ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI ELI NURRIAHSIH
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ELI NURRIAHSIH. D34104044. 2009. Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc,Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, MSc. Peternakan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia termasuk industri perunggasan yang ada didalamnya. Perunggasan termasuk bisnis yang prospektif meskipun disisi lain perunggasan juga sangat rentan terhadap beberapa permasalahan. Usaha peternakan unggas mempunyai peranan besar bagi perekonomian dalam negeri, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki sektor perekonomian yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan, selain menghasilkan bahan pangan yang berkualitas tinggi khususnya protein hewani yang dapat menunjang ketersediaan gizi bagi masyarakat. Salah satu komoditas unggulan perunggasan adalah ayam ras pedaging. Pemasaran merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kegiatan usaha, begitu pula halnya dengan usaha peternakan ayam broiler. Pemasaran ayam broiler termasuk kedalam subsistem agribisnis hilir, kegiatan ini dapat membantu peternak dalam menyalurkan hasil ternaknya agar sampai kepada konsumen. Pemasaran ayam broiler melibatkan berbagai lembaga pemasaran. Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran akan memberikan nilai tambah bagi ayam broiler. Nilai tambah yang dihasilkan perlu didistribusikan secara adil kepada faktor-faktor produksi yang digunakan, sehingga nilai tambah dapat dirasakan oleh setiap lembaga pemasaran yang terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran ayam ras pedaging, marjin dan nilai tambah pemasaran yang tercipta pada masing-masing lembaga yang terlibat dalam pemasaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Februari 2008 di Pasar Cibinong yang mewakili pasar besar, Pasar Leuwiliang mewakili pasar menengah, dan Pasar Ciampea yang mewakili pasar kecil. Penetuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Populasi dari penelitian ini terdiri dari seluruh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dimulai dari pedagang pengecer dengan metode accidental dan sampel untuk pedagang pengumpul dan pedagang pemotong diperoleh dengan menelusuri rantai pemasaran berikutnya. Penelitian ini didesain sebagai suatu survei yang dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui saluran pemasaran dan fungsi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran. Marjin dan nilai tambah pemasaran dianalisis dengan menggunakan metode Hayami, et al (1987). Karakteristik responden pada lembaga pemasaran ayam broiler di wilayah Kabupaten Bogor sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dengan lama usaha
dan tingkat pendidikan yang bervariasi, berada pada usia yang produktif. Pemasaran ayam broiler di kabupaten Bogor tedapat 4 saluran pemasaran. Nilai tambah terbesar diperoleh pedagang pemotong dan yang terkecil diperoleh pedagang pengecer masing-masing sebesar Rp. 5.894,63 per ekor dan Rp. 2.127,56 per ekor. Kata-kata kunci : ayam broiler, pemasaran, nilai tambah
ABSTRACT Added Value Analysis of Broiler Chicken’s Marketing in Bogor District The aims of this research were: (1) to know the pattern of broiler’s marketing distribution in Bogor District, (2) to analyze the added value and profit share of broiler’s marketing activity in Bogor District. This research was carried out from January, 2008 until February, 2008 in market of Cibinong, market of Leuwiliang, and market of Ciampea, District Bogor. The samples of retailers were taken using cluster sampling method ,while the samples of slaughterer and collectors were taken from the marketing chain. The data were analyzed using descriptive analycis and added value analysis. The results of this research sholved that there were four patterns of broiler marketing distribution. Based on total of broiler distribution activities in Bogor District, the highest added value of broiler marketing activity was obtain by the slaughterers and the lowest of it was obtained by the retailers. Keywords: broiler, marketing, added value
ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR
ELI NURRIAHSIH D34104044
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN BOGOR
oleh ELI NURRIAHSIH D34104044
Skripsi ini telah disetujui untuk disidangkan pada dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 27 Februari 2009
Pembimbing utama
Pembimbing
Anggota
Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr NIP. 131 849 397
Dr. Ir. Sumiati, MSc NIP. 131 624 182
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Januari 1987 di Bogor. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Letnan (Purnawirawan) TNI Kurdi dan Ibu Azmah (alm). Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan di TK Islam Assalam Bogor pada tahun 1992, pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri Cemplang 01 pada tahun 1998, pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMP Negeri 1 Leuwiliang Bogor dan Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2004 di SMA Kornita IPB Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada bulan Juni tahun 2004. Selama mengikuti masa pendidikan, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Peternakan (HIMASEIP), Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, penulis juga pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ………………………………………………………………
i
ABSTRACT ...……………………………………………………………….
ii
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………................
iv
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR ……………………………………………...............
vi vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
i
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………
xi
PENDAHULUAN ………………………..………………………................
1
Latar Belakang …………………..………………………................. Perumusan Masalah ………………..……………………................. Tujuan ………………………………..…………………………….. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. KERANGKA PEMIKIRAN …………………………………………………
1 2 2 2 4
TINJAUAN PUSTAKA ………………………..………………....................
6
Ayam Broiler .................................................................................... 6 Pasar dan mekanisme pasar.................................................................. 7 Pemasaran……………………………………………………………. . 8 Lembagadan Saluran PemasaranPemasaran ...................................... 9 Fungsi-fungsi Pemasaran...................................................................... 11 Marjindan Nilai Tambah Pemasaran.................................................... 11 METOD PENELITIAN ………………………………………….................. Wakt dan Lokasi Penelitian ……………………………................... Populasidan Sampel ……………………………………................... Desain Penelitian…………………………………………………….. Datadan Instrumentasi ……………………………………………… Analisi Data ………………………………………………………... AnalisisSaluran Pemasaran ………………………………… AnalisisNilai Tambah ……………………………………….
13 13 13 13 13 14 14 14
Definis Istilah ……………………………………………………….
16
GMBARANUMUM LOKASI PENELITIAN ………………………………. 18 HASILDAN PEMBAHASAN ……………………………………..................
20
KarakteristikLembaga Pemasaran …………………………………. Jeni Kelamin ………………………………………………. Umur………………………………………………………… . Tingkat Pendidikan ………………………………………… Lam Usaha ………………………………………………… JumlahTenaga Kerja ………………………………………..
20 20 20 21 22 22
Fungsi-fungs Pemasaran …………………………………………… Fungsi Pertukaran ……………….………………................. Fungs Fisik ………………………………………………… Fungs Fasilitas …………………………………...................
23 23 23 24
Saluran pemasaran…………………………………………………… Lembaga Pemasraan ……………………………………………… Pedagan Pengumpul ………………………………………. Pedagan Pemotong ………………………………………… PedagangPengecer………………………………................... AnalisisNilai Tambah Pemasaran Ayam Ras Pedaging …………… Distribusi Nilai Tambah Terhadap Pendapatan Tenaga Kerja dan Keuntungan…………………...... Distribusi Marjin Terhadap Pendapatan Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan…
24 26 26 27 28 31
35
KESIMPULAN ………………………..……………………………………...
37
UCAPANTERIMA KASIH ………………………………………………….
38
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 39 LAMPIRAN …………………………………………………………………..
40
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Perhitungan Nilai Tambah Produk ........................................................ 15 2. Jenis Kelamin Sesponden ...................................................................... 20 3. Usia Responden ..................................................................................... 21 4. Tingkat Pendidikan Responden ............................................................. 21 5. Lama Usaha Responden ......................................................................... 22 6. Jumlah tenaga Kerja Responden ............................................................ 22 7. Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler .................................. 30
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bogor ……………………….....…………………….
5
2. Saluran Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bogor……
25
3. Grafik Distribuís Nilai Tambah…………………………………..
33
4. Skema Distribusi Nilai Tambah…………………………………
34
5. Grafik Distribusi Marjin Pemasaran…………………………......
36
6. Skema Distribusi Marjin Pemasaran…………………………......
37
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Analisis Nilai Tambah pemasaran Ayam ras pedaging pada pedagang pengecer……………………………………… 42 2. Analisis Nilai Tambah Pemsaran Ayam ras Pedaging Pada Pedagang Pemotong……………………………………. 43 3. Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam ras Pedaging pada Pedagang Pengumpul……………………………………. 45 4. Peta Kabupaten Bogor………………………………………… 47
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia termasuk industri perunggasan yang ada didalamnya. Perunggasan termasuk bisnis yang prospektif meskipun disisi lain perunggasan juga sangat rentan terhadap beberapa permasalahan. Usaha peternakan unggas mempunyai peranan besar bagi perekonomian dalam negeri, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki sektor perekonomian yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan, selain menghasilkan bahan pangan yang berkualitas tinggi khususnya protein hewani yang dapat menunjang ketersediaan gizi bagi masyarakat. Salah satu komoditas unggulan perunggasan adalah ayam ras pedaging. Ayam ras pedaging yang ada di lingkungan masyarakat lebih dikenal dengan sebutan ayam broiler, yaitu ayam yang mempunyai pertumbuhan badan sangat cepat dengan perolehan bobot badan yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif pendek, yaitu sekitar 5-6 minggu dengan bobot badan 1,3-1,8 kilogram (Cahyono, 1995). Menurut Rasyaf (1995) ayam broiler di Indonesia sudah dapat dipasarkan pada umur lima hingga enam minggu dengan bobot badan berkisar antara 1,3-1,4 kilogram. Selain sebagai sumber protein hewani, ayam broiler dapat memberikan nilai tambah yang cukup berarti bagi aktivitas perdagangan dan pemasaran. Pemasaran merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kegiatan usaha, begitu pula halnya dengan usaha peternakan ayam broiler. Pemasaran ayam broiler termasuk kedalam subsistem agribisnis hilir, kegiatan ini dapat membantu peternak dalam menyalurkan hasil ternaknya agar sampai kepada konsumen. Pemasaran ayam broiler melibatkan berbagai lembaga pemasaran. Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran akan memberikan nilai tambah bagi ayam broiler. Nilai tambah yang dihasilkan perlu didistribusikan secara adil kepada faktor-faktor produksi yang digunakan, sehingga nilai tambah dapat dirasakan oleh setiap lembaga pemasaran yang terkait.
Perumusan Masalah Proses produksi yang memberikan nilai tambah mampu memberi keuntungan. Semakin besar nilai tambah yang di peroleh maka akan semakin besar pula keuntungan yang didapatkan oleh lembaga pemasaran (Choer, 2005). Lembaga pemasaran akan menyebabkan harga produk yang sampai ke tangan konsumen berubah. Hal ini dikarenakan setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang menimbulkan biaya-biaya pemasaran. Biaya pemasaran tersebut biasanya dibebankan langsung kepada konsumen, sehingga harga yang dibayar konsumen meningkat. Pelaku utama dari pemasaran ayam broiler terdiri dari pedagang pengecer, pedagang pengumpul dan pedagang pemotong yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan kondisi diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana karakteristik lembaga-lembaga pemasaran ayam broiler di Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana saluran pemasaran ayam broiler di Kabupaten Bogor? 3. Berapa besar nilai tambah pemasaran ayam broiler di lembaga-lembaga pemasaran (pedagang pengecer, pengumpul, dan pemotong)?
Tujuan Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik responden lembaga pemasaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis saluran pemasaran ayam broiler di Kabupaten Bogor. 3. Menganalisis nilai tambah pemasaran ayam broiler di lembaga-lembaga pemasaran. Manfaat Penelitian Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bogor, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor dalam membangun aktifitas perekonomian untuk komoditi ayam ras pedaging sebagai salah satu hasil pertanian subsektor peternakan. 2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis. 3. Para pelaku bisnis komoditas hasil peternakan ayam broiler untuk melihat balas jasa yang diterimanya.
KERANGKA PEMIKIRAN Pemasaran merupakan suatu tahap kegiatan usaha yang berfungsi untuk menyalurkan komoditi yang dihasilkan produsen ke tangan konsumen. Sistem pemasaran ayam broiler melibatkan berbagai lembaga pemasaran diantaranya pedagang pengecer, pedagang pemotong dan pedagang pengumpul. Dalam sistem pemasaran ayam broiler perlu diketahui karakteristik responden, saluran pemasaran, dan nilai tambah masing-masing lembaga pemasaran agar proses penyaluran ayam broiler dapat berjalan lancer. Pemasaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dapat dipahami dengan menelusuri tahap demi tahap aliran distribusi yang dilalui, hingga produk ayam tersebut sampai ke tangan konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran yang terkait diidentifikasi secara deskriptif untuk melihat kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran dengan memperhatikan: (1) Fungsifungsi pemasaran, yang terdiri dari :fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas, (2) Saluran pemasaran. (3) Karakteristik lembaga pemasaran yang terdiri dari umur, jenis kelamin, lama usaha, tingkat pendidikan, dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, serta (4) Besarnya nilai tambah yang dianalisis dengan menggunakan metode Hayami, et al. (1987) untuk mengetahui struktur (jenis) biaya, marjin pemasaran dan besarnya nilai tambah yang diperoleh dari aktifitas pemasaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. Variabel-variabel yang digunakan pada metode Hayami antara lain : output, input, dan harga; pendapatan dan keuntungan; dan balas jasa pemilik faktor produksi, secara sistematis kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 1.
PEMASARAN AYAM BROILER DI KABUPATEN BOGOR
LEMBAGA PEMASARAN
Karakteristik lembaga pemasaran
Fungsi-fungsi pemasaran
Saluran Pemasaran
Analisis nilai tambah
Analisis deskriptif
Jenis kelamin, umur, pendidikan, lama usaha, jumlah tenaga kerja
Fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas
Gambar 1. Aliran Kerangka Pemikiran
Nilai tambah pemasaran
Saluran pemasaran ayam broiler
Imbalan penggunaan tenaga kerja,distribusi nilai(+)terhadap pendapatan
tenaga kerja,analisis jumlah nilai (+)
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan yang irit dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya ayam broiler siap dipanen pada usia 35 sampai 45 hari dengan berat badan antara 1,2 sampai 1,9 kg/ekor (Priyatno, 2003) . Ayam ras merupakan jenis ayam hasil pemuliabiakan peternakan yang memiliki mutu genetik yang tinggi. Dalam ilmu peternakan, semakin tinggi mutu genetik berarti semakin membutuhkan perlakuan manajemen yang tinggi pula. Ayam ras memerlukan tempat yang tertata rapi, bersih, dan tidak menjadi tempat lalu lalang manusia. Selain itu, ayam ras juga membuthkan air minum yang berkualitas, tidak tercemar dan jumlahnya selalu mencukupi (Suharno, 2002). Suharno (2002) menjelaskan bahwa cuaca yang selalu berubah-ubah akan membuat ayam mudah terserang penyakit. Itulah sebabnya, disamping pakan yang baik, ayam perlu pula diberi sejumlah vitamin, antibiotik, dan vaksin agar dapat hidup sehat hingga dipanen. Itupun harus didukung dengan sanitasi yang ketat, jika tidak maka pemberian pakan dan obat-obatan akan percuma saja. Ayam jenis ini adalah ayam yang paling banyak diternakan oleh masyarakat dan dipotong baik pada tempat pemotongan tradisional maupun pada rumah pemotongan ayam modern. Ayam broiler banyak dipelihara di daerah sekitar Jabotabek, Sukabumi, Cianjur, daerah Priangan Timur, dan daerah lain di Indonesia (Priyatno, 2003). Ayam broiler sekarang ini kebanyakan tidak dipasarkan dalam bentuk utuh tetapi dalam bentuk yang telah dipotong-potong. Karkas yang berukuran kecil 0,8-1,0 kg dipasarkan utuh, akan tetapi, konsumen di Indonesia lebih suka dapat memperolehnya dalam bentuk yang telah dipotong-potong. Selain dalam bentuk yang telah dipotong-potong, konsumen lokal lebih menyukai karkas segar karena diasosiasikan dengan nilai halal (Amrullah, 2004).
Pasar dan Mekanisme Pasar Pada mulanya istilah pasar berarti tempat dimana penjual dan pembeli berkumpul untuk saling menukar barang mereka. Para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk merujuk pada suatu kumpulan pembeli dan penjual yang mentransaksikan produk dan kelas produk tertentu (Kotler, 1993). Menurut Sudiyono (2002), definisi pasar sebagai produsen adalah tempat untuk menjual barang dan jasa yang dihasilkan. Konsumen mendefinisikan pasar sebagai tempat membeli barang dan jasa, sehingga konsumen tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Sedangkan bagi lembaga pemasaran, pasar merupakan tempat untuk melakukan aktifitas usaha dengan menjalankan fungsi-fungsi pemasaran tertentu untuk mendapatkan keuntungan. Kohls dan Uhls (2002) mendefinisikan pasar sebagai arena untuk mengorganisasi dan memfasilitasi aktifitas bisnis, dan untuk menjawab pertanyaan ekonomi yang mendasar, apa yang diproduksi, berapa banyak produksinya, bagaimana memproduksinya, dan bagaimana mendistribusikan hasil produksi. Pasar juga dapat didefinisikan sebagai (1) lokasi, (2) produk, (3) waktu, (4) tingkat lembaga (contohnya, pedagang pengecer).Pilihan definisi pasar tergantung dari masalah yang akan dianalisis. Menurut Kotler (1993), pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau keinginan yang mungkin ingin dan mampu terlibat dalam pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Ukuran pasar tergantung pada banyaknya orang yang memiliki kebutuhan, mempunyai sumberdaya yang menarik bagi orang lain, dan ingin menawarkan sumberdaya ini sebagai ganti apa yang mereka inginkan. Suatu pasar dalam ilmu ekonomi adalah di mana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli untuk barang yang bersangkutan. Dan apabila terjadi suatu transaksi, maka ini berarti telah terjadi suatu persetujuan (antara penjual dan pembeli) mengenai harga transaksi dan volume transaksi bagi barang tersebut. Dua aspek transaksi inilah (yaitu harga dan volume) yang menjadi pusat perhatian ahli ekonomi apabila ia menganalisis suatu pasar (Boediono, 1998).
Pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu mekanisme tertentu. Dalam mekanisme ini terdapat dua kekuatan pokok yang saling berinteraksi yaitu penawaran dan permintaan dari barang yang bersangkutan. Kekuatan ekonomi yang bekerja dimasysrakat tersalurkan melalui dua kekuatan pokok tersebut. Proses bekerjanya dua kekuatan pokok itulah yang disebut mekanisme pasar. Jadi mekanisme pasar dapat diamati dalam bentuk mekanisme harga. Harga merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya ekonomi baik yang berupa barang dan jasa maupun yang berupa faktor produksi. Tingginya harga mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut (Sudarsono, 1995). Pemasaran Istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Karena perdagangan itu biasanya dijalankan melalui pasar, maka tataniaga disebut juga pemasaran (Mubyarto, 1995). Pemasaran didefinisikan sebagai seluruh aktifitas yang melibatkan arus barang dan jasa dari titik awal produksi sampai barang dan jasa tersebut berada di tangan konsumen. Aktifitas pemasaran melengkapi proses produksi, hal ini menunjukkan dua karakteristik yang essensial dari proses pemasaran. Pertama, proses pemasaran merupakan salah satu bentuk perpindahan, terdiri dari aftifitasaktifitas yang menjadi satu rangkaian. Kedua, beberapa bentuk koordinasi dari rangkaian aktifitas diperlukan jika barang dan jasa untuk disampaikan ke tangan konsumen (Khols dan Uhls, 2002). Pemasaran adalah pergerakan barang dan jasa dari produsen ke konsumen dimana di dalamnya terdapat proses penciptaan dan kegunaan dari barang dan jasa tersebut. Tujuan dari pemasaran adalah untuk menempatkan barang dan jasa ke konsumen akhir dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan, penimbangan, dan penyebaran (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Sudiyono (2002), menjelaskan bahwa pemasaran secara umum dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam barang. Dalam pemasaran, barang mengalir dari produsen sampai ke konsumen akhir yang disertai dengan penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan, dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Kotler (1993) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Definisi pemasaran ini berpijak pada konsep-konsep inti sebagai berikut ; kebutuhan, keinginan, dan permintaan ; produk ; nilai, biaya, dan kepuasan ; pertukaran, transaksi, dan hubungan ; pasar, pemasaran, dan pemasar. Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi adalah pada penentuan kebutuhan dan keinginan dari pasar sasaran dan pada pemberian kepuasan yang diinginkan dengan lebih efektif dan efisien daripada para pesaing (Kotler, 1993). Lembaga dan Saluran Pemasaran Lembaga
pemasaran
adalah
badan
usaha
atau
individu
yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga pemasaran menjalankan fungsifungsi pemasaran untuk memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono, 2002). Mubyarto (1995) menjelaskan bahwa produk-produk pertanian disalurkan melalui dua lembaga pemasaran, yaitu lembaga pemasaran swasta dan lembaga pemasaran pemerintah oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) yang mempunyai cabang-cabang Depot Logistik sampai ke kota-kota dan kabupaten. Pada saluran swasta, hasil produksi dijual kepada para tengkulak atau pedagang kecil yang kemudian akan dibawa ke kota untuk dijual ke pedagangpedagang besar, Pedagang besar ini akan menjualnya lagi ke pedagang pengecer.
Hasil produksi yang dijual melalui saluran pemerintah dilakukan setelah ada perjanjian kontrak pembelian dengan jumlah tertentu antara pedagang-pedagang kecil di tingkat terbawah (desa, kecamatan, atau kabupaten) dengan pihak Bulog. Produk yang telah disetor pada gudang Bulog maka produk tersebut akan disimpan sebagai stok pemerintah sebagai buffer stok nasional (Mubyarto, 1995). Menurut Cahyono (2002), sebelum barang sampai ke pedagang pengecer, masih terdapat lembaga lain yang berperan. Lembaga-lembaga tersebut adalah tengkulak, pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Dalam menjalankan fungsinya, lembaga tersebut membentuk rantai pemasaran hingga ke konsumen. Pekerjaan dari pedagang besar adalah mengumpulkan berbagai produk dalam jumlah tertentu setelah proses produksi dan pengolahan yang kemudian diangkut untuk dijual dalam jumlah yang lebih kecil kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer adalah rantai pemasaran yang terakhir, dengan pelayanan secara langsung terhadap konsumen akhir (Khols dan Uhls, 2002). Jalur pemasaran pada peternakan ayam umumnya panjang, baik ayam ras maupun ayam buras. Jalur ini dimulai dari peternak di pedagang pengumpul, ke pangkalan ayam, ke pemotong, pedagang keliling atau warung makan, dan baru ke konsumen. Tiap tahapan pasti terdapat biaya, sehingga semakin panjang rantai pemasaran, maka semakin tipis peternak memperoleh keuntungan yang wajar (Suharno, 2002). Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), panjang pendeknya saluran pemasaran ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: (1) jarak dari produsen ke konsumen, (2) cepat tidaknya produk rusak, (3) skala produksi, (4) posisi keuangan pengusaha. Menurut Cahyono (2002), agar pemasaran efisien serta menguntungkan peternak dan konsumen, maka peternak harus memilih jalur pemasaran yang pendek. Skala usaha yang akan memudahkan dalam memperpendek jalur pemasaran, karena pada skala ini transportasi dan cadangan dana bukan masalah lagi. Peternak kecil juga dapat memperpendek jalur pemasarannya, caranya yaitu turut bergabung dengan peternak besar atau dengan beberapa peternak lainnya membentuk koperasi.
Hasil penelitian Basuki (2005) menjelaskan bahwa di Kota Bogor terdapat tiga saluran pemasaran daging ayam broiler. Pada saluran pertama (produsen, grosir, RPA, dan pengecer) pedagang pengecer di pasar tradisional Kota Bogor membeli ayam dalam kondisi yang sudah terpotong, begitu juga pada saluran kedua (produsen, RPA, dan pengecer). Pada saluran ketiga (produsen, grosir, dan pengecer) sebagian pedagang pengecer di pasar tradisional membeli ayam dalam kondisi hidup, sehingga pengecer juga berperan sebagai pemotong ayam. Fungsi-fungsi Pemasaran Proses pemasaran memiliki fungsi yang harus dilakukan oleh produsen dan pelaku agribisnis. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran adalah tindakan memperlancar pemindahan hak milik barang atau jasa (pembelian dan penjualan). Fungsi fisik adalah tindakan penanganan, pemindahan, dan perubahan fisik komoditi (penyimpanan,
transportasi,
dan
pengolahan).
Fungsi
fasilitas
yaitu
mempermudah fungsi pertukaran dan fungsi fisik (penanggungan resiko dan penggolongan) (Kohls dan Uhls, 1985). Fungsi pertukaran dalam pemasaran meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan kepemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diperlakukan terhadap komoditi, sehingga komoditi tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi penyedia fasilitas, pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik, meliputi standarisasi, penanggungan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana (Sudiyono, 2002). Menurut penelitian Sulvadewi (2000), fungsi-fungsi pemasaran ayam broiler di Kebupaten Kuningan belum dilaksanakan dengan baik oleh masingmasing lembaga pemasaran terutama fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Penyimpanan yang dilakukan oleh pedagang pengecer masih sederhana, tidak ada standarisasi dalam pembelian dan penjualan serta pengolahan ayam tanpa memperhatikan sanitasinya. Fungsi fasilitas juga belum berjalan dengan baik,
kurangnya peranan yang diberikan oleh PINSAR (Pusat Informasi Pasar) kepada lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Marjin dan Nilai Tambah Pemasaran Sudiyono (2002) mendefinisikan marjin dengan dua cara. Pertama, marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Kedua, marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya-biaya pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran (biaya pemasaran atau biaya fungsional) dan keuntungan lembaga pemasaran. Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara nilai rupiah yang dibayarkan konsumen dengan nilai rupiah yang diterima oleh produsen. Marjin pemasaran adalah nilai dari semua aktifitas penambahan kegunaan dan fungsi yang dibentuk oleh pemasaran. Nilai ini meliputi pengeluaran biaya pelaksanaan fungsi pemasaran dan juga keuntungan yang diperoleh dari pemasaran (Kohls dan Uhls, 2002). Menurut penelitian Ibniyah (2002) marjin pemasaran yang diciptakan oleh pedagang pengumpul di saluran pemasaran PT. Nurasto Ageng Kota Depok sebesar Rp. 2.100 per kilogram dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.1.916 per kilogram. Marjin pemasaran yang diciptakan oleh pedagang pengecer sebesar Rp.2.000 per kilogram dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 1.849,87 per kilogram. Hayami et al. (1987) mendefinisikan nilai tambah sebagai selisih antara nilai tambah komoditi yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan harga input lain. Komponen dari nilai tambah yaitu faktor konversi, yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga
kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output perusahaan input. Tujuan analisis nilai tambah yaitu menaksir balas jasa yang diterima para pelaku sistem komoditas dan mengukur kesempatan usaha yang diciptakan sistem komoditas (Hayami et al., 1987). Menurut Choer (2005) dalam penelitiannya mengenai nilai tambah pemasaran ayam broiler di Pancoranmas Kota Depok menyimpulkan bahwa komponen utama pembentuk biaya produksi meliputi bahan baku, sumbangan input lain, tenaga kerja, dan keuntungan untuk masing-masing komponen utama yang digunakan. Nilai tambah pemasaran yang diperoleh pedagang ayam goreng fast food merupakan nilai yang terbesar dibandingkan dengan pedagang pengumpul, pemotong, dan pengecer.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di 3 pasar (pasar besar, sedang, dan kecil) yang berada di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari – Februari 2008. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah berjumlah 15 orang,terdiri dari 9 orang pedagang pengecer, 4 orang pedagang pemotong dan 2 orang pedagang pengumpul. Metode pengambilan sampel pedagang pengecer yaitu secara accidental dengan menggunakan kriteria bersedia diwawancara dan mampu memberikan informasi dengan baik. Pengambilan sampel pedagang pemotong dan pedagang pengumpul dilakukan dengan cara mengikuti rantai pemasaran. Sampel pasar dikategorikan berdasakan jenis pasar. Berdasarkan ketagori tersebut, sampel pasar terbagi menjadi tiga jenis pasar yaitu pasar besar (Cibinong), pasar sedang (Leuwiliang) dan pasar kecil (Ciampea). Sampel pedagang pengecer yang digunakan sebanyak 9 responden terdiri dari 3 pedagang pengecer pada setiap pasar. Pada masing-masing pasar diambil 3 pedagang pengecer yaitu 1 orang pedagang pengecer besar, 1 orang pedagang
pengecer sedang dan 1 orang pedagang pengecer kecil. Sampel pedagang pengecer dikategorikan berdasarkan volume penjualan. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif berupa survey yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Effendi, 1986).
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan sampel pedagang pengecer, pedagang pemotong, dan pedagang pengumpul. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait, studi pustaka, dan literaturliteratur yang relevan dengan penelitian.
Pengumpulan data Data primer dan sekunder dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung. Data-data primer dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengamatan dan wawancara secara langsung dengan responden. Data-data sekunder dikumpulkan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, PD Pasar Tohaga, serta instansi lain yang terkait dengan penelitian. Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk : a. Mengetahui karakteristik lembaga pemasaran b. Mengetahui saluran pemasaran c. Mengetahui fungsi-fungsi pemsaran Analisis Nilai Tambah Metode analisis niali tambah yang digunakan adalah metode Hayami et al (1987). Metode ini merupakan analisis nilai tambah yang sering digunakan untuk komoditas pertanian termasuk sector peternakan yang ada didalamnya. Analisis nilai tambah pemasaran ayam broiler akan menghasilkan informasi atau keluaran antara lain:
1. Nilai tambah (Rp) 2. Rasio nilai tambah (%), menunjukan persentase nilai tambah produk. 3. Balas jasa tenaga kerja (Rp), menunjukan upah yang diterima tenaga kerja langsung untuk memperoleh satu satuan bahan baku. 4. Bagian tenaga kerja (%), menunjukan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah. 5. Keuntungan (Rp), menunjukan bagian yang diterima pemilik faktor produksi karena menanggung resiko usaha. 6. Tingkat keuntungan (%), menunjukan persentase keuntungan terhadap nilai tambah. 7. Marjin menunjukan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis nilai tambah: (1) membuat arus komoditi, (2) mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi, (3) memilih dasar perhitungan. Perhitungan nilai tambah produk dengan metode Hayami et al. (1987) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah Produk Variabel
Nilai
Output, Input dan Harga 1.
Output (ekor/hari)
A
2.
Bahan baku (ekor/hari)
B
3.
Tenaga kerja (HKP/hari)
C
4.
Faktor konversi (1:2)
D=A/B
5.
Koefisien tenaga kerja (3:2)
E=C/B
6.
Harga output (Rp/kg)
F
7.
Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKP)
G
Pendapatan dan Keuntungan 8.
Harga bahan baku (Rp/ekor)
H
9.
Harga input lain (Rp/ekor)
I
10.
Nilai output (4x6)
11.
A. Nilai tambah (10-8-9) B. Rasio nilai tambah {(11A:10)x100%}
J=DxF K=J-H-I L%=K/Jx100%
12.
A. Imbalan tenaga kerja (5x7)
M=ExG
B. Bagian tenaga kerja {(12A:11A)x100%} 13.
N%=M/Kx100%
A. Keuntungan (11A-12A)
O=K-M
B. Tingkat keuntungan {(13A:10)x100%}
P%=O/Jx100%
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14.
Marjin (10-8)
Q=J-H
A. Pendapatan tenaga kerja
R%=M/Qx100%
B. Sumbangan input lain
S%=1/Qx100%
C. Keuntungan perusahaan
T%=O/Qx100%
Sumber : Hayami et al. (1987)
Definisi Istilah 1.
Ayam ras pedaging adalah jenis ayam hasil pemuliabiakan peternakan yang memiliki mutu genetik yang tinggi dan karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging.
2.
Karkas adalah ayam yang telah disembelih dan dikurangi bagian-bagian tertentu, seperti darah, bulu, kaki, leher, dan organ dalam.
3.
Lembaga
pemasaran
adalah
badan
usaha
atau
individu
yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan produk ayam dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. 4.
Pedagang pengumpul adalah salah satu lembaga pemasaran yang membeli produk langsung dari peternak, yang kemudian mejualnya kembali dalam bentuk ayam hidup atau karkas.
5.
Pedagang pemotong adalah salah satu lembaga pemasaran yang membeli produk ayam dalam bentuk ayam hidup dari pedagang pengumpul, yang kemudian mejualnya kembali dalam bentuk karkas.
6.
Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran yang membeli produk ayam dari pedagang pengumpul atau pedagang pemotong, yang kemudian mejualnya langsung kepada konsumen akhir.
7.
Saluran pemasaran rangkaian jalur (terdiri dari lembaga-lembaga pemasaran) yang dilalui produk ayam hingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen akhir.
8.
Fungsi pemasaran kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembagalembaga pemasaran dalam memasarkan produk ayam, hingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen.
9.
Marjin pemasaran perbedaan antara nilai rupiah produk ayam yang dibayarkan konsumen dengan nilai rupiah yang diterima oleh produsen atau perbedaan nilai rupiah produk ayam pada setiap tingkatan lembaga pemasaran.
10. Nilai tambah adalah selisih antara nilai tambah komoditi yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai kobanan yang digunakan selama proses berlangsung. GAMBARAN UMUM LOKASI Secara geografis Kabupaten Bogor terletak di antara 6,19º - 6,47º Lintang Selatan (LS) dan 106º - 107º Bujur Timur (BT). Kedudukan Kabupaten Bogor mengelilingi Kota Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten yang berada di wilayah administratif Propinsi Jawa Barat, yang letaknya tidak jauh dari pusat pemerintahan Indonesia. Kabupaten yang memiliki luas 2.371,21 km² ini dihuni oleh 3.945.000 jiwa dengan kepadatan 1.664 per km² jiwa/km² yang tersebar di 3 wilayah (Timur, tengah, barat) dan 40 kecamatan, kecamatan-kecamatan tersebut dibagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Bogor berada di sebelah utara kota Bogor. Kabupaten ini berbatasan dengan:
•
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
•
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang.
•
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur
•
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Banten)
Adapun Daftar Wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Wilayah Timur Kecamatan
Gunung
Putri,
Kecamatan
Cileungsi,
Kecamatan
Klapanunggal, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Cariu, Kecamatan Tanjungsari. 2.
Wilayah Tengah Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng,
Kecamatan Kemang, Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Bojong Gede, Kecamatan Tajur Halang, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Caringin, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Tamansari. 3. Wilayah Barat: Kecamatan Jasinga, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Tenjo, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Tenjolaya. Kabupaten Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut. Kondisi iklim di Kabupaten Bogor adalah: suhu rata-rata tiap bulan 26ºC dengan suhu terendah 21,8ºC dan suhu
tertinggi 30,4ºC. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4.000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor menunjukan peningkatan pada setiap tahun, yaitu 4,81% (tahun 2003, kemudian meningkat menjadi 5,56% (pasa tahun 2004), 5,85% (pada tahun 2005), 5,95% (pada tahun 2006) dan terakhir mencapai 6,04% pada tahun 2007. Kondisi ini menunjukan bahwa telah terjadi perkembangan ekonomi yang menggembirakam selama lima tahun terakhir. Pergerakan ekonomi Kabupaten Bogor menurut nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor tahun 2007 yaitu mencapai Rp. 51,83 triliun dan tingkat pendapatan per kapita penduduk
Kabupaten Bogor yang
dihitung dari nilai PDRB per kapita menurut harga berlaku yaitu sebesar Rp. 13.138,150/kapita/tahun Perusahaan Daerah Pasar Tohaga (PD Pasar Tohaga) merupakan salah satu badan Usaha Milik Negara Kabupaten Bogor yang bergerak dibidang perpasaran. PD Pasar Tohaga mengelola 24 pasar yang dibagi menjadi 3 kelas (besar, sedang dan kecil). Pasar-pasar tersebut adalah Cileungsi, Cibinong, Citereup I, Parung, Citereup II, Jonggol, Cisarua, Parung panjang, Leuwiliang, Laladon, Ciawi, Ciampea, Cariu, Ciluar, Jasinga, Cigombong, Cicangkal, Citayam, Cigudeg, Ciseeng,
Parungpung,
Nanggung,
Cikereteg,
Cimayang.
Penelitian
ini
dilaksanakan di tiga pasar yang di kelola perusahaan Daerah Pasar Tohaga, yaitu Pasar Cibinong (pasar besar), Pasar Leuwiliang (pasar sedang) dan Pasar Ciampea (pasar kecil). Pasar Cibinong Pasar Cibinong dibangun pada tahun 1980, terletak di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pasar Cibinong beroperasi 24 jam setiap harinya. Pasar Cibinong berdiri di atas lahan seluas ±22.000 m² dengan jumlah kios sebanyak 650 buah dan los sebanyak 680 buah. Pasar Cibinong merupakan salah satu pasar besar yang ada di Kabupaten Bogor. Pasar Cibinong memiliki beberapa fasilitas diantaranya yaitu kantor pasar, MCK, areal parkir, musholla, dan TPS. Pasar Leuwiliang
Pasar Leuwiliang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pasar Leuwiliang diremajakan pada tahun 2002 (tahap satu), tahun 2003 (tahap dua), dan diresmikan pada bulan juli tahun 2007. Pasar Leuwiliang memiliki luas areal ± 21.714 m² dan luas bangunan ± 11.466 m² dengan jumlah kios sebanyak 591 buah dan los sebanyak 640 buah. Pasar Leuwiliang memiliki 3 lantai yang dibagi menjadi empat blok yaitu blok A, blok B, blok C, dan blok D, sarana yang dimiliki yaitu kantor pasar, musholla, MCK, dan areal parkir. Pasar Ciampea Pasar Ciampea terletak di Kecamatan Ciampea. Kabupaten Bogor. Pasar Ciampea memiliki luas areal ± 6000 m² dengan jumlah kios sebanyak 250 unit tetapi yang buka hanya sejumlah 180 unit, sedangkan los berjumlah 132 unit tetapi yang buka hanya 35 unit. Jumlah pedagang kaki lima yaitu sekitar 188 unit auning/tenda tetapi yang buka hanya sejumlah 170 unit. Saat ini pasar Ciampea sedang dalam tahap relokasi, letak pasar yang menyatu dengan terminal dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya kemacetan di wilayah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Jenis Kelamin Responden yang terlibat dalam pemasaran ayam memiliki jenis kelamin yang berbeda, namun pada setiap lembaga pemasaran didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Seperti yang terlihat pada Tabel 2, jumlah tenaga kerja yang berjenis kelamin perempuan hanya 1 orang yaitu pada pedagang pengecer sedangkan pada pedagang pengumpul dan pedagang pemotong semua responden berjenis kelamin laki-laki. Banyaknya jumlah tenaga kerja laki-laki menunjukan bahwa dalam usaha ini sangat berhubungan dengan aktifitas fisik yang sangat menguras tenaga. Tabel 2. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Pengumpul jumlah
Pemotong %
jumlah
Pengecer %
jumlah
%
Laki-laki
2
100
4
100
8
88,88
Perempuan
-
-
-
-
1
11,11
Jumlah
2
100
4
100
9
100
Sumber : Data Primer diolah (2008)
Umur Sebaran umur responden berada pada kisaran umur produktif yaitu berkisar antara 20 tahun sampai dengan 55 tahun. Pada Tabel 3 dapat diterangkan bahwa semua pedagang pengumpul berumur antara 36 – 45 tahun, pedagang pemotong berumur 20 – 35 berjumlah 1 (25%) orang dan yang berumur 46 – 55 berjumlah 3 orang (75%), dan pedagang pengecer yang berumur 20 – 35 tahun berjumlah 6 orang (66,67%), berumur 36 – 45 tahun sebanyak 1 orang (11,111%), dan yang berumur antara 46 – 55 tahun berjumlah 2 orang atau sebesar 22,22%.
Tabel 3. Usia Responden Pemasaran Ayam Ras Pedaging Umur
Pengumpul
Pemotong
Pengecer
jumlah
%
jumlah
%
jumlah
%
20-35
-
-
1
25
6
66,67
36-45
2
100
-
-
1
11,11
46-55
-
-
3
75
2
22,22
Jumlah
2
100
4
100
9
100
Sumber : Data Primer diolah (2008)
Tingkat Pendidikan Tabel 4 dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan responden minimal pernah bersekolah SD. Semua pedagang pengumpul hanya berpendidikan Sekolah dasar (100%), Pedagang pemotong yang berpendidikan SD berjumlah 1 orang (25%),
SMA 1 orang (25%), dan perguruan Tinggi berjunlah 2 orang (50%), pedagang pengecer yang berpendidikan SD sebanayak 2 orang (22.222%), SMP mendominasi yaitu sebesar 55.55% atau sebanyak 5 orang, SMA berjumlah 1 orang (11.111%), dan perguruan tinggi berjumlah 1 orang (11.111%).
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden Pemasaran Ayam Ras Pedaging Pendidikan
Pengumpul
Pemotong
Pengecer
jumlah
%
jumlah
%
jumlah
%
Tidak tamat SD
-
-
-
-
-
-
SD
2
100
1
25
2
22,22
SMP
-
-
-
-
5
55,55
SMU
-
-
1
25
1
11,11
PT
-
-
2
50
1
11,11
Jumlah
2
100
4
100
9
100
Sumber : Data Primer diolah (2008)
Lama Usaha Lama usaha yang dijalankan oleh lembaga pemasaran cukup berpariasi, pada pedagang pengecer sebagian besar telah menjalankan usaha berkisar antara 1 sampai dengan 5 tahun atau sebesar 77.77%, pedagang pemotong sebagian besar telah menjalankan usaha berkisar antara 6 – 15 tahun atau sebesar 75%, dan pedagang pengumpul telah melakukan usaha berkisar 1 – 5 tahun sebesar 50% dan 6 – 15 tahun sebesar 50%.
Tabel 5. Lama Usaha Responden Pemasaran Ayam Ras Pedaging Lama Usaha (Tahun)
Pengumpul
Pemotong
Pengecer
jumlah
%
jumlah
%
jumlah
%
1-5
1
50
1
25
7
77,77
6-15
1
50
-
-
1
11,11
16-30
-
-
3
75
1
11,11
Jumlah
2
100
4
100
9
100
Sumber : Data Primer diolah (2008)
Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam masing-masing lembaga pemasaran sebagian besar diambil dari keluarga dan dari kerabat di tempat asal mereka. Pedagang pemgumpul mempunyai tenaga kerja berkisar antara 1 sampai dengan 5 orang, pedagang pengecer mempunyai tenaga kerja 1 - 5 orang (100%), demikian juga dengan pedagang pemotong.
Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja Responden Pemasaran Ayam Ras Pedaging Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
Pengumpul jumlah
Pemotong %
jumlah
Pengecer %
jumlah
%
1-5
2
100
4
100
9
100
Jumlah
2
100
4
100
9
100
Fungsi-Fungsi Pemasaran Fungsi Pertukaran Pembelian ayam dilakukan oleh pedagang pengumpul dan sebagian besar pedagang pemotong pada peternakan inti. Harga yang diterima yaitu antara Rp.10.000 – Rp.11500 per kilogram ayam hidup (pada saat penelitian). Pengumpul yang telah mendapatkan ayam melakukan penjualan ke tempat pemotongan ayam yang telah menjadi langganan, pedagang pengecer dan konsumen secara langsung, Pedagang pemotong yang telah melakukan pembelian ayam dari pengumpul maupun peternak inti selanjutnya melakukan pengolahan ayam agar siap untuk dijual di pasar tradisional dalam bentuk karkas. Harga rata-rata yang diterima pemotong dari peternak yaitu Rp. 11500/ kilogram ayam hidup.
Pedagang pemotong kemudian menjual ayam pada pengecer, dan terkadang langsung menjual pada konsumen secara langsung. Pedagang pengecer yang telah melakukan pembelian ayam berupa karkas dari pedagang pemotong selanjutnya menjual karkas tersebut pada konsumen langsung dengan tujuan yang beraneka ragam, ada yang membeli untuk berjualan di warung-warung, berjualan di Rumah makan dsb. Harga yang diterima oleh pedagang pengecer dari pemotong yaitu berkisar antara Rp.14.000 – Rp.15.500/kg. dan harga yang diterima konsumen yaitu sebesar Rp. 18.000/kg. Fungsi Fisik Fungsi fisik yaitu berupa pemotongan dilakukan oleh pedagang pemotong melalui tahapan penyembelihan ayam. Ayam broiler
yang sampai ke tangan
konsumen mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Karkas ayam diperoleh dari pemotongan yang dilakukan untuk mengeluarkan darah serta jeroan dan pencabutan bulu. Pada proses penyembelihan, pemotong mengapit kedua sayap dan kepala dengan tangan kiri, kemudian ucapan “Basmallah” diucapkan kemudian leher ayam disembelih lalu dilempar ke dalam bak penampungan dan dibiarkan bertumpuk. Proses ini biasanya berlangsung pada tengah malam hingga menjelang waktu subuh, yaitu pukul 01.00 – 05.00 WIB. Proses pencelupan kedalam air panas dilakukan untuk memudahkan pencabutan bulu. Ayam yang telah disembelih kemudian diambil 3-5 ekor pada tumpukan terbawah yang darahnya telah keluar habis. Ayam kemudian dicelupkan ke dalam kuali yang berisi air panas yang bersuhu 52,22˚-55,55˚ celcius diatas kompor yang menyala selama beberapa menit (2-3 menit) lalu diangkat. Ayam yang telah dicelupkan ke dalam air panas kemudian dicabuti bulunya secara manual sampai terlihat bersih. Pembersihan bulu-bulu halus menggunakan bantuan air bersih. Ayam yang telah dibersihkan semuanya dari bulu lalu diambil isi perutnya, bagian kloaka antara tulang dada disobek dengan menggunakan pisau, kemudian tangan kanan masuk ke dalam rongga perut untuk mengeluarkan isi perut. Karkas dan isi perut yang telah didapatkan dikumpulkan secara terpisah. Karkas dikumpulkan dalam drum plastik berisi air dingin yang bersih dan jeroan dikumpulkan pada tempat yang berbeda.
Pengemasan jeroan berupa usus, ginjal. hati, rempela, dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang melekat. Pengemasan untuk konsumen diperlukan kantong plastic, kemudian dipasarkan, ayam dapat dipasarkan di los-los atau kios di pasar. Fungsi Fasilitas Fungsi ini sangat berkaitan erat dengan penanggungan resiko dan penggolongan produk ayam ras pedaging. Resiko yang diterima lembaga pemasaran terbagi dalam dua golongan yaitu resiko fisik dan resiko pasar. Resiko fisik berupa kerusakan karkas dan tingkat kematian ayam. Resiko pasar merupakan resiko yang sulit ditangani lembaga pemasaran. Resiko ini berupa penurunan permintaan, banyaknya pesaing dan kenaikan bahan baku utama dan bahan penolong.
Saluran Pemasaran Ayam Ras Pedaging Ayam broiler yang dijual hingga sampai ke tangan konsumen memerlukan lembaga-lembaga pemasaran yang dilibatkan. Lembaga pemasaran tersebut melibatkan pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan pemotong. Saluran pemasaran ayam ras pedaging di pasar yang ada di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut : 1. Peternak → pedagang pengumpul → pemotong → konsumen 2. Peternak → pedagang pengumpul → pemotong →pengecer→ konsumen 3. Peternak → pemotong → pengecer → konsumen 4. Peternak → pemotong → konsumen Secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 2.
25% Pengumpul
Peternak
100%
Pemotong
Pengecer di pasar
100%
Konsumen
75%
75% 25%
Keterangan : Produk Ayam Hidup Produk Karkas Tidak diteliti Bobot Hidup 1,3 kg/ekor
Gambar 2. Saluran Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bogor Secara umum terdapat empat saluran pemasaran ayam ras pedaging. Pada saluran pertama (peternak, pengumpul, pemotong dan konsumen), pemotong mendapatkan bahan baku ayam hidup dari pedagang pengumpul dan kemudian konsumen membeli bahan baku dalam bentuk karkas langsung dari pedagang pemotong. Pedagang pengecer membeli produk dalam kondisi yang sudah terpotong dari pedagang pemotong pada saluran kedua (peternak, pengumpul, pemotong, pengecer, dan konsumen). Pedagang pemotong membeli bahan baku ayam hidup kepada peternak secara langsung pada saluran ketiga (peternak, pemotong, memperoleh
pengecer, ayam
konsumen),dan
hidup
pada
langsung dari
saluran peternak
keempat
pemotong
kemudian
konsumen
memperoleh ayam dalam bentuk karkas dari pemotong. (peternak, pemotong, dan konsumen). Pedagang pengumpul menjual dalam bentuk ayam hidup ke pedagang pemotong secara keseluruhan atau sebesar 100%. Pada saluran kedua semua pedagang pengecer menjual ayam dalam bentuk karkas secara keseluruhan kepada konsumen (100%). Pada saluran ketiga pedagang pemotong memperoleh ayam hidup langsung dari peternak sebesar 75%, dan pada saluran ke empat pemotong melakukan penjualan lengsung ke konsumen sebanyak 25% dari jumlah keseluruhannya.
Lembaga Pemasaran Ayam Ras pedaging Lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor yaitu pedagang pengumpul, pedagang pemotong dan pedagang
pengecer. Masing –masing lembaga pemasaran dapat dengan secara bebas melakukan pembelian dan penjualan produknya kemanapun hal ini dikarenakan tidak adanya perjanjian yang resmi dari masing-masing lembaga pemasaran yang terkait. Walaupun demikian, beberapa lembaga pemasaran mempunyai hubungan yang sangat baik dengan pihak pemasoknya, sehingga menimbulkan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul mendapatkan ayam dari para peternak yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Setiap harinya pedagang pengumpul mampu mengangkat 400 hingga 700 ekor ayam hidup dengan harga berkisar antara Rp.11500 - Rp. 12000/ekor. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pedagang pengumpul berjumlah antara 3 sampai dengan 5 orang dengan lama bekerja antara 7 sampai dengan 8 jam perhari atau sekitar 2,25HKP sampai dengan 3,75 HKP. Semua tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki dengan pembagian kerja antara lain
supir, tenaga
bongkar muat dan penimbangan, dan sebagian pengantar. Pedagang pengumpul menjual produk mereka dalam kondisi ayam masih hidup kepada pedagang pemotong dan pedagang pengecer pasar tradisional. Harga jual di tingkat pedagang pengumpul yaitu sekitar Rp. 10.000 perkilogram ayam hidup. Penetapan harga penjualan dapat berubah-ubah tergantung dari harga ayam di tingkat peternak dan biaya pemasaran yang dikeluarkan. Pedagang pemotong Bahan baku utama pedagang pemotong adalah ayam hidup yang diperoleh dari pedagang pengumpul dan peternak langsung dengan harga berkisar antara Rp. 10.000 sampai Rp. 11.000 per kilogram ayam hidup. Jumlah ayam yang dapat dipotong berkisar antara 350 sampai 700 ekor per harinya. Pedagang pemotong melakukan pemotongan di rumah mereka, tidak di pasar tradisional. Pedagang pemotong menggunakan tenaga kerja 2 sampai 3 orang dengan pembagian kerja antara lain
supir, tenaga bongkar muat dan penimbangan,
pemotongan dan sebagian pengantar. Pedagang pemotong menjual karkasnya kepada pedagang pengecer, tetapi mereka juga menjualnya langsung kepada konsumen. Harga jual karkas di tingkat pemotong berkisar antara Rp. 15.500
sampai Rp. 16.000 per ekor. Pedagang pemotong juga menjual jeroan, antara lain hati, rempela, jantung, dan usus ditambah pula dengan kaki dan kepala. Pedagang pemotong menjual terpisah karkas dan jeroannya. Pedagang pengecer Pedagang pengecer adalah mereka yang berjualan karkas dan jeroan ayam ras pedaging di pasar tradisional. Harga yang diterima oleh pedagang pengecer dari pedagang pemotong yaitu sebesar Rp.15.000 sampai dengan Rp. 16.000. Kisaran harga jeroan antara lain, hati, rempela dan jantung seharga Rp. 530,4 per ekor, usus Rp. 242,4 sampai Rp.315 per ekor, kaki dan kepala Rp.427 dan Rp. 202,8 per ekor. Setiap harinya rata-rata pedagang penegecer sanggup menjual 40 ekor sampai 250 ekor, dengan bobot hidup rata-rata sebesar 1,3 kg/ekor. Pedagang pengecer menjual produknya dengan menggunakan sarana berupa los atau kios di pasar tradisional. Harga jual untuk 1 ekor ayam bervariasi tergantung bobot ayam namun bobot rata-rata sekitar 1,3 kg dengan harga per kg sebesar Rp.18.000 jadi sekitar Rp.23.000 per ekor. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar 0.875 HKP per hari. Nilai ini diperoleh dari pengalian antara koefisien teknis dengan tenaga kerja langsung. Tenaga kerja ini bertugas melayani konsumen yang melakukan pembelian.
Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Ras Pedaging Analisis nilai tambah dilakukan pada periode produksi rata-rata satu bulan yaitu bulan Februari 2008. Dasar perhitungan nilai tambah menggunakan satuan kilogram bahan baku ayam ras pedaging. Perhitungan dalam analiis ini dilakukan untuk membandingkan setiap lembaga pemasaran ayam ras pedaging
output ayam dalam bentuk karkas memiliki bobot 75%: hati 1,9%: rempela 1,6%: usus 3,03%: kaki 4,7% dan kepala 2,6% dari bobot hidup (Rasyaf, 1995). Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah pemasaran ayam ras pedaging dan juga untuk melihat distribusi margin yang diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas pemasaran dengan menggunakan analisis Hayami et al. (1987). Analisis nilai tambah terdiri dari beberapa komponen utama pembentuk biaya produksi yang meliputi bahan baku, sumbangan input lain, tenaga kerja, dan keuntungan untuk masing-masing komponen utama yang digunakan. Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan, Nilai faktor konversi yang dihasilkan dari pemasaran ayam bernilai satu yang berarti bahwa perhitungan satuan penjualan dan pembelian menggunakan satuan ekor ayam. Perhitungan dengan menggunakan satuan ekor ayam untuk memudahkan skala produksi tiap harinya. Tingkat haga output merupakan rata-rata penjualan setiap harinya. Harga output pada pedagang pemotong sebesar Rp.15.750/ekor. Nilai output ini jauh lebih besar jika di bandingkan dengan harga output yang diperoleh oleh pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp. 13.250/ekor (Tabel 2).Perbedaan ini dikarenakan pada pedagang pemotong ayam yang dijual sudah berupa karkas sebagaimana kita ketahui ayam dalam bentuk karkas sudah mengalami penambahan kegunaan yang dihasilkan dari korbanan biaya yang telah dikeluarkan. Karkas ayam dijual kepada pengecer dengan harga sebesar Rp. 14.500. Tingkat harga output pada pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 18.000. Sumbangan terhadap input lain pada pedagang pemotong yaitu sebesar Rp. 355,34 per ekor, harga input lain ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan harga input lain pada pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp. 1122,44 per ekor. Input lain ini terdiri dari biaya pengangkutan, retribusi, penyusutan, kemasan, listrik, minyak tanah, transportasi dan komunikasi. Besarnya sumbangan input lain pada pedagang pengecer adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan, retribusi, penerangan pasar, kemasan plastik dan biaya akomodasi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 449.36 per ekor.
Tabel 7. Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Broiler pada Pengecer, Pengumpul, dan Pemotong Variabel
Pengecer
Pemotong
Pengumpul
138
500
550
138
500
550
0,88
2,19
3,00
1
1
0,012
0,0045
0,0055
18.000
15.750
13.250
13.85,.3
18.571,43
60.000
14.500
11.500
10.000
449,36
355,38
1.122,44
18.000
15.750
13.250
3.050,64
3.894,62
16,95
24,73
16,06
147,69
83,33
327,27
5,22
2,14
15,38
2.902,95
3.811,29
16,13
24,2
13,6
3.500
4.250
3.250
4,22
1,96
10.07
12,84
8,36
34.54
82,94
89,67
55,39
Output, Input dan Harga 1
Output (ekor/hari)
2
Bahan baku (ekor/hari)
3
Tenaga kerja (HKP/hari)
4
Faktor konversi
5
Koefisien tenaga kerja
6
Harga output (Rp/ekor)
1
Upah rata-rata tenaga kerja 7
(Rp/HKP)
Pendapatan dan Keuntungan 8
Harga bahan baku (Rp/kg)
9
Harga input lain (Rp/kg)
10
Nilai output
11
A. Nilai tambah B. Rasio nilai tambah
12
A. Imbalan tenaga kerja B. Bagian tenaga kerja
13
A. Keuntungan B. Tingkat keuntungan
2.127,56
1.800,29
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14
Marjin A. Pendapatan tenaga kerja (%) B. Sumbangan input lain (%) C. Keuntungan perusahaan (%)
Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh lembaga pemasaran ayam ras pedaging adalah renaga kerja langsung. Perhitungan hari kerja produktif (HKP) di peroleh dengan cara membagi jumlah jam kerja dengan hari kerja (satu hari kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 jam) dan dikalikan dengan faktor konversi 1 untuk la ki-laki dan 0,8 untuk tenaga kerja perempuan. Koefisien tenaga kerja pada pedagang pemotong di peroleh nilai sebesar 0.0045 HKP/ekor yang artinya setiap satu ekor ayam membutuhkan waktu selama 0,036 jam/ekor atau 2,16 menit untuk melakukan pemotongan dengan waktu maksimal. Koefisien tenaga kerja pada pedagang pengumpul yaitu sebesar 0,055 HKP/ekor yang berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk menangani satu ekor ayam hidup yaitu selama 0,044 jam/ekor atau sekitar 2,64 menit, sedangkan koefisien tenaga kerja pada pedagang pengecer yaitu sebesar 0,012 HKP/ekor yang berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menangani satu ekor ayam yaitu selama 0,09 jam HKP/ekor tau selama 5,76 menit per ekor. Imbalan untuk tenaga kerja pedagang pemotong diperoleh sebesar Rp. 83.33 per ekor atau sebesar 2,14%dari nilai tambah penjualan karkas ayam., yang artinya setiap Rp.100 per ekor nilai tambah akan memberikan pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 5,4 per ekor. Imbalan untuk tenaga kerja pada pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp. 327,27 dari setiap ekor ayam hidup, bagian tenaga kerja yang diperoleh yaitu sebesar 15,38% sedangkan imbalan tenaga kerja yang diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 147,68 atau sebesar 5,22% dari nilai tambah penjualan.
Distribusi Nilai tambah Nilai tambah yang diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 3.050.,63 per ekor atau setara dengan 16,95% dari outputnya, artinya setiap Rp. 100 per ekor akan mengalami pertambahan nilai Rp. 16,95 per ekor dari nilai outputnya. Keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 2.902,95 per ekor atau sebesar 16,13%, keuntungan ini merupakan keuntungan bersih karena sudah dikurangi upah tenaga kerja. Pemotong memperoleh nilai tambah sebesar Rp. 3.894,62 per ekor atau sebesar 24,73% dari nilai output dan keuntungan yang diperoleh dari setiap bobot
ayam hidup yaitu sebesar Rp. 3811,29 per ekor atau sekitar 24,2 %. Pedagang pengumpul memperoleh nilai tambah sebesar Rp. 2.127,56 per ekor atau sekitar 15,38% dan keuntungan sebesar Rp.1.800,29 atau sebanding dengan 13,6%. Perbedaan besar kecilnya nilai tambah yang diperoleh setiap lembaga pemasaran dikarenakan harga produk rata-rata, harga input dan sumbangan input lain yang berbeda. Secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
4000 3500 3000
Nilai Tambah
2500 2000
Pendapatan Tenaga Kerja Keuntungan
1500 1000 500 0 Pengecer
pengumpul
Gambar 3. Grafik Distribusi Nilai Tambah
16,95%
4,84%
Nilai Produk (pengecer) Rp. 18.000
2,5%
80,55%
Nilai tambah Rp. 3.050,63
95,55%
Input lain Rp. 449,36
Pend TK Rp. 147,68 Keuntungan Rp. 2.902,95
Bahan baku Rp. 14.500 24,73%
Nilai Produk (pemotong) Rp. 15.750
2,25%
73%
2,14% Nilai tambah Rp. 3.894,62
Pend TK Rp. 83,33 97,85% Keuntungan Rp. 3.811,29
Input lain Rp. 355,37 Bahan baku Rp. 11.500
16%
Nilai Produk (pemotong) Rp. 13.250
8,47%
75,47%
15,38% Nilai tambah Rp. 2.127,56 Input lain Rp. 1.122,44 Bahan baku Rp. 10.000
Gambar 4. Skema Distribusi Nilai Tambah
Distribusi Margin
84,61%
Pend TK Rp. 327,27 Keuntungan Rp. 1.800,29
Nilai margin menunjukan pendapatan terhadap faktor-faktor produksi. Margin pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 3.500 per ekor. Perincian balas jasanya terhadap faktor-faktor produksi antara lain: 4,2% untuk pendapatan tenaga kerja; 12,84% untuk sumbangan input lain dan 82,94% untuk keuntungan yang diperoleh pedagang. Margin pemasaran yang diperoleh dari hasil pengolahan ayam hidup menjadi karkas pada pedagang pemotong yaitu sebesar Rp. 4.250 per ekor, balas jasa yang diterima oleh faktor produksi terhadap margin pemasaran adalah: 1,96% untuk pendapatan tenaga kerja; 8,36% untuk sumbangan input lain dan 89,68% merupakan keuntungan yang diperoleh pedagang pemotong dari hasil penjualan karkas ayam. Margin pemasaran yang diterima pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp. 3.250 per ekor, dengan perincian balas jasa sebagai berikut: 10% untuk pendapatan tenaga kerja; 34,54% untuk sumbangan input lain yang terdiri dari transportasi dan biaya penyusutan keranjang; dan sebesar 55,40% untuk keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul. Secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
90 80 70 60 Pend TK Input lain Keuntungan
50 40 30 20 10 0 Pengecer
Pengumpul
Gambar 5. Grafik Distribusi Margin
Bahan baku Rp. 14.500 Nilai Produk (pengecer) Rp. 18.000
4,22% (-) 82,94% Margin Rp. 3.500
12,84%
Pend TK Rp. 147,68 Keuntungan Rp. 2.902,95 Input lain Rp. 449,36
Bahan baku Rp. 111.500
Nilai Produk (pemotong) Rp. 15750
1,96% (-) 89,68% Margin Rp. 4.250
7,89%
Pend TK Rp. 83,33 Keuntungan Rp. 3.811,29 Input lain Rp. 449,36
Bahan baku Rp. 10.000
10%
Nilai Produk (pengumpul) Rp. 13.250
10% (-) 55,39% Margin Rp. 3.250
Gambar. 6. Skema Distribusi Margin
34,53%
Pend TK Rp. 327,27 Keuntungan Rp. 1.800,29 Input lain Rp. 1.122,44
KESIMPULAN Karakteristik responden lembaga pemasaran antara lain: jenis kelamin didominasi oleh laki-laki yaitu sebesar 93,33%, sedangkan perempuan hanya
sebesar 6,67%, Umur responden pada pedagang pengumpul berada antara umur 36 – 45 tahun, pedagang pemotong sebagian besar berumur 46 – 55 tahun dan pedagang pengecer berumur antara 20 -
35 tahun,Tingkat pendidikan pada
pedagang pengumpul semua hanya berpendidikan SD, pedagang pemotong 50% berpendidikan sarjana, sedangkan pedagang pengecer didominasi oleh yang berpendidikan SMP, Lama usaha yang dijalankan oleh pedagang pengecer berkisar antara 1 – 5 tahun (77,78%), pedagang pemotong berkisar antara 6 – 15 tahun (75%) sedangkan untuk pedagang pengumpul 50% berkisar antar 1 – 5 tahun dan 50% berkisar antara 6 – 15 tahun. Secara umum terdapat empat saluran pemasaran, yaitu: 1) Peternak → pedagang pengumpul
→ pemotong → konsumen, 2) Peternak → pedagang
pengumpul → pemotong → pengecer → konsumen, 3) Peternak → pemotong → pengecer → konsumen, 4) Peternak → pemotong → konsumen. Fungsi pertukaran dilakukan oleh semua lembaga pemasaran baik pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer. Fungsi fisik terutama pemotongan dilakukan oleh pedagang pemotong dan pengecer yang membeli input ayam hidup dari pengumpul. Nilai tambah terbesar diperoleh pedagang pemotong yaitu sebesar Rp. 5.894,63 per ekor, dan yang terkecil adalah nilai tambah pengecer yaitu sebesar Rp. 2.127,56 per ekor.
DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Basuki, H.H. 2005. Analisis struktur pasar, perilaku pasar, dan marjin pemasaran pedagang pengecer daging ayam di pasar-pasar tradisional Kota Bogor. Skripsi. FakultasPeternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Boediono. 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1. Edisi ke 2. BPFE - Yogyakarta. Yogyakarta. Cahyono, B. 2002. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Choer, A. 2005. Analisis nilai tambah pengolahan dan pemasaran ayam Broiler di Kecamatan Pancoranmas Kota Depok. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hanafiyah, A. M dan A. M. Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil perikanan. Penerbit UI (UI- Press) Hayami, Y.T, Kawagoe. Y, Marooka and M, Siregar. 1987. Agricultural Marketing and Proccesing in Upland Java, a Prespective from a Sunda Village. CEPERT. Bogor. Ibniyah, S. 2002. Kajian terhadap efisiensi saluran tataniaga ayam Broiler pada PT. Nurasto Ageng. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kohls, R.L dan J.N. Uhls. 2002 . Marketing of Agricultural Product. 9th Ed. Mac Milan Company, New York. Kohls, R.L dan J.N. Uhls. 1985. Marketing of Agricultural Product. 6th Ed. Mac Milan Company, New York. Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran. Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi ke 7. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Mubyarto, 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan ke-4. penerbit LP3ES. Jakarta. Priyatno, M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongn Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf. M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Singarimbun, M. S. Effendi. 1989. Metode penelitian survey. LP3ES. Jakarta.
Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Revisi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Muhammadiyah University Press. Malang. Suharno, B. 2002. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Sulvadewi. 2000. Analisis pemasaran ayam Broiler pada kelompok peternak plasma “ Jaya Broiler” Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1. Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Ras Pedaging pada Pedagang Pengecer Variabel
Responden 1
2
3
4
5
6
7
Output, Input dan Harga Output (ekor/hari)
400
200
50
250
100
Bahan baku (ekor/hari)
400
200
50
250
100
40
0.875
0.875
0.875
0.875
0.875
0.875
1
1
1
1
1
1
0.002188
0.004375
0.0175
0.0035
0.00875
0.021875
18000
18000
18000
18000
18000
18000
17142.86
17142.86
13714.29
17142.86
11428.57
11428.57
Tenaga kerja (HKP/hari) Faktor konversi (1:2) Koefisien tenaga kerja (3:2) Harga output (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HKP)
40
Pendapatan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/kg) Harga input lain (Rp/kg) Nilai output (4x6)
15500
15500
15500
14000
14000
14000
197.7778
255.5556
562.4444
221.5556
218.889
1140.278
18000
18000
18000
18000
18000
18000
A. Nilai tambah (10-8-9)
2302.222
2244.444
1937.556
3778.444
3781.111
2859.722
B. Rasio nilai tambah {(11A:10)x100%}
12.79012
12.46914
10.7642
20.99136
21.00617
15.88734
37.5
75.00001
240
60.00001
99.99999
250
B. Bagian tenaga kerja {(12A:11A)x100%}
1.628861
3.341585
12.38674
1.587955
2.644725
8.742107
A. Keuntungan (11A-12A)
2264.722
2169.444
1697.556
3718.444
3681.111
2609.722
B. Tingkat keuntungan {(13A:10)x100%}
12.58179
12.05247
9.430864
20.65802
20.45062
14.49846
2500
2500
2500
4000
4000
4000
1.5
3.000001
9.6
1.5
2.5
6.249999
A. Imbalan tenaga kerja (5x7)
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Marjin (10-8) A. Pendapatan tenaga kerja B. Sumbangan input lain
7.911111
10.22222
22.49778
5.53889
5.472225
28.50695
C. Keuntungan perusahaan
90.58889
86.77778
67.90222
92.96111
92.02778
65.24305
Lampiran 2. Analisis Nilai Tambah Pemasaran Ayam Ras Pedaging pada Pedagang Pemotong Variabel Nilai Output, Input dan Harga 1 Output (ekor/hari) A 2 Bahan baku (ekor/hari) B 3 Tenaga kerja (HKP/hari) C 4 Faktor konversi (1:2) D=A/B 5 Koefisien tenaga kerja E=C/B (3:2) 6 Harga output (Rp/kg) F 7 Upah rata-rata tenaga G kerja (Rp/HKP) Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku H (Rp/kg) 9 Harga input lain (Rp/kg) I 10 Nilai output (4x6) J=DxF 11 A. Nilai tambah (10-8-9) K=J-H-I B. Rasio nilai tambah L%=K/Jx100% {(11A:10)x100%} 12 A. Imbalan tenaga kerja M=ExG (5x7) B. Bagian tenaga kerja N%=M/Kx100% {(12A:11A)x100%} 13 A. Keuntungan (11AO=K-M 12A) B. Tingkat keuntungan P%=O/Jx100% {(13A:10)x100%} Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin (10-8) Q=J-H A. Pendapatan tenaga R%=M/Qx100% kerja B. Sumbangan input lain S%=I/Qx100% C. Keuntungan perusahaan
1
2 350
500
350
500
1.75
1.75
1
1
0.005
0.0035
16000
15500
22857.14
17142.86
11500
11500
401.8971
331.6663
16000
15500
4098.1029
3668.3337
3
25.613143
23.666669
2
114.2857
60.00001
6
2.7887465
1.63562028
3983.8172
3608.33369
3
0.2489886
0.23279572
0
4500
4000
2.5396822
1.50000025
1
8.9310467
8.2916575
2
88.529271
90.2083423
8
T%=O/Qx100%
Lampiran 3. Analisis Nilai Tambah Pemasaran Auam ras Pedaging paa pedagang Pengumpul Variabel Nilai Output, Input dan Harga 1 Output (ekor/hari) A 2 Bahan baku (ekor/hari) B 3 Tenaga kerja (HKP/hari) C 4 Faktor konversi (1:2) D=A/B 5 Koefisien tenaga kerja E=C/B (3:2) 6 Harga output (Rp/kg) F 7 Upah rata-rata tenaga G kerja (Rp/HKP) Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku H (Rp/kg) 9 Harga input lain (Rp/kg) I 10 Nilai output (4x6) J=DxF 11 A. Nilai tambah (10-8-9) K=J-H-I B. Rasio nilai tambah L%=K/Jx100% {(11A:10)x100%} 12 A. Imbalan tenaga kerja M=ExG (5x7) B. Bagian tenaga kerja N%=M/Kx100% {(12A:11A)x100%} 13 A. Keuntungan (11AO=K-M 12A) B. Tingkat keuntungan P%=O/Jx100% {(13A:10)x100%} Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin (10-8) Q=J-H A. Pendapatan tenaga R%=M/Qx100% kerja B. Sumbangan input lain S%=I/Qx100% C. perusahaan
Keuntungan
1
2
700
400
700
400
3.75
2.25
1
1
0.0053571
0.005625
13000
13500
53333.33
66666.67
10000
10000
1219.048
1025.833
13000
13500
1780.952
2474.167
13.699631
18.327163
285.71427
375.000019
16.042783
15.1566171
1495.2377
2099.16698
11.501829
15.549385
3000
3500
9.5238089
10.7142863
40.634933
29.3095143
49.841258
59.9761995
T%=O/Qx100%
Lampiran 4. Peta Kabupaten Bogor