarta.
793
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: 782-794
---------- 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya : edisi revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lapilowa, N. Dan Kuswandi, Daniel S., 2000. Akuntansi Perbankan. Jilid 1, Edisi 5, Institut Bankir Indonesia, Jakarta. Kountur, Ronny, 2004. Manajemen Risiko Operasional, Elex Media Komputinda, Yogyakarta. Latumerissa, Julius R., 1999, Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum, Bumi Aksara, Jakarta. Mahmoedin, 2000. 100 Penyebab Kredit Macet, Pengertian Kredit Macet dan Risiko Kredit, Penerbit : Sinar Harapan Jakarta. Martono, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ekonosia, Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. Munawir, S., Analisa Laporan Keuangan, Edisi 4, Erlangga, Jakarta. Retnadi, Djoko, 2006. Perilaku Penyaluran Kredit Bank. Jurnal Kajian Ekonomi 2006. Raymond P. Kent (dalam Thomas Suyatno 1999). Dasar-Dasar Perkreditan edisi ke empat, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Republik Indonesia, Undang-Undang Perbankan No. 14 tahun 1967, Jakarta Santoso, 1995. Kredit Usaha Perbankan, Jenis-Jenis Kredit Usaha Perkreditan. Penerbit Andy Yogyakarta. Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan, FE UI, Jakarta Suyatno, Thomas, 1995. Dasar-Dasar Perkreditan, Pengertian dan Unsur-Unsur Kredit edisi ketiga , Penerbit PT Gramedis Pustaka Utama, Jakarta Tampubolon, Robert 2004. Manajemen Risiko (Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersil), Elex Media Komputindo, Yogyakarta. Taswan, SE. M.Si. 2006. Manajemen Perbankan (Konsep, Teknik dan Aplikasi), UPP STIM YKPN, Yogyakarta, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1995, Jakarta
794