USULAN PENELITIAN
ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI
Oleh: 1. UDI PRAMIUDI, SE., MAk. (KETUA) 2. SITI ITA ROSITA, SE., MM., SAS. (ANGGOTA) 3. TRIANDI, Ak., M.Ak. (ANGGOTA)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESATUAN BOGOR 2015
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
:
Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi
2. Bidang Penelitian
:
Akuntansi
3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. N I P / NIDN d. Disiplin Ilmu e. Pangkat f. Jabatan g. Fakultas/Jurusan h. Alamat i. Telpon/Faks/E-Mail
: : : : : : : : :
Udi Pramiudi, SE., MAk Laki-laki 0418077504 Akuntanasi Asisten Ahli Dosen Tetap Akuntansi Jl. Ranggagading No. 1 Bogor 16123 0251-8337733 / 0251-8319925 /
j. Alamat Rumah k. Telpon/Faks/E-mail
: :
4. JumlahAnggota Peneliti a. Nama Anggota I b. Nama Anggota II
: : :
2 Orang Siti Ita Rosita, SE., MM. Triandi, Ak., MAk.
5. Lokasi Penelitian
:
Bogor
6. Jumlah Biaya yang diusulkan
:
Rp 6.000.000,-
Bogor, 6 Maret 2015 Mengetahui, Ketua STIE Kesatuan
Ketua Peneliti,
Ir. Nusa Muktiadji, MM.
Udi Pramiudi, SE., MAk.
Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian
Dr. Annaria M. Marpaung, S.E., M.Pd., M.M.
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Persaiangan bisnis di era globalisasi yang semakin kompetitif menuntut
setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan lebih berkembang. Dengan demikian setiap perusahaan perlu mengembangkan berbagai strategi yang tepat agar bisa mempertahankan eksistensinya dan meningkatkan kinerjanya.
Ekspansi merupakan salah satu
strategi yang dapat diaplikasikan untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat, melalui ekspansi internal maupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal dilakukan ketika divisi-divisi yang ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting. Ekspansi eksternal dapat dilakukan perusahaan dalam bentuk penggabungan usaha. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya merger dan akuisisi yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Merger dan akuisisi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sinergi atau nilai tambah, keunggulan masing-masing perusahaan untuk saling melengkapi. Sinergi yang terjadi sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata-rata per unit karena naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal. Keputusan merger maupun akuisisi diharapkan dapat memberi pengaruh nyata dalam perbaikan kondisi dan peningkatan kerja perusahaaan. Hal ini dikarenakan dengan bergabungnya dua perusahaan atau lebih dapat saling menunjang kegiatan usaha, sehingga
keuntungan yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan bila dilakukan dengan sendiri-sendiri. Untuk dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan pasca dilakukannya merger dan akuisisi, maka dapat dilihat dengan membandingkan dari neraca keuangannya. Terkait hal tersebut mka untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan, alat yang biasanya digunakan adalah rasio keuangan. Mengacu pada pemaparan latar belakang tersebut di atas maka diperlukan suatu kajian komprehensif dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI”. 1.2
Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi dan perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah ada perbedaan yang nyata dari kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan current ratio?
2.
Apakah ada perbedaan yang nyata dari kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan quick ratio?
3.
Apakah ada perbedaan yang nyata dari kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan return on equity?
4.
Apakah ada perbedaan yang nyata dari kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan net profit margin?
5.
Apakah ada perbedaan yang nyata dari kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan debt to equity ratio?
6.
Apakah ada perbedaan yang nyata dari kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan debt to assets ratio?
7.
Apakah ada perbedaan yang nyata dari kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan total asset turnover ratio?
8.
Apakah ada perbedaan yang nyata antara kinerja keuangan perusahaan go public non-bank sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan fixed asset turnover ratio?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengalisis perbedaan:
1.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan current ratio setelah merger dan akuisisi.
2.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan quick ratio setelah merger dan akuisisi.
3.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan return on equity setelah merger dan akuisisi.
4.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan net profit margin setelah merger dan akuisisi.
5.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan debt to equity ratio setelah merger dan akuisisi.
6.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan debt to asset ratio setelah merger dan akuisisi.
7.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan total asset turnover ratio setelah merger dan akuisisi.
8.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan fixed asset turnover ratio setelah merger dan akuisisi.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Perusahaan (Emiten) Hasil penelitian ini dapat memberi manfat bagi emiten sebagai informasi,
yang digunakan untuk menetukan strategi dan kebijakan pelaksanakan merger dan akuisisi pada saat perusahaan memutuskan untuk merger maupun akuisisi. 2.
Bagi Investor Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi investor sebagai sumber informasi
yang dapat digunakan, pada kajian tentang pengaruh ekonomis terhadap keputusan merger dan akuisisi. 3.
Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil kegiatan ini diharapkan bermanfaat memberikan kajian dan
pengetahuan kepada para akademisi, mengenai permasalahan yang mungkin akan dihadapi ketika perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Merger dan Akuisisi Pada dasarnya merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau
lebih di mana satu perusahaan tetap hidup, sedangkan akuisisi adalah tindakan membeli atau pengambilalihan terhadap sebuah perusahaan, dan sisanya dilikuidasi. Definisi merger menurut Harianto dan Sudomo (2001) adalah sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi. Akuisisi didefinisikan sebagai pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Moin (2003) mendefinisikan merger sebagai penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Berdasarkan hal diatas tidak jauh berbeda dengan dunia usaha dimana merger merupakan istilah umum yang sering digunakan dalam mengungkapkan penggabungan usaha. Akuisisi menurut Moin (2003) adalah tindakan membeli atau pengambilalihan sebuah perusahaan terhadap sebuah perusahaan yang lain. Secara umum keputusan akuisisi diarahkan untuk mencapai nilai sinergi, yaitu
sinergi yang dihasilkan yang tidak dapat dicapai jika dilakukan oleh kedua perusahaan yang tergabung itu sendiri-sendiri. Damodaran (2001), menjelaskan bahwa suatu perusahaan dapat dilebur oleh perusahaan lain dengan beberapa cara, yaitu: a.
Merger Para direktur dari kedua belah pihak setuju untuk bergabung dengan
persetujuan para pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh paling sedikit 50% pemegang saham dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target firm kemudian akan menghilang (dengan maupun tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari bidding firm. b.
Konsolidasi Ketika proses merger telah selesai, maka kemudian sebuah perusahaan
baru tercipta dan pemegang saham kedua belah pihak menerima saham baru pada perusahaan tersebut. c.
Tender offer Proses ini terjadi pada saat sebuah perusahaan membeli saham yang berada
pada perusahaan lain tanpa persetujuan dari manajemen target firm, secara hostile takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap penawaran. Sering terjadi tender offer yang selanjutnya berubah menjadi merger, disebabkan bidding firm berhasil mengambil alih kendali target firm. d.
Acquisistion of assets
Merupakan sebuah aksi ketika sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang saham target firm. Ross, Westerfield, dan Jaffe 2002, menjelaskan bahwa ada tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu sebagai berikut: a.
Merger atau konsolidasi Merger merupakan bergabungnya satu perusahaan dengan perusahaan lain,
yakni bidding firm tetap beroperasional dengan identitas dan namanya, memperoleh semua aset dan kewajiban dari milik target firm. Setelah merger, target firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding firm. Konsolidasi memiliki pengertian yang sama dengan merger, kecuali terbentuknya perusahaan baru. Kedua perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum untuk kemudian menjadi bagian dari perusahaan baru itu, kemudian di antara perusahaan yang di-merger atau yang me-merger tidak dibedakan. b.
Acquisition of stock Akuisisi perusahaan dengan cara membeli voting stock perusahaan, yakni
dengan cara membeli sacara tunai, saham, maupun surat berharga lain. Acquisition of stock dapat dilakukan dengan memberi pengajuan penawaran dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain. Pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik perusahaan yang menjual dengan tender offer. c.
Acquisition of assets Perusahaan mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli seluruh
asetnya. Dalam hal ini diperlukan suara pemegang saham target firm sehingga
tidak terdapat halangan dari pemegang saham minoritas, seperti yang terdapat pada acquisition of stock. Mengacu pada jenis perusahaan yang bergabung, merger maupun akuisisi dapat dibedakan sebagai berikut: a.
Horizontal merger, yakni dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama memutuskan untuk bergabung.
b.
Vertical merger, yakni sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau customer-nya.
c.
Congeneric merger, yakni perusahaan dengan industri yang sama namun tidak dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customer-nya.
d.
Conglomerate merger, yakni ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger, bertujuan untuk mengurangi resiko.
2.1.2
Manfaat Merger dan Akuisisi Ketika dua atau lebih perusahaan atau dalam hal ini adalah organisasi
perbankan menetapkan strategi merger, maka akan terjadi perubahan tingkah laku sebagai dampak dari perusahaan gabungan tersebut. Foster dalam Payamta (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa dampak positif sebagai berikut: 1.
Pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan yang melakukan merger, dengan demikian perusahaan hasil merger dapat mengatur resiko likuiditas secara lebih fleksibel.
2.
Perolehan peningkatan modal perusahaan dan adanya keunggulan dalam mengelola biaya akibat bertambahnya skala usaha. Efisiensi perusahaan dapat dilakukan lebih lanjut.
3.
Tercapainya keunggulan kekuatan pasar dalam persaingan, dengan catatan mematuhi rambu-rambu perturan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal. Penggabungan usaha diharapkan dapat berdampak pada keberhasilan
pencapaian daerah pemasaran lebih luas dan volume penjualan lebih besar; pengembangan organisasi lebih kuat, produksi lebih baik, manajemen yang baik/berbakat; penurunan biaya melalui penghematan dan efiseinsi pada skala produksi yang lebih besar; dan lain sebagainya. Surtojo (1992) menggolongkan motivasi untuk melakukan merger dan akuisi menjadi dua kelompok, yaitu motivasi ekonomis dan motivasi non ekonomis. 2.1.3
Kinerja Keuangan Hanafi (2003) menejelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan
kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Laporan keuangan berisi informasi penting bagi berbagai pihak seperti masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan/pemegang
saham, manajemen perusahaan, investor, pelanggan, dan karyawan, yang diperlukan secara tetap untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Ridwan dan Inge (2003) menjelaskan bahwa analisis dari laporan keuangan bersifat relatif karena didasarkan pengetahuan dan menggunakan rasio atau nilai relatif. Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi. Rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Riyanto (2001) menjelaskan bahwa analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara pembandingan sebagai berikut: 1.
Membandingkan rasio sekarang (Present Ratio) dengan rasio waktu yang lalu (Historical Ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (Company Ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (Rasio industri/ Rasio rata-rata/ Rasio standard) untuk waktu yang sama. Brigham dan Houston (2001) menyatakan kinerja keuangan perusahaan
diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dan mengoreksi kelemahan perusahaan, yakni rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. 2.1.4
Rasio likuiditas Weston dan Copeland (1992) menjelaskan perhatian utama dari analisis
keuangan adalah likuiditasnya, yakni apakah suatu perusahaan mampu memenuhi kewajiban membayar hutangnya. Lebih lanjut menurut. Brigham dan Houston
(2001) menjelaskan bahwa rasio ini menunjukkan hubungan antara kas dengan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar lainnya. a.
Current Ratio Current ratio atau rasio lancar menurut Weston dan Copeland (1992)
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar ini terdiri atas kas, surat berharga, piutang dagang, dan persedian; sedang kewajiban lancar sendiri terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terhutang dan beban-beban lain yang terhutang (terutama gaji dan upah). Rasio lancar ini merupakan ukuran yang paling penting untuk digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang. Brigham dan Houston (2001) menjelaskan jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan tersebut mulai membayar tagihannya (utang usaha) dengan lebih lambat. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva lancar maka rasio lancar akan turun dan hal ini bisa menimbulkan permasalahan. e.
Quick Ratio Rasio ini juga disebut Rasio Cepat, menurut Weston dan Copeland (1992)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). 2.1.5
Rasio Leverage Rasio leverage menurut Riyanto (1995) merupakan rasio-rasio yang
dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Lebih lanjut menurut Weston dan Copeland (1992) rasio-rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan, mengandung beberapa implikasi. Perusahaan dengan rasio leverage rendah memiliki risiko rugi lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, namun juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi sedang membaik, demikian sebaliknya. Brigham dan Houston (2001) menjelaskan bahwa keputusan penggunaan utang
atau
menggunakan
leverage
mengharuskan
perusahaan
untuk
menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi terhadap kenaikan risiko. Rasio leverage yang digunakan pada penelitian ini adalah: a.
Debt to Equity Ratio Sawir
(2001)
menyatakan
bahwa
debt
to
equity
ratio
adalah
menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang atas modal yang menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutanghutang kepada pihak luar. b.
Debt Ratio
Debt ratio seperti yang diungkapkan oleh Riyanto (1995) adalah rasio antara jumlah utang dengan jumlah aktiva. 2.1.6
Rasio aktivitas Rasio aktivitas kerap disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio pemanfaatan
aktiva.
Van Horne (2005:212), menjelaskan bahwa “Rasio aktivitas (activity
ratio) adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya”. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi menjadi rasio perputaran kas (cash turnover), rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover), dan perputaran total aktiva (total assets turnover). Pada penelitian ini rasio aktivitas yang akan digunakan untuk melihat seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya adalah sebagai berikut: a.
Total Asset Turnover Ratio Brigham dan Houston (2001) menjelaskan bahwa total asset turn over ratio atau rasio perputaran total aktiva digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rasio perputaran aktiva lebih lanjut menurut dihitung dengan membagi penjualan degan total aktiva.
b.
Fixed Asset Turnover Ratio
Brigham dan Houston (2001) mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. 2.1.7
Rasio profitabilitas Brigham dan Houston (2001) menjelaskan bahwa profitabilitas adalah
hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Return on equity Return on equity (ROE) atau pengembalian atas ekuitas saham biasa
menurut Brigham dan Houston (2001) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur pengembalian atas saham ekuitas saham biasa (return on equity), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. b.
Net Profit Margin Van Horne (2006) menjelaskan net profit margin merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. 2.2
Penelitian Terdahulu Samosir (2003) menyatakan bahwa dalam banyak hal merger merupakan
kegiatan yang tidak memberi dampak positif dan tidak sehat, ketika dilihat dari rasio keuangannya. Menurut hasil penelitian Payamta (2004) proses merger
ternyata tidak mampu membuat perbaikan kinerja keuangan dalam perusahaan, justru kinerja perusahaan mengalami penurunan. Berbeda dengan hasil penelitian dari Widjanarko (2006), yakni menunjukkan proses merger dan akuisisi dalam jangka panjang memberi pengaruh positif pada rasio return on equity dan debt to equity ratio. Selaras dengan Widjanarko (2006) hasil positif juga didapat oleh Kumar (2003) yang dalam penelitiannya menemukan peningkatan kinerja perusahaan setelah dilakukannya merger dan akuisisi. Banyak penelitian untuk menginvestigasi pengaruh merger pada perusahaan, namun hasil yang dicapai tidak selalu sama. Terdapatnya perbedaan hasil penelitian sebagaimana telah dikemukakan tersebut di atas, menjadikan ketertarikan untuk melakukan analisis dan membahas mengenai perubahan yang terjadi dalam perusahaan setelah terjadinya merger dan akuisisi. Pemilihan objek penelitian diltetapkan pada perusahaan non bank disebabkan ingin mengkhususkan pada kategori bidang usaha dari penelitian terdahulu yang lebih banyak fokus pada perusahaan bank dan manufaktur. 2.3
Kerangka Pemikiran Merger dan akuisisi merupakan aksi perusahaan dalam upaya mencapai
sinergi yang positif, sinergi yang lebih besar. Sinergi yang terjadi pada perusahaan melakukan merger dan akuisisi dapat terefleksi dari kinerja keuangannya. Kinerja perusahaan yang sinergis setelah melakukan merger dan akuisisi juga dapat terukur dari rasio-rasio keuangan, yakni likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio aktivitas.
Rasio likuiditas pada umumnya adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang segara jatuh tempo. Perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya (CR) mengindikasikan likuiditas perusahaan. Dengan penggabungan usaha maka idealnya kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendek akan meningkat. Begitu pula adanya dengan quick ratio yang seharusnya mengalami peningkatan setelah melakukan merger dan akuisi karena perusahaan dapat membayar kewajiban dengan aktiva lancarnya. Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari penjualannya. Jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan sinergi. Rasio leverage sebagai tingkat jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Dengan demikian jika terjadi sinergi atas dilakukannya merger dan akusisi maka secara umum kesertaan modal mereka akan cukup baik untuk melakukan usahanya. Kondisi ini menyebabkan penggunaan hutang, secara keseluruhan atau atas ekuitas perusahaan (DER), untuk menjalankan perusahaan dapat diminimalisir. Hal seragam akan diraih apabila dipandang dari debt to asset ratio yang akan mengalami peningkatan jika merger dan akuisi dilakukan. Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivanya. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar kecepatan aset-aset perusahaan dikelola dalam rangka menjalankan bisnisnya. Dengan merger dan akusisi maka sharing tentang efektifitas perusahaan dapat
dilakukan sehingga meningkatkan efektivitas perusahaan dapat terjadi. Salah satu rasio aktivitas adalah total asset turn over ratio, untuk mengukur sejauhmana kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan berputar pada suatu periode tertentu. Fixed asset ratio digunakan untuk mengukur seberapa efektif penjualan yang dilakukan berdasarkan aktiva tetap perusahaan. Analisis kinerja keuangan perusahaan publik stelah terjadinya merger dan akuisisi rasio keuangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Acid Test Ratio, Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio, Total Assets Turnover Ratio, Fixed Assets Turnover Ratio. Ilustrasi sederhana kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagaimana disajikan pada gambar di bawah ini.
Perusahaan Publik Non Keuangan yang terdaftar pada BEI
Kinerja keuangan sebelum merger dan akuisisi
Uji beda
Gambar Kerangka Pemikiran
Current ratio (CR) Quick Ratio (QR) Return on Equity (ROE) Net Profit Margin (NPM) Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Asset Ratio (DAR) Total Assets TurnOver Fixed Assets TurnOver
Kinerja keuangan setelah merger dan akuisisi
2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teorotis dan
kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat hipotesis kerja sebagai berikut: HA:
Kinerja perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat kinerja perusahaan tersebut setelah merger dan akuisisi.
Ha1:
Current ratio perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan current ratio perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
Ha2:
Quick ratio perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan quick ratio perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
Ha3:
Net profit margin perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan net profit margin perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
Ha4:
Return on equity perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan return on equity perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
Ha5:
Debt to equity ratio perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan debt to equity ratio perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
Ha6:
Debt to asset ratio perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan debt to asset ratio perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
Ha7:
Total assets turnover perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan total assets turnover perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
Ha8:
Fixed assets turnover perusahaan go public non bank pada masa sebelum merger dan akuisisi berbeda dengan fixed assets turnover perusahaan go public non bank sesudah merger dan akuisisi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan berdasarkan pengumpulan datanya
adalah termasuk ke dalam metode survey, dikarenakan data yang diambil berasal dari sampel. Penelitian survey ditujukan untuk memperoleh bukti empiris mengenai kandungan informasi yang dimiliki oleh rasio keuangan dengan melakukan pengamatan terhadap reaksinya atas kinerja keuangan perusahaan baik sebelum ataupun setelah melakukan merger. 3.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sumber data diperoleh dariPojok Bursa STIE Kesatuan. Data tersebut diperoleh dari semua laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang go public dan terdaftar di BEI, meliputi: neraca dan laporan laba-rugi dalam kurun waktu tertentu.
3.3
Populasi dan Sampel Populasi yang dipilih dalam meneliti kinerja keuangan pasca pelaksanaan
merger dan akuisisi adalah perusahaan go public non bank yang terdaftar di BEI. Penentuan sampel menggunakan metode Non Probability Sampling Purposive Sampling, berdasarkan kriteria yang dikehendaki oleh penentuan sampel dari populasi yang berdasarkan kriteria yang dikehendaki oleh peneliti dengan memperhatikan ciri-ciri tertentu.
Kriteria perusahaan yang dapat terpilih untuk menjadi sampel di dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan go public non bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi antara tahun 2004-2008 2. Tanggal merger dan akuisisi dapat diketahui secara akurat 3. Tersedia laporan keuangan tahunan auditan untuk masa 2 tahun sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
3.4
Operasionalisasi Variabel Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah kinerja keuangan,
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui delapan variabel yang berlaku sebagai variabel dependen yaitu, Current Ratio, Quick Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Total Asset Turnover Ratio, dan Fixed Asset Turnover Ratio. Adapun yang berfungsi sebagai variabel independen adalah periode waktu sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Variabel yang digunakan terkait pengukuran kinerja keuangan adalah: 1.
Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Rasio likuiditas yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a.
Current Ratio (Rasio Lancar) Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dan
kewajiban jangka pendek (hutang lancar) dari kegiatan operasional. Rasio
ini biasanya digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atas harta lancarnya. Current Ratio = Harta lancar / kewajiban jangka pendek
b.
Quick Ratio (Rasio Cair) Rasio Cair memberikan gambaran yang lebih baik tentang
kemampuan harta lancar perusahaan untuk membayar utang-utang lancarnya karena harta lancar yang diperhitungkan tidak termasuk dalam persediaan dan pembayaran di muka. Rasio Cair juga bertujuan untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan terhadap kewajiban jangka pendeknya.
2.
Rasio aktivitas atau biasa disebut juga dengan rasio manajemen aktiva, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan harta untuk mengelola aktivanya (Brigham dan Houston, 2001). Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Total Assets TurnOver Rasio ini menurut Brigham dan Houston (2001) untuk mengukur perputaran semua aktiva perusahaan, dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Dengan rasio ini, perusahaan dapat mengestimasi besarnya total harta atas dasar ramalan penjualan.
b. Fixed Assets TurnOver Rasio
ini
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mengelola harta tetap; apakah perusahaan sudah cukup optimal dalam menghasilkan pendapatan. Menurut Brigham dan Houston (2001), fixed assets turnover ratio dihitung dengan:
3.5
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, pengumpulannya melalui
laporan-laporan keuangan yang dapat diperoleh pada Pojok Bursa STIE Kesatuan, terkait variabel-variabel penelitian.
3.6
Metode Analisis Data Metode analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Analisis deskriptif Metode
analisis
deskriptif
ini
merupakan
sebuah
proses
pengumpulan, penyajian dan peringkasan berbagai karakteristik data. Penggunaan metode ini data-data dikumpulkan dan diklasifikasikan, kemudian dilakukan analisis dan interpretasi secara objektif.
b. Analisis komparatif Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis dinamakan pengujian hipotesis. Uji Paired Sample T Test digunakan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata - rata dengan standar error dari perbedaan rata - rata dua sampel. Uji perangkat bertanda Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil – hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak, antara sebelum atau sesduah adanya perlakuan tertentu. U ji Wilcoxon ini adalah tes yang paling berguna bagi para ilmuwan sosial, karena dapat membuat penilaian tentang“lebih besar dari” antara dua penampilan dalam masing - masing pasangan, dan juga dapat membuat penilaian antara dua skor yang berbeda yang timbul dari setiap dua pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aswath, Damodaran, 2001, Corporate Finance: Theory and Practice, International Edition, Willey, New York. Bambang, Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2001. Manajemen Keuangan II. Jakarta: Salemba Empat Djarwanto, 2001. Pokok – Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Yogyakarta, Yogyakarta Harianto dan Sudomo. 2001. Merger dan Akuisisi Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Volume 1 Nomor 2 September Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti (2002), Dasar – dasar Manajemen Keuangan (Edisi Ketiga). Yogyakarta : UPP AMP YKPN James C, Van horne & Jhon M. wachowicz, JR. (2005). Fundamental of Financial Management/Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan (Edisi Kedua belas). Jakarta:Salemba Empat Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. (Edisi Ketiga). BPFE. Yogyakarta. Mamduh, M. Hanafi. 2003. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jild 1. Ekonisia. Yogyakarta. Mubarak, M.M. and Puspitasari, R., 2012. Mengukur Keputusan Nasabah Melalui Analisis Brand Association Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia– Cabang Bogor. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 10(1), pp.Halaman-45. Payamta, dan Dody Setiawan. 204. ìAnalisis Pengaruh Merger dan Akuisis Terhadap Kinerja Perusahan Publik di Indonesiaî. Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 3 (September). Hal. 265-282. Ros, S.A, Westerfield, R.W & Jafe. 202. Corporate Finance. (6th Editon). Mc Graw-Hil, Inc. USA.
Saidi. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur go public di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis dan Ekonomi II (1), 4-58. Sawir, Agnes (2003), Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia Sekar, Mayangsari, 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Indepensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 6 hal 1-22 Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. Penerbit UP AMP YKPN. Yogyakarta. Sundjaja, Ridwan S dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 1, Edisi Kelima,. Literata Lintas Media Sutrisno, Sumarsih dan Widjanarko. 2004. Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Pemegang Saham di BEJ Perbandingan Akuisisi Internal dan Eksternal Akuntansi & Auditng Indonesia, Vol. 8 No. 2 (Desember). Hal. 189-2010. Tandelin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.