Analisis Poster Kampanye Die Grünen pada Pemilihan Parlemen Eropa 2009 Ditinjau dari Aspek Semiotis Citra Kemala, Sonya Puspasari Suganda Germanistic, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini merupakan studi terhadap penggunaan tanda dalam sepuluh poster kampanye Die Grünen pada pemilihan parlemen Eropa 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tanda pada posterposter tersebut ditinjau dari aspek semiotis, semantis, dan pragmatis. Data dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik tekstual Leech, teori jenis makna Blanke dan teori jenis tanda Pierce. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis menunjukan bahwa tidak semua prinsip pragmatik tekstual diwujudkan dalam poster kampanye Die Grünen. Sementara hasil analisis dari aspek semiotis menunjukkan bahwa ikon merupakan jenis tanda yang paling sering digunakan. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan peranan tanda verbal dan nonverbal yang digunakan terhadap prosesibilitas poster. Kata Kunci: Retorik tekstual, semiotik, poster, Die Grünen,pemilihan parlemen Eropa 2009
Analysis of Die Grünen Campaign Posters for European Parliament 2009, observed from Semiotic Abstract This undergraduate thesis is a study about the use of signs in ten of Die Grünen campaign posters for European parliament election 2009. The purpose of this study is to ascertain the use of signs in Die Grünen posters. The data were analyzed by using Leech‟s textual pragmatic theory, Pierce‟s types of signs theory, and Blanke‟s types of meaning. Method that being used in this research is qualitative descriptive. The outcome of this research shows that not all of textual pragmatic principles used in the campaign posters. Observed from semiotics, icon is the most used signs. The outcome also shows which influence do verbal and nonverbal signs have to the text‟s processibility. Keywords: Textual rhetoric, semiotic, posters, Die Grünen, European parliament election 2009
Pendahuluan Komunikasi merupakan kegiatan yang sehari-hari dilakukan dalam masyarakat. Dalam berkomunikasi, terdapat tema tertentu yang ingin disampaikan. Tema tersebut dapat berasal dari berbagai bidang seperti sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Dalam bidang politik, salah satu bentuk komunikasi yang umum dilakukan adalah kampanye.
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
2
Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain agar orang tersebut memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan keinginan pemberi informasi (Cangara: 2009,276). Komunikasi dalam konteks kampanye politik diantaranya dilakukan dengan iklan. Kaid (2004, 166) mengatakan bahwa iklan politik memiliki efek kognitif, afektif dan perilaku. Salah satu media yang digunakan untuk iklan adalah poster. Cangara (378, 2009) menggolongkan poster sebagai media format kecil dengan ciri ukuran yang lebih kecil dibanding media luar ruang dan informasi yang terdapat di dalamnya terfokus. Poster juga harus dirancang sedemikian rupa agar mudah menarik perhatian orang. Selain itu, Crawford (1979) mendeskripsikan poster sebagai gabungan antara ilustrasi dan teks yang dicetak secara masal di atas kertas, ditujukan untuk publik serta didesain untuk mengumumkan sesuatu atau meyakinkan (dalam Witkowski: 2003,70). Kampanye politik biasanya dilakukan pada masa jelang pemilihan. Dalam konteks Eropa, salah satu pemilihan yang dilakukan oleh warga dari negara anggota Uni Eropa adalah pemilihan parlemen Eropa. Sebagai negara anggota Uni Eropa, Jerman ikut serta dalam pemilihan lima tahunan tersebut. Die Grünen merupakan salah satu partai politik yang ikut serta dalam pemilihan parlemen Eropa bersama dengan Partai Hijau Eropa. Die Grünen pada awalnya terbentuk dari gerakan kelompok peduli lingkungan. Dukungan masyarakat terhadap Die Grünen tercermin pada perolehan suara partai tersebut yang menunjukkan adanya tren peningkatan. Die Grünen mengklaim bahwa hasil pemilihan tahun 2009 merupakan yang terbaik sepanjang sejarah partai.1 Partai tersebut juga menempati urutan ke empat dalam perolehan kursi terbesar di parlemen Eropa 2009. Pencapaian partai tersebut tidak terlepas dari usaha yang dilakukan untuk menarik simpati dan meraih suara masyarakat. Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, maka penelitian ini difokuskan pada poster kampanye. Permasalahan yang dibahas dalam artikel ini adalah bagaimana prinsip retorik tekstual diwujudkan dalam kesepuluh poster kampanye Die Grünen pada pemilihan parlemen Eropa 2009. Selain itu, masalah lainnya yang akan dibahas adalah tanda apa saja yang digunakan dalam poster tersebut, serta peranan tanda tersebut dalam menunjang pesan yang ingin disampaikan.
1
Die Grüne, “Ab 2009”, (04/08/2010), http://www.gruene.de/partei/ab-2009.html, diakses pada 3 Maret 2013 pukul 14.25
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
3
Tinjauan Teoritis Teori yang digunakan untuk menganalisis teks berupa poster adalah teori retorik tekstual Leech (1983), teori jenis makna Blanke (1973) dan teori jenis tanda Pierce (dalam Chandler: 2007). Selain itu, tipografi juga digunakan untuk menunjang analisis, khususnya analisis terhadap prosesibilitas poster. 1. Retorik tekstual Retorik tekstual mengkaji bagaimana agar sebuah teks sebagai alat komunikasi dapat mudah dipahami. Leech (1983) merangkum empat prinsip retorik tekstual Slobin dan memberi istilah kepada keempat prinsip tersebut, yaitu: a. Prinsip Prosesibilitas Teks harus disusun sedemikian rupa agar pembaca mudah untuk mendekode pesan dalam waktu yang singkat. Terdapat tiga maksim dalam prinsip ini, yaitu:
Maksim Fokus Akhir: Pesan dibagi menjadi satuan-satuan dan diurutkan sesuai dengan hal yang ingin dijadikan fokus. Contoh: Pada komunikasi lisan, kalimat “Mine is the Steak DIANE” yang diucapkan dengan tekanan pada kata Diane mengindikasikan bahwa “Steak Diane“ adalah inti dari kalimat tersebut
Maksim Bobot Akhir: Maksim bobot akhir mengatur agar paduan yang „ringan‟ mendahului paduan yang „berat‟. Paduan „berat‟ biasanya mengandung informasi baru yang menjadi fokus dalam sebuah teks. Contoh: Pada kalimat “It is on the card that Simon will resign”, paduan „berat‟nya adalah “that Simon will resign”. Paduan tersebut ditempatkan pada bagian akhir kalimat dengan menggunakan ekstraposisi dari kalimat aslinya “That Simon will resign is on the card”
Maksim Lingkup Akhir: memberi tekanan pada bagian kanan kalimat. Contoh: “At least two languages are known by everyone in the room” Menurut Leech (1983), interpretasi terhadap kalimat tersebut disukai, karena bilangan semesta (everyone) ditempatkan dalam lingkup kata bilangan ekstensial (at least).
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
4
b. Prinsip Kejelasan Agar tidak terjadi kekeliruan atau hambatan dalam interpretasi teks, maka prinsip ini menginginkan elemen-elemen dalam sebuah teks jelas hubungan maupun strukturnya. Dalam prinsip kejelasan, terdapat dua maksim, yaitu:
Maksim Kejernihan Struktur dalam teks memegang peranan penting terhadap pemahaman petutur. Contoh: Pada kalimat “The morning came at last when we were due to leave, klausa when we were due to leave” yang terpisah jauh dari the morning membuat hubungan antara keduanya kabur.
Maksim Ketaksaan Jika sebuah teks menimbulkan ambiguitas, maka interpretasi terhadap teks tersebut dapat menjadi keliru atau bahkan terhambat. Contoh: Pada kalimat “If the baby won’t drink cold milk, it should be boiled”, pronomina it menimbulkan ambiguitas terhadap acuannya.
c. Prinsip Ekonomi Salah
satu
faktor
yang
mempermudah
pemahaman
terhadap
teks
adalah
keekonomisannya. Terdapat satu maksim dalam prinsip ini, yaitu:
Maksim Reduksi Maksim tersebut menyatakan bahwa jika memungkinkan, teks harus dipersingkat. Contoh: Kalimat “James enjoys golf more than James enjoy tennis” dapat direduksi menjadi “James enjoys golf more than tennis”.
d. Prinsip Ekspresivitas Prinsip ekspresivitas melibatkan aspek ekspresif dan estetis komunikasi. Prinsip ini digunakan untuk menunjang efektivitas komunikasi. Contoh: Kalimat “John Brown was guilty of the crime, and John Brown would have to pay for it” sebenarnya dapat disingkat melalui pronominalisasi, sehingga pengulangan nama John Brown dapat dihindari. Namun untuk menekankan pelaku (John Brown), hal tersebut tidak dilakukan. 2. Jenis Makna Menurut Blanke, terdapat enam jenis makna ekstralingual, yaitu:
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
5
a. Makna referensial: Jenis makna yang memiliki keterkaitan dengan hal lain atau mengacu pada suatu hal. Contoh: Kata “Haus” menimbulkan gambaran yang berbeda dalam benak setiap orang, misalnya “Villa” atau “Hütte”. Meskipun begitu, semua gambaran tersebut tercakup dalam konsep “Haus”. b. Makna asosiatif: Jika mendengar suatu kata, maka dalam pikiran seseorang akan timbul asosiasi tertentu terhadap kata tersebut. Setiap orang memiliki asosiasi yang berbeda dengan orang lainnya. Contoh: Kata “Cottage” memiliki asosiasi dengan “lake”, “mountain”, “fishing”, dan sebagainya. c.
Makna afektif: Jenis makna tersebut timbul dari penilaian atau emosi yang muncul dalam diri seseorang setelah mendengar suatu kata. Contoh: Kata “gut” menimbulkan penilaian yang positif.
d. Makna situatif: Terkadang makna leksikal saja tidak cukup untuk dapat memahami teks, sehingga dibutuhkan konteks atau konvensi. Contoh: Deiksis (Vorher, dan Nachher) e. Makna Stilistis: Jenis makna yang dapat menghasilkan efek kognitif, afektif dan estetis. Efek tersebut dapat dicapai melalui gaya bahasa puitis. Contoh: Kalimat “ich weiß, daß ich nichts weiß” mengandung ironi. f. Makna Etimologis: Jenis makna yang berkaitan dengan asal usul kata. Contoh: Kata “Vater” dalam bahasa Jerman kuno berarti seseorang yang memiliki kekuasaan dalam lingkup negara maupun agama. Pada perkembangannya, kata Vater juga digunakan dalam lingkup keluarga. 3. Jenis Tanda Menurut Pierce (dalam Chandler: 2007), tanda terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: a. Simbol pada simbol tidak ada kemiripan secara langsung antara representamen dengan objeknya. Makna simbol didasari oleh konvensi. Contoh: bahasa b. Ikon Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan dengan objek yang dapat dikenali ketika melihat, mendengar, meraba, merasa, atau mencium. Contoh: kata-kata onomatope
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
6
c. Indeks Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan langsung antara representamen dengan objeknya. Keterkaitan tersebut dapat berupa keterkaitan fisik atau kausal. Contoh: foto 4. Tipografi Desain dalam poster dapat membantu penulis untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya, dalam sebuah poster terdapat ilustrasi dan teks. Ilustasi digunakan untuk menarik perhatian, mempersingkat teks, serta merepresentasikan ide pokok teks (Grout, Athanasopoulos, dan Kutlin: 1986,128). Selain itu, terdapat juga teks sebagai elemen poster lainnya yang harus didesain, mulai dari jenis, ukuran dan modelnya.
Metode Penulisan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang digunakan merupakan data alamiah, yaitu poster kampanye Die Grünen pada pemilihan parlemen Eropa. Poster yang diteliti diunduh dari laman resmi partai politik tersebut, yaitu www.gruene.de. Sepuluh poster yang dianalisis merupakan poster yang mempromosikan program partai. Sementara dua poster lainnya tidak dipilih karena poster tersebut mempromosikan kandidat partainya, yaitu Rheinhard Bütikofer dan Rebecca Harms. Kesepuluh data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendetil mengenai objek penelitian. Fokus penelitian adalah tanda verbal dan nonverbal yang dikaji dari aspek semiotis.
Pembahasan Pada pemilihan parlemen Eropa 2009, Die Grünen berkampanye salah satunya dengan menggunakan media poster untuk mensosialisasikan programnya. Jika dilihat secara sepintas, maka dapat ditemukan kemiripan pola atau susunan pada poster-poster tersebut. Pada sebagian besar poster kampanye tersebut terdapat pengaturan subordinasi pada pesan. Hal tersebut menunjukkan bahwa maksim fokus akhir dalam prinsip prosesibilitas ditaati. Maksim lainnya dalam prinsip prosesibilitas, yaitu maksim bobot akhir ditaati melalui penggunaan kata ““WUMS!”” sebagai informasi yang menjadi fokus dalam poster. Kata tersebut juga merupakan bentuk perwujudan dari maksim lingkup akhir, karena penggunaan tanda seru (!) pada akhir kata
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
7
tersebut menunjukkan tekanan. Ditaatinya maksim dalam prinsip prosesibilitas dapat memudahkan proses dekode pesan bagi pembaca, karena tingkat subordinasi masing-masing elemen poster jelas, sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui fokus utama atau pokok pesan dalam poster. Selain subordinasi pesan, kata atau kalimat yang digunakan dalam poster juga dapat memberi pengaruh pada prosesibilitas teks. Contohnya, penggunaan kata besser pada frasa “Für ein besseres Europa”. Jika ditinjau dari aspek semantis, frasa tersebut memiliki makna afektif. Jenis makna tersebut memiliki peran dominan dalam teks, karena penggunaan kata besser yang bermakna afektif dapat memberi dampak positif bagi partai. Kata tersebut dapat mempengaruhi penilaian pembaca terhadap partai dan program-programnya. Prinsip prosesibilitas dalam poster Die Grünen juga diwujudkan melalui unsur nonverbal. Penggunaan warna hijau pada latar poster yang mempermudah asosiasi kepada partai tersebut, karena adanya kesamaan nama. Selain itu, hijau merupakan warna yang sering digunakan untuk mewakili alam (Natur).2 Warna tersebut dapat dikatakan mewakili program utama Die Grünen yang berkaitan dengan isu lingkungan. Selain warna, unsur nonverbal lainnya yang digunakan dalam poster tersebut adalah gambar. Jika melihat porsinya yang cukup besar, yaitu hampir mencapai setengah halaman poster, maka dapat dikatakan bahwa gambar memiliki peranan yang cukup besar dalam teks. Prinsip retorik tekstual lainnya yang diwujudkan dalam poster-kampanye Die Grünen adalah prinsip kejelasan. Tanda baca digunakan untuk menjelaskan hubungan antarelemen dalam poster. Tanda baca tersebut adalah tanda bintang (*), titik dua (:), dan tanda hubung (-). Penggunaan ketiga tanda baca tersebut menunjukkan bahwa maksim kejernihan dalam prinsip kejelasan ditaati. Prinsip ketiga, yaitu prinsip ekonomi diwujudkan melalui penggunaan singkatan WUMS. Prinsip ekspresivitas sebagai prinsip terakhir dalam retorik tekstual akan dibahas pada subbab masingmasing poster.
2
Institut für Neue Medien, “Grün: Symbolische und Psychologische Wirkung”, (n.d) http://www.ifnm.de/produktionen/Farben/steffen-falck/green-sym.html, diakses pada 25 Mei 2013 pukul 17.50
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
8
1. Poster “Gegen neue Atom-Mutationen” Topik bahaya nuklir diangkat dalam poster kampanye melalui frasa dalam poster ini, yaitu “Gegen neue Atom-Mutationen” (menentang mutasi atom jenis baru). Jenis makna yang memiliki peran dominan terhadap prosesibilitas teks adalah makna referensial pada frasa tersebut. Jika pembaca tidak memiliki pengetahuan terhadap konteks situasi dan pengetahuan ensiklopedis yang cukup mengenai topik mutasi atom, maka hal tersebut dapat memberi pengaruh negatif terhadap perwujudan prinsip prosesibilitas dalam poster ini. Hal tersebut juga dapat menimbulkan dampak pada daya ilokusi kalimat, karena dapat menyebabkan terganggunya pemahaman pembaca terhadap maksud dari kalimat tersebut. Pada frasa “Gegen neue Atom-Mutationen “ terdapat kata yang merupakan bahasa ilmiah (Fachsprache). Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan oleh kelompok orang dari bidang ilmu tertentu (Löffler: 1994, 115). Penggunaan bahasa ilmiah merupakan salah satu bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas dalam poster ini, karena hal tersebut dapat meningkatkan kredibilitas partai dengan menunjukkan bahwa kandidat berasal dari golongan terpelajar. Kredibilitas merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat pembaca yakin kepada kandidat (Ayres dan Miller: 1994, 249). Oleh karena itu, menunjukkan kredibilitas dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang digunakan dalam persuasi. Di sisi lain, penggunaan bahasa ilmiah dapat menimbulkan hambatan dalam memahami teks bagi orang-orang di luar bidang keilmuan tersebut. Hal tersebut melanggar maksim ketaksaan, sehingga dapat mempengaruhi perwujudan prinsip kejelasan dalam teks. Namun menurut Löffler (1994,113), salah satu fungsi bahasa ilmiah adalah keekonomisan dalam berbahasa. Kemunculan Sarkozy, Merkel dan Berlusconi dalam gambar pada poster ini terkait dengan sikap dan kebijakan mereka yang pro terhadap penggunaan nuklir. Jika ditinjau dari aspek semiotis, gambar tersebut merupakan ikon, karena terdapat kemiripan antara tanda dengan objeknya. Hal tersebut dapat memudahkan pembaca untuk mendekode pesan dalam waktu singkat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penggunaan unsur nonverbal berupa ikon merupakan salah satu bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas dalam poster ini.
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
9
Selain sebagai perwujudan prinsip prosesibilitas, gambar tersebut juga merupakan bentuk perwujudan prinsip ekspresivitas. Kemunculan ketiga tokoh tersebut dengan kondisi tubuh yang tidak normal seperti orang-orang yang terkena dampak radiasi merupakan bentuk kritik dari Die Grünen terhadap ketiga negara tersebut karena kebijakan energi nuklirnya. 2. Poster “Haltet den Datendieb” Melalui poster ini, Die Grünen mengangkat tema tentang pencurian data. Kalimat “Haltet den Datendieb” berarti “Hentikan pencuri data”. Jika ditinjau dari aspek semantis, makna yang memiliki peran dominan dalam prosesibilitas teks adalah makna referensial, karena jika pembaca tidak memiliki pengetahuan mengenai kasus pencurian data, maka hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembaca untuk dapat mendekode pesan dan akhirnya mempengaruhi daya ilokusi kalimat tersebut. Zumwinkel merupakan salah satu orang tekenal yang menjadi korban pencurian data tersebut. Wajahnya berada di dalam gambar cap sidik jari. Gambar tersebut merupakan ikon, karena antara tanda dengan objeknya terdapat kemiripan. Penggunaan jenis tanda tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas, karena gambar tersebut memberi informasi yang dapat mempermudah pembaca untuk mengenali rujukan dari kasus pencurian data yang dimaksud dalam poster ini. Prinsip retorik tekstual kedua, yaitu prinsip kejelasan diwujudkan melalui penggunaan kalimat imperatif. Kalimat imperatif memiliki struktur tersendiri yang dapat dikenali. Contohnya adalah tidak digunakannya pronominal personal dan letak verba di awal kalimat. Jika pembaca dapat mengenali struktur kalimat tersebut, maka maksud kalimat tersebut sebagai ajakan juga dapat dikenali. Jenis kalimat imperatif yang digunakan pada kalimat topik poster menunjukkan bahwa maksim reduksi dalam prinsip ekonomi ditaati. Jenis kalimat tersebut memungkinkan untuk dilakukannya penyingkatan melalui subjek atau pronomina personal yang tidak digunakan. Sementara prinsip keempat, yaitu prinsip ekspresivitas diwujudkan melalui penggunaan wajah Zumwinkel yang membuat korban menjadi lebih menonjol dibanding pencuri data itu sendiri.
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
10
3. Poster “Gib Gen-Food keine Chance” Dalam kampanyenya, Die Grünen mengangkat topik Gen-Food. GenFood adalah istilah yang digunakan di Jerman untuk bahan makanan yang mengalami rekayasa genetika. Melalui poster “Gib Gen-Food keine Chance”, topik tersebut dipublikasikan. Terjemahan bebas dari kalimat tersebut adalah “Jangan berikan Gen-Food kesempatan”. Pada kalimat tersebut, jenis makna yang memiliki peranan paling besar terhadap teks adalah makna referensial. Agar dapat memahami kalimat tersebut, maka seseorang harus mengaitkan kalimat “Gib Gen-Food keine Chance” dengan konteks situasi Eropa yang terkait dengan Gen-Food. Selain situasi Eropa, pembaca juga harus memiliki cukup pengetahuan ensiklopedis mengenai Gen-Food. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengaruh kalimat bermakna referensial terhadap prinsip prosesibilitas adalah kesulitan yang dapat ditimbulkan dalam mendekode pesan jika pembaca tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai acuan kalimat. Kata Gen-Food merupakan istilah dalam bidang bioteknologi. Kata tersebut merupakan singkatan dari Genetische veränderte Food. Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, penggunaan bahasa ilmiah dapat mempengaruhi persuasivitas teks melalui tingkat kredibilitas kandidat (Ayres dan Miller: 1994,249). Namun, penggunaan bahasa ilmiah melanggar maksim ketaksaan dalam prinsip kejelasan, karena dapat menimbulkan kesulitan pemahaman. Pada poster ini, maksim kejernihan dalam prinsip kejelasan ditaati melalui penggunaan jenis kalimat imperatif. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika pembaca mengenali sturktur dan jenis kalimat tersebut, maka tujuan penggunaan kalimat tersebut juga dapat diketahui. Jenis kalimat tersebut juga merupakan bentuk perwujudan prinsip ekonomi dalam poster ini. Sementara prinsip retorik tekstual terakhir, yaitu ekspresivitas poster ditemukan dalam gambar yang digunakan. Menurut Grout, Athanaspoulos dan Kutlin (1986,128), ilustrasi dapat digunakan untuk merepresentasikan ide. Pada poster ini, gambar tersebut dapat mewakili ide tentang bahaya Gen-Food. Gambar tersebut merupakan ikon, karena masih memiliki kemiripan dengan benda aslinya, yaitu jagung. Namun,
bahan makanan tersebut dalam poster ini diubah penampilannya dengan
aksesoris kacamata hitam dan masker untuk menekankan pesan yang ingin disampaikan. Oleh
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
11
karena itu selain sebagai bentuk ekspresivitas, gambar tersebut juga merupakan bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas, karena dapat mempermudah pembaca dalam mendekode pesan. 4. Poster “Stoppt die Lohnungerechtigkeit” Topik yang dikemukakan dalam poster ini adalah ketidaksetaraan upah antara wanita dan pria di Eropa. Menurut data dari European Comission (2006), perbedaan pendapatan tersebut mencapai angka 15%. “Stoppt die Lohnungerectigkeit” merupakan kalimat topik yang digunakan untuk mengangkat isu tersebut dalam poster ini. Kalimat tersebut berarti “Hentikan ketidakadilan dalam pemberian upah”. Jika ditinjau dari aspek semantis, kalimat tersebut memiliki makna afektif. Jenis makna tersebut dapat memberikan pengaruh postif terhadap persuasivitas teks, karena keterlibatan emosi pembaca dapat meningkatkan persuasivitas teks (Ayres dan Miller: 1994, 248). Kata Ungerechtigkeit (ketidakadilan) dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi emosional pembaca, karena keadaan yang digambarkan oleh kata tersebut bersifat merugikan. Oleh karena itu, penggunaan kalimat bermakna afektif dalam poster ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari perwujudan prinsip prosesibilitas. Selain unsur verbal, dalam poster ini juga terdapat unsur nonverbal berupa gambar yang merupakan ikon dari wanita. Hal tersebut dikenali dari rok yang digunakan oleh sosok dalam gambar tersebut. Namun, sosok tersebut terlihat mengacungkan jari tengah tangan kirinya. Selain sebagai bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas, karena memberikan informasi bahwa Ungerectigkeit yang dimaksud terjadi pada wanita, gambar tersebut juga bentuk merupakan perwujudan dari prinsip ekspresivitas. Gestur tersebut biasa digunakan untuk mengungkapkan kemarahan atau ketidaksukaan terhadap sesuatu. Jika dikaitkan dengan teks, maka kemarahan dan protes diungkapkan terhadap ketidakadilan upah. Mengacungkan jari tengah termasuk dalam profanity, yaitu ekspresi, gestur, kata dan perilaku yang secara sosial dikonstruksikan sebagai hal yang ofensif, tidak sopan atau vulgar.3 Dalam dunia politik, penggunaan profanity seringkali menjadi pemberitaan. Banyak penasihat kampanye yang melarang penggunaan profanity, karena hal tersebut dapat menurunkan tingkat
3
Rhashonda J. Hayes, “What is considered to be profanity”, 22/11/2009, http://www.helium.com/items/1658159what-is-profanity, diakses pada 25 Mei 2013 pukul 14.25
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
12
kredibilitas seseorang. Selain itu, reaksi publik terhadap hal tersebut tidak dapat ditebak.4 Meskipun begitu, Die Grünen mengambil risiko tersebut dalam poster kampanye “stoppt die Lohnungerechtigkeit”. Sama halnya dengan beberapa poster-poster yang telah dibahas sebelumnya, prinsip retorik tekstual lainnya, yaitu prinsip kejelasan dan prinsip ekonomi dalam poster ini diwujudkan dengan penggunaan jenis kalimat imperatif. 5. Poster “Mindestlohn ist ja wohl das Mindeste” Pada poster ini, Die Grünen mengangkat tema Mindestlohn (Upah minimum). “Mindestlohn ist ja wohl das Mindeste” (upah minimal adalah yang paling minimum) merupakan kalimat yang digunakan untuk mengangkat isu tersebut. Jenis makna yang memiliki peranan paling besar dalam kalimat tersebut adalah makna stilistis. Pesan yang ingin disampaikan ditekankan melalui pengulangan kata mindest di bagian awal dan akhir kalimat. Menurut Berkowitz (2013), repetisi dapat membuat pesan menjadi lebih dipercaya dan membuat sebuah kalimat menjadi lebih persuasif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kalimat tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas. Penggunaan kalimat topik dengan struktur yang tidak kompleks menunjukkan bahwa maksim kejernihan ditaati dalam poster ini, sehingga dapat dikatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bentuk perwujudan prinsip kejelasan. Penerapan prinsip tersebut dapat memperkecil kemungkinan munculnya hambatan dalam menginterpretasi teks. Pada poster ini, terdapat juga prinsip retorik tekstual lainnya, yaitu prinsip ekspresivitas. Penerapan prinsip tersebut dapat dilihat dari penggunaan partikel “ja wohl”. Menurut Langenscheidt, ja wohl digunakan untuk “um seine Zustimmung energisch auszudrücken”. Partikel tidak memiliki makna leksikal, sehingga dapat dihilangkan untuk mempersingkat kalimat tanpa merusak isi pesan. Melalui reduksi di bagian tersebut, kalimat dapat menjadi lebih singkat dan sesuai dengan prinsip ekonomi. Namun, pada kalimat tersebut prinsip ekspresivitas lebih dipilih untuk digunakan. 4
Frank Minieter, “When Can a Politician Use Profanity, If Ever?”, 2012, http://www.forbes.com/sites/frankminiter/2012/03/27/when-can-a-politician-use-profanity-if-ever/, diakses pada 18 Maret 2013 pukul 13.50
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
13
Tanda nonverbal yang ditemukan dalam poster ini salah satunya adalah lembaran uang kertas 50 Euro yang berbentuk benua Eropa. Gambar tersebut merupakan ikon yang menggambarkan kemiripan keadaan di negara anggota Uni Eropa melalui kemiripan motif yang dimiliki setiap negara. Jika dikaitkan dengan teks, maka kesamaan keadaan yang dimaksud adalah permasalahan mengenai upah minimum baik di Jerman maupun di Uni Eropa. Gambar berjenis ikon tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas pada poster ini, karena gambar tersebut juga memberikan informasi yang dapat memudahkan pembaca untuk memahami teks. 6. Poster “Klimaschutz kennt keine Grenzen” Perlindungan iklim merupakan topik yang diangkat dalam poster kampanye ini. “Klimaschutz kennt keine Grenzen” merupakan kalimat yang digunakan untuk mengemukakan topik
perlindungan iklim.
Terjemahan bebas dari kalimat tersebut adalah “perlindungan iklim tidak mengenal
batas”.
Pada
kalimat
tersebut,
terdapat
kata
Schutz
(perlindungan) yang dapat menimbulkan asosiasi terhadap adanya bahaya atau kerugian. Oleh karena itu, kalimat tersebut memiliki makna asosiatif. Dalam laman Media Literacy Project, dikatakan bahwa asosiasi merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam kegiatan persuasif.5 Asosiasi bahkan disebut-sebut sebagai teknik yang paling efektif, karena teknik tersebut menghubungkan antara produk atau ide dengan sesuatu yang disukai atau diinginkan oleh pembaca.6 Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa makna asosiatif pada kalimat topik merupakan jenis makna yang memiliki peran dominan terhadap prosesibilitas poster. Unsur nonverbal yang terdapat dalam poster ini adalah gambar cerobong dengan asap tebal berwarna abu-abu. Bangunan dengan ciri tersebut identik dengan pabrik. Jika dikaitkan dengan teks, maka gambar tersebut dapat mewakili penyebab perubahan iklim yang menggambarkan pentingnya “Klimaschutz”. Gambar tersebut merupakan ikon, karena memiliki kemiripan dengan benda aslinya. Seperti pada poster-poster sebelumnya, penggunaan jenis tanda tersebut juga merupakan salah satu bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas dalam poster ini. Kalimat yang digunakan dalam poster ini memiliki struktur yang tidak kompleks, sehingga dapat memperkecil kemungkinan timbulnya kekeliruan dan hambatan dalam memahami teks. Kalimat 5
Media Literacy Project, “Language of persuasion”, (n.d), http://medialiteracyproject.org/language-persuasion, diakses pada 17 Juni 2013 pukul 21.07 6 Ibid.
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
14
tersebut menunjukkan bahwa maksim kejernihan dalam prinsip kejelasan ditaati dalam poster ini. Akan tetapi, topik poster yang disampaikan dengan menggunakan kalimat lengkap membuat keekonomisan teks berkurang. Sementara prinsip terakhir dalam retorik tekstual, yaitu prinsip ekspresivitas tidak ditemukan baik dalam bentuk kalimat maupun gambar. 7. Poster “Frieden für Generationen” Perdamaian adalah topik yang dikemukakan dalam poster ini. Die Grünen yang mengangkat topik tersebut dalam kampanye pemilihan parlemen Eropa 2009 melalui posternya “Frieden für Generationen” (perdamaian untuk generasi sekarang dan selanjutnya). Kata Frieden dapat menimbulkan asosiasi positif, contohnya adalah ketenangan, tidak ada konflik dan senjata. Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa makna asosiatif terdapat dalam kalimat tersebut. Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, makna asosiatif yang terdapat dalam kalimat poster dapat digunakan untuk meningkatkan persuasivitas teks melalui hubungan antara ide yang berupa program partai dengan keinginan pembaca. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa jenis makna tersebut memberikan pengaruh positif terhadap prosesibilitas teks. Informasi lainnya dalam poster adanya ini dapat ditemukan dalam gambar. Lingkaran dengan motif mirip bendera Uni Eropa ditemukan dalam poster ini. Perbedaan antara motif bendera Uni Eropa dengan motif pada poster adalah simbol yang dibentuk oleh bintang-bintang emas. Pada bendera Uni Eropa, bintang emas tersebut membentuk lingkaran, sementara pada motif yang terdapat dalam poster merupakan simbol perdamaian. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa gambar tersebut merupakan simbol dari integrasi Eropa melalui perdamaian dan persatuan. Simbol merupakan jenis tanda yang lebih sulit untuk dipahami dibanding ikon, karena representamennya tidak memiliki kemiripan dengan objek. Meskipun begitu, pada poster ini simbol tersebut dapat berfungsi sebagai elemen yang mempermudah pembaca untuk mendekode pesan. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan motif Uni Eropa yang dapat menjelaskan konteks dari kalimat topik, bahwa “Frieden für Generationen” ditujukan bagi lingkungan Uni Eropa. Oleh karena itu, gambar berupa simbol yang digunakan dalam poster ini dapat dikatakan sebagai bentuk perwujudan dari prinsip prosesibilitas.
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
15
Pada poster ini, topik disampaikan dalam bentuk frasa nominal. Penggunaan frasa merupakan salah satu bentuk perwujudan prinsip ekonomi, karena frasa dapat mempersingkat teks. Akan tetapi, singkatnya frasa tersebut mempengaruhi kejelasan teks, karena sedikitnya keterangan yang dapat diperoleh dari teks. Sementara prinsip ekspresivitas tidak ditemukan dalam poster ini, baik melalui unsur verbal maupun unsur nonverbal. 8. Poster “Mit grünen Idee aus der Krise” “Mit grünen Idee aus der Krise” merupakan topik dari poster kampanye ini. Kalimat tersebut berarti “Dengan gagasan hijau untuk keluar dari krisis”. Jenis makna yang memiliki peran dominan terhadap prosesibilitas poster adalah makna referensial. Agar pembaca dapat memahami kalimat tersebut dengan baik, maka dibutuhkan pengetahuan terhadap konteks situasi dan hal yang melatarbelakangi kalimat tersebut. Jika tidak, maka kalimat tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi pembaca untuk dapat mendekode pesan dalam waktu singkat. Kesulitan pembaca dalam mendekode pesan tidak hanya memberi pengaruh negatif terhadap perwujudan prinsip prosesibilitas, melainkan juga dapat berdampak pada daya ilokusi kalimat tersebut, karena dapat membuat pembaca kesulitan untuk memahami maksud dari kalimat tersebut. Kata grüne Idee sering digunakan sebagai metafora untuk ide-ide yang ramah lingkungan, karena kata Grün memiliki asosiasi terhadap alam. Namun, kata tersebut juga merupakan nama partai, sehingga dapat membuat makna kata grüne Idee menjadi rancu. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghindari kerancuan tersebut adalah dengan mengaitkan kalimat dengan gambar. Gambar yang ditemukan dalam poster ini berupa roda penggerak berwarna abu-abu, tetapi terdapat perbedaan pada roda penggerak yang berada di tengah, karena benda tersebut berwarna kuning. Jika diamati secara seksama, benda tersebut adalah logo partai Die Grünen. Roda penggerak merupakan simbol industri. Sedangkan penggunaan logo partai di antara roda penggerak tersebut menunjukkan program partai, yaitu industri yang ramah lingkungan. Prinsip ekonomi dalam poster ini diwujudkan dengan penggunaan teks yang cukup singkat, misalnya dalam bentuk frasa. Akan tetapi, teks yang singkat memberikan informasi yang lebih terbatas pada pembaca, sehingga dapat berpengaruh terhadap kejelasan poster. Sementara prinsip ekspresivitas tidak ditemukan dalam poster ini, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
16
9. Poster “Wirtschaft & Umwelt, Menschlich & Sozial” “Wirtschaft & Umwelt, Menschlich & Sozial” (Ekonomi&Lingkungan, Kemanusiaan&Sosial) merupakan rangkaian kata dalam kampanye Die Grünen yang secara umum mewakili programnya. Jika ditinjau dari aspek semantis, makna pada frasa“Wirtschaft & Umwelt, Menschlich & Sozial” yang memberikan pengaruh paling besar terhadap teks adalah makna referensial. Pembaca tidak hanya membutuhkan pengetahuan mengenai kepanjangan dari singkatan WUMS!, melainkan juga pengetahuan lain tentang WUMS! untuk dapat memahami program partai Die Grünen yang dimaksud dalam poster ini.
Penggunaan kalimat tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap perwujudan prinsip
prosesibilitas dalam poster, karena kalimat tersebut berpotensi menimbulkan kesulitan bagi pembaca untuk dapat memahami teks. Kesulitan pemahaman tersebut juga dapat berdampak pada daya ilokusi teks, karena menyebabkan terganggunya pemahaman pembaca terhadap maksud atau tujuan dari teks tersebut. Unsur verbal yang ditemukan dalam poster hanya berupa frasa. Di satu sisi, hal tersebut membuat poster menjadi lebih ekonomis.Terlebih lagi unsur non verbal berupa gambar tidak ditemukan dalam poster ini. Namun di lain sisi, hal tersebut membuat poster menjadi kurang informatif, sehingga mempengaruhi kejelasan informasi bagi pembaca. Penjabaran tersebut dapat menggambarkan penyataan Leech (1983,69), bahwa prinsip kejelasan dan prinsip ekonomi memiliki kecenderungan untuk bersaing atau bertentangan satusama lain. Pada poster ini, perwujudan prinsip ekonomi menimbulkan pertentangan dengan prinsip kejelasan, karena teks yang singkat menyebabkan kurangnya informasi. Sementara unsur ekspresivitas tidak ditemukan dalam poster ini, baik dalam bentuk kata maupun gambar. 10. Poster “Ich unterstütze “WUMS!”” Salah satu poster yang dipublikasikan Die Grünen adalah poster “Ich unterstütze “WUMS!” (“Saya mendukung WUMS”). Dari segi semantis, kalimat tersebut memiliki makna situatif, karena menggunakan deiksis yang berupa pronomina Ich. Kata ich dan unterstützen dalam kalimat pada poster ini digunakan untuk mengajak pembaca agar mendukung serta terlibat dalam program partai Die Grünen, yaitu WUMS. Keduanya
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
17
merupakan elemen yang mewujudkan persuasivitas dalam teks, oleh karena itu, kata tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk perwujudan prinsip prosesibilitas dalam poster ini. Keterangan mengenai kepanjangan dari WUMS tidak ditemukan dalam poster ini, sehingga hal tersebut dapat menjadi hambatan dalam memahami teks. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa prinsip kejelasan dalam poster ini tidak teraplikasikan dalam kalimat tersebut. Poster “Ich unterstütze WUMS” terdiri atas satu kalimat tunggal, alamat laman partai dan logo partai di dalamnya. Gambar yang juga dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan atau informasi tidak ditemukan dalam poster ini. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa prinsip ekonomi diwujudkan dalam poster ini. Sementara prinsip retorik tekstual terakhir, yaitu prinsip ekspresivitas diwujudkan melalui penggunaan kata ich, karena kata tersebut merupakan deiksis yang membuat pembicara berubah sesuai dengan orang yang membacanya. Kesimpulan Pada kesepuluh poster kampanye Die Grünen yang dianalisis, prinsip prosesibilitas dalam teori retorik tekstual Leech (1983) diwujudkan dengan ditaatinya maksim prinsip tersebut. Pada poster kampanye tersebut terdapat pengaturan subordinasi pada pesan. Hal tersebut menunjukkan bahwa maksim fokus akhir dalam prinsip prosesibilitas ditaati. Maksim lainnya dalam prinsip prosesibilitas, yaitu maksim bobot akhir ditaati melalui penggunaan kata ““WUMS!”” sebagai informasi yang menjadi fokus dalam poster. Kata tersebut juga merupakan bentuk perwujudan dari maksim lingkup akhir, karena penggunaan tanda seru (!) pada akhir kata tersebut menunjukkan tekanan. Pada poster kampanye tersebut, prinsip prosesibilitas juga diwujudkan melalui penggunaan unsur nonverbal seperti contohnya gambar. Melalui informasi yang diberikan, gambar dapat menjadi elemen yang memudahkan pembaca untuk memahami teks. Selain gambar, unsur nonverbal lainnya yang juga ditemukan dalam teks adalah warna. Penggunaan warna hijau sebagai latar dari semua poster dapat mempermudah pembaca untuk mengidentifikasi kandidat, karena kesamaan warna dengan nama partai. Warna tersebut juga sering diasosiasikan dengan alam, sehingga secara tidak langsung dapat mewakili program dari partai Die Grüne, yaitu program-program yang berkaitan dengan lingkungan. Prinsip lainnya dalam retorik tekstual, yaitu prinsip kejelasan diwujudkan salah satunya melalui penggunaan tanda baca berupa tanda bintang (*), titik dua (:) dan tanda hubung (-). Tanda baca
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
18
tersebut dapat memudahkan pembaca untuk mengetahui relasi antarkalimat dalam poster. Hal tersebut menunjukkan bahwa maksim kejernihan ditaati dalam poster-poster tersebut. Bentuk lain dari perwujudan prinsip tersebut adalah penggunaan kalimat yang tidak kompleks dan penggunaan kalimat imperatif pada beberapa poster. Kedua kalimat tersebut memiliki struktur yang jelas, sehingga tidak menimbulkan ambiguitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa maksim kejernihan diwujudkan dalam poster-poster tersebut. Selain elemen yang mendukung perwujudan prinsip kejelasan, terdapat juga elemen yang kurang sesuai dengan prinsip tersebut. Contohnya, penggunaan frasa singkat. Semakin singkat sebuah teks, maka semakin sedikit informasi yang dapat diperoleh dari teks tersebut. Hal tersebut dapat berpotensi memberi pengaruh yang kurang baik terhadap kejelasan poster. Penggunaan bahasa ilmiah (Fachsprache) pada beberapa poster juga berpotensi menimbulkan hambatan dalam memahami teks. Namun di sisi lain, penggunaan bahasa ilmiah dapat membuat teks menjadi lebih singkat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penggunaan bahasa ilmiah merupakan salah satu bentuk perwujudan prinsip ekonomi. Bentuk lain dari perwujudan prinsip ekonomi adalah penggunaan kalimat imperatif. Penggunaan jenis kalimat tersebut menaati maksim reduksi, karena struktur kalimat tersebut memungkinkan tidak digunakannya pronomina personal, sehingga kalimat dapat menjadi lebih singkat. Prinsip retorik tekstual terakhir, yaitu prinsip ekspresivitas merupakan prinsip yang paling sedikit ditemukan dalam poster-poster Die Grünen. Pada keseluruhan teks, prinsip tersebut lebih mengutamakan pada efektivitas melalui aspek ekspresif dan estetis dibandingkan dengan efisiensi (Leech: 1983,68). Namun, media poster memiliki tempat yang terbatas untuk menyampaikan pesan. Selain itu seperti yang dikemukakan oleh Cangara (2009,378), informasi dalam media poster adalah informasi yang terfokus, sehingga efisiensi unsur-unsur yang ada dalam poster tetap penting untuk digunakan. Prinsip ekspresivitas dalam poster Die Grünen banyak ditemukan dalam bentuk gambar. Unsur nonverbal tersebut digunakan untuk tujuan tertentu. Meskipun begitu, prinsip ekspresivitas juga ditemukan dalam tataran verbal, yaitu melalui penggunaan partikel. Analisis unsur verbal juga dilakukan dari segi semantis untuk mengetahui jenis makna yang terdapat dalam kalimat topik pada kesepuluh poster. Lima jenis makna Blanke (1973), yaitu
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
19
makna referensial, makna asosiatif, makna afektif, makna situatif dan makna stilistis ditemukan dalam poster. Selain mengetahui jenis makna yang terdapat pada kesepuluh poster, analisis makna juga dilakukan untuk mengetahui peran jenis makna tersebut dalam menyampaikan pesan. Jenis makna yang memiliki peran dominan dalam poster Die Grünen adalah makna referensial. Pengetahuan tentang konteks situasi Eropa dibutuhkan untuk memahami poster-poster tersebut, karena program partai Die Grünen didasari oleh kejadian nyata. Jika pembaca tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai konteks situasi dan pengetahuan ensiklopedis mengenai topik yang diangkat, maka hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam mendekode pesan. Sementara jenis makna lainnya, yaitu makna asosiatif, afektif, situatif dan stilistis dalam poster kampanye Die Grünen dapat meningkatkan persuasivitas teks dengan caranya masing-masing. Seperti halnya pada jenis makna, penggunaan jenis tanda berupa ikon juga disebabkan oleh program partai didasari oleh isu yang terjadi di Eropa. Namun, untuk menunjang pesan yang ingin disampaikan, dilakukan modifikasi pada tampilan benda atau hal yang digunakan dalam gambar. Gambar berupa ikon yang digunakan pada sebagian besar poster dapat memudahkan pembaca untuk mengenali acuan dari tanda tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh kemiripan antara tanda dengan referennya. Oleh karena itu, gambar berupa ikon dapat memberikan informasi yang jelas, sehingga dapat mendukung perwujudan prinsip prosesibilitas dalam poster. Gambar lainnya yang juga digunakan dalam poster-poster tersebut adalah simbol. Jenis tanda tersebut lebih sulit untuk dikenali dibandingkan ikon, karena tidak terdapat kemiripan antara tanda dengan referennya. Meskipun begitu, pada poster ini simbol tersebut dapat berfungsi sebagai elemen yang mempermudah pembaca untuk mendekode pesan. Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, maka dapat dikatakan bahwa tanda verbal maupun nonverbal yang digunakan dalam kesepuluh poster kampanye tersebut memiliki peranan masingmasing yang dapat saling menunjang dalam menyampaikan pesan yang diinginkan.
Daftar Pustaka Buku Ayres, Joe dan Janice Miller. (1994). Effective Public Speaking (4th ed). Washington: WCB/McGraw-Hill Blanke, Gustav. (1973). Einführung in die Semantische Analyse. München: Max Hueber Verlag
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013
20
Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi.Jakarta: Rajawali Pers Chandler, Daniel. (2007). Semiotics: The Basics. London: Routledge Grout, Athanasopoulos, dan Kutlin. (1986). Desktop Publishing from A to Z. California: McGraw-Hill, Inc. Kaid, Lynda Lee. (2004). Handbook of Political Communication Research. New Jersey: Lawrence Welbaum Associates, Inc. Leech, Geoffrey. (1983). Principles of Pragmatics. New York: Longman Inc Löffler, Heinrich. (1994). Germanistische Soziolinguistik. Berlin: Erich Schmidt Verlag GmbH&Co.KG Laman Internet Berkowitz, Bill. (2013). Using Principles of Persuasion. 13 April 2013, 20.58 WIB. http://ctb.ku.edu/en/tablecontents/sub_section_main_1060.aspx Die Grüne. (04/08/2010). Ab 2009. 3 Maret 2013, 14.25 WIB. http://www.gruene.de/partei/ab2009.html Hayes, Rhashonda J. (22/11/2009). What is considered to be profanity. 25 Mei 2013, 14.25 WIB. http://www.helium.com/items/1658159-what-is-profanity Institut für Neue Medien. (n.d). Grün: Symbolische und Psychologische Wirkung. 25 Mei 2013, 17.50 WIB. http://www.ifnm.de/produktionen/Farben/steffen-falck/green-sym.html. Media Literacy Project. (n.d). Language of persuasion. 17 Juni 2013, 21.07 WIB. http://medialiteracyproject.org/language-persuasion, Minieter, Frank. (2012). When Can a Politician Use Profanity, If Ever?. 18 Maret 2013, 13.50. http://www.forbes.com/sites/frankminiter/2012/03/27/when-can-a-politicianuse-profanity-if-ever/ Witkowski, Terrence. (2003). World War II Poster Campaigns: Preaching Frugality to American Consumers. 20 Februari 2013, 13.48 WIB. Journal of Advertising (Vol. 32, No. 1,Spring2003). http://www.jstor.org/stable/pdfplus/4622151.pdf? acceptTC=true
Analisis poster..., Citra Kemala, FIB UI, 2013