i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH PADA PERUSAHAAN JAMUR NUSANTARA, SALABENDA, KOTAMADYA BOGOR
WAHYU FRANS EFINDO H34086096
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Pada Perusahaan Jamur Nusantara, Salabenda, Kotamdya Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 2015
Wahyu Frans Efindo H34086096
v
ABSTRAK WAHYU FRANS EFINDO. “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Pada Perusahaan Jamur Nusantara, Salabenda, Kotamadya Bogor”. Dibimbing Oleh HENY.K.DARYANTO. Perusahaan Jamur Nusantara adalah perusahaan yang menghasilkan produk jamur tiram putih segar dan log jamur tiram. Perusahaan ini berlokasi di Salabenda, Kotamadya Bogor. Penelitian pada perusahaan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan budidaya jamur tiram putih dilihat dari aspek non finansial, aspek finansial, dan sensitivitas kelayakan budidaya jamur tiram. Dalam penelitian ini yang akan dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosisal ekonomi. Berdasarkan aspek non finansial budidaya layak dijalankan.Kelayakan budidaya jamur tiram berdasarkan aspek finansial terdiri atas NPV, IRR, Net B/C, dan PBP. Berdasarkan aspek finansial budidaya layak dijalankan. Hal ini didasarkan atas hasil dari aspek finansial yang mempunyai NPV lebih besar dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga dan PBP sebelum masa proyek berakhir. Hasil dari aspek finansial adalah NPV Rp.62 268 326 ,IRR 65 %, Net B/C 3,25, dan PBP 3,92 tahun atau selama tiga tahun sembilan bulan. Kata Kunci: Perusahaan Jamur Nusantara, analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Net B/C, NPV, IRR, PBP, Switching Value)
ABSTRACT WAHYU FRANS EFINDO. “Analysis Of Feasibility Of Oyster Mushroom Cultivation Venture White Mushroom Company in Indonesia, Salabenda, Bogor”.Supervised by HENY.K.DARYANTO. Jamur Nusantara company is a company that produces fresh white oyster mushroom and oyster mushroom logs. This company is located in the location of Bogor City Districts Salabenda. Research on the company aims to analyze the feasibility of oyster mushroom cultivation of non financial aspects,financial aspects, and the sensitivity of the feasibility of oyster mushroom cultivation. Of research that has been made know that based on non-finansial aspects that consists of market, technical aspects, management aspects, and socio-ekonomic aspects of the cultivation of oyster mushroom feasible. Feasibility of oyster mushroom cultivation based on the financial aspect consistsof NPV,IRR,Net B/C, and PBP.Based on the financial aspects of oyster mushroom cultivation feasible. This is because the results of the finansial aspects of having NPV greater than zero, the value of Net B/C is more than one, the IRR is the discount rate and PBP than were before the projects ends.Results obtained from the financial aspects is NPV Rp 62 268 326, IRR 65 %, Net B/C 3,25 and PBP 3,92 years equivalent to three years and nine months. Keywords: Jamur Nusantara Company, Feasibility Analysis of White Oyster Mushroom Cultivation (Net B/C, NPV, IRR, PBP, Switching Value)
vii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH PADA PERUSAHAAN JAMUR NUSANTARA, SALABENDA, KOTAMADYA BOGOR
WAHYU FRANS EFINDO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
xi
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Pada Perusahaan Jamur Nusantara, Salabenda, Kotamadya Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih melalui studi kelayakan bisnis dan analisis sensitivitas yang terjadi pada perusahaan, sehingga dapat menjadi suatu masukan atau suatu kajian bagi perusahaan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr.Ir.Heny.K.Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan saran sebagai pembimbing penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Tintin Sarianti,SP,MM yang telah menjadi dosen penguji sekaligus membantu penulis dalam perbaikan penulisan dan perbaikan data. Terima kasih kepada seluruh dosen Departemen Agribisnis atas ilmu yang selama ini diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan sahabat atas segala doa dan perhatiannya sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis sangat menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan diri dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, April 2015
Wahyu Frans efindo
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Jamur Tiram Hasil Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Asumsi Dasar GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Jamur Nusantara Lokasi Perusahaan Jamur Nusantara Kegiatan Perusahaan Jamur Nusantara Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Jamur Nusantara Sumber Daya Manusia ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Inflow (Arus Manfaat) Outflow Analisis Kelayakan Finansial Analisis Switching Value SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
viii viii viii 1 1 4 5 6 6 6 7 9 9 14 16 16 16 16 19 20 20 20 21 21 22 22 22 22 25 30 31 31 32 35 39 41 41 41 42 43 45 61
DAFTAR TABEL 1. Produktivitas Tanaman Sayuran Tahun 2005 – 2010 di Indonesia 2. Ekspor & Impor Jamur tiram putih Tahun 2006-2011 3. Nilai Protein Jenis Jamur dan Bahan Makanan Lain dalam 100 gram 4. Produksi Jamur Tiram Putih di Daerah Jawa Barat Tahun 2007 – 2010 5. Perubahan Biaya Bahan Baku & media tanam perusahaan 6. Jenis Data dan Sumber-Sumber Data yang Digunakan 7. Besarnya Pajak yang Digunakan UU Republik Indoneia 8. Data Produksi Jamur Tiram segar 9. Data Produksi Log Jamur Tiram 10. Jumlah Panen Jamur Tiram Segar 11. Penerimaan Jamur Tiram Putih segar di Perusahaan Jamur Nusantara 12. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih 13. Biaya Penyusutan 14. Biaya Investasi Perusahaan Jamur Nusantara 15. Rincian Biaya Tetap di Perusahaan Jamur Nusantara 16. Rincian Biaya Variabel di Perusahaan Jamur Nusantara 17. Analisis Rugi Laba pada Perusahaan Jamur Nusantara 18. Hasil Kriteria Kelayakan Usaha Pada Perusahaan Jamur Nusantara 19. Hasil Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih
1 2 3 3 5 16 20 23 24 29 32 33 34 36 37 39 39 40 41
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional. Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara Gambar 3. Produk Jamur Tiram Segar Gambar 4. Log Jamur Tiram Putih Gambar 5. Lokasi Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Gambar 6. Pembuatan Media Tanam Jamur Tiram Putih Gambar 7. Proses Sterilisasi Gambar 8. Proses Inkubasi Gambar 9. Proses Pemanenan Jamur Tiram putih
15 21 25 25 26 27 27 28 29
DAFTAR LAMPIRAN
1. Siklus Produksi Jamur tiram segar & Log Jamur tiram 2. Rugi Laba Budidaya Jamur Tiram Putih 3. Cash Flow Budidaya Jamur Tiram Putih 4. Switching Value Penurunan Harga Jamur Tiram 5. Switching Value Penurunan Harga Log Jamur Tiram Putih 6. Switching Value Peningkatan Biaya Variabel Jamur Tiram Putih
47 52 53 55 57 59
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki jenis komoditas pertanian yang beragam. Keberagaman tersebut merupakan aset yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Salah satu subsektor yang memiliki potensi tersebut adalah subsektor hortikultura. Komoditas hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan, yaitu meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang sudah ada. Salah satu komoditas hortikultura yang cukup potensial adalah sayuran (Daniel 2002). Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia. Kebutuhan manusia terhadap sayuran semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk karena kebutuhan tubuh manusia akan gizi. Tingginya permintaan sayuran di pasar domestik mendorong petani baik skala kecil dan besar untuk lebih produktif. Data produksi tanaman sayuran di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produktivitas Tanaman Sayuran Tahun 2008 – 2012 di Indonesia (Ton/Ha) No
Komoditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Paprika Bawang Putih Lobak Jengkol Kembang kol Buncis Kangkung Bayam Terung Jamur
2008 2.11 1233 48.37 80.08 109.49 266.55 323.75 163.81 427.16 430.47
2009
2010
2011
4.46 5.53 13.06 15.41 12.29 14.74 29.75 32.38 27.27 62.47 50.23 65.80 96.03 101.20 113.49 290.99 336.49 334.65 360.99 350.87 355.46 173.75 152.33 160.51 451.56 482.305 51948 384.65 613.76 458.54
2012 14.94 16.60 32.16 50.94 125.83 338.66 310.62 176.97 319.89 417.54
Average 8.02 14.27 33.98 61.90 109.20 313.46 340.33 165.47 440.07 460.99
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2013 Berdasarkan Tabel 1, dari tahun 2008 sampai tahun 2012 rata-rata produktivitas jamur relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya yaitu sebesar 460.99 Ton/Ha. Produktivitas jamur mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keterampilan tenaga kerja pada proses budidaya, teknologi pengukusan, kondisi iklim yang sulit diprediksi dan serangan hama (Direktorat Jendral Hortikultura 2013). Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas. Jamur dapat tumbuh dimana-mana, terutama pada saat musim hujan. Bagi orang awam, jamur terkadang dianggap berbahaya karena beracun dan bisa mematikan bagi yang memakannya. Akan tetapi, ada jamur yang mempunyai
2
manfaat bagi manusia untuk dikonsumsi sebagai pangan atau obat, namun demikian tidak semua jamur bisa dikonsumsi atau dijadikan obat. Tabel 2.. Data Perkembangan Ekspor dan Impor Jamur di Indonesia Pada Tahun 2006-2011 Ekspor Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Volume (kilogram) 16 113 207 3 333 723 22 558 977 18 351 038 20 571 404 19 452 421
Impor Nilai (US$) 19 201 360 2 793 243 24 021 656 22 129 170 29 900 009 30 863 291
Volume (kilogram) 1 539 321 194 010 2 913 432 3 594 073 3 370 435 3 431 709
Nilai (US$) 1 217 704 208 646 2 566 954 3 656 223 3 967 449 4 726 154
Sumber : Pusdatin dan BPS, 2012 Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa ekspor jamur lebih tinggi daripada impor, sehingga merupakan sumber devisa bagi negara. Perkembangan ekspor dan impor jamur sangat fluktuatif. Pada tahun 2006 baik ekspor maupun impor jamur mengalami penurunan volume yang tinggi. Menurut Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, menyatakan penurunan ekspor dan impor jamur terjadi sejak tahun 2005 sebesar 20%, hal ini diduga dikarenakan adanya kebijakan bea masuk anti dumping. Selain itu, penurunan ekspor dan impor jamur diduga disebabkan oleh kegagalan panen dan kondisi perekonomian yang tidak stabil (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007). Pada tahun 2006 baik ekspor maupun impor jamur menunjukan adanya kecenderungan peningkatan volume yang tinggi, baik dari segi kuantitas maupun nilai. Peningkatan ekspor ini diduga disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat luar negeri terhadap jamur, terutama jamur di Indonesia yang kualitasnya dianggap lebih baik dari negara produsen jamur lainnya. Sedangkan peningkatan impor ini diduga disebabkan oleh lebih dari 90 persen jamur yang diimpor merupakan bahan baku farmasi yang belum banyak dibudidayakan di Indonesia Jamur merupakan komoditas sayur-sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diarahkan untuk memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Jenis jamur yang mempunyai nilai protein yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lainnya adalah jamur tiram putih. Nilai protein jamur putih sebesar 30,4% atau masih lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi yang hanya sebesar 21%. (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa jamur tiram putih memiliki nilai protein yang sangat tinggi untuk dikonsumsi masyarakat.
3
Tabel 3. Nilai Protein Jenis Jamur dan Bahan Makanan Lain dalam 100 gram No
Jenis Makanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jamur Kuping Jamur Shiitake Jamur Tiram Putih Jamur Merang Jamur Kancing Bayam Kacang panjang Wortel Kentang Daging sapi
Kandungan Protein Protein (%) 7.7 17.7 30.4 16.0 3.6 1.4 2.7 1.2 2.0 21.0
Sumber : Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia, 2012 Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa jamur tiram putih memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan sayuran lainnya seperti bayam, kacang panjang, wortel, kentang, daging dan jenis jamur lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa jamur tiram putih merupakan bahan makanan yang dapat memenuhi sumber protein nabati yang tidak mengandung kolesterol dan dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, jantung, mengurangi berat badan, diabetes, dan mengandung Vitamin B kompleks tinggi yang dapat menyembuhkan anemia, antitumor, dan mencegah kekurangan zat besi, sehingga dapat dikembangkan sebagai sumber untuk memenuhi kecukupan pangan (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia 2012). Jamur tiram putih dapat diproduksi sepanjang tahun dalam areal yang sempit dan tidak menggunakan bahan kimia atau pupuk organik. Oleh karena itu pengusahaan jamur tiram putih tidak merusak lingkungan. Dilihat dari teknik budidayanya, jamur tiram dapat dibudidayakan dengan mudah karena Indonesia memiliki potensi wilayah yang menunjang perkembangannya. Menurut Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (2012), dalam tiga tahun terakhir, minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram putih terus meningkat seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur tiram putih sebagai bahan makanan yang lezat dan bergizi. Berdasarkan data Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia tahun 2012, setiap hari Jawa Barat memproduksi 10 ton jamur tiram putih, sebagian besar produksi jamur di pasarkan dalam keadaan segar. Tabel 4 menunjukkan produksi jamur tiram putih di daerah Jawa Barat. Tabel 4. Produksi Jamur Tiram Putih di Daerah Jawa Barat Tahun 2008 – 2011 (Ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8
Daerah Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Ciamis Sumedang Bekasi
2008 3 974 51 6 942 1 572 8 511 1 927 4 290 18 336
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
2009 21 793 467 111 835 30 604 275 133 6 856 25 157
2010 641 140 1 566 24 143 93 576 18 586 3 823 12 527 35 239
2011 110 528 645 3 022 531 1 110 058 45 753 354 63 957 161 620
4
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Cianjur dan Bandung merupakan penghasil jamur tiram putih terbesar di Jawa Barat, disusul selanjutnya oleh daerah Bogor dan Bekasi sebagai penghasil jamur tiram terbesar di Jawa Barat. Untuk Sentra produksi jamur tiram putih di Kotamadya Bogor terdapat di Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Salabenda. Pada Kecamatan Salabenda terdapat Perusahaan Jamur Nusantara yang menjadi menjadi salah satu sentra produksi di Kecamatan Salabenda. Perusahaan Jamur Nusantara mampu memproduksi ± 35 000 log tiap satu siklus produksi. Melihat jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan Jamur Nusantara cukup banyak dan stabil tiap bulannya, maka penulis mengambil tempat penelitian di perusahaan Jamur Nusantara yang terletak di Kecamatan Salabenda, Kotamadya Bogor. Perumusan Masalah Usaha dibidang hortikultura khususnya jamur tiram putih sangat potensial dan diperkirakan akan terus berkembang. Kandungan gizi yang cukup baik bagi manusia menyebabkan permintaan akan jamur tiram putih terus meningkat tiap tahunnya. Adanya peningkatan konsumsi jamur tiram putih dan harga jual yang cukup tinggi menjadikan daya tarik pelaku usaha untuk memasuki usaha budidaya jamur tiram putih dengan harapan memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) apabila jamur tiram putih dibudidayakan secara optimal dapat menghasilkan produktivitas sebesar 1,2 kg/log untuk satu kali siklus produksi. Produksi jamur tiram putih akan optimal jika pelaku usaha mengikuti langkah-langkah yang dilakukan Ditjen Hortikultura yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Perusahaan Jamur Nusantara merupakan salah satu pelaku usaha yang baru mengusahakan budidaya jamur tiram putih, yaitu pada tahun 2009. Unit bisnis yang diusahakan perusahaan jamur nusantara yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Dalam usaha budidaya jamur tiram putih ini membutuhkan biaya investasi yang cukup besar, seperti biaya pembangunan kumbung, pengadaan alat sterilisasi dan bibit. Selain biaya investasi yang besar,hal lain yang dihadapi perusahaan jamur nusantara adalah perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan biaya bahan baku dan media tanam, serta peningkatan biaya variabel jamur tiram putih. Pada tabel 5 berikut ini dapat dilihat perubahan biaya bahan baku dan media tanam pada perusahaan jamur nusantara
5
Tabel 5. Perubahan Biaya bahan baku dan media tanam tahun 2009-2013 Bahan baku & Harga media tanam Tahun 2009 / kg Serbuk Gergaji Rp.2 000 Bekatul Rp.1 800 Serbuk Jagung Rp.4 000 Gipsum Rp.1 700 Plastik Baglog Rp.22 000 Bibit Jamur Rp.3 000
Harga Tahun 2010 / kg Rp.4 000 Rp.2 500 Rp.4 200 Rp.2 000 Rp.25 000 Rp.3 200
Harga Tahun 2011 / kg Rp.4 500 Rp.2 800 Rp.4 500 Rp.2 200 Rp.28 000 Rp.3 500
Harga Tahun 2012 / kg Rp.5 000 Rp.3 000 Rp.5 500 Rp.2 00 Rp.30 000 Rp.3 800
Harga Tahun 2013 / kg Rp.5 000 Rp.3 500 Rp.6 000 Rp.2 500 Rp.30 000 Rp.4 000
Pada Tabel 5.diatas dapat dilihat bahwa perubahan biaya bahan baku dan media tanam mengalami kenaikan tiap tahunnya, yang dimana perubahan paling terlihat adalah kenaikan media tanam serbuk gergaji dan plastik baglog yang mengalami kenaikan signifikan yakni pada tahun 2009 hingga 2013 masingmasing sebesar 3000 dan 8000 rupiah. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor permasalahan perusahaan karena akan berakibat pada penurunan produksi jamur tiram segar dan penurunan produksi log jamur. Mengingat permasalahan yang dihadapi Perusahaan Jamur Nusantara, maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Manfaat dengan melakukan analisis kelayakan bagi pelaku usaha dapat mengetahui apakah usaha yang dijalankan mendatangkan keuntungan atau kerugian serta sebagai informasi bagi investor maupun pelaku usaha melakukan investasi pada komoditi Jamur tiram putih. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana kelayakan pengusahaan dalam budidaya jamur tiram putih tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara ditinjau dari aspek non finansial ? 2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara ditinjau dari aspek finansial ? 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara jika terjadi penurunan produksi jamur tiram segar, penurunan produksi log jamur, dan peningkatan biaya variabel.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara dilihat dari aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial. 2. Menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara dilihat dari aspek finansial.
6
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih pada Perusahaan Jamur Nusantara jika terjadi penurunan harga jamur tiram putih segar, penurunan harga log jamur, dan peningkatan biaya variabel. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih, yaitu : 1. Bagi penulis untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di sub-sektor hortikultura secara nyata. 2. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelayakan usaha yang dijalankan berdasarkan. 3. Mahasiswa dan perguruan tinggi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. TINJAUAN PUSTAKA Jamur Tiram Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama pada musim hujan dikarenakan kelembapan yang cukup tinggi menyebabkan jamur dapat tumbuh dengan baik (Direktorat Jenderal Hortikultura 2006). Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makan yang sudah jadi yang dihasilkan organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungan terhadap organisme lain inilah maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik. Jamur tiram (Pleurotus sp) merupakan jenis jamur kayu yang paling mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh di berbagai macam jenis substrat dan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Di alam jamur tiram merupakan tumbuhan saprofit yang hidup di kayu-kayu lunak dan memperoleh bahan makanan dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik (Direktorat Jenderal Hortikultura 2009). Salah satu jenis jamur tiram yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. Ostreatus). Pada dasarnya jenis jamur ini memiliki karekteristik dan sifat pertumbuhan yang hampir sama dengan jenis jamur tiram lainnya terutama dari segi morfologi, tetapi secara kasar warna tubuh buah dapat dibedakan antara jenis yang satu dengan jenis yang lain terutama dalam keadaan segar (Direktorat Jenderal Hortikultura 2009).Dibandingkan dengan jenis jamur tiram lainnya, jamur tiram putih memiliki beberapa keunggulan yaitu mempunyai kandungan protein yang lebih besar dibandingkan dengan jamur tiram lainnya, memiliki daya simpan yang lebih lama dibandingkan jamur tiram lainnya, serta tubuh jamur tiram putih relatif lebih besar dan daging buahnya lebih tebal dibandingkan jamur tiram lainnya.
7
Kelayakan Usaha Komoditas Hortikultura Penelitian mengenai analisis kelayakan jamur telah dilakukan oleh Rahayu (2003) mengenai Analisis Kelayakan Finansial Rencana Usaha Budidaya Jamur Kuping pada Usaha Agribisnis Jamur Lestari Bandung, disimpulkan bahwa rencana usaha budidaya jamur kuping pada usaha agribisnis jamur lestari layak untuk dilaksanakan. Hal ini berdasarkan investasi dengan tingkat suku bunga 22 persen dengan nilai NPV yang diperoleh Rp 322 332 625.29 artinya bahwa budidaya jamur kuping yang dikembangkan selama umur proyek mampu memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 322 332 625.29. Nilai IRR yang dapat diperoleh lebih dari 50 persen serta nilai B/C rasio diperoleh sebesar Rp 1.63 artinya untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar Rp 1 akan memberikan manfaat sebesar Rp 1.63. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jamur kuping tidak terlalu terpengaruh terhadap perubahan bila terjadi kenaikan pada harga input, penurunan harga output dan penurunan jumlah produktivitas produksi secara terpisah. Dharmika (2009), meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Bunga Potong Krisan di Pri’s Farm Cinagara, Cirejuk, Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa Pri’s Farm salah satu perusahaan yang memproduksi bunga potong kristan yang sangat digemari dan banyak diproduksi. Pris’ Farm merencanakan untuk mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kapasitas produksi dengan penambahan green house pada lahan yang ada. Hal ini merupakan salah satu variabel yang dapat diambil utnuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu dengan memproduksi yang masih kurang untuk memenuhi permintaan konsumen. Berdasarkan dari hasil analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek sumberdaya perusahaan, aspek manajemen, dan aspek variabel, usaha ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Sehingga permintaan konsumen akan terpenuhi oleh produksi kebun Pri’s Farm. Penilaian rencana pengembangan bisnis ini menggunakan tiga variabel. Hasil dari perhitungan cashflow didapatkan nilai NPV untuk variabel I yaitu sebesar Rp 1 117 985.71.00 ; variabel II sebesar Rp 473 396 179.8.00 ; dan variabel III sebesar Rp 1 018 640 378.00 yang berarti bahwa pendapatan bersih yang diperoleh selama umur proyek ini dijalankan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp 1 117 985.71.00 ; Rp 473 396 179.8.00 ; dan Rp 1 018 640 378.00 dengan memperhitungkan nilai waktu uang dalam jangka waktu 10 tahun atau selama umur proyek berjalan. Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Produksi Sosis Jamur Tiram Pada Skala Industri Kecil Wahyu Farm yang di teliti oleh Wigyanto (2012) menunjukkan produksi sosis jamur tiram dengan kapasitas per hari 10kg jamur tiram, menghasilkan 110 sosis jamur tiram dan 11 biji kemasan vacum dengan 2 orang tenaga kerja dalam waktu 5 jam kerja/hari mulai pukul 08.00-13.40. Proses produksi dilakukan setiap 1 siklus perhari dengan menggunakan mesin utama yaitu sausage filler. Dari segi kualitas dan kuantitas bahan baku jamur tiram, tersedianya mesin dan peralatan untuk produksi sosis jamur tiram memenuhi persyaratan atau layak. Hasil perhitungan produksi sosis jamur tiram di UKM Wahyu ditinjau dari aspek finansial didapatkan HPP sebesar Rp. 1 666.75 dengan harga jual sebesar Rp. 2 000, sehingga diperoleh BEP (unit) 13 308 dan BEP (rupiah) sebesar Rp. 26 617 544.51 R/C (efisiensi usaha) didapatkan nilai 1.2. Hal tersebut memberi arti
8
bahwa produksi sosis jamur tiram telah memenuhi standar efisiensi usaha yang meguntungkan dan layak diusahakan. Penelitian mengenai Kelayakan Industri Kerupuk Jamur Tiram di Kabupaten Bogor oleh Purwoko (2003), menunjukkan bahwa analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran produksi kerupuk di Indonesia belum mengalami kelebihan produksi sehingga masih menguntungkan untuk diproduksi dimasa yang akan datang. Kapasitas produksi yang direncanakan se-besar 96 096 kg per tahun atau sama dengan 364 kg per hari. Untuk menghasilkan 96 096 kg ini diperlu-kan bahan baku jamur tiram sebesar 3 432 kg per tahun. Dana investasi industri tersebut adalah Rp. 386 886 813.00 yang diperoleh dari modal sendiri sebanyak 40 persen dan pinjaman Bank sebesar 60 persen. Kredit investasi seluruhnya diberikan pada tahun ke-0 dengan masa pinjaman selama 5 tahun. Modal kerja awal untuk tiga bulan produksi adalah Rp 146 685 313.00 Kriteria investasi menunjukkan kemampuan industri untuk menghasilkan laba adalah Net Present Value (NPV) sebesar Rp 357 960 700.00 pada tingkat suku bunga 20 persen per tahun. Nilai NPV ini lebih besar daripada nol, artinya proyek layak untuk didirikan. Internal Rate of Return (IRR) proyek sebesar 37 persen, lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga proyek dinyakan layak. Net B/C proyek sebesar 1.9, nilai ini lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan perbandingan benefit proyek yang jauh lebih besar dari biaya yang dibutuhkan. Pay Back Period (PBP) menunjukkan bahwa proyek akan balik modal dalam waktu satu tahun tujuh bulan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa peningkatan harga bahan baku dan input dan menurunkan harga jual sampai sebesar 15 persen masih menunjukkan NPV lebih besar daripada nol. Hal ini menunjukkan jika proyek masih tetap layak untuk dijalankan. Bentuk badan usaha yang akan didirikan adalah Perseroan Terbatas (PT). Hasil analisis terhadap aspek yuridis menunjukkan bahwa tidak ada kesulitan teknis dalam perizinan industri jika semua per-syaratan dapat terpenuhi. Dari hasil analisis terhadap bahan baku sam-pai dengan analisis yuridis, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendirian industri pengolahan kerupuk jamur tiram di Kabupaten Bogor layak untuk diimplementasikan. Sahruddin (2009) meneliti mengenai analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di perusahaan X desa Cibitung, kecamatan Pamijahan, Bogor. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan analisis kelayakan finansial dilakukan berdasarkan pada perubahan-perubahan skenario yang telah ditetapkan, yaitu (1) Skenario I dengan menggunakan kayu bakar, (2) Skenario II dengan menggunakan gas alam, (3) Skenario III dengan peningkatan produksi 50 persen dimana modal berasal dari pinjaman suku bunga 15 persen. Skenario-skenario tersebut akan dianalisis berdasarkan aspek finansial dengan menggunakan kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback Period. Pada skenario I NPV yang diperoleh sebesar Rp 124 097 087. Net B/C Ratio sebesar 2.839, IRR sebesar 74% dan Payback Period selama dua tahun delapan bulan. Pada skenario II NPV yang diperoleh sebesar Rp 124 439 847. Net B/C Ratio sebesar 2.838, IRR sebesar 74% dan Payback Period selama dua tahun delapan bulan sepuluh hari. Pada skenario III NPV yang diperoleh sebesar Rp 69 841 516. Net B/C Ratio yang diperoleh sebesar 3.46. IRR yang diperoleh sebesar 108% dan Payback Period selama tiga tahun tujuh bulan.
9
Berdasarkan analisis kelayakan usaha aspek finansial dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan X dengan menggunakan kayu bakar, gas alam, dan peningkatan produksi 50 persen dimana sumber modal berasal dari pinjaman dengan suku bunga 15 persen, layak untuk dilaksanakan, karena NPV yang dihasilkan bernilai positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari suku bunga yang digunakan, serta Payback Periode lebih singkat dari umur ekonomi proyek. Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam analisis kelayakan usaha. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan, maka perlu dilakukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui apakah usaha yang akan dijalankan ini layak atau tidak untuk dilakukan dengan melihat suku bunga (discount rate) yang berlaku. Perbedaan penelitian ini adalah tempat perusahaan dan beberapa komoditas yang diproduksi. Dari penelitian terdahulu memberikan masukan bagi penulis mengenai sejauh mana penelitian sebelumnya mengenai analisis finansial dan analisis non finansial. Hal ini memberikan gambaran bagi penulis dengan topik pengembangan usaha. Selain itu, dari penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan non finansial yang ingin dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi, sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis untuk mengembangkan usaha dari budidaya jamur tiram putih pada perusahaan jamur nusantara
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan dapat dilakukan pada sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan, sehingga kita mengetahui berhasil atau tidaknya investasi yang telah ditanamkan. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Studi kelayakan usaha tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan . Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Studi kelayakan usaha merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu usaha pembangunan yang direncanakan atau yang sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut. Studi kelayakan usaha bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan
10
menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek (Gray et al. 1993). Aspek-Aspek Studi Kelayakan Usaha Dalam melakukan studi kelayakan, perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek analisis kelayakan proyek terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi. Aspek Pasar Menurut Gitinger (1986), aspek Pasar atau pemasaran bertujuan untuk mengetahui berapa besar potensi pasar yang tersedia, mengetahui berapa luas pasar, bagaimana jumlah permintaan terhadap produk dan kondisi persaingan. Didalam aspek pasar dan pemasaran diantaranya mencakup : 1. Permintaan Permintaan yang diamati baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran Penawaran yang diamati baik berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya dimasa lalu dan bagaimana perkembangan dimasa yang akan datang. 3. Harga Dalam penentuan harga dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya. 4. Program Pemasaran Mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran. Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat. 5. Perkiraan Penjualan yang Dapat Dicapai Perusahaan Perkiraan Penjualan yang dapat dicapai perusahaan yaitu meliputi market share yang bisa dikuasai perusahaan. Aspek Teknis Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Input dari usaha jamur tiram putih adalah bahan baku, seperti bekatul, serbuk gergaji, kapur, serbuk jagung, gips dan bahan pendukung lainnya. Bagaimana strategi dalam mendapatkan bahan baku diatas dalam hal kualitas (kesegaran) dan kuantitas (ketersedian). Output dari usaha ini, yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih, bagaimana pemilik dalam memproses bahan baku menjadi bahan jadi, proses produksi yang higienis dan kualitas produk yang terjaga dengan baik. Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek, fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan (storage) yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksaann proyek, dan pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan. Analisis secara teknis juga dapat
11
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Menurut Gittiger (1986), menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (rensponsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Aspek sosial juga dapat berkenaan dengan konstribusi bisnis terhadap manfaat ekonomi seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisi ekonomi penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti (Husnan dan Muhammad 2000). Aspek Manajemen Menurut Nurmalina dan Sarianti (2009), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Manajemen dalam masa pembangunan bisnis, terkait dengan siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam masa operasi, terkait bagaiman bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaiman struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga inti. Kadariah, Karlina dan Gray (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan Pelaksanaan pembangunan proyek tersebut bisa pihak yang mempunyai ide proyek itu, bisa juga (umumnya) diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapapun yang akan melaksanakan proyek tersebut, perusahaan (yang mempunyai ide membuat proyek) perlu mengetahui kapan proyek itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek operasional.
Aspek Finansial Analisis Kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam aspek finansial ditentukan berapa jumlah dana modal tetap dan modal awal kerja
12
yang dibutuhkan, struktur permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratan, serta kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut diantaranya metode Average Rate Return, Payback Periode, Present Value, Internal Rate Return, serta Profitability Indeks. Selain itu, Gittiger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui variabel investasi Net Present Value, Gross Benefit Cost Ratio dan Internal Rate Return. 1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono 2000). Menurut Gittinger (1986), Net Present Value adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Untuk menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. 2. Net Benefit and Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya)
Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Net B/C ratio didefinisikan sebagai angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai pembilang dan jumlah NPV negative sebagai penyebut. Nilai net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah (Husnan dan Suwarsono, 2000). Untuk menggunakan metode Net B/C ratio perlu menentukan tingkat bunga yang dipergunakan. Nilai Net B/C ratio mengandung dua arti penting, yaitu : 1. Net B/C ≥ 1, maka proyek layak atau menguntungkan. 2. Net B/C ≤ 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan 3. Internal Rate of Return (IRR) Perhitungan Internal Rate Return (Tingkat pengembalian internal) adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan.
13
4. Payback Period (PP) Payback diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga period digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode Payback Period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan 13ari kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan & Suwarsono 1999). 5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabelvariabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, niali besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C (Gittinger 1986). Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan, karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perlunya perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksiproyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Analisis ini juga merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidakpastian dalam perhitungan biaya atau manfaat (Kadariah et al 1999). Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh : a. Harga b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi) c. Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run) d. Hasil produksi. Faktor-faktor perubahan harga dan faktor kenaikan dalam biaya akan mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas usaha jamur atau proyek. Oleh karena itu, diperlukan analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang sesuai dengan usaha jamur yang dijalankan. Analisis Biaya dan Manfaat Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung.
14
Menurut Gitinger (1986) biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, dengan contohnya tanah, bangunan dan perlengkapa, pabrik dan mesinmesin, biaya pendakuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya seperti penelitian. Laba Rugi Menurut Gittinger (1986), laporan rugi laba adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkannya pengeluarannya-pengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa dari penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba) merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Adanya laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point), dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow. Kerangka Pemikiran Operasional Usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh Perusahaan Jamur Nusantara ini merupakan respon dari adanya permintaan jamur tiram putih yang tinggi dengan dukungan potensi sumberdaya alam yang mendukung baik dari segi bahan baku maupun keadaan geografis wilayah. Selain itu, jamur tiram putih memiliki nilai protein yang sangat tinggi dibandingkan tanaman hortikultura lainnya. Adanya peluang bisnis tersebut, menyebabkan banyak orang tertarik berinvestasi langsung pada budidaya jamur tiram putih. Perusahaan Jamur Nusantara merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak dibidang budidaya jamur tiram putih, yang berlokasi di Kecamatan Salabenda, Kotamadya Bogor. Usaha ini sudah berjalan sekitar 4 tahun. Selama usahanya berjalan, pemilik telah mengeluarkan biaya investasi yang besar. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan yaitu nilai tawar perusahan yang masih rendah, adanya peningkatan biaya variabel dan penurunan harga log jamur. Mengingat setiap usaha yang dilakukan memiliki resiko, oleh karena itu perlu dilakukan kajian kelayakan usaha pada saat merencanakan usaha tersebut.
15
Jamur Tiram Putih 1. Meningkatnya minat masyarakat mengkonsumsi jamur tiram 2. Produktivitas Tanaman Jamur yang Tinggi 3. Adanya Peluang Ekspor & Impor Jamur 3. Nilai Protein jamur yang tinggi 4. Potensi sumberdaya alam yang luas
1. Biaya investasi Perusahaan yang besar 2. Peningkatan Biaya Variabel 3. Perubahan Biaya Bahan baku dan Media tanam 4. Penurunan Produksi Jamur tiram segar & Log Jamur
Analisis Kelayakan Jamur Tiram Pada Perusahaan Jamur Nusantara
Analisis Non Finansial
Analisis Kelayakan Finansial
-
Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Sosial
Layak
NPV Net B/C IRR Payback Period Analisis Sensitivitas
Tidak Layak
Rekomendasi Perusahaan Jamur Nusantara
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional.
16
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Jamur Nusantara yang beralamat di daerah Kayu Manis, Salabenda, Kotamadya Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Dengan pertimbangan bahwa di Perusahaan Jamur Nusantara belum pernah dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha jamur tiram putih. Penelitian ini diawali dengan survey dan dilanjutkan dengan pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2013. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber-sumber data primer dan data sekunder yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis Data dan Sumber Data Jenis Data No Data Primer 1. - Kegiatan budidaya perusahaan - Kegiatan pemasaran - Kapasitas produksi per hari Data Sekunder 2. - Data produktivitas tanaman sayur - kandungan nilai protein jamur - Teknik budidaya jamur tiram putih
Sumber Pengamatan langsung terhadap kegiatan budidaya dan wawancara langsung kepada pekerja diperusahaan Buku, majalah, penelitian terdahulu, literature Dinas Pertanian, Departemen Pertanian, Masyarakat Agrobisnis Indonesia, Ditjen Produksi Hortikultura.
Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam Analisis Kelayakan Usaha ini adalah metode analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menguraikan data-data yang bersifat kualitatif dengan penguraian deskriptif meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajamen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif berupa analisis rugi laba dan perhitungan kriteria kelayakan investasi secara finansial berdasarkan nilai bersih kini (Net Present Value), rasio manfaat dan biaya (Internal Rate of Return), dan waktu pengembalian investasi (Payback Period) dan arus tunai (Cash Flow) yang dihasilkan serta analisis kepekaan (Sensitivitas) untuk melihat kepekaan usaha jamur tiram terhadap perubahan dalam perhitungan biaya dan manfaat.
17
Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspekaspek sebagai berikut: 1) Aspek Pasar Analasis aspek pasar perlu dikaji secara deskriptif meliputi potensi pasar, pangsa pasar serta bauran pemasaran dari baglog jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Potensi pasar dapat diprediksi dengan menganalisis jumlah permintaan dan penawaran. Aspek pasar dinyatakan layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih pelaku dalam melakukan usaha budidaya jamur tiram. Tujuan pasar Perusahaan Jamur Nusantara antara lain Pasar TU Kemang, dan Pasar Jambu Dua yang terdapat di sentra Kotamadya Bogor. 2) Aspek Manajemen Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan usaha. Aspek manajemen dikaji secara deskriptif untuk mengetahui bentuk usaha, pengadaan tenaga kerja, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Aspek hukum juga dikaji secara deskriptif. Analisis aspek hukum dilakukan untuk mengetahui bentuk badan usaha hingga izin-izin yang dimiliki seperti izin mendirikan bangunan, izin usaha, dan sebagainya. Aspek manajemen dan hukum dinyatakan layak jika kegiatan usaha yang dikakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian pekerjaan dan jumlah tenga kerja yang dibutuhkan serta usaha telah memiliki legalitas dalam menjalankan operasionalnya didaerah berlangsung. 3) Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Menurut Gittiger (1986), menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (rensponsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Aspek sosial juga dapat berkenaan dengan konstribusi usaha budidaya jamur tiram putih terhadap manfaat ekonomi seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Perusahaan Jamur Nusantara. 4) Aspek Teknik Aspek teknik berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha khususnya dalam proses produksi. Pengkajian aspek teknis dilakukan pada analisis penentuan lokasi usaha jamur tiram putih, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, proses produksi yang dilakukan dalam usaha jamur tiram putih, serta tata letak usaha. Analisis aspek teknis dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha secara teknis dapat dilaksanakan dengan baik dan layak. Aspek teknis dinyatakan layak jika lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letaka usaha dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan usaha dalam memperoleh keuntungan.
18
Analisis Kuantitatif (Analisis Finansial) Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan budidaya jumur tiram putih terhadap aspek variabel. Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang untuk mengkaji kelayakan investasi atau aspek variabel dari perusahaan. Dalam aspek variabel terdapat beberapa metode, adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPV, Net B/C, IRR, payback period dan switching value. a) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi. Metode ini dihitung dengan cara, yakni mengurangi nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya arus tunai pada waktu sekarang selama waktu tertentu. Dengan Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah bila NPV > 0, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah sebagai berikut:
Keterangan : Bt Ct i t n
= Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t = Tingkat suku bunga (discount rate) = Tahun = Jumlah Tahun
b) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah tingkat besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan antara jumlah NPV yang positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang variabel (sebagai penyebut). Dengan variabel kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C adalah semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak dijalankan. n Bt Ct Untuk Bt-Ct > 0 t t 1 (1 i) Net B/C n Bt Ct Untuk Bt-Ct < 0 t t 1 (1 i) Keterangan : Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun n = Jumlah Tahun c) Internal Rate Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih yang dapat dicapainya. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari
19
dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut :
Keterangan:
i1 i2 NPV1 NPV2
= = = =
discount rate yang menghasilkan NPV positif discount rate yang menghasilkan NPV variabel NPV positif NPV negative
d) Payback Period Payback period (masa pembayaran kembali) didefinisikan sebagai jangka waktu kembalinya keseluruhan investasi yang ditanamkan, melalui keuntungan yang diperoleh suatu proyek. Dengan variabel investasi, semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka investasi tersebut dinilai semakin baik untuk dilaksanakan. I Payback period = Ab Keterangan: PP = Payback Period I = Jumlah Modal Investasi Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya e) Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, niali besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C (Gittinger 1986). Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian analisis kelayakan usaha ini adalah: 1. Umur proyek dalam penelitian ini adalah lima tahun yang ditetapkan berdasarkan umur ekonomis kumbung yang terbuat dari konstruksi bambu dengan dinding terbuat dari bilik bambu. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa, kumbung merupakan aset penting dalam budidaya jamur tiram putih yang memerlukan biaya investasi yang cukup besar. 2. Sumber modal yang digunakan berdasarkan modal sendiri. 3. Sumber penerimaan yang diperoleh dalam usaha ini bersumber dari penjualan jamur tiram putih segar dan penjualan log jamur tiram putih. 4. Produksi log sebanyak 33 800 log untuk jamur tiram segar dan 20 000 log untuk penjualan log jamur tiram.
20
5. Satu periode produksi jamur tiram putih segar membutuhkan waktu sekitar empat bulan. 6. Resiko kegagalan produksi sebesar 10 persen, hal ini berdasarkan pengalaman Perusahaan Jamur Nusantara yang telah terjadi. 7. Rata-rata hasil panen jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara dalam satu hari sebanyak 75 kilogram. 8. Harga jual jamur tiram putih segar sebesar Rp 6 000 per kilogram, dan harga jual log sebesar Rp 2 000 per log. 9. Harga input dan output yang dipergunakan dalam penelitian adalah harga konstan yang berlaku pada tahun 2014, hal ini untuk mempermudah perhitungan cashflow. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis switching value. 10. Biaya yang akan dikeluarkan untuk budidaya jamur tiram putih terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. 11. Biaya penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan metode garis lurus dimana harga beli dibagi umur ekonomis. 12. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan undang-undang Republik Indonesia tentang perpajakan No. 36 tahun 2008 yang isinya adalah : (Tabel 7. Besarnya Pajak yang digunakan) Tidak dikenakan Pajak. Rugi Dikenakan Pajak 5 persen Pendapatan < 50 juta Dikenakan Pajak 15 persen Pendapatan 50 juta – 250 juta Dikenakan Pajak 25 persen Pendapatan 250 juta500 juta Dikenakan Pajak 30 persen Diatas 500 juta Sumber : Kantor Perpajakan Kota Bogor, 2010
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Jamur Nusantara Usaha jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara didirikan oleh bapak Doni. Perusahaan Jamur Nusantara mempunyai lahan di Kecamatan Salabenda, kemudian perusahaan memanfaatkan lahan tersebut dengan melakukan kegiatan budidaya jamur tiram putih. Seiring berjalannya waktu kegiatan budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Salabenda hingga kini menjadi pusat Perusahaan Jamur Nusantara. Pada awal 2009 Perusahaan Jamur Nusantara membuat berbagai persiapan bangunan untuk kegiatan budidaya jamur tiram putih. Investasi yang dikeluarkan dalam usaha ini meliputi pembangunan kumbung, peralatan kantor, peralatan produksi dan perlengkapan penunjang lainnya. Keseluruhan modal investasi awal usaha ini berasal dari modal milik pemilik sendiri.
21
Lokasi Perusahaan Jamur Nusantara Perusahaan Jamur Nusantara berlokasi di daerah kayu manis, Salabenda, Kotamadya Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas lahan yang dimiliki Perusahaan Jamur Nusantara yaitu kurang lebih 2 200 meter persegi, namun dari keseluruhan lahan tersebut hanya 1 000 meter persegi yang termanfaatkan untuk usaha jamur tiram putih yaitu berupa kumbung dan bangunan penunjang lainnya. Kapasitas kumbung saat ini yang tersedia di perusahaan yaitu untuk 48 000 log dan ruang inkubasi sebanyak 55 000 log. Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara Perusahaan Jamur Nusantara adalah suatu usaha perorangan di bidang pertanian dengan usaha budidaya jamur tiram putih, dimana usaha ini masih beroperasi dalam skala petani dan pemilik bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dalam kegiatan yang dilakukan. Perusahaan Jamur Nusantaramemiliki struktur organisasi yang sederhana, dapat dilihat pada Gambar 2.
Direktur Utama
Supervisor
Divisi Produksi (6 orang)
Divisi Perawatan & Pemasaran (4 orang)
Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan Jamur Nusantara
Direktur utama Perusahaan Jamur Nusantara mengambil keputusan dalam segala bidang aktivitas yang dilakukan dan menetapkan garis umum kebijakan. Dalam pengambilan keputusan direktur terlebih dahulu melakukan diskusi dan konfirmasi dengan supervisor sebagai pihak yang mengetahui kondisi kebun. Kegiatan Perusahaan Jamur Nusantara Perusahaan Jamur Nusantara beroperasi pada hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.30 sampai 16.30 WIB. Perusahaan Jamur Nusantara memiliki dua divisi usaha dan seorang supervisor. Divisinya yaitu divisi produksi dan divisi perawatan dan pemasaran. Supervisor bertugas sebagai pengawas dan bertanggung jawab penuh di Perusahaan Jamur Nusantara dengan pengawasan Direktur Utama. Divisi produksi bertugas untuk persiapan dan pencampuran bahan baku dalam membuat log, divisi ini merupakan bagian terpenting dalam menentukan kualitas dan kuantitas jamur tiram putih segar yang akan dihasilkan.
22
Divisi perawatan bertugas merawat log selama masa pertumbuhan Tubuh buah jamur tiram putih (fruit body) sampai pemanenan dan pemasaran jamur tiram putih ke tengkulak dan pasar TU Kemang. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Jamur Nusantara Perusahaan Jamur Nusantara mempunyai tujuan untuk kegiatan sosial masyarakat dan memanfaatkan lahan yang ada dengan berbagai potensi baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang melimpah guna mendapat keuntungan baik secara finansial maupun sosial atas kegiatan yang dilakukan serta memanfaatkan peluang pasar yang tinggi setiap tahunnya terhadap permintaan jamur tiram putih. Visi dan misi perusahaan ingin menjadi trendsetter dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengkomsumsi bahan pangan seperti jamur. Sumber Daya Manusia Tenaga kerja yang dimiliki oleh Perusahaan Jamur Nusantara berjumlah 11 orang yang terdiri dari satu orang sebagai supervisor, enam orang yang bertugas sebagai divisi produksi, divisi perawatan dan divisi pemasaran sebanyak empat orang. Kebutuhan akan tenaga kerja ini dapat disesuaikan dengan target produksi dan diusahakan tidak terlalu banyak dengan harapan masing-masing pegawai dapat bekerja secara efektif dan efisien. Keseluruhan pegawai tersebut diberikan penghasilan tetap sebulan dan tidak terkait dengan jumlah produksi. Kompensasi yang diberikan untuk penyelesaian pekerjaan ini yaitu sebesarRp 900.000 per bulan per orang untuk divisi produksi dan divisi perawatan, sedangkan untuk supervisor sebesar Rp 2.500.000 per bulan ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL Aspek Pasar Aspek pasar merupakan hal yang sangat penting dalam pertimbangan investor. Pasar merupakan tempat bertemunya beberapa lembaga pemasaran yang memiliki keterkaitan dengan berbagai pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menganalisis permintaan dan penawaran jamur tiram putih, harga dan produk jamur tiram putih. Potensi Pasar Perusahaan Jamur Nusantara memiliki dua jenis permintaan yaitu permintaan jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Pasar jamur tiram putih segar dilokasi penelitian adalah pasar TU kemang dan pasar induk Jambu dua. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang pengumpul, pasar TU Kemang dapat menyerap jamur tiram putih sebanyak 1 000 sampai 1 500 kilogram per hari. Namun, pada saat ini jamur tiram putih segar yang tersedia di pasar TU Kemang sebanyak 500 kilogram per hari. Untuk Pasar induk Jambu Dua, dapat menyerap jamur tiram putih sebanyak 600 sampai 700 kilogram per hari, tetapi yang tersedia hanya berkisar antara 200 sampai 300 kilogram per hari. Selisih penawaran dan permintaan yang tinggi tersebut menyebabkan jamur tiram
23
putih selalu habis terjual di pasar. Pasar log jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara adalah produsen jamur yang terletak di desa Cibungbulang dan Kota Depok. Permintaan log jamur tiram putih dari kedua konsumen cenderung meningkat, sedangkan permintaan yang tersedia saat ini sebanyak 20 000 log per bulan. Harga (Price) Harga jamur tiram putih segar yang diterima Perusahaan Jamur Nusantara sebesar Rp 6 000 per kilogram tingkat pedagang pengumpul, sedangkan harga yang berlaku ditingkat pedagang pengumpul ke pengecer sebesar Rp 9 000 sampai Rp 10 000 per kilogram. Rendahnya harga yang diterima Perusahaan Jamur Nusantara karena Perusahaan menjual jamur tiram putih ke pedagang pengumpul dalam bentuk curah atau tidak ada sortasi. Harga jamur tiram putih segar yang diterima Perusahaan Jamur Nusantara merupakan harga yang sedang berlaku di pasar atau pada saat perusahaan menjual jamur tiram putih segar di pasar TU Kemang dan pasar Jambu Dua. Harga jual log jamur tiram putih yang ditetapkan Perusahaan Jamur Nusantara yaitu sebesar Rp 2 000 per log di petani jamur. Harga Rp 2 000 ditetapkan berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan Perusahaan untuk memproduksi satu log jamur tiram putih sebesar Rp 1 100, sehingga selisih dari harga log dan biaya produksi log merupakan keuntungan yang diterima, yaitu sebesar Rp 900. Untuk saat ini Perusahaan menjual log jamur tiram putih kepada rekan kerjanya yaitu terletak di desa Cibungbulang dan Kota Depok. Jumlah log jamur tiram yang dijual kedua lokasi tersebut sebanyak 20 000 log sesuai dengan kapasitas produksi log yang dihasilkan Perusahaan Jamur Nusantara setiap bulannya. Perusahaan menggunakan harga yang sedang berlaku di pasaran pada saat transaksi berlangsung, sedangkan harga log jamur tiram putih di pasaran sangat bervariasi antara Rp 2 000 sampai Rp 2 500 per log. Produk (Product) Produk yang dihasilkan Perusahaan Jamur Nusantara berupa jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Produk yang dihasilkan perusahaan akan di pasarkan di dua tempat, yaitu pasar TU Kemang dan pasar Jambu Dua untuk jamur tiram putih segar dan produsen jamur tiram yang berada di desa Cibungbulang dan kota Depok untuk log jamur tiram putih. Data produksi jamur tiram segar pada perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Produksi Jamur Tiram Segar Tahun
Jumlah Log Jamur Segar Kumbung 1
Jumlah Log Jamur Segar Kumbung 2
Total Panen Kumbung 1(kg)
1
91 260
91 260
22 500
Total Panen Kumbung 2 (kg) 20 250
2
91 260
91 260
27 000
27 000
3
91 260
91 260
27 000
27 000
4
91 260
91 260
27 000
27 000
5
91 260
91 260
27 000
27 000
24
Pada Tabel 8 dapat dilihat data produksi jamur tiram segar dimana pada tahun pertama hingga tahun kelima kumbung 1 dan kumbung 2 total produksi sebanyak 91 260 log jamur, total produksi ini didapat dari jumlah satu kali produksi sebanyak 30 420 dikalikan dengan jumlah produksi dalam satu tahun yaitu sebanyak 3 kali produksi. Pada tahun pertama jumlah panen jamur tiram segar untuk kumbung 1 dan kumbung 2 berbeda dengan tahun kedua hingga tahun kelima, hal ini didasarkan pada tahun pertama adanya persiapan awal usaha. Pada tahun kedua hingga kelima total panen cenderung tetap baik itu kumbung 1 maupun kumbung 2 yaitu sebesar 27 000 kg per tahun. Produksi log jamur tiram yang akan dijual oleh perusahaan cenderung tetap per tahunnya yakni sebanyak 60 000 log utuk kumbung 1 dan kumbung 2, total produksi log jamur didapat dari jumlah log yang diproduksi yaitu sebanyak 20 000 log di kalikan dengan jumlah total produksi dalam satu tahun yaitu sebanyak 3 kali produksi. Data produksi log jamur yang akan dijual dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Data produksi Log Jamur Tahun
Jumlah Log Kumbung 1
Jumlah Log Kumbung 2
1 2 3 4 5
60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
60 000 60 000 60 000 60 000 60 000
Dalam pengemasan jamur Perusahaan Jamur Nusantara tidak melakukan pengemasan secara khusus untuk jamur tiram segar. Pengemasan dilakukan menggunakan kantung lima kilogram dan pendistribusian dilakukan menggunakan kendaraan roda dua. Sedangkan untuk produk log jamur tiram putih, Perusahaan Jamur Nusantara tidak melakukan pengemasan dan dalam pendistribusiannya petani mengambil secara langsung ke lokasi penelitian.
Gambar 3. Produk Jamur Tiram segar
25
Gambar 4. Produk Log Jamur Tiram Berdasarkan hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri dari permintaan dan penawaran, harga dan produk jamur tiram putih bahwa usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan permintaan pasar akan jamur tiram putih yang tinggi menyebabkan berapapun jumlah produk yang tersedia di pasar selalu habis terjual, dan harga jamur tiram yang tinggi menjadikan peluang untuk Perusahaan Jamur Nusantara maupun produsen jamur tiram lainnya untuk meningkatkan produksi jamur tiram yang dihasilkan. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek penting dalam perencanaan bisnis, tanpa aspek teknis perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melakukan suatu usaha atau bisnis. Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output produksi berupa barang dan jasa. Hasil penelitian di lapangan dan beberapa literatur menyebutkan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan input utama yaitu dari segi lahan atau lokasi usaha, bahan baku, proses produksi dan sumberdaya manusia. Lokasi Usaha Lokasi usaha Perusahaan Jamur Nusantara terletak di daerah kayu manis, Salabenda, Kotamadya Bogor. Lokasi ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yakni, kedekatan dengan pasar, ketersediaan bahan baku, dan juga kesesuaian iklim untuk pengusahaan jamur tiram putih. Jamur tiram segar yang dihasilkan Perusahaan Jamur Nusantara dipasarkan di Pasar Induk TU Kemang dan Pasar Jambu Dua yang lokasinya sangat dekat dengan perusahaan dan dapat dijangkau menggunakan sepeda motor. Untuk pasar baglog biasanya petani yang langsung mengambil baglog di lokasi perusahaan. Lokasi produksi dipilih karena mempertimbangkan ketersediaan bahan baku pembuatan jamur tiram. Bahan baku seperti serbuk gergaji, kapur, dedak, dan jagung diperoleh dari pedagang di sekitar lokasi perusahaan. Dalam hal ini berarti ketersediaan bahan baku bagi Perusahaan Jamur Nusantara selalu terpenuhi.
26
Gambar 5. Lokasi Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih
Berdasarkan wawancara dengan survervisor, diketahui bahwa Perusahaan Jamur Nusantara ini terletak pada ketinggian antara 650 sampai 1 050 meter di atas permukaan laut, dengan temperatur udara rata-rata berkisar antara 25 sampai 30 derajat celcius. Lokasi usaha budidaya jamur tiram putih ini cukup strategis, karena tidak terlalu dekat dari kawasan pabrik sehingga terhindar dari pencemaran udara dan air. Bahan baku Lokasi budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara cukup strategis karena dekat dengan sumber bahan baku utama dan ketersediaannya cukup banyak. Serbuk gergaji diperoleh dari daerah Ciampea, bekatul diperoleh dari daerah Semplak, dan bahan baku lainnya diperoleh dari Pasar Bogor dan Pasar Anyar. Kedekatan dengan sumber bahan baku ini sangat menguntungkan Perusahaan Jamur Nusantara, karena bahan baku dapat diperoleh dalam kondisi yang masih bagus. Ketersediaan air maupun bahan baku pembuatan log di lokasi penelitian jumlahnya cukup melimpah, kualitasnya baik sesuai persyaratan dan kontinuitas terjamin sesuai kebutuhan serta harganya relatif murah. Kebutuhan air didapat dari sumur. Ada kalanya ketersediaan air berkurang, hal ini terjadi pada musim kemarau. Namun sejauh ini kebutuhan air untuk proses produksi masih dapat dipenuhi. Proses Produksi Proses Produksi merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi hasil akhir atau produk. Adapun tahap produksi Perusahaan Jamur Nusantara adalah sebagai berikut : a) Pembuatan Media Tanam Bahan baku utama yang diperlukan untuk membuat log yaitu serbuk gergaji, bekatul, gipsum, kapur dan air. Kemudian bahan baku tersebut dicampur secara merata dengan komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Bahan Baku diaduk dengan menggunakan sekop. Setelah itu dibiarkan semalam untuk pengomposan, lalu dimasukkan ke dalam plastik PP ukuran 35 x 17 cm. Proses pengomposan ini dimaksudkan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba, sehingga senyawa-senyawa yang
27
lebih sederhana mudah dicerna oleh jamur. Campuran tersebut lalu dipadatkan dengan menggunakan pipa paralon hingga ukurannya 1.2 kg, kemudian baglog diikat menggunakan cincin kayu atau cincin paralon.
Gambar 6. Pembuatan Media Tanam Jamur Tiram Putih b) Sterilisasi Sterilisasi log bertujuan untuk menghambat pertumbuhan semua jasad hidup yang mungkin terbawa bersama bahan baku dan akan mengakibatkan bibit jamur tidak tumbuh. Alat sterilisasi yang digunakan oleh Perusahaan Jamur Nusantara ini yaitu berupa drum besar yang atasnya diikat dan ditutup dengan plastik terpal sehingga mampu menghasilkan uap air panas bertekanan tinggi. Jumlah drum yang dimiliki perusahaan sebanyak 10 drum dengan masing-masing kapasitas maxsimal 110 log per drum.
Gambar 7. Proses Sterilisasi c) Inokulasi Tahap ini merupakan proses menanamkan bibit kedalam baglog. Penanaman bibit dilakukan dalam ruangan khusus secara steril. Sebelum diinokulasi, log yang telah disterilkan didinginkan terlebih dahulu selama dua hari, apabila tidak didinginkan maka dikhawatirkan bibit jamur yang diinokulasi akan mati. Cara melakukan inokulasi adalah dengan menyusun log kedalam ruang inokulasi, kemudian bibit jamur tiram dimasukkan dengan cara ditebar. Setelah media terisi bibit, pada bagian leher plastik yang telah terpasang cincin kayu ditutup dengan menggunakan kertas koran. Penutupan media dimaksudkan untuk
28
menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselia jamur, karena miselia jamur tumbuh baik pada kondisi yang tidak terlalu banyak oksigen. d) Inkubasi Log yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi sampai seluruh medianya ditumbuhi miselia secara merata. Inkubasi yaitu menyimpan log yang sudah diisi dengan bibit didalam ruang inkubasi selama kurang lebih 28 sampai 30 hari. Suhu optimal untuk pertumbuhan miselia yaitu sekitar 26 sampai 30 derajat celcius. Selama pertumbuhan bibit, intensitas cahaya harus dikurangi, dan kelembaban serta sirkulasi udara harus diatur.
Gambar 8. Proses Inkubasi
e) Pemeliharaan Untuk menunjang pertumbuhan jamur, kondisi suhu atau kelembaban harus disesuaikan dengan kebutuhan jamur. Jamur tiram membutuhkan suhu berkisar antara 22 sampai dengan 25 derajat celcius. Selama pertumbuhan tubuh buah, kelembaban udara diatur sekitar 90 persen karena apabila kurang dari 90 persen media akan mengering. Kelembaban udara selama pertumbuhan tubuh buah dapat tetap dipertahankan yaitu dengan menyiram lantai dan dinding kumbung. Dari hasil Wawancara dengan Supervisor perusahaan, log jamur tiram putih yang dapat dipindahkan ke ruang perawatan adalah media yang telah dipenuhi dengan miselium. Pembukaan log dapat dilakukan dengan membuka sumbatan koran. Setelah dibuka, sekitar tiga sampai tujuh hari kemudian jamur tiram mulai tumbuh. Pertumbuhan tubuh buah awal umumnya ditandai dengan adanya bintik-bintik serat berwarna putih yang makin lama makin membesar dan dalam selang waktu beberapa hari akan tumbuh jamur kecil dan dapat dipanen dengan cara dipetik langsung apabila ukurannya sudah cukup besar. f) Pemanenan Untuk pemanenan jamur tiram putih, jamur yang bisa mulai dipanen adalah jamur yang sudah melewati masa inkubasi yaitu selama 25 hari sampai 30 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada
29
baik berukuran besar maupun kecil sampai ke akar-akarnya untuk menghindari akar atau batang yang tertinggal. Akar yang tertinggal akan menghambat pertumbuhan calon jamur disekitar akar. Waktu yang terbaik untuk memanen adalah pagi hari sekitar pukul 10.00 atau sore hari sekitar pukul 16.00. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari bobot jamur relatif menyusut. Penanganan pascapanen yang dilakukan sangat sederhana yaitu dengan membersihkan kotoran yang menempel dibagian akar dengan cara memotong bagian akar jamur yang kotor menggunakan gunting. Dengan cara tersebut, daya simpan jamur akan lebih lama dan penampilannya akan bersih. Jumlah panen jamur tiram segar dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Jumlah Panen Jamur Tiram Segar Tahun
Jumlah Panen
Jumlah Panen
Total Panen (kg)
Kumbung 1 (kg)
Kumbung 2 (kg)
1
22 500
20 250
42 750
2
27 000
27 000
54 000
3
27 000
27 000
54 000
4
27 000
27 000
54 000
5
27 000
27 000
54 000
Berdasarkan pada tabel 9 diatas, dapat dilihat jumlah panen jamur tiram segar ditahun pertama pada kumbung 1 dan kumbung 2 mengalami perbedaan jumlah. Hal ini dikarenakan ditahun pertama pada kumbung 1 baru menghasilkan panen pada bulan ketiga, sedangkan pada kumbung 2 baru menghasilkan pada bulan keempat. Untuk tahun kedua hingga kelima jumlah panen jamur tiram cenderung tetap sebanyak 54 000 kg.
Gambar 9. Proses Pemanenan Jamur Tiram putih
30
Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia yang dimaksud adalah kebutuhan akan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan diambil dari penduduk setempat sebanyak 10 orang. Pembagian tenaga kerja dalam perusahaan dibagi dalam dua kelompok yakni 6 orang dalam divisi produksi yang bertugas memproduksi log jamur tiram putih beserta pembibitan jamur, dan 4 orang dalam divisi perawatan dan pemanenan jamur tiram putih. Tenaga kerja yang digunakan oleh Perusahaan Jamur Nusantara yaitu tenaga kerja yang terampil, jujur dan apabila memungkinkan telah memiliki pengalaman tentang kegiatan budidaya. Hasil dari analisis aspek teknis, yang meliputi lahan, bahan baku, proses produksi dan sumberdaya manusia dapat dikatakan bahwa pengusahaan budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh Perusahaan Jamur Nusantara dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Aspek Manajemen Tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan Jamur Nusantara saat ini berjumlah 11 orang pekerja. Tenaga kerja perusahaan berasal dari penduduk setempat. Tingkat pendidikan tenaga kerja mulai dari SD hingga S1. Analisis terhadap aspek manajemen mencakup pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan kegiatan produksi di Perusahaan jamur Nusantara. Fungsifungsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Pelaksanaan fungsi perencanaan dilakukan oleh pimpinan Perusahaan Jamur Nusantara selaku pemilik dan pendiri Perusahaan Jamur Nusantara. Perencanaan mencakup bagaimana melakukan kegiatan produksi yang efesien dan efektif, ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanan promosi, pemasaran yang efektif, dan perolehan modal. Fungsi perencanaan ini dilaksanakan dengan baik sesuai pengalaman yang telah dimiliki oleh pemilik. Fungsi pengorganisasian dilakukan oleh pimpinan selaku pemilik Perusahaan Jamur Nusantara. Setiap jabatan dalam struktur organisasi memiliki deskripsi pekerjaan masing-masing. Pimpinan atau direktur, survervisor, karyawan produksi maupun karyawan perawatan memiliki fungsi dan tugas masing-masing dalam tercapainya tujuan usaha perusahaan Jamur Nusantara. Pimpinan mengkordinasikan setiap fungsi dan tugas kepada pekerjanya, agar pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan terintegrasi. Pelaksanaan produksi di Perusahaan Jamur Nusantara dilakukan oleh setiap jabatan yang telah memiliki fungsi dan jabatan masing-masing. Pelaksanaan kegiatan mulai dari pembelian bahan baku, pengadukan, loging, sterilisasi, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, pemanenan, hingga pencatatan. Pimpinan harus mampu menggerakkan pekerja agar mampu mengerjakan setiap pekerjaan dengan baik. Fungsi pengendalian juga menjadi salah satu hal yang perlu dikaji untuk melihat kelayakan dari aspek manajemen. Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh pimpinan terhadap kinerja tenaga kerja. Hasil dari analisis aspek manajemen, yang meliputi manajemen sumberdaya manusia dan manajemen fungsi operasional dapat dikatakan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh Perusahaan Jamur
31
Nusantara tidak ada masalah manajemen yang dapat menghambat jalannya usaha, walaupun struktur organisasi Perusahaan Jamur Nusantara terbilang sederhana sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Aspek sosial dapat dinilai dari segi manfaat yang diberikan usaha terhadap perkembangan masyarakat secara keseluruhan seperti terbukanya lapangan pekerjaan, bertambahnya sarana dan pra sarana daerah sekitar lokasi usaha. Keberadaan Perusahaan Jamur Nusantara memberi kontribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Selain itu masyarakat dapat belajar mengenai usaha jamur tiram putih sehingga menambah pengetahuan masyarakat sekitar dalam budidaya jamur tiram putih. Dari segi ekonomi, adanya Perusahaan Jamur Nusantara dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Hal ini karena sebagian besar pekerja berasal dari masyarakat sekitar, sehingga yang tadinya tidak bekerja menjadi pekerja di perusahaan jamur nusantara. Survevisor digaji sebesar Rp 2 800 000, sedangkan karyawan produksi dan karyawan pemeliharan sebesar Rp 1 000 000. Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan, terutama dampak dari kegiatan usaha terhadap kelestarian lingkungan. Kegiatan produksi Perusahaan Jamur Nusantara menghasilkan limbah plastik dan limbah baglog yang terkontaminasi atau yang sudah tidak produktif lagi. Penanggulangan yang dilakukan pihak perusahaan terhadap limbah plastik yaitu dengan menjual kepada penampung limbah plastik yang berada di sekitar lokasi perusahaan. Sedangkan limbah baglog digunakan kembali sebagai pupuk organik oleh masyarakat. Hasil dari analisis aspek sosial ekonomi dan lingkungan dapat dikatakan bahwa pengusahaan jamur tiram putih yang dilakukan oleh Perusahaan Jamur nusantara tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya usaha budidaya jamur tiram putih, sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara merupakan suatu kegiatan agribisnis yang menggunakan sumberdaya modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Suatu usaha yang baru dilakukan perlu dikaji perhitungan keuangannya secara terperinci tentang kelayakan usaha, sehingga diperlukan perhitungan yang tepat dalam penggunaan sumberdaya yang ada. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan keputusan investasi agar mendapatkan keuntungan yang maksimal dan menghindari adanya pemborosan sumberdaya. Kriteria yang digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net B/C, IRR, Payback period serta analisis sensitivitas switching value.
32
Inflow (Arus Manfaat) Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah proyek. Inflow pada usaha ini adalah penerimaan penjualan produk utama berupa jamur tiram putih segar serta log jamur tiram. 7.1.1. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar Pada penelitian ini, perkiraan produksi dihitung berdasarkan rata-rata hasil panen yang diperoleh dalam satu siklus produksi. Dalam satu siklus produksi Perusahaan Jamur Nusantara dapat menghasilkan sebanyak 30 420 log dalam satu kumbung per bulan dengan umur produktif selama empat bulan. Produksi log sebanyak 30 420 per bulan diperoleh dari total produksi sebanyak 33 800 log per bulan dikurangin resiko kegagalan produksi sebesar 10 persen dari total produksi. Total produksi jamur tiram segar sebanyak 33 800 log berdasarkan pada kapasitas mesin produksi yang hanya mampu memproduksi sebanyak 1 126 log per hari. Jamur tiram putih segar yang dihasilkan dijual dengan harga sebesar Rp 6 000 per kilogram, angka tersebut merupakan hasil rata-rata penjualan jamur tiram putih segar di pasar TU kemang dan pasar Induk Jambu Dua. Kedua Pasar ini merupakan tujuan dari penjualan jamur tiram putih segar yang dihasilkan oleh Perusahaan Jamur Nusantara. Adapun penerimaan jamur tiram putih segar pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar Kumbung 1 & Kumbung 2 Tahun
1 2 3 4 5
Jumlah Kg/Bulan
Harga (Rp)
Jumlah Siklus Panen Kumbung 1 & 2 / Tahun 2 250 6 000 19 2 250 6 000 24 2 250 6 000 24 2 250 6 000 24 2 250 6 000 24 Total Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar
Penerimaan/Thn (Rp) 256 500 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 1 552 500 000
Dari hasil perhitungan pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa penerimaan jamur tiram putih pada tahun pertama sebesar Rp 256 000 000 dengan siklus panen sebanyak 19 kali, dimana siklus panen pada kumbung 1 yaitu 10 kali dan kumbung dua yaitu 9 kali. Pada tahun kedua hingga tahun kelima ada peningkatan penerimaan yaitu sebesar Rp. 324 000 000, dimana siklus pada tahun kedua hingga tahun kelima mengalami peningkatan sebanyak 24 kali. Total penerimaan Perusahaan Jamur Nusantara sebesar Rp 1 552 500 000. Nilai ini diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata panen per bulan sebesar 2 250 kilogram dikali harga jamur tiram putih segar yang diterima perusahaan sebesar Rp 6 000 per kilogram, dikali siklus panen jamur tiram putih segar dalam satu tahun. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih Budidaya jamur tiram putih merupakan usaha yang bersifat dwiguna, artinya selain jamur tiram putih segar sebagai produk utamanya, usaha ini juga dapat dimanfaatkan produk sampinganya yaitu log jamur tiram putih. Log merupakan media tumbuh jamur tiram putih. Penerimaan log jamur tiram putih
33
merupakan penerimaan yang bersumber dari produksi log yang dilakukan oleh Perusahaan Jamur Nusantara. Dalam satu siklus produksi log Perusahaan jamur Nusantara dapat menghasilkan sebanyak 20 000 log per bulan. Harga jual log jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara yaitu Rp 2 000 per log. Harga tersebut ditetapkan berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi log jamur tiram putih sebesar Rp 1 100 per log. Adapun penerimaan log jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih di Perusahaan Jamur Nusantara Tahu n 1 2 3 4 5
Siklus Produksi Log (Bln)
Harga
20 000 2 000 20 000 2 000 20 000 2 000 20 000 2 000 20 000 2 000 Total Penerimaan Log
JumlahSiklus Penjualan Log (Kumbung 1 & 2) 6 6 6 6 6
Penerimaan/Thn
240 000 000 240 000 000 240 000 000 240 000 000 240 000 000 1 200 000 000
Dari hasil perhitungan pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih yang dihasilkan di tahun pertama hingga tahun kelima cenderung tetap yaitu sebesar Rp 240 000 000. Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak 20 000 log dikali harga jual sebesar Rp 2 000 per log sama dengan Rp 40 Juta dikali siklus penjualan log pada tahun pertama Perusahaan Jamur Nusantara hanya dapat menjual sebanyak enam kali. Total penerimaan dari penjualan log pada perusahaan yaitu sebesar Rp.1 200 000 000 Pada tahun kedua sampai keempat total penerimaan Perusahaan Jamur Nusantara cenderung meningkat yaitu sebesar Rp 240 000 000. Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak 20 000 dikali harga jual sebesar Rp 2 000 per log sama dengan Rp 40 000 000, dikali siklus penjualan log sebanyak enam kali sama dengan Rp 240 000 000. Penjualan log sebanyak enam kali diperoleh dari produksi log pada bulan januari sampai desember yang mampu dijual Perusahaan Jamur Nusantara Berdasarkan hasil penerimaan pada (Tabel 11 dan 12), maka diketahui bahwa total penerimaan Perusahaan Jamur nusantara dengan produksi jamur tiram putih segar lebih besar dari pada penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih. Besarnya penerimaan yang diperoleh Perusahaan Jamur Nusantara untuk jamur tiram putih segar, dikarenakan harga jual yang diperoleh lebih besar dari pada penjualan log jamur tiram putih. Produk jamur tiram putih merupakan produk yang dapat dihasilkan sepanjang tahun, artinya selama Perusahaan Jamur Nusantara memproduksi log jamur tiram putih tersebut dapat menghasilkan jamur tiram putih segar setiap hari.
34
Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan pada perusahaan jamur nusantara yang nilainya paling besar adalah kumbung perawatan dan bangunan penunjang lainnya. Pada Tabel 13 dapat dilihat biaya penyusutan pada perusahaan jamur nusantara. Tabel 13. Biaya Penyusutan pada Perusahaan Jamur Nusantara No
Investasi
Umur Proyek
Umur ekonomis
Nilai investasi
(tahun)
(tahun)
(Rp)
Penyusutan
1
Bangunan (gudang, pengayakan, pengadukan, pengantongan)
5
10
30 000 000
2
Instalasi air
5
10
1 350 000
3
Instalasi listrik
5
10
975 000
97 500
4
Tabung Gas kapasitas 3 Kg
5
10
700 000
70 000
5
White board
5
10
200 000
20 000
6
Kumbung Perawatan
5
5
30 000 000
7
Drum pengukus
5
5
3 000 000
8
Kompor Gas Semawar
5
5
345 000
69 000
9
Gerobak Dorong
5
5
500 000
100 000
10
Sepatu Boot
5
5
300 000
60 000
11
Timbangan
5
5
130 000
26 000
12
Kalkulator
5
5
150 000
30 000
13
Sendok Makan
5
5
40 000
8 000
14
Selang air
5
3
140 000
46 667
15
Sekop
5
2
160 000
80 000
16
Ember
5
2
135 000
67 500
17
Ayakan kayu
5
2
100 000
50 000
18
Cangkul
5
2
100 000
50 000
19
Masker
5
1
150 000
20
Pisau
5
1
40 000
Total
68 515 000
3 000 000 135 000
6 000 000 600 000
10 509 667
35
Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa biaya penyusutan pada Perusahaan Jamur nusantara per tahunnya adalah sebesar Rp 10 509 667. Outflow Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha. Outflow budidaya jamur tiram putih baik segar maupun log jamur tiram putih, komponen biaya dikelompokkan menjadi dua macam bentuk, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Untuk lebih jelas masing-masing dari biaya tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikut ini. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. Pada penelitian ini, investasi untuk usaha budidaya jamur tiram putih dikeluarkan pada tahun ke satu. Salah satu kegiatan awal yang dilakukan pada investasi ini adalah membuat ruang produksi dan kumbung. Dana investasi yang dikeluarkan untuk mewujudkan usaha budidaya jamur tiram putih mencapai Rp 68 515 000. Bagian terbesar investasi adalah pembuatan bangunan fasilitas kegiatan budidaya sebesar Rp 30 000 000. Bangunan yang digunakan untuk usaha budidaya jamur tiram putih dibuat secara semi permanen dengan kontruksi sebagaian besar dibuat dari kayu. Pertimbangan ini dilakukan agar setelah habis umur ekonomisnya bangunan tersebut mudah untuk dialih fungsikan. Selain biaya investasi diatas dalam penelitian ini, log jamur tiram putih merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu log jamur tiram putih sebesar Rp 1 100 per log. Adapun rincian penggunaan biaya pada investasi ini dapat dilihat pada tabel 14.
36
Tabel 14. Biaya Investasi Perusahaan Jamur Nusantara No
Uraian
Umur proyek
Umur Ekonomis
Jumlah
Harga satuan
Jumlah investasi
1
Bangunan
5
10
1
30 000 000
30 000 000
2
Instalasi air
5
10
1
1 350 000
1 350 000
3
Instalasi listrik
5
10
1
975 000
975 000
4
Tabung gas 3 kg
5
10
4
175 000
700 000
5
White board
5
10
1
200 000
200 000
6
Kumbung perawatan
5
5
2
15 000 000
30 000 000
7
Drum pengukus
5
5
3
1 000 000
3 000 000
8
Kompor gas semawar
5
5
3
115 000
345 000
9
Gerobak dorong
5
5
2
250 000
500 000
10
Sepatu boat
5
5
6
50 000
300 000
11
Timbangan
5
5
2
65 000
130 000
12
Kalkulator
5
5
1
150 000
150 000
13
Sendok makan
5
5
4
10 000
40 000
14
Selang air
5
3
20
7 000
140 000
15
Sekop
5
2
2
80 000
160 000
16
Ember
5
2
6
22 500
135 000
17
Ayakan Kayu
5
2
1
100 000
100 000
18
Cangkul
5
2
2
50 000
100 000
19
Masker
5
1
10
15 000
150 000
20
Pisau
5
1
4
10 000
40 000
Total
68 515 000
Sumber : Data Perusahaan Jamur Nusantara Berdasarkan hasil pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan biaya yang digunakan Perusahaan Jamur Nusantara dalam usaha budidaya jamur tiram putih, sebagian besar biaya yang dikeluarkan adalah untuk kegiatan investasi, seperti pembangunan, sementara sisanya digunakan untuk membeli keperluan lainnya seperti kompor semawar, tabung gas, timbangan, drrum pengukus dan lainnya. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan. Biaya oprasional yang dikeluarkan untuk mengusahakan budidaya jamur tiram putih terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya operasional pada penelitian ini dikeluarkan untuk satu periode tanam, yaitu empat bulan untuk budidaya jamur tiram putih segar dan satu bulan untuk produksi log jamur tiram putih.
37
1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun yang besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara meliputi biaya gaji supervisor, gaji karyawan, biaya transportasi, biaya listrik, biaya tak terduga, dan biaya pajak bumi dan bangunan. Adapun rincian biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara dapat dilihat pada Tabel 15. Dari hasil perhitungan pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa besarnya biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara dalam usaha budidaya jamur tiram putih sebesar Rp 14 150 000 per bulan, sehingga dalam satu tahun Perusahaan Jamur Nusantara mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 170.300.000 Tabel 15. Rincian Biaya Tetap di Perusahaan Jamur Nusantara No Jenis Biaya Tetap 1 Gaji karyawan 2 Gaji supervisor 3 Biaya tak terduga 4 Biaya transportasi 5 Biaya listrik TOTAL
Jumlah Biaya/Bulan 10 000 000 2 800 000 500 000 500 000 350 000 14 150 000
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara, dialokasi untuk gaji karyawan sebanyak 10 orang yaitu sebesar Rp 10 000 000 atau setara dengan Rp 120 000 000 selama satu tahun. Biaya supervisor sebesar Rp 2 800 000 atau setara dengan Rp 33 600 000 selama satu tahun. Penggunaan biaya transportasi per bulan sebesar Rp 500 000 atau setara dengan Rp 6 000 000 dalam satu tahun. Jenis transportasi yang digunakan adalah kendaraan roda dua sebanyak satu unit. Biaya penggunaan listrik sebesar Rp 350 000 atau setara dengan Rp 4 200 000 per tahun. Listrik yang dipergunakan untuk lampu penerangan bangunan inkubasi, mes dan air, 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses produksi berlangsung. Unsur-unsur yang termasuk kedalam komponen biaya ini meliputi bekatul, serbuk gergaji, cincin bambu, kantong variabel, gas, gipsum, kapur, serbuk jagung dan biaya lainnya. Proses pembelian bahan baku yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara. Dalam pemenuhan bahan baku yang diperlukan Perusahaan Jamur Nusantara melakukan kerjasama dengan pihak penjual, sehingga proses produksi yang dijalankan Perusahaan Jamur Nusantara tidak terganggu. Untuk melihat besarnya masing-masing biaya variabel yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada (Tabel 16). Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan Perusahaan Jamur Nusantara untuk usaha budidaya jamur tiram putih dalam satu kali produksi log sebanyak 33 800 log per bulan yaitu sebesar Rp 30 418 000, Sehingga total biaya variabel dalam satu tahun mencapai Rp 365 016 000. Biaya variabel yang dikeluarkan Perusahaan Jamur nusantara sebagian besar digunakan untuk membeli serbuk gergaji,bekatul dan bibit. Hal ini dikarenakan serbuk gergaji, bekatul dan bibit merupakan salah satu komponen penting dalam
38
pembuatan log yang baik. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli serbuk gergaji dalam satu kali produksi log per bulan adalah Rp 12 000 000, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bekatul dalam satu kali produksi log per bulan yaitu sebesar Rp 2 520 000 dan biaya untuk membeli bibit dalam satu kali produksi adalah Rp 6 760 000. Tabel 16. Rincian Biaya Variabel di Perusahaan Jamur Nusantara No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Uraian
Bekatul Serbuk gergaji Gipsum Serbuk Jagung Cincin Bambu Gas Alkohol Bibit Spritus Kertas koran Karet Plastik size 5 kg Plastik Bag log Kapas
Satuan Jumlah
KG 720 KG 2 400 KG 160 KG 160 Buah 676 KG 96 Botol 8 Botol 1 690 Botol 12 KG 20 KG 12 KG 8 KG 170 KG 1 Total
Harga Satuan (Rp) 3 500 5 000 2 500 6 000 500 15 000 27 500 4 000 20 000 1 000 15 000 22 500 30 000 60 000
Biaya variabel/Bulan (Rp) 2 520 000 12 000 000 400 000 960 000 338 000 1 440 000 220 000 6 760 000 240 000 20 000 180 000 180 000 5 100 000 60 000 30 418 000
Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jagung. Bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jagung merupakan komponen utama dalam proses produksi log, sehingga ketersediaan bahan baku ini sangat menentukan keberlanjutan usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara. Sebagian besar bahan baku yang diperoleh Perusahaan Jamur Nusantara berasal dari daerah jawa barat, seperti bekatul diperoleh dari daerah sekitar loaksi perusahaan sedangkan untuk serbuk gergaji berasal dari daerah leuwiliang dan parung dan serbuk jagung diperoleh dari pasar burung yang berada di pasar Bogor. Pada usaha budidaya jamur tiram putih ini, bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi selain bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jagung adalah gipsum, alkohol, spritus. Gipsum berfungsi untuk pengokoh bentuk log, alkohol dan spritus sebagai pembersih atau lebih tepat dikatakan sebagai media pensterilan dalam proses inokulasi. Plastik merupakan packaging log dan packaging jamur segar yang digunakan dalam usaha budidaya jamur. Kapas digunakan untuk menahan spora agar tidak masuk kedalam log, sehingga miselium dapat bernafas. Karet digunakan untuk mengikat ujung variabel yang telah terisi log yang juga berfungsi untuk mengikat kertas yang melapisi kapas dan sekaligus untuk membantu atau penahan bila cincin paralon pecah. Koran berfungsi untuk menutup log yang telah
39
ditanam bibit dan mencegah spora yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur agar tidak masuk ke dalam log. Keseluruhan bahan baku yang diperlukan Perusahaan Jamur Nusantara dalam proses produksi log jamur tiram putih berasal dari daerah Bogor dan sekitarnya. Banyaknya bahan baku tersebut tergantung dengan kebutuhan penggunaannya pada log yang akan diproduksi. Analisis Rugi Laba Analisis rugi laba digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu, komponen rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya oprasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan (Lampiran 2) Rincian perhitungan rugi laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha, yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil perhitungan Cashflow tersebut. Analisis rugi laba pada Perusahaan Jamur Nusantara dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Analisis Rugi Laba pada Perusahaan Jamur Nusantara Tahun
Inflow (Rp)
1 2 3 4 5
496 500 000 564 000 000 564 000 000 564 000 000 564 000 000
Outflow (Rp) 546 015 667 546 015 667 546 015 667 546 015 667 546 015 667
Laba Sebelum Pajak (EBT) (49 515 667) 17 984 333 17 984 333 17 984 333 17 984 333
Pajak (Rp) 899 217 899 217 899 217 899 217
Laba Bersih (EAT) (49 515 667) 17 085 117 17 085 117 17 085 117 17 085 117
Dari hasil analisis rugi laba Perusahaan Jamur Nusantara yang dapat dilihat pada tabel 17, pada tahun pertama perusahaan masih belum mendapatkan keuntungan karena masih mengeluarkan modal awal yang besar. Pada tahun kedua sampai tahun ke lima laba perusahaan cenderung tetap yakni sebesar Rp. 17 085 117 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan variabel yang diukur pada penelitian ini berdasarkan dari pendekatan empat variabel yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Rasio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Periode (PBP) dan switching value. Hasil perhitungan investasi ini diperoleh dari hasil pengurangan komponen outflow dengan inflow. Komponen inflow yang diperoleh pada usaha budidaya jamur tiram putih meliputi penjualan jamur tiram putih segar dan penjualan log jamur tiram putih (Lampiran 3). Berdasarkan variabel investasi NPV ≥ 0 berarti secara variabel usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Artinya usaha budidaya jamur tiram putih yang dijalankan Perusahaan Jamur Nusantara memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan diskon rate sebesar tujuh persen, sehingga dari variabel tersebut usaha ini layak untuk dilaksanakan. Apabila besarnya NPV yang diperoleh ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya sehingga tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Bila besarnya penerimaan NPV = 0, berarti
40
secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Pada penelitian ini, IRR digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan perbandingan antara suku bunga yang ditentukan. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila dari hasil perhitungan diperoleh nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Jika nilai IRR lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut lebih baik tidak dijalankan dan uang yang digunakan untuk investasi sebaiknya di tabung. Dilihat dari nilai IRR yaitu sebesar 65 persen, Jika diperoleh IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. IRR yang diperoleh dalam usahatani tersebut lebih besar dari suku bunga yang berlaku dipasaran, yaitu tujuh persen. Berdasarkan variabel IRR tersebut, usaha budidaya jamur tiram putih ini layak untuk dikembangkan. Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar 3,25. Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai net B/C karena nilai PV positif yang dihasilkan lebih besar dibandingkan PV variabel. Masing-masing angka yang diperoleh adalah sebesar Rp 62 268 326 dan Rp (38 816 001). Nilai tersebut menunjukan lebih dari satu. artinya dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3.25. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Nilai tersebut menunjukan usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Perusahaan Jamur Nusantara layak untuk dijalankan (net B/C > dari 1). Payback Periode yang diperoleh (Tabel 18) adalah selama 3.92 tahun proyek berahkir. Hal ini menunjukan kemampuan tingkat pengembalian modal usaha budidaya jamur tiram putih lebih besar dari umur proyek yaitu selama lima tahun. Artinya usaha budidaya jamur tiram putih dilihat dari PBP usaha ini layak karena pengembalian modal investasi selama tiga tahun sembilan bulan dua minggu. Pentingnya mengetahui tingkat pengembalian modal bagi pelaku usaha maupun investor yang ingin menanamkan modal pada usaha tertentu yaitu agar dapat mengantisipasi terhadap perubahan risiko pengembalian modal. Artinya semakin cepat tingkat pengembalian modal investasi, semakin kecil risiko terhadap perubahan nilai uang yang terjadi. Tabel 18. Hasil Kriteria Kelayakan Usaha Pada Perusahaan Jamur Nusantara No. 1 2 3 4 5 6
Kriteria kelayakan NPV (Rp) IRR (%) PV positif PV negatif Net B/C PBP (tahun)
Hasil Rp 62 268 326 65% 126 155 797 (38 816 001) 3.25 3.92
41
Analisis Switching Value Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga output produksi dan biaya, sehingga keuntungan mendekati normal dimana NVP sama dengan nol. Analisis switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter (Lampiran 4, 5 & 6). Parameter yang digunakan yaitu penurunan produksi jamur tiram putih, penurunan produksi log jamur tiram putih, serta peningkatan biaya variabel. Penurunan produksi jamur tiram putih segar dan penurunan produksi log jamur tiram putih dapat terjadi, mengingat usaha budidaya jamur tiram putih merupakan pasar persaingan sempurna, dimana setiap pelaku usaha mempunyai peluang memasuki usaha ini, mengingat produksi jamur tiram putih yang cukup tinggi menjadi daya tarik pelaku usaha untuk terjun pada usaha budidaya jamur tiram putih. Begitu juga terhadap perubahan biaya variabel, bisa saja biaya-biaya variabel yang dikeluarkan terjadi kenaikan akibat kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak yang berimbas terhadap kenaikan biaya variabel. Hasil switching Value usaha jamur tiram pada Perusahaan jamur Tiram Putih dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Hasil Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih Parameter Maksimum Penurunan produksi Jamur tiram Putih Maksimum Penurunan produksi Log Jamur Tiram Putih Maksimum Peningkatan Biaya variabel
Switching Value (%) 3.57 5.12 2.89
Pada Tabel 19, terlihat bahwa persentase maximum penurunan produksi jamur tiram putih segar yaitu sebesar 3.57 persen dan persentase maximum penurunan produksi log jamur tiram sebesar 5.12 persen, sedangkan persentase maximum peningkatan biaya variabel yaitu sebesar 2.89 persen. Pada hasil ini perubahan terhadap ketiga parameter menunjukkan bahwa, peningkatan biaya variabel jamur tiram putih lebih peka dibandingkan perubahan parameter penurunan produksi Jamur tiram putih dan penurunan produksi log jamur tiram putih. Artinya ketika terjadi peningkatan biaya variabel jamur tiram putih batas tolerir di angka 2.89 persen, dimana pada kondisi ini Perusahaan Jamur Nusantara dalam keadaan tidak mendapatkan keuntungan karena NPV sama dengan nol, sedangkan ketika terjadi penurunan produksi jamur tiram segar mencapai 3.57 persen dan penurunan produksi log jamur tiram putih sebesar 5.12 persen Perusahaan Jamur Nusantara tidak juga mendapatkan keuntungan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan pada Perusahaan Jamur Nusantara di Kecamatan Salabenda, dapat diketahui bahwa berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan jamur tiram putih memiliki peluang pasar yang tinggi, kondisi iklim lokasi sangat cocok untuk usaha budidaya jamur tiram putih serta sarana dan prasarana usaha
42
yang cukup tersedia, dan disamping itu organisasi serta pembagian tugasdan wewenang yang jelas memberikan kemudahan dalam koordinasi antar karyawan, dan usaha budidaya jamur tiram ini membawa pengaruh yang baik kepada sosial ekonomi dan lingkungan sekitar. Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi budidaya jamur tiram putih menunjukan budidaya layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan hasil aspek finansial memiliki nilai NPV lebih dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan PBP berada sebelum masa proyek berakhir. Hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah Rp. 62 268 326 , IRR 65 %, Net B/C 3.52 dan PBP 3.92 tahun, setara dengan tiga tahun sembilan bulan dua minggu. Hasil analisis Switching Value dengan parameter penurunan produksi jamur tiram putih, penurunan produksi log jamur tiram putih dan peningkatan biaya variabel yang dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan biaya variabel lebih peka dibandingkan perubahan parameter penurunan produksi Jamur tiram putih dan penurunan produksi log jamur tiram putih. Hasil yang diperoleh yaitu persentase maksimum penurunan produksi jamur tiram putih segar yaitu sebesar 3.57% dan persentase maksimum penurunan produksi log jamur tiram sebesar 5.12 %, sedangkan persentase maksimum peningkatan biaya variabel yaitu sebesar 2.89 %. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat diberikan pada usaha budidaya jamur tiram putih di Perusahaan Jamur Nusantara diantaranya : 1. Permintaan pasar yang cukup tinggi pada jamur tiram putih, membuka peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan jumlah log jamur tiram putih yang diproduksi. 2. Perusahaan Jamur Nusantara dalam menjalankan usahanya harus selalu memperhatikan perubahan produksi jamur tiram putih segar, perubahan produksi log jamur tiram putih dan perubahan biaya variabel, tetapi yang harus lebih diperhatikan adalah perubahan biaya variabel yang sangat peka dibandingkankeduanya.
43
DAFTAR PUSTAKA Agromedia. 2009. Bertanaman Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. 2009. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Produksi Hortikultura. 2010. Jakarta. Cahyana YA, Muchrodji, Bakrun M. 1998. Pembibitan, Pembudidayaan, Analisis Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta. Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Dharmika. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Bunga Potong Krisan di Pri’s Farm Cinagara. Cijeruk. Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian. 2009. Klasifikasi Jamur Tiram Putih. Jakarta. Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian. 2013. Produktivitas Tanaman Sayur di Indonesia 2008-2012. Jakarta. Gitinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah Slamet Sutomo dan Komel Mangiri. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Gray et al. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Husnan dan Suwarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) APM YKPN. Yogyakarta. Husnan dan Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. UPP. Yogyakarta. Kadariah, Karlina l, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia. 2011. Nilai Protein Jenis Jamur dan Bahan Makanan Lain dalam 100 gram. Jakarta. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departeman Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Purwoko. 2003. Kelayakan Industri Kerupuk Jamur Tiram di Kabupaten Bogor. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
44
Rahayu H. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Rencana Usaha Budidaya Jamur Tiram Kuping pada Usaha Agribisnis Jamur Lestari Bandung. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sahruddin. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Kasus Perusahaan X di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan, Bogor Jawa Barat. Suriawiria U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Jakarta. Wigyanto. 2012. Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Produksi Sosis Jamur Tiram Pada Skala Industri Kecil (Studi Kasus Budidaya Jamur Tiram Wahyu, Kota Mojokerto)
45
LAMPIRAN
46
Lampiran 1. Siklus Produksi Jamur tiram segar & Log Jamur tiram No
tahun ke – 1
keterangan 1
2
3
30.420
-
-
4
total
5
6
7
8
9
10
11
12
30.420
-
-
-
30.420
-
-
-
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar 1
produksi log (Kumbung 1) rata-rata panen
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
Harga
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
-
-
30.420
-
-
-
30.420
Pendapatan 2
produksi log (Kumbung 2)
-
30.420
rata-rata panen
-
75
75
75
75
75
75
75
75
75
total panen per bulan
-
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
Harga
-
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
Pendapatan
-
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
135.000.000
256.500.000
121.500.000
Produksi Log Jamur (di Jual) 3
Penjualan Log periode 1
-
-
20.000
-
-
-
20.000
-
-
-
20.000
-
4
penjualan Log periode 2
-
-
-
20.000
-
-
-
20.000
-
-
-
20.000
Harga
-
-
2.000
2.000
-
-
2.000
2.000
-
-
2.000
2.000
pendapatan
-
-
40.000.000
40.000.000
-
-
40.000.000
40.000.000
-
-
40.000.000
40.000.000
240.000.000
47
48
2
No
tahun ke – 2
keterangan 1
2
3
4
5
30.420
-
-
-
30.420
75
75
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
2.250
2.250
Harga
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
30.420
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
Harga
6.000
6
total 7
8
9
0
-
30.420
75
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
0
30.420
75
75
75
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
10
11
12
0
-
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
0
-
30.420
75
75
75
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
-
20.000
-
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar 1
produksi log (Kumbung 1) rata-rata panen
Pendapatan 2
produksi log (Kumbung 2) rata-rata panen
Pendapatan
162.000.000
162.000.000
Produksi Log jamur (di Jual) 3
Penjualan Log periode 1
-
-
20.000
-
4
penjualan Log periode 2
-
-
-
20.000
-
-
Harga
-
-
2.000
2.000
-
pendapatan
-
-
40.000.000
40.000.000
-
-
-
-
20.000
20.000
-
-
20.000
2.000
2.000
-
2.000
2.000
40.000.000
40.000.000
-
40.000.000
40.000.000
240.000.000
3
No
tahun ke – 3
keterangan 1
2
3
4
5
30.420
-
-
-
30.420
75
75
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
2.250
2.250
Harga
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
-
6
total 7
8
9
10
11
12
0
-
30.420
75
75
75
75
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
30.420
-
0
0
30.420
0
-
30.420
-
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
Harga
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
-
20.000
-
-
-
20.000
-
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar 1
produksi log (Kumbung 1) rata-rata panen
Pendapatan 2
produksi log (Kumbung 2) rata-rata panen
Pendapatan
-
162.000.000
162.000.000
Produksi Log jamur (di Jual) 3
Penjualan Log periode 1
4
penjualan Log periode 2
-
-
20.000
-
-
Harga
-
2.000
2.000
-
pendapatan
-
40.000.000
40.000.000
-
-
-
-
20.000
20.000
-
-
20.000
2.000
2.000
-
2.000
2.000
40.000.000
40.000.000
-
40.000.000
40.000.000
240.000.000
49
50
4
No
tahun ke – 4
keterangan 1
2
3
4
5
30.420
-
-
-
30.420
75
75
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
2.250
2.250
Harga
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
30.420
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
Harga
6.000
6
total 7
8
9
10
11
12
0
-
30.420
75
75
75
75
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
0
30.420
0
-
30.420
75
75
75
75
75
75
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
-
20.000
-
-
-
20.000
-
-
-
20.000
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar 1
produksi log (Kumbung 1) rata-rata panen
Pendapatan 2
produksi log (Kumbung 2) rata-rata panen
Pendapatan
-
162.000.000
324.000.000
162.000.000
Produksi Log jamur (di Jual) 3
Penjualan Log periode 1
4
penjualan Log periode 2
-
-
20.000
-
-
20.000
-
-
20.000
Harga
-
2.000
2.000
-
2.000
2.000
-
2.000
2.000
-
40.000.000
40.000.000
-
40.000.000
40.000.000
-
40.000.000
40.000.000
pendapatan
-
-
240.000.000
5
No
tahun ke – 5
keterangan 1
2
3
4
5
6
30.420
-
-
-
30.420
75
75
75
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
Harga
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
30.420
75
75
75
total panen per bulan
2.250
2.250
Harga
6.000 13.500.000
total 7
8
9
10
11
12
-
30.420
-
-
-
75
75
75
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
0
30.420
-
30.420
-
-
75
75
75
75
75
75
75
75
75
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
2.250
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
6.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
13.500.000
-
-
20.000
-
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar 1
produksi log (Kumbung 1) rata-rata panen
Pendapatan 2
produksi log (Kumbung 2) rata-rata panen
Pendapatan
162.000.000
324.000.000
162.000.000
Produksi Log jamur (di Jual) 3
Penjualan Log periode 1
20.000
-
4
penjualan Log periode 2
-
20.000
-
-
2.000
2.000
-
40.000.000
40.000.000
-
Harga pendapatan
-
-
-
-
-
20.000
20.000
-
-
20.000
2.000
2.000
-
2.000
2.000
40.000.000
40.000.000
-
40.000.000
40.000.000
-
240.000.000
51
52
Lampiran 2. Rugi Laba Budidaya Jamur Tiram Putih TAHUN No
uraian
1
2
3
4
5
A
INFLOW
1
Penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar
256.500.000
324.000.000
324.000.000
324.000.000
324.000.000
2
Penerimaan dari penjualan baglog jamur tiram putih
240.000.000
240.000.000
240.000.000
240.000.000
240.000.000
496.500.000
564.000.000
564.000.000
564.000.000
564.000.000
B
TOTAL INFLOW OUTFLOW
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
365.016.000
365.016.000
365.016.000
365.016.000
365.016.000
120.000.000
120.000.000
120.000.000
120.000.000
120.000.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
10.699.667
10.699.667
10.699.667
10.699.667
10.699.667
TOTAL OUTFLOW
180.999.667 546.015.667
180.999.667 546.015.667
180.999.667 546.015.667
180.999.667 546.015.667
180.999.667 546.015.667
Laba Sebelum Pajak (EBT)
-49.515.667
17.984.333
17.984.333
17.984.333
17.984.333
Pajak Laba Bersih (EAT)
-49.515.667
899.217 17.085.117
899.217 17.085.117
899.217 17.085.117
899.217 17.085.117
A. Biaya Variabel 1. Ring Cincin 2. Gas 3. Bekatul 4. Serbuk Gergaji 5. Plastik Bag Log 6. Serbuk jagung 7. Gipsum 8. Bibit 9. Spritus 10. Alkohol 11. Plastik 5 kg 12. Kapas 13. Kertas koran 14. Karet Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap a. Gaji karyawan b. Gaji supervisor c. Biaya transportasi d. Biaya tak terduga e. Biaya listrik f. PBB g. Penyusutan Total Biaya Tetap
53
Lampiran 3. Cash Flow Budidaya Jamur Tiram Putih
No A 1 2 3 B 1
2
uraian INFLOW Penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar Penerimaan dari penjualan baglog jamur tiram putih modal sendiri Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW BIAYA INVESTASI Lahan 1000 m Bangunan (gudang, pengayakan, pengadukan, pengantongan) instalasi air instalasi listrik Tabung Gas kapasitas 3 Kg White board Kumbung Perawatan drum pengukus Kompor Gas Gerobak Dorong Sepatu Boot Timbangan Kalkulator Sendok Makan Selang air Sekop Ember Ayakan kayu Cangkul Masker Pisau Total Investasi BIAYA OPERASIONAL A. Biaya Variabel 1. Ring Cincin 2. Gas 3. Bekatul 4. Serbuk Gergaji 5. Plastik Bag Log 6. Serbuk jagung 7. Gipsum 8. Bibit 9. Spritus 10. Alkohol 11. Plastik 5 kg 12. Kapas 13. Kertas koran 14. Karet 15. Pajak Penghasilan Usaha Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap a. Gaji karyawan b. Gaji supervisor
1
2
TAHUN 3
4
5
256.500.000 240.000.000 68.515.000
324.000.000 240.000.000
324.000.000 240.000.000
324.000.000 240.000.000
324.000.000 240.000.000
565.015.000
564.000.000
564.000.000
564.000.000
16.906.667 580.906.667
150.000 40.000 190.000
160.000 135.000 100.000 100.000 150.000 40.000 685.000
150.000 40.000 330.000
160.000 135.000 100.000 100.000 150.000 40.000 685.000
4.056.000 17.280.000 30.240.000 144.000.000 61.200.000 11.520.000 4.800.000 81.120.000 2.880.000 2.640.000 2.160.000 720.000 240.000 2.160.000 365.016.000
4.056.000 17.280.000 30.240.000 144.000.000 61.200.000 11.520.000 4.800.000 81.120.000 2.880.000 2.640.000 2.160.000 720.000 240.000 2.160.000 899.217 365.915.217
4.056.000 17.280.000 30.240.000 144.000.000 61.200.000 11.520.000 4.800.000 81.120.000 2.880.000 2.640.000 2.160.000 720.000 240.000 2.160.000 899.217 365.915.217
4.056.000 17.280.000 30.240.000 144.000.000 61.200.000 11.520.000 4.800.000 81.120.000 2.880.000 2.640.000 2.160.000 720.000 240.000 2.160.000 899.217 365.915.217
4.056.000 17.280.000 30.240.000 144.000.000 61.200.000 11.520.000 4.800.000 81.120.000 2.880.000 2.640.000 2.160.000 720.000 240.000 2.160.000 899.217 365.915.217
120.000.000 33.600.000
120.000.000 33.600.000
120.000.000 33.600.000
120.000.000 33.600.000
120.000.000 33.600.000
0 30.000.000 1.350.000 975.000 700.000 200.000 30.000.000 3.000.000 345.000 500.000 300.000 130.000 150.000 40.000 140.000 160.000 135.000 100.000 100.000 150.000 40.000 68.515.000
140.000
54
c. Biaya transportasi d. Biaya tak terduga e. Biaya listrik f. PBB Total Biaya Tetap TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor (i =7%) PV NPV IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata2 per Tahun Payback Periode
6.000.000 6.000.000 4.200.000 500.000 170.300.000 603.831.000
6.000.000 6.000.000 4.200.000 500.000 170.300.000 536.405.217
6.000.000 6.000.000 4.200.000 500.000 170.300.000 536.900.217
6.000.000 6.000.000 4.200.000 500.000 170.300.000 536.545.217
6.000.000 6.000.000 4.200.000 500.000 170.300.000 536.900.217
(38.816.000) 0,934579439 (38.816.001) Rp 62.268.326 65% 126.155.797 (38.816.001) 3,25 Rp 17.467.960 3,92
27.594.783 0,873438728 27.594.782
27.099.783 0,816297877 27.099.783
27.454.783 0,762895212 27.454.783
44.006.450 0,712986179 44.006.450
55
Lampiran 4. Switching Value Penurunan Produksi Jamur Tiram segar TAHUN uraian
1
2
3
4
5
INFLOW Penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar Penerimaan dari penjualan baglog jamur tiram putih modal sendiri Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW BIAYA INVESTASI Lahan 4000 m Bangunan (gudang, pengayakan, pengadukan, pengantongan) Instalasi air Instalasi listrik Tabung Gas kapasitas 3 Kg White board Kumbung Perawatan Drum pengukus Kompor Gas Semawar
246.297.031 240.000.000
311.112.039 240.000.000
311.112.039 240.000.000
311.112.039 240.000.000
311.112.039 240.000.000
551.112.039
551.112.039
551.112.039
551.112.039
68.515.000 0 554.812.031
0 30.000.000 1.350.000 975.000 700.000 200.000 30.000.000 3.000.000 345.000
Gerobak Dorong Sepatu Boot
500.000 300.000
Timbangan Kalkulator
130.000 150.000
Sendok Makan Selang air
40.000 140.000
Sekop
160.000
160.000
160.000
Ember
135.000
135.000
135.000
Ayakan kayu Cangkul
100.000 100.000
100.000 100.000
100.000 100.000
Masker Pisau
150.000 40.000
150.000 40.000
150.000 40.000
150.000 40.000
150.000 40.000
68.515.000
190.000
685.000
330.000
685.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
-
899.217
899.217
899.217
899.217
365.915.217
365.915.217
365.915.217
365.915.217
120.000.000
120.000.000
120.000.000
120.000.000
Total Investasi BIAYA OPERASIONAL
140.000
A. Biaya Variabel 1. Ring Cincin 2. Gas 3. Bekatul 4. Serbuk Gergaji 5. Plastik Bag Log 6. Serbuk jagung 7. Gipsum 8. Bibit 9. Spritus 10. Alkohol 11. Plastik 5 kg 12. Kapas 13. Kertas koran 14. Karet 15. Pajak Penghasilan Usaha Total Biaya Variabel
365.016.000
B. Biaya Tetap a. Gaji karyawan
120.000.000
56
b. Gaji supervisor
33.600.000
c. Biaya transportasi
6.000.000
d. Biaya tak terduga
6.000.000
e. Biaya listrik
4.200.000
f. PBB
500.000
Total Biaya Tetap
170.300.000 603.831.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
500.000
500.000
500.000
500.000
170.300.000
170.300.000
170.300.000
170.300.000
TOTAL OUTFLOW Net Benefit
(49.018.969)
536.405.217 14.706.822
536.900.217 14.211.822
536.545.217 14.566.822
536.900.217 14.211.822
Discount Factor (i =7%) PV
0,934579439 (49.018.970)
0,873438728 14.706.821
0,816297877 14.211.821
0,762895212 14.566.821
0,712986179 14.211.821
NPV
Rp 0 6,88%
IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata2 per Tahun Payback Periode
57.697.284 (49.018.970) Rp
1,18 1.735.664 39,47
57
Lampiran 5. Switching Value Penurunan Produksi Log Jamur Tiram Putih TAHUN No
uraian
A
1
1 2
Penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar Penerimaan dari penjualan baglog jamur tiram putih
3 4
modal sendiri Nilai sisa
B
TOTAL INFLOW OUTFLOW
1
BIAYA INVESTASI Lahan 1000 m Bangunan (gudang, pengayakan, pengadukan, pengantongan) instalasi air instalasi listrik Tabung Gas kapasitas 3 Kg White board Kumbung Perawatan drum pengukus Kompor Gas
2
1
2
256.500.000 227.693.093
3
4
5
324.000.000 227.693.093
324.000.000 227.693.093
324.000.000 227.693.093
324.000.000 227.693.093
551.693.093
551.693.093
551.693.093
551.693.093
68.515.000 0 552.708.093
0 30.000.000 1.350.000 975.000 700.000 200.000 30.000.000 3.000.000 345.000
Gerobak Dorong Sepatu Boot
500.000 300.000
Timbangan Kalkulator
130.000 150.000
Sendok Makan Selang air
40.000 140.000
Sekop
160.000
160.000
160.000
Ember
135.000
135.000
135.000
Ayakan kayu Cangkul
100.000 100.000
100.000 100.000
100.000 100.000
Masker Pisau
150.000 40.000
150.000 40.000
150.000 40.000
150.000 40.000
150.000 40.000
68.515.000
190.000
685.000
330.000
685.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
-
899.217
899.217
899.217
899.217
365.915.217
365.915.217
365.915.217
365.915.217
120.000.000
120.000.000
120.000.000
120.000.000
Total Investasi BIAYA OPERASIONAL
140.000
A. Biaya Variabel 1. Ring Cincin 2. Gas 3. Bekatul 4. Serbuk Gergaji 5. Plastik Bag Log 6. Serbuk jagung 7. Gipsum 8. Bibit 9. Spritus 10. Alkohol 11. Plastik 5 kg 12. Kapas 13. Kertas koran 14. Karet 15. Pajak Penghasilan Usaha Total Biaya Variabel
365.016.000
B. Biaya Tetap a. Gaji karyawan
120.000.000
58
b. Gaji supervisor
33.600.000
c. Biaya transportasi
6.000.000
d. Biaya tak terduga
6.000.000
e. Biaya listrik
4.200.000
f. PBB
500.000
Total Biaya Tetap
170.300.000 603.831.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
500.000
500.000
500.000
500.000
170.300.000
170.300.000
170.300.000
170.300.000
TOTAL OUTFLOW Net Benefit
(51.122.907)
536.405.217 15.287.876
536.900.217 14.792.876
536.545.217 15.147.876
536.900.217 14.792.876
Discount Factor (i =7%) PV
0,934579439 (51.122.908)
0,873438728 15.287.875
0,816297877 14.792.875
0,762895212 15.147.875
0,712986179 14.792.875
NPV
Rp 0 6,77%
IRR PV Positif PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata2 per Tahun Payback Periode
60.021.501 (51.122.908) Rp
1,17 1.779.719 38,50
59
Lampiran 6. Switching Value Peningkatan Biaya Variabel Jamur Tiram Putih No
uraian
1
2
3
4
5
A 1
INFLOW Penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar
256.500.000
324.000.000
324.000.000
324.000.000
324.000.000
2
Penerimaan dari penjualan baglog jamur tiram putih modal sendiri
240.000.000 68.515.000
240.000.000
240.000.000
240.000.000
240.000.000
3
Nilai sisa 565.015.000
564.000.000
564.000.000
564.000.000
564.000.000
TOTAL INFLOW B 1
OUTFLOW BIAYA INVESTASI Lahan 1000 m Bangunan (gudang, pengayakan, pengadukan, pengantongan) instalasi air
0 30.000.000 1.350.000
instalasi listrik
975.000
Tabung Gas kapasitas 3 Kg
700.000
White board Kumbung Perawatan drum pengukus
200.000 30.000.000 3.000.000
Kompor Gas
345.000
Gerobak Dorong
500.000
Sepatu Boot Timbangan
300.000 130.000
Kalkulator Sendok Makan
150.000 40.000
Selang air Sekop
140.000 160.000
160.000
160.000
Ember Ayakan kayu
135.000 100.000
135.000 100.000
135.000 100.000
Cangkul Masker
100.000 150.000
Pisau 2
0
Total Investasi BIAYA OPERASIONAL
140.000
150.000
100.000 150.000
150.000
100.000 150.000
40.000
40.000
40.000
40.000
40.000
68.515.000
190.000
685.000
330.000
685.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
4.056.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
17.280.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
30.240.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
144.000.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
61.200.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
11.520.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
81.120.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.880.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.640.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
720.000
720.000
720.000
720.000
720.000
240.000
240.000
240.000
240.000
240.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
2.160.000
-
899.217
899.217
899.217
899.217
376.523.904
376.523.904
376.523.904
376.523.904
120.000.000
120.000.000
120.000.000
120.000.000
A. Biaya Variabel 1. Ring Cincin 2. Gas 3. Bekatul 4. Serbuk Gergaji 5. Plastik Bag Log 6. Serbuk jagung 7. Gipsum 8. Bibit 9. Spritus 10. Alkohol 11. Plastik 5 kg 12. Kapas 13. Kertas koran 14. Karet 15. Pajak Penghasilan Usaha Total Biaya Variabel
375.598.617
B. Biaya Tetap a. Gaji karyawan
120.000.000
b. Gaji supervisor
33.600.000
60
c. Biaya transportasi
6.000.000
d. Biaya tak terduga
6.000.000
e. Biaya listrik
4.200.000
f. PBB
500.000
Total Biaya Tetap
170.300.000 614.413.617
33.600.000
33.600.000
33.600.000
33.600.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
4.200.000
500.000
500.000
500.000
500.000
170.300.000
170.300.000
170.300.000
170.300.000
TOTAL OUTFLOW Net Benefit Discount Factor (i =7%)
(49.398.617) 0,934579439
547.013.904 16.986.096 0,873438728
547.508.904 16.491.096 0,816297877
547.153.904 16.846.096 0,762895212
547.508.904 16.491.096 0,712986179
PV
(49.398.618)
16.986.095
16.491.095
16.846.095
16.491.095
NPV IRR
Rp 0 13,33%
PV Positif
66.814.382
PV Negatif Net B/C Manfaat Bersih Rata2 per Tahun Payback Periode
(49.398.618) 1,35 Rp
3.483.154 19,67
61
RIWAYAT HIDUP Penulis bernamaWahyu Frans Efindo Tampubolon dilahirkan di Bogor pada tanggal 17 Maret 1987. Orang Tua bernama Kompol H.Tampubolon,SH dan R. Simanjuntak. Saya memiliki satu orang adik perempuan dan satu adik laki-laki dan satu kakak perempuan. Pada tahun 1992 penulis masuk sekolah TK di Satu Bakti Bogor, pada tahun 1993 masuk SD Budi Mulia Bogor dan lulus pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan ke SLTP Budi Mulia Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pada masa SLTP penulis aktif di bidang olahraga beladiri Karateka (BKC). Pada tahun 2002 penulis kemudian diterima di SMU negeri 7 Bogor melalui jalur prestasi olahraga beladiri. Semasa di SMU penulis sangat aktif di bidang olahraga beladiri dan sepakbola, dimana penulis pernah mewakili SMU 7 Di Pekan Olahraga Daerah ( PORDA ) se SMU Jawa Barat cabang Karateka pada tahun 2004. Pada Tahun 2005 penulis lulus dari SMU dan diterima di Perguruan Tinggi di Diploma IPB jurusan Manajemen Agribisnis melalui jalur seleksi umum dan lulus pada tahun 2008. Pada Tahun 2009 penulis kemudian melanjutkan kuliah di Program Alih jenis Agribisnis IPB, hingga akhirnya dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dan lulus pada tahun 2015.