e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF PADA KARANGAN SISWA KELAS XI BAHASA I DI SMA N 1 SERIRIT Ni Wayan Resmayani, I Made Sutama, Ida Ayu Made Darmayanti Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian deskriptif ini bertujuan mendeskripsikan pola pengembangan paragraf dalam karangan siswa kelas XI Bahasa I di SMA 1 Seririt. Subjek penelitian ini adalah karangan siswa kelas XI Bahasa I di SMA N 1 Seririt. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Data yang diperoleh diolah melalui beberapa tahap, yaitu (1) identifikasi data, (2), klasifikasi data, (3), penyajian data, dan (4), penarikan kesimpulan. Hasil penelitian secara umum membuktikan bahwa pola pengembangan paragraf dalam karangan siswa kelas XI Bahasa I di SMA N 1 Seririt sudah cukup baik. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah 29 buah karangan siswa kelas XI Bahasa I di SMA N 1 Seririt, dengan jumlah paragraf sebanyak 78. Dari 78 paragraf karangan siswa, jumlah paragraf yang mengandung pola pengembangan paragraf adalah 53 paragraf. Sementara itu, paragraf yang tidak menggunakan pola pengembangan paragraf berjumlah 25 paragraf. Kata kunci :analisis, pola pengembangan paragraf, karangan siswa. ABSTRACT This descriptive research aimed to describe the patterns of paragraph development used by students in writing essays. The subject of this research was the essays written by students of Grade XI Bahasa in SMA N 1 Seririt. The data was collected by using documentation method and it was processed by following four certain steps. Those are (1) data identification, (2) data classification, (3) data presentation, and (4) conclusion. The result of this study generally showed that the essays written by students of Grade XI Bahasa in SMA N 1 Seriritwere already developed by using good paragraph development patterns. The data proved that from twenty nine essays written by students of Grade XI Bahasa in SMA N 1 Seririt which consisted of seventy eight paragraphs, there were fifty three paragraphs were written by using certain patterns of paragraph development. Meanwhile, there were twenty five paragraphs were written without following the patterns of paragraph development. Keywords: analysis, patterns of paragraph development, student’s essay.
PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, partisipasi dalam masyarakat yang menggunakaan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan dengan baik dan benar, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Dilihat dari kurikulum KTSP, bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) menggunakan bahasa secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) memahami bahasa Indonesia menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Setiap siswa dalam mengarang mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan seperti artikel,wacana, sketsa, puisi maupun bentuk karangan. Melalui kegiatan mengarang siswa akan memberikan masukan berbagai informasi maupun pengetahuan kepada pembaca dari hasil tulisannya. Isi yang terdapat dalam karangan tersebut menceritakan hubungan manusia dengan alam semesta maupun hubungan antar manusia. Meskipun setiap siswa memiliki kemampuan. Namun, masih mempunyai tingkat kesulitan pada pembelajaran bahasa Indonesia dianggap tidak menjadi kekhawatiran yang perlu untuk dipikirkan. Hal ini sedikit berbeda dengan pembelajaran yang menyangkut ilmu eksakta, Fisika, Matematika, dan lainnya yang justru dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Pada akhirnya nilai
yang didapatkan oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia tidaklah lebih baik dari pembelajaran yang menyangkut ilmu eksakta. Menulis adalah menuangkan ide dalam bentuk uraian kata, kalimat, paragraf, yang akhirnya membentuk sebuah wacana. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah proses belajar yang produktif dialami siswa. Sesuai dengan pendapat Akhadiah, (1988: 112) yang menyatakan kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suparno bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis karangan merupakan salah satu dari sekian banyak kegiatan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Dalam kegiatan menulis banyak siswa tidak mampu untuk menentukan topik, menyusun kerangka karangan,membangun koherensi dan pengembangan paragraf, menentukan kalimat utama dalam paragraf, serta menyesuaikan keselarasan isi dengan topik. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan). Di samping itu, Jos Deniel Parera mengatakan bahwa menulis merupakan suatu pewarisan yang mengatasi dua dimensi, yaitu dimensi waktu dan tempat. Menulis mengatasi dimentasi waktu berarti menulis itu dapat diwariskan kepada generasi-generasi yang akan datang. Secara kontenporer, hasil penelitian itu dapat dibaca oleh banyak orang pada waktu yang sama tanpa kehadiran si penulis itu sendiri. Menulis pun mengatasi dimensi tempat. Pembaca di tempat lain, seperti di luar negeri dan daerah-daerah dapat mengetahui gagasan, ide, pengetahuan, dan informasi yang
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 disampaikan oleh penulis walaupun penulis tidak hadir di tempat itu. Menurut Lamuddin Finoza (2010: 240-253), jenis tulisan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu: (1) karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda atau objek, keadaan, lokasi dengan kat-kata, (2) karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa sacara kronologis atau yang berlangsung dalam kesatuan waktu kejadian, (3) karangan eksposisi yang merupakan wacana yang bertujuan memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu, (4) karangan argumentasi yang merupakan karangan yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu, dan (5) karangan persuasi yang merupakan karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat atau gagasan ataupun perasaan seseorang. Jadi pentingnya menulis bukan hanya menuliskan yang diucapkan (membahasatuliskan bahasa lisan), melainkan juga merupakan suatu kegiatan yang sedemuikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penlis dan pembaca). Pada dasarnya, pengertian dan hakikat menulis dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu 1) menulis sebagai proses berpikir 2) menulis meliputi proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas, dan 3) menulis sebagai proses berhubugan erat dengan membaca. Menurut Slamet (2009: 99), suatu karangan dapat dilihat dari segi bahasa yang digunakan, isi karangan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Dari segi bahasa, karangan diidentifikasikan berdasarkan penggunaan bahasa Indonesia yang sulit, sederhana, mudah, dan penggunaan paragraf yang tepat dan penggunaan diksi yang tepat. Dari segi isi, karangan
diidentifikasikan berdasarkan jenis karangan fiksi atau nonfiksi dan kesesuaian antara judul dan isi. Dari segi bentuk atau cara penyajiannya, karangan diidentifikasikan berdasarkan karangan berupa puisi atau prosa, jika prosa penyajiannya berbentuk narasi, eksposisi, argumentasi, deskripsi, atau persuasi. Di sisi lain, karangan adalah pengungkapan gagasan atau ide dalam sebuah karya tulis untuk dipahami oleh pembaca. Karangan terdiri atas karangan fiksi dan nonfiksi. Karangan fiksi adalah karangan yang dibuat dengan menggunakan sisi imajinatif dari pengarang. Selain itu, karangan merupakan bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur, yang akan menjadi suatu keterampilan menulis siswa. Nilai keterampilan menulis siswa saat ini sudah cukup baik, yang telah mencukupi nilai KKM tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti hasil karangan para siswa agar dapat mengetahui struktur paragrafnya berdasarkan macam-macam paragraf dan pola pengembangannya. Hal-hal di atas yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan subjek dan objek tersebut. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian ini karena masih banyak siswa yang kesulitan dalam membuat karangan dalam melakukan pembelajaran di sekolah. Di samping itu, siswa menganggap pelajaran bahasa Indonesia lebih gampang dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya terutama dalam pembuatan kalimat, paragraf dan penggunaan EYD siswa masih sering memebuat siswa kebingungan dalam menetukan kaidah-kaidah yang akan digunakan dalam membuat sebuah karangan. Padahal sejauh ini dalam kegiatan UTS dan UAS yang paling terendah terjadi pada mata pelajaran bahasa Indonesia hal itu kurang disadari oleh siswa sendiri, maka dari itu peneliti
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 mencoba untuk meneliti hasil karangan siswa tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan, dari seluruh kelas XI SMA Negeri 1 Seririt hanya kelas XI bahasa 1 yang terlihat memiliki nilai rata-rata yang tinggi. Sehingga peneliti sepakat untuk menggunakan kelas bahasa 1 sebagai kelas yang akan di gunakan peneliti. Mengingat nilai kelas bahasa 1 yang tinggi dari kelas yang lainnya. Dipilihnya SMA Negeri 1 Seririt sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut merupakan sekolah sudah lama berdiri. Selain itu, SMA 1 Seririt juga memiliki prestasi khususnya dalam bidang sastra. Sekolah tersebut juga memiliki komunitas sastra. Tentunya kondisi belajar siswa dalam mengikut pelajaran bahasa Indonesia terutama pada materi pola pengembangan paragraf pada suatu karangan akan semakin meningkat dan diminati. Oleh sebab itu, peneliti merasa tertari melakukan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti menemukan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian sejenis yang pertama dilakukan oleh Devi Agnes METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan bagian yang sangat terpenting dalam suatu penelitian. Dengan adanya metode penelitian, dapat diberikan jawaban tentang cara yang dipilih untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang dianjurakan. Metode penelitian ini sangat bermanfaat untuk menuntun Peneliti dalam melakukan penelitiannya. Metode penelitian tersebut meliputi: (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan ubjek penelitian, (3) metode pengumpuan data, (4) instrumen penelitian, dan (5) metode analisis data. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Rancangan penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan
Sendiktyas pada tahun 2012 dengan judul “Analisis Pola Pengembangan Paragraf pada Karangan Narasi Berbahasa Jawa Siswa Kelas X SMA N 1 Bejagoan”. Penelitian ini mengkaji macam-macam pola pengembangan paragraf dalam karangan narasi, ciri-ciri paragraf, fungsi paragraf, dan syarat-syarat pembentukan paragraf. Jenis penelitian yang kedua terkait penelitian pola pengembangan paragraf telah dilakukan oleh Ellisa Tesdy Supraba pada tahun 2008, dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta”. Penelitian tersebut mengkaji jenis-jenis pola pengembangan paragraf, jenis-jenis konjungsi, dan letak konjungsi. Dengan hasil penelitiannya adalah terdapat 5 (lima) jenis pola pengembangan paragraf pada 67 karangan siswa, yaitu pola umum khusus, proses, sudut pandang, sebab akibat, dan perbandingan/pertentangan. Selain itu, terdapat 5 (lima) jenis konjungsi, yaitu konjungsi penunjukkan, penggantian, pelepasan, perangkaian, dan hubungan leksikal. Letak konjungsinya ada 3 (tiga), yaitu awal, tengah, dan akhir paragraf. orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003: 232). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003:143). Penelitian kualitatif digunakan untuk menggambarkan kepada meneliti pada kondisi objek yang alamiah yang berkaitan dengan pola pengembangan karangan siswa di SMA N I Seririt. Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Apabila subjek penelitiannya terbatas dan masih dalam jangkauan sumber daya, maka dapat dilakukan studi populasi, yaitu mempelajari seluruh objek secara langsung. Sebaliknya, apabila subjek penelitian sangat banyak dan berada diluar jangkauan sumber daya peneliti, atau batasan populasinya tidak mudah
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 untuk didefinisikan, dapat dilakukan studi sempel. Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Suandi, 2008: 31). Dalam penelitian ini subjek penelitian mempunyai kedudukan yang sangat sentral. Adapun yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah karangan siswa kelas XI Bahasa 1 SMA N 1 Seririt. Objek atau sasaran yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola pengembangan yang ada pada karangan siswa kelas XI Bahasa 1 SMA N 1 Seririt. Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan dua metode untuk mempermudah pengambilan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Uraian yang lebih lengkap mengenai metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data yang benar-benar valid dan memang diperlukan dalam penelitian. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental seseorang (Sugiono, 2009;82). Dengan menggunakan metode dekumentasi, peneliti mendokumentasikan data karangan siswa yang telah dibuat. Dalam penelitian ini, data yang dicari dengan metode dokumentasi, yaitu pola pengembangan karangan siswa kelas XI Bahasa 1 SMA N 1 Seririt. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang (Sugiono, 2009: 82). Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Arikunto (2010:203) mengatakan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Sesuai dengan metode yang digunakan, dalam penelitian ini instrumen berupa kartu data untuk metode dokumentasi. Metode penelitian adalah metode analisis data yang peneliti lakukan dengan menggunakan kualitatif yaitu suatu cara pengolahan yang dilakukan dengan cara menyusun data secara sistematis sehingga diperoleh simpulan secara umum. Prosedur pengolahan data yang dilakukan dengan lima langkah, (a), identifikasi data, (b), klasifikasi data, (c), penyajian data, dan (d), penarikan kesimpulan. Pada tahap identifikasi data, kegiatan yang dilakukan adalah memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu pola pengembangan karangan siswa. Dengen demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Pada tahap ini dilakukan pengklasifikasian data atau pengelompokan data sesuai dengan subsub masalah yang dikemukakan dalam rumusan masalah. Data yang diperlukan dalam penelitian diklasifikasikan berdasarkan pola pengembangan karangan siswa. Setelah data diklasifikasi berdasarkan rumusan masalah, data disajikan secara sistematis. Dalam penelitian ini, data yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan kemudian disajikan dengan uraian singkat dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Pada tahap ini, data yang didapat akan menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan. Untuk mengetahui keakuratan penelitian, penyimpulan sangat penting dilakukan. Peneliti merumuskan simpulkan berdasarkan hasil temuan yang telah disajikan dalam penyajian data, yakni mendeskripsikan temuan-temuan di lapangan dengan kata-kata. Penyimpulan yang dilakukan harus dapat menjawab semua masalah yang diangkat dalam penelitia.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penyajian dan hasil penelitian dapat dipaparkan secara lebih rinci dalam bab IV ini. Dalam bab ini, peneliti memaparkan satu permasalahan yaitu pola pengembangan paragraf dalam karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA 1 Seririt. Setalah penelitian ini dipaparkan secara mendalam, selanjutnya, hasil penelitian ini akan diuraikan dan dibahas pada bagian pembahasan. Hasil penelitian ini peneliti membahas tentang pola pengembangan paragraf dalam karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA 1 Seririt. Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah 29 buah karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA 1 Seririt. Dengan jumlah paragraf sebanyak 78 paragraf dalam 29 karangan siswa. Dari 78 paragraf karangan siswa, jumlah paragraf yang mengandung pola pengembangan paragraf adalah 53 paragraf. Sementara itu, paragraf yang tidak menggunakan pola pengembangan paragraf berjumlah 25 paragraf. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa pola pengembangan paragraf yang digunakan oleh siswa dalam menulis opini adalah pola pertentangan, sebab-akibat, dan klasifikasi. Dari tiga jenis pola pengembangan paragaf yang terdapat dalam karangan siswa, pola sebab-akibat paling banyak digunakan oleh siswa, yaitu berjumlah 44 paragraf. Pola pertentangan berjumlah 8 paragraf. Sementara itu, dan pola klasifkasi paling sedikit ditemukan, yaitu hanya berjumlah 1 paragraf. Pembahasan Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, teks hasil karangan siswa sebagian besar sudah mengandung pola pengembangan pararaf. Namun, masih ada beberapa paragraf siswa yang belim mengandung pola pengembangan paragarf. Dilihat dari jumlah hasil analisis tersebut, yaitu analisis pola pengembangan paragraf. Berdasarkan analisis yang dilakukan, dari 29 karangan
siswa yang terdiri atas 78 paragraf, diantaranya 8 paragraf tulisan siswa yang termasuk pola pengembangan paragraf pertentangan, 44 paragraf tukisan siswa yang termasuk pola pengenbangan sebab-akibat, 1 paragraf tulisan siswa yang termasuk pola pengembangan pargraf klasifikasi, dan 25 paragraf tulisan siswa yang tidak mengandung pola pengembangan pargraf. Dari 78 jumlah paragraf siswa, sebagian besar sudah mengandung pola pengembangan paragraf. Hal ini disebabkan karena tulisan siswa sudah memenuhi kreteria penulisan pola pengembangan paragraf. Kreteria yang dimaksud adalah ciri-ciri kebasaan pola pengembangan masing-masing paragraf dan ciri-ciri struktur pola pengembangan paragraf. Sebagian besar teks karangan siswa sudah dapat menjawab pertanyaan tersebut. Dengan demikian, peneliti dapat mengatakan bahwa teks karangan siswa sebagian besar sudah mengandung pola pengembangan paragraf. Adapun, beberapa hal yang menyebabkan siswa dapat menulis dengan baik. Salah satunya adalah peran guru dalam memberikan pembejalaran. Dalam pembelajaran menulis karangan guru mampu mengembangkan pelajaran dengan memadukan buku panduan guru dan buku panduan siswa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam meningkatkan pola pikir siswa sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1985:6) karangan yang baik adalah karangan yang mencerminkan kemampuan pengerang untuk menggunakan nada yang serasi, karangan yang mencerminkan pengarang mampu menyusun karangan secara utuh dan tidak samar-samar dan dapat meyakinkan pembaca. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerapkan pola pengembangan paragraf pada karangan siswa, dengan menerapkan macam-macam pola pengembangan paragraf. Seperti contoh di bawah ini, paragraf 2 pada tulisan 03:
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Kebakaran ini terjadi pada hari Kamis (3/7) malam, ini terjadi sekitar jam 19.00 malam. Api pertama kali muncul di kios lantai satu. Api ini ditemukan sudah membesar dan memakan habis barang dagangan milik pedagang. Bahkan, sampai menghanguskan seluruh isi pasar. Pasukan pemadam kebakaran kewalahan untuk memadamkan api, karena api terus membesar . Pemadaman api ini dilakukan hingga besok pagi. Paragraf di atas, di ambil dari karangan siswa dengan tema kebakaran pasar Seririt. Paragraf di atas sudah mengandung pola pengambangan paragraf secara jelas karena sudah dapat menjawab pertanyaan apa yang sedang terjadi; kapan kejadian tersebut; bagaimana hal tersebut bisa terjadi; dan mengapa bisa terjadi. Pristiwa yang terjadi adalah kebakaran pasar Seririt. Terjadinya pristiwa tersebut ketika malam kamis 03 Juli di pasar Seririt. Api ditemukan sudah membesar dan memakan habis barang dagangan milik pedagang. Bahkan, sampai menghanguskan seluruh isi pasar. Pasukan pemadam kebakaran kewalahan untuk memadamkan api, karena api terus membesar. Kemudian, api terus membesar karena banyak dagangan wagra berupa gas, pakaian dan barang dagangan lainnya yang mudah terbakar. Pemaparan di atas akan memjawab kreteria yang ada dalam pola pengembangan paragraf dalam sebuah karangan siswa. Penulis sudah memebuat karangan dengan pemaparan yang jelas, yaitu memaparkan apa topik yang ingin dibahas, mengapa kejadian itu terjadi, dan bagaimana hal itu bisa terjadi. Halini sangat penting untuk untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis pola pengembangan paragraf dalam sebuah paragraf. Hal ini sejalan dengan pendapat Sakri (1992) bahwa pola pengembangan paragraf ialah cara penulis merangkai informasi yang dikumpulkan menurut kerangka dan runtutan tertentu. Dalam paragraf siswa di atas sudah mampu menjawab pertanyaan tersebut sehingga paragraf dengan kode 03-2 sudah
mengandung pola pengembangan paragraf sebab-akibat. Berbeda halnya dengan pola pengembangan paragraf klasifikasi, dalam pengelompokannya berdasarkan kesamaan dan perpedaan sifat, ciri, dan karakter. Dengan pola pengmbangan paragraf klasifikasi ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah memahami informasi yang disajikan. Seperti contoh di bawah ini. Paragraf 3 pada tulisan 07. Pemadam kebakaran mengaku sulit memadamkan api karena titik api belum ditemukan. Barang-barang di lantai satu juga merupakan barang-barang yang mudah terbakar jadi api dapat cepat membesar dan merembet ke sisi lain pasar. Kerugian yang dialami pedagang di Pasar Seririt masih belum diketahui karena saat itu kondisi masih penuh kepanikan dan warga membantu memadamkan api”. Paragraf di atas adalah contoh paragraf yang mengandung pola pengembangan paragraf klasifikasi. Paragraf di atas sudah terdapat ciri kebahasaan pola pengembangan paragraf klasifikasi, karena dapat menggolongkan suatu kejadian tersebut. Sehingga mampu menjawab “pertanyaan apa yang sedang terjadi”. Dengan demikian, paragraf dengan kode 07-3 mampu menjawab pertanyaan yang terkait dengan lingkungan kejadian seperti; di mana, bagaimana, mengapa kejadian tersebut terjadi, dan sebaginya. Penelitian ini didukung oleh pendapat Keraf dalam Mudlofar (2002:103) dalam pengembangan karangan kadang-kadang diperlukan pengelompokan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu yang pertama mempersatukan satuan-satuan ke dalam satu kelompok, dan kedua, memisahkan satuan-satuan dari kelompok yang lain. Begitu halnya dengan pola pengembangan paragraf pertentangan, yang banyak menonjolkan perbedaan yang ada pada dua benda atau lebih. Seperti contoh di bawah ini.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Warga sempat banyak yang panik karena takut barang dagangannya habis terbakar, namun pemadam kebakaran datang dan langsung berusaha untuk memadamkan api tersebut, tetapi api tersebut susah untuk dipadamkan sehingga sampai pukl 02:00 Wita. Api baru bisa dipadamkan meski masih ada percikan-percikan api kecil di beberapa sudut pasar itu. Kerugian yang didapat cukup besar, namun pemerintah telah menyediakan tempat agar para pedagang bisa berjualan kembali. Paragraf di atas sudah termasuk kedalam pola pengembangan paragraf pertentangan, karena sudah terdapat salah satu ciri kebahasaan dari pola pengembangan paragraf pertentangan. Selain itu, paragraf di atas juga mampu menjawab pertanyaan apa yang terjadi, kapan kejadian tersebut, bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa bisa terjadi. pristiwa yang terjadi adalah suatu kebakaran yang terjadi di pasar Seririt. Kejadian itu terjadi, saat malam hari di lantai 2 pasar. Kemudian, mengakibatkan banyak kerugian yang dialami oleh para warga yang mempunyai toko/kios di pasar seririt, namum pemerintah sudah nyediakan tempat yang layak untuk mereka berjualian kembali. Selanjutnya kurangnya ketelitian piha pedagang yang mengakibatkan kebakaran tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Martin dan Mary (1990) yang mengatakan pola pengembangan paragraf menekankan pada perbedaan yang dimiliki oleh dua benda atau dua aspek yang berbeda pada satu benda. Perbedaan yang dimaksud adalah hal yang mengandung unsur ekstroversi dan introversi. Dari hasil penelitian ditemukan tiga macam pola pengembangan yang digunakan dalam paragraf karangan siswa kelas XI Bahasa 1 SMA N 1 Seririt. Adapun pola pengembangan yang digunakan oleh siswa dalam membuat paragraf pada karanganya, ialah pola pengembangan paragraf pertentanga, pola pengembangan paragraf sebabakibat, dan pola pengambangan paragraf klasifikasi. Dari ketiga macam pola pengembangan paragraf tersebut, pola
pengembangan paragraf yang paling banyak digunakan atau yang sering muncul adalah pola pengembangan paragraf sebab-akibat. Banyaknya pola pengembangan paragraf yang terdapat dalam karangan siswa, itu dikarenakan peran seorang guru sebagai demonstrator. Dalam pembelajaran menulis paragraf guru mengembangkan pelajaran dengan memadukan buku pegangan dan buku pegangan siswa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang dirancang. Hal ini sejalan dengan pendapat Usman (2003:9) bahwa melalui perannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengejar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pembelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam proses pembelajaran menulis pola pengembangan paragraf, guru menuntut siswa untuk memahami macam macam pola pengembangan paragraf yang terdapat ciri-ciri kebahasaan pola pengembangan paragraf dan ciri-ciri strukutur pola pengembangan paragraf. Hal ini bertujuan agar tulisan terssebut mengandung pola pengembangan paragraf dengan jelas. Selain kejelasan pola yang tekadung dalam paragraf, siswa juga diarahkan agar jelas apa audien dari tulisan yang akan dilahirkan. Pengelolaan kelas seperti inilah yang akan mampu menciptakan hasil belajar yang lebih baik, khususnya dalam menulis karangan. Hal-hal ini sudah nampak pada buku pegangan guru bahwa guru harus memberikan penjelasan kepada siswa agar siswa tahu kemana arah tulisan yang akan dibuat. Hasil penellitian ini didukung dengan oleh pendapat Usman (2003:9) bahwa dalam proses belajar-mengajar membawa konsekuensi guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar-
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 mengajar dan hasil belajar siswa sebagian ditentukan oleh peranan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mumpu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Dengan demikian, sangat jelas bahwa lahirnya tulisan-tulisan siswa yang optimal bukan karena sisten yang terisolasi, melainkan karena didukung oleh beberapa hal, baik dari guru pengajar yang mampu menjelaskan materi dengan baik, dari materi yang telah dipelajari oleh siswa, sesta kemauan dari dalam diri siswa untuk membuat sesuatu yang terbaik. Di samping itu, banyaknya tulisan siswa yang mengandung pola pengembangan paragraf sebab-akibat karena topik yang ditentukan pada saat pembelajaran menulis paragraf itu mengakibatkan tulisan siswa sebagian besar mengandung pola pengembangan paragraf sebab-akibat. Dalam hal ini, topik yang di ambil sebagai bahan yang akan dilahirkan adalah “kebakan”. Tentu saja pusat pikiran siswa tertuju pada “apa yang menyebabkan kebakaran itu terjadi”, “apa akibat yang terjadi setelah kebakaran tersebut”, dan “kenapa kebakaran itu bisa terjadi”. Maka dari itu, muncullah tulisan siswa yang dominan ciri-ciri mengandung pola pengembangan paragraf sebabakibat, seperti; adanya suatu kejadian atau penomena, kata penghubung “jadi, karena, maka dll” dan yang lainnya. Seperti contoh paragraf di bawah ini. Para warga yang menyaksikan kebakaran tersebut mengatakan bahwa sering terdengar dentuman yang cukup keras. Mereka menduga dentuman tersebut diakibatkan oleh tabung gas yang meledak. Para pemadam kebakaran cukup kuwalahan dalam memadamkan api tersebut karena di Pasar Seririt tidak ada pompa air sehingga pemadam kebakaran harus bolak-balik mengambil air. Paragraf di atas sudah sangat jelas terlihat mengandung pola pengembangan paragraf sebab-akibat,
karena sudah mampu memenuhi ciri-ciri dari pola pengembangan paragraf. Selain tulisan siswa yang mengandung pola pengembangan paragraf juga ditemukan beberapa tulisan yang tidak mengandung pola pengembangan paragraf. Hal tersebut bisa terjadi, dikarenakan siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran didalam kelas, atau mungkin mereka memang memiliki kemampuan yang kurang dari temantemanmya. Paragraf di atas tidak mengandung pola pengembangan paragraf, karena tidak jelas kedua ciri-ciri yang digunakan pada tulisan siswa. Hal ini yang akan menyebabkan pembaca sulit utuk memahami apa informasi yang disampaikan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pola pengembangan paragraf dalam karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA N 1 Seririt. Dalam penelitian ini, ada 29 buah karangan siswa kelas XI Bahasa 1 di SMA 1 Seririt. Dengan jumlah paragraf sebanyak 78 paragraf dalam 29 karangan siswa. Dari 78 paragraf karangan siswa, jumlah paragraf yang mengandung pola pengembangan paragraf adalah 53 paragraf. Sementara itu, paragraf yang tidak menggunakan pola pengembangan paragraf berjumlah 25 paragraf. Setelah penelitian ini dilaksanakan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dalam pelaksanaan pembelajaran pola pengembangan paragraf dalam karangan siswa serta dapa mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan, sehingga siswa yang merasa kurang dalam menulis suatu karangan lebih bersemangat untuk belajar. Bagi guru penelitian ini dapat menambah wawasan guru dalam mengajar siswa mengenai pola pengembangan paragraf, serta mengetahui kendala yang dialami
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 siswa saat menulis kaangan, sehingga guru dapat mengarahkan siswa untuk memahami pola pengembangan paragraf dalam pelajaran bahasa indonesia, sehingga siswa mampu menulis karangan dengan maksimal. Bagi sekolah penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif teradap kemajuan sekolah dalam mengoptimalkan kemampuan menulis karangan siswa. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refrensi atau perbandigan oleh peneliti lain yang hendak melaksanakan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Muchsin. (1988). Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Akhadiah, dkk. 1993. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Alek. A, dkk. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana. Darmadi, K. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Enre, Facrudin Ambo. 1998. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud. Gie, The Liang. 1995. Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset. Hastuti, P. H, dkk. (1993). Pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: FBS UNY. Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi. Keraf, Gorys. 1982. Komposisi. Ende, Flores: Nusa Indah. Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang. Jakarta: Erlangga. Ramlan, M. 1993. Paragraf Alur Pikiran dan Kepanduan dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset. Sakri, Adjad. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB. Sendiktyas, Devi Agnes. 2012. Analisis Pola Pengembangan Paragraf pada Karangan Narasi Berbahasa Jawa Siswa Kelas X SMA N 1 Bejagoan. Skripsi (tidak diterbitkan) Sudiana, I Nyoman. 2007. Retorika Bertutur Efektif. Jakarta:Asri Press. Suparno, Yunus. 2010. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka Supraba, Ellisa Tesdy. 2008. Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Tarigan, HG. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa. Tarigan, 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Usman, Uzer Moh. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Widjono, HS. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Edisi Revisi). Jakarta: Grasindo.Widyamartaya, A. (1990). Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.