ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT. BANK MUAMALAT , TBK BERDASARKAN RASIO KEUANGAN Novianto Satrio Utomo ABSTRAK
Kata Kunci
:
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Inflasi dan Suku Bunga.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kinerja PT. Bank Muamalat, Tbk. Selama Periode 5 tahun yaitu periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. dimana kinerja bank yang dijadikan tolak ukur adalah ROA, ROE, NIM. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga terhadap kinerja PT. Bank Muamalat, Tbk. Dalam penelitian ini digunakan metode regresi linier berganda dengan menetapkan variabel terikat yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Variabel Bebas yaitu tingkat Inflasi dan Suku Bunga. Sebelum melakukan analisa terhadap hasil regresi, terlebih dahulu hasil tersebut diuji asumsi klasik dan uji hipotesis Hasil penelitian bahwa variable Suku Bunga merupakan faktor penentu Net Interest Margin yang paling dominan, hal ini berarti Suku Bunga dapat di ibaratkan sebagai daya tahan tubuh karena peningkatan Suku Bunga memberikan ruang gerak bagi bank untuk meningkatkan aktiva produkstif yang sekaligus memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan bunga bersih.
PENDAHULUAN Kinerja keuangan bank merupakan salah satu dasar penilaian terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dan pengelola dana masyarakat. Perbaikan kondisi kinerja keuangan perbankan nasional membawa kepada suatu alam persaingan yang ketat diantara bank-bank umum dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasi dan penyusunan rencana kerja anggaran bank, untuk memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan perusahaan yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan perbaikan di masa yang akan datang. Jenis rasio keuangan pada bank terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dapat dikemukakan bebarapa hal yaitu bahwa tidak ada kaitan langsung antara tingkat perekonomian suatu negara dengan kinerja bank-bank pada negara tersebut, kecuali menyangkut jumlah asset bank pada negara tersebut. Semakin tinggi tingkat perekonomian suatu negara semakin tinggi jumlah rata-rata asset bank pada negara tersebut dan sebaliknya. Bank-bank di Indonesia walaupun memiliki jumlah asset yang lebih rendah, namun memiliki kinerja operasional yang relatif lebih baik khususnya dari sisi Net Interest Margin (NIM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) meskipun kualitas asset produktif tergolong lebih rendah yang tercermin dari tingkat pencadangan piutang yang lebih tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh industri perbankan di Indonesia, selain peningkatan efisiensi kegiatan operasional mengingat cost to income ratio yang lebih tinggi juga perlu untuk mendorong pertumbuhan kredit ke sektor riil. Tingginya NIM pada bank-bank di Indonesia
patut diwaspadai karena hal ini mengindikasikan masih tingginya jumlah kredit yang disalurkan ke sektor konsumtif. Menurut Forum Kajian Ekonomi dan Bank Islam (2008), Bank Muamalat dan sejumlah BPR Syari’ah yang menarapkan sistem bagi hasil selamat dari bagai krisis tersebut. Hal ini disebabkan karena bank syari’ah menerapkan sistem bagi hasil Penerapan bagi hasil di bank syari`ah, membuat bank-bank syari`ah lebih tangguh dan tahan dari pengaruh gejolak moneter, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini disebabkan karena bank syari`ah tidak dibebani membayar bunga simpanan nasabah. Bank syari`ah hanya membayar bagi hasil yang jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan perbankan syari`ah. Dengan sistem bagi hasil tersebut, maka jelas bank-bank syari`ah selamat dari negative spread. Menurut Hatta (2008), secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997 - 1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali.20 Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60% yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20%. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian. Tahun 1998, seluruh sektor dalam perekonomian (kecuali sektor listrik, gas, dan air bersih. Inflasi sesungguhnya mencerminkan kestabilan nilai sebuah mata uang. Stabilitas tersebut tercermin dari stabilitas tingkat harga yang kemudian berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tujuan pembangunan ekonomi suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas ekonomi.
Menurut Agustianto (2008) Tak bisa dibantah, bahwa bunga (interest) telah menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian banyak negara dan fakta itu terjadi di mana-mana. Bunga memainkan peranan penting dalam mengakibatkan timbulnya krisis. Sistim ekonomi ribawi telah menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat terutama bagi para pemilik modal yang pasti menerima keuntungan tanpa menangung resiko. Keburukan bunga juga disebabkan karena bunga menambah biaya produksi bagi para businessman yang menggunakan modal pinjaman. Biaya produksi yang tinggi tentu akan memaksa perusahaan untuk menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi pula. Melambungnya tingkat harga, pada gilirannya, akan mengundang terjadinya inflasi akibat semakin lemahnya daya beli konsumen. Semua dampak negatif sistim ekonomi ribawi ini secara gradual, tapi pasti, akan mengkeroposkan sendi-sendi ekonomi umat. Krisis ekonomi tentunya tidak terlepas dari pengadopsian sistim ekonomi ribawi.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap rasio keuangan PT. Bank Muamalat, Tbk 2. Untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga BI terhadap rasio keuangan PT. Bank Muamalat, Tbk 3. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap rasio keuangan PT. Bank Muamalat, Tbk
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Bank Syariah Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional
yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum) Islam. Menurut Schaik (2001), Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Sudarsono (2004), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Definisi Bank Syariah menurut Muhammad (2002) dalam Donna (2006), adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam.
2.2
Pengertian Inflasi dan Suku Bunga Inflasi menurut kamus adalah kemerosotan nilai mata uang (kertas) karena terlalu
banyak beredar dan menyebabkan melambungnya harga barang-barang. Inflasi banyak terjadi dinegara berkembang, karena struktur ekonomi Negara berkembang masih rentan terhadap goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri atau yang berkaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya utang luar negeri, dan kurs valas, dapat menimbulkan fluktuasi harga dipasar domestik.
Menurut Ridwan dan Barlian (2003), Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan pemerintah. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang, membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak partikulir (bukan punya pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan pengeluaran pemerintah. Menurut Edward dan Khan (1985) ada dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar (JUB), dan inflasi yang diduga. Sedangkan faktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai tukar valuta asing yang diduga. Menurut Laksmono (2001), nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga internasional. Hal ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestic terhadap pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang kurang fleksibel.
Menurut JM Keynes (2005), tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap uang. Ada tiga tujuan dari permintaan terhadap uang yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Jumlah uang yang diperlukan untuk transaksi ditentukan oleh pendapatan nasional sedangkan yang diperlukan untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.
2.3
Analisis Kinerja Bank
2.3.1. Return on Assets (ROA) Menurut Prathama Rahardja (2006), Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6//23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah : Laba Sebelum Pajak ROA =
------------------------Rata – rata Total Asset
2.3.2 Return on Equity (ROE) Menurut Prathama Rahardja (2006), ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Rumus yang digunakan sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6//23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah :
Laba Setelah Pajak ROE =
------------------------Rata – rata Modal Inti
2.3.3. Net Interest Margin (NIM) Menurut Prathama Rahardja (2006), Pendapatan bunga bersih dibagi aktiva produktif dikali 100 %. Dimana Pendapatan bersih = pendapatan bunga beban bunga, aktiva
produktif merupakan penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontingensi pada transaksi rekening administratif yang diperhitungkan untuk aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets). Rumus yang digunakan sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6//23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah :
Pendapatan Bunga Bersih NIM =
--------------------------------Rata- rata Aktiva Produktif
2.4
Pengembangan Hipotesis
Inflasi H1
Suku Bunga BI
Kinerja Keuangan Perbankan
H2
H3 Inflasi & Suku Bunga BI
H1 = Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan H2 = Pengaruh Suku Bunga BI terhadap Kinerja Keuangan Perbankan H3 = Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisa regresi linier berganda, metode tersebut digunakan untuk meramalkan pengaruh dari suatu variable terikat (rasio keuangan bank) berdasarkan variable bebas (inflasi dan suku bunga). Apakah terdapat pengaruh yang signifikan diantara variable terikat dan bebas terhadap kinerja perbankan.
3.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data berupa data sekunder dan bersifat kuantitatif. Data sekunder yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia , Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Rugi Laba, Neraca, jurnal ekonomi, literature, majalah, jurnal ilmiah, hasil penelitian, laporan Bank Indonesia yang dipandang relevan
3.3
Metode Analisis Berpedoman pada ketentuan penilaian tingkat kesehatan yang ada berdasarkan
peraturan Bank Indonesia , penulis melakukan analisa data dan rasio keuangan bank untuk memperoleh ukuran yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan dengan cara mengubah data yang ada menjadi informasi. Sehingga dapat ditentukan variabel mana yang dominan untuk mempengaruhi rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia. Ukuran rasio keuangan yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi variabel ROA, ROE, NIM , dimana merupakan variabel terikat
(dependent variable), sedangkan inflasi, suku bunga BI dan nilai merupakan variabel tidak terikat (independent variable). Model Analisa yang dipergunakan penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Model ini di pilih karena penelitian ini di rancang untuk mengetahui pengaruh, arah dan kekuatan hubungan dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
3.4
Uji Asumsi Klasik Data Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda Sebelum dilakukan
pengujian regresi terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi syarat ketentuan dalam model regresi. Pengujian asumsi klasik meliputi Uji Normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov Z, uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman, dan Uji Multikolinearitas. Pengujian atas hipotesis dilakukan dengan Uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver 16,0 for Windows. 3.4.1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. 3.4.2. Uji Heterokedastisitas Gangguan heterokedastisitas membawa pada galat baku yang bias dan menjadi hasil uji statistic yang tidak tepat serta interval keyakinan untuk estimasi parameter yang kurang tepat pula.
3.4.3. Uji Multikolinier Uji multikolinieritas dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap - tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa, korelasi antar variabel independen masih bisa ditolerir . 3.5
Uji Hipotesis Variable penelitian yang menjadi objek yang diteliti oleh penulis adalah Data ROA,
ROE, NIM. dimana merupakan variabel terikat (dependent variable), sedangkan inflasi, suku bunga BI merupakan variabel bebas (independent variable)
3.6
Model Penelitian Data yang diperoleh disajikan kemudian dianalisis dengan analisis regresi linear
berganda dengan menggunakan program SPSS lalu dijelaskan secara deskriptif. Analisis uji regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan suatu variabel terikat (dependent variable) Y berdasarkan dua variabel bebas (independent variable) (x1, x2) dalam suatu persamaan linear. Y = a + b1 X1 + b2 X2 Dimana : Y
= Variabel dependent (ROA, ROE, NIM)
X1,X2
= Variabel Independent (Inflasi, Suku bunga)
a
= Konstanta, perpotongan garis pada sumbu X1
b1, b2
= Koefesien regresi
ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1
Inflasi dan Suku Bunga tahun 2003 hingga 2007
presentase
Inflasi dan Suku Bunga 2003 - 2007 14 12 10 8 6 4 2 0
inflasi sukubunga
2003
2004
2005
2006
2007
tahun
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INFLASI
5
6.040
13.330
8.75200
3.053157
BI_RATE
5
7.390
11.830
9.34600
1.727854
Valid N (listwise)
5
Kinerja Keuangan ( ROA, ROE, NIM ) PT. Bank Muamalat Bank Muamalat
presentase
25.00 20.00
ROA
15.00
ROE
10.00
NIM
5.00 0.00 2003
2004
2005 tahun
2006
2007
Uji Hipotesis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap ROA b
ANOVA Model
Sum of Squares df
1
Mean Square
F
Regression
.713
2
.356
Residual
.140
2
.070
Total
.853
4
Sig. 5.105
.164
a
a. Predictors: (Constant), INFLASI, SUKU BUNGA BI b. Dependent Variable: ROA
diketahui nilai signifikansi sebesar .164, yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0.05. bahwa INFLASI dan SUKU BUNGA BI tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap ROE b
ANOVA Model
Sum of Squares
1
df
Mean Square
Regression
73.609
2
36.804
Residual
59.412
2
29.706
133.021
4
Total
F
Sig. 1.239
.447
a
a. Predictors: (Constant),SUKU BUNGA BI, INFLASI b. Dependent Variable: ROE
diketahui nilai signifikansi sebesar .447, yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0.05. bahwa INFLASI dan SUKU BUNGA BI tidak memiliki pengaruh terhadap ROE Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap NIM b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
4.499
2
2.250
Residual
1.802
2
.901
Total
6.301
4
a. Predictors: (Constant), USD, INFLASI, BI_RATE b. Dependent Variable: NIM
F
Sig. 2.497
.286
a
diketahui nilai signifikansi sebesar .2,86 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0.05. bahwa INFLASI dan SUKU BUNGA BI tidak memiliki pengaruh terhadap NIM. 4.2
Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROA, ROE dan NIM Analisis regresi linier digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh tingkat Inflasi
dan Suku Bunga terhadap ROA, ROE dan NIM. Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya maka diperoleh hasil pengolahan data dengan paket program komputer statistik SPSS 16.0 . 4.2.1
Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROA
Coefficients
a
Model 1
a.
(Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Beta
Std. Error 3.151
.775
INFLASI
.217
.068
SUKU BI
-.326
.121
Dependent
Variable:
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance VIF
4.065
.056
1.435
3.173
.087
.400
2.497
-1.219
-2.695
.114
.400
2.497
ROA
Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda : Y = 3.151 + 0.217 X1 – 0.326 X2 dapat dilihat bahwa SUKU BUNGA memiliki nilai uji t sebesa -2.695 dan INFLASI memiliki nilai uji t sebsar 3.173, sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ROA karena nilai t tersebut berada pada range +2 sampai -2. .INFLASI yang memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan ROA. Kesimpulan ini diambil dengan melihat dan membandingkan nilai t dari masingmasing dimensi. Dari hasil perbandingan tersebut, terlihat bahwa dimensi INFLASI memiliki nilai t terbesar yaitu 3.173
4.2.2 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap ROE Coefficients
a
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Collinearity Statistics
Std. Error Beta 25.316
15.988
INFLASI
2.217
1.410
SUKU BI
-2.910
2.492
t
Sig.
Tolerance VIF
1.583
.254
1.174
1.572
.257
.400
2.497
-.872
-1.168
.363
.400
2.497
Dependent Variable: ROE
Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda : Y = 25.316 + 2.217 X1 – 2.910 X2 dapat dilihat bahwa SUKU BUNGA BI memiliki nilai uji t sebesar -1.168 dan INFLASI memiliki nilai uji t sebsar 1.572, sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ROE karena nilai t tersebut berada pada range +2 sampai -2. INFLASI yang memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan ROE. Kesimpulan ini diambil dengan melihat dan membandingkan nilai t dari masing-masing dimensi. Dari hasil perbandingan tersebut, terlihat bahwa INFLASI memiliki nilai t terbesar yaitu 1.572 4.2.3 Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap NIM Coefficients
a
Model 1
(Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Beta
Std. Error 12.882
2.784
INFLASI
.186
.246
BI_RATE
-.832
.434
a. Dependent Variable: NIM
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance VIF
4.627
.044
.453
.759
.527
.400
2.497
-1.146
-1.918
.195
.400
2.497
Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda : Y = 12.882 + .186 X1 – .832 X2 dapat dilihat bahwa INFLASI dan SUKU BUNGA BI memiliki nilai uji t sebesar .759 dan -1.146 sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel NIM karena nilai t tersebut berada pada range +2 sampai -2. SUKU BUNGA BI yang memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan NIM. Kesimpulan ini diambil dengan melihat dan membandingkan nilai t dari masing-masing dimensi. Dari hasil perbandingan tersebut, terlihat bahwa SUKU BUNGA BI memiliki nilai t terbesar yaitu -1.146, Analisis : Hasil penelitian dan pembahasan, bahwa inflasi sebagai variabel bebas tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kinerja perbankan yaitu ROA, ROE,dan NIM. Namun inflasi dapat bepengaruh secara signifikan terhadap pembentukan ROE. Hal ini dapat dilihat dari ata- rata besaran koeefisien dan t – test yang dilakukan pada hasil regresi model tersebut. Pada penelitian ini variabel Suku Bunga memberikan pengaruh yang sigifikan terhadap ROA dan ROE namun lebih dominan memberikan pengaruh terhadap NIM Tingkat Inflasi lebih mempengaruhi ROA dan ROE sedangkan suku bunga lebih mempengaruhi tehrhadap NIM
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari Penelitian ini dinyatakan bahwa variable Suku Bunga merupakan faktor penentu Net Interest Margin yang paling dominan, hal ini berarti Suku Bunga dapat di ibaratkan sebagai daya tahan tubuh karena peningkatan Suku Bunga memberikan ruang gerak bagi bank untuk meningkatkan aktiva produktif yang sekaligus memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan bunga bersih. 2. Pada hasil uji penelitian, bahwa setiap variabel bebas (Inflasi dan Suku Bunga), mampu memberikan pengaruhnya untuk menjelaskan variabel terikat (ROA, ROE, NIM) dengan baik.namun jika dilihat secara parsial , variabel – variabel independent (Inflasi dan Suku Bunga) tersebut tidak semua secara signifikan mempengaruhi variabel dependent (ROA, ROE, NIM)
5.2 Saran: 1. Tingginya NIM pada bank-bank di Indonesia patut diwaspadai karena hal ini mengindikasikan masih tingginya jumlah kredit yang disalurkan ke sektor konsumtif. 2. Dapat menambah kualitas keja keuangan perbankan dari faktor ROA, ROE dan NIM yang memungkinkan adanya penambahan variabel lain yang juga diharapkan lebih potensial sehinga dapat menjaga kinerja perbankan menurut standar perbankan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, 2008. Pengaruh Bunga Terhadap Keterpurukan Ekonomi Indonesia, Jakarta Arifin, Agus Zainul, 2007. Inflasi, Kurva Yield, dan Durasi : KajianTeori dalam Perspektif Praktis, Jakarta Susamto, Akhmad Akbar, 2008. Praktik Ekonomi Islami Indonesia dan Implikasinya Terhadap Perekonomian Siamat, Dahlan, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Laksmono, Didy, R. , 2001. Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Inflasi Salvatore, Dominick, 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Indonesia Global. Edisi Kelima. Salemba Empat, Jakarta Karnain dan Atmaja, Perwata , 2007. Bank Syariah Teori, Praktik, dan Peranannya. Celestial Publishing Muttaqin, Hidayatullah, 2003. Telaah Kritis Pasar Modal Syariah Bishawaab, Le, 2007. Buletin Ekonomi dan Bisnis Islam, Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islam (LEBI) FEB UGM. Rahardja, Prathama, 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi ( Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi ). Universitas Indonesia, Jakarta www.bi.go.id www.google.com