ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MAKNA VERBA SURU DAN YARU1
Hastutty Universitas Andalas
ABSTRAK
Verba, yang dalam bahasa Jepang disebut dengan doushi, merupakan salah satu kelas kata yang mengalami perubahan bentuk, bisa berdiri sendiri, menyatakan gerak, fungsi, keberadaan dan situasi seseorang/sesuatu, serta berfungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat. Suru dan yaru merupakan salah satu jenis verba dalam bahasa Jepang yang makna leksikalnya sama yaitu ‘melakukan’ atau dalam bahasa Inggris bisa dipadankan dengan kata do. Walaupun makna leksikalnya sama, verba suru dan yaru tidak bisa disubtitusikan posisinya begitu saja ketika digunakan di dalam kalimat karena makna mereka ada yang sama dan ada yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti inigin mengetahui persamaan dan perbedaan makna kedua verba tersebut di dalam kalimat, makna itu disebut dengan makna gramatikal yang terdapat dalam kajian semantik. Batasan penelitian ini dilakukan terhadap verba suru dan yaru yang berjenis transitif. Verba transitif adalah verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi objek. Penelitian verba transitif suru dan yaru ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pada tahap pengumpulan data digunakan teknik catat melalui penelitian kepustakaan. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dan pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode formal dan informal. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teori makna verba suru dan yaru yang diungkapkan oleh Sunagawa Yuriko serta Seichii Makino dan Mitchio Tsutsui. Setelah melakukan analisis, peneliti menemukan persamaan dan perbedaan makna terhadap verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat. Persamaannya yaitu mereka sama-sama bermakna ’melakukan’ ketika nomina pengisi objek langsungnya berjenis tugas, pekerjaan, kegiatan, olah raga, permainan, acara dan bidang profesi. Perbedaannya adalah makna yang hanya dimiliki verba transitif suru di dalam kalimat yaitu, ‘mengenakan’, ‘mempunyai’, ‘mengubah kemudian menggunakan’, ‘membuat jadi’. Makna yang hanya dimiliki oleh verba transitif yaru di dalam kalimat adalah ‘mengirim’ dan ‘memberi’. Kata Kunci: verba suru dan yaru, persamaan dan perbedaan makna gramatikal 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Verba adalah kelas kata yang berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain, verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona atau jumlah. Sebagian verba mewakili unsur semantis perbuatan, 1
Tulisan ini adalah skripsi pada Jurusan Sastra Jepang Universitas Andalas.
Hastutty
keadaan, atau proses (Kridalaksana, 2008:254). Verba dalam bahasa Jepang disebut dengan doushi. Tanaka (1990:85) memberikan pendapat akan pengertian doushi. 人や事物の動作、作用、存在、状態を表す言葉を動詞と言います。名詞が「何は」「何が」の 形で文を構成する要素を受持つのに対して、動詞は「どうする」「どうした」の部分、つまり 事態の叙述にあずかる役目をします。 Hito ya jibutsu no dousa, sayou, sonzai, joutai o arawasu kotoba o doushi to iimasu. Meishi ga nani wa, nani ga no katachi de bun o kousei suru youso o ukemotsu noni taishite, doushi wa dousuru, doushita no bubun, tsumari jitai no jojutsu ni azukaru yakume o shimasu. ‘Kata yang menyatakan gerak, fungsi, keberadaan dan kondisi dari manusia, makhluk hidup, benda, perkara, atau suatu hal disebut dengan doushi. Di dalam sebuah kalimat, meishi adalah faktor yang mengisi komposisi bagian apa dan siapa, sedangkan doushi bertugas untuk memberikan bagian bagaimana’. Iori (2000:341) menjelaskan lebih terperinci mengenai doushi. 動詞とは辞書形がウ、ク、グ、ス、ズ、ツ、ヌ、ブ、ム、ル、のウの段で終わり、「-ます」 「―て / で」「―ない」などに続く時に形が変化する(活用する)物を指します。動詞はほとんど主 語の動作を表します。ほかに「ある、いる、できる」など主語の状態を表すものが少数ありま す。 Doushi to wa jisyokei ga u, ku, gu, su, zu, tsu, nu, bu, mu, ru no u no dan de owari, -masu, -te/de, -nai nadoni zoku toki ni katachi ga henkasuru (katsuyousuru) mono o sashimasu. Doushi wa hotondo ga shugo no dousa o arawashimasu. Hokani aru, iru, dekiru nado shugo no jyoutai o arawasu mono ga syousuu arimasu. ‘Doushi ditunjukkan dengan bentuk kamus yang berakhiran pada kolom u yaitu: u, ku, gu, su, zu, tsu, nu, bu, mu, ru dan mengalami perubahan bentuk (konjugasi) ketika digabungkan dengan bentuk –masu, –te / de, – nai, dan semacamnya sesuai dengan penggunaannya. Doushi menyatakan perbuatan si subjek. Selain itu, ada juga bentuk aru, iru, dan dekiru yang menyatakan kondisi si subjek’ Dari beberapa penjelasan oleh ahli di atas dapat disimpulkan bahwa verba, yang dalam bahasa Jepang disebut dengan doushi, merupakan salah satu kelas kata yang mengalami perubahan bentuk, bisa berdiri sendiri, menyatakan gerak, fungsi, keberadaan dan situasi seseorang/sesuatu, serta berfungsi sebagai predikat dalam suatu kalimat. Suru dan yaru merupakan salah satu jenis verba dalam bahasa Jepang yang makna leksikalnya sama yaitu ‘melakukan’ atau dalam bahasa Inggris bisa dipadankan dengan kata do. Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, lepas dari konteks. Ada pula yang menyatakan bahwa makana leksikal adalah makna kata pada waktu berdiri sendiri, baik dalam bentuk turunan maupun dalam bentuk dasar (Djajasudarma,
25
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
1999:13). Walaupun makna leksikalnya sama, verba suru dan yaru tidak bisa disubtitusikan begitu saja ketika digunakan di dalam kalimat. Contoh: 1. 三歳の頃からチェスをすれば、上手になるのはあたりまえだ。 San-sai no koro kara cheesu o sure -ba , Umur tiga tahun Gen sekitar Post catur Acc melakukan kalau, jyouzu ni naru no wa atarimae da. hebat Part menjadi Gen Top sewajarnya Kop. ‘Kalau bermain catur terus menerus semenjak umur tiga tahun, sewajarnya menjadi hebat’. (Miura: 12) 2. 三歳の頃からチェスをやれば、上手になるのはあたりまえだ。 San sai no koro kara cheesu o yare -ba, Umur tiga tahun Gen sekitar Post catur Acc melakukan Part, jyouzu ni naru no wa atarimae da. hebat Part menjadi Gen Top sewajarnya Kop. ‘Kalau bermain catur terus menerus semenjak umur tiga tahun, sewajarnya menjadi hebat’. (Miura: 12) 3. きれいな色をしたネクタイをもらった。 Kireina iro o shita nekutai o moratta. Bagus warna Acc melakukan dasi Acc mendapatkan. ‘Saya mendapatkan dasi yang berwarna bagus.’ (Nameraka: 18) Pada contoh (1), sureba adalah bentuk verba suru yang mengalami afiksasi dengan partikel ba, fungsinya memberikan makna persyaratan terhadap verba yang dilekatinya. Verba suru di sini berjenis verba transitif, ditandai oleh partikel o sebagai akusatif yaitu partikel penanda objek langsung. Objek langsung yang diderita oleh verba ini berasal dari kelas nomina cheesu ‘catur’ yang merupakan sebuah permainan. Ketika verba suru diikuti oleh objek langsung yang berasal dari sebuah permainan, arti dari verba suru tersebut adalah ‘bermain’. Pada kata bermain terdapat makna ‘melakukan’ di dalamnya, yaitu ‘melakukan permainan’. Makna verba suru pada contoh (1) di atas adalah ‘Kalau melakukan permainan catur terus menerus semenjak umur tiga tahun, sewajarnya menjadi hebat’. Makna ‘melakukan’ verba suru ini juga dimiliki oleh verba yaru ketika ia digunakan di dalam kalimat, sehingga posisi verba suru bisa disubstitusi oleh verba yaru seperti yang terlihat pada contoh (2). Sedangkan pada contoh (3), verba suru juga berjenis verba transitif yang ditandai oleh partikel o sebagai akusatif, yang mana ia di artikan dengan ‘berwarna’. Pada kata berwarna, bukan makna ‘melakukan’ yang terdapat di dalamnya tetapi ‘memiliki’. Sehingga makna verba suru pada contoh (3) tersebut adalah ‘Saya mendapatkan dasi yang memiliki warna bagus’. Makna ‘memiliki’
26
Hastutty
tidak ditemukan pada verba yaru ketika ia digunakan di dalam kalimat, sehingga posisi verba suru di sana tidak bisa digantikan oleh verba yaru. X きれいな色をやるネクタイをもらった。 Kireina iro o yaru nekutai o moratta. Bagus warna Acc melakukan dasi Acc mendapatkan. Dari latar belakang di atas, terlihat penggunaan verba suru dan yaru tidak bisa dipertukarkan begitu saja walaupun secara leksikal mereka memiliki makna yang sama. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap persamaan dan perbedaan makna verba suru dan yaru di dalam kalimat. Jika kita sebagai pembelajar asing bahasa Jepang tidak begitu paham akan maknanya, maka akan timbul kesalahan dalam berbahasa. 1.2 Batasan Masalah Shimizu dalam Sudjianto (2004:108) membagi jenis-jenis verba bahasa Jepang atas tiga jenis, yaitu: 1. Tadoushi adalah verba yang mempengaruhi pihak lain. 2. Jidoushi adalah verba yang tidak mempengaruhi pihak lain. 3. Shoudoushi adalah verba yang memasukkan pertimbangan pembicara. Ada tiga jenis verba lagi yang ditambahkan oleh Takano (dalam Sudjianto, 2004:109), yaitu: 1. Fukugoo doushi adalah verba yang terbentuk dari gabungan dua buah kata atau lebih. 2. Haseigo toshite no doushi adalah verba yang terbentuk dari kelas kata lain dengan cara menambahkan sufiks. 3. Hojodoushi adalah verba yang melekat kepada verba lain dan memberikan aspek terhadap verba tersebut. Tadoushi dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan istilah verba transitif. Menurut Kridalaksana verba transitif adalah verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi objek (2008: 256). Verba transitif ini menurut Chaer terbagi ke dalam tiga jenis: monotransitif yaitu jika verba tersebut diikuti oleh sebuah objek; bitransitif yaitu jika verba tersebut diikuti oleh dua buah objek; dan ditransitif yaitu jika verba tersebut objeknya tidak muncul(1995: 249). Penelitian ini dibatasi pada persamaan dan perbedaan makna verba suru dan yaru yang berjenis transitif di dalam kalimat. Analisis makna yang digunakan adalah analisis makna gramatikal yang terdapat dalam kajian semantik atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Imiron. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah terhadap verba suru dan yaru tersebut adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah persamaan makna dari verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat? 2. Bagaimanakah perbedaan makna dari verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat?
27
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
1.4 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah sebagai berikut. 1. Memaparkan persamaan makna verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat. 2. Memaparkan perbedaan makna verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat. 1.5 Manfaat Melalui penelitian ini, diharapkan bisa menambah wawasan peneliti sendiri khususnya dan pembelajar bahasa Jepang lain umumnya, mengenai persamaan dan perbedaan makna verba suru dan yaru berjenis transitif di dalam kalimat sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaannya. Di samping itu, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan kepada pembelajar bahasa lain yang objek kajiannya bukan bahasa Jepang mengenai verba dalam bahasa Jepang. Kemudian diharapkan juga, penelitian ini bisa bermanfaat terhadap perkembangan linguistik bahasa Jepang, khususnya di Universitas Andalas. 1.6 Metode Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan sematamata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomen yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti adanya (Sudaryanto, 1992:62). Untuk melakukan sebuah penelitian, diperlukan metode dan teknik yang mendukung. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Ada tiga tahap penelitian yang harus dilalui yaitu: tahap penyediaan data, tahap analisis data dan tahap penyajian hasil analisis data. 1.6.1 Tahap Penyediaan Data Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Mahsun (2005: 90) metode simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Teknik dasar yang digunakan yaitu teknik sadap yang kemudian di lanjutkan dengan teknik lanjutan; teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Sudaryanto menjelaskan tentang teknik-teknik tersebut sebagai berikut: “Teknik sadap adalah si peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama dengan menyadap penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Teknik simak bebas libat cakap adalah si peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara: tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara. Teknik catat adalah pencatatan yang dilakukan pada kartu data yang dilanjutkan dengan klasifikasi (1993: 133 – 35 )”. Peneliti menggunakan data yang berasal dari sumber tertulis. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai macam buku seperti Nihon o Shiru, Nameraka Nihon Go Kaiwa dan novel Kokoro karya Natsume Soseki.
28
Hastutty
1.6.2 Tahap Analisis Data Metode distribusional dengan teknik ganti digunakan pada tahap analisis data. Metode distribusional adalah metode yang menganalisis sistem dan kaidah bahasa yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciriciri kebahasaan (Subroto, 2007:68). Sudaryanto menjelaskan tentang tekni ganti. “Teknik analisis yang berupa penggantian unsur satuan lingual, data itu akan meghasilkan tuturan berbentuk ABCS, ABSD, atau SCBD, bila tuturan data semula berbentuk ABCD. Teknik ganti berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti (1993:48)”. Contoh: 4. 日本のサラリーマンにとって、ゴルフをするのもの仕事の一つだ。 Nihon no sarariiman ni totte, gorofu o suru no mono Jepang Gen karyawan Part bagi, golf Acc melakukan Gen hal shigoto no hitotsu da. pekerjaan Gen utama Kop ‘Bagi karyawan Jepang, bermain golf merupakan hal yang nomor satu’. (Miura: 12) Pada contoh kalimat (4) di atas, verba suru diartikan dengan ‘bermain’. Kata bermain memiliki makna ‘melakukan’ di dalamnya yaitu ‘melakukan permainan’. Pada makna ‘melakukan’ ini, digunakan teknik ganti dengan tujuan ingin mengetahui apakah verba yaru memiliki makna yang sama dengan verba suru di dalam kalimat tersebut. Terlihat pada contoh kalimat (5), verba suru bisa diganti dengan verba yaru, dan diketahui bahwa makana ‘melakukan’ juga dimiliki oleh verba yaru. 5. 日本のサラリーマンにとって、ゴルフをやるのもの仕事の一つだ。 Nihon no sarariiman ni totte, gorofu o yaru no mono Jepang Gen karyawan Part bagi, golf Acc melakukan Gen hal shigoto no hitotsu da. pekerjaan Gen utama Kop ‘Bagi karyawan Jepang, bermain golf merupakan hal yang nomor satu’. 2. Kerangka Teori 2.1 Tinjauan Pustaka Sejauh pengetahuan peneliti, sudah banyak ahli yang meneliti verba bahasa Jepang, baik itu dari segi makna maupun fungsinya. Peneliti telah melakukan tinjauan pustaka atas penelitian yang terdahulu terhadap verba melalui analisis semantik demi menambah wawasan peneliti yang semuanya berbentuk skripsi dari mahasiswa-mahasiswa UPI Bandung, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Persada (2006) yang meneliti tentang verba nigiru dan tsukamu sebagai sinonim. Dalam skripsi ini, Persada memaparkan makna-makna yang dimiliki verba nigiru dan tsukamu, persamaan antara kedua verba tersebut adalah
29
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
sama-sama digunakan untuk menyatakan arti memegang suatu benda baik benda konkrit maupun abstrak dan sama-sama dapat digunakan pada idiom atau makna kiasan. Perbedaan verba nigiru dan tsukamu dari segi makna dan penggunaan adalah terletak pada subjeknya, bentuk objeknya, keadaan objeknya, kapasitas kekuatannya, dan ragam bahasanya. 2. Noor, yang meneliti makna verba arawasu, sasu dan shimesu sebagai sinonim. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa verba arawasu digunakan untuk menyatakan menunjukkan objek yang merupakan bagian dari subjek dan merupakan perbuatan yang tidak disengaja. Verba shimesu digunakan untuk menyatakan menunjukkan sesuatu benda atau hal dalam konteks memberitahu kepada orang lain atau melakukan perbuatan dengan sengaja. Sedangkan verba sasu digunakan untuk menyatakan sesuatu yang kongkrit dengan menggunakan alat penunjuk. Dari penelitian terdahulu, terlihat jelas bahwa objek kajian yang mereka teliti sangatlah berbeda dengan objek kajian yang akan peneliti teliti. Peneliti akan meneliti verba suru dan yaru dalam bahasa Jepang. Penelitian ini tidak hanya terbatas pada analisis sinonim saja, tetapi cakupannya lebih besar yaitu terhadap persamaan dan perbedaan makna verba suru dan yaru dalam kalimat 2.2 Teori Untuk melakukan sebuah penelitian, diperlukan teori sebagai acuan dan landasan berfikir. Pada penelitian ini, karena peneliti ingin mencari persamaan dan perbedaan makna terhadap verba suru dan yaru yang berjenis verba transitif di dalam kalimat, maka digunakanlah teori-teori tentang makna. Analisis makna tersebut terdapat dalam kajian semantik. 2.1 Semantik Semantik berasal dari bahasa Yunani sema ‘tanda’; samanio ‘menandai’, ‘berarti’. Semantik adalah ilmu bahasa yang mempelajari makna (Djajasudarma, 1999: 1). Menurut Kridalaksana semantik adalah sistem penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya (2008: 216). Semantik dalam bahasa Jepang disebut dengan 意味論imiron. Adapun pengertian imiron menurut Nimura dalam Putri (2003:18), yaitu: 語や形態素の意味、構造変化を研究する言語学の一部門。分野発音の意味を重視する立場もあ る。 Go ya keitaso no imi, kouzo ya henka o kenkyuusuru gengogaku no ichimon. Bunya hatsuon no imi o jusshisuru tachiba mo aru. ‘Salah satu cabang linguistik yang meneliti proses pembentukan dan perubahan unsur-unsur pembentukan arti atau makna suatu kata, juga menitikberatkan pada makna atau arti suatu hal’. Dari pengertian semantik di atas, jelas bahwa makna merupakan objek kajiannya. Peneliti membatasi makna berdasarkan pengertian yang diberikan oleh Kridalaksana dalam kamus lingustiknya yaitu:
30
Hastutty
“Maksud pembicara, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, atau caracara menggunakan lambang bahasa (2008: 148)”. Makna yang diteliti pada penelitian ini adalah makna dari penggunaan verba suru dan yaru yang berjenis transitif di dalam kalimat. Makna itu disebut oleh Kridalaksana sebagai makna gramatikal yaitu hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan-satuan yang lebih besar, mis: hubungan antara kata dengan kata lain dalam frase, klausa atau kalimat (2008: 148). Djajasudarma juga memberikan defenisi mengenai makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat (1999: 13). Sedangkan menurut Chaer, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi dan kalimatisasi (1995: 290). 2.2 Verba Miura (1988: 12) menjelaskan secara singkat mengenai penggunaan verba suru dan yaru: 「する」と言う動詞は、会話ではしばしば「やる」におきかえられることがある。「やる」は ゲーム、スポーツ、仕事などを表す名詞のあとに来る場合が多いい。「する」がその前の名詞 と結合して動詞となる場合、又慣用句などでは「やる」におきかえられない。 Suru to iu doushi wa, kaiwa dewa shibashiba yaru ni okikaerareru koto ga aru. Yaru wa geemu, supootsu, shigoto nado wo arawasu meishi no ato ni kuru baai ga ooii. Suru ga sono mae no meishi to ketsugoushite doushi to naru baai, mata kanyouku nadodewa yaru ni okikaerarenai ‘Suru merupakan verba yang dalam percakapan sering kali bisa digantikan dengan yaru. Yaru banyak dijumpai setelah nomina yang menyatakan pekerjaan, olah raga, permainan dan semacamnya. Suru dan nomina yang disebutkan tadi bergabung menjadi verba. Suru tidak bisa digantikan dengan yaru ketika digunakan dalam sebuah idiom atau ungkapan’. 2.2.1 Verba Suru Verba suru ketika ia berdiri sendiri mempunyai makna leksikal ‘melakukan’, tetapi ketika ia digunakan dalam kalimat, ia mengalami proses gramatikal sehingga maknanya juga akan ikut berubah. Sunagawa (1998: 15457) mengemukakan penggunaan verba suru di dalam kalimat. 1. 時間の経過、かかる費用を表す。時間の場合は「たつ」、費用の場合は「かかる」と言いかえ られる。 Jikan no keika, kakaru hiyou o arawasu. Jikan no baai wa [tatsu], hiyou no baai wa [kakaru] to iikaerareru ‘Mencerminkan durasi waktu, biaya yang dibutuhkan. Pengucapannya bisa diganti dengan kakaru jika berhubungan dengan biaya, dan bisa diganti dengan tatsu jika berhubungan dengan waktu’.
31
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
Contoh: その旅館は一泊5万円もする。 Sono ryokan wa ippaku go man en mo suru Penginapan itu bertarif lima puluh ribu Yen lebih semalam. 2. 対象に働きかけて変化されることをあらわす。「なる」がそのもの自体の自然な変化を表すの に対し、「する」は働きかける人が存在する意図的な変化を表す。 Taishou ni hataraki kakete henkasareru koto o arawasu. naru ga sono mono jitai no shizen na henka o arawasu noni taishi, suru wa hatarakikakeru hito ga sonzai suru itotekina henka o arawasu. ‘Mencerminkan perihal diajak untuk berubah terhadap objek. Naru menyatakan perubahan yang wajar, tetapi suru menyatakan eksistensi maksud perubahan dari orang yang mengajak’. Contoh : 部屋をきれいにしなさい Heya o kirei ni shinasai Tolong bersihkan kamar. 3. におい、かおり、味、音、感じ、気、寒気、吐き気など名詞に付いて、その感覚知覚を表す。 Nioi, kaori, aji, oto, kanji, ki, samuke, hakike nado meishi ni tsuite, sono kankaku chikaku o arawasu. ‘Mencerminkan penginderaan terhadap kata benda seperti bau, rasa, bunyi, perasaan, rasa dingin, rasa mual, dan lain-lain’. Contoh: 台所からいいにおいがしてきた Daidokoro kara ii nioi ga shite kita bau harum tercium dari dapur 4. 動作や作用を表す名詞に付いて動詞を作るのに使う。和語に付く例も少なくないが、英語や外 来語の名詞に付いて動詞を作る場合が多い。 Dousa ya sayou o arawasu meishi ni tsuite doushi o tsukuru noni tsukau. Wago ni tsuku rei mo sukunakunai ga eigo ya gairaigo no meishi ni tsuite doushi o tsukuru baai ga ooi. ‘Digunakan untuk membuat kata kerja yang mencerminkan gerak dan fungsi terhadap kata benda. Pola ini banyak terjadi pada gabungan antara suru dengan kata serapan, tetapi pada kata benda bahasa Jepang pun tidak sedikit’. Contoh: 午後は買い物をするつもりだ Gogo wa kaimono o suru tsumori da Sore nanti saya bermaksud untuk berbelanja
32
Hastutty
5. 色、形、様子、姿、かっこう、顔など視覚的とらえられるものを表す言い方。 Iro, katachi, yousu, sugata, kakkou, kao nado shikakuteki toraerareru mono o arawasu iikata. ‘Cara pengungkapan suatu hal yang menyatakan ditangkap berdasarkan visualisasi akan warna, bentuk, sifat, wujud, rupa, wajah, dan lain-lain’. Contoh: きれいな色をしたネクタイをもらった Kirei na iro o shita nekutai o moratta Saya menerima dasi berwarna indah 6. 「職業名+をしている」の形で用いて、「その仕事に付いている」という意味を表す。 (shokugyou mei + o shiteiru) no katachi de mochiite, (sono shigoto tsuiteiru) to iu imi o arawasu. ‘Penggunaan pola (kata benda profesi + o shite iru) menunjukkan arti ‘berprofesi sebagai’. Contoh: 彼は教師をしている Kare wa kyoushi o shite iru Dia berprofesi sebagai guru 7. ネクタイ、時計、指輪などにつけて、それを身につけていることを表す。 Nekutai, tokei, yubi nado ni tsukete, sore o mi ni tsuketeiru koto o arawasu. ‘Menyatakan mengenakan sesuatu seperti mengenakan dasi, jam tangan, cincin dan lain-lain’. Contoh: あの人はいつもイヤリングをしている Ano hito wa itsumo iyaringu o shite iru Orang itu selalu bercincin 8. あるものを別の用途で使うという意味。 Aru mono o betsu no youto de tsukau to iu imi. ‘Berarti ‘menggunakan benda dengan tujuan tersendiri’’. Contoh: 本をまくらにして昼寝ました Hon o makura ni shite hiru nemashita
33
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
saya tidur siang berbantal buku 2.2.2 Verba Yaru Makino dan Tsutsui (1995:584-88) memberi pendapat bahwa verba yaru bermakna to cause something or someone to move to a place or to do or eat or drink something ‘menyebabkan seseorang atau sesuatu untuk berpindah tempat atau melakukan, minum, atau makan sesuatu’. Mereka juga menjelaskan bahwa arti verba yaru yang berbentuk transitif akan bergantung terhadap struktur kalimatnya dan kata benda objek penderitanya. a. s.o. ga b. s.o. ga
s.o. o N (tempat) N (olah raga / permainan )
c. s.o. ga
N (makanan, minuman, rokok) o
yaru
d. s.o. ga
N (kerja / tugas)
o
yaru
e. s.o. ga f. s.o. ga g. s.o. ga h. s.o. ga
N (acara) N (hobi / mata pelajaran) N (penyakit) N (toko / perusahaan)
o o o o
yaru yaru yaru yaru
34
ni o
yaru yaru
‘mengirim’ ‘bermain / berolah raga’ ‘makan / minum/ merokok’ ‘bekerja/ bertugas’ ‘mengadakan’ ‘mempelajari’ ‘menderita’ ‘menjalankan’
Hastutty
3. Analisis Data Berdasarkan uraian pada bab II mengenai makna verba suru dan yaru, terlihat adanya persamaan dan perbedaan makna verba tersebut yang berjenis transitif ketika mereka digunakan di dalam kalimat, sehingga posisi mereka tidak bisa dipertukarkan begitu saja. Berikut analisis persamaan dan perbedaan makna verba suru dan yaru yang berjenis transitif sesuai dengan sistematika rumusan masalah yang disebutkan pada bab I. 3.1 Persamaan Makna Verba transitif Suru dan Yaru Dalam Kalimat Sunagawa mengatakan (1998: 154-57) bahwa verba suru digunakan untuk membuat kata kerja yang mencerminkan gerak dan fungsi terhadap nomina. Makino dan Tsutsui menagatakan (1995: 584-88) bahwa verba yaru digunakan untuk menyatakan seseorang melakukan sesuatu dan arti dari verba transitif yaru akan bergantung pada jenis nomina pengisi objek langsungnya. Merujuk dari teori yang mereka ungkapkan, kedua verba ini memiliki persamaan makna ‘melakukan’ di dalam kalimat. Miura menambahkan (1988: 12) bahwa pada makna ini verba suru dan yaru merupakan sebuah sinonim dan perbedaannya hanya terletak pada formal dan tidak formalnya situasi saat diucapkan. Berikut analisis persamaan makna ‘melakukan’ yang ditemukan pada verba suru dan yaru berjenis transitif. 1. 来週の日曜日に、あなたのお家でパーチイーをやるのはどうかしら。 Raishu no nichiyoubi ni, anata no o– uchi de Minggu depan Gen hari Minggu Post, kamu Gen Hon rumah Post paatii o yaru no wa dou kashira. pesta Acc melakukan Nmlz Top bagaimana Part ‘Bagaimana mengadakan pestanya, di rumah mu hari Minggu depan?’ (Nameraka: 133) Pada data (1), verba yaru merupakan jenis verba transitif, ditandai oleh partikel o sebagai akusatif, mempunyai objek langsung yaitu paatii ‘pesta’. Pesta merupakan kata yang berasal dari kelas nomina yang berjenis acara atau perhelatan. Merunut dari pendapat Makino dan Tsutsui bahwa arti dari verba yaru bergantung pada objeknya (1995: 586), pesta adalah sebuah nomina yang berjenis acara yang aktifitasnya adalah diselenggarakan, maka ketika ia menjadi objek langsung terhadap verba yaru, verba yaru diartikan menjadi ‘mengadakan’. Kata mengadakan mempunyai makna ‘melakukan’ di dalamnya, sehingga makna verba yaru yang digunakan dalam kalimat pada data (1) di atas adalah ‘Bagaimana melakukan pestanya di rumah mu hari Minggu depan?’. Makna ‘melakukan’ dari verba yaru di sini juga ditemukan pada verba suru, sehingga posisi mereka bisa saling dipertukarkan. Hal tersebut bisa dilihat pada data (2) halaman berikut.
35
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
2. 今度の日曜日、僕の家ですきやきパーチイーをするから、おいでよ。 Kondo no nichiyoubi, boku no ie de sukiyaki paatii o Kali ini Gen hari Minggu, saya Gen rumah Post sukiyaki pesta Acc suru kara, oide yo. melakukan karena, datang Part. ‘Datang ya, karena Aku akan mengadakan pesta Sukiyaki minggu ini di rumah’. (Nameraka: 138) Pada data (2), verba suru juga berjenis verba transitif, ditandai oleh partikel o sebagai akusatif, mempunyai objek langsung yaitu Sukiyaki paatii ‘pesta Sukiyaki’. Karena objek langsungnya merupakan jenis acara, verba suru juga diartikan dengan mengadakan, terlihat sama dengan verba yaru pada data (1) di atas. Kata mengadakan mempunyai makna ‘melakukan’ di dalamnya, sehingga makna verba transitif suru yang digunakan dalam kalimat pada data (2) di atas adalah ‘Datang ya, karena Aku akan melakukan pesta Sukiyaki minggu ini di rumah’. Selain jenis nomina pengisi objek langsungnya adalah sebuah acara, makna ‘melakukan’ verba transitif suru juga ditemukan terhadap objek langsung yang merupakan nomina berjenis permainan atau olahraga. Hal itu bisa dilihat pada data (3) berikut ini. 3. 日本のサラリーマンにとって、ゴルフをするのもの仕事の一つだ。 Nihon no sarariiman ni totte, gorofu o suru no mono Jepang Gen karyawan bagi, golf Acc melakukan Nmlz hal shigoto no hitotsu da. pekerjaan Gen utama Kop. ‘Bagi karyawan Jepang, bermain golf adalah pekerjaan yang utama’. (Miura: 12) Pada data (3), verba suru merupakan jenis verba transitif, ditandai oleh partikel o sebagai akusatif, mempunyai objek langsung yaitu goorofu ‘golf’. Golf merupakan kata yang berasal dari kelas nomina yang berjenis olahraga atau permainan yang aktifitasnya adalah dimainkan, maka ketika ia menjadi objek langsung terhadap verba suru, verba suru diartikan menjadi ‘bermain’. Kata bermain mempunyai makna ‘melakukan’ di dalamnya, sehingga makna verba suru yang digunakan dalam kalimat pada data (3) di atas adalah ‘Bagi karyawan Jepang, melakukan permainan golf adalah pekerjaan yang utama’. Makna ‘melakukan’ dari verba transitif suru di sini juga ditemukan pada verba yaru, sehingga posisi mereka bisa saling dipertukarkan. Hal tersebut bisa dilihat pada data (4):
36
Hastutty
4. ある日奥さんがKに歌留多をやるから誰か友達を連れて来ないかといった事があります。 Aru hi Okusan ga K ni karuta o yaru kara dare ka Suatu hari Okusan Nom K Part kartu Acc main karena siapa Part tomodachi o tsurete konnai ka to itta teman Acc undang untuk datang Part Quote mengatakan koto ga arimasu. pernah. ‘Suatu hari Okusan pernah mengatakan pada K, “Karena kita akan main kartu, apakah ada seorang teman yang kau undang untuk datang?”’ (Kokoro: 217) Pada data (4), verba yaru merupakan jenis verba transitif, ditandai oleh partikel o sebagai akusatif, mempunyai objek langsung yaitu karuta ‘kartu’. Karuta merupakan sejenis permainan yang dimainkan ketika Tahun Baru. Cara memainkannya adalah kartu-kartu bergambar diserakkan di atas lantai. Setiap kartu bertalian makna dengan sebuah sajak. Jika sajak dibacakan, orang pun berusaha untuk mengambil kartu yang dimaksudkan (Rahasia Hati, 1978: 234). Karena karuta adalah sejenis permainan yang kegiatannya adalah dimainkan, maka ketika ia menjadi objek langsung terhadap verba yaru, verba yaru diartikan menjadi ‘bermain’. Kata bermain mempunyai makna ‘melakukan’ di dalamnya, sehingga makna verba yaru yang digunakan dalam kalimat pada data (4) di atas adalah ‘Suatu hari Okusan pernah mengatakan kepada K, “Karena kita akan melakukan permainan kartu, apakah ada seorang teman yang kau undang untuk datang?”’ Selain terhadap objek langsung yang merupakan sebuah permainan dan olahraga, penggunaan verba transitif yaru yang bermakna ‘melakukan’ juga ditemukan terhadap objek langsung yang merupakan nomina jenis tugas, pekerjaan, atau kegiatan. 5. 明日練習が終わってから部室の大掃除をやってくれないか。 Ashita rensyuu ga owatte kara bushitsu no oosouji o Besok latihan Nom selesai setelah ruangan Gen pembersihan Acc yatte kurenai ka? melakukan mauka datang Part. ‘Besok setelah selesai latihan, maukah kau datang mengerjakan pembersihan ruangan?’ (Nameraka: 131) Pada data (5), verba yaru merupakan jenis verba transitif, ditandai oleh partikel o sebagai akusatif, mempunyai objek langsung yaitu souji ‘pembersihan’. Pembersihan merupakan kata yang berasal dari kelas nomina berjenis kegiatan yang aktifitasnya adalah dikerjakan, maka ketika ia menjadi objek langsung terhadap verba yaru, verba yaru diartikan menjadi ‘mengerjakan’. Kata mengerjakan mempunyai makna ‘melakukan’ di dalamnya sehingga makna verba yaru yang digunakan dalam kalimat pada data (5) di atas adalah ‘Besok setelah selesai latihan, maukah kau datang melakukan pembersihan ruangan?’. Makna ‘melakukan’ dari verba yaru di sini juga ditemukan pada verba suru,
37
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
sehingga posisi mereka bisa saling dipertukarkan. Hal tersebut bisa dilihat pada data (6) berikut. 6. 私は彼に向って、余計な仕事をするのは止せといいました。 Watashi wa kare ni mukatte, yokeina shigoto o Saya Top dia Part mengahadapi, berlebihan pekerjaan Acc suru no wa yose to iimashita. melakukan Nomlz Top berhenti Quote mengatakan. ‘Saya menghadapinya dan berkata akan menghentikan mengerjakan yang tak berguna’. (Kokoro: 126) Pada data (6), verba suru merupakan jenis verba transitif, ditandai oleh partikel o sebagai akusatif, mempunyai objek langsung yaitu shigoto ‘pekerjaan’. Pekerjaan merupakan kata yang berasal dari kelas nomina yang berjenis kegiatan yang aktifitasnya adalah dikerjakan, maka ketika ia menjadi objek langsung terhadap verba suru, verba suru diartikan menjadi ‘mengerjakan’. Kata mengerjakan mempunyai makna ‘melakukan’ di dalamnya sehingga makna verba suru yang digunakan dalam kalimat pada data (6) di atas adalah ‘Saya menghadapinya dan berkata akan menghentikan melakukan pekerjaan yang tak berguna’. Selain terhadap objek langsung yang merupakan sebuah tugas, pekerjaan, atau kegiatan, penggunaan verba transitif suru juga ditemukan terhadap objek langsung yang merupakan nomina jenis bidang pekerjaan atau bidang profesi seseorang. 7. 兄弟三人のうちで、一番便利なのはやはり書生をしている私だけであった。 Kyoudai san-nin no uchi de, ichiban benrina no wa Saudara tiga orang Gen antara Post, paling praktis Nmlz Top yahari syosei o shite iru watashi dake de atta. tentu saja mahasiswa Acc melakukan HJD saya hanya Part ada. ‘Yang paling praktis di antara tiga orang bersaudara ialah tentu saja hanya saya yang bekerja sebagai mahasiswa’. (Kokoro: 57) Pada data (7), verba suru tersebut berjenis verba transitif karena adanya partikel o berfungsi sebagai akusatif. Data di atas objek langsungnya berasal dari kelas nomina yaitu syousei ‘mahasiswa’. Jika lebih diperhatikan lagi, nomina ini merupakan nomina yang menyatakan jenis bidang pekerjaan seseorang atau sebuah profesi. Makna verba suru di sini juga dipengaruhi karena adanya hojodoushi iru. Menurut Makino dan Tsutsui (1986: 155-57), iru sebagai hojodoushi digunakan dengan bentuk konjugasi verba bantu –te memberikan aspek terhadap verba utama yang dilekatinya Ada lima aspek yang diberikan hojodoushi iru terhadap verba utama di dalam kalimat, pada data di atas hojodoushi iru berfungsi memberikan aspek perbuatan atau aktifitas yang dilakukan berulang-ulang. Sunagawa mengatakan penggunaan pola kata benda profesi + o shite iru menunjukkan arti ‘berprofesi sebagai’. Pada arti ini, verba suru masih tetap
38
Hastutty
memiliki makna ‘melakukan’ sehingga makna verba suru yang digunakan dalam kalimat pada data (7) di atas adalah ‘Yang paling praktis di antara tiga orang bersaudara ialah tentu saja hanya saya yang melakukan aktivitas mahasiswa’. Penggunaan jenis objek langsung ini juga ditemukan pada verba yaru, sehingga posisi verba transitif suru pada arti ‘bekerja sebagai’ juga bisa disubstitusi oleh verba yaru, seperti yang terlihat pada data (8) di bawah ini: 8. このごろタクシーの運転者をやっている女性は増えているみたいね。 Kono goro takushii no unten-sha o yatte iru josei Akhir-akhir ini taksi Gen sopir Acc melakukan HJD wanita wa fuete iru mitai ne. Top meningkat HJD sepertinya Part. ‘Wanita yang bekerja sebagai sopir taksi sepertinya bertambah akhirakhir ini ya’. (Nameraka: 82) Pada data (8), verba suru terdapat pada klausa takushii no untensya o yatte iru jyosei ‘wanita yang berprofesi sebagai sopir taksi’. Verba yaru tersebut berjenis verba transitif karena adanya partikel o berfungsi sebagai akusatif. Data di atas, objek langsungnya berasal dari kelas nomina yaitu takushii no untensya ‘sopir taksi’. Nomina ini merupakan nomina yang menyatakan jenis bidang pekerjaan seseorang atau sebuah profesi. Kemudian, verba yaru tersebut juga dilekati oleh hojodoushi iru, yang disambungkan oleh bentuk sambung –te, memberikan aspek terhadap verba yaru yaitu perbuatan atau aktifitas yang dilakukan berulang-ulang. Karena jenis objek langsung yaitu bidang profesi dan dilekati oleh hojodoushi iru tersebut, verba suru di sana diartikan dengan ‘bekerja sebagai’. Pada arti ini, verba suru masih tetap memiliki makna ‘melakukan’ sehingga makna verba suru yang digunakan dalam kalimat pada data (8) di atas adalah ‘Wanita yang melakukan profesi sopir taksi sepertinya bertambah akhirakhir ini ya’. Dari analisis data-data di atas terlihat bahwa persamaan makna verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat adalah ‘melakukan’. Verba suru dan yaru yang berbentuk verba transitif akan sama-sama bermakna ‘melakukan’ dan bisa saling disubtitusikan jika nomina pengisi objek langsungnya adalah yang berjenis tugas, pekerjaan, kegiatan, olahraga, permainan, acara dan bidang profesi. 3.2 Perbedaan Makna Verba transitif Suru dan Yaru di dalam kalimat Pada penjelasan sebelumnya, verba suru dan yaru berjenis verba transitif memiliki makna yang sama yaitu ‘melakukan’ di dalam kalimat dan hal itu membuat mereka bisa saling bertukar posisi. Tetapi tidak disetiap makna ‘melakukan’ tersebut mereka bisa saling dipertukarkan karena adanya proses gramatikal yang terjadi di dalam kalimat tersebut. Kemudian, ada juga makna verba suru yang bukan menyatakan ‘melakukan’ di dalam kalimat dan hal ini membuat verba yaru tidak bisa mengganti posisi verba suru karena ia tidak memiliki makna tersebut ataupun sebaliknya. Berikut analisis perbedaan makna yang ditemukan pada verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat.
39
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
3.2.1. Makna yang dimiliki verba suru tetapi tidak dimiliki verba yaru 1. ‘mengenakan’ Menurut Sunagawa (1998: 156), verba suru digunakan untuk menyatakan seseorang mengenakan sesuatu seperti mengenakan dasi, jam tangan, cincin dan lain-lain. Pada penggunaan ini verba suru mempunyai makna ‘mengenakan’ ketika objek langsungnya adalah sebuah nomina berjenis aksesoris atau perhiasan. Berikut analisis verba suru yang bermakna ‘mengenakan’ di dalam kalimat. 9. きれいな色のスカーフをしているひとか? Kireina iro no sukaafu o shite iru hito ka? Bagus warna Gen scraf Acc melakukan HJD orang Part ‘Apakah orang yang mengenakan selendang warna bagus?’ (Nameraka: 18) Pada data (9), shite merupakan bentuk verba suru yang mengalami afiksasi yaitu dilekati oleh bentuk sambung –te yang fungsinya menyambungkan verba suru dengan hojodoushi iru yang memberikan aspek terhadap verba suru yaitu kondisi hasil suatu perbuatan atau kejadian. Verba suru di sini berjenis verba transitif karena adanya penanda partikel o sebagai akusatif. Walaupun ia berjenis verba transitif, ia tidak lagi bermakna ‘melakukan’ pada kalimat di atas. Hal ini dikarenakan jenis objek langsungnya. Objek langsung yang diderita akibat verba suru tersebut ialah nomina sukaafu ‘selendang’. Selendang adalah nomina yang berjenis aksesori, sehingga ketika ia menjadi objek langsung dari verba suru, maka verba suru akan bermakna ‘mengenakan’, yang data (9) di atas bermakna ‘Apakah orang yang mengenakan selendang warna bagus?’. 10. 1932年のロサンゼルスオリンピックで、100メートル走者の 1932 nen no rosanzerusu orinpikku de, 100 meetoru sousya no 1932 tahun Gen Los Angeles olimpiade Post, 100 meter pelari Gen 良吉 岡隆徳選手が鉢巻をして Ryouyoshi Okataka toku sensyu ga hachimaki o shite Ryoyoshi Okataka pemenang Nom hachimaki Acc melakukan 笑いものになったが今はスポーツでは warai mono ni natta ga ima wa supootsu wa tertawa hal Part menjadi tetapi sekarang Top olah raga Top ベッドバンドとして国際的に使われている。 beddohando toshite kokusaiteki ni tsukawarete iru. bandana sebagai nasional Post digunakan HJD ‘Saat Olimpiade Los Angeles tahun 1932, juara lari 100 meter Ryoyoshi Okataka mengenakan hachimaki menjadi bahan ejekan, tetapi sekarang sudah digunakan sebagai bandana dalam bidang olah raga di seluruh negeri’ (Nihon o Shiru: 107)
40
Hastutty
Pada data (10), shite merupakan bentuk verba suru yang mengalami afiksasi yaitu dilekati oleh bentuk sambung –te yang fungsinya menyambungkan verba suru dengan klausa berikutnya. Verba suru berada pada anak kalimat 100 meetoru sousya no Ryouyoshi Okataka toku sensyu ga hachimaki o shite ‘juara lari 100 meter Ryoyoshi Okataka mengenakan hachimaki’. Verba suru di sini berbentuk verba transitif yang ditandai oleh partikel o sebagai akusatif. Terlihat jenis objek langsung dari verba suru tersebut adalah aksesoris yang disebut dengan hachimaki, yaitu sejenis ikat kepala atau bandana bagi orang jepang yang menyimbolkan akan usaha dan ketekunan dalam mengerjakan pekerjaan. Karena objek langsung yang berjenis aksesori ini, verba suru bermakna ‘mengenakan’ dalam anak kalimat tersebut. Di dalam bahasa Jepang, verba yang digunakan untuk mengungkapkan “mengenakan sesuatu” terdiri dari beberapa jenis. Ada verba kiru untuk jenis objek langsung seperti baju, blouse, jaket dan lain-lain. Verba tsukeru untuk jenis objek langsung pita, pin, kancing dan sejenisnya. Verba haku untuk jenis objek langsung celana, rok, kaus kaki, stoking, sepatu dan sejenisnya. Kemudian, ada verba kaburo untuk jenis objek langsung topi, dan verba suru untuk jenis objek langsung seperti scraf, jam, dasi, ikat pinggang, cincin, sarung tangan dan semacamnya. Semua verba tersebut memiliki makna sama ‘mengenakan’ atau ‘memakai’. Perbedaannya terletak pada jenis objeknya dan bagaimana cara mengenakan serta titik awal gerakan untuk mengenakan objek tersebut (Fukaya, 1993: 16). Pada makna ‘mengenakan’ ini, posisi verba suru tidak bisa disubtitusi oleh verba yaru walaupun verba suru tersebut berjenis transitif karena verba yaru tidak memiliki makna ‘mengenakan’ di dalam kalimat. X きれいな色のスカーフをやっているひとか? Kireina iro no sukaafu o yatte iru hito ka? Bagus warna Gen scraf Acc melakukan HJD orang Part? X 1932年のロサンゼルスオリンピックで、100メートル走者の 1932 nen no rosanzerusu orinpikku de, 100 meetoru sousya no 1932 tahun Gen Los Angeles olimpiade Post, 100 meter pelari Gen 良吉 岡隆徳選手が鉢巻をやて Ryouyoshi Okataka toku sensyu ga hachimaki o yatte Ryoyoshi Okataka pemenang Nom hachimaki Acc melakukan 笑いものになったが今はスポーツでは warai mono ni natta ga ima wa supootsu wa tertawa hal Part menjadi tetapi sekarang Top olah raga Top ベッドバンドとして国際的に使われている。 beddohando toshite kokusaiteki ni tsukawarete iru. bandana sebagai nasional Post digunakan HJD. 2. ‘mempunyai’ Menurut Sunagawa (1998: 156), verba suru digunakan untuk mengungkapkan suatu hal yang ditangkap berdasarkan visualisasi akan warna, bentuk, sifat, wujud, rupa, wajah, dan semacamnya. Pada penggunaan ini Makino dan Tsutsui (1986: 434) juga mengatakan bahwa verba suru menyatakan seseorang atau sesuatu memiliki anggota bagian yang (semi) permanen, anggota tersebut haruslah bagian yang dimiliki oleh si subjek yang tidak bisa dicabut begitu saja. Dengan kata lain, anggota itu merupakan bagian-bagian
41
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
dasar dari pemiliknya (subjek), yang mana ia tidak akan ada tanpa bagian itu. Makna verba suru dalam kalimat tersebut adalah ‘mempunyai’. 11. その男は丈夫なからだをしています。 Sono otoko wa jobuna karada o shite imasu. Dei laki-laki Top kuat badan Acc melakukan HJD ‘Laki-laki itu berbadan kuat’. (Nameraka: 79) Pada data (11), verba suru di sini tidak lagi bermakna ‘melakukan’ terhadap objek langsungnya tetapi ia bermakna ‘memiliki’. Hal ini dikarenakan makna verba suru tersebut mengalami gramatikalisasi di dalam kalimat akibat jenis nomina pengisi objek langsungnya yaitu bagian anggota (semi) permanen dari si subjek dan juga akibat adanya pelekatan hojodoushi iru yang memberikan aspek terhadap verba suru yaitu menyatakan keadaan yang terjadi atau ada secara alami. Pada data (11) di atas, objek langsungnya adalah nomina karada ‘badan’ yang merupakan anggota bagian dasar dari si subjek yaitu sono otoko ‘laki-laki itu’. Verba suru di sini diartikan ‘berbadan’ yang mana dalam kata berbadan tersebut ada makna ‘memiliki’ sehingga kalimat tersebut bermakna ‘Laki-laki itu memiliki badan kuat’. あいかわ ようす 12. Kが ,相変らずむっちりした ,様子をしているにもかかわらず。 K ga aikawarazu mucchirashita yousu o shite iru ni K Nom tetap seperti biasa murung sikap Acc melakukan HJD Part mo kakawarazu. Part walaupun demikian. ‘Walaupun demikian, K tetap bersikap murung seperti biasa.’ (Kokoro: 191) Pada data (12), verba suru di sini juga tidak lagi bermakna ‘melakukan’ terhadap objek langsungnya tetapi ia bermakna ‘memiliki’. Hal ini dikarenakan makna verba suru tersebut mengalami gramatikalisasi di dalam kalimat akibat jenis nomina pengisi objek langsungnya yaitu bagian anggota (semi) permanen dari si subjek dan juga akibat pelekatan hojodoushi iru yang memberikan aspek terhadap verba suru yaitu menyatakan keadaan yang terjadi atau ada secara alami. Pada data (12) di atas, objek langsungnya adalah nomina yousu ‘sikap’ yang merupakan anggota bagian dasar dari si subjek yaitu K. Verba suru di sini diartikan ‘bersikap’, yang mana dalam kata bersikap tersebut ada makna ‘memiliki’ sehingga kalimat tersebut bermakna ‘Walaupun demikian, K tetap memiliki sikap murung seperti biasa.’ Pada data (11) dan (12) di atas, verba transitif suru yang bermakna memiliki terdapat pada kalimat tunggal dipengaruhi oleh jenis nomina pengisi objek langsungnya dan adanya pelekatan hojodoushi iru. Makino dan Tsutsui (1986: 434) mengatakan bahwa ketika verba suru berada dalam anak kalimat dan ia digunakan untuk mengekpresikan memiliki anggota tubuh atau bagian yang permanen, verba suru tidak lagi dilekati oleh hojodoushi iru, tetapi ia berada dalam bentuk konjugasi renyoukei yaitu berafiksasi dengan verba bantu –ta. Renyoukei adalah salah satu jenis konjugasi verba bahasa Jepang yaitu bentuk 42
Hastutty
perubahan verba yang mencangkup bentuk sopan –masu, bentuk sambung –te, bentuk lampau –ta (Tsujimura, 1996: 352). 13. きれいな色をしたネクタイをもらった。 Kireina iro o shita nekutai o moratta. Bagus warna Acc melakukan dasi Acc mendapatkan. ‘Saya mendapatkan dasi yang berwarna bagus’ (Nameraka: 94) Pada data (13) merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat yaitu nekutai o moratta ‘saya mendapat sebuah dasi’ dan kireina iro o shita nekutai ‘dasi yang berwarna bagus’. Penggunaan verba suru di sini terlihat pada anak kalimat. Verba suru di sini tidak lagi bermakna ‘melakukan’ terhadap objek langsungnya, ini dikarenakan ia mengalami gramatikalisasi akibat jenis objeknya langsungnya yaitu bagian anggota (semi) permanen dari si subjek dan verba suru di sini berada dalam bentuk konjugasi renyoukei yang berafiksasi dengan verba bantu –ta yang memberikan aspek terhadap verba suru tersebut. Pada data (13) di atas, objek langsungnya adalah nomina iro ‘warna’ yang merupakan anggota bagian dasar dari si subjek yaitu dasi. Verba suru pada data tersebut diartikan dengan ‘berwarna’. Pada kata berwarna, makna ‘memiliki’ terdapat di dalamnya, sehingga makna kalimat pada data (13) di atas adalah ‘Saya mendapatkan dasi yang memiliki warna bagus’. 14. 赤い色だの藍の色だの、普通市場に上らないような色をした小魚が、透き通る波の中をあちら こちらと泳いでいるのが鮮やかに指さされました。 Akai iro da no ai no iro da no, futsu merah warna Kop Nomlz biru tua Gen warna Kop Nomlz, biasa shijyou ni noboranai youna iro o shita kouo ga, pasar Post tidak terdapat seperti warna Acc melakukan ikan kecil Nom, sukitooru nami no naka o achira kochira to oyoide iru tembus pandang ombak Gen dalam Acc sana sini Part berenang HJD no ga azayaka ni sasasaremashita. Nomlz Nom cemerlang Part bisa melihat ‘Aku bisa melihat ikan-ikan kecil yang berwarna cermelang, ada warna merah ada warna biru tua, tidak seperti yang terdapat di pasar biasa, berenang ke sana-sini di laut yang jernih.’ (Kokoro: 202) Pada data (14) shita merupakan verba suru berada dalam bentuk konjugasi renyoukei yaitu berafiksasi dengan verba bantu –ta. Verba suru di sini tidak lagi bermakna ‘melakukan’ terhadap objek langsungnya, ini dikarenakan ia mengalami gramatikalisasi akibat jenis objek langsungnya yaitu bagian anggota (semi) permanen dari si subjek, yang pada data tersebut objek langsungnya adalah nomina iro ‘warna’ yang merupakan anggota bagian dasar dari si subjek yaitu kouo ‘ikan-ikan kecil’. Verba suru pada data tersebut diartikan dengan ‘berwarna’. Pada kata berwarna, makna ‘memiliki’ terdapat di dalamnya, sehingga makna verba suru pada kalimat data (14) di atas adalah ‘Aku bisa
43
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
melihat ikan-ikan kecil yang memiliki warna cermelang, ada warna merah ada warna biru tua, tidak seperti yang terdapat di pasar biasa, berenang ke sana-sini di laut yang jernih.’ Analisis data-data di atas menjelaskan bahwa makna verba transitif suru di dalam kalimat mengalami proses gramatikalisasi yaitu bermakna ‘memiliki’ karena adanya pengaruh dari jenis nomina pengisi objek langsungnya yaitu anggota bagian yang (semi) permanen yang dimiliki oleh subjek dan adanya pelekatan hojodoushi iru ketika ia berada dalam kalimat tunggal atau berbentuk konjugasi renyoukei yaitu berafiksasi dengan bentu lampau –ta ketika verba transitif suru tersebut digunakan dalam anak kalimat. Kedua bentuk ini memberikan aspek terhadap verba suru yaitu menyatakan keadaan yang terjadi atau ada secara alami. Walaupun verba suru ini berjenis verba transitif, posisi verba suru di sini tidak bisa diganti atau disubstitusi oleh verba yaru karena verba yaru tidak memiliki makna ‘memiliki’ di dalam kalimat. X その男は丈夫なからだをやっています。 Sono otoko wa jobuna karada o yatte imasu. Dei laki-laki Top kuat badan Acc melakukan HJD ‘Laki-laki itu berbadan kuat’. X Kが相変らずむっちりした様子をやっているにもかかわらず。 K ga aikawarazu mucchirashita yousu o yatte iru ni K Nom tetap seperti biasa murung sikap Acc melakukan HJD Part mo kakawarazu. Part walaupun demikian. X きれいな色をやったネクタイをもらった。 Kireina iro o yatta nekutai o moratta. Bagus warna Acc melakukan dasi Acc mendapatkan.
あい
しじょう のぼ
こうお
X 赤い色だの 藍 の色だの、普通 市 場 に 上 らないような色をやった 小 魚 が、透き通る波の中をあちらこちらと泳いでいるのが鮮やかに指さされました。 Akai iro da no ai no iro da no, futsu merah warna Kop Nomlz biru tua Gen warna Kop Nomlz, biasa shijyou ni noboranai youna iro o yatta kouo ga, pasar Post tidak terdapat seperti warna Acc melakukan ikan kecil Nom, sukitooru nami no naka o achira kochira to oyoide iru tembus pandang ombak Gen dalam Acc sana sini Part berenang HJD no ga azayaka ni sasasaremashita. Nomlz Nom cemerlang Part bisa melihat 3. ‘mengubah kemudian menggunakan’ 15. あのひとは本をまくらにしてねます。 Ano hito wa hon o makura ni shite nemasu. Dei orang Top buku Acc bantal Part melakukan tidur ‘Orang itu tidur menggunakan buku sebagai bantal’. (Nameraka: 42) 44
Hastutty
Pada data (15), shite adalah verba suru yang berada pada konjugasi renyoukei yaitu dilekati oleh bentuk sambung –te. Fungsi dari bentuk sambung – te tersebut adalah menyambung verba dengan verba lain atau menyambungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Verba suru di sana merupakan jenis verba transitif yaitu adanya partikel o sebagai akusatif, yang mana objek langsungnya adalah nomina hon ‘buku’. Berdasarkan pendapat Sunagawa mengenai makna verba suru yaitu ‘mengubah suatu benda atau hal dan menggunakannnya untuk tujuan atau fungsi lain’(1998: 156), makna verba suru di sini dipengaruhi oleh dua hal. Yang pertama adalah adanya frasa nomina yang merupakan gabungan dari nomina dan partikel ni yang menyatakan tujuan dan maksud, pada data di atas frasa nominanya adalah gabungan nomina makura ‘bantal’ dan partikel ni. Yang kedua, adanya verba lain setelah verba suru yang mempengaruhi makna verba suru menggunakan objek langsungnya untuk verba lain tersebut, pada data di atas verbanya adalah nemasu ‘tidur’. Berdasarkan hal ini, pada data (15) ada dua hal yang dilakukan oleh verba suru terhadap objek langsungnya yaitu seseorang mengubah buku menjadi bantal kemudian ia tidur dengan menggunakan buku yang telah diubah menjadi bantal tersebut. 16. 適当なものを選んで正し形にして書き入れなさい。 Tekitouna mono o erande tadashi katachi ni shite cocok jawaban Acc pilih betul bentuk Part melakukan kakiire nasai. tulis dan masukkan tolong. ‘Tolong pilih jawaban yang cocok kemudian ubah ke bentuk yang betul lalu isi dengan menggunakannya’ (Nameraka: 55) Pada data (16), verba suru juga berada pada konjugasi renyoukei yaitu berbentuk shite yang dilekati oleh bentuk sambung –te. Fungsi dari bentuk sambung –te tersebut adalah menyambung verba dengan verba lain atau menyambungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Verba suru di sana merupakan jenis verba transitif yaitu adanya partikel o sebagai akusatif, yang mana objek langsungnya adalah nomina mono ‘jawaban’. Seperti analisis pada data (15), bahwa makna verba suru pada kalimat ini dipengaruhi dua hal yaitu yang pertama adalah adanya frasa nomina yang merupakan gabungan dari nomina dan partikel ni yang menyatakan tujuan dan maksud, pada data (16) di atas frasa nominanya adalah gabungan nomina tadashii katachi ‘bentuk yang betul’ dan partikel ni. Yang kedua, adanya verba lain setelah verba suru yang mempengaruhi makna verba suru menggunakan objek langsungnya untuk verba lain tersebut, pada data di atas verbanya adalah kakiire-nasai ‘tolong tulis dan masukkan’. Berdasarkan hal ini, pada data (16) ada dua hal yang dilakukan oleh verba suru terhadap objek langsungnya yaitu seseorang mengubah jawaban menjadi bentuk yang betul kemudian ia menulis dan memasukkan dengan menggunakan jawaban yang betul tersebut. Dari data di atas yang menjelaskan bahwa verba suru yang berjenis verba transitif tidak saja diartikan dengan ‘melakukan’ terhadap objek langsungnya, tetapi maknanya mengalami proses gramatikal yaitu ‘mengubah
45
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
dan menggunakan’ karena adanya pengaruh dari frasa nomina tujuan yaitu gabungan kelas nomina dan partikel ni yang menyatakan tujuan dan maksud serta adanya verba lain setelah verba suru yang mempengaruhi makna verba suru menggunakan objek langsungnya untuk verba lain tersebut. Walaupun verba suru ini berjenis verba transitif, posisi verba suru di sini tidak bisa diganti atau disubstitusi oleh verba yaru karena verba yaru tidak memiliki makna ‘mengubah dan menggunakan’ ketika ia digunakan di dalam kalimat. X あのひとは本をまくらにやってねます。 Ano hito wa hon o makura ni yatte nemasu Dei orang Top buku Acc bantal Part melakukan tidur X 適当なものを選んで正し形にやって書き入れなさい。 Tekitouna mono o erande tadashi katachi ni yatte cocok jawaban Acc pilih betul bentuk Part melakukan kakiire nasai. tulis dan masukkan tolong. 4. ‘membuat jadi’ Menurut Sunagawa (1998: 155), verba suru digunakan untuk menyatakan seseorang atau sesuatu membuat orang lain atau sesuatu menjadi berubah kedudukannya atau keadaannya. Perubahan itu merupakan wujud eksistensi yang dilakukan oleh pelaku terhadap objek langsung. Sedangkan Makino dan Tsutsui (1986: 430) mengatakan bahwa pada penggunaan seperti ini verba suru bermakna ‘membuat’ di dalam kalimat tersebut. 17. A: A: A:
このパソコンはいくらですか kono pasokon wa ikura desuka? ‘berapa harga laptop ini?’
B: B: B:
15万7千円でございます 15 man 7 sen en de gozaimasu. ‘Seratus lima puluh tujuh ribu Yen’.
A: A:
もう少しお安くしてもらえない? Mou sukoshi o- yasuku shite moraenai? Lagi sedikit Hon murah melakukan HJD? ‘Tolong anda murahkan sedikit lagi, bisakah saya mendapatkannya?’ (Nameraka: 101)
A:
Data (17) merupakan sebuah dialog yang terjadi antara penjual dan pembeli yang mana penggunaan verba suru terlihat pada dialog yang diutarakan oleh si A yaitu mou sukoshi o-yasuku shite moraenai? ‘Tolong anda murahkan sedikit lagi, bisakah saya mendapatkannya?’. Walaupun pada tuturan tersebut tidak tersurat siapa pelakunya dan apa yang menjadi objeknya, tetapi dari seluruh dialog bisa diketahui pelaku yang melakukan aktifitas terhadap verba suru adalah si penjual dan objek langsung yang diderita oleh perlakuannya adalah harga laptop.
46
Hastutty
Berdasarkan pendapat Sunagawa, (1998: 155), verba suru digunakan untuk menyatakan seseorang atau sesuatu membuat orang lain atau sesuatu menjadi berubah kedudukannya atau keadaannya. Makna verba suru di sini dipengaruhi oleh adanya ajektiva i yang terdapat di dalam kalimat yang berfungsi untuk menyatakan tujuan dari aktifitas verba suru terhadap objek langsungnya. Ajektiva dalam bahasa Jepang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ajektifa i dan ajektifa na. Pembagian ini didasarkan karena bentuk konjugasi mereka yang berbeda. Karena adanya ajektifa i di dalam kalimat inilah, verba suru bermakna ‘membuat jadi’. Pada data (17), makna kalimat yang menggunakan verba suru di dalamnya secara gramatikal adalah ‘Tolong anda buat harga laptop ini jadi murah, bisakah saya mendapatkannya?’. Penyisipan terhadap objek langsung dan verba suru tidak hanya berasal dari kelas ajektiva i saja, tetapi juga ditemukan pada kelas ajektiva nomina atau ajektiva na. Ajektiva na disebut juga keiyoudoshi atau na-keiyoushi. Tsujimura menamai kelas kata ini dengan ajektiva nomina. Ini dikarenakan kata-kata yang termasuk ke dalam kelas ini mempunyai karakteristik dari ajektiva dan nomina. Bersifat ajektiva karena bisa memodifikasi nomina yang mereka lekati. Ketika mereka memodifikasi nomina tersebut mereka ditambahkan dengan sufiks –na, karna itu disebut dengan ajektiva na. Lebih lanjutnya, sebagai ajektiva mereka bisa dimodifikasi oleh adverbia totemo ‘sangat’. Dilain pihak, mereka juga mirip dengan kelas nomina dalam pola konjugasinya. Nomina dalam bahasa Jepang mengalami konjugasi yang diikuti oleh berbagai macam akhiran apakah ketika mereka berada dalam bentuk sekarang, masa lampau, negatif atau lain-lain. Ajektiva nomina mempunyai akhir konjugasi yang sama dengan kelas nomina (Tsujimura, 1996: 136). Makna verba suru dalam kalimat tidak lagi bermakna ‘melakukan’ saja tetapi akan bermakna ‘membuat jadi’ karena pengaruh ajektiva na di dalam kalimat tersebut. 18. 科学技術の進歩は人間の生活を便利にした。 Kagakugijyutsu no sinpo wa ningen no seikatsu o Ilmu teknik Gen perkembangan Top manusia Gen kehidupan Acc benri ni shita. mudah Part melakukan. ‘Perkembangan ilmu teknik memudahkan kehidupan manusia’. (Nameraka: 142) Pada data (18), shita adalah verba suru berbentuk konjugasi renyoukei yaitu mengalami afiksasi dengan bentuk lampau –ta. Verba suru di sini merupakan verba transitif. Subjek yang melakukan aktifitas terhadap verba suru adalah perkembangan ilmu teknik dan objek langsung yang diderita oleh perlakuannya adalah kehidupan manusia. Di antara objek langsung dan veba suru tersisip kelas ajektiva na benri ‘mudah’ dan partikel ni yang berfungsi menyatakan tujuan, yang mana karena keduanya lah makna verba suru mengalami gramatikalisasi. Berdasarkan pendapat Sunagawa, (1998: 155), verba suru digunakan untuk menyatakan seseorang atau sesuatu membuat orang lain atau sesuatu menjadi berubah kedudukannya atau keadaannya, sehingga makna verba suru adalah ‘membuat jadi’. Pada data (18), makna kalimat tersebut secara gramatikal adalah ‘Perkembangan ilmu teknik membuat kehidupan manusia jadi mudah’.
47
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
Selain dipengaruhi oleh kelas ajektiva i dan ajektiva na, makna verba ini juga dipengaruhi oleh kelas nomina dan partikel ni. Hal tersebut bisa dilihat pada data berikut ini. 19. 元来Kの養家では彼を医者にするつもりで東京へ出したのです。 Ganrai K no youka de wa kare o isya ni Dasar K Gen rumah orang tua angkat Post Top dia Acc dokter Part suru tsumori de Tokyo e dashita no desu. melakukan maksud Part Tokyo Post mengeluarkan Nomz Kop. ‘Pada dasarnya orang tua angkat K mengeluarkannya dari rumah dan mengirim ke Tokyo dengan maksud menjadikan dia seorang dokter’. (Kokoro: 122) Pada data (19), verba suru terdapat dalam sebuah klausa kare o isya ni suru tsumori de ‘bermaksud menjadikannya seorang dokter’. Pelaku dari verba suru tersebut tidak tersurat, tetapi jika dilihat dari keseluruhan kalimat kita bisa mengetahui bahwa pelakunya adalah orang tua angkat dari K dan objek penderitanya adalah K itu sendiri. Berdasarkan pendapat Sunagawa (1998: 155), verba suru digunakan untuk menyatakan seseorang atau sesuatu membuat orang lain atau sesuatu menjadi berubah kedudukannya atau keadaannya. Makna ini dipengaruhi adanya frasa nomina yaitu gabungan dari nomina dan partikel ni yang menyatakan tujuan sehingga makna verba suru adalah ‘membuat jadi’, yang pada data (19) makna kalimat tersebut secara gramatikal adalah ‘Pada dasarnya orang tua angkat K mengeluarkannya dari rumah dan mengirimnya ke Tokyo dengan maksud membuat dia jadi seorang dokter’. Dari ketiga data yang telah di analisis di atas menjelaskan bahwa verba suru yang transitif tidak saja diartikan dengan ‘melakukan’ terhadap objek langsungnya, tetapi maknanya mengalami proses gramatikalisasi yaitu menyatakan seseorang atau sesuatu membuat orang lain atau sesuatu menjadi berubah kedudukannya atau keadaannya. Makna ini terjadi karena adanya pengaruh dari kelas ajektiva i, ajektiva na, nomina dan partikel ni yang melekati ajektiva na dan nomina yang berfungsi utuk menyatakan tujuan terletak antara objek langsung dan verba suru tersebut. Walaupun verba suru ini berbentuk verba transitif, posisi verba suru di sini tidak bisa diganti atau disubstitusi oleh verba yaru karena verba yaru tidak memiliki makna ‘membuat jadi’ di dalam kalimat. X A: A:
もう少しお安くやるもらえない? Mou sukoshi o- yasuku yaru Lagi sedikit Hon murah melakukan
moraenai? bisa mendapatkan?
X 科学技術の進歩は人間の生活を便利にやる。 kagakugijyutsu no sinpo wa ningen no seikatsu o Ilmu teknik Gen perkembangan Top manusia Gen kehidupan Acc benri ni yaru. mudah Part melakukan.
48
Hastutty
X 元来Kの養家では彼を医者にやるつもりで東京へ出したのです。 Ganrai K no youka de wa kare o isya ni Dasar K Gen rumah orang tua angkat Post Top dia Acc dokter Part yaru tsumori de Tokyo e dashita no desu. melakukan maksud Part Tokyo Post mengeluarkan Nomz Kop.
3.2.2 Makna yang dimiliki verba transitif yaru tetapi tidak dimiliki verba suru Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada makna-makna verba transitif suru yang tidak dimiliki oleh verba transitif yaru sehingga verba yaru tidak bisa mengganti posisi verba suru di dalam kalimat. Pada sub bab ini merupakan kebalikannya, yaitu analisis makna verba transitif yaru yang tidak dimiliki oleh verba transitif suru di dalam kalimat sehingga membuat makna mereka berbeda. 1. ‘mengirim’ Verba yaru yang berbentuk transitif tidak lagi bermakna ‘melakukan’ tetapi ‘mengirim’ terhadap objek langsungnya dikarenakan adanya pengaruh dari frase nomina arah yang terdapat di dalam kalimat tersebut, yaitu terdiri dari gabungan kelas nomina yang berjenis tempat dan posposisi yang melekati nomina tersebut yang berfungsi memberikan makna arah. Berikut analisis makna ‘mengirim’ pada verba yaru yang ditemukan di dalam kalimat. 20. 九州にいる兄へやった手紙のなかにも、私は父の到底故のような健康体になる見込みのない事 を述べた。 Kyuushuu ni iru ani e yatta tegami no Kyuushuu Post ada saudara laki-laki Post melakukan surat Gen naka ni mo, watashi wa chichi no toutei moto no youna dalam Post Part, saya Top ayah Gen sama sekali awal Gen seperti kenkoutai ni naru mikomi no nai koto o nobeta. sehat Part menjadi harapan Gen tidak ada hal Acc mengutarakan. ‘Dalam sepucuk surat yang ku kirim ke abangku di Kyuushuu, aku mengutarakan perihal tidak adanya harapan sama sekali ayahku menjadi sehat seperti dulu.’ (Kokoro: 93) Pada data (20), yatta adalah verba yaru yang berada dalam bentuk konjugasi lampau yaitu berafiksasi dengan verba bantu –ta. Makna verba yaru di sana adalah ‘ telah mengirim’. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa makna ini ada karena pengaruh dari frase nomina arah yaitu gabungan nomina dan posposisi, yang pada data di atas nominanya adalah Kyuushuu ni iru ani ‘abang ku yang ada di Kyuushuu’, Kyushuu adalah salah satu nama kota yang ada di negara Jepang, dan adanya posposisi e ‘ke’ yang mengindikasikan arah sesuatu atau seseorang menuju ke sebuah tempat. Verba yaru di sini berbentuk verba transitif dan objek langsung yang dikenainya adalah nomina tegami ‘surat’. Sehingga makna verba yaru pada data di atas adalah ‘dalam sepucuk surat yang ku kirim ke abangku di Kyuushuu’.
49
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
21. 私は腹の中で、おそらくこれが父の健康に関して二人へやる最後のたよりだろうと思った。 Watashi wa hara no naka de, osoraku kore ga chichi no Saya Top hati Gen dalam Post, barangkali Dei Nom ayah Gen kenkou ni kanshite futari e yaru saigo no tayori kesehatan Part mengenai dua orang Post melakukan terakhir Gen surat darou to omotta. mungkin Comp berpikir. ‘Jauh di lubuk hati, ku berpikir bahwa mungkin ini adalah yang terakhir kalinya aku mengirim surat ke mereka berdua mengenai kesehatan ayah.’ (Kokoro: 117) Makna verba yaru ketika berada dalam kalimat seperti data (21) di atas tidak lagi bermakna ‘melakukan’ saja tapi ada kegiatan spesifik yang dikerjakan yaitu bermakna ‘mengirim’. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa makna ini dipengaruhi oleh frase nomina arah yang tedapat di dalam kalimat tersebut yaitu gabungan nomina dan posposisi, yang pada data di atas nominanya adalah futari ‘mereka berdua’ dan posposisi e ‘ke’ yang mengindikasikan arah sesuatu atau seseorang menuju ke sebuah tempat. Objek yang dikenai akibat perbuatan verba yaru tersebut adalah tayori ‘surat’. Sehingga makna verba yaru dalam kalimat tersebut adalah ‘Jauh di lubuk hati, ku berpikir bahwa mungkin ini adalah yang terakhir kalinya aku mengirim surat ke mereka berdua mengenai kesehatan ayah.’ Pada data (20) dan (21), jenis objek langsung yang dikenai perbuatan oleh verba yaru adalah nomina berjenis benda. Ketika objek yang dideritanya adalah berjenis seseorang, arti verba yaru tersebut adalah ‘menyerahkan’, pada kata menyerahakan makna seseorang mengirim anaknya atau orang lain ke suatu tempat masih terdapat di dalamnya. Berikut analisisnya: 22. 一例を挙げると、もし坊さんに女の子があって、その女の子が年頃になったとすると、
だんか
檀 家 のものが相談して、どこか適当な所へ嫁にやってくれます。 Ichi rei o ageru to, moshi bousan ni Satu contoh Acc berikan Part,misalnya pendeta Part onna no ko ga atte, sono onna no ko ga anak perempuan Nom ada, Dei anak perempuan Nom toshigoro ni natta to suru to, danka no mono ga cukup umur menikah Part telah jadi dianggap Part, jemaat Gen orang Nom soudanshite, doko ka tekitouna tokoro e berkonsultasi, mana Part pantas tempat yome ni yatte kuremasu. Post mempelai wanita Part melakukan HJD. ‘Aku berikan satu contoh, misalnya seorang pendeta, ia memiliki anak gadis yang dianggap telah cukup umur untuk menikah, ia dapat menyerahkan anaknya ke keluarga yang pantas sebagai mempelai wanita dengan berkonsultasi melalui jemaat’ (Kokoro: 180)
50
Hastutty
Pada data (22), verba yaru terdapat pada kalimat sorede aru isha no tokoro e youshi ni yarareta no desu. Yarareta merupakan verba yaru yang telah mengalami konjugasi dengan bentuk pasif –rareru dan kemudian diikuti bentuk lampau –ta. Karena verba yaru di sini berbentuk pasif, yang dikenai perbuatan akibat verba yaru di atas adalah K. Telah dikatakan sebelumnya bahwa, ketika objek yang diderita oleh verba suru tersebut merupakan nomina berjenis seseorang maka verba yaru diartikan dengan ‘diserahkan’. Pada kata diserahkan tetap terdapat makna ‘dikirim’ di dalamnya. Hal ini dikarenakan adanya frasa nomina arah di dalam kalimat tersebut, terdiri dari gabungan nomina dan posposisi. Pada data (22) tersebut frasa nominanya aru isha no tokoro ‘tempat seorang dokter’ sebagai nominanya dan e ‘ke’ yang mengindikasikan arah sesuatu atau seseorang menuju ke sebuah tempat sebagai posposisinya. Sehingga makna verba yaru pada data di atas adalah ‘Karena itu, K dikirim ke tempat seorang dokter sebagai anak angkat’. 23. 「本人が不承知の所へ、私があの子をやるはずがありませんから」といいました。 Honnin ga fushouchi no tokoro e, watashi ga ano ko o Orang Nom tidak tahu Gen tempat Post saya Nom Dei anak Acc yaru hazu ga arimasen kara to iimashita melakukan seharusnya Nom tidak ada karena Quote berkata ‘Ia berkata, “Karena, tak seharusnya ku serahkan anak itu ke tempat orang yang tak kukenal”’. (Kokoro: 241) Pada data (23), verba yaru berjenis verba transitif karena ada partikel o sebagai penanda akusatif. Objek langsung yang dikenai akibat perbuatan verba yaru tersebut adalah anoko ‘anak itu’. Makna verba yaru dalam kalimat tersebut juga tidak lagi hanya ‘melakukan’ saja terhadap objek langsungnya, tetapi maknanya lebih spesifik yaitu bermakna ‘mengirim’. Pada data di atas verba yaru diartikan dengan ‘menyerahkan’. Ini dikarenakan jenis objek langsungnya adalah nomina orang. Ketika objek langsung yang diderita oleh verba yaru tersebut merupakan nomina berjenis seseorang maka verba yaru diartikan dengan ‘diserahkan’. Pada kata diserahkan tetap terdapat makna ‘dikirim’ di dalamnya. Makna ini dipengaruhi oleh frase nomina arah yang tedapat di dalam kalimat tersebut yaitu gabungan nomina dan posposisi, yang pada data di atas nominanya adalah fushouch no tokoro ‘tempat yang tak dikenal’ dan posposisi e ‘ke’ yang mengindikasikan arah sesuatu atau seseorang menuju ke sebuah tempat. Sehingga makna verba yaru dalam kalimat tersebut adalah ‘Ia berkata, “Karena, tak seharusnya ku kirim anak itu ke tempat orang yang tak kukenal”’. Dari analisis data-data di atas, verba yaru yang berjenis transitif tidak lagi hanya bermakna ‘melakukan’ saja di dalam kalimat, tapi ia bermakna ‘mengirim’ karena adanya frase nomina arah yang mempengaruhi makna verba yaru tersebut. Pada makna ‘mengirim’ ini, verba suru tidak memilikinya ketika ia digunakan di dalam kalimat, sehingga posisi verba transitif yaru tidak bisa disubstitusi oleh verba transitif suru.
51
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
2. ‘memberi’ Dalam bahasa Jepang ada jenis kategori verba yang disebut dengan “verba memberi dan menerima”. Maksudnya, ada jenis-jenis verba yang maknanya tergolong makna ‘memberi’ dan ’menerima’. Ada lima jenis verba yang bermakna ‘memberi’ dan ada dua jenis verba yang bermakna ‘menerima’. Verba yaru termasuk ke dalam jenis verba yang bermakna ‘memberi’. Brown mengatakan bahwa yaru is normally used in refering to giving something to an animal or an animate object. In certain cases it can be used to mean that someone gives something to a family member, a very close friend, a relative, or a child (1987: 140) ‘verba yaru biasanya digunakan untuk menyatakan memberikan sesuatu kepada binatang atau makhluk hidup lain. Dalam beberapa kasus, verba yaru bermakna seseorang memberikan sesuatu kepada anggota keluarga, teman dekat, kerabat atau anak-anak’. 24. お上さんは礼を返した後、先刻小供にやった白銅の礼を述べた。 Okasan wa rei o kaeshita ato, sakki Okasan Top rasa hormat Acc membalas kemudian, tadi shou tomo ni yatta hakudou no pembantu kecil Dat melakukan uang Gen rei o nobeta. terima kasih Acc mengutarakan. ‘Okasan mengutarakan terima kasihnya atas uang yang tadi telah kami berikan kepada pembantu kecilnya.’ (Kokoro: 75) Pada data (24), yatta adalah verba yaru yang dilekati oleh bentuk lampau –ta. Verba yaru pada kalimat tersebut berbentuk verba transitif, tetapi ia tidak lagi bermakna ‘melakukan’ saja terhadap objeknya melainkan ada kegiatan spesifik yang dilakukan yaitu ‘memberi’. Hal ini dipengaruhi karena adanya objek tak langsung yang terdapat di dalam kalimat tersebut. Objek tak langsung ini ditandai oleh partikel ni sebagai datif. Objek tak langsungnya adalah shou tomo ‘pembantu kecil’. Seperti yang dikatakan oleh Brown (1987: 140), bahwa verba yaru bermakna seseorang memberikan sesuatu kepada anggota keluarga, teman dekat, kerabat atau anak-anak, shou tomo adalah nomina yang artinya adalah pembantu kecil, jadi ia termasuk anak-anak. Objek langsung yang diderita akibat perlakuan verba yaru pada data di atas adalah hakudou ‘uang logam kecil’. Sehingga makna verba yaru tersebut adalah ‘Okasan mengutarakan terima kasihnya atas uang yang tadi telah kami berikan kepada pembantu kecilnya.’ 25. 静、おれが死んだらこの家を前にやろう。 Shizu, ore ga shindara kono uchi o omae ni yarou. Shizu, aku Nom kalau mati Dei rumah Acc kamu Dat akan melakukan. ‘Shizu, kalau nanti aku mati, aku akan memberikan rumah ini pada mu’ (Kokoro: 90) Pada data (25), yarou merupakan verba yaru yang berada dalam bentuk konjugasi mizenkei yaitu berafiksasi dengan verba bantu –ou/you yang 52
Hastutty
manyatakan maksud atau hasrat melakukan sesuatu perbuatan. Mizenkei adalah salah satu jenis konjugasi verba bahasa Jepang yaitu perubahan bentuk verba yang di dalamnya mencangkup bentuk menyangkal –nai, bentuk maksud – ou/you, bentuk pasif –reru, dan bentuk menyuruh –seru. Menyatakan aktivitas atau tindakannya belum dilakukan (Tsujimura, 1996: 352). Verba yaru dalam kalimat tersebut bermakna ‘akan memberi’. Ini dikarenakan adanya objek tak langsung yang terdapat di dalam kalimat tersebut yang ditandai oleh partikel ni sebagai datif.. Seperti yang dikatakan oleh Brown, verba yaru bermakna seseorang memberikan sesuatu kepada anggota keluarga, teman dekat, kerabat atau anak-anak, pada data (25) objek tak langsungnya adalah omae ‘kamu’. Omae merupakan kata ganti tunjuk orang yang digunakan untuk orang-orang terdekat, seperti keluarga, teman, atau sahabat. Objek langsung yang diderita akibat perlakuan verba yaru pada data di atas adalah uchi ‘rumah. Sehingga makna verba yaru tersebut ‘Shizu, kalau nanti aku mati, aku akan memberikan rumah ini pada mu’ Walaupun verba yaru pada makna ‘memberi’ ini berjenis verba transitif, posisi verba yaru pada kalimat tersebut tidak bisa disubstitusi oleh verba suru, ini dikarenakan verba suru tidak memiliki makna ‘mengirim’ tersebut. X お上さんは礼を返した後、先刻小供にした白銅の礼を述べた。 Okasan wa rei o kaeshita ato, sakki Okasan Top rasa hormat Acc membalas kemudian, tadi shou tomo ni shita hakudou no pembantu kecil Dat melakukan uang Gen rei o nobeta. terima kasih Acc mengutarakan.
しず X
うち
静 、おれが死んだらこの 家 をお前にしよう。 Shizu, ore ga shindara kono uchi o omae ni shiyou. Shizu, aku Nom kalau mati Dei rumah Acc kamu Dat akan melakukan.
53
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
4. Penutup 4.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap data dengan menggabungkan teori yang dikemukakan Sunagawa serta Makino dan Tsutsui mengenai makna verba suru dan yaru, maka dapat disimpulkan bahwa verba suru dan yaru yang berjenis transitif mengalami proses gramatikal pada penggunaannya di dalam kalimat, sehingga makna mereka ada yang sama dan ada yang berbeda. Berikut disajikan di dalam tabel, makna-makna gramatikal yang ditemukan pada penggunaan verba transitif suru dan yaru di dalam kalimat. Tabel 1. Makna gramatikal verba transitif suru dan yaru Makna Verba Suru Verba Yaru melakukan mengenakan mempunyai mungubah kemudian menggunakan membuat jadi mengirim memberi 1. Verba suru dan yaru jenis transitif sama-sama memiliki makna ‘melakukan’ dan mereka bisa dipertukarkan ketika objek langsungnya merupakan nomina yang berjenis tugas, pekerjaan, kegiatan, olah raga, permainan, acara dan bidang profesi. 2. Makna verba suru berjenis transitif di dalam kalimat mengalami gramatikalisasi sehingga posisinya tidak bisa digantikan oleh verba yaru karena maknanya berbeda, makna-makna tersebut antara lain: a. ‘Mengenakan’, dipengaruhi oleh jenis objek langsungnya yaitu nomina yang berjenis aksesoris. b. ‘Mempunyai’ dipengaruhi oleh jenis objek langsung dari verba suru yaitu nomina jenis anggota bagian atau tubuh dari si subjek. Kemudian makna ini juga terjadi karena verba suru dilekati oleh hojodoushi iru ketika ia berada dalam kalimat tunggal dan berada dalam bentuk konjugasi renyoukei yaitu berafiksasi dengan verba bantu –ta ketika ia berada dalam anak kalimat yang memberikan aspek terhadap verba suru yaitu menyatakan keadaan yang terjadi atau ada secara alami. c. ‘Mengubah kemudian menggunakan’, dipengaruhi karena adanya frasa nomina tujuan yaitu gabungan kelas nomina dan partikel ni yang menyatakan tujuan dan maksud untuk menyatakan makna mengubah serta adanya verba lain setelah verba suru yang mempengaruhi makna verba suru menggunakan objek langsungnya terhadap verba lain tersebut. d. ‘Membuat jadi’, makna ini terjadi karena adanya pengaruh dari kelas ajektiva i, ajektiva na, nomina dan partikel ni yang melekati ajektiva na dan nomina yang berfungsi utuk menyatakan tujuan terletak antara objek langsung dan verba suru tersebut.
54
Hastutty
3. Makna verba transitif yaru juga mengalami gramatikalisasi di dalam kalimat, sehingga membuat maknanya berbeda dengan verba suru dan posisinya tidak bisa digantikan oleh verba suru. Makna-makna tersebut adalah: a. ‘Mengirim’, dipengaruhi oleh adanya frasa nomina yaitu gabungan nomina tempat dan posposisi yang yang mengindikasikan arah sesuatu atau seseorang menuju ke sebuah tempat. b. ‘Memberi’, dipengaruhi oleh adanya objek tak langsung yang ditandai oleh partikel ni terhadap verba yaru di dalam kalimat tersebut. 4.2 Saran Penelitian ini hanya memaparkan akan persamaan dan perbedaan makna gramatikal verba suru dan yaru berjenis transitif yang digunakan di dalam kalimat. Banyak hal yang masih bisa digali dari kedua verba ini, misalnya mencari persamaan dan perbedaanya sebagai sinonim, yang menurut peneliti merupakan hal yang sulit untuk dipisahkan. Atau peneliti lain juga bisa mencari makna-makna idiom yang dimiliki oleh verba-verba ini.
55
Linguistika Kultura, Vol.07, No.02/November/2013
Referensi Brown, Delmer M. 1987. An Introduction to Advance Spoken Japanese. Yokohama: Inter-University Center. Chaer, Abdul. 1995. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik I. Bandung: Refika. Fukaya, Kumiko dkk. 1993. Dondon Mi ni Tsuku Doushi, Sugu ni Tsukaeru Jissen Nihongo Serie 5. Tokyo: Senmonkyouiku. Iori, Isao and friends. 2000. Shokyuu o Oshieru Hito no tameno Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: Suriieenetto Waaku. Japan Foundation, The. 2004. Basic Japanese-English Dictionary. New York: Oxford University Press. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Miura, Akira dan Hanaoka Naomi McGloin. 1988. Goi - Gaikokujin no Tameno Nihongo Reibun, Mondai Series 13. Tokyo: Aratake Kaisha. Moto, Itasaka. 1992. Nihon o Shiru. Tokyo: 3A Corporation. Noor,Yeti Yuliati. “Analisis Makna Verba Arawasu, Sasu dan Shimesu sebagai Sinonim”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Parera, JD. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Persada, Dina Putri. 2006. “Analisis Makna Verba Nigiru dan Tsukamu sebagai Sinonim”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Putri, Darni Enzimar. 2003. “Analisis Penerjemahan Verba Bantu (Hojodoushi) Bentuk Teshimau dalam Novel Sanshiro Karya Natsume Soseki”. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran. Makino, Seiichi dan Michio Tsutsui. 1986. A Dictionary of Basic Japanese Grammar. Tokyo: Japan Times. Makino, Seiichi dan Michio Tsutsui. 1995. A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar. Tokyo: Japan Times. Natsume Soseki. 1978. Rahasia Hati. Bandung: Pustaka Jaya Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudjianto. 1995. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Oriental. Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi Timur: Kesaint Blanc. Sunagawa, Yuriko and friends. 1998. Nihon Go Bunkei Jiten. Tokyo: Kuroshio. Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Tanaka, Toshiko. 1990. Nihongo no Bunpou. Tokyo: Kabushiki Kaisya Tsujimura, Natsuko. 1996. An Introduction to Japanese Linguistics. UK: Blackwell.
56