perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat dalam Mengajukan Skripsi serta Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Oleh : ITA PURBOSARI F 1110012
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO : Ø Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan oleh karena itu kerjakanlah sesuatu itu dengan sungguh-sungguh (QS. Al- Insyiroh: (6-7)) Ø “Janganlah bertanya apa yang akan kamu peroleh dari negaramu, tapi bertanyalah apa yang dapat kamu berikan kepada bangsamu” (John F. Kenedy)
PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak dan Ibu, yang senantiasa mendukung dan memberikan motivasi dan perhatiannya. 2. Kedua kakakku tersayang, Mb Ena dan Mb Evi. 3. Sahabat-sahabatku
yang
selalu
memberikan
semangat untuk terus maju dan berjuang. 4. Almameter 5. Pembaca yang budiman
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Penulisan skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit penulis menemui hambatan dan kesulitan. Hambatan dan kesulitan ini datang dari singkat waktu dan keterbatasan kemampuan penulis, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan yang tidak terhingga dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Drs. Supriyono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Sutanto, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan petunjuk penting dalam penulisan skripsi ini. 3. Segenap dosen pengajar Program Studi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang senantiasa memberikan bantuan dan kerjasamanya. 5. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat untuk segera lulus.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Sahabat-sahabatku yang setia mendengarkan keluh kesah dan senantiasa mendampingi suka duka serta membantu tiap langkah menuju terselesainya skripsi ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca walaupun hanya sedikit, Amin ya Robbal Alamin.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAKSI ..................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................
v
KATA PENGANTAR..........................................................................................
vi
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................. viii HALAMAN DAFTAR TABEL ..........................................................................
x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR .....................................................................
xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. . xii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................
1
B. Perumusan Masalah.............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian...............................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
8
A. Pengertian Kinerja Perusahaan ...........................................................
8
B. Pengertian dan Bentuk Lembaga Keuangan ......................................
8
C. Pengertian Bank................................................................................... 10 D. Arah Kebijakan Perbankan ................................................................. 13 E. Laporan Keuangan Perbankan............................................................ 19 commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Rasio Keuangan Perbankan ................................................................ 24 G. Penilaian Kesehatan Perbankan.......................................................... 36 H. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 41 I. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 46 J. Hipotesis............................................................................................... 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... .
49
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 49 B. Jenis Dan Sumber Data ......................................................................... 50 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 52 D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................... 53 E. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 57 F. Metode Analisis Data ........................................................................... 60 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...……………………...
73
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 73 B. Analisis Data dan Pembahasan............................................................. 99 BAB V PENUTUP ............................................................................................... 119 A. KESIMPULAN ..................................................................................... 119 B. SARAN .................................................................................................. 120 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Perbandingan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank..............
9
Tabel 4.1 Perkembangan ROA tahun 2008-2011……………………………. 93 Tabel 4.2 Perkembangan CAR tahun 2008-2011……………………………. 94 Tabel 4.3 Perkembangan NPL tahun 2008-2011…………………………….. 95 Tabel 4.4 Perkembangan ROE tahun 2008-2011……………………………. 96 Tabel 4.5 Perkembangan NIM tahun 2008-2011…………………………….
97
Tabel 4.6 Perkembangan BOPO tahun 2008-2011…………………………... 98 Tabel 4.7 Perkembangan LDR tahun 2008-2011……………………………. 99 Tabel 4.8. Pengujian Common Effect Vs Fixed Effect ……………………… 103 Tabel 4.9. Hasil Regresi Utama ……………………………........................... 105 Tabel 4.10. Hasil Uji Lagrange-Multiplier (LM)…………………………… 107 Tabel 4.12. Hasil Uji White…………………………………………………
108
Tabel 4.13. Hasil Uji Auxiliary Regression……………………………………109 Tabel 4.10 Nilai t-statistic (α=5%)…………………………………………. 110
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka pemikiran……………………………………………. 47 Gambar 4.1. Uji Normalitas………………………………………………….. 106
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Data Hasil Tabulasi LAMPIRAN 2. Hasil Regresi Data Panel Model Common Effects LAMPIRAN 3. Estimasi Regresi Data Panel Model Common Effects LAMPIRAN 4. Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effects (Cross Section) LAMPIRAN 5. Hasil Regresi Data Panel Model Random Effects LAMPIRAN 6. Pengujian Model Fixed Effecst vs Common Effects LAMPIRAN 7. Pengujian Kesamaan Estimasi Fixed Effects vs Random Effects LAMPIRAN 8. Hasi Uji Normalitas (Histogram Residual) LAMPIRAN 9. Grafik Residual Analisis Regresi Data Panel Model Common Effect LAMPIRAN 10. Hasil Uji Otokorelasi dengan Uji Lagrange-Multiplier (LM) LAMPIRAN 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White LAMPIRAN 12. Hasil Uji Multikolinearitas dengan menggunakan regresi auxiliary
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011 ITA PURBOSARI F 1110012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011 dan mengetahui variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011. Penulis menggunakan data sekunder yaitu data Laporan keuangan Tahunan dalam Laporan keuangan Triwulanan Kuartal 4 pada Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) tahun 2008-2011 di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: 1) Hasil pengujian uji F didapatkan bahwa keenam variable bebas yaitu CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio ROA; 2) Dengan menggunakan uji t yang menguji secara parsial dengan signifikansi α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dari keenam variable bebas, variable CAR, NPL dan LDR tidak signifikan dan variable lainnya seperti ROE, NIM dan BOPO secara parsial berpengaruh terhadap variable dependen (ROA). Apabila dilihat dari keenam variable bebas diatas, variable NIM yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rasio ROA sebesar 19,43%. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu 1). Managemen perbankan seharusnya tetap memperhatikan rasio CAR yang mengindikasikan ketaatan bank dalam memenuhi permodalannya sehingga dapat digunakan untuk melindungi deposan dengan menangkal kerugian usaha perbankan sebagai resiko usaha perbankan. 2). Manajemen perbankan agar selalu dapat menjaga kestabilan kinerja perusahaan dengan mengikuti perkembangan dari Laporan Keuangan melalui rasio-rasio keuangannya dan prinsip-prinsip tentang kesehatan bank yang telah dikeluarkan Bank Indonesia melalui Surat Ketetapan Bank Indonesia. Kata Kunci : CAMEL, Kinerja Perusahaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Lembaga Keuangan adalah lembaga yang bertindak selaku lembaga yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Fungsi dari lembaga keuangan adalah menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan ini dapat memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Lembaga keuangan dapat dibagi menjadi 2 yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank meliputi Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Lembaga keuangan bukan bank meliputi leasing, modal ventura, anjak piutang, pembiayaan konsumen, asuransi, pegadaian, pasar modal, pasar uang, dan pasar derivatif. Bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman. Lembaga yang dipercaya untuk commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan pengawasan atau prudential supervision dan sebagai lender of the last resort adalah Bank Sentral. Ekonomi Indonesia memasuki dekade 1980an mengalami resesi sebagai dampak resesi dunia, yaitu menurunnya PDB drastic dari 7,7% menjadi 2,2% & neraca pembayaran pun memburuk, untuk itu kebijakan yang di tempuh oleh pemerintah. Bank Indonesia mencanangkan berbagai deregulasi perbankan untuk memberikan kebijakan perbankan dengan mengeluarkan beberapa paket deregulasi, diantaranya paket yang pertama dikeluarkan adalah paket deregulasi 1 Juni pada tahun 1983, paket kebijaksanaan 27 Oktober pada tahun 1988, paket kebijaksanaan 25 Maret 1989, paket kebijaksanaan 19 Januari 1990, paket kebijaksanaan 20 Pebruari 1991 dan paket kebijaksanaan 29 Mei 1993. Pada tahun 1988 dikeluarkannya deregulasi perbankan melalui paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988, atau lebih dikenal kebijakan pakto 88. Dalam kebijakan ini Bank Indonesia melakukan perluasan jaringan keuangan & perbankan ke seluruh wilayah Indonesia serta diversifikasi sarana dana untuk kemudahan pendirian bank-bank swasta baru, pembukaan kantor cabang baru, pendirian lembaga keuangan bukan bank di luar Jakarta, pendirian BPR, pemberian ijin penerbitan sertifikat deposito bagi lembaga keuangan bukan bank, perluasan tabungan. Di samping itu, penurunan likuiditas wajib minimum dari 25% menjadi 2% dan penyempurnaan Open Market Operation dilakukan oleh paket kebijaksanaan pada 27 Oktober 1988.
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adanya kebijakan tersebut mengakibatkan jumlah bank di Indonesia mengalami peningkatan cukup drastis sehingga koruptor pun semakin meningkat, karena kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah (http://estiningsih.staff.gunadarma.ac.id). Hal tersebut didukung juga dengan dikeluarnya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang meniadakan pemisahan perbankan berdasarkan kepemilikan – misalnya pemilikan bank oleh pemerintah, swasta dan daerah. Dalam hal pendirian bank baru, UU tersebut mengatur berbagai syarat seperti susunan organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan kerja dan lain-lainnya. Syarat tersebut ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan Bank Indonesia, yang mengakibatkan perbankan di Indonesia tumbuh subur, sehingga banyak pedagang dan konglomerat mendadak menjadi bankir yang tidak berjiwa prudent (bijaksana dan berhati-hati) (http://www.tempo.co.id). Deregulasi perbankan tahun 1988 secara tidak langsung berperan besar terhadap terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Permasalahan yang timbul sebagai akibat deregulasi tersebut adalah bukan terletak pada peningkatan jumlah bank, namun lebih kepada kurangnya sumber daya yang memenuhi persyaratan untuk mengelola bank dan penerapan prinsip kehati-hatian. Saat krisis moneter 1997, misalnya 16 bank ditutup, diikuti 38 bank pada 1999. Pada tahun 2004, Bank Dagang Bali dan Bank Aspac dilikuidasi. Dan terakhir, Bank Global ditutup pada tahun 2005 (Agus Sugiarto, 2009). Krisis ekonomi tersebut menunjukkan bahwa industri perbankan nasional commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh dengan dukungan infrastruktur perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus diperkuat untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Dalam Basel Accord II dijelaskan bahwa ada tiga pilar yang harus dipenuhi yaitu kecukupan modal, proses pengawasan yang memastikan kecukupan modal bank serta peningkatan peran publik yang disebut sebagai disiplin pasar. Dalam Pilar 3 Basel Accord II, disiplin pasar bertujuan mendorong peran publik untuk turut mengawasi bank. Prasyarat utama tercapainya tujuan tersebut yaitu (a) tersedia informasi yang cukup bagi publik mengenai kondisi bank, dan (b) kemampuan publik dalam menilai kondisi bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Bank Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 39 dan 32 dalam Pernyataan Standard Akuntansi Indonesia (PSAK) No.50 dan 55 yang diimplikasikan pada 1 Januari 2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAK tersebut, telah disusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Taswan, 2010:151). Menurut Pontie, 2007, Kondisi kesehatan maupun kinerja bank dapat kita analisis melalui laporan keuangan. Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini, yang terdiri dari: (1) Laporan Tahunan; (2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan; (3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan (4) Laporan Keuangan Konsolidasi. Laporan keuangan bank memberikan informasi secara berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank. Laporan Keuangan ini dapat digunakan untuk menghitung rasio keuangan seperti CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR yang kemudian rasio keuangan ini dapat dijadikan indikator dalam penilaian tingkat kesehatan perbankan. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank selama periode tertentu. Laporan keuangan disampaikan kepada pemegang saham dan Bank Indonesia, juga kepada lembaga lain yang berkepentingan terhadap perkembangan usaha bank, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia, asosiasi perbankan di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan dan 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan (Taswan, 2010: 151-152). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011”.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan berbagai masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR berpengaruh terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011? 2. Variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011?
C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011. 2. Untuk mengetahui variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang pengaruh rasio keuangan terhadap kesehatan pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 20082011. 2. Bagi pihak yang berkepentingan dalam hal ini bank Penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh bank untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam menganalisis bank yang sehat dan bank yang tidak sehat berdasarkan rasio keuangan dari laporan keuangan bank. 3. Bagi Masyarakat Memberitahukan kepada masyarakat mengenai performance dari profil bank berdasarkan penghitungan rasio keuangan untuk mengetahui bank yang sehat.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kinerja Perusahaan Menurut Kamus Perbankan (2009: 254) analisis kinerja (performance analysis) adalah analisis untuk menilai tingkat keberhasilan bank pada periode tertentu berdasarkan rencana kerja, laporan realisasi rencana kerja, dan laporan berkala bank. Aspek yang dinilai dalam kinerja pada suatu bank meliputi aspek CAMEL yaitu capital (modal), asset (aset), management (manajemen), earning (hasil laba), dan liquidity (likuiditas), kepatuhan terhadap ketentuan dan aspek lain.
B. Pengertian dan Bentuk Lembaga Keuangan Lembaga keuangan adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana (Totok dan Sigit, 2006: 2). Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.792 Tahun 1990 menjelaskan mengenai ”Lembaga Keuangan”. Lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Kegiatan utama dari lembaga keuangan
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah menghimpun dan menyalurkan dana, perbedaan antara bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utama tersebut. Tabel 2.1. Perbandingan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank LEMBAGA KEUANGAN KEGIATAN
BANK langsung
BUKAN BANK
Penghimpunan a.
Secara
berupa Hanya secara tidak
Dana
simpanan dana masyarakat langsung (tabungan, giro, deposito)
dari
masyarakat
b. Secara tidak langsung dari (terutama
melalui
masyarakat (kertas berharga, kertas berharga, dan penyertaan,
pinjaman/kredit bisa
dari lembaga lain.
juga
dari
penyertaan, pinjaman/kredit dari lembaga lain).
Penyaluran
a. Untuk tujuan modal kerja, a. Terutama untuk
Dana
investasi, konsumsi
tujuan investasi
b. Kepada badan usaha dan b. Terutama untuk individu c.
Untuk
badan usaha jangka
pendek, c. Terutama untuk
menengah dan panjang.
jangka menengah dan panjang.
Sumber : Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru : 2006
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pengertian Bank Menurut Heri (2008:1), bank adalah salah satu entitas bisnis yang berdayaguna dalam sistem ekonomi. Dayaguna bank dalam memegang peranan penting dalam perekonomian adalah sebagai salah satu lembaga intermediasi keuangan. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu (Taswan, 2010: 6) : 1. Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah department store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan. 2. Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga. 3. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) bahwa yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam
bentuk
simpanan
dan
menyalurkannya
kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 4. Menurut Taswan, bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang berkelebihan (surplus spending unit) kemudian
menempatkannya
kembali
kepada
masyarakat
yang
membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Kamus Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian dari berbagai kalangan maka dapat disimpulkan pengertian bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi sebagai intermediary antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending) yang akan disalurkan kepada pihak yang kekurangan (deficit spending), akan terjadi suatu perputan uang dalam masyarakat sehingga akan tercapai kesejahteraan masyarakat. Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari berbagai segi antara lain : a. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, bank dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). 1). Bank Umum Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Umum didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan
prinsip
syariah
yang
memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
commit to user
dalam
kegiatannya
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah
yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. b. Jenis Bank Menurut Kepemilikan Menurut Kasmir (2005), penggolongan bank dilihat dari segi kepemilikannya dibagi menjadi 5 yaitu : 1). Bank Milik Pemerintah Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank juga dimiliki oleh pemerintah. 2). Bank Milik Swasta Nasional Bank milik swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. 3). Bank Milik Koperasi Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan sahamsahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. 4). Bank Milik Asing Bank milik asing merupakan hak yang kepemilikannya 100% oleh pihak asing (luar negeri) di Indonesia.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5). Bank Milik Campuran Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh dua belah pihak yaitu dalam dan luar negeri. c. Jenis Bank Menurut Target Pasar Menurut Totok dan Sigit (2006: 93), jenis bank atas dasar target pasar dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : 1). Retail Bank Retail bank merupakan jenis bank yang memfokuskan pelayanan dan transaksikepada nasabah-nasabah retail. Retail disini adalah nasabahnasabah individual, perusahaan dan lembaga lain yang skalanya kecil. 2). Corporate Bank Corporate bank merupakan jenis bank yang memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala besar. 3). Retail-Corporate Bank Retail-corporate bank merupakan jenis bank yang memberikan pelayanan tidak hanya kepada nasabah retail tetapi juga kepada nasabah korporasi.
D. Arah Kebijakan Perbankan Menurut Booklet Bank Indonesia (2010) terdapat arah Kebijakan Perbankan Indonesia meliputi :
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Kebijakan Perbankan 2010 Kebijakan perbankan 2010 diarahkan untuk semakin meningkatkan peranan industri perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Untuk mendukung hal tersebut, BI memiliki 4 kebijakan utama perbankan berbasis insentif dan disinsentif sebagai berikut: a. Peningkatan ketahanan sistem perbankan 1). Penguatan pengaturan, yang akan disesuaikan adalah peraturan permodalan untuk tujuan memperkuat ketahanan bank terhadap risiko, peraturan transparansi laporan keuangan, peningkatan kualitas implementasi tata kelola organisasi yang baik, serta peningkatan efektivitas manajemen risiko. 2). Pemantapan sistem pengawasan bank, akan dicapai diantaranya dengan penyempurnaan dan penguatan metode dan praktek pengawasan berbasis risiko, implementasi quality assurance pengawasan
bank melalui Forum
Panel Pengawasan
Bank
Berdasarkan Risiko, penguatan ketentuan operasional pengawasan bank, penyempurnaan ketentuan uji kelayakan dan kepatutan, dan peningkatan kerjasama dengan otoritas pengawasan lembaga keuangan non-bank di dalam maupun di luar negeri. 3). Penataan kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia, dilakukan dengan pemantapan kembali struktur perbankan yang menyelaraskan skala usaha dengan kebutuhan permodalan, guna mempertinggi kemampuan menyerap risiko usaha. Selain itu BI akan commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperbaiki ketentuan yang mencakup antara lain mengenai merger, konsolidasi, sumber dana akuisisi bank, persyaratan badan yang dapat mengakuisisi bank, peran pemilik perorangan/keluarga, serta persyaratan pengembangan usaha. 4).
Pendalaman
pasar
keuangan,
diarahkan
untuk
mendorong
pengembangan produk-produk keuangan yang sekaligus dapat digunakan bank sebagai alternatif penyaluran dan penempatan dana secara
produktif
bagi
sektor
riiil
khususnya
pembiayaan
infrastruktur. b. Peningkatan intermediasi perbankan 1). Penyempurnaan peraturan, diantaranya giro wajib minimum (GWM), optimalisasi dan efisiensi kegiatan operasional bank, kemudahan persyaratan kegiatan devisa yang dapat mendorong pemberian kredit 2).
Penyediaan
infrastruktur
pendukung,
BI
akan
mendorong
terbentuknya institusi yang memiliki fungsi menyediakan basis data kredit per sektor dan per daerah, guna memudahkan bank dalam mengukur risiko. c. Peningkatan peran perbankan syariah 1). Peningkatan insentif untuk mendorong peningkatan modal, 2). Memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak perusahaannya, serta 3). Memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan syariah yang kompeten. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Peningkatan peran BPR 1). Pemberian insentif untuk mendorong peningkatan modal 2). Memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM BPR yang kompeten, 3). Mempertegas posisi BPR sebagai community bank. Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang untuk menjawab tantangan perbankan ke depan. Tantangan perbankan adalah sebagai berikut (Taswan, 2010: 28-30) : 1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah Kemampuan
permodalan
perbankan
Indonesia
saat
ini
mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi sulit dicapai
jika
perbankan
nasional
tidak
memperbaiki
kondisi
permodalannya. Selain itu, penyaluran kredit juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik dan biaya operasional yang relatif tinggi. 2. Struktur perbankan yang belum optimal Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% aset perbankan Indonesia). Namun demikian bank-bank kecil perlu mendapatkan perhatian karena jumlahnya relatif banyak, juga memiliki cakupan usaha yang relatif sama dengan bank-bank besar
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan corporate governance yang relatif lebih terbatas. 3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang. Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya praktik penyediaan jasa keuangan informal. 4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan Pengawasan
bank merupakan
bidang yang memerlukan
peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif. 5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. Selain itu juga perlu diperhatikan kemampuan bank dalam merespon meningkatnya risiko operasional yang masih perlu diperbaiki, terutama penekanannya pada pentingnya internal best practise.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yan dicapai perbankan umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga menurun. Tidak sustainable-nya profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain. 7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara lengsung terhadap sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Selain itu, adanya edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan keuangan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Perkembangan Teknologi Informasi Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI) menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi.
E. Laporan Keuangan Perbankan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut beberapa pakar perbankan internasional dan nasional pengertian manajemen aktiva passiva adalah sebagai berikut (Boy Leon&Sonny Ericson, 2007: 11-12) : a. Barret F Binder: “Assets - Liabilities Management is a planning implementation and control process for matching mix and maturities of assets and liabilities in ways that maximizes net interest margin on an on going basis”. b. Mona J Gardner & Dixie L Mills : “Assets-Liabilities Management is the management of the net interest margin to ensure that its level and riskiness are compatible with the risk-return objectives of the institutions”. c. Drs Raflus Rax : “Suatu proses perencanaan dan pengawasan operasi perbankan secara terpadu yang dilakukan secara terkoordinasi dan konsekuen dengan selalu memperhatikan perkembangan faktor-faktor commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mempengaruhi operasi bank, baik berasal dari luar ataupun faktor structural dari dalam bank”. d. Drs. H. Masyhud Ali, MBA, MM: Pengelolaan aktiva passive bank dengan tepat sehingga bank memperoleh net interest income yang optimal dari penempatan dananya pada sisi aktiva sambil menjaga agar bank selalu dapat memenuhi kewajiban likuiditasnya terhadap sumbersumber dana pada sisi passiva”. e. Drs. Selamet Riyadi, Msi: “Suatu proses planning, organizing, actuating dan controlling untuk mendapatkan penetapan kebijakan dibidang pengelolaan permodalan (equity), pemupukan dana (funding), dan penggunaan dana (assets) yang satu sama lain saling terkait dalam mencapai laba yang optimal dengan tingkat risiko yang telah diperhitungkan”. Menurut
Kamus
Perbankan,
Asset
liability
management
(pengelolaan harta dan kewajiban) adalah metode pengelolaan harta dan kewajiban untuk maksud menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya, misalnya berdasarkan pertimbangan antara lain suku bunga, risiko yang mungkin timbul, dan kemampuan menjaga likuiditas, bank yang memiliki dana harus memutuskan apakah akan menanamkan dananya dalam bentuk kredit ataukah surat berharga. 2. Jenis Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. Bank wajib menyusun dan commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari (Taswan,2005: 39-63): (1) Laporan Tahunan; Cakupannya meliputi Neraca, Laporan laba rugi, Laporan Perubahan ekuitas, Laporan arus kas, dan Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai Komitmen dan Kontinjensi. (2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan; Laporan keuangan triwulan yang wajib disajikan adalah laporan keuangan untuk posisi akhir Maret, Juni, September dan Desember. Cakupannya meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi dan Saldo Laba, Daftar komitmen dan kontinjensi, Transaksi Valuta asing dan derivatif, Kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya, Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, dan Rasio keuangan. (3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan Cakupannya meliputi Neraca Bulanan, Laporan Laba-Rugi Bulanan, Laporan Komitmen dan Kontinjensi Bulanan, dan Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi lainnya bulanan. 3. Komponen Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia,Revisi 2008:5). Laporan keuangan bank untuk tujuan umum terdiri dari: a. Neraca; b. Laporan laba rugi; c. Laporan arus kas; d. Laporan perubahan ekuitas; dan e. Catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang menyediakan informasi-informasi tersebut untuk pengambilan keputusan, seperi dicerminkan dalam laporanlaporan berikut ini (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Revisi 2008:5): a. Laporan Posisi Keuangan Posisi keuangan bank dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi ini berguna untuk memprediksi kemampuan bank di masa depan dalam menghasilkan kas dan setara kas, kebutuhan investasi, pendistribusian hasil pengembangan dan arus kas, memprediksi kemampuan bank dalam memenuhi komitmen keuangan pada saat jatuh tempo, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Informasi posisi keuangan bank tergambar dalam neraca.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Laporan Kinerja Informasi kinerja bank diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi ini berguna untuk memprediksi kapasitas bank dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Selain itu, informasi ini berguna dalam
perumusan
tentang efektivitas
bank dalam
memanfaatkan sumber daya. Informasi kinerja bank tergambar dalam laporan laba rugi. c. Laporan Perubahan Posisi Keuangan Informasi perubahan posisi keuangan bank, antara lain: 1) Perubahan kas dan setara kas Informasi perubahan kas dan setara kas berguna untuk menilai kemampuan bank menghasilkan arus kas dan setara kas serta kebutuhan bank untuk menggunakan arus kas pada setiap aktivitas. Informasi ini bermanfaat untuk menilai aliran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi perubahan kas dan setara kas tergambar dalam laporan arus kas. 2) Perubahan ekuitas Informasi
perubahan
ekuitas
bank
menggambarkan
peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Informasi ini bermanfaat untuk mengetahui perubahan aset bersih yang berasal dari commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
transaksi dengan pemegang saham dan jumlah keuntungan atau kerugian yang berasal dari kegiatan bank selama periode yang bersangkutan. Informasi perubahan ekuitas tergambar dalam laporan perubahan ekuitas.
F. Rasio Keuangan Perbankan Analisis financial atas laporan keuangan bank menggunakan berbagai macam rasio meliputi (Johar Arifin&Muhammad Syukri, 2006: 141-154): 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio likuiditas dihitung berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan neraca. Kendala yang dihadapi bank dalam mengatur kebijakan likuiditas antara lain adalah: a. Ketetapan yang diberlakukan oleh bank sentral tentang legal reserve requirement. b. Terdapat dilema antara likuiditas dengan profitabilitas, semakin tinggi likuiditas idle fund semakin besar dan profitabilitas rendah. c. Adanya working reserve requirement yaitu kebutuhan aktiva lancar (cash assets) Rasio yang digunakan untuk menghitung likuiditas bank dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Quick Ratio Quick ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada deposan dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rumus untuk menghitung Quick Ratio sebagai berikut :
QuickRatio=
CashAssets TotalDeposit
2) Investing Policy Ratio Investing policy ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak bank dalam membayar kembali kewajiban kepada deposan yang bersumber dari pencairan surat berharga yang dimiliki bank. Investing Policy Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut :
InvestingPolicyRatio =
Securities TotalDeposit
3) Banking Ratio Banking Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak bank dalam membayar kembali kewajiban deposan dengan bersumber dari penarikan kembali kredit yang diberikan kepada debitur. Rumus untuk menghitung Banking Ratio sebagai berikut :
BankingRatio =
TotalLoan TotalDeposit
4) Loan to Assets Ratio Loan to Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan pihak bank dalam memenuhi permintaan kredit debitur dengan aktiva yang
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimilikinya. Rumus untuk menghitung Loan to Assets Ratio sebagai berikut :
LoanToAssetsRatio =
TotalLoan TotalAssets
5) Cash Ratio Cash Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak bank dalam membayar kewajiban yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rumus untuk menghitung Cash Ratio adalah sebagai berikut:
CashRatio =
LiquidAssets(CashRatio) PinjamanYangHarusSegeraDibayar
2. Rasio Rentabilitas Rasio Rentabilitas atau Rasio Profitabilitas, mengukur seberapa besar kemampuan bank memperoleh laba sehubungan dengan aktivitas yang dijalankannya. Rasio-rasio yang digunakan menghitung profitabilitas dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut: a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari operasi usaha yang utama. Rumus untuk menghitung Gross Profit Margin sebagai berikut:
Gross Pr ofitM arg in =
OperatingIncome - OperatingExpense OperatingIncome
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Net Profit Margin Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan pendapatan operasi, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Net Pr ofitM arg in =
NetIncome OperatingIncome
c. Return on Equity Capital Return on Equity Capital digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan ekuitas yang dimilikinya. Rumus untuk menghitung Return on Equity Capital sebagai berikut :
Re turnOnEquityCapital =
NetIncome EquityCapital
d. Return on Total Assets Return on Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan aktiva yang dikuasainya. Rumus untuk menghitung Return on Total Assets sebagai berikut:
Re turnOnTotalAssets =
OperatingIncome TotalAssets
e. Net Income on Total Assets Net Income on Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan bersih berdasarkan
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktiva yang dikuasainya. Rumus untuk menghitung Net Income on Total Assets sebagai berikut:
NetIncomeOnTotalAssets =
NetIncome TotalAssets
f. Rate of Return on Loan Rate of Return on Loan digunakan untuk mengukur kredit yang diberikan pihak bank dalam menghasilkan pendapatan, rumus untuk menghitung Rate of Return on Loan sebagai berikut :
RateOf Re turnOnLoan =
InterestAndFeesOnLoan TotalLoan
g. Interest Margin on Earning Assets Interest Margin on Earning Assets digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva yang dimiliki pihak bank (earning assets) untuk menghasilkan selisih hasil bunga dengan beban bunga (interest margin). Rumus untuk menghitung Interest Margin on Earning Assets sebagai berikut :
InterestM arg inOnEarningAssets =
InterestIncome - InterestExpense EarningAssets
3. Rasio Risiko Usaha Rasio Risiko Usaha dapat dihitung dengan rasio sebagai berikut: a. Credit Risk Ratio Credit Risk Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar resiko kredit yang diberikan kepada nasabah yang mengalami kemacetan, dihitung dengan rumus sebagai berikut : commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CreditRiskRatio =
BadDebts TotalLoans
b. Liquidity Risk Liquidity Risk digunakan untuk mengukur kemungkinan pihak bank gagal untuk memenuhi kewajiban kepada deposan. Rumus menghitung Liquidity Risk sebagai berikut:
LiquidityRisk =
LiquidAssets - ShortTermBorrowing TotalDeposit
c. Capital Risk Capital Risk digunakan untuk mengukur resiko kerugian yang mengakibatkan penurunan nilai asset bank sampai seberapa jauh penurunan tersebut dapat diserap oleh modal bank bersangkutan. Rumus menghitung Capital Risk sebagai berikut:
CapitalRisk =
EquityCapital RiskAssets
d. Deposit Risk Ratio Deposit Risk Ratio digunakan untuk menghitung resiko kemungkinan pihak bank gagal memenuhi kewajiban kepada deposan yang diukur dengan jumlah modal yang dimiliki bank bersangkutan. Rumus menghitung Deposit Risk Ratio sebagai berikut :
DepositRiskRatio =
EquityCapital TotalDeposit
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Interest Rate Risk Ratio Interest Rate Risk Ratio digunakan untuk mengukur kemungkinan bunga yang diterima oleh pihak bank lebih kecil dari bunga yang dibayar oleh pihak bank, dihitung dengan rumus sebagai berikut :
InterestRateRiskRatio =
InterestSensitivityAssets InterestSensitivityLiabilities
4. Rasio Permodalan (Analisis Solvabilitas) Rasio Permodalan digunakan untuk mengetahui seberapa besar kecukupan modal bank untuk mendukung aktivitasnya, kemampuan modal untuk menyerap kerugian yang tidak terhindarkan. Rasio ini digunakan untuk menilai apakah kekayaan bank semakin bertambah atau berkurang. Rasio-rasio yang digunakan menghitung Rasio Permodalan dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut: a. Primary Ratio Primary Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan modal bank untuk menutup penurunan asset yang diakibatkan kerugian yang tidak dapat dihindari. Rumus untuk menghitung Primary Ratio sebagai berikut:
Pr imaryRatio=
EquityCapital TotalAssets
b. Capital Ratio Capital Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang dimiliki bank untuk menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit. Rumus untuk menghitung Capital Ratio dapat dilakukan dalam dua jenis sebagai berikut : commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CapitalRatio1 =
EquityCapital TotalLoans
CapitalRatio2 =
EquityCapital + Re serveForLoanLosses TotalLoans
c. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan atau kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menutup kemungkinan kerugian dalam aktivitas perkreditan dan perdagangan surat berharga. Terdapat tiga rumus untuk menghitung Capital Adequacy Ratio seperti berikut ini :
CapitalAdequacyRatio1 =
EquityCapital - FixedAssets EstimatedRiskInLoansAndSecurities
CapitalAdequacyRatio2 =
EquityCapital - FixedAssets TotalLoan + Securities
CapitalAdequacyRatio3 =
EquityCapital TotalLoan + Securities
5. Rasio Efisiensi Usaha Rasio Efisiensi Usaha digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh pihak manajemen dalam mengelola usaha perbankan. Rasio ini mengukur sejauh mana kinerja pihak manajemen bank apakah telah menggunakan semua faktor produksi secara efisien. Rasio-rasio yang digunakan menghitung Rasio Efisiensi Usaha dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Leverage Multiplier Leverage Multiplier digunakan untuk mengukur kemampuan pihak manajemen bank dalam mengelola asset yang dikuasainya. Rumus untuk menghitung Leverage Multiplier adalah sebagai berikut :
LeverageMultiplier =
TotalAssets TotalEquityCapital
b. Assets Utilization Assets Utilization digunakan untuk mengukur kinerja pihak manajemen bank dalam memanfaatkan asset yang dikuasainya untuk memperoleh pendapatan bank berupa pendapatan usaha dan pendapatan bukan usaha bank. Rumus untuk menghitung Assets Utilization sebagai berikut :
AssetsUtilization =
OperatingIncome - NonOperatingIncome TotalAssets
c. Provision for Loan Losses Ratio Provision for Loan Losses Ratio digunakan untuk mengukur tingkat kegagalan pihak bank dalam mengelola kredit, dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pr ovisionForLoanLossesRatio =
Re serveForLoanLosses TotalLoans
d. Interest Expense Ratio Interest Expense Ratio digunakan untuk mengukur besar biaya yang dikeluarkan pihak bank untuk memperoleh deposito. Rumus untuk mengukur Interest Expense Ratio sebagai berikut :
InterestExpenseRatio =
InterestPaid TotalDeposit commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Cost of Fund Cost of Fund digunakan untuk mengukur besar biaya bunga rata-rata untuk membiayai dana yang diperoleh pihak bank. Terdapat dua rumus untuk menghitung Cost of Fund seperti berikut :
CostOfFund1 =
InterestPaid / Expense TotalLiabilities - EquityCapital
CostOfFund 2 =
InterestPaid / Expense TotalLiabilities
f. Cost of Money Cost of Money digunakan untuk mengetahui seberapa besar biaya ratarata keseluruhan yang digunakan oleh pihak bank untuk mendapatkan dana. Rumus untuk menghitung Cost of Money sebagai berikut :
CostOfMoney =
InterestExpense - OverheadExpenses TotalFund
g. Cost of Loanable Fund Cost of Loanable Fund digunakan untuk mengukur besar biaya variable rata-rata yang digunakan pihak bank untuk memperoleh “loanable fund”. Rumus untuk menghitung sebagai berikut:
CostOfLoanableFund =
InterestExpense TotalFund - UnloanableFund
h. Cost of Borrowing Fund Cost of Borrowing Fund digunakan untuk menghitung biaya dana ratarata (variable expense dan fixed cost) yang digunakan untuk mendapatkan dana yang dipinjamkan oleh pihak bank kepada nasabah. Rumus menghitung Cost of Borrowing Fund sebagai berikut : commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CostOfBorrowingFund =
InterestExpense + OverheadExpenses TotalFund - IdleFund - UnloableFu nd
i. Cost of Efficiency Ratio (CER) Cost of Efficiency Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi dalam aktivitas perbankan yang antara lain dihitung dengan formula sebagai berikut :
CER1 =
Pr ovisionForLoanLosses Re venues
Rumus tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar penghapusan kewajiban debitur dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh pihak bank.
CER 2 =
Salaries & BenefitExpense Re venues
Rumus ini digunakan untuk mengukur seberapa besar biaya karyawan dibandingkan dengan pendapatan yng diperoleh pihak bank.
CER3 =
TotalExpense EarningAssets
Rumus ini digunakan untuk mengukur rata-rata biaya operasi dan non operasi yang dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh “earning assets”. 6. Profit Sensitivity Analysis (PSA) Profit Sensitivity Analysis (PSA) digunakan untuk mengukur sejauh mana sebab akibat dalam mengelola asset dan kewajiban bank yang berdampak terhadap profitabilitas suatu bank. Hasil profit sensitivity
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
analisis (PSA) akan dipengaruhi secara material oleh beberapa komponen yang digunakan untuk perhitungan, antara lain sebagai berikut : a. Earning before interest and taxes atau laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). EBIT merupakan hasil penjumlahan dari laba setelah pajak, biaya bunga dan pajak yang dibayar oleh pihak pihak. b. Total assets yaitu keseluruhan aktiva atau harta yang dimiliki oleh bank c. Total Interest yaitu keseluruhan biaya bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada pihak lain. d. Total deb yaitu seluruh kewajiban atau hutang yang menjadi tanggungan pihak bank. e. Total equity atau total ekuitas bank yang memiliki dua pendekatan yaitu : 1) Ekuitas yang diakui hanya terbatas pada stock equity (modal saham) ditambah dengan retained earning (laba ditahan) 2) Cadangan yang diakui sebagai ekuitas bank. f. Return on Total Assets merupakan hasil pembagian laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki bank. g. Leverage management merupakan hasil pembagian antara total hutang (total debt) dengan ekuitas (total equity). h. Cost and debt yaiu hasil pembagian antara jumlah keseluruhan beban bunga yang dibayarkan oleh pihak bank dengan total hutang atau kewajiban. i. Spread management yaitu selisih antara return on total assets dikurangi dengan cost of debt. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j. Debt management merupakan hasil perkalian antara leverage management dengan spread management. k. Return on equity yaitu hasil perkalian antara leverage management dengan return on total asset yang hasilnya ditambah dengan return on total assets. Rumus yang digunakan untuk perhitungan Profit Sensitivity Analysis (PSA) adalah sebagai berikut :
Re turnOnTotalAssets =
EBIT TotalAssets
LeverageManagement =
TotalDebt TotalEquity
CostOfDebt =
TotalInterestExpense TotalDebt
SpreadManagement = Re turnOnTotalAssets ( RTA ) - CostOfDebt DebtManagement = CostOfDebt ´ SpreadManagement Re turnOnEquity = RTA + ( LeverageManagement ´ RTA)
G. Penilaian Kesehatan Perbankan Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap 5 faktor, yaitu faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan istilah Analisis CAMEL. Menurut Kamus Perbankan (2009), CAMEL adalah Modal (Capital), aktiva (Asset), manajemen (Management), pendapatan (Earnings), dan commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
likuiditas (Liquidity) merupakan aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Metodologi penilaian kesehatan bank yang mendasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 perihal Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 perihal Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dinyatakan tidak berlaku bagi Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional sejak penilaian tingkat kesehatan bank untuk posisi akhir bulan Desember 2004. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 perihal system penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum (Taswan,2010: 538). 1. Permodalan (Capital) Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Rasio CAR merupakan perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank mematuhi regulasi permodalan. 2. Kualitas Aktiva (Asset Quality) Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam jenis aktiva produktif yaitu : a. Kredit yang diberikan b. Surat berharga c. Penempatan dana pada bank lain d. Penyertaan Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio Non Performance Loan (NPL) yaitu perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya. 3. Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Manajemen umum b. Penerapan sistem manajemen resiko c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Dalam penelitian ini tidak membahas mengenai faktor manajemen dan faktor yang bersifat teknis, sosial, ekonomi yang mendasari kesehatan perbankan karena terbatasnya data yang relevan mengenai hal yang diteliti. 4. Rentabilitas (Earnings) Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO). Rasio Return on Asset atau ROA mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank. Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank. Rasio Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini semakin baik commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kinerja bank dalam menghasilkan bunga. Namun harus dipastikan bukan karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya pendapatan bunga harus ditanamkan kembali untuk memperkuat modal. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank. 5. Likuiditas (Liquidity) Aspek kelima adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi : a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI, Giro, Tabungan, deposito dan lain-lain. Rasio Likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Semakin besar rasio ini mengindikasikan bank semakin agresif likuiditasnya, sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur). Oleh karena itu disarankan rasio ini yang paling tepat antara 89% hingga 115%.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. PENELITIAN TERDAHULU Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain : 1. Luciana Spica Almilia, S. dan Winny Herdiningtyas (2005) dengan judul penelitian “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000 – 2002”. Penelitian ini memberikan bukti
empiris
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Faktor-faktor yang diuji dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan adalah rasio CAMEL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sampel penelitian terdiri dari dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Metoda statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami
kesulitan
keuangan
dan
bank yang mengalami
kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistik berbeda untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sri Pujiyanti dan E. Susi Suhendra (2008) dengan judul ”Analisis Kinerja Keuangan Mengenai Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel ”(Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Dan
PT. Bank Bukopin Tbk Periode 2006-2008)”. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Adapun tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu dengan menentukan hasil penilaian yang digolongkan menjadi peringkat
komposit
kesehatan bank. Berdasarkan
metode
perhitungan dan analisis dengan menggunakan rasio CAMEL yang sudah dilakukan penulis, dapat diambil kesimpulan bahwa PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Bukopin Tbk dapat dikatakan sebagai bank yang sehat. Rasio keuangan meliputi CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR tahun 2006-2008. Walaupun kedua bank tersebut tergolong sebagai bank yang sehat, tetapi jika dibandingkan tingkat kesehatannya antara kedua bank tersebut, maka PT. Bank Bukopin Tbk lebih sehat dibandingkan dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini dapat dilihat dari aspek Asset, Management, Earning, dan Liquidity yang dimiliki oleh PT. Bank Bukopin Tbk lebih baik daripada yang dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Penelitian yang sama dilakukan oleh Kalvin Sihol dan Daniel Pangaribuan (2007) dengan judul ”Penilaian Kesehatan Bank Dengan Metode CAMEL: Studi Kasus Pada PT BPR ABC” menyatakan evaluasi prediksi dari performance bank yang merupakan peran intermediary dari suatu bank pada tahun 2003-2005. Metode yang digunakan menggunakan Ketentuan Bank Indonesia SE No. 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 sebagai standard performance yang dikenal dengan metode CAMEL. Pernilaian yang digunakan adalah Faktor Permodalan meliputi rasio CAR, Faktor Kualitas Aktiva Produktif meliputi rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk bank terhadap Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk oleh bank, Faktor Manajemen meliputi Manajemen Umum mengenai strategi, struktur, sistem, dan kepemimpinan dan Manajemen Risiko mengenai risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, risiko pemilik dan pengurus, Faktor Rentabilitas meliputi rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir dan rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir, dan Faktor Likuiditas meliputi rasio alat likuid terhadap hutang lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. 4. Penelitian dilakukan oleh Titik Aryati & Shirin Balafif (2007) dengan judul ”Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank Dengan Regresi Logit” menyatakan penelitian ini membahas dampak probabilitas tingkat kesehatan bank menggunakan analisis rasio CAMEL. Metode statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu regresi Logit. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat kesehatan bank dan variable independen adalah rasio CAMEL. Variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, NIM, JB1 dan JB2. Sedangkan variable dependennya adalah menggunakan variable dummy Probabilitas Bank Sehat dan Probabilitas Bank Tidak Sehat. Data penelitian diambil dari laporan keuangan yang telah diterbitkan dan diakumulasi oleh biro penelitian majalah Infobank, berdasarkan kebijakan Bank Indonesia. Sample terdiri dari 60 bank sehat dan 14 bank tidak sehat pada tahun 2005 dan 2006. Hasil empiris penelitian ini mengidentifikasikan bahwa NPL adalah variable yang significan yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank. 5. Penelitian dilakukan oleh Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati (2007) dengan judul “Evaluasi Pengaruh
CAMEL terhadap
Kinerja Perusahaan”
menyatakan bahwa penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja dunia perbankan baik dalam sektor manajemen, pemegang saham dan pemerintah dalam menghadapi guncangan terhadap krisis di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian pada 17 bank dengan tahun dasar 1997-2001 maka diperoleh kesimpulan bahwa CAMEL pada tahun 1996-2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998. CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2001.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Penelitian yang dilakukan oleh Pandu Rahardian, S.T (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di BEJ Periode Juni 2002 – Juni 2007)”. Penelitian ini betujuan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Efisiensi Operasi (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) sebagai proksi dari Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ periode Juni 2002 hingga Juni 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ periode Juni 2002 hingga Juni 2007 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Teknik pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sample, maka sampel yang digunakan sebanyak 24 Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA serta BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sementara untuk variabel NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA, akan tetapi tidak signifikan. Dari keempat variable yang signifikan, variable BOPO mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap ROA yaitu dengan
koefisien
-3,404.
Kemudian
penjelasan
mengenai
tidak
signifikannya variable NPL terhadap ROA adalah selama periode penelitian, fungsi intermediasi bank tidak berjalan dengan baik.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam Basel Accord II dijelaskan bahwa ada tiga pilar yang harus dipenuhi yaitu kecukupan modal, proses pengawasan yang memastikan kecukupan modal bank serta peningkatan peran publik yang disebut sebagai disiplin pasar. Dalam Pilar 3 Basel Accord II, disiplin pasar bertujuan mendorong peran publik untuk turut mengawasi bank. Prasyarat utama tercapainya tujuan tersebut yaitu (a) tersedia informasi yang cukup bagi publik mengenai kondisi bank, dan (b) kemampuan publik dalam menilai kondisi bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Bank Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 39 dan 32 dalam Pernyataan Standard Akuntansi Indonesia (PSAK) No.50 dan 55 yang diimplikasikan pada 1 Januari 2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAK tersebut, telah disusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Taswan,2010:151). Pengambilan sampel bank umum didasarkan oleh peringkat sepuluh besar bank terbesar di Indonesia tahun 2011 yang diumumkan oleh Bank Indonesia meliputi PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Pan Indonesia Bank Tbk (Panin), PT Bank Permata Tbk, PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Dari pengambilan sampel kemudian rasio-rasio tersebut yang dihitung untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel dependen yaitu ROA (Return
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
On Aset) dengan variabel independen yaitu CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR. Analisis penghitungan menggunakan analisis Regresi Panel Data. Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran mengenai “ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011” sebagai berikut : Bank Umum BNI, BRI, BTN Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata, dan BII Tahun 2008-2011
LAPORAN KEUANGAN
METODE CAMEL
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Analisis Rasio Keuangan 1. CAR 4. BOPO 2. NPL 5. LDR 3.NIM
ROA
HASIL ANALISIS KESIMPULAN Gambar 2.1 Kerangka pemikiran commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
J. HIPOTESIS Menurut Tulus Winarsunu (2007: 9), Hipotesis didefinisikan sebagai suatu dugaan sementara yang diajukan seorang peneliti yang berupa pernyataan-pernyataan untuk diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Diduga rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011. H2 : Diduga terdapat variabel NIM yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian / Desain Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kesehatan bank melalui CAMEL untuk mengetahui kinerja perusahaan pada Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) Tahun 20082011. Penelitian dilakukan dengan menentukan sampel bank-bank umum yang akan diteliti meliputi Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA,
Bank
Danamon, Bank Permata dan
Bank Internasional
Indonesia/BII. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan triwulan keempat bank serta data-data mengenai bank yang diteliti melalui situs pada masing-masing bank tersebut. Kemudian data keuangan tersebut diolah dengan program eviews 5.1 untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) terhadap variabel terikat (ROA). Setelah diketahui pengaruhnya kemudian dilakukan uji asumsi klasik yaitu . Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) Tahun 2008-2011.
B. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data Menurut Hadari Nawawi (1990: 96), di dalam penelitian pada dasarnya jenis data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Data Kualitatif Data kualitatif dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian b. Data Kuantitatif Data kuantitatif dinyatakan dengan memberikan simbol angka secara berjenjang dengan mempergunakan perhitungan statistik. Dari penjelasan jenis data diatas, penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan data angka dan menggunakan perhitungan statistik dengan program eviews 5.1. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu :
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dari objek penelitian. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur, serta media publikasi yang relevan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data dengan yang diperoleh dari penelitian sumber data dan studi pustaka, diambil dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia dan sumber-sumber referensi studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat kabar, majalah, buku ataupun situs website yang mendukung. Data sekunder yang digunakan adalah data Laporan Tahunan dalam Laporan keuangan Triwulanan Kuartal 4 pada Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) tahun 2008-2011 di Indonesia sehingga terdapat 32 observasi.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada suatu penelitian ada empat yaitu : 1. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana dilakukan dengan peninjauan secara langsung atau melakukan pengamatan secara langsung pada subyek penelitian. 2. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpul data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung/tidak langsung kepada subyek penelitian. 3. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpul data dengan cara memberikan pertanyaan secara tertulis kepada pihak yang berhubungan dengan penelitian. 4. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca dari literatur atau sumber lain yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan mengambil data dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia dan sumber-sumber referensi studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat kabar, majalah, buku ataupun situs website yang mendukung.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Dalam suatu penelitian populasi dan sampel sangat diperlukan agar tercapai tujuan penelitian. Populasi dan sampel yang diambil harus tepat. Sampel yang diambil harus mewakili populasi yang diteliti. 1. Populasi Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian populasi. Menurut Tulus Winarsunu (2007: 11), populasi adalah seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti, dan yang nantinya akan dikenai generalisasikan. Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data yang diperoleh dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya. Menurut Soeratno dan Lincolin Arsyad (1995: 109), populasi adalah jumlah keseluruhan dari obyek yang diteliti. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan individu/obyek dari penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh bank umum yang terdapat di Indonesia meliputi Bank Persero, BUSN Devisa, BUSN Non Devisa, BPD, Bank Campuran dan Bank Asing. 2. Sampel Sampel adalah sampel yang anggota-anggotanya mencerminkan sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada populasi (Tulus Winarsunu, 2007: 11). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum meliputi Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII. 3. Teknik Pengambilan Sampel Menurut Sutrisno Hadi (2004: 83-84), teknik sampling dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Teknik Random Sampling Random sampling adalah pengambilan sampel secara random/teknik sembarang. Prosedur random sampling meliputi : 1) Cara Undian yaitu sampel diambil dengan cara diundi 2) Cara Ordinal yaitu pengambilan subyek dengan mengambil bernomor genap,dan genap. 3) Cara Randomisasi dari tabel bilangan random b. Teknik Non Random Sampling Teknik non random sampling adalah semua sampling yang dilakukan bukan dengan teknik random sampling. Teknik non random sampling meliputi : 1) Teknik proportional sample yaitu cara pengambilan sampel dari tiaptiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi. 2) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat. 3) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan quantum. 5) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. 6) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area. 7) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non random dengan cara purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian telah ditentukan tujuan penelitian dengan menggunakan data sekunder yaitu data yang didapat dari laporan triwulan kuartal empat dari website Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) selama tahun 2008 sampai 2011. Menurut Tulus Winarsunu (2007), Teknik sample purposive dikenakan pada sample yang karakteristiknya sudah ditentukan dan diketahui terlebih dahulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan Teknik Sample Purposive karena peneliti ingin mengetahui Bank Umum yang termasuk dalam sepuluh besar bank yang terbesar di Indonesia (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) memiliki kinerja perusahaan yang baik dalam kegiatan operasionalnya. Berdasarkan detikfinance, pengumuman daftar statistik perbankan oleh Bank Indonesia yaitu daftar 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah asetnya pada tahun 2011. Aset 10 bank tersebut berjumlah Rp 2.312,336 triliun atau 63,3% dari total aset perbankan yang mencapai Rp 3.652,832 triliun. Berikut daftar 10 bank terbesar di Indonesia di 2011: 1. PT Bank Mandiri Tbk dengan aset Rp 493,05 triliun (13,5% dari seluruh total aset perbankan) 2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan aset Rp 456,382 triliun (12,49%) 3. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan aset Rp 380.927 triliun (10,43%) 4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan aset Rp 289,458 triliun (7,92%) 5. PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan aset Rp 164,247 triliun (4,5%) 6. PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan aset Rp 127,128 triliun (3,48%) 7. PT Pan Indonesia Bank Tbk (Panin) dengan aset Rp 118,991 triliun (3,26%) 8. PT Bank Permata Tbk dengan aset Rp 101,54 triliun (2,78%)
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dengan aset Rp 91,335 triliun (2,5%) 10. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dengan aset Rp 89,277 triliun (2,44%).
E. Definisi Operasional Variabel Menurut Sumadi (2003: 29), definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Variabel penelitian diartikan suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman. Variabel penelitian meliputi variabel dependen/terikat dan variabel independen/bebas (Tulus Winarsunu, 2007: 3-4). 1. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang berubah karena pengaruh variabel bebas disebut sebagai variabel terikat atau disebut juga sebagai variabel tergantung, variabel efek, variabel tak bebas, variabel terpengaruh atau dependent variable atau biasanya diberi lambang sebagai variable Y. Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah Return on Asset (ROA). Rasio Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio Return on Asset atau ROA mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank. ROA =
LabaSebelumPajak ´ 100% Rata - rataTotalAsset commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Variabel bebas Variabel bebas disebut juga variabel pengaruh, variabel perlakuan, variabel kuasa, variabel treatment, independent variable atau biasanya disingkat variabel χ adalah suatu variabel yang apabila dalam suatu waktu berada bersamaan dengan variabel lain, maka variabel itu (diduga) akan dapat berubah dalam keragamannya. Variabel bebas yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. CAR (Capital Adequacy Ratio) Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan
bank
tersebut
semakin
sehat
permodalannya.
Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank mematuhi regulasi permodalan. Formula CAR =
CAR =
ModalInti ´ 100% atau ATMR
EquityCapital - FixedAsset ´ 100% TotalLoan + Securities
2. NPL (Non Performing Loan) Faktor Kualitas Aktiva Produktif diukur dengan NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Rasio itu dirumuskan sesuai dengan SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2001. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya.
NPL =
KreditBermasalah TotalKredit
3. ROE (Return on Earnings) Rasio Return on Equity digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam
memperoleh
keuntungan
bersih
dikaitkan
dengan
pembayaran dividen. Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank. ROE =
LabaSetelahPajak ´ 100 % Rata - rataModalInti
4. NIM (Net Interest Margin) Rasio Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan bunga. Namun harus dipastikan bukan karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya pendapatan bunga harus ditanamkan kembali untuk memperkuat modal. NIM =
pendapa tan BungaBersih ´ 100% TotalPendapa tan Operasional
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank. BOPO =
TotalBebanOperasional ´ 100% TotalPendapa tan Operasional
6. LDR (Loan to Deposit Ratio) Rasio Likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Semakin besar rasio ini mengindikasikan bank semakin kecil likuiditasnya, sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur). Oleh karena itu disarankan rasio ini yang paling tepat antara 89% hingga 115%. LDR =
Kredit ´100 % DanaPihakKetiga
F. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Regresi Data Panel Data panel biasa disebut data longitudinal atau data runtun waktu silang (cross-sectional time series), yang diamati pada dua periode waktu commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau lebih yang diindikasikan dengan penggunaan data time series (http://statistik4life.blogspot.com). Keuntungan dari Data Panel (Baltagi dalam Angelina Ika Rahutami, 2011: 35) a. Panel data estimation dapat mencakup masalah heterogenitas b. Panel data memberikan informasi lebih banyak, lebih bervariasi, mempersedikit kolinieritas antar variabel, dan lebih efisien c. Panel data lebih baik digunakan untuk melihat perubahan yang bersifat dinamik. d. Panel data dapat mendeteksi dan mengukur efek lebih baik. e. Panel data memungkinkan kita untuk meneliti model yang lebih kompleks à behavioral models f. Panel data dapat meminimalkan bias g. Menghindari masalah multikolinieritas Pendekatan
estimasi
Regresi
Data
Panel
ada
tiga
yaitu
(http://teorionline.wordpress.com) : 1. Common Effect Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect dengan mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Dalam penelitian ini menggunakan teknik metode ini. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk regression pooling yang dapat digunakan adalah sebagi berikut :
yti = xti b ti + e ti Dimana : yti = observasi dari unit ke I dan diamati pada periode waktu ke t (yakni variable dependen) xti = konstanta variable-variabel dependendari unit ke i dan diamati pada periode waktu ke t βti = β, yakni pengaruh dari perubahan dalam X diasumsikan bersifat konstan dalam waktu dan kategori cross-section. εti = komponen error yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan variansi homogen dalam waktu (homokedastik) serta independen dengan Xit. 2. Fixed Effect Metode
dengan
menggunakan
variabel
dummy
untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Fixed Effect yaitu commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yti = xti b ti + ci + d i + e ti Dimana : ci adalah konstanta yang bergantung kepada unit ke i, tetapi tidak kepada waktu t di adalah konstanta yang bergantung kepada waktu t, tapi tidak kepada unit i. Apabila model memuat komponen ci dan di, maka model tersebut disebut dengan two-ways fixed-effect (efek tetap dua arah), sedang apabila dt =0 atau ci =0, maka model disebut model one way fixed effect (efek tetap satua arah). Untuk model fixed effect satu arah diasumsikan bahwa komponen dt =0, yakni memiliki model
yti = xti b ti + ci + e ti 3. Random Effect Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS). Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Random Effect yaitu
yti = xti b ti + vti
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana vti adalah ci + di + εti. ci diasumsikan bersifat independent and identically distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi σ2c, dt diasumsikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ2d, εti bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ2ε (dan εti, ci, dan di diasumsikan independen satu dengan lainnya). Pengujian Model Regresi Data Panel Terbaik meliputi : 1. Common Effect VS Fixed Effect Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Common Effects ataukah Fixed Effects, dapat digunakan Uji Chow (Chow Test) atau Restricted F-Test. Cara lain dapat juga dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik F (http://ferdifadly.blogspot.com) sebagai berikut : a. Ho : Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects H1 : Model Fixed Effects lebih baik daripada Common Effects b. Tingkat signifikansi : α=5% c.
Kriteria
Pengambilan
Keputusan
:
Ho
FHITUNG > Fa ; ( N - 1), ( NT - N - k ) FHITUNG > F0, 05 ; (8 - 1), (8.4 - 8 - 6) FHITUNG > F0,05 ; (7), (18)
FHITUNG > Ftabel ;2,58 atau jika P-value ≤ α (0,05) d. Statistik Uji :
FHITUNG =
(RSS1 - RSS 2 ) /( N - 1) (RSS 2 ) /( NT - N - k )
commit to user
ditolak
jika
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : N = jumlah individu T = jumlah series (tahun) k = jumlah parameter bebas RSS1 = residual sum of square Common Effects Models RSS2 = residual sum of square Fixed Effects Models e. Keputusan : FHITUNG < Ftabel ;2,58 ; FHITUNG < 2,58 Dan p-value > 5% maka Ho diterima. f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects
2. Fixed Effects VS Random Effects Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Fixed Effects ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji Hausman (Hausman’s Test), yaitu sebagai berikut : a. Ho : Hasil estimasi menggunakan Random Effects tidak berbeda dengan jika menggunakan Fixed Effects H1 : Hasil estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effects dibandingkan dengan Random Effects menunjukkan perbedaan yang signifikan b. Tingkat signifikansi : α =5% 2 c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Tolak Ho jika c obs = c a2: p atau jika
P-value ≤ α p = jumlah variabel bebas commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Statistik Uji : 2 c obs = (b - b GLS )y -1 ( b - b GLS )
e. Keputusan : P-value > α ; P-value > 0,05 f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa Model Fixed Effects berbeda dengan model Random Effects Analisis data dalam penelitian ini dengan dilakukan metode analisis regresi data panel untuk mengetahui bagaimana pengaruh variable CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA sehingga dapat mengetahui kinerja bank. Maka persamaan regresi data panel adalah :
ROA = a 0 + a 1CAR + a 2 NPL + a 3 ROE + a 4 NIM + a 5 BOPO + a 6 LDR + e t Keterangan : ROA = Return On Asset
NIM = Net Income Margin
CAR = Capital Adequacy Ratio
BOPO = Rasio Biaya Operasional
NPL = Non Performing Loan
terhadap Pendapatan Operasional
ROE = Return On Equity
LDR = Loan to Deposit Ratio
Langkah-langkah
Model
Panel
Data
(http://forum-
ekonometrika.blogspot.com/2009/05/panel-data-dg-eviews.html) : Secara ringkas step-stepnya Panel Data (Statis) adalah sebagai berikut: 1. Estimasi dengan Fixed Efect. 2. Uji Chow-test (Pool Vs Fixed efek). a. Jika Ho diterima, maka model pool (common). (selesai sampai disini). b. Jika Ho ditolak, maka model Fixed efek. (teruskan step 3) 3. Estimasi dengan Random Efek. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Uji Hausman (random Vs Fixed). a. Jika Ho: diterima, maka model random efek (selesai sampai disini). b. Jika Ho: ditolak, maka model fixed efek (lanjutkan step 5) 5. Uji LM test: adanya herosedastisity antar kelompok individu (crossection). Ho: Homosedastik ; H1: Heterosedastik a. Jika Ho diterima, maka model homosedastik (selesai) b. Jika Ho ditolak, maka model heterosedastik. Solusi: dengan Crossection Weight (dan lanjutkan step 6) 6. Uji LR test: adanya heterosedastik dan otokorelasi antar kelompok individu (crossection). Ho: Struktur heterosedastik ; H1: struktur SUR a. Jika Ho diterima, maka model herosedastik. Solusi: dengan Crossection Weigth (sama dengan 5.b) b. Jika Ho ditolak, maka model SUR. Solusi: dengan Crossection SUR.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas yang dengan alat analisis EViews menggunakan dua cara yaitu dengan histogram dan uji Jarque-Bera. Untuk mendeteksi normalitas pada penelitian ini dapat diuji dengan Jarque-Bera. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Gujarati (2006 : 165) yang menyatakan bahwa jika nilai chi-square yang dihitung lebih besar daripada nilai chi-square kritis untuk d.k.2 pada tingkat signifikansi yang dipilih, maka menolak hipotesis nol yang menyatakan distribusi normal; namun jika nilai chi squre yang dihitung tidak lebih besar dari nilai chi-square kritisnya maka tidak menolak hipotesis nol. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan nilai JarqueBera dengan χ2tabel. Pada persamaan dalam regresi data panel mempunyai df = 26, (n-k) = (32-6) dengan α = 5% sehingga diperoleh 38,885. Karena χ2hitung < χ2 < χ2tabel. Kesimpulannya residual µ terdistribusi normal. b. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi berantai atau otokorelasi di antara gangguan ui yang memasuki fungsi regresi populasi/Population Regression Function, PRF (Gujarati, 2006: 112). Menurut Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.27, cara pengidentifikasian otokorelasi ada dua yaitu : 1) Uji Durbin-Watson 2) Uji Breusch-Godfrey Dalam penelitian ini untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Breusch-Godfrey. Nama lain uji ini adalah uji LagrangeMultiplier/Pengganda Lagrange (LM).
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Uji Heteroskedastisitas Menurut Gujarati (2006 : 82) Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap
atau
disebut
homoskedastisitas. Cara mendeteksi Heteroskedastisitas meliputi : 1) Metode Grafik yaitu metode dengan cara memetakan (ploting) residuresidu terhadap observasinya sendiri. 2) Uji Park yaitu metode dengan cara mendapatkan residu ei, dikuadratkan dan dihitung nilai log nya. 3) Uji Glejser yaitu metode dengan mempertimbangkan regresi residu ei, terhadap variable X yang dianggap berhubungan dekat dengan varians heteroskedastis σi2. 4) Uji White 5) Uji Korelasi Peringkat Spearman 6) Uji Homogenitas Varians Bartlett 7) Uji Peak 8) Uji Breusch-Pagan 9) Uji CUSUMSQ Uji statistik yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah uji White. Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas. d. Uji Multikolinieritas Menurut Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.1, Uji multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Kondisi terjadinya Multikolinieritas ditunjukkan dengan (Gujarati, 2006: 68) : 1) Nilai R2 tinggi, tetapi sedikit rasio t signifikan. 2) Korelasi berpasangan yang tinggi di antara variable-variabel penjelas. 3) Pengujian korelasi parsial 4) Regresi subsider atau tambahan Dengan melakukan regresi auxiliary yaitu meregresikan masingmasing variable-variabel X yang lain dan menghitung R2. Menurut Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.1, Regresi ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variable independen yang secara bersama-sama (misal x2 dan x3) mempengaruhi satu variable independen yang lain (misal x1). Beberapa
alternatif
cara
untuk
mengatasi
masalah
multikolinieritas adalah sebagai berikut: 1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi. 2. Menambah jumlah observasi. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
3. Pengujian Secara Parsial ( Uji t) Uji t bertujuan untuk melihat signifikasi pengaruh variable independen terhadap variable dependen secara individual. Parameter suatu variable dikatakan mempunyai pengaruh signifikan jika nilai thitung suatu variable lebih besar dari nilai ttabel. Langkah-langkah dalam menguji t adalah sebagai berikut : a. Merumuskan Hipotesis Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, ROE, BOPO, LDR, dan NIM secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, ROE, BOPO, LDR, dan NIM secara parsial berpengaruh terhadap ROA. b. Menentukan Tingkat Signifikan Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%. c. Pengambilan Keputusan 1) Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X)
4. Pengujian Secara Simultan (Uji f) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable independen dengan penghitungan statistik. Dalam persamaan tersebut menggunakan taraf keyakinan 95% (α = 5%), dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26). Langkah-langkah Uji F sebagai berikut : a. Menentukan Hipotesis Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Menentukan Tingkat Signifikan Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan mengambil keputusan 5%. c. Pengambilan Keputusan 1) Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variable dependen. 2) Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependen. commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah Perbankan di Indonesia Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id), sejarah perbankan di Indonesia dibagi menjadi beberapa periode yaitu: a. Periode tahun 1953-1959 Ada dua hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan Indonesia hingga 1959 yaitu 1) Dimulainya sistem pengawasan bank tahun 1955 Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus 1950, struktur perekonomian Indonesia, masih didominasi oleh struktur kolonial. Bank Indonesia lahir setelah berlakunya Undang-Undang (UU) Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli 1953 dengan di nasionalkan Javasche Bank pada tahun 1951. Sesuai dengan UU tersebut, BI sebagai bank sentral bertugas untuk mengawasi bank-bank. Namun demikian, aturan pelaksanaan ketentuan pengawasan tersebut baru ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 1/1955 yang menyatakan bahwa BI, atas nama Dewan Moneter, melakukan pengawasan bank terhadap semua bank yang beroperasi di Indonesia, guna kepentingan solvabilitas dan likuiditas badan-badan kredit commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut dan pemberian kredit secara sehat yang berdasarkan asas-asas kebijakan bank yang tepat. Dari pengawasan dan pemeriksaan BI, terungkap berbagai praktik yang tidak wajar yang dilakukan, seperti penyetoran modal fiktif atau bahkan praktik bank dalam bank. Untuk mengatasi kondisi perbankan itu, dikeluarkan Keputusan Dewan Moneter No. 25/1957 yang melarang bank-bank untuk melakukan kegiatan di luar kegiatan perbankan. 2) Menurunnya peran bank-bank asing dalam pembiayaan sektor swasta sehingga
bank-bank
nasional
semakin
giat
berkiprah
dalam
pembangunan ekonomi nasional. Perkembangan perbankan di Indonesia, tidak bisa lepas dari sejarah jaman Hindia Belanda yaitu bank yang pertama didirikan adalah Bank Van Leening tahun 1746, Nederlandsche Handel Maatschapij berdiri tahun 1824, kemudian didirikan De Javasche Bank tahun 1828, Escomptobank tahun 1857 dan Nederlandsche Indische Handelsbank tahun 1864. Di samping bank Belanda, juga berdiri bank asing lain seperti, The Chartered Bank of India, Australia and China tahun 1859, Hongkong and Shanghai Banking Corporation di tahun 1884, Bank of China tahun 1915, Yokohama Specie Bank tahun 1919, kemudian Mitsui Bank 1925. Bank-bank lokal ikut bermunculan, seperti Bank Vereeniging Oey Tiong Ham tahun 1906 di Semarang, Chung Hwa Shangieh commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Maatschapij tahun 1913 di Medan, Batavia Bank tahun 1918 di Batavia dan Spaarbank atau Bank Tabungan di berbagai kota. Bangkitnya semangat kebangsaan turut memunculkan bank-bank nasional yang dimulai oleh Bank Nasional Indonesia pada tahun 1928 di Surabaya. Bank-bank pemerintah yang didirikan setelah era tersebut antara lain Bank Negara Indonesia tahun 1946, Bank Rakyat Indonesia yang juga didirikan tahun 1946, Bank Tabungan Pos yang merupakan kelanjutan kegiatannya di jaman penjajahan diaktifkan kembali tahun 1950, kemudian didirikan Bank Industri Negara tahun 1955, serta Bank Tani dan Nelayan di tahun 1957. Di samping bank, terdapat satu yayasan yang didirikan tahun 1950 dan berperan memberi jaminan terhadap nasabah bank yang meski potensial tetapi tidak memenuhi standar kelayakan dari bank. Yayasan Pemusatan Jaminan Kredit Rakyat ini kemudian melakukan efisiensi kinerja di tahun 1956 dan berganti nama dengan Yayasan Lembaga Jaminan Kredit. Pada akhir tahun 1951, dengan perantaraan yayasan, kredit yang disediakan untuk 44 nasabah dengan nilai Rp 2,7 juta,- dan perusahan-perusahaan ekspor, impor dan pengangkutan untuk 26 nasabah nilai pinjaman Rp 4,7 juta,-. Pada
November
Pembangunan
1957,
(MUNAP)
diadakan yang
Musyawarah
antara
lain
Nasional
memutuskan
pengambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda, termasuk commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bank. Ada beberapa bank Belanda di tahun 1959 hingga 1960 seperti: Nationale Handels Bank NV yang berubah menjadi Bank Umum Negara (BUNEG kemudian menjadi Bank Bumi Daya) pada tahun 1959, Escomptobank berubah nama menjadi Bank Dagang Negara dan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM) Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) dan kemudian menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII). b. Periode tahun 1959-1966 Ada lima hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan Indonesia hingga 1966 yaitu 1) Pembentukan Bank Tunggal Pada masa ekonomi terpimpin, untuk mencapai tujuan revolusi Bank Indonesia dan perbankan termasuk dalam jajaran yang dituntut berperan sebagai alat revolusi. Tuntutan itu secara nyata ditandai dengan munculnya doktrin "bank berdjoang" dan bank tunggal. Dalam kaitannya dengan penyelesaian proses nasionalisasi, sering terjadi perubahan pada bank-bank pemerintah. Perubahan tersebut terjadi dalam bentuk peleburan antarbank, seperti BRI dan Bank Tani dan Nelayan ke dalam Bank Koperasi, Tani dan Nelayan (BKTN), kemudian NHM ke dalam BKTN, atau antara Bapindo dan Bank Industri Negara (BIN). Perubahan nama juga terjadi, seperti Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara. Pada 1964, dilaksanakan Musyawarah Bank Berjuang Sabang-Merauke untuk commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memposisikan
perbankan
dalam
mendukung
pelaksanaan
Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Tindak lanjut dari musyawarah tersebut adalah proses integrasi antara Bank Indonesia dengan bank pemerintah dalam bank tunggal. Maksud pembentukan bank tunggal adalah agar kebijakan pemerintah di bidang moneter dan perbankan dapat dijalankan secara efisien, efektif, dan terpimpin. Bank tunggal didirikan pada tanggal 17 Agustus 1965. Sejak saat itu, Indonesia hanya mempunyai tiga bank pemerintah, yaitu Bank Negara Indonesia (bank tunggal), Bank Dagang Negara, dan Bank Pembangunan Indonesia, akan tetapi secara operasional di samping BNI Unit I sebagai bank sentral, masih terdapat 6 bank pemerintah yang berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing (BNI Unit II (BKTN), BNI Unit III (BNI), BNI Unit IV (BUNEG), BNI Unit V (BTN), BDN, dan Bapindo). 2) Penghentian sementara kesempatan untuk mendirikan bank umum dan bank tabungan swasta nasional baru Pada periode ini, pemerintah menghentikan untuk sementara perijinan bagi pendirian bank umum dan bank tabungan swasta akibat adanya peninjauan kembali jumlah bank swasta serta adanya gejala persaingan tidak sehat antar bank. Salah satu dampak dari kebijakan sanering uang yang dilakukan pemerintah pada tanggal 25 Agustus 1959 adalah timbulnya kesulitan likuiditas yang dialami oleh bank-bank sehingga untuk memenuhi commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kewajiban-kewajiban membayarnya mereka terpaksa meminta kredit likuiditas dari Bank Indonesia. Sehubungan dengan perkembangan tersebut, serta mengingat banyaknya jumlah bank swasta nasional yang telah beroperasi sehingga gejala-gejala persaingan yang tidak sehat. 3) Penerbitan ketentuan pokok bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD), hingga ketentuan tentang cek kosong dan rahasia bank Pemerintah melakukan upaya dengan dibentuknya Bank Pembangunan Daerah yang disusul dengan perubahan ketentuan modal disetor minimum bank umum swasta. Pada tahun 1964 perijinan dibuka kembali, tetapi bagi bank umum hanya terbatas pada daerah-daerah di luar kota-kota besar (Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Palembang, dan Makassar), sedangkan bagi bank tabungan terbuka untuk semua tempat. Berkaitan dengan bank asing, telah dibuka kembali kesempatan membuka cabang/perwakilan bank asing dan hanya terbatas di Jakarta serta tidak boleh menarik dana dari masyarakat dalam negeri melalui giro dan deposito. Kelonggaran pembukaan bank tersebut juga diikuti dengan ketentuan bahwa semua saham harus dikeluarkan atas nama WNI atau badan hukum Indonesia yang dimiliki oleh WNI. Ketentuan itu dikeluarkan untuk mencegah penyusupan unsur asing dan menghindari dominasi kelompok tertentu atas bank swasta nasional.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Perpu No. 23/1960, pemerintah memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dalam menjamin kerahasiaan atas simpanan dan berbagai jenis hubungan transaksi mereka dengan bank. Hal itu ditempuh untuk mengantisipasi kurangnya minat masyarakat untuk menyimpan dananya kepada perbankan. Padahal, pengumpulan dana dari masyarakat dibutuhkan guna disalurkan kepada sektor-sektor produktif dalam pembangunan ekonomi. Salah satu kasus yang dijumpai dalam pemeriksaan bank adalah mengenai cek kosong. Atas dasar temuan tersebut, para pengawas menyusun pemikiran dan saran disertai konsep rancangan undangundang untuk mengubah landasan hukum atas cek. Inti pokok pemikiran dan rancangan undang-undang termaksud adalah untuk mendudukkan perbuatan penarikan cek kosong sebagai perbuatan yang bersifat pidana. Di samping hal tersebut, diusulkan pula agar kewajiban penarik cek untuk menyediakan dana bukan hanya pada saat cek diuangkan di bank, tetapi harus telah tersedia dananya sejak tanggal cek ditarik hingga diuangkan. Usulan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri UPBMS dan setelah melalui pembahasan di DPR akhirnya keluarlah UU No. 17/1964 tentang larangan penarikan cek kosong. 4) Pemisahan secara tegas tugas pelaksanaan pengawasan bank, yang menjadi wewenang Bank Indonesia
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 94/1962 mengenai regrouping kabinet antara lain menetapkan kedudukan Gubernur Bank Indonesia setara dengan menteri dengan sebutan Menteri Urusan Bank Sentral (MUBS). Menteri ini tidak mempunyai suatu departemen tersendiri tetapi lembaga yang digunakan tetap Bank Indonesia. Dengan terjadinya perubahan struktural tersebut maka Dewan Moneter dinonaktifkan dan segala wewenang dari dewan tersebut pindah ke kabinet. Periode ini kebijakan pengawasan bank tetap didasarkan atas Peraturan Pemerintah No.1/1955 tentang pengawasan urusan kredit yang merupakan wewenang Bank Indonesia (BNI Unit I) untuk mengatur operasi bank berdasarkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat, baik dilihat dari aspek likuiditas, solvabilitas, kebijakan pemberian kredit maupun kepatuhannya terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan tugas pengawasan bank telah mulai dipisahkan secara tegas sehingga pemeriksa bank hanya mengkhususkan pada tugas pemeriksaan bank, dan pengawasan tidak langsung dilaksanakan oleh petugas yang terpisah dari pemeriksaan bank. Hasil pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam periode ini menjadi bahan yang mendorong otoritas pengawasan perbankan untuk mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengaturan kelembagaan atau kegiatan operasional bank. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Inflasi yang tinggi, jumlah kredit yang dikucurkan perbankan meningkat rata-rata 101,4% per tahun. Jumlah kredit perbankan di Indonesia selama periode 1960-1965 berkembang dari Rp 27.809,8 juta pada tahun 1960 menjadi Rp 821.517,8 juta pada tahun 1965 dengan pertumbuhan rata-rata 101,4% per tahun. Pertumbuhan yang pesat tersebut terutama disebabkan oleh makin tingginya inflasi dalam periode ini. Dalam situasi inflasi yang tinggi, biaya produksi perusahaan-perusahaan meningkat karena kenaikan harga bahan baku dan bahan pembantu, sehingga permintaan kredit dari dunia usaha meningkat. Pada waktu itu banyak pula debitur bank yang memanfaatkan inflasi yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan spekulasi jual beli barang dengan menggunakan kredit bank. Pada tahun 1965 bank umum menguasai pangsa sebesar 98,2% dari seluruh kredit perbankan, sedangkan bank tabungan dan bank pembangunan masing-masing hanya menguasai pangsa sebesar 0,2% dan 1,6%. c. Periode tahun 1966-1983 Ada tiga hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan Indonesia hingga 1983 yaitu 1) Pembubaran bank tunggal Penataan kembali perbankan dilakukan melalui Undang-Undang (UU) No. 14/1967 tentang pokok-pokok perbankan tanggal 30 Desember 1967 dan penataan kembali Bank Indonesia melalui UU commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No. 13/1968 tentang bank sentral tanggal 7 Desember 1968. Sejak saat itu Bank Tunggal atau Bank Negara Indonesia yang dibentuk pada tahun 1965 dipecah kembali sesuai dengan kedudukan bank seperti sebelumnya. Bank-bank pemerintah pada saat itu terdiri atas bank sentral (Bank Indonesia), Bank Negara Indonesia (BNI) 1946, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Dagang Negara (BDN), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) yang sebelumnya tidak tergabung dalam bank tunggal. Pada tahun 1967, menjelang kelahiran UU Perbankan 1967, dilakukan pembentukan Badan Musyawarah Perbankan (BMP) yang membantu pemerintah dalam merumuskan ketentuan tentang tata cara pendirian bank, konsep peraturan kliring baru, dan pendekatan guna penyelesaian permasalahan perdata dalam perbankan. Sejalan dengan era pemerintahan baru yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi dengan target trilogi pembangunan, maka arah kebijakan pengawasan bank juga tertuju untuk mendukung pencapaian target itu. Sebagai langkah awal, pada tahun 1966 era Bank Tunggal diakhiri dengan cara dipecah-pecah menjadi bank-bank individual. Selanjutnya bank-bank milik Pemerintah masing-masing diberi misi yang terfokus pada sektor ekonomi tertentu sesuai Undang-Undang masing-masing bank yang bersangkutan. Langkah commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berikutnya, peranan perbankan didorong untuk meningkatkan mobilisasi
dana
masyarakat
guna
menopang
pembiayaan
pembangunan, sekaligus mengurangi beban Pemerintah. Untuk itu program gerakan menabung dikerahkan secara nasional. Terdapat dua jenis tabungan yang diprogramkan Pemerintah, yaitu Tabungan Pembangunan Nasional (TABANAS) dan Tabungan Asuransi Berjangka (TASKA). 2) Pembiayaan ekonomi oleh perbankan diarahkan untuk mendukung program pengadaan pangan, sedangkan pembiayaan untuk kredit jangka panjang dan impor pada dasarnya dilarang oleh Pemerintah 3) Pembukaan perizinan pendirian bank Upaya untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas maka perizinan pendirian bank yang telah dihentikan sejak tahun 1959, dibuka kembali tahun 1966, termasuk pembukaan kantor cabang. Izin pendirian bank baru dan pembukaan kantor cabang tersebut diberikan oleh Menteri keuangan setelah mendengar pertimbangan dari Bank Indonesia. Izin tersebut sempat dihentikan untuk sementara waktu sejak tahun 1967 sampai dengan 1968 menyusul terjadinya krisis perbankan tahun 1967. Krisis tersebut disebabkan oleh banyaknya kredit macet karena kondisi ekonomi yang memburuk dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi sehingga 21 bank dihentikan keikutsertaannya dalam kliring. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya
tahun
1969
izin
tersebut
dibuka
kembali.
Persyaratan utama bagi pendirian bank adalah : 1) kecukupan modal yang disesuaikan dengan kota tempat kedudukan bank yang bersangkutan 2) Daerah tempat pendirian bank masih membutuhkan bank 3) Badan Hukum harus berbentuk PT yang saham-sahamnya harus atas nama serta. 4) Seluruh Pemegang Saham dan Pimpinannya harus WNI. d. Periode 1983-1997 Sejarah dan perkembangan perbankan Indonesia hingga 1997 yaitu 1) Dampak dari over-regulated terhadap perbankan adalah kondisi stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut. Pada 1983, tahap awal deregulasi perbankan dimulai dengan penghapusan pagu kredit, bank bebas menetapkan suku bunga kredit, tabungan, dan deposito, serta menghentikan pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) kepada semua bank kecuali untuk jenis kredit tertentu yang berkaitan dengan pengembangan koperasi dan ekspor. Tahap awal deregulasi tersebut berhasil menumbuhkan iklim persaingan antar bank. Banyak bank, terutama bank swasta, mulai bangkit
untuk
mengambil
inisiatif
commit to user
dalam
menentukan
arah
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan usahanya. Seiring dengan itu, BI memperkuat sistem pengawasan bank yang di antaranya melalui penyusunan dan pemeliharaan blacklist yang diberi nama resmi Daftar Orang-Orang yang Melakukan Perbuatan Tercela (DOT) di bidang perbankan. Mereka yang masuk dalam daftar ini tidak boleh lagi berkecimpung dalam dunia perbankan. 2) Bank Indonesia mengeluarkan beberapa paket deregulasi kebijakan perbankan Pemerintah bersama BI melangkah lebih lanjut dalam deregulasi perbankan
dengan
mengeluarkan
Paket
Kebijakan
Deregulasi
Perbankan 1988 (Pakto 88) yang menjadi titik balik dari berbagai kebijakan penertiban perbankan 1971–1972. Pemberian izin usaha bank baru yang telah dihentikan sejak tahun 1971 dibuka kembali oleh Pakto 88. Demikian pula dengan ijin pembukaan kantor cabang atau pendirian BPR menjadi lebih dipermudah dengan persyaratan modal ringan. Salah satu ketentuan fundamental dalam Pakto 88 adalah perijinan untuk bank devisa yang hanya mensyaratkan tingkat kesehatan dan aset bank telah mencapai minimal Rp 100 juta. Namun demikian, Pakto 88 juga mempunyai efek samping dalam bentuk penyalahgunaan kebebasan dan kemudahan oleh para pengurus bank. Bersamaan dengan kebijakan Pakto 88, BI secara intensif memulai pengembangan bank-bank sekunder seperti bank pasar, bank desa, dan badan kredit desa. Kemudian bank karya desa commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diubah
menjadi
Bank
Perkreditan
Rakyat
(BPR).
Tujuan
pengembangan BPR tersebut adalah untuk memperluas jangkauan bantuan pembiayaan untuk mendorong peningkatan ekonomi, terutama di daerah pedesaan, di samping untuk modernisasi sistem keuangan pedesaan. Bank Indonesia memasuki tahun 1990-an mengeluarkan Paket Kebijakan Februari 1991 yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada 1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu, terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR. UU Perbankan 1992 menetapkan juga berbagai ketentuan tentang kehati-hatian pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi pengurus bank yang melakukan tindakan sengaja yang merugikan bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain itu, UU Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap perbankan. Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi permasalahan yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan beban kerugian pada bank dan berdampak keengganan bank untuk melakukan ekspansi kredit. Bank Indonesia menetapkan suatu program khusus untuk menangani kredit macet dan membentuk commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Forum Kerjasama dari Gubernur BI, Menteri Keuangan, Kehakiman, Jaksa Agung, Menteri/Ketua Badan Pertahanan Nasional, dan Ketua Badan Penyelesaian Piutang Negara. Selain kredit macet yang menjadi penyebab keengganan bank dalam melakukan ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan dalam Pakfeb 1991 yang membebani perbankan. Hal itu ditakutkan akan mengganggu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Maka, Pakmei 1993 dikeluarkanlah yang melonggarkan ketentuan kehati-hatian yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Sejak tahun 1994 perekonomian Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti sebagai pilihan utama. Keadaan itu menjadi daya tarik bagi investor asing. Pakmei 1993 memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan dalam waktu yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat memberikan tekanan berat pada upaya pengendalian moneter. Kredit perbankan dalam jumlah besar mengalir deras ke berbagai sektor usaha, terutama properti, meskipun Bank Indonesia telah berusaha membatasi. Keadan ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat. e. Periode 1997-1999 Awal Juli 1997, terjadi gejolak nilai tukar. Pemerintah juga melakukan pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan krisis kepercayaan
masyarakat
terhadap
perbankan
nasional.
Sebagai
manifestasi krisis kepercayaan itu, terjadi penarikan dana secara besarcommit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besaran. Akibatnya, banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang sangat parah (mismatch) yang disusul dengan kelangkaan likuiditas perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch). Keadaan semakin diperparah dengan melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) hingga mencapai 300% per tahun. Keputusan likuidasi 16 bank pada tanggal 1 November 1997 dianggap sebagai pemicu krisis kepercayaan yang berlanjut dengan terpuruknya sektor perbankan. Sebenarnya, tindakan likuidasi itu diambil untuk mencegah semakin meluasnya krisis perbankan (systemic risk) dan besarnya risiko yang ditanggung masyarakat (economic cost). Keputusan likuidasi itu juga merupakan hasil evaluasi dan rekomendasi IMF yang dituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara pemerintah dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997. Kesepakatan ini merupakan tahapan awal pelaksanaan reformasi ekonomi dan perbankan yang tertuang dalam Memorandum of Economic and Financial Policies yang ditandatangani pada awal November 1997. Program reformasi tersebut juga telah mendapat dukungan teknis dan keuangan dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan negara-negara sahabat lainnya. Upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, pada tanggal 26 Januari 1998, pemerintah memutuskan untuk menjamin pembayaran seluruh kewajiban bank, baik kepada deposan maupun kreditur lewat program penjaminan (blanket guarantee). Langkah ini diambil dengan Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998 commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang Program Penjaminan BPR, Fasilitas Dana Talangan untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri Bank dalam Rangka Trade Finance dan Inter Bank Debt Arrears, serta jaminan Pembiayaan Perdagangan Internasional. Keputusan ini juga sebagai tindak lanjut dari Frankfurt Agreement yang ditandatangani oleh pemerintah pada tanggal 4 Juni 1998. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional selai diharapkan dapat mendukung stabilisasi nilai tukar. Penjaminan juga diberlakukan bagi nasabah kreditur 16 Bank dalam Likuidasi (BDL), Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), Bank Take Over (BTO), bank yang masuk program rekapitalisasi, dan bank lain dalam pengawasan BPPN, dengan memenuhi syarat-syarat penjaminan yang telah ditetapkan. Bank Indonesia menyediakan dana talangan terlebih dahulu karena adanya kendala kondisi keuangan pemerintah pada waktu itu. Semua pengeluaran akan ditagih oleh Bank Indonesia kepada pemerintah pada akhirnya. Kebijakan pemerintah tersebut direalisasikan dalam berbagai bentuk fasilitas Bank Indonesia yang kemudian dikenal dengan istilah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Persetujuan Bersama antara Gubernur BI dan Menteri Keuangan tanggal 6 Februari 1999, nilai BLBI yang disepakati adalah Rp 144,5 triliun dan pemberian BLBI kepada PT Bank Ekspor Impor Indonesia sebesar Rp Rp 20 triliun. Atas pemberian BLBI sejumlah Rp 144,5 triliun commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut, pemerintah menerbitkan tiga surat utang yaitu Surat Utang No. SU-001/MK/1998 sebesar Rp 80 triliun, No. SU-003/MK/1999 sebesar Rp 64,5 triliun, dan No. SU-004/MK/1999 sebesar Rp 53,8 tiliun. Penyediaan dana BLBI ini kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dalam keadaan darurat tersebut mengacu pada ketentuan Pasal 32 ayat (3) dan Penjelasan Umum Angka III huruf b Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Selain
upaya-upaya
tersebut
di
atas,
pemerintah
juga
membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) berdasarkan Keppres No. 27 Tahun 1998 tanggal 26 Januari 1998. Tugas utama BPPN adalah melaksanakan program penjaminan pemerintah atas kewajiban
bank-bank
umum
sekaligus
melakukan
upaya-upaya
penyehatan perbankan. Tahap awal pembenahan perbankan, pemerintah mengambil langkah-langkah preventif untuk mengurangi dampak kerusakan terhadap sistem perbankan. Caranya adalah dengan membekukan kegiatan usaha dan mengambil alih bank-bank yang dinilai dapat menjadi pemicu kerusakan sistem perbankan. Dalam kaitan ini, pada tanggal 3 April 1998, pemerintah menetapkan tujuh bank dibekukan kegiatan operasinya (BBO) dan tujuh bank lainnya diambil alih (BTO). Karena kondisi beberapa bank BTO tersebut semakin memburuk, maka pada awal Agustus 1998, tiga bank BTO dibekukan kegiatan operasinya.
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelanjutan dari proses pemulihan iklim perbankan, pada tanggal 21 Agustus 1998, pemerintah mengumumkan paket restrukturisasi perbankan yang menyeluruh kepada semua bank. Paket ini terdiri atas dua bagian utama, pertama adalah kebijakan untuk menyiapkan pemulihan ekonomi dengan membangun kembali perbankan yang sehat melalui program rekapitalisasi dan penyempurnaan ketentuan dan peraturan perbankan. Kedua, kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan bank-bank melalui percepatan restrukturisasi bank. Dalam pelaksanaan program itu, diikutsertakan peninjau independen dari IMF, Bank Dunia, dan ADB (Bank Pembangunan Asia). Perkembangan dari hasil program ini diumumkan pemerintah pada tanggal 13 Maret 1999. Hasilnya, 38 bank diputuskan untuk di-BBKU, 7 bank di-BTO, dan 9 bank swasta nasional, 12 BPD, dan semua bank BUMN ikut dalam program rekapitalisasi. Kebijakan ini juga membawa dampak meningkatnya BLBI untuk menutup kewajiban pemerintah kepada nasabah/kreditur bank yang di-BBKU. f. Periode 1999-2005 Dalam Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia (BI) mempunyai satu tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah dan nilai tukar yang wajar merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Reorientasi sasaran BI tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluar dari krisis ekonomi yang tengah melanda Indonesia. Tujuan BI untuk mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah tersebut perlu ditopang dengan tiga pilar utama, yaitu kebijakan moneter dengan prinsip kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat dan tepat, serta sistem perbankan dan keuangan yang sehat. Program penyehatan perbankan yaitu kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi perbankan akibat krisis (restorasi perbankan). Kebijakan ini ditempuh dengan menyelesaikan permasalahan di sisi pasiva maupun aktiva bank. Upaya perbaikan di sisi pasiva dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan melanjutkan
pelaksanaan
program
penjaminan
pemerintah
dan
memperbaiki strukrur permodalan bank melalui rekapitalisasi, sedangkan upaya perbaikan sisi aktiva ditujukan untuk memperbaiki Kualitas Aktiva Produktif (KAP), yang antara lain dilakukan melalui restrukturisasi kredit. Langkah perbaikan infrastruktur perbankan diwujudkan dalam bentuk upaya pengembangan BPR, pengembangan bank syariah, dan rencana pembentukan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Sementara itu, penyempurnaan ketentuan dilakukan untuk melengkapi ketentuan kehati-hatian yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Ketentuan itu antara lain: Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Penyisihan Penghapusan
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), dan Posisi Devisa Netto (PDN). 2. Perkembangan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) pada tahun 2008 sampai 2011 a. Perkembangan ROA pada tahun 2008 sampai 2011 Rasio Return on Asset atau ROA mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank. Tabel 4.1 Perkembangan ROA tahun 2008-2011 Bank
ROA
2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 1.72% 2.49% 2.94% 1.12% Bank Rakyat Indonesia 3.73% 4.64% 4.93% 4.18% Bank Tabungan Negara 1.47% 2.05% 2.03% 1.80% Bank Mandiri 3.13% 3.50% 3.37% 2.69% Bank Central Asia 3.40% 3.51% 3.82% 3.42% Bank Danamon 1.53% 3.43% 2.84% 1.58% Bank Permata 1.40% 1.89% 1.66% 1.70% Bank Internasional Indonesia -0.05% 1.01% 1.11% 1.25% Rata-rata Industri 2.22% 2.04% 2.82% 2.84% Tertinggi 4.18% 3.73% 4.64% 4.93% Terendah 1.12% -0.05% 1.01% 1.11% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar bank diatas menunjukkan bahwa bank mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2008 ke tahun 2009. Penurunan sangat terlihat pada Bank Internasional Indonesia dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 1,3%. Menurut infobank, hal ini disebabkan karena beban provisi yang ditanggung oleh bank sehingga commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyebabkan
kerugian. Pada rata-rata
industri perbankan
juga
mengalami penurunan sebesar 0,18%, hal ini dimungkinkan adanya pengaruh sebesar 0,18% karena gejolak keuangan yang sedang terjadi di luar negeri. b. Perkembangan CAR pada tahun 2008-2011 Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank mematuhi regulasi permodalan. Tabel 4.2 Perkembangan CAR tahun 2008-2011 CAR
Bank
2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 13.47% 13.78% 18.63% 17.63% Bank Rakyat Indonesia 13.18% 13.20% 13.76% 14.96% Bank Tabungan Negara 16.14% 21.75% 16.74% 15.03% Bank Mandiri 15.66% 15.43% 13.36% 15.13% Bank Central Asia 15.78% 15.33% 13.50% 12.75% Bank Danamon 13.37% 17.55% 13.93% 16.62% Bank Permata 10.80% 12.20% 14.13% 14.07% Bank Internasional Indonesia 19.58% 14.71% 12.65% 12.03% Rata-rata Industri 14.75% 15.49% 14.59% 14.78% Tertinggi 19.58% 21.75% 18.63% 17.63% Terendah 10.80% 12.20% 12.65% 12.03% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar bank diatas menunjukkan bahwa rata-rata industri perbankan diatas 8%, melebihi penetapan Bank Indonesia sehingga industri perbankan mematuhi batasan permodalan bank.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Perkembangan NPL pada tahun 2008-2011 Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya. Tabel 4.3 Perkembangan NPL tahun 2008-2011 NPL
Bank
2008
Bank Negara Indonesia Bank Rakyat Indonesia Bank Tabungan Negara Bank Mandiri Bank Central Asia Bank Danamon Bank Permata Bank Internasional Indonesia Rata-rata Industri Tertinggi Terendah Sumber : Laporan Tahunan dalam
2009 4.68% 3.52% 3.36% 2.62% 0.73% 4.64% 4.00% 2.39%
2010 4.28% 2.78% 3.26% 2.21% 0.64% 3.25% 2.65% 3.15%
2011 3.61% 2.30% 2.75% 2.18% 0.49% 2.71% 2.04% 2.07%
4.96% 2.80% 3.20% 4.69% 0.60% 2.34% 3.50% 2.66% 3.09% 3.24% 2.78% 2.27% 4.96% 4.68% 4.28% 3.61% 0.60% 0.73% 0.64% 0.49% Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada
Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.3 menunjukkan bahwa bank yang paling bagus penyaluran kreditnya dari tahun 2008-2011 adalah Bank Central Asia. Rata-rata industri perbankan dari tahun 2008-2011 semakin baik dalam penyaluran kredit. d. Perkembangan ROE pada tahun 2008-2011 Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank.
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Perkembangan ROE tahun 2008-2011 ROE
Bank
2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 16.34% 24.70% 20.06% 9.01% Bank Rakyat Indonesia 35.22% 43.83% 42.49% 34.50% Bank Tabungan Negara 18.23% 16.56% 17.65% 19.64% Bank Mandiri 30.26% 33.09% 25.57% 22.74% Bank Central Asia 31.80% 33.30% 33.54% 30.16% Bank Danamon 10.77% 13.03% 14.95% 14.38% Bank Permata 13.30% 21.50% 15.87% 12.40% Bank Internasional Indonesia -0.77% 7.16% 1.11% 11.89% Rata-rata Industri 19.34% 19.39% 24.15% 21.41% Tertinggi 34.50% 35.22% 43.83% 42.49% Terendah 9.01% -0.77% 7.16% 1.11% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada Bank Rakyat Indonesia dari tahun 2008-2011 laba yang diperoleh semakin meningkat yang menunjukkan kinerja bank BRI yang bagus. Rata-rata industri perbankan mengalami kenaikan dari tahun 2008-2010, tetapi pada tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan sebesar 2,74%. e. Perkembangan NIM pada tahun 2008-2011 Rasio ini mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan bunga.
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 Perkembangan NIM tahun 2008-2011 NIM
Bank
2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 6.01% 5.78% 6.03% 6.26% Bank Rakyat Indonesia 9.14% 10.77% 9.58% 10.18% Bank Tabungan Negara 4.65% 5.99% 5.75% 5.08% Bank Mandiri 5.19% 5.39% 5.29% 5.48% Bank Central Asia 6.59% 5.29% 5.68% 6.75% Bank Danamon 8.73% 9.13% 7.91% 8.31% Bank Permata 5.70% 5.34% 5.13% 6.20% Bank Internasional Indonesia 5.69% 5.74% 5.08% 5.18% Rata-rata Industri 6.68% 6.46% 6.68% 6.31% Tertinggi 10.18% 9.14% 10.77% 9.58% Terendah 5.08% 4.65% 5.29% 5.08% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa BRI memiliki NIM yang baik dibandingkan bank-bank lainnya. BRI mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2008 ke 2009 sebesar 1,04%, dan penurunan pada tahun 2010 ke 2011 sebesar 1,19%. f. Perkembangan BOPO pada tahun 2008-2011 Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Perkembangan BOPO tahun 2008-2011 BOPO
Bank
2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 90.16% 84.86% 75.99% 72.58% Bank Rakyat Indonesia 72.65% 77.66% 70.86% 66.69% Bank Tabungan Negara 86.18% 87.87% 82.39% 81.75% Bank Mandiri 73.65% 70.72% 66.43% 67.22% Bank Central Asia 66.76% 68.68% 64.31% 60.87% Bank Danamon 85.77% 85.82% 81.07% 80.17% Bank Permata 88.90% 89.20% 84.83% 85.42% Bank Internasional Indonesia 93.91% 102.64% 92.38% 92.15% Rata-rata Industri 82.25% 83.43% 77.28% 75.86% Tertinggi 93.91% 102.64% 92.38% 92.15% Terendah 66.76% 68.68% 64.31% 60.87% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada Bank Internasional Indonesia mengalami nilai BOPO yang paling besar diantara bank lainnya. Pada tahun 2009 kenaikannya sebesar 8,73% yang menyebabkan biaya operasional besar sehingga bank mengalami kerugian. g. Perkembangan LDR pada tahun 2008-2011 Semakin besar rasio ini mengindikasikan bank semakin kecil likuiditasnya, sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur).
commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Perkembangan LDR tahun 2008-2011 LDR
Bank
2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 64.06% 70.15% 70.37% 68.61% Bank Rakyat Indonesia 80.88% 75.17% 76.20% 79.93% Bank Tabungan Negara 101.83% 101.29% 108.42% 102.57% Bank Mandiri 59.15% 65.44% 71.65% 56.89% Bank Central Asia 50.27% 55.16% 61.67% 53.78% Bank Danamon 88.76% 93.82% 98.33% 86.42% Bank Permata 90.60% 87.46% 83.06% 81.80% Bank Internasional Indonesia 78.11% 83.18% 88.86% 79.45% Rata-rata Industri 76.09% 76.64% 79.85% 81.59% Tertinggi 101.83% 101.29% 108.42% 102.57% Terendah 53.78% 50.27% 55.16% 61.67% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa Bank BTN menunjukkan tingkat likuiditas yang paling likuid yang dapat digunakan dalam penyaluran dana dalam bentuk kredit.
B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Regresi Data Panel Pendekatan
estimasi
Regresi
Data
Panel
ada
tiga
yaitu
(http://teorionline.wordpress.com) : 1. Common Effect Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect dengan mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Dalam penelitian ini menggunakan teknik metode ini. Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk regression pooling yang dapat digunakan adalah sebagi berikut :
yti = xti b ti + e ti Dimana : yti = observasi dari unit ke I dan diamati pada periode waktu ke t (yakni variable dependen) xti = konstanta variable-variabel dependendari unit ke i dan diamati pada periode waktu ke t βti = β, yakni pengaruh dari perubahan dalam X diasumsikan bersifat konstan dalam waktu dan kategori cross-section. εti = komponen error yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan variansi homogen dalam waktu (homokedastik) serta independen dengan Xit. Estimasi parameter yang dapat dicapai dari model ini adalah diperoleh model : ROA = 0.08497849459 - 0.006693180231*CAR - 0.01575667267*NPL + 0.2409075884*NIM - 0.1001330056*BOPO + 0.006773454791*LDR
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Fixed Effect Metode
dengan
menggunakan
variabel
dummy
untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Fixed Effect yaitu
yti = xti b ti + ci + d i + e ti Dimana : ci adalah konstanta yang bergantung kepada unit ke i, tetapi tidak kepada waktu t di adalah konstanta yang bergantung kepada waktu t, tapi tidak kepada unit i. Apabila model memuat komponen ci dan di, maka model tersebut disebut dengan two-ways fixed-effect (efek tetap dua arah), sedang apabila dt =0 atau ci =0, maka model disebut model one way fixed effect (efek tetap satua arah). Untuk model fixed effect satu arah diasumsikan bahwa komponen dt =0, yakni memiliki model
yti = xti b ti + ci + e ti
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Random Effect Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS). Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Random Effect yaitu
yti = xti b ti + vti Dimana vti adalah ci + di + εti. ci diasumsikan bersifat independent and identically distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi σ2c, dt diasumsikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ2d, εti bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ2ε (dan εti, ci, dan di diasumsikan independen satu dengan lainnya). Pengujian Model Regresi Data Panel Terbaik adalah : 1. Common Effect VS Fixed Effect Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Common Effects ataukah Fixed Effects, dapat digunakan Uji Chow (Chow Test) atau Restricted F-Test. Dengan menggunakan Uji Chow (http://forum-ekonometrika.blogspot.com) sebagai berikut :
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8. Pengujian Common Effect Vs Fixed Effect Redundant Fixed Effects Tests Equation: FIXED Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F 0.950880 (7,18) Cross-section Chi-square 10.068960 7 Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 5.1
0.4938 0.1847
Hasil tersebut menunjukkan baik F test maupun Chi-square tidak signifikan (p-value lebih besar dari 5%) sehigga H0 diterima dan H1 ditolak, maka model mengikuti Common Effect. Cara lain dapat juga dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik F (http://ferdifadly.blogspot.com) sebagai berikut : a. Ho : Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects H1 : Model Fixed Effects lebih baik daripada Common Effects b. Tingkat signifikansi : α=5% c.
Kriteria
Pengambilan
Keputusan
:
Ho
FHITUNG > Fa ; ( N - 1), ( NT - N - k ) FHITUNG > F0, 05 ; (8 - 1), (8.4 - 8 - 6) FHITUNG > F0,05 ; (7), (18)
FHITUNG > Ftabel ;2,58 atau jika P-value ≤ α (0,05) d. Statistik Uji :
FHITUNG =
(RSS1 - RSS 2 ) /( N - 1) (RSS 2 ) /( NT - N - k )
commit to user
ditolak
jika
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : N = jumlah individu T = jumlah series (tahun) k = jumlah parameter bebas RSS1 = residual sum of square Common Effects Models RSS2 = residual sum of square Fixed Effects Models e. Keputusan : FHITUNG < Ftabel ;2,58 ; 0,465285195 < 2,58 Dan p-value > 5% maka Ho diterima. f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects 2. Fixed Effects VS Random Effects Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Fixed Effects ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji Hausman (Hausman’s Test), yaitu sebagai berikut : a. Ho : Hasil estimasi menggunakan Random Effects tidak berbeda dengan jika menggunakan Fixed Effects H1 : Hasil estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effects dibandingkan dengan Random Effects menunjukkan perbedaan yang signifikan b. Tingkat signifikansi : α =5% 2 c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Tolak Ho jika c obs = c a2: p atau jika
P-value ≤ α p = jumlah variabel bebas d. Statistik Uji : commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2 c obs = (b - b GLS )y -1 ( b - b GLS )
e. Keputusan : P-value > α ; 0.9408 > 0,05 f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa Model Fixed Effects berbeda dengan model Random Effects Hasil pengujian Regresi Data Panel diatas, diperoleh model yang paling baik untuk penelitian ini adalah menggunakan model Common Effect. Tabel 4.9. Hasil Regresi Utama Dependen variabel : Return On Asset (ROA) Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 06/14/12 Time: 10:12 Sample: 2008 2011 Cross-sections included: 8 Total panel (balanced) observations: 32 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CAR NPL ROE NIM BOPO LDR
0.060286 -0.014093 -0.010430 0.031206 0.194305 -0.072685 0.007072
0.010419 0.023374 0.050622 0.010216 0.036762 0.011437 0.004223
5.786349 -0.602958 -0.206035 3.054462 5.285534 -6.355253 1.674941
0.0000 0.5520 0.8384 0.0053 0.0000 0.0000 0.1064
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.954922 0.944103 0.002817 0.000198 146.4514 1.663666
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 5.1 commit to user
0.024778 0.011915 -8.715715 -8.395086 88.26469 0.000000
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Apabila koefisien ringkasan pada table 4.9 dimasukkan ke dalam persamaan regresi, diperoleh persamaan sebagai berikut : ROA = 0.06028583598 - 0.01409335727*CAR - 0.01043002088*NPL + 0.0312058292*ROE + 0.19430482*NIM - 0.07268465826*BOPO + 0.007072488503*LDR
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas ini menggunakan nilai Jarque-Bera dengan χ2tabel (Nurmayasari : 2010). Pada persamaan dalam regresi data panel mempunyai df = 26 (n-k) = (32-6) dengan α = 5% sehingga diperoleh 38,885. Nilai Jarque-Bera yang dihitung menggunakan eviews 5.1 sebesar 6,266711. Karena 6,266711 < χ2 < 38,885. Kesimpulannya residual µ terdistribusi normal. Gambar 4.1. Uji Normalitas 14 Series: Standardized Residuals Sample 2008 2011 Observations 32
12 10 8 6 4 2 0 -0.005
0.000
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.83e-17 -0.000199 0.006800 -0.006762 0.002530 -0.251477 5.108808
Jarque-Bera Probability
6.266711 0.043571
0.005
Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Autokorelasi/Uji Otokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi berantai atau otokorelasi di antara gangguan ui yang memasuki fungsi regresi populasi/Population Regression Function, PRF (Gujarati, 2006: 112). Salah satu uji untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Breusch-Godfrey.
Nama
Multiplier/Pengganda
lain
Lagrange
uji
ini
(LM).
adalah Berikut
uji
Lagrange-
adalah
hasil
autokorelasinya : Tabel 4.10. Hasil Uji Lagrange-Multiplier (LM) Breus Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.815485 Prob. F(2,23) Obs*R-squared 2.118920 Prob. Chi-Square(2) Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1
0.454813 0.346643
Hasil uji LM diketahui bahwa nilai probabilitas Chi Square sebesar 0,346643 > α. Dimana α = 5%. Berdasarkan pengujian LM disimpulkan bahwa persamaan tersebut terbebas dari autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui gangguan ui yang memiliki varians (σi2) yang sama atau tidak (Gujarati, 2006: 82). Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji White dalam program eviews 5.1. Uji white dilakukan dengan meregresikan residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen ditambah dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lagi dengan perkalian dua variabel independen. Prosedur pengujian dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: a. H0 : Tidak ada heterokedastisitas H1 : Ada heterekodastisitas b. Jika α = 5%, maka tolak H0 jika obs*R-square > X2 atau P-value < α. c. Keputusan: bila p-value < (5% atau 10%). 0,313300 > 0,05 maka Ho diterima dan H1.ditolak Maka tidak terdapat heterodastisitas Tabel 4.11. Hasil Uji White White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.244984 Prob. F(27,4) 0.225295 Obs*R-squared 30.01902 Prob. Chi-Square(27) 0.313300 Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1 Hasil uji white diperoleh hasil bahwa pada persamaan dapat disimpulkan bebas dari heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari besarnya probabilitas chi square > α = 5%.
d. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui perkiraan ada tidaknya hubungan linear antara variable-variabel penjelas (X) (Gujarati, 2006:
61).
Salah
satu
cara
yang
digunakan
untuk
menguji
Multikolinearitas adalah dengan membandingkan nilai R2 regresi parsial (auxiliary regression) dengan R2 regresi utama. Tabel 4.12 menunjukkan R2 regresi parsial auxiliary regression pada masing-masing persamaan. commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.12. Hasil Uji Auxiliary Regression Persamaan
2
R Auxiliary
CAR=0.1437564905+0.4737503162*NPL +0.04530574286*ROE-0.4565975593*NIM 0.137453 0.02725814507*BOPO+0.04301120476* LDR NPL=-0.03676683361+0.1009991063*CAR -0.006952379518*ROE + 0.170289748*NIM 0.281260 +0.05462593278*BOPO0.003851168385*LDR ROE = 0.7912835274 + 0.2371408558*CAR -0.1706941276*NPL+1.493399458*NIM0.805332 0.8795903853*BOPO- 0.00958262349*LDR NIM=0.009752951244 - 0.1845862156*CAR +0.3229134725*NPL + 0.1153422828*ROE 0.342164 +0.03083270495*BOPO+0.03183530696* LDR BOPO= 0.8130269818 - 0.1138496133*CAR + 1.070202864*NPL - 0.7018795801*ROE + 0.816484 0.3185526394*NIM + 0.1242846825*LDR LDR = -0.2677461152 + 1.317927122*CAR - 0.5535212238*NPL - 0.05609718723*ROE 0.405338 +2.412976818*NIM + 0.9117843515*BOPO Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1
R2 Regresi Utama 0.954922
0.954922
0.954922
0.954922
0.954922
0.954922
Pada table 4.12 terlihat bahwa nilai uji auxiliary regression terbesar pada persamaan kelima sebesar 0,816484. Karena nilai R2 regresi utama > hasil auxiliary regression yang berarti bahwa pada persamaan tersebut tidak ditemukan adanya multikolinearitas.
3. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk melihat signifikasi pengaruh variable independen terhadap variable dependen secara individual. Parameter commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suatu variable dikatakan mempunyai pengaruh signifikan jika nilai thitung suatu variable lebih besar dari nilai ttabel. Dalam persamaan digunakan taraf keyakinan 95% (α=5%) dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26), maka diperoleh ttabel (0,025:26) sebesar 2,056. Hasil uji t dalam persamaan diatas dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13 Nilai t-statistic (α=5%) Dependen Variabel : Return On Asset (ROA) Persamaan Keterangan t-statistik Probabilitas CAR -0.602958 0.5520 Tidak Signifikan NPL -0.206035 0.8384 Tidak Signifikan ROE 3.054462 0.0053 Signifikan NIM 5.285534 0.0000 Signifikan BOPO -6.355253 0.0000 Signifikan LDR 1.674941 0.1064 Tidak Signifikan Sumber : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 5.1 Variabel
Nilai t-tabel berdasarkan Tabel 4.13 untuk persamaan diatas adalah sebesar 2,056. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada hasil dari uji t diperoleh variable independen (ROE, NIM, dan BOPO) yang signifikan berpengaruh terhadap variable dependen (ROA). Besarnya pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variable dependen dalam persamaan ini dapat disimpulkan bahwa : a. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap ROA Hasil persamaan regresi data panel diatas yang menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa secara statistic CAR berpengaruh secara tidak commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan negatif sebesar 0.014093. b. Rasio Non Performing Loan (NPL) terhadap ROA Hasil persamaan analisis regresi data panel diatas yang menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa secara statistic NPL berpengaruh secara tidak signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan negative sebesar 0.014093. c. Rasio Return on Equity (ROE) terhadap ROA Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa secara statistic ROE berpengaruh secara signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.031206. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan ROE sebesar 1% dengan menganggap variable independen lainnya tetap maka rasio ROA akan mengalami kenaikan sebesar 3,12%. d. Rasio Net Interest Margin (NIM) terhadap ROA Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa secara statistic NIM berpengaruh secara signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.194305. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan NIM sebesar 1% dengan menganggap
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variable independen lainnya tetap maka rasio ROA akan mengalami kenaikan sebesar 19,43%. e. Rasio Total Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap ROA Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa secara statistic BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan negatif sebesar 0.072685. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan BOPO sebesar 1% dengan menganggap variable independen lainnya tetap maka akan menurunkan rasio ROA sebesar 7,27%. f. Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap ROA Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa secara statistic CAR berpengaruh secara tidak signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.007072.
4. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable independen dengan penghitungan statistik. Dalam persamaan tersebut menggunakan taraf keyakinan 95% (α = 5%), dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26), maka diperoleh Ftabel (0,05:6:26) sebesar 2,47. Hasil persamaan regresi tersebut, diketahui bahwa nilai commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fstatistik sebesar 88.26469 dan nilai probabilitas Fstatistik adalah 0,000000. Dengan demikian Fstatistik > Ftabel dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi data panel tersebut diatas yang terdiri dari variable independen (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) secara signifikan mempengaruhi variable dependen (ROA). (Ho ditolak dan H1 diterima).
5. Nilai R2 (Koefisien Determinasi) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menyatakan proporsi atau persentase dari total variasi variable tak bebas Y yang dijelaskan oleh sebuah variable penjelas X (Gujarati, 2006 : 187). Berdasarkan hasil Regresi Data Panel model Common Effect diperoleh hasil koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.954922. Angka tersebut memiliki arti bahwa sebesar 95,49%
variabelitas
ROA
yang
terjadi
dapat
dijelaskan
dengan
menggunakan variabelitas CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR. Dengan kata lain besarnya pengaruh variable CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR terhadap ROA adalah 95,49%. Sedangkan sisanya yaitu 4,51% harus dijelaskan oleh factor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari luar.
6. Interpretasi Hasil dan Pembahasan Persamaan dan hasil regresi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.5520, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0.014093. Hal ini menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA serta tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar -0.014093 berarti apabila CAR (X1) commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar 1,409 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap. Peraturan Bank Indonesia terkait dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) menyatakan bahwa besarnya CAR minimum yang harus dipenuhi bank sebesar 8%. selalu di atas 8%. Namun, CAR yang terlalu tinggi berarti bahwa terdapat dana yang menganggur (idle fund). Dana yang menganggur tidak disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana menyebabkan kesempatan bank untuk memperoleh laba (fee based income) akan menurun, akibatnya akan menurunkan profitabilitas bank. Sehingga menyebabkan permodalan bank menjadi tidak optimal. b. Rasio Non Performing Loans (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.8384 sedangkan koefisien regresinya sebesar -0.010430. Hal ini menunjukkan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA serta tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar -0.010430 berarti apabila NPL (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar 1,043 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005) dalam Pratiwi (2012) menunjukkan hasil bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini karena NPL yang semakin meningkat akan meningkatkan biaya cadangan aktiva
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produktif. Sehingga dengan meningkatnya biaya cadangan aktiva produktif maka akan mengurangi laba perusahaan. c. Rasio Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0053 sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.031206. Hal ini menunjukkan bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar 0.031206 berarti apabila ROE (X3) mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan meningkatkan ROA (Y) sebesar 3,121 persen dengan
menganggap
variable
independen
lainnya
tetap.
ROE
menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan. Pernyataan diatas menyimpulkan ROE memiliki pengaruh yang positif terhadap asset perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan laba perusahaan. d. Rasio Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0000 sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.194305. Hal ini menunjukkan bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 0.194305berarti apabila NIM (X4) mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan meningkatkan ROA (Y) sebesar 19,430 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap. NIM merupakan keuntungan atas bunga dibandingkan dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. Semakin besar NIM maka semakin besar laba yang didapatkan oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA. e. Rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0000 sedangkan koefisien regresinya sebesar -0.072685. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA serta signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar 0.031206 berarti apabila BOPO (X5) mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar 7,268 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap. BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi dalam Pratiwi, 2012). Pernyataan diatas menyimpulkan bahwa apabila operasional perusahaaan perusahaan semakin kecil maka laba yang diperoleh perusahaan semakin besar.
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.1064 sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.007072. Hal ini menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar 0.007072 berarti apabila LDR (X6) mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar 0,707 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap. Rasio LDR semakin besar menunjukkan bahwa bank memiliki kinerja yang baik dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, sebaliknya semakin kecil LDR maka semakin kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Hal ini berarti apabila perusahaan memiliki LDR yang besar maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam penyaluran kredit. Dalam penyaluran kredit tersebut, perusahaan mendapatkan pendapatan laba atas jasa yang telah diberikan, sehingga LDR berpengaruh positif terhadap ROA. g. Nilai R2 menunjukkan bahwa pengaruh variable-variabel independen (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) terhadap variable dependen (ROA) adalah sebesar 95,49 persen. Sedangkan sisanya yaitu 4,51 persen harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari luar.
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h. Analisis hasil Uji Hipotesis Pertama Hasil persamaan diatas diketahui bahwa nilai Fstatistik sebesar 88.26469 dan nilai probabilitas Fstatistik adalah 0,000000. Dengan demikian Fstatistik > Ftabel dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi data panel tersebut diatas yang terdiri dari variable independen (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) secara signifikan mempengaruhi variable dependen (ROA). i. Analisis Hasil Uji Hipotesis Kedua Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa variable yang dominan adalah variable NIM sebesar 0.194305. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable yang paling dominan yang mempengaruhi ROA adalah variable NIM.
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Persamaan diatas menggunakan regresi data panel model common effect, studi ini menganalisis pengaruh variable Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Total Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap variable Return On Asset (ROA) pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata, dan BII) selama periode pengamatan tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Perhitungan diatas tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian uji F didapatkan bahwa keenam variable bebas yaitu CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio ROA. 2. Penggunakan uji t yang menguji secara parsial dengan signifikansi α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dari keenam variable bebas, variable CAR, NPL dan LDR tidak signifikan dan variable lainnya seperti ROE, NIM dan BOPO secara parsial berpengaruh terhadap variable dependen (ROA). Apabila dilihat dari keenam variable bebas diatas, variable NIM yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rasio ROA sebesar 19,43%.
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran 1. Managemen perbankan seharusnya tetap memperhatikan rasio CAR yang mengindikasikan ketaatan bank dalam memenuhi permodalannya sehingga dapat digunakan untuk melindungi deposan dengan menangkal kerugian usaha perbankan sebagai resiko usaha perbankan. Selain itu juga, setelah dapat mencapai CAR minimum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebaiknya bank tetap menjalankan perannya sebagai lembaga intermediary sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan berpegang kepada prinsip kehati-hatian. 2. Manajemen perbankan agar selalu dapat menjaga kestabilan kinerja perusahaan dengan mengikuti perkembangan dari Laporan Keuangan melalui rasio-rasio keuangannya dan prinsip-prinsip tentang kesehatan bank yang telah dikeluarkan Bank Indonesia melalui Surat Ketetapan Bank Indonesia.
commit to user