ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK NASIONAL, BANK CAMPURAN, DAN BANK ASING SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS KEUANGAN GLOBAL Christine Cesilia, Hery Gunawan Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530 (021) 53696969, 53696999/ (021) 5300244
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this study is to determine whether there were significant differences in the financial performance of National Bank, Joint Venture Bank and Foreign Bank both before and after the global financial crisis. Risk profile analysis, Capital and Earnings (REC) is used to analyze and find out the bank's financial performance. The research method used is quantitative method by using statistical test paired sample t test. Conclusions from this research is a whether performance of national banks, joint venture banks, and foreign banks alike showed no significant difference. That is showed in the national bank, a significant difference only on the CAR variable. In the joint venture banks, a significant difference only on the ROA and CAR variable. While the foreign banks, a significant difference only on the LDR variable. Keywords : Risk profile, Earnings, Capital
ABSTRAK Tujuan Penelitian, ialah mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing baik sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Untuk menganalisis dan mengetahui, kinerja keuangan bank digunakan analisis Risk profile, Capital dan Earning (REC). Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan bantu uji statistik paired sample t test. Simpulan dari penelitian ini adalah kinerja baik bank nasiona, bank campuran, dan bank asing sama-sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dimana pada bank nasional, perbedaan signifikan hanya pada variabel CAR. Pada bank campuran, perbedaan signifikan hanya pada variabel ROA dan CAR. Sedangkan pada bank asing, perbedaan signifikan hanya pada variabel LDR. Kata Kunci : Risk profile, Earnings, Capital
PENDAHULUAN Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis finansial global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, terutama negara-negara berkembang pada tahun 2008 termasuk Indonesia yang sangat mempengaruhi kondisi perkonomian dalam negeri. Salah satu industri di Indonesia yang berhubungan langsung dengan krisis keuangan global adalah industri perbankan. Indonesia merupakan suatu negara yang didominasi oleh sektor perbankan. Hal ini dapat dilihat dimana sektor perbankan memberikan kontribusi total asset sebesar 79,5% dari seluruh
sistem keuangan, sehingga mencerminkan tingginya ketergantungan terhadap sektor perbankan sebagai sumber pembiayaan perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Menurut Lindgren (dalam Djiwandono, 2002) mengemukakan bahwa sebenarnya krisis perbankan bukan merupakan permasalahan baru di banyak negara, bahkan dalam dasawarsa delapan puluhan dan sembilan puluhan terdapat banyak negara yang mengalami krisis perbankan. Salah satu studi IMF (International Moneter Fund) menyebutkan bahwa sejak tahun 1980 terdapat 130 negara atau tiga perempat negara-negara anggota IMF, telah mengalami masalah perbankan yang berat. Krisis keuangan global yang pada awalnya hanya berimbas pada sektor properti dan pasar modal AS, ternyata memberikan dampak yang cukup besar pada lembaga-lembaga keuangan terkemuka, tidak hanya di AS, tetapi juga kawasan Eropa maupun Asia. Dampaknya, harga saham perbankan di seluruh dunia jatuh. Hal ini pun menyulut kekhawatiran para pelaku pasar, karena bermasalahnya bank akan berdampak pada melemahnya kegiatan perekonomian. Kinerja keuangan bank dapat dilihat salah satunya dengan menggunakan analisis laporan keuangan bank. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dilihat dari segi kepemilikannya, pengelompokkan bank dapat dibedakan atas 3 kelompok yaitu bank nasional, bank asing dan bank campuran. Ketiga kelompok bank ini dalam kenyataannya bersaing ketat untuk menunjukkan good performance di mata publik. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, terdapat penelitian yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini yaitu mengenai dampak subprime mortgage crisis terhadap industri perbankan di indonesi yang dilakukan oleh Junike (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Dampak Subprime Mortgage Crisis Terhadap Industri Perbankan Di Indonesia” diperoleh kesimpulan bahwa subprime mortgage crisis tidak memberikan dampak negatif terhadap perbankan Indonesia dilihat melalui metode CAMELS, credit rating, maupun Altman Z-Score. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan bank di Indonesia setelah subprime mortgage. Berdasarkan isu pokok yang telah dijabarkan diatas, formulasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah untuk memastikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Nasional, Bank Campuran, maupun Bank Asing baik sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan Bank Nasional, Bank Campuran, maupun Bank Asing baik sebelum dan sesudah krisis keuangan global.
HIPOTESIS Pengembangan hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum terbukti mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih yang dibuat berdasarkan kerangka teori atau model analisis. Sebagaimana disinggung di atas, penulisan ini menyajikan tentang analisis perbandingan kinerja keuangan Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing (Periode tahun 2005 – 2007 dan 2009 - 2011 ). Untuk menguji apakah kinerja keuangan Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing berbeda signifikan untuk periode tahun 2005 – 2007 dan 2009 – 2011. Dampak krisis global bagi perbankan Indonesia adalah dengan adanya penarikan dana oleh investor luar negeri di berbagai perusahaan Indonesa mengakibatkan bank mengalami krisis likuiditas, penurunan nilai aktiva produktif (earning assets) dalam bentuk kredit dan surat berharga yang dibeli bank, penurunan kecukupan modal (CAR) terutama karena kerugian berasal dari pencadangan atas penurunan kualitas aktiva produktif dan gagal bayar bunga kredit. Menurut jurnal Surifah yang berjudul Kinerja Keuangan Perbankan Nasional Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rasio Capital, Assets, Management dan Liquidity berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah krisis ekonomi dan kebanyakan rasio menunjukkan bahwa setelah krisis ekonomi justru lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis. Namun pada aspek Earning atau kemampuan perusahaan memperoleh laba tidak berbeda secara signifikan, dan setelah krisis mengalami penurunan earning. Hal ini menunjukkan bahwa pada perbankkan yang sehat, artinya tidak dilikuidasi dan tetap menjalankan operasinya dengan selalu memperoleh laba, pengaruh krisis ekonomi tersebut malah baik jika dilihat dari aspek capital, kualitas aktiva produktif, aspek management, dan aspek liquidity, hal ini bisa jadi karena bank tersebut dapat bertahan menghadapi krisis sehingga mendapat limpahan kepercayaan dari nasabah bank lainnya yang bermasalah. Namun karena perekonomian juga belum membaik, spread negatif berkepanjangan, berfluktuasinya tingkat bunga bank, dan sector riil juga banyak mengalami kemacetan, maka meskipun aspek lainnya lebih baik setelah krisis, tetap saja aspek earning atau profitabilitas tidak meningkat, sehingga tidak berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah krisis ekonomi.
Menurut penelitian Junike (2012), tentang pegaruh subprime mortgage terhadap perbankan Indonesia menunjukkan bahwa Subprime Mortgage tidak memberikan dampak negatif terhadap kinerja keuangan perbankan di Indonesia atau dengan kata lain tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari kinerja keuangan perbankan di Indonesia yang cenderung mengalami peningkatan menjadi lebih baik sesudah Subprime Mortgage, yang ditandai dengan peningkatan CAR, ROA, ROE, NIM, dan LDR ; penurunan NPL dan BOPO ; serta kestabilan RR. Berdasarkan model penelitian dan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Hipotesis 1 : H01 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Nasional sebelum dan sesudah krisis keuangan global Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Nasional sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Hipotesis 2 : H02 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Campuran sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Campuran sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Hipotesis 3 : H03 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Nasiona, Bank Campuran, dan Bank Asing sebelum dan sesudah krisis keuangan global Ha3 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Asing sebelum dan sesudah krisis keuangan global
METODE PENELITIAN Berdasarkan jenusnya penelitian ini dikategorikan sebagai peneltian kuantitatif dengan menggunakan uji statistik yaitu uji paired sample t test dengan bantuan software statistik yaitu SPSS 21. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu : a. Studi kepustakaan Penulis mencari data yang bersifat teoritis berdasarkan literatur-literatur ilmiah, catatan-catatan selama kuliah, dan buku-buku tentang teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. b. Online research Riset dengan menggunakan alat bantu internet untuk mendapatkan pengetahuan mengenai hal-hal yang terjadi di negara lain serta pengetahuan lainnya. c. Dokumetasi Penulis mengumpulkan data berdasarkan dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan jurnal-jurnal ilmiah yang ada serta data yang diperoleh dari arsip yang tersedia di Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan perusahaan perbankan.
HASIL DAN BAHASAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua bank yang dikelompokkan berdasarkan kepemilikannya. Dimana sampel yang diambil adalah bank dari yang memiliki aset terbesar atau dengan kata lain bank yang besar dari masing-masing kelompok bank. Sehingga didapat 12 sampel yang terdiri dari 4 bank nasional (Bank Mandiri, Bank Jateng, Bank BCA, dan Bank BTPN). Dan 4 bank campuran yaitu bank DBS Indonesia, Bank ANZ Indonesia, Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, dan Bank Mizuho Indonesia. Juga untuk bank asing terdapat 4 bank yaitu Citibank, HSBC Bank, Standar Chartered Bank, dan The Tokyo Mitshubishi UFJ.
3.1 Uji Normalitas Kinerja Keuangan Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing KATEGORI BANK
SEBELUM KRISIS LDR
BANK NASIONAL BANK CAMPURAN BANK ASING
NPL
SETELAH KRISIS
ROA
ROE
CAR
LDR
NPL
ROA
ROE
CAR
0.96
0.132
0.68
0.843
0.998
0.971
0.359
0.818
0.63
0.876
0.956
0.667
0.994
0.57
0.232
0.615
0.622
1.000
0.98
0.804
0.181
0.422
0.975
0.855
0.469
0.246
0.159
0.564
0.792
0.847
Dari Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov tersebut dapat dilihat bahwa nilai semua Asymp. Sig. (2-tailed) variabel LDR, NPL, ROA, ROE dan CAR perbankan nasional sebelum dan seudah krisis keuangan global terdistribusi secara normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0.05.
3.2 Kinerja Keuangan Bank Nasional Sebelum dan Sesudah Krisis Descriptive
Variabel
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Mean
Min
Max
LDR_sebelum
66.5383%
40.30%
96.43%
LDR_sesudah
73.1433%
50.30%
102.12%
NPL_sebelum
5.1000%
0.44%
25.20%
NPL_sesudah
1.1108%
0.26%
2.80%
ROA_sebelum
3.4658%
0.50%
6.14%
ROA_sesudah
3.4867%
2.67%
4.40%
ROE_sebelum
24.0500%
2.50%
39.80%
ROE_sesudah
28.8733%
22.00%
36.40%
CAR_sebelum
21.2958%
14.15%
29.46%
CAR_sesudah
17.0142%
12.70%
23.40%
Correlations Correlation Sig.
Paired Samples Test t
sig
0.688
0.013
1553.000
0.149
0.899
0.000
1969.000
0.075
0.561
0.058
-0.054
0.958
0.463
0.130
1697.000
0.118
0.234
0.464
3258.000
0.008
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank Nasional mengalami peningkatan rata-rata dari 66.54% selama tiga tahun sebelum krisis keuangan global menjadi 73.14% tiga tahun setelah krisis keuangan global. LDR terendah adalah sebesar 40.30% sebelum krisis keuangan global menjadi 50.30% sesudah krisis keuangan global.LDR maksimum pun mencapai peningkatan yang cukup drastis menjadi 102.12%. Namun peningkatan ini belum dapat dikatakan signifikan sebab nilai sig melebihi 0.05 yakni sebesar 0.149. Disamping itu, NPL (Non Performing Loan) bank nasional mengalami penurunan yang mencapai 3.99% dari rata-rata sebelum krisis keuangan global senilai 5.1% dan setelah krisis keuangan global senilai 1.11%. NPL terendah tercatat senilai 0.44% sebelum krisis keuangan global dan mengalami penurunan menjadi 0.26% sesudah krisis keuangan global. Dan NPL tertinggi adalah senilai 25.20% sebelum krisis keuangan global dan 2.80% setelah krisis keuangan global. Penurunan NPL ini belum dapat dikatakan signifikan karena nilai sig yang dicapai lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.075 Untuk variabel ROA (Return on Asset), kenaikan hanya sebesar 0.02% yakni 3.4658% sebelum krisis keuangan global dan 3.4867% sesudah krisis keuangan global. Nilai ROA terendah adalah 0.50% sebelum krisis keuangan global dan 2.67% sesudah krisis keuangan global. Sedangkan ROA tertinggi adalah senilai 6.14% sebelum krisis keuangan global dan 4.40% sesudah krisis keuangan global. Kenaikan yang terjadi pada rasio ROA ini belum dapat dikatakan signifikan dikarenakan nilai sig yang masih lebih besar dari 0.05 yakni 0.958.
Sedangkan untuk variabel ROE (Return on Equity), terjadi kenaikan yakni 24.0500% sebelum krisis keuangan global dan 28.8733% sesudah krisis keuangan global. Dimana nilai ROE terendah saat sebelum terjadinya krisis adalah sebesar 2.50% dan 22.00% saat setelah terjadinya krisis keuangan global. Sedangkan nilai tertinggi ROE saat sebelum terjadinya krisis adalah sebesar 39.80% dan saat sesudah terjadinya krisis adalah 36.40%. Namum kenaikan rasio ROE yang sebesar 4.82 ini belum dapat dikatakan signifikan dikarenakan nilai sig adalah sebesar 0.118 atau lebih besar dari 0.05. Disini rasio CAR (Capital Adequency Ratio) menunjukkan penurunan yaitu 21.2958% sebelum krisis keuangan global dan 17.0142% sesudah krisis keuangan global. Dimana nilai terendah CAR sebelum dan sesudah krisis keuangan global berturut-turut adalah 14.15% dan 12.70%. Dan untuk nilai tertinggi CAR sebelum dan sesudah krisis adalah 29.46% dan 23.40%. Penurunan CAR sebesar 4.28% ini dapat dikatakan signifikan dimana nilai sig sebesar 0.008 lebih kecil dibandingkan 0.05 Sehingga, terbukti bahwa krisis keuangan global tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan bank nasional dikarenakan hanya didukung oleh variabel CAR.
3.3 Kinerja Keuangan Bank Campuran Sebelum dan Sesudah Krisis Descriptive
Variabel
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Mean
Min
Max
LDR_sebelum
107.0267%
66.21%
147.24%
LDR_sesudah
114.8067%
65.61%
189.48%
NPL_sebelum
2.6058%
0.38%
5.62%
NPL_sesudah
1.7408%
0.69%
3.34%
ROA_sebelum
3.5842%
1.62%
5.65%
ROA_sesudah
2.0567%
0.09%
3.44%
ROE_sebelum
14.0983%
9.25%
17.63%
ROE_sesudah
10.8142%
1.25%
17.80%
CAR_sebelum
29.0067%
14.01%
60.23%
CAR_sesudah
22.5083%
12.09%
45.39%
Correlations Correlation Sig.
Paired Samples Test t
sig
0.271
0.394
-0.658
0.524
0.164
0.610
1600.000
0.138
0.118
0.715
3245.000
0.008
0.136
0.674
2083.000
0.061
0.848
0.000
2624.000
0.024
Untuk kinerja keuangan bank campuran, dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata rasio LDR mengalami kenaikan dimana sebelum krisis sebesar 107.0267% dan sesudah krisis sebesar 114.8067%. Nilai LDR terendah adalah 66.21 untuk sebelum krisis keuangan global dan sebesar 114.8067% sesudah krisis keuangan global. Dan untuk nilai tertinggi LDR sebelum dan sesudah krisis adalah 147.24% dan 189.48%. Terjadinya kenaikan LDR bank campuran sebelum dan sesudah krisis sebesar 7.78% belum dapat dikatakan penurunan yang signifikan dikarenakan nilai sig masih diatas 0.05 yakni sebesar 0.524 Untuk NPL bank campuran, terjadi penurunan yang tadinya sebesar 2.6058% sebelum krisis keuangan global menjadi sebesar 1.7408% sesudah krisis keuangan global. Untuk NPL terendah sebelum dan sesudah krisis adalah 0.38% dan 0.69%. Sedangkan NPL tertinggi adalah 5.62% sebelum krisis keuangan global dan 3.34% sesudah krisis keuangan global. Terjadinya penurunan sebesar 0.86% belum dikatakan signifikan dimana nilai sig masih berada diatas 0.05 yaitu sebesar 0.318 Sedangkan rasio ROA sebelum dan sesudah krisis keuangan global mengalami penurunan sebesar 1.53%. Dimana nilai terendah ROA sebelum dan sesudah krisis keuangan global adalah 1.62% dan 0.09%. Sedangkan nilai tertingginya adalah 5.65% sebelum krisis dan 3.44% sesudah krisis. Penurunan rata-rata ROA ini dapat dikatakan signifikan karena nilai sig adalah lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.008. Dari tabel daoat dilihat bahwa variabel ROE sebelum dan sesudah krisis keuangangan global mengalami penurunan sebesar 3.28% yakni 14.0983% sebelum krisis keuangan global dan 10.8142% sesudah krisis keuangan global. Nilai ROE tertinggi dapat dilihat sebesar 9.25% sebelum krisis keuangan global dan
1.25% sesudah krisis keuangan global. Untuk nilai ROE tertinggi adalah 17.63% dan 17.80% untuk sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Penurunan rata-rata ROE pada bank campuran belum dapat dikatakan signifikan dikarenakan nilai sig adalah sebesar 0.061 (lebih besar dari 0.05). Sedangkan untuk variabel CAR, terlihat terjadinya penurunan sebesar 6.5%. Untuk nilai CAR terendah dan tertinggi baik sebelum dan sesudah krisis keuangan global berturut-turut adalah 14.01%, 12.09%, 60.23%, 45.39%. Dimana penurunan CAR ini dapat dikatakan signifikan dikarenakan sig sebesa 0.024 (lebih kecil dari 0.05) Sehingga dapat disimpulkan bahwa krisis keuangan global tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan bank campuran dikarenakan hanya didukung oleh variabel ROA dan CAR (dua dari lima variabel).
3.4 Kinerja Perbankan Asing Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global Descriptive
Variabel
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Mean
Min
Max
LDR_sebelum
85.3783%
57.46%
158.85%
LDR_sesudah
106.0250%
66.70%
231.38%
NPL_sebelum
2.4092%
0.55%
7.00%
NPL_sesudah
2.1908%
0.44%
10.20%
ROA_sebelum
4.0108%
2.00%
5.70%
ROA_sesudah
3.1758%
1.49%
5.70%
ROE_sebelum
22.3300%
4.23%
57.76%
ROE_sesudah
14.3275%
2.78%
25.30%
CAR_sebelum
21.2817%
13.34%
37.58%
CAR_sesudah
23.8533%
11.90%
39.96%
Correlations Correlation Sig.
Paired Samples Test t
sig
0.823
0.001
2225.000
0.048
0.454
0.138
0.304
0.767
0.168
0.601
1806.000
0.098
0.628
0.029
2159.000
0.054
0.892
0.000
1917.000
0.082
Dapat dilihat bahwa rata-rata LDR sebelum dan sesudah krisis adalah 85.3783% dan 106.0250% mengalami kenaikan. Nilai LDR terendah dan tertinggi baik sebelum dan sesudah krisis baik bertutut-turut adalah 57.46%, 66.70%, 258.85%, dan 231.38%. Terjadinya kenaikan LDR pada bank asing merupakan kenaikan yang signifikan dimana nilai sig lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.048. Untuk rata-rata NPL bank asing sebelum dan sesudah krisis mengalami penurunan sebesar 0.22%. Untuk nilai terendah dan tertinggi NPL sebelum krisis adalah 0.55% dan 7.00%. Sedangkan nilai terendah dan tertinggi NPL sesudah krisis adalah 0.44% dan 10.20%. Adanya penurunan NPL yang tadinya sebesar 2.4092% menjadi 2.1908% tidak dapat dikatakan signifikan dikarenakan nilai sig masih berada diatas 0.05. Rata-rata rasio ROA sebelum dan sesudah krisis mengalami penurunan yang tadinya sebesar 4.0108% sebelum krisis keuangan global dan sebesar 3.1758%sesudah krisis keuangan global. ROA terendah sebelum dan sesudah krisis adalah sebesar 4.23% dan 2.78%. Sedangkan ROA tertinggi sebelum dan sesudah krisis adalah sama sebesar 5.70%. Penurunan ROA yang dialami bank asing belum dapat dikatakan signifikan dikarenakan nilai sig masih diatas 0.05 yakni sebesar 0.098. Pada variabel ROE, sebelum dan sesudah krisis keuangan global mengalami penurunan yang tadinya 22.3300% menjadi 14.3275%. ROE terendah pada saat sebelum dan sesudah krisis adalah 4.23% dan 2.78%. Sedangkan ROE tertinggi adalah 57.76% dan 25.30% pada saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Dimana penurunan ROE pada bank asing, bukan merupakan penurunan yang signifikan dikarenakan nilai sig masih berada diatas 0.05. Sedangkan untuk rasio CAR, sebelum dan sesudah krisis mengalami kenaikan yang tadinya 21.2817% sebelum krisis menjadi 23.8533% sesudah krisis. Adapun CAR terendah sebelum dan sesudah krisis adalah
13.34% dan 11.90%, sedangkan CAR tertinggi sebelum dan sesudah krisis adalah 37.58% dan 39.96%. Kenaikan CAR yang terjadi pada bank asing saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global bukan merupakan penurunan yang signifikan dikarenakan nilai sig adalah 0.082 (lebih besar dari 0.05). Sehingga dapat disimpulkan krisis keuangan global tidak mempengaruhi kinerja keuangan bank nasional dikarenakan hanya didukung oleh variabel LDR.
3.5 Hasil Hipotesis HIPOTESIS AWAL
HASIL UJI
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Nasional sebelum dan sesudah krisis keuangan global
DITOLAK
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Campuran sebelum dan sesudah krisis keuangan global
DITOLAK
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja keuangan Bank Asing sebelum dan sesudah krisis keuangan global
DITOLAK
1.
2.
3.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank nasional sebelum dan sesudah krisis keuangan global, karena variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan hanya variabel CAR. Sedangkan untuk variabel LDR, NPL, ROA, dan ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank campuran sebelum dan sesudah krisis keuangan global, karena variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan hanya variabel ROA dan CAR. Sedangkan untuk variabel LDR, NPL, dan ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank asing sebelum dan sesudah krisis keuangan global, karena variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan hanya variabel LDR. Sedangkan untuk variabel NPL, ROA, ROE, dan CAR tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari analisis dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut : 1.
2.
3.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank nasional sebelum dan sesudah krisis keuangan global, karena variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan hanya variabel CAR. Sedangkan untuk variabel LDR, NPL, ROA, dan ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank campuran sebelum dan sesudah krisis keuangan global, karena variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan hanya variabel ROA dan CAR. Sedangkan untuk variabel LDR, NPL, dan ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank asing sebelum dan sesudah krisis keuangan global, karena variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan hanya variabel LDR. Sedangkan untuk variabel NPL, ROA, ROE, dan CAR tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global
Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
5.
Bagi Investor Investor disarankan untuk berinvestasi pada bank nasional, dilihat dari kinerja keuangan bank nasional yang mengalami kenaikan walaupun setelah melewati krisis keuangan global. Terlihat dari rasio LDR, ROA, dan ROE yang meningkat dan juga NPL yang menurun. Bagi Bank Nasional Bank Nasional disarankan untuk meningkatkan CAR yang dimilikinya. Walaupun CAR yang dimiliki bank nasional sudah dalam kategori baik menurut Peraturan Bank Indonesia (CAR > 8%) namun masih jauh tertinggal dibandingkan dengan bank campuran dan bank asing. Bagi Bank Campuran Bank Campuran disarankan untuk memperhatikan ROA dan ROE dikarenakan ROA dan ROE bank campuran sama-sama mengalami penurunan setelah melewati krisis keuangan global. Bagi Bank Asing Bank Asing disarankan untuk memperhatikan ROA dan ROE dikarenakan ROA dan ROE mengalami penurunan setelah krisis keuangan global. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian selanjutnya sebaiknya disarankan menambah jumlah sampel perusahaaan yang akan diteliti dan memperpanjang waktu penelitian agar hasil yang didapat lebih akurat dan bervariasi.
REFERENSI Budisantoso, T., & Sigit, T. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Darmawi, H. (2011). Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Denawijaya, L. (2005). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalian Indonesia. Domash, H. (2010). Fire Your Stock Analyst. New Jersey: Pearson Education. Fahmi, I. (2011). Analisis Kinerja Keuangan. Jakarta: Alfabeta. Firdaus, R., & Maya, A. (2010). Manajemen Pengkreditan Bank Umum : Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit (5 ed.). Bandung: Alfabeta. Gunadarma, W. (2012, June 21). wartawarga.gunadarma.ac.id. Retrieved February 20, 2013, from http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/06/klasifikasi-bank/ Handayani, P. S. (2005). Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing. Jurnal Universitas Diponegoro. Harahap, S. S. (2011). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Houston, E. F. (2010). Dasar-dasar Manajemen Keuangan (11 ed.). Jakarta: Salemba Empat. Iqbal, M. (2012). Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Tahun 2008. Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Infobank, Edisi 2006-2013 Junike. (2012). ANALISIS DAMPAK SUBPRIME MORTGAGE CRISIS TERHADAP INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA. Thesis Binus. Kasmir, D. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Kasmir, D. (2005). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Keown, J. (2011). Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan (Vol. 1). Indonesia: PT Indeks. Kouser, R., & Saba, I. (2012). Gauging the Financial Performance Banking Sector using CAMEL. International Research Journal of Banking and Economics. Leon , B., & Jackson, S. (2007). Manajemen Aktiva Passiva Bank Devisa (2 ed.). Jakarta: Salemba Empat. Munawir. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Liberty. Nafarin. (2007). Penganggaran Perusahaan (3 ed.). Jakarta: Salemba Empat. Pandia, F. (2012). Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Peraturan Bank Indonesia No. 12/10/PBI/2010 Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia No.15/13/PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum Peraturan Bank Indonesia No. 14/14/PBI/2012 Tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank
Prof. Dr. Dermawan Sjahrial, M. (2011). Cara Mudah dan Praktis Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 Kepada Semua Bank Konvensional di Indonesia Sekaran, U. (2010). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan "Kebijakan Moneter dan Perbankan". Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Surifah. (2002). KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SWASTA NASIONAL. JAAI VOLUME 6. Theng Lim Yee, S., & Teh Boon, H. (2011). 2011. A comparison on Efficiency of Domestic and Foreign Banks in Malaysia : A DEA Approach, 1. Van Greuning, H., & Iqbal, Z. (2011). Analisis Resiko Perbankan. Jakarta: Salemba Empat. Wahyono, T. (2012). Analisis Statistik Mudah dengan SPSS 20. Jakarta: Elex Media Komputindo. Yulianto, A. (2009). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Konvensional dengan Perbankan Syariah Sebelum dan Saat Krisis Finansial Global Tahun 2006-2009. Jurnal Universitas Negeri Semarang.
RIWAYAT PENULIS Christine Cesilia lahir di kota Medan pada 12 Agustus 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.