ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus pada Perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya)
ANISA NURSALEHA TRI LESTARI Email :
[email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya Telp. (0265) 323537
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Harga pokok produksi dengan metode konvensional yang digunakan perusuhaan (2) Harga pokok produksi dengan menggunakan metode activity based costing yang direkontruksi (3) bagaiaman perbedaan antara penentuan harga pokok produksi metode konvensional dan metode activity based costing pada perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi distorsi biaya pada harga pokok produksi yang digunakan oleh perusahaan. Dimana terjadi overcosting pada produk Genteng dan undercosting pada produk Batako dan Paving Block. Dan metode activity based costing menghasilkan informasi harga pokok produksi yang lebih akurat dibanding metode konvensional Kata Kunci; Harga Pokok Produksi, Metode Konvensional, Metode Activity Based Costing
ABSTRACT
The object of this research, to know about (1) Cost of goods manufactured with conventional method which used by the company (2) Cost of goods manufactured with activity based costing method which is reconstructed (3) How about the difference of cost of goods manufactured with conventional method and activity based costing method on Galunggung Raya Block Tasikmalaya Company. The research used descriptive comparative with case study approach. The result shows that there is cost distortion on cost of goods manufactured which used by the company. The Roof Tile product is undergoes over costing and the Brick and Paving Block products are undergo under costing. And activity based costing method produces more accurate information of cost of goods manufactured than conventional method.
Keywords: Cost of Goods Manufactured. Conventional Method, Activity Based Costing Method
PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin canggih di era modern ini juga mempengaruhi dunia usaha sehingga mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Para pelaku usaha
diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta mampu menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat agar tujuan perusahaan dapat tercapai secara optimal. Persaingan harga, kualitas, dan sebagainya menjadikan sebagian perusahaan harus membenahi berbagai aspek di dalam perusahaannya agar mampu menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan harus memaksimalkan pemakaian sumber daya yang dimiliki agar dapat berproduksi secara optimal, meminimumkan pemborosan, dan melakukan proses produksi yang efisien dan efektif. Perhitungan harga pokok produksi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam perhitungan harga pokok produksi yang tepat, maka harga jual suatu produk dapat diketahui dan ditentukan dengan tepat sehingga produk tidak overcost (dibebani biaya lebih dari yang seharusnya) dan juga tidak undercost (dibebani biaya kurang dari yang seharusnya). Berkembangnya teknologi maju juga berpengaruh terhadap struktur biaya pada perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya yang merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi bahan bangunan. Dimana pada saat ini, perusahaan mulai menggunakan mesin untuk mengganti sebagian tenaga kerja langsung untuk mempermudah memproduksi
multi produk yang ada di perusahaan. Produksi multi produk yang terjadi pada perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya dapat berakibat pada terjadinya distorsi biaya, dikarenakan perusahaan masih menggunakan metode tradisional atau konvensional dalam perhitungan harga pokok produksinya. Sehingga perusahaan perlu menggunakan metode baru yang dapat menghilangkan adanya distorsi biaya yang terjadi. Dari teori dan fakta yang ada dilapangan, diperlukan metode baru untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat untuk perusahaan yang memproduksi beberapa jenis produk. Penentuan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing, dapat memperkecil kemungkinan terjadinya distorsi pada penetapan harga pokok produksinya. Metode ABC akan membebankan biaya terhadap produk berdasarkan jumlah aktivitas produk yang diperlukan untuk mengembangkan biaya per aktivitas. (Euis Rosidah, 2013:166). Dalam metode ABC, Aktivitas dianggap sebagai penyebab timbulnya biaya produksi, biaya tidak secara langsung dikaitkan dengan biaya pokok suatu produk akan tetapi biaya dikaitkan dengan aktivitas terlebih dahulu dan biaya aktivitas ini akhirnya akan dikaitkan juga dengan biaya pokok suatu produk. Dengan demikian perhitungan biaya dengan activity based costing system akan menyajikan informasi yang akurat dan reliable dalam pelaporan biaya produk dibandingkan dengan metode konvensional. Namun lebih dari itu, Metode ABC juga menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan oleh manajemen. Secara teori Activity Based Costing memiliki kelebihan dalam akurasi perhitungan harga pokok produksi, maka dalam hal ini penulis ingin melakukan perbandingan antara metode konvensional dengan metode activity based costing dalam penentuan harga pokok produksi di perusahaan Galunggung Raya Blocks Tasikmalaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui Harga Pokok Produksi Dengan Metode Konvensional pada Galunggung Raya Blocks. 2. Mengetahui Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing pada Galunggung Raya Blocks. 3. Mengetahui perbedaan antara penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional dan Activity Based Costing pada Galunggung Raya Blocks.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk menguji analisis perbandingan penetuan harga pokok produksi metode konvensional dan metode activity based costing adalah metode deskriptif komparatif dengan pendekatan studi kasus dengan mengambil kasus pada Perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya. Operasionalisasi Variabel Definisi variable menurut Sugiyono (2012: 2) adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai dengan penelitian yang penulis pilih yaitu “Analisis Perbandingan Penetuan Harga pokok Produksi metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing”, maka terdapat dua variable, yang keduanya adalah variabel Independen. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. (Sugiyono, 2012: 4) Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Penentuan Harga Pokok produksi Metode Konvensional sebagai variabel X1 dan Penentuan Harga Pokok produksi Metode Activity Based Costing sebagai variabel X2. Berdasarkan definisi konseptual kedua variabel tersebut diatas, dapat ditetapkan indikator kedua variabel dan skala pengukuran sebagaimana diperlihatkan melalui tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel
Konsep
Aspek Yang Diteliti
Penentuan Harga Pokok
Penentuan harga pokok
- Biaya bahan baku
produksi
produksi yang pada dasarnya
- Biaya tenaga kerja langsung
membebankan biaya produksi
- Biaya overhead pabrik
Metode
Konvensional (X1)
pada unit produk (Mulyadi, 2003: 103) Penentuan Harga Pokok
Harga pokok produksi dimana
1. Biaya overhead dibebankan pada
produksi
Metode
biaya overhead pabrik atau
aktivitas
Activity Based Costing
biaya konversi dibebankan
-
Identifikasi aktivitas
(X2)
berdasarkan tarif ditentukan di
-
Menentukan biaya terkait dengan
muka yang terkait dengan aktivitas produksi. (Mursyidi,
masing-masing aktivitas -
Mengelompokkan aktivitas menjadi satu (Aktivitas belevel
2008: 285)
unit, batch, produk dan fasilitas) -
Menggabungkan biaya aktivitas yang dikelompokan
-
Menghitung tarif perkelompok aktivitas
2. membebankan biaya ke aktivitas produk
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskriptif komparatif dengan membandingakan penentuan harga pokok produksi metode konvensional dan metode activity based costing pada perusahaan Galunggung Raya Block Berdasarkan masalah pokok dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka digunakan metode analisis sebagai berikut : 1. Analisis penentuan harga pokok produksi metode konvensional adalah sebagai berikut: Menurut Mulyadi (2001:415) biaya tradisional suatu produk terdiri atas tiga yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan biaya standar digunakan dengan metode full costing, yaitu metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya kedalam harga pokok
produksinya, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap. Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan semua biaya yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap terhadap produk. Metode full costing digambarkan sebagai berikut:
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Biaya overhead pabrik tetap
xxx
Harga pokok produksi
xxx Gambar 3.3
Penentuan harga pokok produksi metode konvensional (Sumber: Mulyadi, 2001;56)
Didalam sistem akuntansi biaya konvensional, biaya-biaya dapat dicatat, dikumpulkan dan dikendalikan menurut elemen-elemennya didalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Biaya-biaya produksi ditentukan menurut sumber daya yang dikonsunsi disetiap pusat biaya, selanjutnya karena adanya perbedaan karakteristik diantara proses-proses produksi dikembangkan cara basis alokasi yang bersifat arbiter, alokasi biaya overhead pabrik ke produk ditempuh dengan metode alokasi dua tahap yaitu sebagai berikut: a.
Dalam tahap pertama biaya-biaya overhead dibebankan ke pusat-pusat biaya.
b.
Dalam tahap kedua biaya-biaya overhead yang telah dikumpulkan dalam pusatpusat biaya itu dialokasikan menggunakan pemicu yang berbasis pada unit produk jadi yang diproduksi, misalnya jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan baku.
2. Analisis penentuan harga pokok produksi metode activity based costing Perhitunga biaya produk dengan sistem ABC dapat dilakukan dengan dua tahap alokasi biaya. Alokasi ini membebankan biaya sumber daya perusahaan, yang disebut biaya overhead pabrik, ke cost pool dan kemudian ke objek biaya berdasarkan bagaimana suatu objek biaya menggunakan sumber daya tersebut.
Dalam proses pembebanan biaya overhead dengan metode ABC, terdapat dua tahap yang harus dipersiapkan. Masing-masing tahap tersebut sangat penting dalam menentukan alokasi biaya overhead yang akurat, dua tahap pembebanan tersebut adalah: 1.
Biaya overhead dibebankan pada aktivitas Dalam tahap ini diperlukan 5 langkah yang dilakukan yaitu:
a. Mengidentifikasi Aktivitas b. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas c.
Mengelompokan aktivitas yang seragam menjadi satu 1. Aktivitas berlevel unit (Unit Level Activity) 2. Aktivitas berlevel Batch (Batcl Level Activity) 3. Aktvitas berlevel produk (Produk Level Activity) 4. Aktivitas berlevel fasilitas (Fasility Level Activity)
d.
Menggabungkan Biaya Aktvitas yang dikelompokkan
e.
Menghitung tarif per kelompok aktivitas (Homogeny cost Pool Rate)
2.
Membebankan biaya aktivitas pada produk Setelah penelusuran biaya aktivitas selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah
membebankan biaya aktivitas tersebut ke masing-masing produk yang menggunakan cost driver. Setelah tarif perkelompok aktivitas diketahui, maka dapat dilakukan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk seperti berikut: Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok × jumlah konsumsi tiap produk 3. Membandingkan hasil perhitungan penentuan harga pokok produksi metode konvensional dan metode activity based costing perusahaan. Dari hasil perbandingan tersebut maka dapat dilihat metode mana yang menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat, sehingga perusahaan dapat mengetahui tingkat efisiensi yang dicapai oleh perusahaan.
PEMBAHASAN Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya Untuk melakukan perhitungan penentuan harga pokok produksi, biaya overhead pabrik terlebih dahulu dihitung dengan basis unit yang dialokasikan ke masing-masing produk dengan cara membagi total BOP dengan total jam kerja langsung. Tarif BOP =
Total BOP
(Euis Rosidah, 2013;174)
Jumlah Jam Kerja Langsung
Dari informasi yang didapat dan perhitungan BOP dengan metode konvesional, maka dapat dihitung harga pokok produksi dengan metode konvesional seperti tabel berikut: Tabel 4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode Konvensional
BBB
Genteng (Rp) 526.950.400
Batako (Rp) 334.000.000
Paving Block (Rp) 314.333.600
Total (Rp) 1.175.284.000
74.880.000
86.400.000
52.440.000
213.720.000
47.213.532,17
39.949.911,83
43.581.722
130.745.166
649.043.932.17
460.349.911,83
410.355.322
1.519.749.166
BTKL BOP Total Biaya Produksi
234.000 unit
Unit produksi
288.000 unit
2.773,7 Hpp per Unit Sumber : dari Perusahaan diolah oleh penulis
1.598,44
524.400 unit
1.046.400 unit
782.52
Dari tabel 4.3, untuk mendapatkan tarif BOP yang dibebankan per unit dapat dihitung dengan cara membagi jumlah BOP per produk dengan jumlah unit produksi masing-masing produk tersebut. Tarif BOP per unit =
BOP per Produk Unit Produksi per produk
(Euis Rosidah, 2013;174)
Berikut tabel dari tarif BOP yang dibebankan per unit ke masing-masing produk: Tabel 4.4 Pembebanan BOP per Unit dengan Metode Konvensional Produk Genteng Batako Paving Block
Sumber : dari Perusahaan diolah oleh penulis
Tarif BOP per Unit Rp. 201,77 Rp. 138,71 Rp. 83,11
Penentuan Harga Pokok Produksi Metode Activity Based Costing Harga pokok produksi metode activity based costing menentukan biaya produk yang membebankan biaya ke produk berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Dalam hal ini, metode activity based costing lebih memfokuskan pada biaya overhead pabrik sebagai penentu tarif dimuka. Adapun tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam melakukan rekontruksi penentuan harga pokok produksi dengan metode activity based costing, dengan focus perhitungan biaya overhead pabrik pada perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya. Berikut tahapantahapannya: 1. Biaya overhead dibebankan pada aktivitas Didalam tahapan ini terdapat 5 langkah yaitu sebagai berikut: a. Identifikasi aktivitas Aktivitas dalam proses produksi produk Genteng, Batako dan Paving Block adalah : 1. Aktivitas pencampuran dan pencetakan -
Biaya listrik dan energi
-
Beban penyusutan mesin
-
Biaya Perlengkapan pabrik
-
Biaya lain-lain
2. Aktivitas pengelolaan persediaan suku cadang -
Biaya pemakaian suku cadang
3. Aktivitas Pemeliharaan dan Perbaikan mesin -
Biaya pemeliharaan dan perbaikan
4. Aktivitas Pemeriksaan -
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tabel 4.5 Identifikasi Aktifitas Aktivitas Perusahaan
Tingkat Aktivitas
Biaya Listrik dan Energi
Unit Level Activity
Biaya pemeliharaan dan perbaikan
Unit Level Activity
Beban Penyusutan Mesin
Facility level Activity
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Unit Level Activity
Biaya Pemakaian Suku Cadang
Product level Activity
Biaya Perlengkapan Pabrik
Facility level Activity
Biaya Lain-lain
Facility level Activity
Sumber: diolah oleh penulis
b. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas Cost driver adalah dasar yang digunakan dalam activity based costing yaitu factorfaktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas. Tabel 4.6 Hubungan Biaya dengan Aktivitas dan Cost Driver Aktivitas Perusahaan Tingkat Aktivitas Biaya Listrik dan Energi Unit Level Activity Biaya pemeliharaan dan Unit Level Activity perbaikan Beban Penyusutan Mesin Facility level Activity Biaya Tenaga Kerja Tidak Unit Level Activity Langsung Biaya Pemakaian Suku Cadang Product level Activity Biaya Perlengkapan Pabrik Facility level Activity Biaya Lain-lain Facility level Activity Sumber : berbagai sumber diolah oleh penulis
Cost Driver Jam mesin Jam mesin Jam Mesin Jam kerja langsung Jumlah Suku Cadang Jam Mesin Jam Mesin
Dalam metode Activity based costing, pemicu biaya tidak hanya berbasis unit saja, namun juga berbasis non-unit. Adapun data dari perusahan mengenai kapasitas dari masingmasing pemicu biaya tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Pemicu Biaya (Cost Driver) Cost Driver Genteng Unit Produksi 234,000 Jam Kerja Langsung 7800 Jam Mesin 5400 Jumlah suku cadang 36 Sumber: dari perusahaan diolah oleh penulis
Batako 288,000 6600 2880 24
Paving Block 524,400 7200 3000 24
Total 1,046,400 21600 11280 84
c. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu Aktivitas perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok aktivitas yaitu Unit level activity, product level activity dan Facility level activity. Tabel 4.8 Pengelompokkan Aktivitas Tingkat Aktivitas Unit Level Activity
Product Level Activity Facility level Activity
Objek Biaya Biaya Listrik dan Energi Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan
Biaya (Rp) 32.800.000 5.730.750
Biaya tenaga Kerja Langsung Biaya Pemakaian Suku cadang Beban Penyusutan Mesin Biaya Perlengkapan Pabrik Biaya lain-lain
12.000.000 3.662.000 71.526.666 2.375.000 2.650.750
sumber : dari perusahaan diolah oleh penulis
d. Menggabungkan biaya aktivitas yang dikelompokkan. Setelah di identifikasi menjadi beberapa kelompok aktivitas, tahap selanjutnya biaya untuk masing-masing kelompok (unit level activity, product level activity dan facility level activity) dijumlahkan sehingga menghasilkan biaya untuk tiap-tiap kelompok. Tabel 4.9 Penggabungan Biaya yang di kelompokkan Unit Level Activity
Cost Pool 1
Cost pool 2 Product Level Activity Facility Level Activity
Cost pool 3 Cost pool 4
Biaya Listrik dan Energi Biaya pemeliharaan dan perbaikan Jumlah
Rp.
32.800.000
Rp.
5.730.750
Rp.
38.530.750
Biaya tenaga Kerja Langsung Biaya Pemakaian suku cadang Beban penyusutan mesin Biaya Perlengkapan Pabrik
Rp.
12.000.000
Rp.
3.662.000
Rp.
71.526.666
Rp.
2.375.000
Biaya Lain-lain
Rp.
2.650.750
Jumlah
Rp.
76.552.416
Sumber: dari perusdahaan diolah oleh penulis
e. Menghitung tarif per kelompok aktivitas (Homogency cost pool rate) Tujuan dari pengelompokan setiap level aktivitas adalah untuk menentukan tarif per cost driver. Data cost driver dari masing-masing produk dapat dilihat di tabel 4.7. Dalam tahap ini jumlah total biaya pada masing-masing kelompok aktivitas akan dibagi dengan jumlah cost driver. Tabel 4.10 Homogency Cost Pool Rate Cost Pool Cost Pool 1 Cost Pool 2 Cost Pool 3 Cost Pool 4
Total Biaya (Rp)
Cost Driver
Pool Rate (Rp)
38.530.7500
11280
3.415,84
12.000.000
21600
555,55
3.662.000
84
43.595,23
76.552.416
11280
6.786,56
Sumber : diolah oleh penulis
2. Membebankan biaya aktivitas pada produk Setelah tarif kelompok diketahui, maka dapat dilakukan perhitungan biaya aktivitas yang dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif kelompok dan cost driver-nya Tabel 4.11 Pembebanan BOP dengan metode ABC Keterangan
Genteng (Rp)
Unit Level Activity: Cost pool 1 5400 x Rp. 3.415,84 18.445.536 2880 x Rp. 3.415,84 3000 x Rp. 3.415,84 Cost pool 2 7800 x Rp. 555,55 4.333.290 6600 x Rp. 555,55 7200 x Rp. 555,55 Jumlah 22.778.826 Product Level Activity Cost pool 3 36 x Rp. 43.595,23 1.569.428,28 24 x Rp. 43.595,23 24 x Rp. 43.595,23 Facility Level activity Cost pool 4 5400 x Rp. 6.786,56 36.647.428 2880 x Rp. 6.786,56 3000 x Rp. 6.786,56 Total BOP 60.995.682,28 Sumber: Diolah oleh penulis
Batako (Rp)
Paving Block (Rp)
Total Biaya (Rp) 38.530.675,2
9.837.619,2 10.247.520 11.999.880 3.666.630 13.504.249,2
3.999.960 14.247.480
50.530.555,2 3.661.999.32
1.046.285,52 1.046.285,52 76.552.400,8 19.545.292,8 34.095.827,52
20.359.680 35.653.445,52
130.744.955,32
Dari tabel 4.11 maka BOP per unit yang dibebankan dengan metode Activity based costing dapat dihitung dengan cara membagi total masing-masing kelompok dengan unit produksi masing-masing produk. Atau total BOP masing-masing produk dibagi dengan unit produksi masing-masing produk sehingga menghasilkan BOP per unit. Tabel 4.12 Pembebanan BOP per unit dengan Metode ABC Keterangan Unit Level Activity Product Level Activity Facility Level Activity Tarif BOP per Unit
Genteng (Rp) 97,34 6,71 156,61 260,66
Batako (Rp) 46,89 3,63 67,86 118,38
Paving Block (Rp) 27,17 2 38.82 67.99
Sumber: diolah oleh penulis
Setelah mengetahui tarif BOP dengan menggunakan metode activity based costing selanjutnya dapat dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC pada perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya pada tahun 2015. Tabel 4.13 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode ABC Galunggung Raya Block Tasikmalaya Tahun 2015 Keterangan
Genteng (Rp) 526.950.400 74.880.000
Batako (Rp) 334.000.000 86.400.000
BBB BTKL BOP: Unit Level Activity 22.778.826 13.504.249,2 Product Level Activity 1.569.428,28 1.046.285,52 Facility Level Activity 36.647.428 19.545.292,8 Total BOP 60.995.682,28 34.095.827,52 Total Biaya Produksi 662.826.082,3 454.495.827.5 Unit Produksi 234.000 unit 288.000 unit HPP per Unit 2.832,6 1.578.1 Sumber : dari perusahaan di olah kembali oleh penulis
Paving Block (Rp) 314.333.600 52.440.000 14.247.480 1.046.285,52 20.359.680 35.653.445,52 402.427.045,5 524.400 unit 767,4
Total (Rp) 1.175.284.000 213.720.000
130.744.955,32 1.519.748.955,3
Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing Yang membedakan penentuan harga pokok produksi dengan metode konvensional dan metode activity based costing adalah pembebanan biaya overhead pabriknya. Pada metode
konvensional pembebanan BOP dilakukan dengan tarif tunggal dengan basis unit. Semetara metode ABC menggunakan beberapa pemicu biaya dengan unit dan non-unit. Data pada periode tahun 2015 di perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya digunakan sebagai dasar estimasi biaya pada tahun selanjutnya. Pada dasarnya metode ABC adalah metode perencanaan. Metode ABC tidak mencoba memberikan suatu biaya yang teoritis atau akrual. Metode ABC merefleksikan estimasi terbaik perusahaan mengenai apa yang merupakan biaya yang menghasilkan produk di masa yang akan datang. Metode konvensional juga merupakan metode perencanaan (jangka pendek) dimana menghasilkan informasi perencanaan anggaran pada periode berikutnya. Cost pool pada metode konvensional merupakan pusat pabrik, sehingga biaya dikeluarkan dikelompokkan pada biaya seluruh pabrik. Sementara pada metode activity based costing cost pool disini diartikan pusat aktivitas, sehingga ada beberapa cost pool yang digunakan yang merupakan pusat aktivitas dari biaya-biaya yang tertelusuri dengan menggunakan pemicu biaya yang sama yang merupakan satu kelompok dengan tingkat aktivitas baik unit, produk ataupun facility. Pada metode konvensional, untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk hanya menggunakan satu pemicu biaya yang berbasis unit, sehingga pengalokasian biayanya dilakukan secara sembarang. Sementara pada metode activity based costing, untuk membebankan biaya ke masing-masing produk menggunakan beberapa pemicu biaya yang berbasis unit dan non-unit dengan mempertimbangkan sebab akibat biaya tersebut dikonsumsi. Berikut adalah tabel perbandingan penentuan tarif BOP dengan menggunakan metode konvensional dan metode activity based costing.
Tabel 4.14 Perbandingan tarif BOP dengan Menggunakan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing Produk Genteng Batako Paving Block
Metode Konvensional (Rp) 201,77 138,71 83,11
Metode ABC (Rp) 260,66 118,38 67,99
Selisih (Rp)
Distorsi
58,89 20,33 15,12
22,59 % Undercosting 17,17 % Overcosting 22.23% Overcosting
Keterangan
Sumber: Tabel 4.4 Pembebanan BOP per unit dengan Metode Konvensional Tabel 4.12 Pembebanan BOP per unit dengan Metode ABC
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pembebanan biaya berdasarkan metode konvensional mengalami distorsi biaya. Dimana pembebanan biaya pada produk genteng mengalami undercosting, semetara pada produk Batako dan Paving Block mengalami overcosting. Undercosting terjadi ketika sebuah produk menghabiskan sumber daya yang lebih banyak tetapi justru memiliki biaya per unit yang rendah. Sementara overcosting terjadi ketika sebuah produk menghabiskan sumber daya yang lebih sedikit tetapi justru memiliki biaya per unit yang tinggi. (Hansen & Mowen, 2006;161). Dari perbandingan diatas dapat dilihat selisih dari metode konvensional dan metode activity based costing. Dengan metode activity based costing pada produk Genteng memberikan hasil perhitungan yang lebih besar daripada metode konvensional pada tarif BOPnya yaitu dengan selisih Rp 58,89. Sementara pada produk Batako dan Paving Block memberikan hasil perhitungan yang lebih kecil dengan selisih masing-masing produk Rp 20,33 dan Rp 15,12. Dan berikut tabel perbandingan penentuan harga pokok produksi dengan metode konvensional dan metode activity based costing.
Tabel 4.15 Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing Galunggung Raya Block Tasikmalaya Tahun 2015 Metode
Metode
Konvensional
ABC
(Rp)
(Rp)
Genteng
2.773,7
2.832,6
Batako
1.598,44
Paving
782,52
Produk
Selisih
Distorsi
Keterangan
58,89
2,12 %
Undercosting
1.578,1
20,33
1,27%
Overcosting
767,4
15,12
1,93%
Overcosting
(Rp)
Block Sumber: Tabel 4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional Tabel 4.13 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC
Dari hasil penelitian, untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk hanya dengan menggunakan dasar alokasi basis unit yaitu jam kerja langsung. Dengan satu pool biaya tidak langsung yang digunakan. Hal ini yang menjadi akibat dari terjadinya distorsi tersebut. Perusahaan mengalamai perubahan struktur biaya dan teknologi yang digunakan. Sebelumnya perusahaan memproduksi produk secara tradisional dengan aktivitas tenaga kerja langsung yang lebih dominan. Namun seiring dengan berkembangannya teknologi, perusahaan juga mengikuti perkembangan teknologi tersebut untuk dapat mengimbangi pesaingnya dengan menggunakan mesin untuk memproduksi produk. Sehingga terjadi perubahan struktur biaya, dimana biaya overhead pabrik semakin tinggi, sementara biaya tenaga kerja langsung semakin rendah dikarenakan terjadinya pengurangan tenaga kerja langsung yang mulai digantikan dengan mesin. Sehingga peran tenaga kerja tidak langsung ikut serta dalam perubahan struktur biaya tersebut, dimana tenaga kerja tidak langsung berperan sebagai operator dari mesin-mesin tersebut. Beban penyusutan mesin merupakan biaya yang muncul dari perubahan teknologi tersebut. Namun dasar pembebanan dengan menggunakan satu basis yaitu unit dinilai kurang tepat. Karena menghasilkan alokasi biaya yang sembarang. Sehingga mengakibatkan distorsi seperti pada tabel 4.14. Banyaknya jenis produk yang diproduksi juga menjadi salah satu sebab terjadinya distorsi biaya.
Metode ABC dinilai akurat dikarenakan tidak hanya menggunakan satu pemicu biaya sebagai dasar pengalokasian biaya tersebut. Sehingga konsumsi dari masing-masing produk dapat ditelusuri berdasarkan kapasitas konsumsi sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan produk. Metode ABC dinilai dapat menghilangkan adanya distorsi biaya yang terjadi pada metode konvensional. Sehingga metode activity based costing mampu memberikan informasi yang akurat kepada manajemen mengenai pembebanan biaya overhead pabriknya. Penentuan harga pokok produksi yang salah dapat berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan perusahaan. Dengan metode konvensional, perusahaan menilai bahwa produk yang di produksinya menghasilkan laba yang tinggi. Namun setelah dilakukan rekontruksi dengan menggunakan metode activity based costing, ternyata masih terdapat biaya yang seharusnya dikeluarkan sehingga mengurangi laba yang sebelumnya sudah dianggap oleh perusahaan. Metode activity based costing memberikan hasil yang akurat tentang biaya menghasilkan serta laba yang seharusnya didapat. Selain metode activity based costing juga mampu memberikan informasi kepada pihak manajemen untuk mengambil keputusan mengenai penetapan harga jual dan jumlah produk yang seharusnya di produksi. PENUTUPAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penentuan harga pokok produksi dengan metode konvensional yang dipakai Galunggung Raya Block dilakukan dengan cara membagi total biaya produksi pada tahun 2015 dengan volume produksi pada tahun tersebut. Dimana biaya overhead pabriknya dibebankan ke seluruh pabrik dengan pemicu yang berbasis unit. 2. Penentuan harga pokok produksi dengan metode activity based costing terlebih dahulu menelusuri aktivitas yang menimbulkan biaya pada proses produksi perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya. sehingga biaya overhead pabrik dialokasikan terlebih dahulu ke aktivitas, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan beberapa kelompok dan memakai beberapa cost driver yang menjadi dasar penetapan tarif BOP dimuka. 3. Hasil dari perbandingan penentuan harga pokok produksi dengan metode konvensional dan metode activity based costing, bahwa metode ABC dinilai menghasilkan
pembebanan BOP yang lebih akurat dibandingkan dengan metode konvensional. Dengan menggunakan metode konvensional mengakibatkan distorsi pada produk Genteng yang mengalami undercosting, Batako dan Paving block yang mengalami overcosting. Saran Saran yang ingin diajukan oleh penulis terhadap penentuan harga pokok produksi bagi perusahaan Galunggung Raya Block Tasikmalaya adalah: 1. Perusahaan Galunggung Raya Block sebaiknya mempertimbangkan untuk menerapkan metode activity based costing dalam penentuan harga pokok produksinya untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat dan relevan. Sebagai masukan bagi perusahaan Galunggung Raya Block, meskipun metode activity based costing merupakan metode yang sederhana. Namun dalam penerapannya memerlukan waktu yang cukup lama. Sehingga perusahaan dianjurkan untuk mulai menerapkannya secara bertahap sampai pada akhirnya metode activity based costing dapat diterapkan dengan baik pada perusahaan. Dan perusahaan dapat menghasilkan informasi harga pokok produksi terutama pembebanan biaya overhead pabrik yang akurat. Selain itu untuk menerapkan metode activity based costing, perusahaan memerlukan dukungan sumber daya manusia yang trampil dan disiplin. Mengingat metode activity based costing memerlukan ketelitian dan kecermatann dalam penerapannya. 2. Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan konsep skripsi ini. Dan lebih dalam memahami konsep metode activity based costing. serta menambah variabel-variabel yang berkaitan dengan metode activity based costing.
DAFTAR PUSTAKA Blocher, dkk. 2007. Manajemen Biaya, Terj. A. Susty Ambarraiani. Jakarta : Salemba Empat. Bambang Hariadi. 2002. Akuntansi Manajemen, Banyu Media Publishing : Jakarta. Bastian Bustami & Nurlela. 2009. Akuntansi Biaya : Melalui pendekatan Manajerial. Jakarta: Mitra Wacana media. Charter, William K. 2009. Akuntansi Biaya, Buku 1 Edisi 14. Terj. Krista. Jakarta: PT salemba Empat. Euis Rosidah. 2013. Akuntansi Biaya. Bandung: Mujahid Press
Hansen dan Mowen.2006. Akuntansi Manajemen.Terj. Fitriasari. Jakarta: Salemba Empat Harnanto dan Zulkifli. 2008. Manajemen Biaya, Yogyakarta : (UPP) AMP YPKN. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, &George Foster . 2006. Akuntansi Biaya, Penekanan Manajemen. Terj. P.A Lestari. Jakarta: Erlangga. Ida. 2013. Pengaruh Activity Based Costing System Dalam penetapan Harga Pokok Produksi terhadap Harga Jual Produk. Universitas Siliwangi Mohamad Nazir. 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Edisi I. Jakarta : salemba Empat. _______2003. Activity Based Cost system. Edisi 6. Yogyakarta : UPP AMP. _______2009. Akuntansi biaya . Yogyakarta: STIE YPKPN Mursyidi. 2008, Akuntansi Biaya Convensional Costing, Just In Time dan Activity Based Costing, Bandung: Refika Aditama. Rudianto. 2013.. Akuntansi Manajemen Informasi untuk pengambilan keputusan strategis, Jakarta : Erlangga Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian, Cetakan ke-21. Bandung: CV. Alfabeta. Supriyono. 2007. Manajemen Biaya. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. V. Wiratna Sujarweni. 2015. Akuntansi Manajemen Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Zulfi. 2012. Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing. Universitas Siliwangi