Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Sebelum dan Setelah Implementasi SAK ETAP di Bandar Lampung
(Skripsi)
Oleh Nama NPM Jurusan Pembimbing I Pembimbing II No. Telpon Email
: Rika Wijaya : 0641031116 : S1 Akuntansi (Non Regular) : R.Weddie Andriyanto.,S.E.,M.Si.,CPA : Liza Alvia.,S.E.,M.Sc.,Akt : 087899455333 :
[email protected]
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG 2012
2
ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SEBELUM DAN SETELAH IMPLEMENTASI SAK ETAP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh RIKA WIJAYA
Dalam menyusun laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat memiliki standar akuntansi yang berlaku untuk mengukur aktivitas keuangan bank yang telah diatur dan ditetapkan oleh regulator perbankan. Sebelumnya standar akuntansi yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat dalam penyusunan laporan keuangan adalah PSAK 31 (PAPI), namun standar akuntansi tersebut dipandang tidak sesuai bagi Bank Perkreditan Rakyat karena transaksinya tidak dibedakan dengan aktifitas bank umum dan memerlukan biaya yang sangat besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Bank Indonesia memandang SAK ETAP dapat menjadi acuan standar akuntansi bagi Bank Perkreditan Rakyat karena dianggap sesuai dengan kebutuhan Bank Perkreditan Rakyat, sehubung dengan hal tersebut Bank Indonesia menjalankan fungsi regulatornya terhadap Bank Perkreditan Rakyat. Melalui Surat Edaran BI No.11/37/DKBU SAK ETAP ditetapkan sebagai standar akuntansi Bank Perkreditan Rakyat Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis perlakuan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP terhadap tingkat kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat yang berada diwilaya Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP yang mencerminkan kinerja bank, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rasio capital adequacy ratio (CAR), rasio Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan rasio Loan Deposit Ratio (LDR). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata rasio NPL dan BOPO memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP sedangkan rata-rata rasio CAR, ROA dan LDR tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Kata Kunci : kinerja keuangan, Bank, implementasi SAK ETAP
3
ABSTRACT COMPARATIVE ANALYSIS OF THE FINANCIAL PERFORMANCE OF BANK PERKREDITAN RAKYAT BEFORE AND AFTER IMPLMENTATION SAK ETAP IN BANDAR LAMPUNG
By RIKA WIJAYA
In preparing the financial statement Bank Perkreditan Rakyat have accepted accounting standards to measure the financial activities of banks that have been set out and defined by banking regulators. Previous accounting standard for Bank Perkreditan Rakyat in preparing the financial statements is PSAK 31 (PAPI), but accounting standards are deemed not appropriate for Bank Perkreditan Rakyat because the transaction is not distinguished from the activity of commercial banks and require a very large cost compared to the benefit gained. Bank Indonesia may be looking SAK ETAP reference accounting standards for Bank Perkreditan Rakyat because it is considered appropriate to the needs of Bank Perkreditan Rakyat, in connection with the Bank Indonesia regulatory function of the Bank Perkreditan Rakyat. Through circular BI No.11/37/DKBU SAK ETAP designated as Bank Perkreditan Rakyat accounting standards. This study aims to analyze the accounting treatment before and after the implementation of SAK ETAP financial performance against levels of Bank Perkreditan Rakyat located in the Bandar Lampung. The research was conducted by analyzing financial ratios before and after the implementation of SAK ETAP which reflect the performance of the bank, the variables used in this study consisted of the ratio capital adequacy ratio (CAR), ratio Non Performing Loan (NPL), ratio Return On Asset (ROA), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) and ratio Loan Deposit Ratio (LDR). The results showed that the average ratio NPL and Ratio BOPO has a significant difference before and after implementation SAK ETAP while the average CAR, ROA and LDR did not show any significant difference Keyword : financial performance, Bank, implementation SAK ETAP
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam menyusun laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat memiliki standar akuntansi yang berlaku untuk mengukur aktivitas keuangan bank yang telah diatur dan ditetapkan oleh regulator perbankan. Sebelumnya standar akuntansi yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat dalam penyusunan laporan keuangan adalah PSAK 31 (PAPI) tentang akuntansi perbankan, namun standar akuntansi tersebut dipandang tidak sesuai bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) karena transaksinya tidak dibedakan dengan aktifitas bank umum dan memerlukan biaya yang sangat besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Sehubungan dengan hal tersebut Bank Perkreditan Rakyat memerlukan standar akuntansi yang sesuai dalam meningkatkan transparansi kondisi keuangan dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif dan handal dengan perkembangan transaksi dan harmonisasi sesuai dengan standar akuntansi internasional. Pada tahun 2009 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) yang ditujukan untuk usaha kecil dan menengah, SAK ETAP diperuntukan bagi entitas yang tidak mempunyai akuntanbilitas publik yang signifikan, namun entitas yang memiliki akuntanbilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Bank Indonesia memandang SAK ETAP dapat menjadi acuan standar akuntansi bagi Bank Perkreditan Rakyat karena dianggap sesuai dengan kebutuhan Bank Perkreditan Rakyat, sehubung dengan hal tersebut Bank Indonesia menjalankan fungsi regulatornya terhadap Bank Perkreditan Rakyat dalam rencana penerapan sistem akuntansi yang baru, melalui Surat Edaran BI No. 11/37/DKBU yang dikeluarkan pada 31 Desember 2009 SAK ETAP ditetapkan sebagai standar akuntansi Bank Perkreditan Rakyat sejak 1 Januari 2010. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyusunan laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP, dengan judul “ Analisis
5
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Sebelum dan Setelah Implementasi SAK ETAP di Bandar Lampung. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana perlakuan akuntansi Bank Perkreditan Rakyat sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP?
2.
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP?
C. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perlakuan akuntansi sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP pada Bank Perkreditan Rakyat yang difokuskan pada pangakuan pendapatan dan beban bunga serta dampaknya terhadap kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat. Kinerja keuangan perbankan menggunakan ukuran CAMEL (CAR, NPL, ROA, BOPO dan LDR). D. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis perbedaan perlakuan akuntansi sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP
2.
Membandingkan kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP.
II. LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Secara umum Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan dan unit ekonomi lain yang sangat penting agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti, dibandingkan, dan tidak menyesatkan. B. Ruang Lingkup Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
6
SAK ETAP diterbitkan tahun 2009 berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan lebih awal yaitu 1 Januari 2010. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang: a.
tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b.
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika: a.
entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b.
entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Tsetyaernawati; 2012) yaitu : 1.
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah mampu untuk menyusun laporan keuangan sendiri, dapat di audit dan mendapat opini, sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapat dana (misalnya dari bank) untuk mengembangkan usaha
2.
Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK sehingga lebih mudah dalam implementasinya
3.
Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.
7
C. Unsur-unsur Laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Adapun unsur-unsur laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat Meliputi : Komponen laporan Keuangan -
Neraca
-
Laporan laba rugi
-
Laporan perubahan ekuitas
-
Laporan arus kas
-
Catatan Atas laporan Keuangan Perbedaan Penyajian dan Perlakuan Akuntansi Sebelum dan Setelah Implementasi SAK ETAP
No 1.
2.
Elemen
Sebelum Implementasi SAK ETAP (PSAK 31)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Pengkasifikasian SBI : - Dimiliki hingga jatuh tempo (HTM) - Diperdagangkan (Tranding) - Tersedia untuk dijual Pendapatan Pendapatan bunga yang bunga yang akan diterima dicatat akan diterima dalam pendapatan lain-lain
Setelah Implementasi SAK ETAP Pengklasifikasian SBI : - Dimiliki hingga Jatuh tempo - Tersedia untuk dijual - SBI tidak untuk diperdagangkan Pendapat bunga yang diterima disajikan dalam pos tersendiri karena untuk menggambarkan tagihan bunga yang merupakan kegiatan utama Bank Perkreditan Rakyat
3.
Kredit yang diberikan
- Kredit awal= pokok - Kredit awal = pokok kredit – kredit provisi + biaya transaksi - Berdasarkan azas - Provisi dan biaya transaksi materialitas dan manfaat, diamortisasi straight line provisi dan biaya - Kredit selanjutnya = baki transaksi dapat debet (-) unamortized provisi diamortisasi straight line (+) unamortized biaya - Kredit selanjutnya transaksi (outstanding credit=baki Sesuai dengan prinsip debet historical cost
4.
Urutan pelunasan kredit tidak lancar
- Setoran debitur untuk kredit L, DPK & KL, urutan: biaya, bunga, pokok - Untuk kredit D&M,
Setoran kredit performing untuk pelunasan bunga untuk kredit nonperforming digunakan terlebih dahulu melunasi tunggakan pokok
8
urutan: Pokok, bunga
Kewajiban segera adalah kewajiban kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberian amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya PPAP merupakan cadangan untuk surat-surat berharga yang menjadi aktiva produktif bank dan mengandung resiko kemungkinana tak tertagih atau macet Hutang bunga dicatat dalam pos kewajiban lainlain
yang telah jatuh tempo, jika ada sisa untuk pelunasan tunggakan bunga Penyempurnaan
5
Kewajiban segera
6
Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
7
Hutang bunga
8
Simpanan
9
Pinjaman - Pinjaman yang diterima yang diterima diakui sebesar nilai nominal - Biaya transaksi diakui sebagai beban dalam periode berjalan
- Pinjaman yang diterima diakui sebesar nilai pokok ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan - Biaya transaksi yang dapat diatribusikan diamortisasi secara straight line dan diakui sebagai beban bunga
10
Beban bunga
Beban bunga termasuk kedalam beban amortisasi dan biaya simpanan yang dapat
Beban bunga diakui sesuai perhitungan tingkat bunga (kontraktual)
Beban bunga diakui sebagai beban pada periode berjalan
Terdapat tambahan klausula yaitu termasuk kewajiban yang telah jatuh tempo diluar utang bunga. Disempurnakan dengan tambahan criteria kewajiban yang telah jatuh tempo Hanya menggunakan istilah akun penyisihan kerugian sebagai cadangan kredit atau penempatan pada bank lain saja tidak digabungkan dalam PPAP Hutang bunga dicatat tersendiri dalam pos hutang bunga Menggambarkan utang bunga yang merupakan kegiatan utama BPR Beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan prisip historical cost
9
diatribusikan secara langsung. Sumber : Bank Indonesia , (2010) D. Perhitungan Kinerja Keuangan pengukuran menggunakan rasio mengenai kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam penelitian ini dapat menggunakan rasio pengukuran kinerja keuangan sesuai Standar Bank Indonesia (No. 6/23/DPNP) yang diproksikan dengan rasio permodalan (capital), rasio kualitas aktiva produktif (Aset), rasio rentabilitas (earning), Manajemen dan rasio likuiditas (liquidity) atau CAMEL. Dari rasio-rasio tersebut akan dapat diketahui tingkat kesehatan suatu bank. E. Kerangka Pemikiran Salah satu pengakuan yang diakui oleh SAK ETAP adalah pengakuan pendapatan dan beban bunga. Kredit yang diberikan adalah usaha Bank Perkreditan Rakyat untuk pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan tingkat bunga kontarktual sementara provisi menjadi pendapatan operasional lainya, sedangkan setelah implementasi SAK ETAP pendapatan bunga dihitung berdasarkan tingkat bunga kontaktual dikurangi dengan provisi ditambah biaya transaksi. Dari akun simpanan sebelum implementasi SAK ETAP beban bunga diakui sesuai dengan perhitungan tingkat bunga (kontraktual), sedangkan setelah implementasi SAK ETAP beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung yaitu biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu. Salah satu pengakuan yang berbeda akan mengakibatkan penyajian laporan keuangan yang berbeda pula dan menunjukan perkembangan kinerja perusahan setelah implementasi SAK ETAP.
10
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Bank Perkreditan Rakyat
Pengakuan pendapatan dan beban bunga
Sebelum Implementasi SAK ETAP
Pendapatan bunga diakui berdasarkan tingkat bunga kontraktual yang diakui diawal.
Beban bunga diakui sesuai dengan perhitungan tingkat bunga (kotraktual)
Setelah Implementasi SAK ETAP
Pendapatan bunga dihitung berdasarkan pendapatan bunga kontaraktual dikurangi provisi ditambah biaya transaksi
Beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung yaitu biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu
Laporan Keuangan Kinerja Keuangan CAMEL (CAR,NPL,ROA,BOPO,LDR) Sumber : diolah penulis (2012) F. Hipotesis
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan rasio keuangan perbankan yang menilai tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan, hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Perbedaan rasio CAR sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP dapat diakibatkan oleh perbedaan pengakuan dan pengukuran pos-pos yang digunakan yaitu modal dan aktiva tertimbang menurut resiko. Sebelum implementasi SAK ETAP, tidak mengatur mengenai dana setoran modal dan mengakui adanya akun modal yang belum disetor sedangkan setelah implementasi SAK ETAP dana setoran modal adalah dana yang sudah disetor
11
penuh untuk tujuan penambahan modal dan dinyatakan memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku namun didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk digolongkan sebagai modal disetor. Akun aktiva tertimbang menurut resiko terdiri dari kredit, surat berharga, antarbank aktiva, nilai buku inventaris dan rupa-rupa aktiva yang dikalikan dengan bobot resiko masing-masing pos. Dari pos tersebut yang memiliki perlakuan berbeda sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP adalah pengakuan dari kredit yang diberikan. Sebelum implementasi SAK ETAP kredit yang diberikan adalah kredit awal sama dengan pokok kredit sedangkan setelah implementasi SAK ETAP kredit awal sama dengan pokok kredit dikurangi provisi ditambah biaya transaksi. 2. Indikator yang digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap faktor kualitas aktiva produktif (asset) adalah NPL. Komponen yang digunakan untuk mengitung rasio NPL adalah debitur yang kurang lancar, diragukan dan macet. Sebelum implementasi SAK ETAP urutan pelunasan kredit tidak lancar untuk kredit D&M adalah pokok dan bunga sedangkan setelah implementasi SAK ETAP setoran kredit performing digunakan untuk pelunasan bunga, untuk kredit nonperforming digunakan terlebih dahulu untuk melunasi tunggakan pokok yang telah jatuh tempo, jika ada sisa untuk pelunasan tunggakan bunga. Selanjutnya perbedaan juga dapat diakibatkan oleh akun penyisihan restrukturisasi kredit berdasarkan SAK ETAP nilai tunai dihitung dengan menggunakan suku bunga kontarktual yang ditentukan pada awal pemberian kredit dan apabila nilai tunai lebih rendah dibandingkan nilai tercatat kredit pada saat direkstrukturisasi, maka selisih diakui sebagai kerugian sedangkan sebelum SAK ETAP penyisihan restrukturisasi kredit merupakan selisih antar saldo kredit dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan, disajikan sebagai pos pengurangan dan kredit yang direktrukturisasi. 3. Perbedaan nilai ROA sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP disebabkan oleh perbedaan pengakuan dan pengukuran komponen yang digunakan yaitu total aset yang berasal dari penjumlahan dan pengurangan
12
akun-akun aktiva. Dari akun-akun tersebut yang memiliki perbedaan perlakuan akuntansi sebelum dan setelah impelemtasi SAK ETAP adalah akun penyisihan penghapusan aktiva produktif. Sebelum implementasi SAK ETAP PPAP merupakan istilah pencadangan untuk surat-surat berharga yang juga menjadi aktiva produktif bank yang disamping menghasilkan juga mengandung resiko kemungkinan tak tertagih atau macet, sedangkan setelah implementasi SAK ETAP digunakan akun penyisihan kerugian sebagai cadangan untuk kredit atau antarbank aktiva tidak digabung dalam PPAP. Selanjutnya perbedaan juga dapat diakibatkan dari pos laba sebelum pajak yaitu dilihat dari pengakuan pendapatan bunga sebelum implementasi SAK ETAP pendapatan bunga diukur berdasarkan tingkat bunga kontraktual yang diakui awal, sementara provisi diakui sebagai pendapatan operasional lainnya, dan beban bunga diakui sebagai beban pada periode berjalan, setelah implementasi SAK ETAP pendapatan bunga dihitung berdasarkan pendapatan bunga kontraktual dikurangi dengan provisi ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan langsung dan beban bunga termasuk beban amortisasi biaya simpanan yang dapat diatribusikan secara langsung. Perbedaan nilai BOPO diakibatkan oleh perubahan komponen pendapatan operasional dan beban operasional. Perbedaan Pedapatan operasional berasal dari pendapatan bunga (bunga kontraktual dikurangi provisi ditambah biaya transaksi), sementara sebelum SAK ETAP pendapatan bunga diperoleh dari pengakuan pendapatan bunga (berdasarkan suku bunga kontraktual). Beban Operasional sebelum implementasi SAK ETAP berasal dari perbedaan perlakuan beban bunga yang diakui sebagai beban pada periode berjalan, setelah implementasi SAK ETAP pengertian beban bunga termasuk beban amortisasi dan biaya simpanan yang dapat diatribusikan secara langsung. 4. Indikator yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap rasio likuiditas yaitu menggunakan rasio LDR. Perbedaan nilai rasio LDR sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP diakibatkan oleh komponen yang digunakan, LDR dihitung dari perbandingan antara total kredit dengan dana pihak ketiga, dana
13
pihak ketiga yang dimaksud adalah simpanan pihak ketiga (tabungan dan deposito), antarbank pasiva, pinjaman yang akan diteriman, dan modal inti. Perbedaan komponen dana pihak ketiga sebelum implementasi SAK ETAP terlihat dari pengukuran akun simpanan yaitu beban bunga simpanan diakui sesuai dengan perhitungan tingkat bunga (kontraktual), sementara berdasarkan SAK ETAP beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu hal ini sesuai dengan prinsip historical cost. Dari hasil penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah : Hα = Terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Hα1 = CAR memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Hα2 = NPL memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Hα3 = ROA memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Hα4 = BOPO memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Hα5 = LDR memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel tersebut. Berikut adalah kriteria pengambilan sampel yang digunakan yaitu : a. Sampel yang diambil adalah sampel yang sesuai dengan judul penelitian yaitu laporan keuangan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP yaitu laporan keuangan Desember 2009 dan Laporan Keuangan Desember 2011.
14
Laporan keuangan tahun 2010 merupakan waktu terjadinya perubahan atau transisi SAK ETAP sehingga menjadi cut off dalam penelitian ini. b. Bank Perkreditan Rakyat yang berdiri sebelum tahun 2009 (sebelum diberlakukan SAK ETAP). B. Operasionalisasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini dapat menggunakan rasio pengukuran kinerja keuangan sesuai Standar Bank Indonesia (No. 6/23/DPNP) yaitu : 1.
Rasio Permodalan (Capital) Modal CAR =
x 100 % Total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (Asset) Total Kredit Bermasalah NPL =
x 100 % Total Kredit
3.
Rentabilitas (Earning) Laba Sebelum Pajak ROA =
x 100 % Total Aset Biaya Operasional
BOPO =
x 100 Pendapatan Operasional
4.
Likuiditas (liquidity) Total Kredit LDR =
x 100 % Total Dana yang Diterima (Pihak ketiga)
15
A. Metode Analisis 1.
Analisis Deskriftif
Analisis deskriftif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Jugiyanto,2008) 2.
Uji T Dependen (Berpasangan)
Dalam penelitian ini, akan di uji dengan uji t. Menurut Kuncoro (2004), uji t digunakan untuk mengetahui apakah suatu peristiwa tersebut berpengaruh signifikan atau tidak. Uji t untuk data dependen (berpasangan) berarti setiap subjek diukur dua periode yaitu sebelum dan setelah dilakukan suatu intervensi atau pengukuran lalu diambil beberapa sampel yang menjalani intervensi tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Untuk mendapatkan hasil penelitian maka digunakan variabel rasio-rasio keuangan yang sumber datanya berasal dari laporan keuangan perbankan (Bank Perkreditan Rakyat) yang memilik data sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. Rasio-rasio tersebut akan dibandingkan untuk dikemudian ditarik kesimpulan. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat pada periode sebelum implementasi SAK ETAP dan setelah implementasi SAK ETAP. 1.
Rasio Permodalan (Capital)
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio permodalan dari Bank Perkreditan Rakyat dapat dilihat dari hasil CAR sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP sebagaimana dihipotesiskan dalam Ha1 berikut ini : Ha1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) memilik perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP
16
Tabel 1. Hasil perhitungan rasio Capital Adequacy Ratio Bank Perkreditan Rakyat sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP CAR (%) 2009 1 UtomoManunggal Sejahtera 28,57 2 BP Kota Bandar Lampung 34,53 3 TrisuryaBumindo 16,70 4 Tunas Jaya Graha 62,85 5 AjiCaka 54,41 6 ArtaKedatonMakmur 39,37 7 Citra Dana Mandiri 18,78 255,21 Jumlah 36,45 Rata-Rata Sumber : data diolah dari data laporan keuangan (terlampir) No
BPR
2011 67,37 26,59 10,84 50,43 58,93 26,86 15,69 256,71 36,67
Perbedaan secara rata-rata nilai CAR sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP disebabkan oleh : Modal Terdapat perbedaan perhitungan modal/ekuitas sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. Sebelum implementasi SAK ETAP tidak mengatur mengenai dana setoran modal dan mengakui adanya akun modal yang belum disetor, sedangkan setelah implementasi SAK ETAP yang dimaksud dengan dana setoran modal adalah dana yang sudah disetor penuh untuk tujuan penambahan modal dan dinyatakan memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk digolongkan sebagai modal disetor harus dengan persetujuan Bank Indonesia, sehingga akun modal yang belum disetor belum memenuhi ketentuan permodalan digolongkan ke akun DSM-kewajiban. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko Akun aktiva tertimbang menurut resiko terdiri dari kredit, surat berharga, antarbank aktiva, nilai buku inventaris dan rupa-rupa aktiva yang dikalikan dengan bobot resiko masing-masing pos. Dari pos tersebut yang memiliki perlakuan berbeda sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP adalah pengakuan dari kredit yang diberikan. Sebelum implementasi SAK ETAP kredit yang diberikan adalah kredit awal sama dengan pokok kredit
17
sedangkan setelah implementasi SAK ETAP kredit awal sama dengan pokok kredit dikurangi provisi ditambah biaya transaksi.
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (Asset) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio Aset dari Bank Perkreditan Rakyat dapat dilihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP sebagaimana dihipotesiskan dalam Ha2 berikut ini : Ha2 : Non Performing Loan (NPL) memilik perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Tabel 2. Hasil perhitungan rasio Non Performing Loan (NPL) NPL (%) 2009 1 UtomoManunggal Sejahtera 1,99 2 BP Kota Bandar Lampung 1,99 3 TrisuryaBumindo 1,99 4 Tunas Jaya Graha 2,19 5 AjiCaka 1,98 6 ArtaKedatonMakmur 1,99 7 Citra Dana Mandiri 1,94 14,78 Jumlah 2,11 Rata-Rata Sumber : data diolah dari data laporan keuangan (terlampir) No.
BPR
2011 0,49 1,62 5,51 3,08 6,51 4,13 5,46 26,80 3.82
Komponen yang digunakan untuk mengitung Rasio NPL adalah debitur yang kurang lancar, diragukan dan macet. Sebelum implementasi SAK ETAP urutan pelunasan kredit tidak lancar untuk kredit D&M adalah pokok dan bunga sedangkan setelah implementasi SAK ETAP setoran kredit performing untuk pelunasan bunga yaitu kredit dengan kualitas lancar (L), untuk kredit nonperforming digunakan terlebih dahulu untuk melunasi tunggakan pokok yang telah jatuh tempo, jika ada sisa untuk pelunasan tunggakan bunga yaitu kredit dengan kualitas kurang lancar (KL), Diragukan (D) dan kualitas macet (M) Selanjutnya perbedaan juga dapat diakibatkan oleh total kredit yang berasal dari penjumlahan kredit yang diberikan antara pihak terkait dengan pihak tidak terkait. Sebelum implementasi SAK ETAP kredit yang diberikan adalah kredit awal sama
18
dengan pokok kredit sedangkan setelah implementasi SAK ETAP kredit awal sama dengan pokok kredit dikurangi provisi ditambah biaya transaksi. 3. Rasio Rentabilitas (Earning) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio ROA dari Bank Perkreditan Rakyat sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP sebagaimana dihipotesiskan dalam Ha3 berikut ini : Ha3 : Return On Asset (ROA) memilik perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Tabel 3. Hasil perhitungan rasio Return On Asset (ROA) ROA (%) 2009 1 UtomoManunggal Sejahtera LPG 6,04 2 BP Kota Bandar Lampung 4,21 3 TrisuryaBumindo 0,15 4 Tunas Jaya Graha 1,62 5 AjiCaka 0,84 6 ArtaKedatonMakmur 10,57 7 Citra Dana Mandiri 4,06 27,49 Jumlah 3,92 Rata-Rata Sumber : data diolah dari data laporan keuangan (terlampir) No.
BPR
2011 8,02 5,10 2,81 1,30 1,25 9,96 6,15 34,59 4,94
Perbedaan nilai ROA sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP disebabkan oleh perbedaan pengakuan dan pengukuran komponen yang digunakan yaitu total aset yang berasal dari penjumlahan dan pengurangan akun-akun aktiva dan pos laba sebelum pajak yang berasal dari jumlah pendapatan dikurangi jumlah beban. Dilihat dari akun total aset yang memiliki perbedaan perlakuan akuntansi sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP adalah kredit yang diberikan, dan akun penyisihan penghapusan aktiva produktif. Sebelum implementasi SAK ETAP PPAP merupakan istilah pencadangan untuk surat-surat berharga yang juga menjadi aktiva produktif bank yang disamping menghasilkan juga mengandung resiko kemungkinan tak tertagih atau macet, sedangkan setelah implementasi SAK ETAP digunakan akun penyisihan kerugian sebagai cadangan untuk kredit atau antarbank aktiva tidak digabung dalam PPAP.
19
Selanjutnya perbedaan juga dapat diakibatkan dari pos laba sebelum pajak yaitu dilihat dari pengakuan pendapatan bunga sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP, sebelum implementasi SAK ETAP pendapatan bunga diukur berdasarkan tingkat bunga kontraktual yang diakui awal, pendapatan provisi diakui sebagai pendapatan operasional lainnya, sementara beban bunga diakui sebagai beban pada periode berjalan, setelah implementasi SAK ETAP pendapatan bunga dihitung berdasarkan pendapatan bunga kontarktual dikurangi provisi ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan langsung dan beban bunga termasuk beban amortisasi biaya simpanan yang dapat diatribusikan secara langsung. Sedangkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai BOPO sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP sebagaimana dihipotesiskan dalam Ha4 berikut : Ha4 : Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memilik perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Tabel 4. Hasil perhitungan rasio BOPO CAR (%) 2009 1 UtomoManunggal Sejahtera 67,48 2 BP Kota Bandar Lampung 77,28 3 TrisuryaBumindo 99,56 4 Tunas Jaya Graha 92,98 5 AjiCaka 94,80 6 ArtaKedatonMakmur 47,09 7 Citra Dana Mandiri 74,21 553,40 Jumlah 79,05 Rata-Rata Sumber : data diolah dari data laporan keuangan (terlampir) No
BPR
2011 56,62 69,99 86,15 84,88 91,02 50,85 62,45 501,96 71,70
Pendapatan Operasional Dari komponen pendapatan operasional pos yang memiliki perbedaan pengakuan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP adalah pos pendapatan bunga dimana setelah implementasi SAK ETAP pendapatan bunga berasal dari bunga kontarktual dikurang provisi ditambah biaya transaksi sedangkan sebelum implementasi SAK ETAP pedapatan bunga diakui berdasarkan bunga kontarktual yang diakui diawal. Beban Operasional
20
Dari komponen beban operasional pos yang memiliki perbedaan pengakuan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP adalah beban bunga . sebelum implementasi SAK ETAP beban bunga diakui sesuai dengan perhitungan tingkat bunga (kontraktual), sedangkan setelah implementasi SAK ETAP beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung yaitu biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu. 4. Likuiditas (Liquidity) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio likuiditas Bank Perkreditan Rakyat yang dilihat dari hasil LDR sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP sebagaimana dihipotesiskan. Ha5 : Loan To Deposit Ratio (LDR) memilik perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP Table 5. Hasil perhitungan rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) LDR (%) 2009 1 UtomoManunggal Sejahtera 84,10 2 BP Kota Bandar Lampung 73,71 3 TrisuryaBumindo 93,03 4 Tunas Jaya Graha 54,01 5 AjiCaka 49,52 6 ArtaKedatonMakmur 69,27 7 Citra Dana Mandiri 64,06 487,70 Jumlah 69,67 Rata-Rata Sumber : data diolah dari data laporan keuangan (terlampir) No.
BPR
2011 64,37 80,10 86,54 36,17 45,43 90,38 78,03 481,02 68,71
LDR dihitung dari perbandingan antara total kredit dengan dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga yang dimaksud adalah simpanan pihak ketiga (tabungan dan deposito), antarbank pasiva, pinjaman yang diterima, modal inti (dikali bobot resiko). Semakin tinggi rasio LDR, maka semakin rendah likuiditas bank bersangkutan. Berdasarkan ketentuan BI standar LDR yang baik dibawah 110%. Perbedaan komponen dana pihak ketiga sebelum implementasi SAK ETAP terlihat dari pengukuran akun simpanan yaitu beban bunga simpanan diakui sesuai dengan perhitungan tingkat bunga (kontaktual), sementara berdasarkan SAK
21
ETAP beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu hal ini sesuai dengan prinsip historical cost.
B. Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan rasio CAMEL sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP, tahap selanjutnya menguji hipotesis. Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan Paired samples test, pengujian yang dilakukan utuk mengetahui tingkat signifikan perbedaan rata-rata kinerja keuangan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis CAMEL Bank Perkreditan Rakyat No. Rasio Mean Sig (2Keterangan Tailed) Sebelum SAK Setelah SAK ETAP ETAP 36,46 36,67 0,976 1. CAR Ha1 ditolak 2.
NPL
2,01
3,83
0,041
Ha2 diterima
3.
ROA
3,93
4,94
0,078
Ha3 ditolak
4.
BOPO
79,06
71,71
0,016
Ha4 diterima
5.
LDR
69,67
68,72
0,876
Ha5 ditolak
Sumber : data Olahan SPSS (2012) 1. Pengujian CAR (Capital Adequency Ratio) Hasil pengujian hipotesis menunjukan p (0,976) > α. Berdasarkan hasil tersebut maka Ha1 ditolak. Yang artinya perubahan perlakuan SAK ETAP tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap nilai CAR. Hal ini diduga karena pos-pos perhitungan CAR sebelum dan setelah impementasi SAK ETAP tidak semuanya memiliki perbedaan perlakuan akuntansi seperti yang terlihat dalam akun antarbank aktiva yang hanya direklasifikasikan menjadi penempatan bank lain tetapi tidak memiliki perbedaan dalam perlakuan akuntansi. Keterbatasan tahun penelitian yang hanya satu periode sebelum implementasi SAK ETAP dan satu periode setelah implementasi SAK ETAP juga mempengaruhi hipotesis ditolak.
22
2. Pengujian NPL (Non Performing Loan) Hasil pengujian hipotesis menunjukan p (0,041) < α. Berdasarkan hasil tersebut maka Ha2 diterima. Rasio Non Performing Loan (NPL) pada penelitian ini memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. Hal ini membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian yaitu perbedan pengakuan total kredit bermasalah yang tergolong (kurang lancar,diragukan dan macet) sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP dan perbedaan perlakuan total kredit yang berasal dari penjumlahan kredit yang diberikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. 3. Pengujian ROA (Return On Asset). Hasil pengujian hipotesis menunjukan p (0,078) > α. Berdasarkan hasil tersebut maka Ha3 ditolak, yang artinya perhitungan rasio Return On Asset (ROA) sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan. Meskipun secara teori terdapat perbedaan perlakuan akuntansi sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP, namun dalam penelitian ini tidak berhasil mendukung pernyataan tersebut. Peneliti menduga selain karena keterbatasan sampel dan tahun penelitian yang terlalu pendek, akun-akun dalam menghitung total aktiva tidak seluruhnya memiliki perbedaan perlakuan akuntansi sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP, perbedaan hanya ada pada akun kredit yang diberikan dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. 4. Pengujian BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukan p (0,016) < α, dari hasil tersebut maka Ha4 diterima. Rasio Pendapatan Operasional terhadap Beban Operasional (BOPO) pada penelitian ini menggambarkan adanya perbedaan signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. Hal ini membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian. Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa pendapatan operasional diperoleh dari penjumlahan pendapatan bunga yang memiliki perlakuan berbeda sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP dan beban operasional diperoleh dari penjumlahan beban bunga yang dijabarkan dalam SAK ETAP memiliki perbedaan perlakuan akuntansi sebelum dan setelah SAK ETAP. Hal ini yang menyebabkan perbedaan hasil BOPO.
23
5. Pengujian LDR (Loan To Deposit Ratio) Dari hasil pengujian hipotesis menunjukan p (0,876) > α. Berdasarkan hasil tersebut maka Ha5 ditolak. Artinya hasil pengujian hipotesis menunjukan rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. Peneliti menduga hal ini disebabkan karena komponen – komponen perhitungan LDR setelah implementasi SAK ETAP tidak semuanya memiliki perbedaan perlakuan akuntansi seperti yang terlihat dalam perhitungan dana pihak ketiga yang menggunakan pos antarbank dan modal inti yang tidak memiliki perbedaan pengakuan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP. Jangka waktu pengukuran kinerja yang terlalu singkat yaitu hanya satu periode sebelum implementasi SAK ETAP dan satu periode setelah implementasi SAK ETAP juga mempengaruhi hipotesis ditolak. Keterbatasan tahun penelitian ini dikarenakan penerapan SAK ETAP yang baru diberlakukan 1 tahun pada Bank Perkreditan Rakyat.
V. SIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan tentang analisis perbandingan sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP dan dampaknya terhadap kinerja Bank Perkreditan Rakyat yang terdaftar dalam data publikasi Bank Indonesia maka diperoleh simpulan sebagai berikut : 1.
Perbedaan perlakuan pendapatan bunga sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP dilihat dari pengakuan akun kredit yang diberikan dimana sebelum implementasi SAK ETAP kredit awal merupakan pokok kredit, sedangkan setelah impelemntasi SAK ETAP kredit awal merupakan pokok kredit dikurangi provisi ditambah biaya transaksi. Perbedaan perlakuan beban bunga sebelum dan setelah implementasi SAK ETAP dilihat dari pengakuan simpanan dimana sebelum implementasi SAK ETAP beban bunga diakui sesuai dengan perhitungan tingkat bunga kontaraktual sedangkan setelah implementasi SAK ETAP beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi
24
yang dapat diatribusikan secara langsung yaitu biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu. 2.
Walaupun terdapat perubahan perlakuan dan pengukuran dalam setiap komponen variabel, hasil analisis statistik menyatakan bahwa nilai rata-rata untuk penilaian Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Loan To Deposit Ratio (LDR) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah Implementasi SAK ETAP. Sedangkan dari hasil penelitian analisis penilaian rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) menunjukan hasil Ha diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa implementasi SAK ETAP yang diterapkan pada Bank Perkreditan Rakyat memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap perhitungan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional.
B.Saran Dari kesimpulan yang diberikan, penulis memberikan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian selanjutnya mengenai implementasi SAK ETAP dan dampaknya terhadap kinerja bank agar penelitian memperoleh hasil yang lebih baik dan akurat, yaitu : 1.
Penelitian selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel penelitian berdasarkan total aset dan memperluas cakupan tahun penelitian yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat secara statistik.
2.
Penelitian selanjutnya dapat menambahan perlakuan dari komponen lainnya, seperti pajak atau penilaian aktiva tetap tidak berfokus pada satu perlakuan akuntansi saja.
3.
Peneliti selanjutnya dapat menambahkan rasio management dan komponen rasio earning lainnya seperti Return On Equity (ROE) dan Net Interest Margin (NIM) sehingga perhitungan kinerja dengan metode CAMEL dapat diukur secara keseluruhan.
25
DAFTAR PUSTAKA Direksi BPR. 2012. Data Publikasi Laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id Ghojali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Pertama. Badan Penerbitan Universitas Diponogoro. Semarang Harahap, Sofyan Syarif. 2007. Teori Akuntansi. Rajawali Pers. Jakarta Ikatan Akuntansi Indonesia. Mei 2009. SAK ETAP. Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Ikatan Akuntansi Indonesia Jogiyanto, HM. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Penerbit ANDI. Yogyakarta Kasmir.2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Kesebelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Kuncoro. 2004. Metode Penelitian. Prenhallindo. Jakarta Lidiawati, Resti. 2011. Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyar Sebelum dan Setelah Penerapan SAK ETAP; Perbandingan Berdasarkan PAPI dan PA BPR (Studi Kasus pada PT. XYZ). (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. Pujiyanti, sri. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Mengenai Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode CAMEL. Universitas Gunadarma. Depok Soemarsono, SR. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. PT. Rineka Citra. Jakarta Supriyanta. (2011, 10 Januari). Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK. Blogspot.com. Jakarta http://soepriyanta.blogspot.com Tsetyaernawati. 2012. Rangkuman Isi SAK ETAP. R-na3setya’s.blog http://tsetyaernawati.wordpress.com Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan Unila. Bandar Lampung Wirahardja, Roy Imam dan Wahyuni, Ersa Tri. 2011. Perbedaan SAK ETAP dengan PSAK. www.keuanganlsm.com _____.2010. Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat. Bank Indonesia