ANALISIS PERBEDAAN MAKNA VERBA IKIRU, KURASU DAN SUMU DALAM NOVEL OSHIN KARYA SUGAKO HASHIDA Astriana Faradillah, Prof. Dr. Sheddy Nagara Tjandra, M.A. Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480 (021) 532 7630,
[email protected]
ABSTRACT The research explains about the different meaning of doushi/verbs. Doushi was researched are ikiru, kurasu, and sumu, it was found in sentences of the novel Oshin by Sugako Hashida. The researched method applied is qualitative. The Analysis was done with descriptive method and then connected with theories of Nomoto, Suzuki, Izuhara, Tamotsu, and Mizutani. The concluded of research is ikiru, kurasu and sumu have same meaning, but different in application. Keywords: Doushi, Ikiru, Kurasu, Sumu
ABSTRAK Penelitian menerangkan tentang perbedaan makna doushi. Doushi yang diteliti adalah ikiru, kurasu, dan sumu yang terdapat dalam kalimat-kalimat novel Oshin karya Sugako Hashida. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah kualitatif. Analisis dikerjakan secara deskriptif dan dicocokan oleh teori Nomoto, Suzuki, Izuhara, Tamotsu, dan Mizutani. Disimpulkan bahwa ikiru, kurasu dan sumu memiliki makna yang sama hanya berbeda pada penggunaan di dalam kalimat. Kata Kunci: Verba, Doushi, Ikiru, Kurasu, Sumu
PENDAHULUAN Bahasa adalah salah satu poin yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan bahasa kita dapat berkomunikasi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan manusia. Apabila bahasa yang kita gunakan dapat dimengerti orang lain, maka komunikasi akan berjalan lancar. Sebaliknya, apabila bahasa yang kita gunakan tidak dapat dimengerti oleh orang lain, maka komunikasi akan sulit terjalin. Menurut Dardjowidjojo (2010:18) mengenai makna bahasa adalah sebagai berikut : “ Pada aliran linguistik mana pun bahasa selalu dikatakan memiliki tiga komponen: sintatik, fonologi, dan semantik. Komponen sintaksis menangani ihwal yang berkaitan dengan kata, frasa dan kalimat. Studi tentang kata, seperti telaah tentang bagaimana kata dibentuk dan diturunkan, umumnya ditangani dalam suatu tataran yang dinamakan morfologi.”
Bahasa digunakan sebagai penyampai pikiran, ide, keinginan kepada orang lain, agar orang tersebut mengerti apa yang kita maksud. Bahasa sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Sebagai mahluk sosial, manusia sangat membutuhkan orang lain. Untuk menyambung komunikasi antar manusia maka diperlukan bahasa. Dengan demikian fungsi bahasa adalah alat untuk menyampaikan maksud keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa sangat bervariasi. Setiap budaya atau negara mempunyai bahasa khas nya masing-masing. Indonesia sendiri mempunyai berbagai macam suku yang mempunyai Bahasa daerahnya masingmasing. Bahasa yang kita gunakan semenjak lahir disebut dengan bahasa ibu. Dalam mempelajari suatu bahasa, kita menemukan tata bahasa. Tata bahasa tersebut setiap bahasa pastinya berbeda-beda. Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi bidang-bidang bunyi, bentuk, kata, dan kalimat serta makna. Dengan kata lain bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis (Keraf, 1994:27). Dalam susanan kata bahasa Jepang, terdapat enam bagian jenis kata yaitu partikel (joshi), adjektiva (keiyoushi), adverbia (fukushi), nomina (meishi), verba (doushi), kopula (joudoushi). Dalam penelitian ini penulis akan mengambil tiga kata yang berasal dari verba yaitu sumu , kurasu dan ikiru . Verba sendiri berarti kelas kata yang berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain, verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantik perbuatan, keadaan atau proses. Dalam Buku Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (Dedi Sutedi, 2003:47) berdasarkan konjugasinya verba dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok I atau godan ( ), kelompok II atau ichidan ( ), dan irregular. Sedangkan secara semantik verba dibagi menjadi lima jenis, yaitu verba stative, verba continual, verba puntual, verba non-volitional dan verba movement.
「暮らす」
「住む」
「生きる」
五段
一段
Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Shimizu 2004:45), verba dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Jidoushi (intransitif), Tadoushi (transitif) dan Shodoushi. Verba intransitif sendiri adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek atau kata kerja yang tidak berobjek. Sedangkan verba transitif adalah kata kerja yang memerlukan objek. Dalam Bahasa jepang banyak kata yang mempunyai kemiripan makna, namun dalam penggunaanya kurasu , ikiru . dalam kalimat berbeda. Contohnya adalah verba sumu Dalam Bahasa jepang empat verba tersebut mempunyai makna hidup . Dalam pemakaian dalam kalimat keempat verba tersebut mempunyai arti “hidup” yang berbeda. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui arti “hidup” yang dimaksud, agar terhindar dari kesalahan penggunaan dan pengartian kalimat.
「住む」
“
[暮らし] ”
「生きる」
Setelah melihat uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai verba sumu, kurasu, ikiru yang memiliki pengertian yang sama, yaitu “hidup” tetapi memiliki perbedaan dalam cara penggunaanya dalam kalimat Bahasa jepang. Oleh karena itu, penulis menggunakan sumber data berupa novel Oshin volume 1 sampai dengan 4 karangan Sugako Hashida. Alasan penulis menggunakan novel tersebut karena di dalam novel Oshin terdapat banyak unsur-unsur kehidupan.
METODE PENELITIAN Untuk skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin (2003) pendekatan kualitatif diartikan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Sedangkan menurut Kirk dan Miller (2002) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Kemudian pengumpulan datanya melalui kepustakaan. Menurut Pohan dalam Prastowo (2012: 81) kepustakaan adalah (penyusunan kajian pustaka) bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah di dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan.
Sesudah itu penulis menetapkan metode interpretatif dan deskriptif sebagai metode analisis data. Metode interpretatif ialah metode yang digunakan dalam analisis dengan cara mengerti dan memahami data terlebih dahulu, setelah itu masuk ke analisis. Metode dekriptif analitis ialah metode yang digunakan dalam menganalisis dengan cara menjabarkan data sesuai dengan pemahaman dan pemikiran penulis. Selanjutnya mengenai teorinya adalah verba, komponen makna kata, dan teori makna dari verba ikiru, kurasu dan sumu.
HASIL DAN BAHASAN Dari hasil analisis data yang dilakukan melalui novel Oshin, maka didapatkan hasil sebagai berikut : 1.
Analisis Makna Verba Ikiru
Situasi : Oshin menceritakan kepada Kei bahwa ia mengambil perjalanan ke desa tempat ia tinggal semasa kecil adalah untuk mengenang masa lalunya. selanjutnya oshin mengatakan karena sibuk memikirkan masa depan, ia melupakan banyak hal-hal penting di masa lalunya. Karena itu oshin mengatakan kepada Kei bahwa Kei tidak akan mengerti apa yang Oshin bicarakan. Namun kei menjawab bahwa ia mengerti yang Oshin maksud, walaupun ia tidak tahu pasti hal-hal apa yang dimaksudkan oleh Oshin, namun ia mengerti bahwa oshin ingin mengingat masa lalunya kembali. Karena oshin telah hidup selama 83 tahun, maka banyak hal yang telah oshin alami selama hidupnya. Kutipan :
圭 :「わかるよ、おれにだってそれくらい……。おばあちゃんがどんなものを失ってき たか知らないけど、それをもう一度思い出したいって気持は、わかるよ。八十三年生 きてきたからこそ、そいう気持にもなれるんだと思う」 (Oshin Volume 1 Halaman 37 Tahun 1983) Kei : wakaruyo, ore ni date sore kurai…. Obaachan ga donna mono o usinatte kitaka siranai kedo, sore o mou ichiban omoi dasitaitte kimochi wa, wakaruyo. Hachi jyuu san nen ikite kita kara koso, soiu kimochi ni mo narerunda to omou. Terjemahan : Kei : Saya mengerti, saya tau yang nenek maksud….meskipun aku tidak tahu apa yang telah nenek abaikan, tapi saya mengerti kalau nenek mau mengingatnya sekali lagi. Nenek mungkin ingin merasakan hal tersebut karena telah hidup hingga 83 tahun, Analisis : Dalam data diatas menunjukan bahwa kei mengerti apa yang oshin maksud, hal tersebut terdapat dalam kalimat . Selanjutnya kei menjelaskan bahwa meskipun ia tidak mengetahui hal-hal apa yang oshin lewatkan selama hidupnya namun ia mengerti kalau oshin ingin merasakan hal-hal tersebut sekali lagi yang dibuktikan dalam kalimat
「わかるよ、おれにだってそれくらい……。」
「お ばあちゃんがどんなものを失ってきたか知らないけど、それをもう一度思い出したいって気 持は、わかるよ。」. Kei pun menambahkan mungkin karena oshin telah hidup selama 83 tahun,
maka banyak hal-hal yang telah ia alami selama hidupnya dan oshin ingin mengingatnya sekali lagi dengan cara mendatangi desa tempat ia tumbuh sewaktu anak-anak. Hal tersebut terdapat dalam kalimat
「八十三年生きてきたからこそ、そいう気持にもなれるんだと思う」
Menurut Mizutani (1986) verba ikiru mengacu kepada kehidupan biologis, menyangkut mahluk itu hidup atau mati. Digunakan untuk menggambarkan ketika manusia dan hewan hidup menjadi sangat tua. Sedangkan menurut Koizumi (1989:40) ikiru adalah bertahan untuk tetap hidup. Menurut analisis yang penulis lakukan pada data diatas, verba ikiru dalam kalimat tersebut menunjukan bahwa Oshin telah menjalani kehidupanya selama 83 tahun. Selama 83 tahun tersebut
banyak hal yang telah Oshin lewati, dan Oshin ingin sekali lagi mengingat masa-masa selama hidupnya tersebut. Hal ini terdapat dalam kalimat . Menurut penulis pemakaian verba ikiru dalam kalimat diatas sudah tepat, karena sesuai dengan teori menurut Osamu dan Nobuko, yaitu ikiru digunakan untuk menggambarkan ketika manusia dan hewan hidup menjadi sangat tua. Sangat tua yang dimaksud adalah usia atau jangka waktu kehidupan yang dijalani. Dalam kalimat diatas digambarkan Oshin telah menjalani kehidupanya selama 83 tahun, dalam 83 tahun itu menunjukan jangka waktu kehidupan yang telah Oshin jalani. Hal tersebut juga sesuai dengan teori menurut Koizumi (1989:40), karena Oshin masih hidup selama 83 tahun.
「八十三年生きてきたからこそ」
Komponen makna yang terkandung dalam verba ikiru pada data diatas adalah : [+ 2.
時間]
[+
命を保つ] [+ 人間]
Analisis Verba Kurasu
Situasi : Oshin menceritakan masa kecilnya pada Kei. Pada masa itu banyak petani yang membagi hasil panen untuk dibayarkan kepada pemilik tanah sebagai pembayaran sewa, lalu sisa dari hasil panen tersebut digunakan untuk makan atau bertahan hidup keluarganya. Jika hasil panen buruk karena faktor cuaca maka tidak akan ada makanan untuk dimakan karena hasil panen yang ada digunakan untuk membayar sewa. Meskipun dengan hasil panen yang banyak apabila keluarga yang dimiliki mempunyai jumlah yang banyak maka hasil panen tersebut tetap tidak bisa mencukupi. Sehingga apabila satu atau dua orang pergi bekerja maka mulut yang membutuhkan makanan akan berkurang. Kutipan :
圭 :「口べらし....?」 おしん :「その頃の農家は、小作っていってねえ、大地主が持ってる土地を借りて、米を作 ってたんだよ。米がとれると、そのおよそ半分を地主に小作米として納めて、残 りの米で家族が暮らす わけだけど、天候が悪くて米がとれなかったりすると、 たちまち食べるのにも困っちまってさ。それでなくても、家族の多い家は、とて もみんなが食べるだけのものなんてとれる はずがないからねえ。ひとりでも二人 でも外へ働きに出るば、それだけ食料理が助かるわけだろう」 (oshin Volume 1 Halaman 38 Tahun 1983) Kei Oshin
: kuchi berasi…? : sono koro no nouka wa, kosakutte ittenee, oojinusi ga motteru tochi karite, kome o tsukuttetandayo. Kome ga toreruto, sono oyoso hanbun o jinusi ni kosakumae tosite osamete, nokori no kome de kazoku ga kurasu wakedakedo, tenkou ga warukute kome ga torenakattarissuruto, tachimachi taberu no ni mo komacchimattesa. Soredenakutemo, kazoku no ooi ie wa, totemo minna ga taberudake no mono nante torero hazu ga nai kara nee. Hitori de mo futari de mo soto e hataraki ni deruba, sore dake shokuryouri ga tasukaru wake darou.
Terjemahan : Kei
: Mengurangi mulut untuk makan…?
Oshin
: Saat itu, kebanyakan petani membagi hasil, Kami mendapat lahan untuk bertani dari tuan tanah yang besar. Setengah dari hasil panen diberikan sebagai pengganti sewa, sisanya untuk bertahan hidup keluarga, Jika hasil panen buruk karena faktor cuaca, maka tidak akan cukup untuk kami makan. Meskipun dengan hasil panen yang bagus, keluarga yang besar tidak pernah cukup untuk makan. Jika satu atau dua orang pergi bekerja, maka akan sedikit berkurang mulut yang membutuhkan makanan.
Analisis : Pada percakapan data diatas, pada saat Oshin menceritakan masa kecilnya, kei mengajukan pertanyaan yaitu . Oshin menjelaskan bahwa saat itu petani membagi hasil panen mereka karena lahan yang mereka gunakan adalah lahan sewa dari tuan tanah, yang terdapat dalam kalimat . Lalu, setengah dari hasil panen dibayarkan kepada tuan tanah, dan sisanya untuk bertahan hidup keluarga. Apabila hasil panen buruk karena cuaca maka tidak ada sisa panen untuk dimakan. Hal ini terdapat dalam kalimat
「口べらし....?」 「その頃の農家は、小作っていってねえ、大地主が持ってる土地を借りて、米 を作ってたんだよ。」 「米がとれると、そのおよそ半分を地主に小作米 として納めて、残りの米で家族が暮らす わけだけど、天候が悪くて米がとれなかったりす ると、たちまち食べるのにも困っちまってさ。」. Pada kalimat selanjutnya yaitu 「それでなく ても、家族の多い家は、とてもみんなが食べるだけのものなんてとれる はずがないからね え」Oshin menjelaskan meskipun dengan hasil panen yang bagus, apabila keluarga yang memiliki jumlah orang yang banyak maka hasil panen tersebut tidak akan cukup. Oleh karena itu apabila satu atau dua orang pergi bekerja maka jumlah mulut yang membutuhkan makanan akan berkurang, hal ini juga menjawab dari pertanyaan kei diatas, jawaban tersebut terdapat dalam kalimat
人でも外へ働きに出るば、それだけ食料理が助かるわけだろう」
「ひとりでも二
Izuhara (2007) mengungkapkan bahwa verba kurasu adalah melakukan aktivitas ekonomi untuk hidup. Sedangkan menurut Nomoto (1998) verba ikiru mempunyai arti melangsungkan kehidupan dengan suatu ikhtiar atau daya upaya. Pada percakapan dalam data diatas arti dari verba kurasu diatas adalah hidup dari sisa hasil panen yang didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa keluarga tersebut melakukan kegiatan yang bersifat ekonomi atau usaha untuk bertahan hidup. Pemakaian verba kurasu pada kalimat diatas sudah tepat. Karena sesuai dengan teori Izuhara (2007) yang mengatakan bahwa arti dari kurasu adalah melakukan aktivitas ekonomi untuk hidup. Aktivitas ekonomi untuk bertahan hidup yang keluarga Oshin jalani adalah dengan menyewa lahan dan menanam padi, yang juga menunjukan usaha mereka untuk melangsungkan kehidupan. Hal ini sama dengan teori yang diungkapkan oleh Nomoto (1998) Komponen makna yang terkandung dalam verba kurasu pada data diatas adalah : [
+経済活動をする] [+生活を努力する] [+人間]
3.
Analisis Verba Sumu
Situasi : Oshin sedang mengendong sayo, ia berjalan sambil dipenuhi dengan rasa ingin tahu, ia berhenti di mana bangunan besar berjajar. Lalu ia merasa sangat takjub melihat bangunan besar yang ada di hadapanya tersebut. Ia berfikir orang seperti apa yang hidup di daerah tersebut. Karena bagi Oshin rumah yang ada di daerah tersebut sangatlah elegan dan besar, padahal yang dilihat Oshin hanyalah gudang tempat menyimpan stok beras dari toko Kagaya tempat Oshin bekerja. Kutipan :
おしんが小夜を背負い、もの珍しそうに眺めながら歩いている。と、大きな倉庫が建ち並ん でいるところへ来る。 おしん :「ここは、どだなひとが住んでるんだべ……えらぐでっかい家だ。(とつぶや く)」 清太郎 :「おしん……?」 「こげなどこでなにしてる」 おしん :「え……。はい、あんまりでっけい建物だがら、なにするどごがと思って……」 清太郎 :「子守りはな、ウロウロしてはならねえだぞ。危ねがらな」 おしん :「はい」
清太郎 :「さっさと帰るんだぞ」 おしん :「(しょんぽりして)はい」 くに :「(笑って)酒田が珍しいだか?」 おしん :「はい。こだいいっぱい家あるどご、見だごどねえもの。こだいでっかい家も初 めで見だっす」 くに :「これはな、米しまっとく蔵みてえなもんだ。倉庫っていってな」 (oshin Volume 1 Halaman 230 Tahun 1983) Oshin ga sayo o seai, mono sibarashi sou ni nagame nagara akai teiru. To, ookina souko ga tachi narande iru tokoro e kuru. Oshin
: koko wa, dodana hito ga sunderun dabe….eragudekkai ie da. (totsubuyaku)
Seitarō : Oshin…? Koge na doko de nani shiteru Oshin
: E….hai anmaridekke itatemonoda gara, nani suru do go ga to omotte.
Seitarō : Komori hana, urouro shite wa naraneeda zo. Abuna ne garana Oshin
: Hai
Seitarō : Sassato kaeru ndazo. Oshin
: (shonporisite) Hai
Kuni : (waratte) sagata ga mezurashii da ka? Oshin
: hai. Ko dai ippai ie aru dogo, mida godonee mono. Kodai dekkai ie mo hajimete midassu.
Kuni : kore wan a, kome simattoku kura miteena monda. Sōkotte ittena.
Terjemahan : Oshin menggendong Sayo, berjalan dengan rasa takjub. Ia datang ke tempat dimana gudang besar berjajar rapi. Oshin
: di sini, orang seperti apa yang tinggal ya….rumah yang elegan. (sambil bergumam)
Seitarō : Oshin. Apa yang kamu lakukan disini? Oshin
: Gedung ini sangat besar, saya hanya ingin melihat-lihat.
Seitarō : Seorang perawat bayi seharusnya jangan berkeliaran. Terlalu berbahaya, kamu mengerti? Oshin
: Iya
Seitarō : Kamu pulang sekarang. Oshin
: Iya
Kuni : Apakah Sagata asing bagimu? Oshin
: Iya, ada begitu banyak rumah yang besar. Saya tidak pernah melihat rumah seperti ini.
Kuni : ini tempat dimana beras disimpan. Bangunan ini disebut gudang.
Analisis : Menurut Suzuki (2008:149-151) verba sumu berarti tempat dimana rumah kita berada dan hanya bisa digunakan untuk tempat dan orang. Sedangkan menurut Mizutani, sumu mengacu pada hidup atau tinggal di suatu tempat. Dalam data diatas dapat dilihat bahwa oshin berfikir tentang siapa orang yang tinggal di daerah dimana rumah-rumah di daerah tersebut sangatlah besar. Hal ini menunjukan bahwa verba sumu yang ada dalam data diatas menunjukan pada hidup atau tinggal di suatu daerah. Sedangkan orang yang berada didalam rumah atau yang tinggal di daerah tersebut menunjukan bahwa verba sumu digunakan untuk menunjukan dimana manusia tinggal dan menjalankan kehidupan. Namun dalam data diatas tidak menunjukan siapa yang tinggal di dalam rumah tersebut karena bangunan yang Oshin kira rumah tersebut hanyalah sebuah gudang penyimpanan beras. Terlihat dalam percakapan pada data diatas bahwa verba sumu yang digunakan untuk menunjukan orang yang tinggal di daerah tersebut. Hal ini ditunjukan dalam kalimat . menunjukan tempat dan berarti di sini, lalu menunjukan orang seperti apa, menunjukan hidup di tempat itu. Selanjutnya Kuni menjelaskan kepada Oshin bahwa bangunan yang dilihat Oshin bukan sebuah rumah melainkan gudang tempat beras disimpan. Hal ini terdapat dalam kalimat .
「ここは、どだなひとが住 どだなひとが
んでるんだべ」 ここは 住んでるんだべ
「これはな、米しまっとく蔵みてえなもんだ。倉
庫っていってな」
Dari analisis diatas dapat dilihat bahwa arti dari verba sumu adalah hidup di suatu tempat, hasil analisa ini sama dengan teori menurut Suzuki (2008 : 149-151) , dimana Oshin mengira-ngira orang seperti apa yang hidup di daerah tersebut. Komponen makna yang terkandung di dalam verba sumu dalam data diatas adalah :
所 人]
[+ ] [+
SIMPULAN DAN SARAN Berikut ini adalah komponen makna yang terkandung di dalam verba ikiru, kurasu, dan sumu : No 1
Komponen Makna
生きる
暮らす
住む
-
+
-
Melangsungkan kehidupan dengan daya upaya (kegiatan ekonomi, bekerja, dll)
2
Menunjukan lokasi atau tempat secara spesifik
-
-
+
3
Bermakna menghabiskan waktu
-
+
-
4
Bermakna bertahan untuk tetap hidup
+
-
-
5
Menunjukan kehidupan sehari-hari
-
-
-
6
Digunakan untuk hewan
+
-
-
7
Digunakan untuk manusia
+
+
+
8
Mencari nafkah untuk hidup
+
+
-
9
Menggunakan usia dalam penggunaanya
+
-
-
10
Menggunakan
+
+
-
waktu
tertentu
dalam
penggunaanya Tabel 1.1 Komponen makna
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dari sumber data yang ada, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Verba ikiru, kurasu dan sumu memiliki pengertian yang sama yaitu ‘hidup’, meskipun mempunyai arti yang sama, namun arti dari kata hidup yang dimaksud dan cara pemakaian dari keempat verba tersebut di dalam sebuah kalimat berbeda. Ikiru mempunyai dua macam makna yaitu bertahan untuk tetap hidup dan mereka yang tidak memiliki nyawa, bertindak sebagai kehidupan dalam pikiran manusia. Verba ikiru mengacu kepada kehidupan biologis, baik mahluk tersebut hidup atau mati, dan dalam penggunaanya terdapat hal-hal yang berkaitan dengan umur dan fungsi (nilai atau bakat suatu benda). kurasu mempuyai dua macam makna, yaitu melangsungkan kehidupan dengan segala daya upaya seperti melakukan aktivitas ekonomi ataupun bekerja, dan melakukan sesuatu sampai matahari terbenam atau melakukan sesuatu secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Dalam pemakaianya verba kurasu mengandung unsur suatu tempat atau waktu tertentu. Verba sumu mempunyai makna menetapkan suatu tempat atau rumah sebagai tempat tinggal dan hidup disana. Dalam pemakaianya verba sumu menunjukan hidup di sebuah tempat tertentu dan digunakan oleh manusia dan mahluk hidup. Berdasarkan hasil dari penelitian Skripsi ini, penulis ingin menyarankan kepada para peneliti selanjutnya, bahwa masih banyak verba-verba yang dapat dianalisa selain dari ikiru, kurasu, dan sumu. Salah satu contoh verba yang memiliki kesamaan arti adalah manabu dan narau.
REFERENSI Aminuddin. 2008. Semantik ( Pengantar Studi tentang Makna ). Bandung: Sinar Baru Algesindo. Bunt, Jonthan. 2003. Oxford Japanese Grammar & Verbs. Inggris: Clays Ltd. Dardjowodjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Fujinami, Seiji. 2003. Tsukaikata No Wakaru Ruigo Reikai Jiten. Shogakkan. Hashida, Sugako. 1984. Oshin. Jepang : Nihon Hoso Suppan Kyokai. Isyandi. 2003. Strategi Penyusunan Rencana Penelitian Budaya Saing Tinggi. Pekan baru. Universitas Riau Izuhara, Shouji. 1993. Ruigo Rikai Jiten. Tokyo: Kenkyusha. Izuhara, Shouji. 2007. Ruigigo Tsukaikata Jiten. Tokyo: Kenkyusha. Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fs UI Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: Nusa Indah. Koizumi, Tamotsu dkk. 1989. Nihongo Kihon Doushi Youho Jiten. Tokyo Mansoer, Pateda. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta McMillan, J. H., & Schumacher, S. 2001. Research in education: A conceptual introduction (5th ed.). New York: Longman. Mizutani, Osamu. 1986. Nihongo Notes 07 – Situational Japanese 2. Tokyo: The Japan Times. Nomoto, Kikuo, 1998 Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia. Tokyo: Kokuritsu Kokugo Kenkyusho.
Saito, Yoshio. 2010. Gengo-gaku nyūmon. Japan: Sanseido. Suzuki, Satomi. 2008. Kono Gengo, Gaikokujin ni dou setsumei suru?. Tokyo: Ask Sudaryanto. 1991. Tata Bahasa Baku. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sutedi, dedi. Drs. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press. Takahashi, Tarou. 2003. Doushi Kyuushou. Tokyo: Hitsuji Shobou.
RIWAYAT PENULIS Astriana Faradillah lahir di Jakarta pada tanggal 13 April 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di di Universitas Bina Nusantara dalam Sastra Jepang pada tahun 2015.