ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL
Ida Roito Situmeang Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jln. Prof.Dr. Hamka Kampus Air Tawar Barat Padang 25131 Telp.(0751) 7058693 Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan CAMEL pada periode 2008-2010. Sampel penelitian ini dibatasi dengan menggunakan metode purposive sampling yang berjumlah 28 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id dan www.bi.go.id. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 3 (tiga) bank yang konsisten memiliki predikat sehat selama periode pengamatan yaitu Bank Ekonomi Raharja Tbk, Bank Central Asia Tbk. dan Bank Negara Indonesia. Khusus tahun 2008 Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten dan tahun 2010 Bank Mutiara Tbk. dan Bank Mega Tbk. juga ikut memiliki predikat “sehat”. Kata Kunci: Kinerja perusahaan perbankan, CAMEL ABSTRACT The aim of this study is to analyse performance of listed banking companies in Indonesia Stock Exchange (IDX) by CAMEL in the period 2008 to 2010. Based on purposive sampling, 28 companies were selected as sample of this research . This study used secondary data from website www.idx.co.id and www.bi.go.id. The study showed that three banks (Bank Ekonomi Raharja Tbk, Bank Central Asia Tbk, and Bank Negara Indonesia Tbk. ) have good performance in the period of analysis. While Bank Pembangunan Jabar dan Banten Tbk. and Bank Mutiara Tbk. also have good performance only 2008 and Bank Mega Tbk. also has good performance only 2010. Keywords : Performance of the banking company, CAMEL.
LATAR BELAKANG Perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor perbankan juga dianggap sebagai roda penggerak perekonomian suatu negara. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa lain yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sistem perekonomian. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksana kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan adanya sistem perbankan yang sehat maka akan mendorong perekonomian negara. Suatu bank dapat dinilai sehat atau tidak dengan menilai kinerja bank itu sendiri. Kinerja (performance) perusahaan perbankan merupakan hasil yang dicapai oleh manajemen perbankan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh bank tersebut diantaranya adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Laporan keuangan yang disediakan oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi kinerja
1
perusahaan. Untuk menilai kinerja perusahaan dapat menggunakan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah maupun swasta serta para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan perbankan. Analisis laporan keuangan terdiri dari beberapa analisis. Untuk menilai kinerja perbankan umumnya menggunakan beberapa aspek penilaian yaitu capital, asset quality, management, earning, dan liquidity, yang sering disebut dengan CAMEL. Analisis CAMEL merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat kesehatan bank yang menitikberatkan pada kemampuan bidang permodalan, mengoptimalkan kualitas dan kuantitas aktiva dalam operasi, manajemen, analisis laba dan kekayaan serta kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil pengukuran dengan analisis tersebut diterapkan untuk menentukan tingkat kesehatan bank, yang dikategorikan sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Rasio tersebut dapat digunakan sebagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Rasio-rasio yang digunakan pada analisis CAMEL dapat digunakan untuk menyusun rating bank, untuk memprediksi kebangkrutan bank, untuk menilai tingkat kesehatan bank serta menilai kinerja perbankan. Analisis CAMEL yang berkaitan dengan tingkat kesehatan bank tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat atau mungkin tidak sehat (Kasmir, 2008). Apabila kondisi bank dalam keadaan sehat, maka perlu dipertahankan kesehatannya. Akan tetapi jika kondisinya dalam keadaan tidak sehat maka perlu diambil tindakan untuk memperbaikinya. Dari penilaian tingkat kesehatan bank ini pada akhirnya akan menunjukkan bagaimana kinerja bank tersebut.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Perusahaan Perbankan Menurut Kasmir (2008:273), kinerja bank merupakan keberhasilan bagi direksi bank tersebut sehingga apabila kinerja buruk bukan tidak mungkin para direksi akan diganti. Kinerja bank yang baik mengindikasikan bank yang bersangkutan sehat. Dalam menilai kinerja perbankan digunakan aspek-aspek untuk menilai tingkat kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat Keputusan direksi BI No.30/277/KEP/DIR tahun 1998 analisis CAMEL (Capital, Assets Quality,Management, Earning, Liquidity) yang diperbarui Peraturan Bank Indonesia N0.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 yang berisi tentang panduan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Analisis CAMEL Bank Indonesia melakukan penilaian tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penilaian kuantitatif tersebut, Bank Indonesia menetapkan rasio-rasio yang berkaitan dengan faktor-faktor CAMEL, dimana perhitungan atas faktor-faktor CAMEL tersebut yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : Permodalan (Capital) Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang harus selalu harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Bobot yang ditetapkan Bank Indonesia dalam menilai aspek permodalan ini adalah sebesar 25%. Bagi bank yang sudah beroperasi diwajibkan memelihara rasio kecukupan modal atau CAR yang didasarkan pada ketentuan Bank for International Settlements (BIS) yaitu minimal sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (Frianto, 2012:31).
Kualitas Aktiva (Assets Quality) Rasio Non Performing Loan (NPL) dapat digunakan pada penilaian kualitas aset jika klasifikasi aktiva tidak diketahui. Hal ini dikarenakan pengukuran atas dasar klasifikasi aktiva hanya diketahui oleh Bank Indonesia dan bank yang bersangkutan. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. Manajemen (Management) Aspek manajemen pada penelitian ini diproksikan dengan NPM (Net Profit Margin). Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara pada perolehan laba (Lely, 2007). Rasio NPM digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut pendapatan operasinya. Rentabilitas (Earning) Untuk mengukur rentabilitas bank menggunakan ROA (Return On Assets) dan BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) untuk mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Menurut Veithzal (2007:720) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia mengenai nilai ROA adalah jika ROA sebesar 0% maka nilai kreditnya 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan 1 dengan maksimum 100. Jadi semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai, dan semakin baik posisi bank dari segi penggunaan asetnya. BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Ketentuan penilaian rasio BOPO yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu BOPO sebesar 100% atau lebih maka nilai kredit
dalah 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah dengan 1 dengan nilai maksimum 100. Likuiditas (Liquidity) Untuk mengukur tingkat likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR diperoleh dengan membandingkan antara seluruh penempatan dan seluruh dana yang berhasil dihimpun ditambah dengan modal sendiri. LDR sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Bank Indonesia (2003:159) menetapkan pada saat LDR 115% atau lebih nilai kredit adalah 0. Dan untuk setiap penurunan LDR sebesar 115% nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100. Bobot yang ditetapkan Bank Indonesia dalam penilaian factor likuiditas adalah sebesar 10%. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan sampel yang tidak acak, yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria tersebut yaitu perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 28 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Menurut Veithzal (2007:705) langkahlangkah proses perhitungan yang digunakan dalam tingkat kesehatan bank yaitu: 1. Menghitung rasio berdasarkan rumus yang ditetapkan; 2. Menghitung besarnya nilai kredit (Credit Point) untuk masing-masing komponen CAMEL; 3. Mengalikan nilai kredit (Credit Point) tersebut dengan bobot masig-masing komponen CAMEL. Faktor-faktor yang
3
dinilai dan bobotnya dapat dilihat pada Tabel 1; 4. Menjumlahkan seluruh nilai komponen CAMEL; 5. Memperhitungkan nilai keseluruhan berkaitan dengan pemberian batas kredit; 6. Menetapkan kategori kesehatan bank. Predikat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat CAMEL 81 – 100 Sehat 66 – < 81 Cukup Sehat 51 – < 66 Kurang sehat 0 – < 51 Tidak Sehat Sumber: Veithzal (2007:706) HASIL Hasil penelitian yaitu nilai realisasi setiap aspek analisis CAMEL dapat dilihat pada tabel di lampiran. Aspek Permodalan Pada aspek permodalan penilaian menggunakan CAR. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa rasio CAR sudah sesuai dengan ketentuan BI bahkan melebihi ketentuan yang ditetapkan sehingga nilai kredit yang diperoleh tinggi dan nilai realisasi perbankan yang terdaftar di BEI secara keseluruhan adalah 25 (dapat dilihat pada lampiran Tabel 3). Angka tersebut merupakan angka yang ditetapkan dalam pemberian bobot dalam aspek permodalan. Aspek Kualitas Aset Hasil yang diperoleh mengenai aspek penilaian kualitas adalah bahwa rasio NPL secara keseluruhan berada di bawah 5% sesuai dengan ketentuan. Nilai rasio NPL yang rendah menghasilkan nilai kredit yang tinggi sehingga nilai realisasi NPL yang diperoleh juga ikut tinggi. Maka dapat dikatakan bahwa perbankan yang terdaftar di BEI dapat memelihara dan menjaga kualitas asset yang dmilikinya sehingga mampu dalam menjaga dan mengembalikan dana yang ditanamkan investor pada perbankan yang bersangkutan. Hasil nilai realisasi NPL perusahaan perbankan dapat dilihat pada Tabel 3.
4
Aspek Manajemen Pada aspek manajemen, sebelum nilai realisasi diperoleh maka dihitung rasio NPM setiap perbankan yang terdaftar di BEI. Rasio NPM yang diperoleh akan sekaligus dijadikan sebagai nilai kredit NPM. Berdasarkan tabel hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat dilihat bahwa rasio NPM yang rendah membuat nilai realisasi NPM yang didapat juga kecil tetapi ada beberapa bank yang sudah mendekati ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Nilai realisasi yang rendah pada aspek ini menunjukkan bahwa manajemen umum dan manajemen risiko perbankan masih rendah, sebaliknya nilai realisasi yang tinggi mengindikasikan bahwa bank telah menerapkan manajemen umum dan manajemen risiko yang dimilikinya dengan baik sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaannya. Hasil penelitian mengenai nilai realisasi NPM perusahaan perbankan dapat dilihat pada lampiran Tabel 3. Aspek Rentabilitas Aspek rentabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabiltas yang diperoleh bank yang bersangkutan. Hasil penelitian pada aspek ini diukur dengan menggunakan ROA dan BOPO. Hasil penelitian pada ROA dan BOPO, nilai rasio yang diperoleh berfluktuasi. Nilai rasio yang diperoleh telah sesuai dengan ketentuan. Semakin besar ROA dari ketentuan yang ada maka kemampuan bank dalam menghasilkan laba sebelum pajak semakin besar. Begitu juga dengan BOPO, semakin kecil nilai rasio BOPO maka mengindikasikan bahwa bank sudah efisien dalam menggunakan biaya yang ada sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Berdasarkan tabel penelitian dapat ditunjukkan bahwa nilai ROA rata-rata sudah melebihi standar yaitu 1% sehingga menghasilkan nilai kredit yang tinggi dan pada akhirnya nilai realisasi yang diperoleh akan tinggi juga. Pada hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa rasio BOPO tinggi dan hampir semua perbankan yang terdaftar di BEI sudah memiliki rasio BOPO yang sesuai dengan standar. Maka dapat dilihat bahwa
aspek rentabilitas perbankan sudah sesuai dengan ketentuan. Hasil penelitian mengenai nilai realisasi ROA dan BOPO pada aspek ini terdapat pada lampiran Tabel 3. Aspek Likuiditas Aspek likuiditas pada penelitian ini menggunakan LDR. Hasil penelitian yang diperoleh dari aspek ini adalah secara keseluruhan nilai rasio LDR sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BI yaitu 110%. Rasio tersebut menggambarkan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sudah mengelola dana yang ditanamkan investor pada bank dengan baik dan bank juga telah mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimilikinya. Rasio yang diperoleh digunakan untuk memperoleh nilai kredit kemudian nilai realisasi LDR. Nilai realisasi pada penelitian ini sudah berada pada posisi maksimum, walaupun ada beberapa bank yang masih berada di bawah nilai maksimum yang telah ditetapkan. Pada lampiran Tabel 3 menyajikan nilai realisasi LDR perusahaan perbankan periode 20082010. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank yang konsisten berada pada posisi predikat bank “sehat” selama periode pengamatan adalah Bank Ekonomi Raharja Tbk., Bank Central Asia Tbk., dan Bank Negara Indonesia Tbk., namun pada tahun 2008 Bank Pembangunan daerah Jabar dan Banten Tbk. juga memiliki predikat sehat, dan pada tahun 2010 bank lainnya yang berada pada posisi sehat adalah Bank Mutiara Tbk. dan Bank Mega Tbk. Salah satu bank yang tetap berada posisi sehat selama periode pengamatan penelitian adalah Bank Central Asia Tbk. dengan nilai CAMEL berturut-turut 83,90, 82,78 dan 84,50. Suatu bank yang sehat mengindikasikan bahwa bank mampu mengelola permodalan yang dimilikinya, mengoptimalkan aktiva yang dimiliki bank, manajemen umum dan manajemen risiko yang diterapkan berjalan optimal, bank memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba serta memenuhi kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang yang terdapat pada bank tersebut. Bank yang sudah sehat harus mempertahankan tingkat kesehatannya agar tetap sehat untuk periode berikutnya, sehingga para investor tetap menanamkan modalnya pada bank tersebut. Berikut ini disajikan tabel mengenai nilai CAMEL beberapa perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Nilai CAMEL beberapa perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI CAMEL Kode No Saham 2008 2009 2010 1 BAEK 91,33 93,49 93,36 2 BBCA 83,90 82,78 84,50 3 BBNI 81,51 84,91 85,70 4 BBRI 77,41 75,18 77,03 5 BBTN 70,21 69,66 68,01 6 BDMN 75,13 70,05 73,35 7 BABP 57,30 60,92 65,30 8 BCIC 19,30 77,88 89,35 9 BEKS 35,76 30,30 58,24 Sumber: Lampiran Tabel 2 Bank yang berada pada predikat “cukup sehat” setiap periodenya berbeda-beda. Bank Rakyat Indonesia Tbk. merupakan salah satu bank yang berada pada predikat tersebut selama periode pengamatan penelitian. Nilai CAMEL pada bank ini adalah sebesar 77,41 75,18, dan 77,03 secara tiga tahun berturutturut. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa selama periode pengamatan nilai realisasi kualitas asset, nilai aspek manajemen dan aspek rentabilitas dari sisi ROA, masih berada dibawah nilai maksimum yang telah ditetapkan. Hal ini menyebabkan Bank Rakyat Indonesia Indonesia Tbk. hanya mampu memperoleh predikat “cukup sehat”. Maka untuk itu bank ini diharapkan mampu memperbaiki kinerjanya terutama dalam mengelola asset yang dimilikinya, penerapan manajemen dan meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan laba untuk periode ke depan. Bank tetap yang memiliki predikat “kurang sehat” selama periode pengamatan adalah Bank ICB Bumiputera Tbk. Nilai CAMEL yang diperoleh bank tersebut adalah berturut-turut sebesar 57,30, 60,92, dan 65,30.
5
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat dilihat bahwa aspek kualitas asset, aspek manajemen dan aspek rentabilitas memiliki nilai realisasi yang masih sangat rendah dan jauh dari ketentuan yang ada. Namun dari segi aspek permodalan dan aspek likuiditas bank sudah berada pada posisi yang maksimum. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan bank yang bersangkutan lebih maksimal dalam pemanfaatan aktiva yang dimiliki, manajemen yang diterapkan lebih baik lagi serta bank harus lebih maksimal dalam menghasilkan laba untuk periode berikutnya. Salah satu bank yang berada pada predikat “tidak sehat” adalah Bank Mutiara Tbk dan Bank Eksekutif Internasional Tbk. Nilai CAMEL pada Bank Mutiara Tbk. adalah sebesar 19,30. Pada Bank Mutiara Tbk. aspek permodalan bernilai 0 sehingga mengambarkan bahwa pada tahun 2008 bank tersebut tidak mampu mengelola permodalan yang dimilikinya akibat besarnya kerugian yang ditanggung sehingga kecukupan modal bank menjadi tidak terkendalikan. Pada aspek kualitas asset bernilai 10,46 yang mengindikasikan bahwa bank belum maksimal dalam mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya sehingga bank mengalami kerugian. Manajemen pada bank ini bernilai 0 yang menggambarkan bahwa bank tidak mampu mengontrol manajemen umum dan manajemen risiko yang dimilikinya sehingga bank tidak bisa mengendalikan kinerja perusahaan untuk berada pada posisi sehat. Sisi aspek rentabilitas Bank Mutiara Tbk. juga bernilai 0 mengindikasikan bahwa bank tidak memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba dan ini terlihat saat terjadinya kerugian pada bank tersebut. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa bank tidak efisien dalam melakukan kegiatan operasinya sehingga pendapatan operasi bank terus menurun sehingga bank pada akhirnya menanggung kerugian yang besar. Aspek likuiditas bank ini bernilai 8,84 yang menunjukkan bahwa bank berusaha keras untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek atau kewajiban jangka panjang yang sudah jatuh tempo dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya.
6
Nilai CAMEL yang diperoleh Bank Eksekutif Tbk sebesar 35,76,dan 30,30 untuk tahun 2008 dan 2009. Aspek permodalan bank ini sudah hampir memenuhi ketentuan nilai realisasi CAR yang ditetapkan yaitu 25. Hal ini menunjukkan bahwa bank sudah bisa menangani kecukupan modal yang harus dimiliki bank dengan baik. Aspek kualitas asset pada bank ini masih sangat rendah bahkan pada tahun 2009 aspek ini bernilai 0 yang mengindikasikan bahwa bank tidak dapat mengelola aktiva yang dimilikinya dengan baik sehingga mengakibatkan kinerja bank tidak maksimal. Pada aspek manajemen menunjukkan bahwa bank tidak memiliki kemampuan dalam mengendalikan manajemen umum dan manajemen risiko yang diterapkan bank. Pada aspek rentabilitas Bank Eksekutif Tbk. bernilai 0 yang menunjukkan bahwa bank tidak mampu menghasilkan laba dan tidak efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga pendapatan operasional yang diperoleh menjadi rendah. Berdasarkan aspek likuiditas yang dimiliki mengindikasikan bahwa bank sudah maksimal dalam mengelolanya dengan terus berusaha membayarkan kewajiban-kewajiban jangka pendek yang dimilikinya dengan tepat waktu. Khusus untuk tahun 2010, tidak ada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang berada pada predikat “tidak sehat”. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat hasil penelitian pada Tabel 2. Bank yang berada pada posisi tidak sehat akan mendapat perhatian khusus dari Bank Indonesia agar dapat memperbaiki kinerjanya pada periode berikutnya. Bank yang tidak sehat jika dilihat dari aspek permodalannya dapat ditangani dengan melakukan penggabungan usaha seperti merger atau konsolidasi dengan bank lain. Namun jika aspek manajemen yang menjadi kendala tidak sehatnya suatu bank maka perlu dilakukan penggantian dewan komisaris atau dewan direksi bank agar periode berikutnya manajemen yang dijalankan dapat diperbaiki. Dalam memperbaiki kinerja bank, aspek kualitas asset dapat ditangani dengan mengalihkan pengeloalaannya kepada pihak
lain, sedangkan pada aspek rentabilitas bank perlu melakukan penyerahan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatanya kepada pihak lain sehingga berjalan efisien dan akhirnya mampu menghasilkan laba bagi perusahaan. Sedangkan untuk menangani aspek likuiditas pada bank yang tidak sehat dengan menjual bank tersebut kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban yang dimiliki bank tersebut. Hal ini akan dilakukan jika bank benar-benar sudah tidak mampu lagi mengembalikan kewajibannya, disertai kerugian yang sangat besar serta aktiva yang dimiliki bank sudah kecil. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa dari 28 sampel perusahaan perbankan yang diteliti hanya 3 (tiga) bank yang konsisten memiliki predikat tingkat kesehatan “sehat” selama periode pengamatan penelitian yaitu Bank Ekonomi Raharja Tbk, Bank Central Asia Tbk, dan Bank Negara Indonesia Tbk. pada tahun 2008 Bank Pembangunan daerah Jabar dan Banten juga memiliki predikat sehat sedangkan pada tahun 2010 bank yang ikut memiliki predikat sehat adalah Bank Mutiara Tbk. dan Bank Mega Tbk. Bagi perusahaan perbankan yang masih berada pada predikat cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat harus meningkatkan kinerjanya dengan memperhatikan setiap aspek CAMEL yang masih belum maksimal seperti aspek kualitas aset, aspek manajemen, dan aspek rentabilitas untuk periode terkait. Disamping diharapkan pihak manajemen bank perlu untuk tetap menjaga kinerjanya untuk bank yang sehat dan untuk bank yang masih berada pada posisi cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat harus lebih meningkatkan
kinerjanya agar para investor dan nasabah tetap menanamkan dana yang dimilikinya di bank yang bersangkutan. Bagi Peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang sama tetapi dengan periode yang berbeda untuk dapat melihat secara langsung kinerja perusahaan perbankan yang go public. DAFTAR KEPUSTAKAAN Bank Indonesia. 2003. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia: Tinjauan Kelembagaan, dan Organisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Frianto Pandia,SE.,M.M. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta: Rineka Cipta. Kasmir , S.E., MM. 2008. Manajemen Perbankan : Divisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali. Lely Aryani. 2007. “Evaluasi pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar. BULETIN STUDI EKONOMI Volume 12 Nomor 1 Tahun 2007 Veithzal Rivai,dkk. 2007. Bank and financial Institution Management. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
7
LAMPIRAN Tabel 1 Faktor-faktor yang Dinilai dan Bobotnya No 1
Faktor yang dinilai
Permodalan rasio terhadap Aktiva tertimbang 2 Kualitas Aktiva a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk 3 Manajemen a. Manajemen Umum b.Manajemen risiko 4 Rentabilitas a. Rasio laba terhadap volume usaha b.Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5 Likuiditas a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancer rupiah b.Rasio jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank (rupiah dan valas) Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia dalam Frianto (2012:289)
8
Permodalan
Bobot (%)
Komponen yang dinilai 25
25
25
30
5 10 15 5 5
25
5
10
5
10
Tabel 2 Nilai CAMEL dan Predikat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. No
Kode Saham
1
AGRO
PT. Bank Agroniaga Tbk.
2
BABP
Bank ICB Bumiputera Tbk.
3
BAEK
Bank Ekonomi R. Tbk.
4
BBCA
Bank Central Asia Tbk.
5
BBKP
Bank Bukopin Tbk.
6
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk.
7
BBNP
Bank Nusantara P. Tbk.
8
BBRI
Bank Rakyat Indonesia Tbk.
9
BBTN
Bank Tabungan Negara Tbk.
Nama Perusahaan
2008 CAMEL
Cukup Sehat
57,30
Kurang sehat 60,92
Kurang sehat
65,30
Kurang sehat
91,33
Sehat
93,49
Sehat
93,36
Sehat
83,90
Sehat
82,78
Sehat
84,50
Sehat
71,79
Cukup sehat
75,38
Cukup Sehat
74,86
Cukup Sehat
81,51
Sehat
84,91
Sehat
85,70
Sehat
78,26
Cukup Sehat
77,29
Cukup Sehat
80,00
Cukup Sehat
77,41
Cukup Sehat
75,18
Cukup Sehat
77,03
Cukup Sehat
70,21
Cukup sehat
69,66
Cukup Sehat
68,01
Cukup Sehat
19,30
Tidak Sehat
77,88
Cukup Sehat
89,35
Sehat
75,13
Cukup sehat
70,05
Cukup Sehat
73,35
Cukup Sehat
35,76
Tidak Sehat
30,30
Tidak Sehat
58,24
Kurang sehat
12 BEKS
Bank Eksekutif I. Tbk.
13 BJBR
Bank Pembangunan daerah Jabar 81,52 & Banten Tbk. Bank Kesawan Tbk. 60,48 Bank Mandiri Tbk. 73,75 Bank Bumi Arta Tbk. 78,11 Bank CIMB Niaga Tbk. 76,29 Bank Internasional I. Tbk. 69,69 Bank Permata Tbk. 72,95 Bank Swadesi Tbk. 75,77 Bank Victoria I. Tbk. 75,28 Bank Artha Graha I. Tbk. 64,51 Bank Mayapada Tbk. 69,19 Bank Multicor Tbk. 71,58 Bank Mega Tbk. 80,66 Bank OCBC NISP Tbk. 75,24 Bank Pan IndonesiaTbk. 68,67 Bank Himpunan Saudara 1906 74,33 Tbk.
18 BNII 19 BNLI 20 BSWD 21 BVIC 22 INPC 23 MAYA 24 MCOR 25 MEGA 26 NISP 27 PNBN 28 SDRA
Predikat
72,34
Bank Danamon Indonesia Tbk.
17 BNGA
CAMEL
Kurang sehat
11 BDMN
16 BNBA
Predikat
Kurang sehat 64,03
Bank Mutiara Tbk.
15 BMRI
CAMEL
2010
57,94
10 BCIC
14 BKSW
Predikat
2009
Sehat
78,99
Cukup Sehat
79,43
Cukup Sehat
Kurang sehat 63,87
Kurang sehat
70,39
Cukup Sehat
Cukup sehat
77,89
Cukup Sehat
78,59
Cukup Sehat
Cukup sehat
77,07
Cukup Sehat
76,62
Cukup Sehat
Cukup sehat
76,57
Cukup Sehat
78,96
Cukup Sehat
Cukup sehat
66,46
Cukup Sehat
71,96
Cukup Sehat
Cukup sehat
72,98
Cukup Sehat
76,17
Cukup Sehat
Cukup sehat
75,50
Cukup Sehat
73,68
Cukup Sehat
Cukup sehat
74,24
Cukup Sehat
71,97
Cukup Sehat
Kurang sehat 69,87
Cukup Sehat
72,27
Cukup Sehat
Cukup sehat
75,70
Cukup Sehat
73,36
Cukup Sehat
Cukup sehat
75,89
Cukup Sehat
75,88
Cukup Sehat
Cukup sehat
78,52
Cukup Sehat
82,23
Sehat
Cukup sehat
74,98
Cukup Sehat
76,20
Cukup Sehat
Cukup sehat
71,07
Cukup Sehat
68,70
Kurang sehat
Cukup sehat
75,95
Cukup Sehat
73,32
Cukup Sehat
Sumber: Data diolah
9
Tabel 3 : Nilai Realisasi Perusahaan Perbankan periode 2008-2010 No
Kode Saham
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AGRO BABP BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR
PT. Bank Agroniaga Tbk. Bank ICB Bumiputera Tbk. Bank Ekonomi Raharja Tbk. Bank Central Asia Tbk. Bank Bukopin Tbk. Bank Negara Indonesia Tbk. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Bank Tabungan Negara Tbk. Bank Mutiara Tbk. Bank Danamon Indonesia Tbk. Bank Eksekutif Internasional Tbk. Bank Pembangunan daerah Jabar & Banten Tbk.
14 15 16 17 18 19 20 21 22
BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSWD BVIC INPC
23 24 25 26 27 28
MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Bank Kesawan Tbk. Bank Mandiri Tbk. Bank Bumi Arta Tbk. Bank CIMB Niaga Tbk. Bank Internasional Indonesia Tbk. Bank Permata Tbk. Bank Swadesi Tbk. Bank Victoria Internasional Tbk. Bank Artha Graha Internasional Tbk. Bank Mayapada Tbk. Bank Multicor Tbk. Bank Mega Tbk. Bank OCBC NISP Tbk. Bank Pan IndonesiaTbk. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
10
Nama Perusahaan
Nilai Realisasi ROA
Nilai Realisasi BOPO
2008 25 25 25 25 25 25 25 25 25 0 25 24
Nilai Realisasi CAR 2009 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 20
2010 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
2008 24,58 20,02 29,16 30,00 21,56 21,50 29,06 25,70 24,90 10,46 26,70 2,16
Nilai Realisasi NPL 2009 22,36 20,04 29,08 29,90 25,68 21,90 27,68 24,26 24,58 12,24 22,30 0,00
2010 27,62 22,62 30,00 30,00 24,86 22,70 30,00 25,74 24,78 21,62 25,30 23,24
2008 0,00 0,06 17,17 8,90 5,23 16,35 5,30 6,71 4,94 0,00 3,43 0,00
Nilai Realisasi NPM 2009 0,41 0,15 19,93 8,80 4,97 18,36 4,74 6,94 4,77 22,11 3,03 0,00
2010 2,13 0,78 18,73 10,45 5,32 18,62 5,29 7,46 5,96 23,31 5,20 0,00
2008 0,00 0,30 5,00 5,00 5,00 3,67 3,90 5,00 5,00 0,00 5,00 0,00
2009 5,00 5,00 4,48 4,08 4,73 4,65 4,88 3,97 4,73 3,94 4,72 0,00
2010 4,99 5,00 4,62 4,05 4,68 4,38 4,72 3,82 4,53 4,42 4,28 0,00
2008 0,00 1,99 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 0,00 5,00 0,00
2009 1,26 0,72 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,59 5,00 0,00
2010 2,60 1,90 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 0,00
2008 8,36 9,92 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 5,37 8,84 10,00 10,00
Nilai Realisasi LDR 2009 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 5,58 10,00 10,00 10,00
2010 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 2,73 10,00 8,57 10,00
25
25
25
29,74
27,36
27,58
6,78
7,50
7,68
5,00
4,14
4,17
5,00
5,00
5,00
10,00
10,00
10,00
25 25 25 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25 25 25 25
23,82 21,90 27,46 28,46 24,90 24,30 26,98 26,22
20,64 25,70 27,00 29,20 26,46 23,30 25,66 25,30
27,48 26,50 26,80 27,46 25,12 25,90 24,20 21,16
0,90 6,85 5,65 2,83 2,76 3,65 3,79 6,27
1,01 7,97 5,54 5,12 0,00 3,32 5,80 4,12
0,14 8,01 5,11 7,14 2,07 5,68 5,24 6,16
0,77 5,00 5,00 5,00 3,70 5,00 5,00 2,93
5,00 4,22 4,53 4,20 5,00 4,75 4,04 4,85
5,00 4,08 4,71 4,35 4,93 4,58 4,24 4,65
0,00 5,00 5,00 5,00 3,32 5,00 5,00 4,86
2,21 5,00 5,00 5,00 0,00 6,75 5,00 4,97
2,77 5,00 5,00 5,00 4,84 5,00 5,00 5,00
10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
10,00 10,00 10,00 8,06 10,00 9,86 10,00 10,00
10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
25
25
25
25,90
25,64
27,30
1,20
1,88
0,00
1,13
5,00
4,96
2,57
2,35
5,00
8,71
10,00
10,00
25 25 25 25 25
25 25 25 25 25
25 25 25 25 25
25,64 29,78 28,94 25,96 22,62
29,38 27,08 27,90 25,06 24,98
24,76 27,14 29,50 27,32 22,56
3,30 0,97 6,72 4,28 6,05
2,54 3,93 6,00 5,34 6,47
3,79 3,90 8,33 4,10 6,51
4,23 0,83 5,00 5,00 5,00
4,92 4,88 4,63 4,58 4,62
4,81 4,85 4,40 4,79 4,63
5,00 5,00 5,00 5,00 0,00
3,86 5,00 5,00 5,00 0,00
5,00 5,00 5,00 5,00 0,00
6,01 10,00 10,00 10,00 10,00
10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
25
25
25
28,96
28,72
27,74
5,15
4,70
5,27
5,00
4,41
4,29
5,00
5,00
5,00
5,22
8,12
6,02