Umedi Usman
Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi Umedi Usman Program Pascasarjana FEB Universitas Brawijaya Malang
Abstract: The research aimed at determining: 1) whether acquisition had a positive impact on the financial performance of bank; and 2) what ratio of contribution the variable of liquidity, solvability, rentability and efficiency play in the financial performance of bank. The research result shows that: (1) Of the 4 financial ratio under investigation, two financial ratios, i.e. LDR and BO/PO grew better however not significant, and one ratio, i.e. solvability (EM) was still in good condition, and another ratio, i.e. rentability (ROA and ROE) increasingly declined. Based on the rentability ratio, it is concluded that the acquisition activity failed to gain the optimal advantage due to distortion of the strong external factor, i.e. the economy crisis. (2) The liquidity ratio had dominant influence on the financial performance of the bank. Although acquisition did not achieve optimal result, it is hoped that the economic condition recovery yields positive impact on the financial performance of banks. Therefore, it is suggested that acquisition be continuously applied by banks that are still in need of fund in order to become healthy. Keywords: capital asset, equity and liquidity Abstract: The research aimed at determining: 1) whether acquisition had a positive impact on the financial performance of bank; and 2) what ratio of contribution the variable of liquidity, solvability, rentability and efficiency play in the financial performance of bank. The research result shows that: (1) Of the 4 financial ratio under investigation, two financial ratios, i.e. LDR and BO/PO grew better however not significant, and one ratio, i.e. solvability (EM) was still in good condition, and another ratio, i.e. rentability (ROA and ROE) increasingly declined. Based on the rentability ratio, it is concluded that the acquisition activity failed to gain the optimal advantage due to distortion of the strong external factor, i.e. the economy crisis. (2) The liquidity ratio had dominant influence on the financial performance of the bank. Although acquisition did not achieve optimal result, it is hoped that the economic condition recovery yields positive impact on the financial performance of banks. Therefore, it is suggested that acquisition be continuously applied by banks that are still in need of fund in order to become healthy. Keywords: capital asset, equity and liquidity
Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang semakin penting peranannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara antara sektor defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development. Alamat Korespondensi: Umedi Usman, Program Pascasarjana FEB Universitas Brawijaya Malang
492
Ada beberapa cara untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas kerja dan daya saing dari suatu perusahaan, antara lain konsolidasi, merger, akuisisi, aliansi dan go public. Adapun pengertian dari merger adalah merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Akuisisi adalah merupakan pengambilalihan sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain, sehingga perusahaan pengambil alih mempunyai hak pengawasan atas perusahaan.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME492 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi
Dalam upaya mengembangkan usahanya, para pemilik modal dapat menempuh 2 ( dua ) cara sebagai berikut: pertama, melalui Internal growth, maksudnya untuk pengembangan usahanya digunakan laba yang ditahan. Kedua, melalui External Growth, artinya untuk pengembangan usahanya, pemilik modal tersebut mengambilalih operasi perusahaan yang lain Kecenderungan ini terjadi seiring dengan perilaku para pemilik modal, yang pada umumnya cenderung ingin mengendalikan atau memiliki kekuatan dalam mengelola bisnisnya dan berusaha untuk menghilangkan ketergantungan kepada pihak lain. Persaingan yang sangat ketat membuat bankbank sulit bergerak dalam skala ekonomi yang efisien, karena terlalu banyak kompetisi berlangsung sementara nasabah yang diperebutkan tetap bersifat terbatas, akibatnya muncullah masalah kredit macet, kekurangan modal kerja. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pelaksanaan akuisisi baik bagi akuisator maupun yang diakuisi adalah sebagai berikut Faktor-faktor tersebut adalah: • Untuk mencari capital gain. Kegiatan akuisisi ini biasanya dilakukan oleh suatu perusahaan dengan cara membeli saham/ asset pada harga yang rendah, kemudian pada tingkat harga yang dinilai menguntungkan, sahamsaham/asset itu kembali dilepas. Manfaat alasan ini dirasakan oleh akuisator. • Mengurangi persaingan. Akuisisi dalam bentuk integrasi horizontal ditujukan untuk mengakuisisi pesaing langsung, sehingga dapat mengurangi jumlah pesaing, serta memperluas kesempatan bagi perusahaan tersebut untuk merebut dan menguasai pasar dari produknya. Adapun pesaing yang dimaksud di sini dapat berupa pesaing yang memiliki produk dan jasa yang sama atau pesaing yang memiliki daerah pemasaran yang sama. Manfaat dari alasan ini lebih banyak dirasakan oleh akuisator. • Meningkatkan skala ekonomis. Efisiensi suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan melalui akuisisi pada perusahaan sejenis. Faktor ini merupakan salah satu pendorong utama terjadinya merjer dan akuisisi horisontal. Diharapkan dengan lebih rendahnya biaya
produksi, kemampuan bersaing perusahaan setelah akuisisi menjadi meningkat. Alasan ini dapat dirasakan baik oleh akuisator maupun perusahaan yang diakuisisi. • Perluasan pasar Usaha perluasan pasar suatu perusahaan dapat dicapai dengan cara melakukan transaksi akuisisi. Perusahaan pengambilalih dapat melakukan akuisisi pada perusahaan target yang terdapat didalam negeri maupun diluar negeri, sehingga dapat memasuki pasar dari perusahaan yang diakuisisi tersebut. Alasan ini lebih banyak dirasakan oleh akuisator. • Menghemat pajak Penghematan pajak yang dimaksud adalah penghematan pajak penghasilan (PPh). Kemungkinan yang terjadi dalam menghemat pajak ada dua yaitu: Pertama, Adanya keringanan pajak penghasilan yang berasal dari penerimaan deviden baik bagi akuisator maupun yang diakuisisi. Kedua, Perusahaan yang melakukan akuisisi pada perusahaan yang rugi. Alasan melakukan akusisi untuk dapat menghemat pajak ini dapat dirasakan oleh kedua pihak, baik akuisator maupun yang diakuisisi. Apabila semua tujuan tersebut dapat dicapai, maka perusahaan akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri, baik dalam bentuk diversifikasi maupun dalam menetapkan strategi dalam menghadapi perubahan lingkungan pada umumnya, seperti globalisasi. Alasan paling utama yang mendorong para pemilik modal melakukan akuisisi dalam sektor perbankan adalah: (1) Bagi akuisator yang sudah memiliki bank adalah untuk mencari capital gain, karena adanya penghapusan pajak capital gain, dan merupakan cara untuk memacu pertumbuhan asset, volume pemberian kredit dan laba, serta bertambahnya jaringan (2) Adanya daya tarik terselubung dari akuisisi bank yang mengalami kesulitan adalah adanya bantuan ” suntikan dana” dari BI bagi akuisator. (3) Bagi akuisator yang belum memiliki Bank adalah merupakan peluang untuk memiliki bank dengan relatif mudah masuk ke industri ini. Khususnya bagi perbankan pelaksanaan akuisisi, ini menjadi salah satu strategi untuk pengembangan usaha bagi akuisator maupun strategi mengatasi
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
493
Umedi Usman
masalah kekurangan modal dan kredit macet yang harus diatasi dengan segera bagi bank yang diakuisisi. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang harus segera diatasi seperti masalah kekurangan modal, serta memanfaatkan peluang bagi akuisator menanamkan modalnya. Strategi yang disukai untuk digunakan dewasa ini di Indonesia adalah: Akuisisi. Untuk melihat sejauhmana strategi akuisisi digunakan untuk mengatasi masalah permodalan bagi bank yang diakusisi peneliti mengajukan perumusan masalah seperti di bawah ini.
Manfaat penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat dirasakan adalah: (1) Sebagai sumber informasi bagi para investor atau calon investor yang akan diakuisisi maupun bagi yang akan diakuisator, sebab kegiatan akuisisi mempunyai dampak pada perkembangan usahanya, baik dampak positif maupun dampak negatif. (2) Sebagai sumbangan referensi bagi penelitian dan pembahasan berikutnya, terutama yang menyangkut pelaksanaan akuisisi pada sektor perbankan. (3) Sebagai media untuk meningkatkan pemahaman tentang akuisisi dalam kaitannya dengan fenomena dan kinerja keuangan perbankan.
Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengacu pada pendapat Gaugham, (1991) bahwa akuisisi dapat menimbulkan sinergi, baik sinergi operasional, sinergi keuangan maupun sinergi manajemen, sehingga perusahaan menjadi lebih efisien dalam proses produksinya. Akibat selanjutnya kinerja keuangan bank yang dicerminkan oleh rasio keuangan menjadi lebih baik. Jika rasio keuangan bank sesudah akuisisi lebih baik dibanding sebelum akuisisi, maka diharapkan permintaan saham akan meningkat. Dengan meningkatnya permintaan saham akan berpengaruh pada naiknya harga saham.
Hipotesis Berdasarkan fakta-fakta yang ada dilapangan seperti laporan keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi, studi literatur, serta menurut masalah dan tinjauan teoritis yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 494
• •
Diduga kegiatan akuisisi mempunyai dampak positif terhadap bank yang diakuisisi. Diduga rasio likuiditas mempunyai kontribusi yang dominan terhadap prestasi kinerja keuangan bank.
METODE Populasi dan Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank yang telah diakuisisi di Indonesia dengan pertimbangan bahwa kegiatan akuisisi ini mulai semarak sejak timbulnya banyak permasalahan perbankan seperti dijelaskan pada Pendahuluan. Jumlah populasi yang ada sampai saat penelitian dilakukan sebanyak 15 bank, yang diakusisi. Menurut rencana semula akan diteliti semuanya (sensus), tetapi dalam kenyataannya yang masuk hanya sebanyak 6 bank (40%). Hal ini disebabkan karena adanya kendala Bank yang lain tidak bersedia memberikan data yang berhubungan dengan laporan keuangan bank. Dengan demikian pengambilan sampel dilakukan berdasar kesengajaan (purposive sampling), yaitu bank-bank yang bersedia memberikan laporan keuangannya baik melalui akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan bank-bank tersebut, maupun melalui Bapepam dan BEI sedang bank lainnya ternyata tidak bersedia memberikan datanya.
Sumber dan Prosedur Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data tentang keuangan perusahaan yang berasal dari laporan neraca dan laba/rugi, nilai transaksi akuisisi yang dilakukan, serta fenomena yang melatar belakangi terjadinya akuisisi.
HASIL Kondisi kinerja keuangan bank sebelum di akuisisi Pada awalnya sampel yang diinginkan adalah bank-bank yang melakukan akuisisi antar bank, tetapi dalam praktek anggota sampel yang penulis peroleh adalah 6 bank dengan rincian, 5 bank yang diakuisisi oleh perusahaan yang bergerak pada sektor lain, tetapi mempunyai laporan keuangan yang terpisah, serta 1 bank yang mengakuisisi bank lainnya. Jumlah sampel
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi
sebanyak 6 bank ini sudah mampu mewakili karakteristik populasi, mengingat anggota sampel ini ada yang berasset kecil sampai besar. Kondisi kinerja keuangan bank-bank sebelum melakukan akuisisi disajikan pada tabel 1. Dari tabel 1 diketahui nilai rata-rata LDR (Loan to Deposit Rasio) sebelum akuisisi sebesar 125,925%. Angka ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata LDR sebelum akuisisi sudah diatas nilai ideal BI, yaitu sebesar antara 85%–110%. Situasi seperti ini menggambarkan bahwa jumlah pinjaman yang diberikan sebelum akuisisi melebihi besar dana yang dapat dihimpun dari masyarakat, artinya pinjaman yang diberikan bank tersebut selain dibiayai dari dana pihak ketiga dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan giro, juga dibiayai oleh modal sendiri sebesar 10.671%, sisanya baru dibiayai dengan hutang komersial. Adanya nilai LDR di atas 110% ini mengindikasikan bahwa bank terlalu ekspansif. Apabila tidak berhatihati dikhawatirkan bank mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, artinya walaupun likuiditas bank sebelum akuisisi dalam keadaan baik, tetapi dengan tingkat resiko tinggi. Bank yang mempunyai LDR rendah atau dibawah nilai ideal ada 2 bank, sedang bank lainnya nilai LDR nya sesuai dengan ketentuan BI. Nilai rata-rata LEA (loan to Earning asset) bank sebelum akuisisi sebesar 77,672%. Hasil ini masih jauh di bawah nilai ideal yaitu sebesar 85%–100%. Angka ini menunjukkan bahwa bank dalam memberikan kredit terhadap nasabah lebih banyak di danai dari dana pihak ketiga. Hal ini terbukti dengan adanya kenyataan bahwa nilai LDR berada di atas nilai ideal-
nya, sehingga dana yang ditanam dalam bentuk giro, penyertaan pada bank lain dan surat berharga proporsinya jauh lebih besar. Nilai rata-rata rasio EM (Equity Multiplier) sebelum akuisisi sebesar 10,671%. Angka ini menunjukkan nilai rata-rata kecukupan modal sebelum akuisisi sesuai nilai idealnya, yaitu sebesar 8%–12%. Kondisi seperti ini menjelaskan bahwa rata-rata kecukupan modal bank sebelum akuisisi sudah sesuai ketentuan BI, sehingga kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka panjangnya juga sudah solvabel berada dalam ketentuan BI. Indikasi ini didukung adanya kenyataan bahwa bank yang mempunyai equity multiplier di bawah nilai ideal tidak ada. Nilai rata-rata ROA (Return on Assets) sebelum akuisisi sebesar 1,230%. Nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan memperoleh laba bank dibanding dengan aktivanya sudah sesuai dengan ketentuan nilai ideal BI, yaitu sebesar 1.25%–1,5%. Situasi ini menggambarkan bahwa rentabilitas bank atau kemampuan untuk memperoleh laba bank dibanding aktiva sebelum akuisisi sudah baik. Bank-bank yang mempunyai ROA rendah dan dibawah nilai ideal ada 2 bank. Nilai rata-rata ROE (Return on Equity) sebelum akuisisi sebesar 11,359%. Angka ini menunjukkan bahwa nilai tingkat perolehan laba dibanding modal sendiri sebelum akuisisi di bawah batas terendah ketentuan BI, yaitu sebesar 11,7%–18%. Kondisi ini menjelaskan bahwa besar keuntungan yang diperoleh atas modal sendiri lebih kecil dibanding dengan ketentuan BI, Artinya kemampuan rata-rata bank dalam memperoleh keuntungan sebelum akuisisi masih rendah atau dibawah nilai ideal. Bank yang
Tabel 1. Kondisi kinerja keuangan bank sebelum melakukan akuisisi
KETERANGAN a. Rasio likuiditas 1. LDR 2. LEA b. Rasio solvabilitas 1. EM c. Rasio rentabilitas 1. ROA 2. ROE d. Rasio Efisiensi 1. BO/PO
MEAN SEBELUM AKUISISI
NILA I IDEAL
125,929 % 77,672 %
85 % - 110 % 85 % - 100 %
10,671%
8 % - 12 %
1,23 % 11,359 %
1,25 % 11,7 % - 18 %
117,120 %
75 % - 85 %
Sumber: Data primer diolah
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
495
Umedi Usman
mempunyai ROE masih rendah ada 2 bank, sedang bank lainnya masih dalam batas ketentuan BI. Nilai rata-rata BO/PO (rasio efisiensi) sebelum akuisisi sebesar 117,120%. Nilai ini menggambarkan bahwa rasio biaya sebelum akuisisi mencapai 117,120% dan diatas ketentuan BI, yaitu sebesar 75%–85%. Keadaan ini menunjukkan bahwa besar biaya operasional rasio efisiensi diatas pendapatan operasional, sehingga laba operasionalnya rendah. Bank yang mempunyai nilai BO/PO di bawah ketentuan BI tidak ada. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan: (1) Jika dilihat dari kinerja keuangan bank sebelum akuisisi dapat diketahui bahwa bank yang benar-benar mengalami kesulitan ada 3 Bank, sedang bank lainnya kinerja keuangannya termasuk kelompok sehat. Situasi ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan akuisisi bank lebih banyak untuk memenuhi kecukupan modal untuk menjadi bank devisa atau untuk menyongsong era globalisasi. Dengan menjadi bank devisa maka bank tersebut dapat melakukan perdagangan valuta asing (valas) dan menerbitkan letter of credits (L/C), yaitu surat jaminan yang dikeluarkan oleh bank dalam kegiatan expor-impor. (2) Bank-bank yang berusia muda jumlah omzetnya masih kecil, masih jauh di bawah bank yang berasset menengah dan besar. Perhitungan rasio keuangan bank yang mencerminkan kinerja keuangan bank disajikan menjadi 4 kelompok yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio solvabilitas dan rasio efisiensi. Masing-masing kelompok digambarkan oleh rasio LDR (X1) dan LEA (X2) untuk rasio likuiditas, EM (X3) untuk rasio solvabilitas, ROA (X4) dan ROE (X5) untuk rasio rentabilitas, serta BO/PO(X6) untuk rasio efisiensi. Adapun nilai rata-rata sebelum dan sesudah akuisisi dari masing-
masing rasio dapat dilihat pada hasil pengolahan uji t dua variabel berkaitan Berdasarkan tabel 2 beberapa informasi dapat dikemukakan sebagai berikut: (a) Nilai rata-rata rasio LDR (loan to deposits ratio) sebelum akuisisi sebesar 125,925% dan sesudah akuisisi sebesar 118,45%. Hasil ini menunjukkan bahwa bank dalam memberikan pinjaman pada nasabah mendekati nilai idealnya, yang berarti menurunkan tingkat resiko kredit macet serta lebih memperhatikan asas prudential. Kondisi ini mempunyai makna bahwa dengan adanya tambahan dana sesudah diakuisisi, bank mampu meningkatkan nilai pinjaman yang diberikan terhadap nasabah, dengan rasio LDR yang membaik. (b) Rata-rata nilai rasio pinjaman yang diberikan atas aktiva produktif (LEA) sebelum akuisisi sebesar 77,672% dan sesudah akuisisi (LEA) sebesar 83,965% berarti mengalami kenaikan sebesar 6,293%. Walaupun belum mencapai batas ideal BI, yaitu sebesar 85%–100%, tetapi dalam jangka 3 tahun bank mampu meningkatkan rasio LEA semakin mendekati batas ideal. Apabila dilihat dari sisi rasio LDR dan LEA, berarti menunjukkan tingkat likuiditas bank sesudah akuisisi semakin membaik, dengan indikasi bahwa baik LDR maupun LEA sesudah akuisisi, keduanya ada kecenderungan mendekati nilai ideal. (c) Nilai rata-rata EM (Equity Multiplier Ratio) sebelum akuisisi sebesar 10,671% dan sesudah akuisisi sebesar 9,261% berarti mengalami penurunan sebesar 1,410%. Penurunan rata-rata kecukupan modal ini terjadi karena besarnya kenaikan jumlah asset sesudah akuisisi belum diimbangi dengan kenaikan permodalan, tetapi persentasi EM sesudah akuisisi sesuai dengan ketentuan BI, yaitu sebesar 8% untuk tahun 1995 dan 9% untuk tahun 1996. Arti dari hasil ini adalah nilai solvabilitas bank
Tabel 2. Nilai rata-rata rasio sebelum dan sesudah melakukan akuisisi untuk bank sampel
Nama Rasio 1. 2. 1. 4. 5. 6.
LDR LEA EM ROA ROE BO/PO
Nilai rata-rata rasio sebelum akuisisi
Nilai rata-rata rasio sesudah akuisisi
Nilai ideal
125,929% 77,672% 10,671% 1,23% 11,359% 117,120%
118,45% 83,965% 9,261% 0,945% 8,238% 90,362%
85% - 110% 85% - 100% 8% - 12% 1.25% 11.7% - 18% 75% - 85%
Sumber data: data primer diolah 496
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi
sesudah akuisisi menjadi lebih rendah, tetapi masih sesuai nilai ideal, sehingga solvabilitas bank jelas tetap baik sesudah akuisisi. Pertumbuhan modal yang lebih lambat bila dibanding pertumbuhan aktiva sesudah akuisisi ini diduga disebabkan oleh adanya perolehan laba yang lebih kecil. Dugaan ini didukung oleh adanya nilai ROE dan ROA sesudah akuisisi menjadi lebih rendah. (d) Nilai rata-rata ROA (return on assets) sebelum akuisisi sebesar 1,230% dan sesudah akuisisi sebesar 0,945%, berarti mengalami penurunan sebesar 0,285% dan diluar nilai ideal bank. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kenaikan assets belum diimbangi dengan kenaikan laba sehingga nilai rasio rentabilitas sesudah akuisisi justru menurun. (e) Nilai rata-rata ROE (return on equity) sebelum akuisisi (X51) sebesar 11,359% dan sesudah akuisisi (X52) sebesar 8,238%, berarti mengalami penurunan sebesar 3,121%. Angka ini menggambarkan bahwa kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau rentabilitas modal sendiri menurun sesudah di akuisisi. (f) Nilai rata-rata BO/PO sebelum akuisisi (X61) sebesar 117,120% dan sesudah akuisisi (X62) sebesar 90,362%, sehingga rasio antara biaya operasional dengan pendapatan operasional ini mengalami penurunan sebesar 26,758%. Hal ini menggambarkan bahwa setiap rupiah pendapatan operasional memerlukan biaya operasional lebih mahal. Selanjutnya untuk melihat apakah perubahan 4 rasio kinerja bank sebelum dan sesudah diakuisisi memang berbeda nyata, perlu dilakukan pengujian.
PEMBAHASAN Untuk membuktikan hipotesis pertama, yaitu mengenai: adanya kenyataan bahwa akuisisi perbankan Variabel Bebas LDR
Sebelum akuisisi Mean SD 125,92 105.32
Sesudah akuisisi Mean SD 118.45 65.21
LEA
77.672
10.625
83.965
4.719
EM
10.670
4.410
9.261
4.098
ROA
1.229
0.651
0.945
1.029
ROE
11.359
4.772
8.238
14.13
BO/PO
117.12
82.744
90.362
7.092
yang dilakukan untuk tujuan memperkuat sinergi, maka diduga kegiatan akuisisi mempunyai dampak positif terhadap bank yang diakuisisi”, digunakan uji t (before after t test).
Hasil pengujian yang berhubungan dengan tujuan 1 Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh komputer dengan memakai program statistik SPSS 11.0 for Windows diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.
Hasil pengujian Tabel 3 menunjukkan bahwa rasio likuiditas (LDR), rentabilitas (ROA), rasio rentabilitas (ROE) dan solvabilitas (EM) sama secara meyakinkan dengan P = 55,4% > 5%, berarti H0 diterima, sehingga tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah akuisisi, sedangkan rasio likuiditas (LEA) dan rasio efisiensi (BO/PO), P = 2,4% < 5%, berarti H0 ditolak, sehingga ada perbedaan nyata sebelum dan sesudah akuisisi atau tidak sama. Berdasarkan tabel 4 dan gambaran yang tercantum dalam tabel 3 diperoleh informasi sebagai berikut: (a) Variabel pembeda yang tidak mempunyai perbe daan atau sama adalah: (1) Rasio LDR (X1), menunjukkan tingkat likuiditas dengan kondisi menurun, tetapi tidak nyata. (2) Rasio EM (X3), menggambarkan tingkat solvabilitas dengan kondisi menurun, tetapi tidak nyata. (3) Rasio ROA (X4), menunjukkan tingkat rentabilitas dengan kondisi menurun atau menjadi lebih kecil, tetapi tidak nyata. (4) Rasio ROE (X5), menunjukkan tingkat rentabilitas dengan kondisi Hasil uji t P = 11.0% > 5% H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama P = 2% < 5% H0 ditolak, sebelum & sesudah akuisisi berbeda P = 55,4% > 5% H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama P = 31,5% > 5% H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama P = 12,2% > 5% H0 diterima, sebelum & sesudah akuisisi sama P = 2,4% < 5% H0 ditolak, sebelum & sesudah akuisisi berbeda
Sumber: data primer yang diolah TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
497
Umedi Usman
menurun atau menjadi lebih kecil, tetapi tidak nyata. (b) Variable pembeda yang mempunyai perbedaan secara nyata adalah: (1) Rasio LEA (X2), menggambarkan tingkat rasio likuiditas dengan kondisi membaik. (2) Rasio BO/PO (X6), menunjukkan tingkat efisiensi yang membaik, dengan kondisi semakin kecil. Pada sisi lain, bila seluruh komponen kinerja keuangan bank dihitung sebelum diakuisisi maupun sesudah diakuisisi, dengan hasil sebagai berikut:
dibanding dengan pembiayaan dengan menggunakan dana dari penawaran terbatas (right issue). Dugaan ini didukung oleh adanya penurunan nilai rata-rata BO/ PO sesudah diakuisisi yang merupakan indikasi bahwa pertumbuhan laba menjadi lebih lambat karena biaya operasional meningkat. (2) Adanya spread (selisih antara suku bunga pinjaman dengan suku bunga deposito) yang rendah, yaitu sebesar 4,1% untuk tahun 1995 dan 5,2% untuk tahun 1996. Sebelum tahun 1994 spread bank sebesar 7%–8% (spread yang tinggi).
Tabel 4. Rata-rata total nilai kinerja keuangan bank sebelum akuisisi
Rasio 1. Likuiditas: LDR LEA 3. Solvabilitas: EM 2. Rentabilitas: ROA ROE 4. Efisiensi: BO/PO
Score
Bobot
Bobot X Score
Nilai rata-rata
2 2
20 20
40 40
40
4
40
160
160
3 3 1
20 20 20
60 60 20
60 20
Total
280
Sumber: Data primer yang diolah
Dari hasil uji t dan rata-rata nilai total kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah diakuisisi seperti yang tercantum pada tabel 4 dan 5 dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan bank sesudah akuisisi dalam kondisi makin jelek. Dilihat dari LDR, ROA, ROE dan EM kinerja sebelum dan sesudah diakuisisi tidak mengalami perubahan nyata. Analisis hasil pengujian yang berkaitan dengan tujuan 1: Rasio LDR, ROA, ROE dan EM tidak ada perubahan nyata bagi bank yang diakuisisi, artinya ketiga rasio ini, kinerja bank sebelum dan sesudah akuisisi sama nilainya. Dengan adanya akuisisi maka nilai rasio likuiditas meningkat menjadi lebih baik, sebab dengan adanya tambahan dana ini, bank dapat memperbesar pinjaman yang diberikan sampai batas ketentuan BI, sehingga kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya menjadi lebih baik. Namun dipihak lain nilai rentabilitas atau kemampuan menghasilkan laba menjadi menurun sesudah diakuisisi. Kondisi ini terjadi karena: (1) Pelaksanaan akuisisi pada bank lebih banyak dibiayai oleh hutang 498
Dipihak lain rasio likuiditas (LEA) dan Efisiensi (BO/PO) mempunyai pengaruh secara nyata terhadap kinerja keuangan bank. Ditinjau dari sisi likuiditas (tabel 3) dapat diketahui bahwa rasio LDR menurun atau semakin baik terhadap kinerja keuangan bank, sedang rasio LEA meningkat tidak signifikan. Kondisi ini terjadi disebabkan nilai LDR sebelum diakuisisi sudah di atas nilai ideal, sehingga wajar bila pertumbuhannya tidak besar dan membuat rasio ini menjadi tidak berpengaruh secara nyata. Jadi secara total, rasio likuiditas diwakili oleh rasio LEA. Membaiknya nilai LEA, berarti nilai likuiditas atau kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya sesudah di akuisisi menjadi lebih baik. Dilihat dari sudut rentabilitas, juga dapat dilihat bahwa satu rasio rentabilitas yaitu rasio ROA menurun atau semakin jelek secara signifikan terhadap kinerja keuangan bank, sedang rasio lainnya, yaitu rasio ROE juga menurun atau semakin jelek.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi
Tabel 5. Rata-rata total nilai kinerja keuangan bank sesudah akuisisi
Rasio 1. Likuiditas: LDR LEA 3. Solvabilitas: EM 2. Rentabilitas: ROA ROE 4. Efisiensi: BO/PO Total
Score
Bobot
Bobot X Score
Nilai rata-rata
2 3
20 20
40 60
50
4
40
160
160
1 2 1
20 20 20
20 40 20
30 20 260
Sumber: Data primer yang diolah.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa hanya rasio likuiditas (LDR), Efisiensi (BO/PO) dan pinjaman yang diberikan atas aktiva produktifnya (EM) rasio yang mempunyai dampak positif terhadap kinerja keuangan bank, sedang rasio rentabilitas (ROA dan ROE) berdampak negatif terhadap kinerja keuangan bank. Untuk membuktikan hipotesis kedua, yaitu mengenai dugaan bahwa rasio likuiditas mempunyai kontribusi yang dominan terhadap prestasi kinerja keuangan bank, digunakan analisis diskriminan secara simultan. Dalam menentukan rasio-rasio yang diduga sebagai variabel pembeda, dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria F ratio Wilks’ lambda. Rasio pembeda yang dipilih adalah yang mempunyai kemampuan pembeda terbesar, yaitu rasio yang mempunyai nilai F terbesar dan lebih besar dari rasio lainnya serta mempunyai nilai Wilk ’s lambda terkecil dan lebih kecil dari rasio lainnya.
Hasil pengujian yang berkaitan dengan tujuan ke 2 Hasil pengujian analisis diskriminan secara simultan adalah diperoleh informasi sebagai berikut: Dari hasil tabel 6 dapat dilihat bahwa rasio LEA (rasio likuiditas) mempunyai nilai pembeda terbesar, artinya rasio ini mempunyai kemampuan pembeda paling besar karena mempunyai nilai F = 5,275 paling besar dan mempunyai nilai wilk’s lambda terkecil dengan tingkat signifikansi 0,028. Rangking kedua adalah BO/PO (rasio efisiensi) dengan nilai F sebesar 1,869 dan nilai wilks’ lambda sebesar 0,948 dengan signifikansi 0,181, selanjutnya diikuti oleh EM (rasio solvabilitas ) dengan nilai F sebesar 0,987 dan wilks lambda sebesar 0,972 , ROA (rasio profitabilitas) yang nilai F nya sebesar 0,979 dan wilk’s lambda sebesar 0,972, serta ROE (rasio profitabilitas) yang mempunyai F = 0,788 dan nilai wilks lambda = 0,977. Sedang rangking terakhir adalah LDR (rasio likuiditas), karena
Tabel 6. Ikhtisar hasil uji analisis diskriminan secara simultan
VARIABEL LDR LEA EM ROA ROE BO/PO
WILK’S LAMBDA 0.998 0.866 0.972 0.972 0.977 0.948
F RATIO 0.066 5.275 0.987 0.979 0.788 1.869
SIGNIFIKANSI 0.799 0.028 0.327 0.329 0.381 0.181
Sumber: data primer yang diolah
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
499
Umedi Usman
mempunyai nilai wilks lambda 0,998 paling besar dan nilai F = 0,066 paling kecil. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji diskriminan secara simultan baik dilihat dari nilai F maupun nilai wilks’ lambda, ternyata seluruh variabel pembeda yang dipilih memang mempunyai kontribusi nyata terhadap kinerja keuangan bank, hanya tingkatannya yang berbeda-beda. Kondisi ini sesuai dengan teori dan hipotesis.
sesuai dengan hipotesis dan teori, hasil ini mempunyai arti bahwa perkembangan kinerja keuangan bank menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi seperti ini terjadi karena: (1) Proporsi pertambahan modal sendiri lebih kecil dibanding proporsi pertambahan modal dari pinjaman. (2) Adanya spread yang rendah, sehingga persentase pertambahan keuntungan tingkat bunga lebih kecil dibanding persentase pertambahan aset. (3) Adanya pelaksanaan akuisisi
Tabel 7. Koefisien fungsi diskriminan yang distandarisasi (SCDF) dan tidak distandarisasi (UCDF) serta rangking dari bank-bank sampel
VARIABEL X1 X2 X3 X4 X5 X6 Constant
SCDF (STANDAR) 0.223 -0.994 0.160 -0.421 0.676 0.691
UCDF (TIDAK STANDAR) 0.003 -0.121 0.038 -0.489 0.064 0.012 7.773
RANGKING 5 1 6 4 3 2
Sumber: Data primer yang di olah
Untuk mengetahui fungsi diskriminan dan dapat dilihat pada tabel 4-8 kolom UCDF yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Z = 7,773 + 0,03 X1 – 0,121 X2 + 0,038 X3 – 0,489 X4 + 0,064 X5 + 0,012 X6 Di mana: Z = Nilai rata-rata tertimbang kinerja keuangan Berdasarkan persamaan diskriminan tabel 8 beberapa informasi penting yang dapat dikemukakan adalah: Menurut hipotesis arah tanda koefisien untuk seluruh rasio yang masuk dalam diskriminan adalah sebagai berikut: VARIABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6.
X1 = X2 = X3 = X4 = X5 = X6 =
LDR LEA EM ROA ROE BO/PO
DIHARAPKAN Negatip Positip Positip Positip Positip Negatip
HASIL DISKRIMINAN Positip Negatip Positip Negatip Positip Positip
Dalam kenyataan arah tanda yang diharapkan dan sesuai dengan hasil diskriman adalah rasio EM (X3) dan ROE (X5) dengan arah tanda positip. Sedangkan Arah tanda koefisien yang lain untuk LDR (X1), LEA (X2), ROA (X4) dan BO/PO (X6) tidak 500
yang lebih banyak dibiayai oleh hutang daripada yang dibiayai oleh right issue. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap kinerja keuangan bank adalah rasio likuiditas.
Pembahasan yang berkaitan dengan tujuan 1: Dari hasil uji t dan rata-tata total nilai kinerja keuangan bank sesudah akuisisi (tabel 4) dapat disimpulkan bahwa kegiatan akuisisi belum mampu untuk memperoleh hasil yang optimal terhadap kinerja keuangan bank. Di mana rasio likuiditas (LDR dan LEA), rasio efisiensi (BO/PO), dan rasio solvabilitas (EM) berubah semakin baik, rasio rentabilitas (ROA dan ROE) berubah semakin jelek diluar nilai ideal BI. Hasil ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan dalam majalah Bursa da Efek edisi Juli 1996, yang menyatakan bahwa turunnya nilai ROA dan ROE perbankan adalah: (1) Spread yang mengecil mulai tahun 1994, akibatnya pertumbuhan laba mengalami penurunan. (2) Adanya pertumbuhan aktiva yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan laba. Hipotesis pertama ternyata tidak terbukti di mana tujuan akuisisi adalah untuk memperkuat kemampuan bank, ternyata setelah diakuisisi kondisi perbankan semakin jelek, hal ini akibat faktor distorsi eksternal yang sangat kuat
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Sebelum dan Sesudah Akuisisi
yaitu krisis rupiah, krisis moneter hingga krisis ekonomi yang terjadi sehingga tingkat suku bunga menjadi sangat tinggi yang berakibat kredit macet di mana banyak perusahaan kolap tidak mampu membayar kredit yang sudah jatuh tempo dan bank dalam kondisi negatip spread Sehingga sangat mempengaruhi rasio likuiditas dan juga bank dalam kondisi tidak efisien sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan kecil dan mempengaruhi rasio rentabilitas menjadi semakin kecil.
Pembahasan yang berkaitan dengan tujuan 2: Dalam usaha membuktikan hipotesis kedua dari hasil analisisis data dengan menggunakan analisisis diskriminan program SPSS 11.0 for window dapat dilihat bahwa: Menurut hasil uji diskriminan secara simultan: Variabel yang mempunyai kontribusi dominan terhadap prestasi kinerja keuangan bank adalah rasio likuiditas, keadaan ini terjadi karena: Perbankan sangat memperhatikan dan mempertahankan reputasi dan loyalitas terhadap nasabah, untuk mencegah terjadinya rush. Berdasarkan hasil uji simultan dapat disimpulkan bahwa pada kondisi seperti ini, sumbangan rasio likuiditas mencerminkan kinerja keuangan bank sangat besar (dominan). Sedang untuk rasio rentabilitas (ROA dan ROE ) yang seharusnya mampu memberi sumbangan yang besar, ternyata dalam kenyataanya sumbangannya justru makin kecil. Kondisi ini wajar terjadi karena dalam jangka pendek rasio yang didahulukan menurut permasalahan perbankan adalah rasio likuiditas, sedang rasio lainnya dalam jangka panjang diharapkan akan menjadi lebih baik. Dengan hanya ada dua (2) variabel bebas yang mempunyai perbedaan secara nyata terhadap nilai Z (kinerja keuangan bank), menyebabkan perkembangan kinerja keuangan bank sesudah diakuisisi juga tidak sesuai dengan yang diharapkan, yang ditunjukkan oleh nilai rasio rentabilitas (ROE & ROA) sesudah diakusisi menjadi lebih kecil. Adanya kondisi ini terus berlanjut dapat berakibat turunnya harga saham, sebab para pemilik modal akan lebih suka menjual sahamnya, serta dapat menyebabkan bank kehilangan kepercayaan masyarakat akibat adanya rentabilitas yang cenderung menurun tersebut. Faktor penyebab terjadinya penurunan nilai ratarata rasio rentabilitas bank ini diduga disebabkan oleh:
(1) Pendanaan akusisi lebih banyak dibiayai oleh dana hutang, dari pada right issue. Situasi ini dibuktikan dengan adanya beban tetap yang makin tinggi, sehingga biaya operasional juga mengalami peningkatan. (2) Adanya spread yang rendah (4,1% dan 5,2% untuk tahun1995, 1996 dan negatip spread untuk tahun 1997) Dari uraian hasil analisis dan pembahasan ini, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan akuisisi sektor perbankan di Indonesia belum mampu untuk memperoleh manfaat yang optimal terhadap kinerja keuangan bank yang secara spesifik nampak pada komponen rentabilitas. Khususnya untuk rentabilitas yang menurun nilainya dalam masa 2 tahun pertama sejak diakuisisi, dinilai masih wajar mengingat tujuan prioritas dari akuisisi bank adalah untuk mengatasi masalah likuiditas dan solvabilitas. Sesudah 2 tujuan prioritas ini teratasi, diharapkan untuk tahuntahun mendatang peningkatan rentabilitas dan efisiensi akan mendapat perhatian utama. Sedang turunnya tingkat efisiensi dalam 2 tahun pertama sesudah diakuisisi tersebut juga merupakan dampak dari adanya fakta bahwa peningkatan solvabilitas lebih banyak dibiayai dengan hutang. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Mac Milllan dan kawan-kawan yang menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi nilai return on Asset antara lain adalah cost of good sale atau biaya operasi atas pendapatan operasi, semakin tinggi nilai CGS, semakin kecil nilai ROAnya, sebaliknya semakin kecil nilai CGS, maka nilai ROA menjadi semakin besar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan pokok yang bisa ditarik berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dalam penelitian ini adalah: • Ternyata akuisisi pada sektor perbankan belum mampu memperoleh manfaat yang optimal terhadap kinerja keuangan bank yang diakuisisi. Indikatornya tercermin pada rasio rentabilitas yang semakin menurun sesudah diakuisisi. Hal ini terjadi karena: - Adanya spread yang rendah - Akibat distorsi faktor eksternal yang sangat kuat dari krisis rupiah, krisis moneter hingga krisis ekonomi. - Pendanaan akuisisi lebih banyak dibiayai oleh hutang.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
501
Umedi Usman
Saran Dari seluruh variabel, rasio yang mempunyai kontribusi dominan terhadap kinerja keuangan bank (menurut uji simultan ) yaitu rasio likuiditas. Nampaknya perbankan sangat memperhatikan aspek likuiditas untuk mempertahankan reputasi dan loyalitas terhadap nasabah. Dengan tercapainya tujuan ini diharapkan untuk tahun mendatang bank dapat meningkatkan rentabilitas dan efisiensi.
DAFTAR RUJUKAN Alimin. 1993. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Merjer Dan Akuisisi Pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gajahmada, Yogyakarta. Alman, Edward, I. 1968. Finance Ratio, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankrupcy, The Journal of Finance, No. 4, Vol 23, 589–609. Altman, and Haldeman, Robert, G., and Narayanan, P. 1977. Zeta Analysisi, A New Model To Identity Bankruptcy Risk Of Corporations, Journal Of Bank And Finance, North Holand Publishing Company, 1 Juni, 25–54. Antony, B. 1992, Dampak Merjer dan Akuisisi Ditinjau Dari Sudut Akuntasi & Kemingkinan Penyalahgunaannya. Makalah Seminar Sehari, Merger dan Akuisisi Sinergis dan Kemungkinan Penyalahgunaan nya. Jakarta: Ikaned. Cokro, D.H. 1997. Dampak Positif dan Negatif Melakukan Merjer dan Akuisisi, Perkembangan Perbankan, No: 64, Edisi 1, Maret–April 1997, Majalah. Eko, B.S. 1995. Krisis Bank-Bank Gelombang Kedua”. Majalah Info Bank, No: 188, Vol 18, Agustus. Emory, C., William, and Cooper, Donald, R. 1991. Business Research Methods. Fourth Edition, Richard D. Irwin Inc., USA. Gaugham, Patrick, A. 1991. Merger And Auisitions, Harper, Collins Publishrs Inc. New York. Glueck, William, F., and Lawrence, R.J 1989 Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Gujarati, Damodar, N. 1995. Basic Econominterics, Third Edition. Singapure: Megraw-Hill Book Co. Ida, B.M.S. 1991. Pengaruh Fungsi Manajemen Pembelanjaan pada Saham Perusahaan Yang Masuk Pasar Modal di Beberapa Negara Asean, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Johnson, A., Richard, and Dean, W.W. 1992. Applied Multivariate Statistical Analysis, Third Edition. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
502
Joseph, F., Hair, Jr., Rolp, E.A., Ronald, L.T., William, C.B. 1984. ”Multivariate Data Analysis”, First Edition, Maxwell Macmillaninter Nasional, New York. Kartini, M. 1992. ”Problem Pokok Dalam Merger dan Akuisisi”, Bisnis Indonesia, 7 Agustus. Kwik, K.G. 1992,”Possibility of Frand And Its Synergic Effect On Business” Review Indonesia, 14:6–7, Business News, Jakarta. Laurent, C.R. 1979,”Improving The Efficiency And Effectiveness Of Financial Ratio Analysis, Journal of Business Finance, Vol 5, No. 3, PP.355–371. Lembaga Riset Sigma, 1992, ” Akuisisi Sebagai Strategi Sinergis”, No.49, Edisi Ke V, 29 Agustus, Jakarta Levine, Sumner, N. 1989, The Acquisitions Manual, First Edition, Nyif Corp, New York. Maat, P. 1995. Analisis Pertumbuhan Usaha yang Seimbang pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Marcel, G.1992. Akuisisi Bisnis, Edisi Pertama, Hal 22–23. Jakarta: Rineka Cipta. Masri, S., dan Sofian, E. (Penyunting). 1986. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Menteri Keuangan Republik Indonesia, Keputusan No : 740/Kmk.001/1989, Tanggal 28 Juni 1989, ” Tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas Badan Usaha Milik Negara”, Jakarta. Munir, F. 1992. ”Tinjauan Yuridis Praktek Akuisisi Satu Group”, Bisnis Indonesia, No 8, Edisi 2,28 Agustus. Ronnie, H.R. 1992. ”Konsolidasi atau Akuisisi Yang Terjadi di dalam Kelompok Bisnis di Indonesia, Usahawan, No. 8, Edisi XXI, Agustus, Yogyakarta. Ruddy, K. 1992. ”Konsolidasi Atau Akuisisi yang Terjadi di dalam Kelompok Bisnis di Indonesa, Usahawan, No.8, XXI, Agustus. Ruddy, T.S. 1995. Prinsip Methods For Business : A SkillBuiding Approach, Second Edition, John Willey & Sons Inc. Singapore. Sekaran, U. 1992. Research Methods For Business: AskillBulding Approach, Second Edition. Singapore: John Wulley & Son Inc. Sing, H., and Montgomery, Cynthia, A. 1987. Corporate Acquisition Strategi And Economic Performance, Journal Of Business Finance, Vol 5, No. 3, Pp.55–71. Suad, H. 1985, Manajemen Keuangan, Teori dan Terapan, Jilid I, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Varn Horne, James, C. 1986. Financial Management And Policy, Seventh Edition, Prentice Hall, United State of America. Weston, J.F., dan Brigham, Eugene, F. 1994, Dasar-Dasar Management Keuangan, Alih Bahasa Alfonsus Sirait, Jilid 2, Edisi Indonesia Ke-9. Jakarta: Penerbit Erlangga.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013