ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN ACASIA CRASSICARPA (Studi Kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau Sebagai Salah Satu Program Pengembangan Masyarakat PT Arara Abadi, Riau)
Oleh : Rani Zuraida A14104055
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
RANI ZURAIDA. ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN ACASIA CRASSICARPA (Studi Kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau Sebagai Salah Satu Program Pengembangan Masyarakat PT Arara Abadi, Riau). Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA. Acacia crassicarpa (Acasia crassicarpa) merupakan salah satu tanaman hutan yang biasa digunakan sebagai tanaman untuk Usaha Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan industri pulp dan paper. Dengan semakin meningkatnya laju deforestasi di Indonesia mencapai 2,8 juta Ha setiap tahunnya,yang berakibat pada penurunan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB Indonesia. Kondisi diatas menyebabkan adanya upaya dari pemerintah untuk menekan laju deforestasi tersebut. Salah satu usaha konkret yang dapat dijadikan sebagai usaha untuk menekan laju tersebut adalah usaha pembibitan tanaman hutan dalam penelitian ini adalah usaha pembibitan Acacia crassicarpa. Selain dapat menekan laju deforestasi serta meningkatkan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB, usaha pembibitan Acacia crassicarpa merupakan usaha yang dapat menyerap banyak tenaga kerja sekitar usaha. Hal ini dikarenakan usaha pembibitan Acacia crassicarpa sama dengan usaha agribisnis (on-farm). Dimana dalam penusahaannya memerlukan banyak tenaga kerja. Koperasi Bunut Abadi, Desa Pinang Sebatang Barat Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Riau adalah salah satu bentuk badan usaha yang bergerak dalam bidang pembibian Acacia crassicarpa. Koperasi ini didirikan atas kerjasama masyarakat Desa Pinang Sebatang Barat dengan PT Arara Abadi, Riau dengan memanfaatkan potensi yang ada Desa Pinang Sebatang Barat. Koperai Bunut Abadi dalam hal ini merupakan salah satu bentuk program pengembangan masyarakat oleh PT Arara Abadi, Riau. PT Arara Abadi merupakan anak perusahaan Sinarmas Group (Sinarmas Forestry) yang bergerak dalam bidang Hutan Tanaman Indutri. PT Arara Abadi disini berperan dalam pembinaan bagi usaha yang dijalankan Koperasi Bunut Abadi. Bentuk pembinaan diantaranya adalah permodalan awal, pendampingan teknis, jaminan pasar terhadap bibit Acacia crassicarpa yang dipasarkan Koperasi Bunut Abadi serta pengadaan benih bersertifikat. Kondisi ini mempunyai dampak pada peningkatan permintaan bibit Acacia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi. Koperasi ini berdiri pada tahun 2002 tetapi usaha pembibitan Acacia crassicarpa baru dijalankan pada tahun 2004. Usaha pembibitan Acacia crassicarpa pada Koperasi Bunut Abadi merupakan usaha dibidang agribisnis. Sama halnya dengan usaha agribisnis, usaha pembibitan Acacia crassicarpa mempunyai sifat volumunius serta sangat berpengaruh pada lingkungan ekternal seperti iklim dan cuaca. Oleh karena itu, usaha pembibitan Acacia crassicarpa memerlukan investasi yang besar baik dalam permodalan maupun dalam operasionalnya. Agar suatu investasi tidak mengalami kerugian dan memberikan tingkat pengembalian investasi yang besar maka diperlukan suatu perencanaan yang matang berupa perhitungan manfaat dan biaya, untuk mendapatkan informasi kelayakan finansial pengembangan pengusahaan tanaman hutan Acasia crassicarpa dalam bentuk bibit. Oleh karena
itu selain diperlukan analisis aspek-aspek pasar, teknis, sosial, hukum dan manajemen, perlu juga dilakukan analisis kelayakan finansial dan sensitivitas. Berdasarkan hal diatas, tujuan dari penelitian adalah : (1) untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa ini dari aspek pasar, teknis, sosial, hukum dan manajemen, (2) menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan dua pola usaha yaitu pola usaha I, pola usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan menyewa lahan sebagai lahan persemaiannya dan pola usaha II, usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan sebagai input lahannya. (3) menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa jika terjadi perubahan pada komponen manfaat dan biaya serta membandingkan kelayakan fianansial pengembangan usaha pembibitan Acacia crasssicarpa pola usaha I dengan usaha pembibitan Acacia crassicarpa pola usaha II. Penelitian init dilakukan di Koperasi Bunut Abadi Desa Pinang Sebatang Barat Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Riau mulai dari bulan April 2008 hingga bulan Juni 2008. Data yang diperoleh berupa data primer dari hasil wawancara dan observasi langsung dengan pihak Koperasi Bunut Abadi dan Unit Community Development PT Arara Abadi dan data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan, penelitian-penelitian yang mendukung, literatur-literatur, dan internet yang berkaitan dengan masalah penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Aspek-aspek yang dibahas secara kualitatif meliputi aspek pasar, teknis, sosial, hukum dan manajemen. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan secara finansial. Data yang bersifat kuantitatif diolah dengan menggunakan sofware Microsoft Excel 2007 dan kalkulator. Dari aspek pasar, usaha ini layak dijalankan. Hal ini dikarenakan adanya jaminan pasar dari konsumen dalam penelitian ini PT Arara Abadi sebagai konsumen tunggal dari bibit Acacia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi. Sistem distribusi langsung kepada konsumen akhir. Hal ini memberikan margin yang lebih besar kepada Koperasi Bunut Abadi. Selain itu Koperasi memiliki kualitas bibit yang bagus karena benih Acacia crassicarpa untuk usaha ini dikontrol kualitanya oleh Unit Reseach and Development (R&D) PT Arara Abadi serta hanya Koperasi Bunut Abadi yang diperbolehkan untuk memproduksi bibit Acacia crassicarpa dalam polybag. Kondisi-kondisi diatas mengindikasikan pasar yang potensial bagi usaha pembibitan Acacia crassicarpa oleh Koperasi Bunut Abadi. Dari aspek teknis, lokasi dan layout usaha pembibitan Acacia crassicarpa cocok dilakukan didaerah penelitian, yaitu Desa Pinang Sebatang Barat Kabupaten Siak, Riau, Karena memiliki kecocokan dalam hal agroklimat. Selain itu lokasi pembibitan dekat dengan sumberdaya produksi seperti air, listrik, tenaga kerja, dekat dengan pasar serta mudah dalam memperoleh sarana dan prasarana produksi. Dari aspek sosial, usaha ini layak untuk diusahakan karena memiliki peran sosial dalam penyediaan kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta menyumbang pajak untuk pemerintah daerah. Selain itu, usaha pembibitan Acacia crassicarpa memberikan manfaat positif untuk kegiatan pembibitan Acacia crassicarpa pada Koperasi Bunut Abadi. Hal ini dikarenakan dengan
kualitas bibit Acacia crassicarpa yang baik berakibat pada peningkatan jumlah permintaan untuk bibit Acacia crassicarpa pada Koperasi Bunut Abadi. Dari aspek hukum, usaha yang dijalankan oleh tidak menyalahi aturan-aturan hukum di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Selain itu Koperasi Bunut Abadi memiliki izin pendirian usaha dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dan surat izin usaha perdagangan dari Departemen Perindustrian. Dari aspek manajemen, usaha pembibitan Acacia crassicarpa ini layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan job describtion masing-masing. Selain itu terdapat pengawas lapangan untuk usaha pembibitan Acacia crassicarpa pada struktur organisasi Koperasi Bunut Abadi serta adanya tenaga kerja yang terampil dan terlatih. Hal ini dikarenakan tenaga kerja pada usaha pembibitan Acacia crassicarpa memperoleh pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) unit Community Development PT Arara Abadi, Riau. Dari aspek finansial, usaha pembibitan Acacia crassicarpa baik dengan pola usaha I maupun pola usaha II dinyatakan layak untuk dilaksanakan karena memenuhi kriteria investasi seperti Net B/C lebih dari satu, NPV yang positif, IRR diatas discount rate dan payback periode yang kurang dari umur proyek. Perbandingan antara kedua alternatif pola usaha menunjukkan bahwa pola usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan sebagai input lahannya) memberikan tingkat pengembalian investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pola usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan menyewa lahan sebagai lahan persemaian). Berdasarkan analisis sensitivitas, usaha pembibitan Acacia crassicarpa ini tetap layak untuk diusahakan pada penigkatan biaya bahan bakar bakar minyak (BBM). Usaha pembibitan Acacia crassicarpa tidak sensitif terhadap perubahan pada biaya bahan bakar minyak (BBM) baik untuk usaha pembibitan Acasia crassicarpa dengan pola usaha I maupun dengan pola usaha II. Sedangkan usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan pola usaha II sangat sensitif terhadap penurunan jumlah output yang dijual. Secara umum, berdasarkan analisis aspek pasar, teknis, sosial, hukum dan manajemen layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis finansial, maka usaha pembibitan Acacia crassicarpa ini layak untuk diusahakan kecuali terjadi peningkatan biaya produksi dan material sebesar 46,045867984%, penurunan jumlah output yang dijual sebesar 28,5902684446556% atau peningkatan BBM sebesar 674,986378697%. Sedangkan untuk Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) ketika terjadi peningkatan biaya produksi dan material sebesar 47,5344828184%, penurunan jumlah output yang dijual sebesar 28,0591097542306% atau peningkatan BBM sebesar 696,807983635%. Sedangkan untuk peningkatan BBM baik untuk pola usaha I maupun pola usaha II tidak berpengaruh nyata terhadap usaha pembibitan Acacia crassicarpa. Hal ini dikarenakan usaha pembibitan Acacia crassicarpa merupakan kegiatan on-farm sehingga biaya yang dikeluarkan untuk BBM sangat kecil. Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut, sebaiknya usaha ini menggunakan pola usaha II karena lebih menguntungkan dari kriteria investasi secara keseluruhan yaitu menghasilkan nilai NPV usaha sebesar Rp.2.550.479.259,23 artinya selam kurun waktu 10 tahun berjalan. Usaha pembibitan Akasia Pola
Usaha II (usaha pembibitan Akasia dengan membeli lahan) memberikan keuntungan sebesar Rp.2.550.479.259,23 Sedangkan Net B/C rasio yang diperoleh adalah 12,47105765 pada tingkat suku bunga 5,25%, ini artinya bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp. 1,- akan memberikan manfaat sebesar Rp. 12,47105765. Dengan nilai Net B/C lebih besar dari 1, maka usaha pembibitan Akasia Pola Usaha II masih layak untuk diusahakan. Nilai IRR untuk Pola Usaha ini adalah 179% diatas tingkat suku bunga serta waktu pengembalian investasi 1 tahun 9 bulan.
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN ACASIA CRASSICARPA (Studi Kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau Sebagai Salah Satu Program Pengembangan Masyarakat PT Arara Abadi, Riau)
Oleh : RANI ZURAIDA A14104055
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acacia Crassicarpa (Studi Kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau Sebagai Salah Satu Program Pengembangan Masyarakat PT Arara Abadi, Riau)
Nama
: Rani Zuraida
NRP
: A14104055
Program Studi : Manajemen Agribisnis
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MS NIP. 132 133 965
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
PERNYATAAN DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
YANG
BERJUDUL ” ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN ACASIA CRASSICARPA (Studi Kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau Sebagai Salah Satu Program Pengembangan Masyarakat PT Arara Abadi, Riau)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH
DITULIS
ATAU
DITERBITKAN
OLEH
PIHAK
LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2008
RANI ZURAIDA A14104055
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 12 Mei 1986, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Drs. Muchammad Labib dan Ibu Mustikawati. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Ma’had Islam di Desa Keputran, Pekalongan Timur (1990-1992), SD Islam IV Ma’had Islam Pekalongan (1992-1998), SLTP Islam Ma’had Islam Pekalongan (19982001), SMUN 1 Pekalongan (2001-2004). Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa yaitu sebagai staf Departemen Budaya, Olahraga dan Seni KM IPB (2005/2006).
Selain aktif berorganisasi, penulis juga merupakan penerima
beasiswa dari Yayasan Supersemar periode 2006-2007 dan periode 2007-2008.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil `alamin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat pada waktunya. Semakin tingginya laju deforestasi di Indonesia mengakibatkan kontribusi sektor kehutanan mengalami penurunan setiap tahunnya. Kondisi ini dapat diatasi dengan membuka usaha di sektor kehutanan yang dapat memberikan manfaat positif bagi lingkungan. Salah satu usaha tersebut yaitu dengan membuka usaha dalam bidang pembibitan khususnya tanaman kehutanan. Selain dapat menanggulangi masalah lingkungan, usaha pembibitan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Hal ini dikarenakan usaha pembibitan merupakan kegiatan padat karya (agrinisnis on-farm). Kegiatan usaha dibidang agrinisnis memerlukan invesatasi yang besar baik dalam pemodalan maupun operasional kegiatan. Agar suatu investasi tidak mengalami kerugian dan memberikan tingkat pengembalian investasi yang besar maka diperlukan suatu perencanaan yang matang berupa perhitungan manfaat dan biaya, untuk mendapatkan informasi kelayakan finansial pengembangan usaha tanaman hutan Acasia crassicarpa dalam bentuk bibit. Oleh karena itu selain diperlukan analisis aspek-aspek pasar, teknis, sosial, hukum dan manajemen, perlu juga dilakukan analisis kelayakan finansial dan sensitivitas. Analisis kelayakan usaha berdasarkan aspek-aspek diatas diharapkan dapat membantu dalam keadaan tersebut. Dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi sebuah karya yang lebih baik dan dapat
memberikan kontribusi yang bermakna bagi pengembangan wawasan para pembaca, khususnya mahasiswa dan kalangan akademisi lainnya.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Mama (Mustikawati), Papa (Drs. Muchammad Labib) atas segala do`a, dukungan semangat, dan limpahan kasih sayang yang tiada pernah berhenti untuk keberhasilan penulis.
2.
Indra Triandana, S.Hut, dan Ibu Neneng S. terima kasih atas dukungan semangat, doa dan kasih sayangnya kepada penulis selama ini.
3.
Kakakku (Aulia Rahmawati) dan adikku (Norma Agustina) tercinta terima kasih atas segala do`a, dukungan semangat, dan limpahan kasih sayang yang tiada pernah berhenti untuk keberhasilan penulis.
4.
Ir. Netti Tinaprilla, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dan selalu memberikan masukan serta motivasi kepada penulis. Ir. Popong Nurhayati selaku dosen penguji utama atas masukan-masukannya dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
5.
Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas segala saran dan kritiknya dalam proses penyempurnaan skripsi ini.
6.
Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menempuh masa perkuliahan.
7.
Bapak Eka, Bapak Harsono beserta keluarga, Bapak Iwan, Bapak Panji, beserta seluruh karyawan HRD, T&D dan CD PT Arara Abadi, Riau yang telah banyak membantu dalam proses penelitian yang dijalani oleh penulis.
8.
Bapak Masri, Bapak Herman, Bapak Edi, beserta seluruh anggota Koperasi Bunut Abadi Desa Pinang Sebatang Kabupaten Siak, Riau yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data.
9.
Bapak Masagus A. Manan, selaku kepala Distrik Rasau Kuning terimakasih atas bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian.
10.
Segenap seluruh karyawan PT Arara Abadi yang telah membantu.
11.
Segenap dosen PS Manajemen Agribisnis yang telah memberikan ilmunya, semoga bermanfaat dan dapat diamalkan oleh penulis serta seluruh staf pengelola PS Manajemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis.
12.
Teman-teman satu bimbingan (Mega, Rini, Yoga, Mirza dan Dani) atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini.
13.
Saudara Doni Kurniawan yang telah bersedia menjadi pembahas seminar penulis dan juga atas segala masukan-masukannya kepada penulis.
14.
Teman-teman di AGB 41 atas kebersamaan dan dukungannya (David, Ryan, Chimay, Haritz, Nurhadi, Dini, Cumeng, Venty, Bibib dan Icang).
Semua pihak yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan di IPB yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. I.
iv v vi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah........................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8 1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2.1 Koperasi ............................................................................................ 2.1.1 Definisi Koperasi ...................................................................... 2.1.2 Fungsi dan Peran dari Koperasi ................................................ 2.2 Pengertian Pembibitan ....................................................................... 2.3 Budidaya Acacia crassicarpa ............................................................ 2.3.1 Jenis dan Morfologi Acacia crassicarpa ................................... 2.3.2 Tahapan Proses Produksi Bibit Acacia crassicarpa ................... 2.4 Tanggungjawab Perusahaan .............................................................. 2.4.1 Pengertian Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) ......................................................................... 2.5 Community Development ................................................................... 2.5.1 Pengertian Community Development (CD) ................................ 2.5.2 Community Development dalam Sektor Industri........................ 2.5.2.1 Peranan Community Development ................................. 2.6 Penelitian Terdahulu ......................................................................... III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek ............................................................ 3.1.2 Aspek Non Finansial ................................................................ 3.1.3 Apek Finansial.......................................................................... 3.1.3.1 Teori Biaya dan Manfaat .............................................. 3.1.3.2 Analisis Rugi Laba ....................................................... 3.1.3.3 Analisis Kelayakan Finansial ........................................ 3.1.3.4 Analisis Switching Value .............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................
11 11 11 14 14 14 17 24 24 27 27 28 28 31
36 36 38 40 40 41 42 46 47
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 50 4.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 50 4.3 Metode Pengumpulan Data................................................................ 51
i
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 4.4.1 Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial ............................... 4.4.2 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial ....................................... 4.4.2.1 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)................................... 4.4.2.2 Net Present Value (NPV) .............................................. 4.4.2.3 Internal Rate of Return (IRR)........................................ 4.4.2.4 Payback Periode (PBP) ................................................ 4.4.3 Analisis Switching Value .......................................................... 4.4.4 Metode Penentuan Umur Proyek .............................................. 4.4.5 Asumsi–asumsi Dasar ...............................................................
51 52 54 54 55 56 56 57 59 59
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Umum Koperasi Bunut Abadi ............................................... 62 5.2 Gambaran Umum Lokasi Pembibitan Acacia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi ...................................................................................... 64 5.3 Struktur Organisasi Koperasi Bunut Abadi ........................................ 64 VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar ...................................................................................... 6.1.1 Permintaan dan Penawaran Produk........................................... 6.1.2 Fungsi Pemasaran dan Saluran Pemasaran................................ 6.1.3 Bauran pemasaran .................................................................... 6.1.4 Rencana Penjualan ................................................................... 6.1.5 Struktur Persaingan .................................................................. 6.1.6 Sistem Distribusi ...................................................................... 6.1.7 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Pasar ............................... 6.2 Aspek Teknis .................................................................................... 6.2.1 Lokasi dan Layout Koperasi ..................................................... 6.2.2 Sumberdaya Produksi............................................................... 6.2.3 Fasilitas Produksi ..................................................................... 6.2.4 Teknik Budidaya ..................................................................... 6.2.5 Penanganan Panen dan Pascapanen.......................................... 6.2.6 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Teknis ............................. 6.3 Aspek Sosial ..................................................................................... 6.3.1 Dampak Positif Usaha Pembibitan Akasia ............................... 6.3.2 Dampak Negatif Usaha Pembibitan Akasia .............................. 6.3.3 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Sosial ............................. 6.4 Aspek Hukum ................................................................................... 6.4.1 Badan Usaha dan Status Usaha ................................................ 6.4.2 Usaha yang Dijalankan ............................................................ 6.4.3 Perencanaan Lokasi Usaha....................................................... 6.4.4 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Hukum ........................... 6.5 Aspek Manajemen ............................................................................. 6.5.1 Struktur Organisasi .................................................................. 6.5.2 Sistem Pembagian Kerja dan Sistem Kompensasi .................... 6.5.3 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Manajemen ....................
ii
66 66 67 69 71 72 72 73 73 73 74 75 76 77 77 77 78 80 81 82 82 82 83 83 84 84 85 86
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1 Asumsi-Asumsi Dasar Pola Usaha I (Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa dengan Menyewa Lahan) dan Pola Usaha II (Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa dengan Membeli Lahan Sebagai Input Lahan)......................................................................... 7.2 Hasil Kelayakan Finansial Pola Usaha I : Kelayakan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa dengan Menyewa Lahan ................... 7.3 Hasil Kelayakan Finansial Pola Usaha II : Kelayakan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa dengan Membeli Lahan .................... 7.4 Analisis Switching Value ...................................................................
87 89 92 95
VIII.KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ....................................................................................... 97 8.2 Saran ................................................................................................. 98 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100 LAMPIRAN .................................................................................................. 102
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDB Atas Harga Berlaku Selama Sepuluh Tahun Terakhir............................................................................ 1 2. Produksi Bibit, Omset dan Keuntungan Koperasi Bunut Abadi Selama Empat Tahun Terakhir .............................................................................. 7 3. Kriteria Seleksi Ketiga pada Bibit Acacia crassicarpa dalam Tabung dan Polybag .............................................................................................. 23 4. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 33 5. Permintaan dan Produksi Bibit Akasia Tahun 2005-2007 ......................... 67 6. Kualifikasi Kelas Bibit Akasia pada Koperasi Bunut Abadi ...................... 70 7. Hasil Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan)................................................................................... 92 8. Hasil Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) ............................................................................. 93 9. Hasil Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi ........................................................... 95
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Grafik Hubungan Antara NPV dan IRR .....................................................44 2. Bagan Kerangka Pemikiran .......................................................................49 3. Tahapan Proses Produksi Bibit Acacia crassicarpa....................................68
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Layout Pembibitan Acacia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi ........... 102 2 a. Jadwal Perawatan Seedling di Tabung ............................................. 103 2 b. Jadwal Perawatan Seedling di Polybag ............................................ 104 3.
Struktur Organisasi Koperasi Bunut Abadi Periode Tahun 2003/2008 ............................................................................ 105
4.
Job Describtion pada Struktur Organisasi Koperasi Bunut Abadi .... 106
5.
Perincian Biaya Peralatan yang Digunakan Koperasi Bunut Abadi .. 108
6 a. Perincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Akasia Pola Usaha I (Usaha Pembibitan Akasia dengan Sewa Lahan) ............................. 109 6 b. Perincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Akasia Pola Usaha II (Usaha Pembibitan Akasia dengan Membeli Lahan) ........................ 110 7.
Kebutuhan Pupuk, Obat-obatan, material untuk Pembibitan dengan Luasan 4 hektar pada Koperasi Bunut Abadi per Bulan .................. 111
8 a. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembibitan Akasia Pola Usaha I . 112 8 b. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembibitan Akasia Pola Usaha II 9.
113
Proyeksi Laporan Rugi/Laba Pola Usaha I (Sewa Lahan) Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi ................... 114
10.
Cashflow Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I ........ 115
11.
Proyeksi Laporan Rugi/Laba Pola Usaha II (Membeli Lahan) Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi ......... 117
12.
Cashflow Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I ........ 118
13.
Perbandingan Nilai yang Diperoleh dari Uji Kriteria Investasi Antara Pola Usaha I dengan Pola Usaha II ........................ 120
14.
Switching Value I Cashflow Pola Usaha I (Kenaikan Biaya Produksi dan Material 46,0458679840%) ............ 121
15.
Switching Value II Cashflow Pola Usaha I (Kenaikan Harga BBM 674,986378697%) ...................................... 123
16.
Switching Value III Cashflow Pola Usaha I
vi
(Penurunan Jumlah Output yang Dijual 28,5902684446556%) ........ 125 17.
Switching Value I Cashflow Pola Usaha II (Kenaikan Biaya Produksi dan Material 47,5344828184%) ............. 127
18.
Switching Value II Cashflow Pola Usaha II (Kenaikan Harga BBM 696,807983635%) ...................................... 129
19.
Switching Value III Cashflow Pola Usaha II (Penurunan Jumlah Output yang Dijual 28,0591097542306%) ........ 131
20.
Surat Izin Usaha .............................................................................. 133
21.
Piagam-piagam Penghargaan ........................................................... 135
22.
Dokumentasi ................................................................................... 138
vii
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam hayati yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Kenyataan bahwa hutan adalah satu aset berharga yang menjadi andalan bangsa. Keberadaan hutan telah mampu mendatangkan devisa bagi negara sehingga memberi kontribusi yang tinggi bagi terlaksananya pembangunan nasional secara berkesinambungan. Besarnya kontribusi yang diberikan sektor kehutanan terhadap PDB Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDB Atas Harga Berlaku
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produk Domestik Bruto(PDB) Kehutanan Total PDB 1997 9.806.5 627.695.9 1998 11.700.5 955.753.9 1999 13.803.8 1.099.731.8 2000 16.343.0 1.389.769.9 2001 16.962.1 1.644.322.0 2002 17.602.4 1.821.833.0 2003 18.414.6 2.013.674.6 2004 20.290.0 2.295.826.2 2005*) 22.561.8 2.784.960.4 2006**) 30.017.0 3.338.195.7 Selama Sepuluh Tahun Terakhir Tahun
Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDB (%) 1,56 1,22 1,26 1,18 1,03 0,97 0,91 0,88 0,81 0,90
Sumber : BPS 2006, diolah1 *) Angka sementara **)Angka sangat sementara
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa dalam sepuluh tahun dari tahun 1997 sampai tahun 2006 total
kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB sebesar
10,72% dari keseluruhan total PDB Indonesia. Data diatas menggambarkan 1
Departemen Kehutanan.2006. http://www.dephut.go.id/Halaman/Buku-buku/2006/Statistik_06/Statistik_06.htm. Diakses tanggal 1 April 2008
2 kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya laju deforestasi (kerusakan) hutan Indonesia. Kerusakan hutan dapat disebabkan karena penebangan kayu untuk kepentingan perdagangan,
transmigrasi,
penanaman tanaman perkebunan, eksploitasi terhadap hasil hutan, perladangan berpindah dan pembangunan sarana infrastruktur suatu daerah. Kondisi seperti ini menumbuhkan kesadaran dari semua pihak untuk melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) guna memperbaiki dan mengembalikan fungsi dan produktivitas sumberdaya alam tersebut. Mengingat upaya RHL tersebut sangat strategis bagi kepentingan nasional maka kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional dengan melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta. Pihak swasta sendiri dapat ikut berperan dalam penyediaan bibit dan benih (tanaman kehutanan) yang dibutuhkan untuk menjalankan program ini. Selain membantu pemerintah, hal ini juga akan menumbuhkan industri pembibitan dan pembenihan tanaman kehutanan yang berkelanjutan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dan memiliki prospek cerah adalah pembibitan. Saat ini usaha pembibitan terlihat mulai berkembang. Sejak tahun 2003 peluang usaha pembibitan mulai tampak dengan bermunculannya perusahaan-perusahaan penangkar bibit di hampir seluruh provinsi Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, potensi produksi benih selama lima tahun terakhir sebesar 341.333.548,05 kg pada luas lahan 96.640,37 hektar. Hal ini mengindikasikan industri yang bergerak pada usaha pembibitan dan pembenihan memiliki prospek yang cerah.
3 Selain industri pembibitan, industri pulp dan paper juga merupakan usaha yang memiliki peluang besar dalam kontribusinya terhadap PDB. Hal ini disebabkan karena tingginya permintaan pulp dan paper dari dalam negeri dan luar negeri. Ekspor pulp Indonesia berasal dari 7 pabrik pulp dengan 32 unit Hutan Tanaman Industri (HTI) pulp seluas 3.849.656 hektar dengan kapasitas produksi sekitar 5,865 juta m3. Pada tahun 2010 untuk mencapai kapasitas produksi sekitar 27,765 juta m3dibutuhkan luas areal HTI-pulp sekitar 1.711.685 hektar2. Akasia (Acacia crassicarpa) adalah salah satu pohon yang potensial untuk dikembangkan dalam industri pembibitan, pulp dan paper. Selain nilai jualnya yang tinggi, proses pemeliharaannya pun cukup mudah. Hal ini Mendorong para pengusaha
dalam negeri maupun luar negeri untuk mengusahakannya.
Dibandingkan dengan jenis pohon lain yang digunakan untuk industri pembibitan, pulp dan paper, Akasia (Acacia crassicarpa) merupakan salah satu jenis Akasia yang potensial dimana tingkat adaptalitas dan produktivitas yang tinggi terutama pada lahan kritis. Akasia (Acacia crassicarpa) memiliki kelebihan-kelebihan yaitu pertumbuhan cepat, bentuk batang baik, fiksasi nitrogen baik sekali, dapat tumbuh pada kondisi tanah berpasir, berlumpur pada kondisi sangat masam (pH 3,5-6) dan dengan drainase jelek, serta tahan api. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Akasia (Acacia crassicarpa) yang menjadikan pohon tersebut potensial dan layak digunakan sebagai bahan baku dalam program RHL, industri pembibitan serta industri pulp dan paper. Hal ini disebabkan karena investasi di bidang kehutanan harus memperhatikan waktu yang lama, membutuhkan lahan yang luas, serta 2
Suteja C.2005. Artikel HTI Pulp Rakyat Bertelur Dollar. Majalah Kehutanan Indonesia Edisi VII Tahun 2005 Hal 17-20.
4 investasi yang besar sehingga investasi di bidang kehutanan lebih bersifat jangka panjang. Kabupaten Siak, merupakan kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Riau yang dikelilingi oleh kawasan hutan. Hal ini menjadikan kabupaten Siak memiliki potensi kekayaan melimpah dari sektor kehutanan. Dengan adanya potensi-potensi tersebut kabupaten Siak berpeluang besar dalam mengembangkan usaha di sektor kehutanan.
Pada tahun 2005 total produksi kayu bulat yang
dihasilkan Provinsi Riau sebesar 278.393,39 volume m3 dengan produksi kayu sebesar 140.786,86 volume m3 untuk jenis Akasia3. Salah satu industri di sektor kehutanan yang berada di kabupaten Siak adalah PT Arara Abadi. Perusahaan tersebut memiliki prospek usaha cerah karena perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan Sinarmas Group yang bergerak dalam bidang kehutanan (forestry) khususnya Hutan Tanaman Industri (HTI). Disamping memiliki prospek yang cerah, perusahaan tersebut memiliki resiko yang cukup besar. Resiko dalam usaha pembibitan khususnya tanaman hutan adalah sangat tergantung dengan kondisi lingkungan eksternal seperti iklim dan cuaca yang akan mempengaruhi proses budidaya. Selain itu usaha pembibitan juga memanfaatkan sumberdaya alam seperti tanah, gambut, dan sumberdaya manusia. Usaha yang memanfaatkan masyarakat sebagai tenaga kerja
dalam
kegiatan usahanya, secara langsung akan bersinggungan dengan masyarakat sekitar usaha. Hal ini akan berakibatkan timbulnya konflik diantara masyarakat dengan pihak perusahaan. Untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar, maka perusahaan tersebut melakukan upaya menjalin
3
Dinas Kehutanan Provinsi Riau. 2005. http//www.dephut.go.id. Diakses tanggal 1 April 2008
5 hubungan baik dengan masyarakat sekitar perusahaan adalah berupa program pemberdayaan masyarakat. Selain itu terdapat kebijakan dari pemerintah mengenai tanggungjawab sosial perusahaan untuk usaha yang bergerkan dibidang kehutahan dan industri pulp dan paper. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan usaha yang bergerak dalam bidang kehutanan dan industri pulp dan paper dapat meminimalkan terjadinya konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat. PT Arara Abadi merupakan anak perusahaan Sinarmas Group (Sinarmas Foretry) yang bergerak dalam bidang Hutan Tanaman Industri (HTI). Sehingga PT Arara Abadi melalui unit Community Development melakukan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dapat meminimalkan terjadinya konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat serta merupakan salah satu cara tanggungjawab sosial perusahaan. Program pengembangan masyarakat yang telah dilakukan oleh PT Arara Abadi adalah
pembangunan sarana pendukung,
pemberdayaan ekonomi, pengembangan SDM, pembinaan sosial budaya serta pembangunan infrastruktur desa. Usaha pembibitan Akasia yang dilakukan oleh Koperasi Bunut Abadi merupakan salah satu bentuk konkret dari program pemberdayaan ekonomi. Koperasi Bunut Abadi didirikan atas inisiasi dan kerjasama unit Community Development PT Arara Abadi.
1.2
Perumusan Masalah Setiap usaha yang bergerak dalam sektor pertanian khususnya kehutanan
berkaitan dengan besarnya jumlah investasi yang ditanamkan, sehingga sangatlah perlu dilakukan analisis pada usaha atau proyek tersebut. Usaha pembibitan
6 Acacia crassicarpa memiliki karakteristik yang sama dengan usaha agribisnis lainnya. Selain terpengaruhnya usaha pembibitan tanaman hutan terhadap lingkungan ekternal seperti lingkungan, cuaca dan iklim, pembibitan tanaman hutan juga merupakan produk yang membutuhkan lahan yang luas. Hal ini membuat usaha pembibitan tanaman hutan membutuhkan investasi yang sangat besar. Agar suatu investasi tidak mengalami kerugian dan memberikan keuntungan maksimal maka diperlukan suatu perencanaan yang matang berupa perhitungan manfaat dan biaya, untuk mendapatkan informasi kelayakan finansial pengusahaan tanaman hutan Acacia crassicarpa dalam bentuk bibit. Koperasi Bunut Abadi merupakan suatu lembaga yang bergerak dalam bidang pembibitan Akasia (Acacia crassicarpa). Produk utama yang diusahaan oleh koperasi ini adalah pembibitan Akasia. Koperasi Bunut Abadi ini berdiri atas inisiasi unit Community Development PT Arara Abadi pada tahun 2002. Sedangkan usaha pembibitan Acasia crassicarpa dilaksanakan pada tahun 2004. Dimana usaha tersebut merupakan salah satu cara dalam program tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR). Sebagai program CSR khususnya program kerja pengembangan ekonomi masyarakat dari unit Community Development
dalam membantu meningkatkan perekonomian
masyarakat sekitar lingkungan PT Arara Abadi, Koperasi Bunut Abadi dalam merintis usaha pembibitan Akasia mendapat bimbingan, permodalan awal dan jaminan pasar dari unit Community Development PT Arara Abadi. Meskipun didirikan atas inisiasi dan kerjasama dengan unit Community Development PT Arara Abadi, Koperasi Bunut Abadi berencana untuk mengembangkan usahanya. Hal ini disebabkan karena jumlah permintaan bibit dari PT Arara Abadi semakin
7 meningkat yang semula 100.000 bibit per bulan berkembang menjadi sekitar 1.468.750 bibit per bulan untuk saat ini. Produksi bibit, omset dan keuntungan yang diperoleh Koperasi Bunut Abadi selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi Bibit, Omset dan Keuntungan Koperasi Bunut Abadi Selama Empat Tahun Terakhir Tahun 2004 2005 2006 2007
Produksi Bibit (batang) 186.000 1.104.000 3.255.000 1.297.000
Indikator Omset (Rupiah) 46.400.000 446.100.000 1.042.600.000 309.900.000
Keuntungan (Rupiah) 530.000 53.700.000 129.000.000 165.765.503
Sumber : Koperasi Bunut Abadi4
Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa terjadi penurunan produksi bibit pada tahun 2006, hal ini disebabkan karena luas areal tanam untuk bibit Akasia mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan luas areal yang akan ditanami banjir akibat sering terjadinya hujan. Saat ini Koperasi Bunut Abadi sedang menghadapi tingginya permintaan bibit yaitu sekitar 1.468.750 batang/bulan sedangkan lahan yang digunakan untuk memproduksi bibit terbatas. Koperasi Bunut Abadi hanya dapat memasok bibit pada PT Arara Abadi sebesar 80% dari total permintaan per bulannya yaitu 1.175.000 batang, sehingga pihak pengurus koperasi sedang mempertimbangkan rencana investasi yang berfokus penambahan investasi untuk memperluas lahan persemaian. Dimana penambahan investasi dapat dilakukan dengan menyewa lahan sebagai lahan persemaian atau dengan membeli lahan sebagai input lahannya. Dimana kedua alternatif pola usaha ini dapat memberikan alternatif tingkat pengembalian yang lebih besar. 4
Koperasi Bunut Abadi. 2007. Pamflet Informasi Koperasi Bunut Abadi, Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau
8 Keputusan investasi tersebut memerlukan pengambilan keputusan yang tepat dari berbagai aspek diantaranya aspek pasar, teknis, hukum, manajemen dan sosial, perlu juga dilakukan penelitian analisis kelayakan finansial dan switching value. Untuk melakukan analisis finansial dan switching value diperlukan perhitungan tentang manfaat dan biaya. Dari perhitungan manfaat dan biaya ini dapat diketahui apakah pengusahaan bibit Akasia ini layak untuk dikembangkan atau tidak. Salah satunya yaitu melalui analisis kelayakan. Berdasarkan gambaran diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Kelayakan pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa dilihat dari kedua pola usaha alternatif yang akan dijalankan? 2. Bagaimana Koperasi Bunut Abadi dapat memenuhi jumlah perrmintaan yang tinggi untuk bibit dengan terbatasnya modal untuk memperluas usaha? 3. Bagaimana
Koperasi
Bunut
Abadi
dapat
mengalokasikan
rencana
invesatasinya sehingga dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan usaha yang telah dijalankan dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen manfaat dan biaya?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa di Koperasi Bunut Abadi dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial.
9 2. Menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa di Koperasi Bunut Abadi apabila usaha pembibitan Acacia crassicarpa dilakukan dalam dua pola yaitu pola I usaha pembibitan Acacia crassicarpa bermitra dengan masyarakat dalam hal penggunaan lahan sebagai tempat pembibitan dan pola II usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan mandiri sebagai input lahannya. 3. Menganalisis perubahan pada harga output, harga input, dan volume produksi terhadap kelayakan pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa di Koperasi Bunut Abadi.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi
berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi pihak perusahaan dan koperasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha pembibitan Akasia dengan efektif dan efisien. 2. Bagi Pemerintah Daerah dan Departemen Koperasi Kabupaten Riau, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan pengembangan usaha pembibitan Akasia. 3. Bagi investor/masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan penanaman modal di usaha pembibitan Akasia. 4. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis kelayakan pengembangan usaha pengembangan usaha.
berdasarkan konsep studi kelayakan
10 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini di lakukan di Koperasi Bunut Abadi, Desa Pinang Sebatang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau. 2. Penelitian ini dilakukan pada analisis kelayakan pengembangan usaha pembibitan Akasia (Acacia crassicarpa). 3. Analisis kelayakan berdasarkan aspek pasar, teknis, hukum, manajemen dan sosial akan dibahas berdasarkan kondisi pola usaha berjalan, sedangkan untuk analisis aspek finansial dilakukan analisis terhadap pola usaha berjalan ataupun pola usaha alternatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Koperasi
2.1.1 Definisi Koperasi Koperasi mempunyai beberapa definisi yang berbeda–beda sesuai dengan perkembangan zaman, tapi bila dilihat secara mendalam koperasi mempunyai definisi yang hampir sama. Secara umum koperasi merupakan suatu wadah yang beranggotakan anggota ekonomi lemah (Widi, 2006). Menurut Mohammad Hatta (1982) koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib kehidupan kehidupan ekonomi bermasyarakat tolong menolong. Koperasi merupakan lambang dari harapan ekonomi lemah berdasarkan self help dan tolong menolong diantara anggotanya, yang dapat menciptakan diantara mereka rasa percaya pada diri sendiri dan rasa persaudaraan. Sedangkan Hendrojogi (2000) berpendapat koperasi merupakan suatu wadah bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang dalam rangka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berusaha meningkatkan tingkat hidup mereka. 2.1.2 Fungsi dan Peran dari Koperasi Fungsi dan peran yang dijalankan koperasi dalam melaksanakan kegiatannya tertulis dalam Undang–Undang No.25 tahun 1992 Bab III pasal 4 sebagai berikut : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
12 2. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar ketentuan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. 3. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Gambaran dari fungsi dan peran koperasi di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut (Hendrojogi, 2000) : 1. Koperasi dapat mengurangi penggangguran dengan adanya koperasi tersebut akan dibutuhkan pekerja untuk mengelolanya, sehingga diharapkan dapat menolong mereka yang membutuhkan pekerjaan. 2. Koperasi dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat koperasi dapat menyediakan sarana produksi yang dibutuhkan anggota dengan harga murah, sehingga anggota membeli kebutuhan tersebut di koperasi dan dapat meningkatkan usahanya. 3. Koperasi dapat berperan sebagai alat perjuangan ekonomi sikap ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan fasilitas dari pemerintah harus dihilangkan. Koperasi harus dapat mandiri, sehingga mampu bersaing dengan badan usaha lain. Majunya koperasi akan dapat memberi dorongan untuk meningkatkan taraf hidup para anggota dan masyarakat. 4. Koperasi dapat berperan dalam meningkatkan pendidikan rakyat, terutama pendidikan perkoperasian dan dunia usaha.
13 Koperasi dapat memberikan pendidikan kepada para anggota dan kemudian secara berantai para anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuannya kepada masyarakat. 5. Koperasi Indonesia dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi berdasarkan pancasila dan UUD 1945, dimana demokrasi ekonomi tersebut menekankan peran aktif masyarakat dalam pembangunan, sedangkan pemerintah hanya wajib memberikan dorongan. Koperasi merangkum aspek kehidupam sosial ekonomis yang sifatnya menyeluruh secara makro bukan hanya secara mikro. Koperasi dapat hidup pula di dalam bangun–bangun usaha non koperasi tetapi tidak sebaliknya. Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional karena : 1. Koperasi merupakan wadah penampung pesan politik bangsa terjajah yang miskin ekonominya dan didominasi oleh sistem ekonomi penjajah. Koperasi menyadarkan kepentingan bersama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan produktif. 2. Koperasi adalah wadah yang tepat untuk membina golongan ekonomi kecil. 3. Koperasi adalah lembaga ekonomi berwatak sosial. 4. Koperasi adalah bentuk usaha yang tidak saja menampung tetapi juga mempertahankan dan memperkuat identitas dan budaya bangsa Indonesia. 5. Koperasi adalah wahana yang tepat untuk merealisasikan ekonomi Pancasila terutama karena terpenuhinya tuntutan kebersamaan dan asas kekeluargaan.
14 2.2
Pengertian Pembibitan Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutan
Sosial Nomor : 76/V_PTH/2004 tentang pedoman penetapan pengada dan pengedar benih/bibit tanaman hutan terdaftar, yang dimaksud dengan bibit tanaman
hutan
adalah
tumbuhan
muda
hasil
perbanyakan
dan
perkembanganbiakan dari benih dan merupakan calon pohon yang berlanjutnya di dalam keputusan ini disebut bibit. Bibit adalah bahan tanaman yang dapat berupa benih atau anakan, baik berupa stek atau anakan siap tanam, cangkokan/anakan cabutan. Metode pembibitan adalah teknik produksi bibit menurut bentuk benih yang digunakan yang mencakup pembibitan secara generatif berasal dari benih generatif dan pembibitan secara vegetatif dari benih vegetatif.
2.3
Budidaya Acacia crassicarpa
2.3.1 Jenis dan Morfologi Acacia crassicarpa Acacia crassicarpa A. Cunn. ex Benth. Pertama kali dipublikasikan pada London Journ. Bot, 1:379 pada tahun 1842. Kata Acacia crassicarpa berasal dari bahasa latin yaitu crassus berarti tebal dan –carpus yaitu buah. Jenis tanaman ini dikenal dengan nama Northern Wettle (Australia) dan Red Weetle (Papua New Guinea). Acacia crassicarpa mempunyai sinonim Racosperma crassicarpa (Pedley, 1987 dalam Vien, 2006). Menurut Samingan (1982) sistematika taksonomi Acacia crassicarpa ialah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
15 Sub-divisi
: Angiospermae
Klas
: Dicotiledone
Ordo
: Rosales
Famili
: Leguminoceae
Sub-famili
: Mimosaceae
Genus
: Acacia
Species
: Acacia crassicarpa
Menurut Doral dan Turnbull (1997)
Acacia crassicarpa tumbuh
disepanjang pesisir utara dan pedalaman Queensland, menebar luas di bagian barat Papua New Guinea dan di perbatasan Irian Jaya. Secara astronomis Acacia crassicarpa tumbuh banyak pada 8-200LS dengan ketinggian 200-700 meter diatas permukaan air laut dan secara umum Acasia crassicarpa ditanam pada lahan gambut. Secara klimatologi tanaman ini tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada daerah beriklim humid dan subhumid dengan suhu rata-rata 31-340C pada musim panas dan 15-220C pada musim dingin dan suhu harian mencapai 320C. Kebanyakan daerah sebaran adalah bebas kabut (frost) dengan curah hujan 1000-3500 mm per tahun. Jenis akasia ini juga dapat tumbuh dengan baik pada tanah masam (podsolik merah kuning) antara pH 3,5-6, tanah-tanah kuning dan merah dengan bahan induk granit dan volkan dengan drainase yang baik maupun kurang baik seperti daerah rawa. Acacia crassicarpa dapat tumbuh pada jenis tanah yang bervariasi, mengandung kadar garam, tidak subur mempunyai drainase tidak sempurna yang tergenang pada saat musim hujan dan kering pada musim kemarau.
16 Sifat Botanis Acacia crassicarpa merupakan tanaman yang cukup mudah beradaptasi dengan lingkungan. Acacia crassicarpa termasuk pohon yang mempunyai tinggi diatas 20 meter dan kadang-kadang dapat mencapai 30 meter pada kondisi yang cocok. selanjutnya Hanum dan van der Maesn (1997) menyatakan pohon ini mempunyai diameter batang diatas 50 cm, kulit batang berwarna gelap atau coklat keabu-abuan, kasar, beralur vertikal, serta kulit bagian dalam berwarna merah dan berserat. Daunnya bertekstur halus berwarna hijau kebuan dan mempunyai 3-7 tulang daun yang menonjol berwarna kekunigkuningan (Trunbull, 1986). Acacia crassicarpa ini mempunyai kayu global yang berwarna coklat pudar kekuning-kuningan dan kayu
teras berwarna coklat
keemasan serta mempunyai 3-5 pembuluh primer, berwarna kekuning-kuningan, longitudinal, pembuluh sekunder berbentuk paralel (Hanum, 1997 dalam Vien, 2006). Kayunya kuat dan tahan lama mempunyai kerapatan sebesar 620 kg/m3. Dan pada keadaan kering udara sebesar 710 kg/m3. Acacia crassicarpa mulai berbunga paling lambat 18 bulan setelah penanaman, sedangkan biji melimpah setelah 4 tahun. Biji masak 5-6 bulan setelah berbunga. Di daerah alaminya berbunga dari bulan Juni-September dan mulai masak dari bulan Oktober-Maret (Hanum, 1997 dalam Vien, 2006) Benih Acacia crassicarpa viable selama beberapa tahun dan untuk pemecahan dormansi dilakukan pemanasan dan pencabikan kulit benih. Pencelupan dalam air panas selama satu menit merupakan perlakuan yang tepat. Semai yang telah memiliki dua pasang daun dapat dipindahkan ke polybag yang berisi campuran tanah dan pasir sungai. Dibawah kondisi yang menguntungkan, semai tumbuh cepat mencapai 25-30 cm dalam waktu 3-4 bulan .
17 Menurut Doral dan Turnbull (1997) Acacia crassicarpa dapat digunakan sebagai pelindung dan naungan, fiksasi nitrogen udara dan perlindungan tanah dalam mencegah erosi. Kayunya dapat digunakan untuk pulp, kontruksi bangunan, meubel, bahan baku pembuatan kapal dan lantai. Dalam program pembangunan HTI jenis akasia ada tiga macam daur pengusahaan yang digunakan yaitu 7-12 tahun untuk pengusahaan produksi pulp dan 20 tahun untuk industri kayu perkakas (Harbagung, 1991). Jenis Akasia ini merupakan salah satu tanaman akasia tropis yang mempunyai tingkat pertumbuhan paling tinggi serta tahan api. Total biomassa yang tercatat di Thailand sebanyak 207 ton kering/hektar pada umur 3 tahun (Doral dan Turnbull, 1997). Akasia ini juga dapat ditanam untuk mengontrol pertumbuhan gulma dan merupakan spesies tanaman yang efektif untuk rehabilitasi lahan yang banyak ditumbuhi oleh Imperata cylindrika (L) Raeuschel (Hanum, 1997).
2.3.2 Tahapan Proses Produksi Bibit Acasia Crassicarpa Berdasarkan panduan produksi seedling Acasia crassicarpa (T&D PT Arara Abadi, 2007), proses produksi bibit Acasia crassicarpa melalui beberapa tahapan yaitu : A. Perlakuan Benih Acacia crassicarpa sebelum Ditabur 1. Benih dikeluarkan dari kulkas sampai suhu kamar.
18 2. Persiapkan alat dan bahan : H2SO4 98% , ember plastik kapasitas kurang lebih 10 liter, ember besar kapasitas 50 liter, timer, sarung tangan karet, masker, celemek plastik. 3. Tuangkan H2SO4 98% ke dalam wadah yang berisi benih, rendam selama kurang lebih 10 menit (atau sesuai label) dengan volume benih : H2SO4 = 1:1. 4. Campurkan benih dan H2SO4 98 % dimasukkan dalam air bersih dengan volume 5 kali campuran benih dan H2SO4 98%. 5. Cuci dengan air bersih sebanyak 5-6 kali, sambil buang benih yang mengapung/jelek. 6. Benih dicuci dengan air mengalir sampai tumpah kurang lebih 30 menit. 7. Rendam benih semalaman (12-15 jam). 8. Benih dikeringanginkan sebelum penaburan. 9. Jika masih banyak terdapat benih yang tidak mengembang , diulangi perlakuan dengan H2SO4 98% selama 5 menit dan ulangi tahapan 3 sampai 9. B. Media yang Digunakan dalam Pembibitan Acacia crassicarpa 1. Persiapan Media Bahan dan komposisi media yang digunakan mempunyai komposisi sebagai berikut : 1. Gambut : tanah = 2:1, komposisi pupuk NPK = 15:15:15 dosis 5kg/m3 SP36 3,5 kg/m3 Dolomite 6kg/m3. 2. Gambut , komposisi pupuk NPK = 15:15:15 dosis 5kg/m3 SP36 3,5 kg/m3 Dolomite 6kg/m3.
19 2. Pengadukan Media Pengadukan media dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1. 0,5 bagian gambut ditambah 0,5 bagian dolomite diaduk sampai rata. 2. Tambahkan 0,5 bagian tanah ditambah 0,5 bagian SP36 diaduk sampai rata. 3. Tambahkan 0,5 bagian NPK diaduk sampai rata. 4. Langkah 1-3 diulangi untuk 0,5 bagian sisanya. 5. Media dimasukkan kedalam karung plastik, kemudian siap digunakan. 3. Persipan Media dalam Tabung a. Persiapan rak dan tabung 1. Tabung dibersihkan dari media lama. 2. Tabung dimasukkan dalam bak air dan direndam selama 1 hari. 3. Rendaman tabung kemudian diaduk-aduk hingga tabung bersih. 4. Tabung direndam dalam fungisida kontak dalam bak/tangki desinfektan. 5. Tabung dimasukkan dalam rak besi atau rak plastik. b. Pengisian media ke tabung 1. Basahi tabung kemudian isi tabung dengan media yang telah disiapkan. 2. Rak dihentakkan supaya tidak ada kantong udara dalam tabung. 3. Isi media sampai 0,3-0,5 cm dibawah permukaan tabung. 4. Bersihkan media yang keluar dari tabung dengan sikat sapu. 5. Dibawa ke jalur nursery (dibawah atap plastik dan shade net 50%), disiram dengan disinfektan untuk penaburan. 4. Persiapan Media dalam Polybag a. Persiapan Bedeng 1. Bersihkan areal bedeng dari gulma dan kayu.
20 2. Buat bedeng dari kayu/papan ukuran 5m x 1m, dasar bedeng dialasi plastik atau weedblock . b. Pengisian Media dalam Polybag 1. Ukuran polybag 12cm x 8cm (dalam keadaan terbuka) tebal 0,1mm– 0,2mm. 2. Polybag diisi media sampai penuh dan padat. 3. Polybag disusun dalam bedengan yang sudah dipersiapkan. C. Penaburan Benih Acacia crassicarpa Penaburan benih dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a. Penaburan benih dalam tabung 1. Basahi media tabung sebelum penaburan. 2. Buat lubang dengan kayu dengan kedalaman 0,5cm. 3. Letakkan satu benih pada separuh bagian pertama rak, dan dua benih pada bagian sisanya. 4. Tutup taburan dengan gambut halus ditambah ridomil gold (5gr ridomil gold/3 liter gambut) sampai permukaan tabung. 5. Siram sampai basah dan diberi label yang berisi no seedlot dan tanggal tabur. Setelah 21 hari, bila benih belum berkecambah maka dikeluarkan dari rak. b. Penaburan benih dalam polybag 1. Penaburan benih dilakukan dibawah atap plastik dan shade net 50%70%. 2. Siram media dalam polybag dengan larutan fungisida. 3. Buat lubang dengan kayu dengan kedalaman 0,5cm.
21 4. Letakkan satu benih pada separuh bagian pertama bedeng dan dua benih pada bagian sisanya. 5. Tutup taburan dengan gambut halus ditambah ridomil gold (5gr ridomil gold/3 liter gambut) sampai permukaan polybag. 6. Siram sampai basah dan diberi label yang berisi no seedlot dan tanggal tabur. 7. Setelah 21 hari bila benih belum berkecambah maka dikeluarkan dari bedeng. D. Perawatan Bibit Acacia crassicarpa a. Penyiraman di tabung dan polybag 1. Kebutuhan air bervariasi tergantung pada umur tanaman, kondisi naungan, tipe tanaman dan cuaca. 2. Penyiraman bibit seedling dibawah naungan dilakukan 3 kali sehari sampai media basah, gunakan nozzle pada saat penyiraman. 3. Di area terbuka (umur bibit lebih dari 50hari) penyiraman dilakukan 2-3 kali sehari sampai media basah. b. Pemupukan 1. Timbang pupuk sesuai dengan dosisnya. 2. Pupuk dituangkan ke dalam ember berisi air. 3. Pupuk diaduk sampai larut. 4. Pupuk dituangkan kedalam ember besar/drum yang berisi air kemudian diaduk hingga rata. 5. Larutan pupuk disemprotkan dengan menggunakan pompa/solo sprayer.
22 c. Penyemprotan fungisida/insektisida 1. Penyemprotan dimulai pada umur 21 hari. 2. Penyemprotan fungisida/insektisida dengan menggunakan pompa/solo sprayer 1 atau 2 kali seminggu 3. Dosis sesuai dengan rekomendasi R&D PT Arara Abadi. 4. Penggunaan pestisida harus bergilir , maksimal 2 kali pemakaian pada satu jenis pestisida. d. Weedling/penyiangan Weedling/penyiangan yaitu membuang rumput/gulma yang ada di dalam tabung/polybag supaya tidak menggangu tanaman utama. Weddling/penyiangan dilakukan sejak 3 minggu setelah penaburan.Weedling/penyiangan dilakukan dengan herbisida untuk gulma di bawah rak bibit atau di sekitar area nursery/bedeng untuk menjaga kebersihan nursery.
E. Penambahan Media Acacia crassicarpa Penambahan media dilakukan bila media dalam tabung berkurang kurang lebih 1cm dari permukaan tabung. Penambahan media menggunakan media standar (tanah dicampur dengan gambut). Penambahana media dilakukan dengan mengambil bibit terlebih dahulu kemudian media ditambahkan lalu bibit ditanam dan dikembalikan ke rak semula.
23 F. Proses Seleksi pada Bibit Acacia crassicarpa Seleksi pertama (penyapihan) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Seleksi dilakukan mulai umur 10-15 hari. b. Ambil kecambah yang tumbuh lebih dari 1 kecambah dalam satu tabung. c. Tinggi kecambah 2-3cm. d. Buat lubang di tengah tabung/polybag kosong (yang benihnya tidak tumbuh atau media baru). e. Saat tanam akar tidak boleh bengkok jika perlu akar dipotong. Seleksi kedua dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Dimulai umur 30 hari setelah tabur dengan melakukan penjarangan 66% (dilakukan pada bibit dalam tabung). b. Menggelompokkan bibit dengan ketinggian yang sama, bibit dikelompokkan menjadi rak/bedeng, bibit yang besar pada rak/bedeng lainnya. c. Pisahkan bibit yang sehat dengan yang terserang hama penyakit supaya tidak menyebar. Seleksi ketiga atau bibit siap tanam Kriteria pada seleksi ketiga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Seleksi Ketiga pada Bibit Acasia crassicarpa dalam Tabung dan Polybag No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Parameter Umur Tinggi Jumlah daun Diameter batang Kekompakkan akar Kesehatan tanaman
Kriteria Tabung ≥2,5 bln, ≤6 bln ≥20cm ≥4helai >2mm kompak Sehat, bebas HPT
Polybag ≥2,5 bln, ≤5 bln ≥25 cm, ≤60cm ≥4helai ≥3mm Kompak & tanpa akar kait (J-root) Sehat, bebas HPT
24 2.4
Tanggungjawab Perusahaan
2.4.1 Pengertian Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Resposibility / CSR) Sekarang, seiring dengan makin kompleksnya kepemilikan sebuah usaha, Konsep Corporate Social Resposibility (CSR) menjadi meluas maknanya, salah satunya adalah “Niat baik dan Komitmen dari perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, keberlanjutan pengembangan masyarakat, ekonomi lokal sehingga memberikian kontribusi juga terhadap keberlanjutan perusahaan. Kegiatan tersebut dilakukan bekerjasama antara perusahaan dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal (masyarakat), dan lingkungan secara luas dalam”. Kegiatan tersebut harus dimulai dengan
membangun
hubungan
yang
harmonis
antara
perusahaan
dan
lingkungannya dalam arti yang luas. Sama halnya ketika kita berbicara mengenai community development, hal itu tidak terlepas dari tanggungjawab sosial dunia usaha (Corporate Social Resposibility-CSR) sebagai mitra pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Definisi Corporate Social Resposibility menurut World Business Council on Sustainable Development seperti dikutip oleh Ingelia (2007) adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Tanggungjawab sosial perusahaan berarti bahwa perusahaan harus mampu bertanggungjawab terhadap semua kegiatannya yang mempengaruhi manusia, komunitas mereka dan lingkungan. Hal tersebut berdampak pada kesejahteraan
manusia
dan
masyarakat.
Jadi,
perusahaan
tidak
hanya
25 mempertimbangkan keuntungan atau profit saja tetapi memperhitungkan masalah sosial masyarakat sekitarnya. Tanggungjawab perusahaan mencakup empat jenjang yang merupakan satu kesatuan, yaitu : ekonomis, hukum, etis, dan filantropis. Tanggungjawab ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai pondasi untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Namun dalam tujuan mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggungjawab secara hukum dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Secara etis perusahaan juga bertanggungjawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma-norma kemasyarakatan. Tanggungjawab filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya. Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomi-bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. Dengan pemahaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa, CSR adalah prasyarat perusahaan untuk bisa meraih legitimasi sosiologiskultural yang kuat dari masyarakatnya. Perlu disyukuri bahwa kecenderungan terakhir ini di Indonesia banyak perusahaan swasta yang telah menjalankan prinsip-prinsip CSR. Dalam tataran praktis, CSR seringkali diinterpretasikan sebagai pengkaitan antara pengambilan keputusan dengan nilai-nilai etika, pemenuhan kaidah-kaidah hukum serta menghargai martabat manusia, masyarakat dan lingkungan. Kini diakui telah banyak perusahaan yang mulai sadar akan pentingnya menjalankan CSR, meskipun masih banyak juga yang belum menjalankannya dengan benar. Dari
26 segi besaran uangnya, banyak perusahaan yang sudah memberikannya dalam jumlah yang cukup besar, ada yang sedang tapi juga ada yang hanya sekedarnya saja. Dari sisi cara penyampaian dan peruntukannya, banyak perusahaan yang yang sudah well-planned dan bahkan sangat integrated sedemikian rupa sehingga sangat sistematis dan metodologis. Dalam tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) terdapat enam pilihan program bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggungjawab sosial perusahaan. Keenam inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah (1) cause promotions, dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah sosial tertentu, seperti bahaya narkotika, (2) cause-related marketing yaitu bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk periode tertentu atau produk tertentu, (3) corporate social marketing, dengan membantu pengembangan maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk mengubah perilaku terentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti kebiasaan lalu lintas yang beradab, (4) corporate philantrhopy, berupa inisiatif perusahaan dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal atau lebih sering dalam bentuk donasi dan sumbangan tunai, (5) community volunteering, yang memberikan bantuan dan mendorong karyawan serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat dan (6) social responsible businees practices yang berupa inisiatif dimana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu sera investasi yang ditujukan
27 untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan (Kotler dan Lee, 2005 dalam Ingelia 2007).
2.5
Community Development
2.5.1 Pengertian Community Development (CD) Community Development merupakan gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup komunitas secara keseluruhan dengan partisipasi aktif dan inisiatif dari komunitas (Brokensha dan hodge, 1969 dalam Ingelia 2007). Community Development merupakan kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat dalam mencapai kondisi kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan sekaligus sebagai upaya pemberdayaan untuk mendukung kesejahteraan dan kemandirian komunitas. Dalam CD keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama, dan sumber daya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak. Bentuk CD ini adalah yang paling populer dan banyak diaplikasikan oleh berbagai pihak. Dasar pemikiran bentuk CD ini adalah, perlunya sinergi dari potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal dengan yang dikuasai oleh aktor luar. Keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan juga diharapkan dapat mengembangkan rasa memiliki terhadap inisiatif pembangunan yang adab sekaligus
membuat
proyek
pembangunan menjadi lebih efisien. Masyarakat menjadi pemilik dari proses pembangunan. Peran aktor dari luar dalam kondisi ini lebih sebagai sistem pendukung bagi proses pembangunan. Sedangkan letak peran perusahaan sangat penting sebagai agen perubahan masyarakat, dalam menentukan program-program CD nya masing-masing, sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
28 Berdasarkan definisi konsep Community Development yang ada, terdapat benang merah dimana Community Development merupakan upaya pemberdayaan untuk mendukung kesejahteraan dan kemandirian komunitas di mana terdapat unsur partisipasi. Terkait dengan Community Development, pemberdayaan pada dasarnya memilki unsur pokok yaitu partisipasi. Menurut Dawan Raharjo dalam Ingelia (2007), partisipasi memilki dua pemahaman yakni partisipasi horisontal dan partisipasi vertikal masyarakat. Partisipasi horisontal merupakan suatu kondisi di mana masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakasa, setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horisontal satu dengan yang lain baik dalam melakukan usaha bersama maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Bentuk partisipasi seperti ini merupakan suatu permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri. Sedangkan partisipasi vertikal merupakan suatu kondisi tertentu di mana masyarakat terlibat dan mengambil bagian dalam suatu program pihak lain dalam menempatkan posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. 2.5.2 Community Development dalam Sektor Industri 2.5.2.1 Peranan Community Development Keberadaan industri pada dasarnya merupakan suatu usaha guna mengubah kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik. Djajaningrat dalam Ingelia (2007) memaparkan bahwa sudah selayaknya industri menempatkan Community Development sebagai sarana transformasi sosial yang berperan sebagai komunikator antara industri dan masyarakat. Transformasi sosial dapat berhasil apabila masyarakat menyadari akan hak-hak dan kewajibannya serta memiliki kapasitas untuk pelaksanaan. Maksudnya, masyarakat bertindak sebagai
29 pelaku atau subjek dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya. Kemudian, transformasi sosial dalam proses harus berbasis pada pemanfaatan sumberdaya setempat agar tepat guna dan tepat sasaran. Pada akhirnya, sasaran yang ingin dicapai yaitu kapasitas masyarakat melalui upaya pemberdayaan, kesetaraan, keamanan, keberlanjutan dan kerjasama harus berjalan secara simultan, sehingga tercapai sasaran berikutnya, yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat secara merata dan berkelanjutan. Program Community Development ini berkaitan dengan tiga hal penting, yaitu pertama, konsep yang merupakan inti dari semua hal terkait dengan program mulai
dari
perencanaan,
implementasi,
pengorganisasian,
evaluasi
dan
pemantauan. Kedua, komitmen dari manajemen puncak perusahaan untuk melaksanakan Community Development secara optimal dengan didukung oleh sumberdaya manusia berkualitas yang memilki komitmen dan dedikasi untuk melaksanakan program, serta struktur organisasi. Ketiga, dana sebagai komponen terakhir yang tidak dapat dikesampingkan karena sebagai salah satu unsur penggerak yang melengkapi unsur lainnya. Implementasi program Community Development perusahaan ternyata bervariasi bergantung pada pemahaman, konsep, komitmen dan kebijakan penunjang top management, expertise pejabat pelaksana, dan kondisi di lapangan (kebutuhan dan urgensi). Masing-masing perusahaan mempunyai model dan kiat sendiri. Berikut adalah empat model kedermawaan perusahaan (corporate giving). Pertama, perusahaan terlibat langsung. Perusahaan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui corporate secretary, public affair, hubungan masyarakat atau manager
30 Community Development. Kedua, melalui yayasan atau organisasi sosial. Hal ini lazim diterapkan di negara maju. Yayasan didirikan di bawah naungan perusahaan atau group. Perusahaan mengalokasikan dana abadi, dana rutin tahunan bagi kegiatan sosialnya. Ketiga, bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten. Umumnya lembaga tersebut adalah LSM, perguruan tinggi dan media massa. Keempat, membentuk atau bergabung dengan konsorsium. Perusahaan ikut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujua sosial tertentu. Realitas menunjukkan bahwa dana yang ditanggung oleh dunia usaha untuk melaksanakan penberdayaan atau pembangunan masyarakat memang tidaklah sedikit. Namun demikian, besarnya dana tidak boleh menjadi halangan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama mereka yang berdiam di sekitar lokasi pabrik atau industri. Dari
segi
pendanaan
kegiatan,
Community
Development
harus
dilaksanakan dengan prinsip kemandirian masyarakat. Harus dihindarkan adanya ketergantungan masyarakat secara fisik maupun psikologi terhadap industri, karena pada dasarnya industri yang beradaptasi dengan masyarakat dan bukan sebaliknya. Dengan demikian, pendanaan kegiatan bukan sebagai charity, dimana pendanaan selesai berarti kegiatan yang bersangkutan selesai pula, melainkan sistem pendanaan harus mampu memberikan pesan dan manciptakan rasa tanggungjawab dalam diri masyarakat terhadap kegiatan yang berlangsung. Pendanaan oleh industri dapat dijadikan modal dalam menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat (Djajaningrat dalam Ingelia, 2001).
31 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji penelitian-penelitian yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, komoditas, produk maupun alat analisis yang sama sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan penelitian yang telah dilakukan agar dapat dijadikan bahan pembelajaran. Selain itu, diharapkan penulis dapat mencari hal-hal yang membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian mengenai analisis kelayakan suatu usaha telah banyak dilakukan dengan menggunakan berbagai alat analisis dan metode. Begitu pula penelitian mengenai tanaman hutan. Tabel 4 (halaman 33) menunjukkan beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan suatu usaha dan pembibitan tanaman. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan analisis kelayakan pengembangan usaha pembibitan Acasia crassicarpa dengan studi kasus Koperasi Bunut Abadi Kabupaten Siak, Riau sebagai salah satu program pengembangan masyarakat PT Arara Abadi, Riau. Selama ini belum banyak penelitian yang mengkaji kelayakan pembibitan tanaman hutan khususnya Acasia crassicarpa sebagai salah program pengembangan masyarakat oleh suatu perusahaan yang bergerak dibidang Hutan Tanaman Industri (HTI). Alat analisis yang digunakan tidak jauh berbeda dengan alat analisis yang digunakan pada penelitian terdahulu yaitu analisis aspek pasar, teknis, sosial, hukum, manajemen serta analisis kelayakan investasi seperti Net B/C, NPV, IRR, payback periode. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti ingin melihat
keterkaitan
antara
program
pengembangan
masyarakat
sebagai
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar perusahaan (PT
32 Arara Abadi) dengan analisis kelayakan pembibitan Akasia yang merupakan salah satu
dari
program
pengembangan
masyarakat.
Program
pengembangan
masyarakat disini merupakan bentuk konkret dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dimana program ini dapat menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia serta dapat meminimalkan terjadinya konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar perusahaan.
Tabel 4. Hasil Penelitian Terdahulu No 1.
Penulis Bayu Triaryanto (2003)
Judul Kajian Pengembangan Bisnis Kelayakan Investasi Pembibitan bunga Krisan di PT. Inggu Laut AbadiCianjur
Metode
2.
Maylina (2005)
Analisis Kelayakan Usaha Kelayakan aspek pasar dan teknis Pembibitan Tanaman Hias (Deskriptif) Ruscus Aculeatus dengan Kelayakan Teknik Kultur Jaringan di Finansial: Balai Penelitian Tanaman NPV, Net B/C, Hias Segunung-Cianjur
Analisis Deskriptif NPV Net B/C IRR Payback Periode Switching Value
IRR,
Payback
Hasil Hasil analisis kelayakan secara finansial untuk pengusahaan krisan dengan metode kultur jaringan menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV sebesar Rp. 117.929.804 menunjukkan hasil yang positif artinya selisih penerimaan bersih saat ini dengan nilai sekarang biaya lebih besar nilai penerimaan bersih. Nilai IRR sebesar 53 % dengan membandingkan tingkat discount rate (12%) maka akan lebih menguntungkan apabila kegiatan investasi dilakukan pada usaha ini. Net B/C menunjukkan angka 3,13 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan 3,13 rupiah. Masa pengembalian investasinya yaitu selama dua tahun. Maksimal nilai peralihan (switching value) penurunan produksi sebesar 27%. Apabila lebih dari itu maka usaha tidak layak untuk dijalankan. Batas toleransi kenaikan biaya operasional adalah sebesar 51%. Apabila kenaikan biaya operasional lebih dari itu, maka usaha tersebut menjadi tidak layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Analisis terhadap aspek pasar usaha pembibitan Ruscus Aculeatus ini layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang terus meningkat pada satu tahun terakhir baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kondisi ini menandakan bahwa terdapat pasar potensial di masa depan dengan semakin berkembangnya florikultur di Indonesia. serta dari aspek teknis usaha ini layak
33
Periode, Break dijalankan karena usaha pembibitan ini memiliki Even Point (BEP), kecocokan dalam hal agroklimat Hasil analisis finansial terhadap pembibitan Ruscus Switching Value
Aculeatus dengan teknik kultur jaringan , baik dengan menggunakan botol sedang maupun botol besar dinyatakan layak untuk dilaksanakan karena memenuhi kriteria kelayakan investasi seperti nilai NPV yang positif, IRR diatas discount rate, Net B/C lebih dari satu dan Payback Periode yang kurang dari umur proyek. Perbandingan antara kedua alternatif kemasan menunjukkan bahwa penggunaan botol sedang lebih menguntungkan daripada botol besar karena nilai kriteria invetasi secara keseluruhan baik. Sedangkan berdasarkan analisis sensitivitas, pada botol sedang penurunan jumlah output sebesar 20% memiliki efek paling sensitif dibanding dengan perubahan lainnya yaitu peningkatan harga biaya variabel sebesar 20% dan penurunan harga output sebesar 10%, hal ini masih dapat dikatakan bahwa usaha pembibitan ini layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan Break Event Ponit (BEP) output agar usaha yang dijalankan tidak mengalami kerugian yaitu dalam penggunaan botol sedang, BEP harga adalah Rp. 8.623,13. Untuk BEP outputnya yaitu 7.665 botol. Sedangkan untuk penggunaan botol besar BEP harganya sebesar Rp. 56.362,50 dan BEP output adalah 2.672 botol.
34
3.
Dikkie Aditya Analisis Kelayakan Usaha S. Kelas Pengusahaan Acacia (2006) Mangium KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
Anlisis Dekriptif terhadap aspek non finansial NPV BCR (Benefit Cost Ratio) IRR
Usaha pengelolaan kelas perusahaan Acacia mangium KPH Bogor pada tingkat suku bunga 6% dan 12% layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Sedangkan untuk tingkat bunga 18% tidak layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis kelayakan usaha pada tingkat harga berlaku pada umur proyek selama 10 tahun (satu kali daur teknik), dengan suku bunga 6% didapatkan NPV sebesar Rp. 1.189.517.049 dan nilai BCR sebesar 2,99. Sedangkan pada suku bunga 12% nilai NPV sebesar Rp. 533.326.323 dan nilai BCR sebesar 2,07. Pada suku bunga 18% nilai NPV sebesar Rp. 186.801.559 dan nila BCR sebesar 1,44. IRR di semua tingkat bunga (6%, 12%, 18%) dengan menggunakan harga berlaku, memiliki nilai yang sama yaitu 24,08%. Berdasarkan analisis kelayakan usaha menggunakan harga konstan pada umur proyek selama 10 tahun. Pada suku bunga 6% didapatkan NPV sebesar Rp. 233.476.297 dan nilai BCR sebesar 1,47. Sedangkan pada suku bunga 12% nilai NPV sebesar Rp. 1.265.275 dan nilai BCR sebesar 1,00. Pada suku bunga 18% nilai NPV sebesar Rp. 113.903.360 dan nila BCR sebesar 0,68. IRR di semua tingkat bunga (6%, 12%, 18%) dengan menggunakan harga berlaku, memiliki nilai yang sama yaitu 12,05%.
35
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kegiatan investasi yang dilakukan di sektor pertanian khususnya kehutanan mempunyai resiko yang cukup besar. Karena itu diperlukan perencanaan serta pengkajian yang mendalam dan menyeluruh mengenai pemanfaatan modal, untuk mengetahui besarnya manfaat yang diperoleh dan besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Hal itu terjadi karena modal merupakan salah satu faktor produksi yang langka, sehingga di dalam usaha untuk memiliki, menguasai, mengontrolnya harus dilakukan secara ekonomis. Oleh karena sebelum Koperasi Bunut Abadi dan para stakeholder memutuskan untuk memperluas atau mengambil pola alternatif usaha pembibitan Akasia (Acacia crassicrapa), harus dilakukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan pengembangan usaha, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu proyek dalam memberikan manfaat sehingga resiko kerugian di masa yang akan datang dapat diantisipasi.
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek bisnis pada dasarnya merupakan proyek investasi. Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta pengguna masukan (input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Analisis kelayakan usaha atau juga dapat disebut sebagai studi kelayakan proyek perlu dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat
37 memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan. Sedangkan menurut Gittinger (1986) proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Tujuan
melakukan
studi
kelayakan
adalah
untuk
menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Suwarsono, 2000). Dengan analisis proyek, tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi proyek dapat diketahui, pemborosan terhadap sumberdaya dapat dihindarkan, serta memilih proyek yang paling menguntungkan di antara berbagai proyek investasi yang ada. Menurut Umar (2005) Studi kelayakan suatu proyek biasanya berupa laporan tertulis yang berisi berbagai informasi tentang tingkat kelayakan suatu proyek untuk direalisasikan. Informasi yang terkandung dalam laporan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu, misalnya pihak investor, pihak kreditor, pihak manajemen perusahaan serta bagi pihak pemerintah dan masyarakat. Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang dijalankan, pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain :
38 1. Investor Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat keuntungan yang diharapkan). 2. Kreditur (Bank) Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan proyek. 3. Pemerintah Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan proyek tersebut. 3.1.2 Aspek Non Finansial Analisa proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga harus dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Dalam menganalisa suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaanya (Gittinger, 1986). Aspek-aspek yang termasuk dalam persiapan dan analisis proyek tersebut antara lain : 1. Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang paling penting untuk dikaji dari semua aspek dalam studi kelayakan. Dari aspek tersebut dapat diketahui perkiraan penjualan yang akan diraih yang disesuaikan dengan kapasitas produksi suatu
39 perusahaan dalam memenuhi kapasitas pasar tersebut. Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran. Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terusmenerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisa aspek pasar dan pemasaran ini mengkaji bentuk pasar, proyeksi permintaan, penawaran, pembentukan harga, dan program pemasaran hasil bibit Akasia (Acacia crassicrapa). 2. Aspek Teknis Aspek teknis yaitu analisa yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti karakteristik produk diusahakan, lokasi di mana proyek akan didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih (Husnan dan Suwarsono, 2000). 3. Aspek Manajemen Analisis
aspek
manajemen
memfokuskan
pada
kondisi
internal
perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.
40 4. Aspek Hukum Husnan dan Suwarsono (2000) menyebutkan bahwa aspek hukum meliputi bentuk badan usaha yang dipergunakan, jaminan yang dipakai jika mengadakan pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin yang diperlukan. 5. Aspek Sosial Aspek sosial perlu dipertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Proyek harus tanggap pada keadaan sosial. 3.1.3 Aspek Finansial Hal yang dianalisa pada aspek ini adalah analisa kebutuhan dan sumber dana, yaitu kebutuhan untuk aktiva tetap dan modal kerja, analisa kas proyek dan analisa penilaian investasi, yaitu menghitung penyesuaian terhadap tingkat bunga. Selain itu dianalisa pula aliran uang dan analisa sensitivitas, menganalisa sejauh mana proyek ini tetap layak apabila terjadi perubahan-perubahan pada faktorfaktor yang mempengaruhinya. 3.1.3.1 Teori Biaya dan Manfaat Menurut Gittinger (1986), secara sederhana biaya (cost) adalah sesuatu yang mengurangi suatu tujuan. Biaya tersebut dikeluarkan sebelum bisnis dimulai dan akan terus ada selama bisnis berlangsung. Sedangkan manfaat (benefit) didefinisikan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya atau segala sesuatu yang menambah tujuan. Untuk melakukan analisis proyek, biaya dan manfaat yang diperhitungkan adalah biaya dan manfaat yang dapat diukur nilainya (tangibel). Yang termasuk ke dalam biaya tangibel diantaranya adalah (1) biaya investasi, yaitu biaya yang
41 dikeluarkan untuk memulai suatu usaha dan (2) biaya operasional, yaitu biaya yang muncul ketika suatu usaha berjalan. Biaya ini mencakup biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang jumlahnya tidak tergantung oleh jumlah produksi yang besarnya selalu tetap (konstan). Biaya variabel (Variable cost) merupakan biaya yang bergantung pada volume produksi atau dapat disebut biaya aktivitas usaha. Sedangkan komponen yang termasuk ke dalam manfaat tangibel adalah penerimaan penjualan perusahaan. 3.1.3.2 Analisis Rugi Laba Tujuan suatu proyek dalam menghasilkan laba dapat diketahui melalui proses akuntansi yaitu dengan memperbandingkan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan, hal tersebut tercermin dalam laporan rugi laba perusahaan. Menurut Iman (2002), laporan rugi laba (income statement) merupakan cara untuk melihat profitabilitas suatu usaha, yang penyajiannya harus dilakukan dengan sistematika sedemikian rupa, sehingga mudah diikuti urutan jalannya perhitungan dari awal sampai akhir. Laporan ini dimulai dengan pendapatan penjualan kemudian dikurangi dengan biaya produksi sampai pada pendapatan kotor. Biaya produksi adalah semua biaya untuk memproses atau mengolah barang atau jasa, seperti upah tenaga kerja dan bahan baku. Biaya–biaya administrasi, penjualan, serta depresiasi dijumlahkan, dan bila ini dikurangkan dengan pendapatan kotor akan diperoleh angka laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax-EBIT). Selanjutnya, diperhitungkan pengeluaran untuk membayar bunga utang dan pajak sampai didapatkan laba bersih yang
42 setelah dikurangi untuk deviden tersisa jumlah yang disebut laba ditahan. Jadi laporan ini dapat dilihat berapa besar keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu tertentu. 3.1.3.3 Analisis Kelayakan Finansial Analisis finansial dalam kerangka evaluasi proyek lebih bersifat analisa terhadap suatu arus dana. Analisis finansial adalah suatu analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya dalam suatu proyek atau orang-orang yang berkepentingan langsung dalam pembangunan proyek (Kadariah et. Al., 1999). Analisis finansial melihat manfaat proyek bagi proyek itu sendiri. Sehingga dalam analisa finansial, untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai harus menyertakan definisi-definisi mengenai manfaat-manfaat dan biaya-biaya yang berkaitan dengan suatu proyek. Menurut Gittinger (1986) manfaat secara sederhana didefinisikan sebagai segala sesuatu yang membantu suatu tujuan, sedangkan biaya merupakan segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan. Manfaat yang berkaitan dengan proyek pertanian biasanya berupa nilai produksi total, pinjaman, dan nilai sewa. Sedangkan biaya yang berkaitan dengan proyek pertanian biasanya berupa investasi, biaya operasional, dan biaya-biaya lainnya. Untuk menganalisa aspek finansial dari suatu proyek, dapat digunakan metode-metode atau kriteria-kriteria penilaian investasi. Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisis switching value.
43 1. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan rasio keuntungan per biaya. Rasio ini adalah angka pembanding antara jumlah Present Value yang bernilai positif dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah: Net B/C = 1, maka proyek tidak untung dan tidak rugi Net B/C > 1, maka proyek layak untuk diusahakan Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk diusahakan 2. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) atau Nilai sekarang bersih dari arus manfaat dan arus biaya merupakan nilai bersih sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi, yaitu merupakan selisih antara manfaat dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. NPV dari suatu proyek merupakan nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal (Keown, 2001). Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan layak dilaksanakan.
44 NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan (tidak layak) dan sebaiknya tidak dilaksanakan. 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0). Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Penerapan metode ini lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan penerapan metode NPV, karena dalam hal tertentu terdapat kemungkinan dihasilkan nilai IRR yang lebih dari suatu yang dapat membuat nilai NPV sama dengan nol. Hubungan antara NPV dengan IRR dapat dilihat pada Gambar 1. PV
+ Ongkos tetap
0
_ IRR
i Gittinger (1986) Sumber : Analisis ekonomis proyek-proyek pertanian, Gambar 1. Grafik Hubungan Antara NPV dan IRR
45 Gambar 1 menunjukkan hubungan antara nilai Net Present Value (NPV) dengan tingkat diskonto(i) tertentu. Nilai NPV bernilai nol pada saat tingkat diskonto yang digunakan sama dengan IRR (i=IRR). Nilai NPV akan bernilai positif apabila tingkat diskonto yang digunakan lebih rendah daripada IRR. Nilai NPV akan bernilai negatif jika tingkat diskonto yang digunakan lebih tinggi daripada IRR 4.
Payback Periode (PBP) Discounted Payback Periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000). Tingkat pengembalian investasi (Payback Periode) yang digunakan yaitu Payback Periode Diccounted. Nilai PBP berupa satuan waktu, dimana nilai PBP berbanding terbalik dengan NPV. Jika nilai NPV semakin besar, maka nilai PBP semakin kecil. Nilai NPV yang besar menunjukkan pengembalian investasi semakin cepat. Suatu investasi dikatakan layak dilaksanakan jika nilai PBP kurang dari umur proyek atau kurang dari masa yang diisyaratkan. 3.1.3.4 Analisis Switching Value Untuk melaksanakan suatu proyek, semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan yang selalu berubah akan mempengaruhi biaya serta manfaat yang akan diperoleh, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
46 suatu kekeliruan atau ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat
adanya
perubahan-perubahan. Analisis Switching value (nilai pengganti) mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi untuk dilaksanakan. Pada analisis switching value dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang dapat terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0), nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat diskonto (IRR=i) yang digunakan, dan nilai Net B/C sama dengan satu (Net B/C=1) (cateris paribus). Artinya sampai tingkat berapa proyek yang dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau jumlah input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986).
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Semakin tingginya laju deforestasi yang disebabkan oleh kasus illegal
logging, kebakaran hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan rakyat dan lain sebagainya serta terbatasnya luas areal tanam untuk bibit Akasia (Acacia crassicrapa) sebagai upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dan tanggungjawab sosial perusahaan (Corporater Social Responsibility-CSR) berakibat pada peluang usaha dibidang pembibitan tanaman hutan. Selain mendukung usaha Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) serta tanggungjawab
47 sosial perusahaan (Corporater Social Responsibility-CSR) terhadap lingkungan, permintaan yang semakin tinggi dari kayu olahan oleh industri meubel, pulp dan paper dapat juga meningkatkan minat para investor untuk menjalankan usaha pembibitan tanaman hutan. Koperasi Bunut Abadi merupakan suatu lembaga sosial ekonomi yang bergerak dalam bidang pembibitan Akasia (Acacia crassicrapa) dimana usahanya masih berkembang, permintaan pasar terhadap bibit Akasia (Acacia crassicrapa) yang dihasilkan oleh Koperasi Bunut Abadi yang semakin meningkat menyebabkan perusahaan tidak mampu memenuhinya dikarenakan kapasitas bibit yang terbatas. Terbatasnya kapasitas bibit, mendorong pihak manajemen untuk mencari solusi terbaik dalam pengembangan usahanya tersebut. Solusi pengembangan usaha yaitu rencana investasi dengan dua alternatif usaha. Alternatif pertama yaitu pola usaha I, rencana investasi usaha pembibitan Acasia crassicarpa dengan menyewa lahan sebagai lahan persemaian bagi bibit Akasia (Acacia crassicrapa) dan alternatif kedua yaitu ppola usaha II, usaha pembibitan Acasia crassicarpa dengan membeli lahan sebagai input lahannya. Dimana dari kedua solusi alternatif ini dilihat kelayakannya baik dari kelayakan non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis, sosial, hukum dan manajemen. Serta kelayakan finansial yang berdasarkan kedua solusi alternatif yang dijalankan. Kedua solusi alternatif ini nantinya akan dipilih manakah pola usaha usaha yang memberikan tingkat pengembalian investasi yang besar sebagai rekomandasi untuk Koperasi Bunut Abadi sehingga Koperasi Bunut Abadi dapat mengambil keputusan rencana investasi yang tepat bagi pengembangan usaha yang dijalankan.
48 Dalam menganalisis kelayakan usaha, peneliti menganalisis melalui uji kriteria kualitatif ataupun uji kriteria kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan secara deskriptif terhadap analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek hukum dan aspek manajemen. Analisis kuantitatif dilakukan dengan melakukan analisis biaya dan manfaat, analisis rugi atau laba dan uji kelayakan investasi. Adapun alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
49 Hambatan – hambatan :
Potensi – potensi
1. Banyaknya kasus illegal logging dan kebakaran hutan yang disengaja maupun yang tidak disengaja 2. Terbatasnya luas areal tanam untuk bibit Akasia
1. Permintaan tinggi kayu olahan sebagai bahan dasar industri mebel, pulp dan papper 2. Kebijakan mengenai tanggungjawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar perusahaan 3. Lokasi yang strategis (dekat dengan bahan baku dan pasar)
Koperasi Bunut Abadi, Riau PT Arara Abadi, Riau Unit Community Development
Usaha yang sudah berjalan Rencana Investasi Pola usaha I Usaha pembibitan dengan menyewa
Usaha
Pola usaha II pembibitan dengan
membeli
Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Aspek Finansial
Kriteria Kelayakan Investasi 1. 2. 3. 4.
NPV IRR Net B/C Payback Periode
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
Analisis Sensitivitas 1. 2. 3.
Switching Value : Peningkatan biaya produksi&material Peningkatan BBM Penurunan jumlah output yang dijual
Layak
Tidak
Rekomendasi Usaha Keterangan : = Bimbingan (modal awal, teknis, jaminan pasar, dll) Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
Kriteria kelayakan aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek sosial
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Koperasi Bunut Abadi yang berada di Desa Pinang
Sebatang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Koperasi Bunut Abadi merupakan usaha yang bergerak di bidang pembibitan Akasia (Acacia crassicarpa) dan sedang mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam usahanya, juga karena Koperasi Bunut Abadi pada saat ini sedang membutuhkan tambahan modal untuk perluasan usahanya. Selain itu Koperasi Bunut Abadi merupakan suatu koperasi yang berdiri atas inisiasi dan kerjasama dengan unit Community Development PT Arara Abadi, dimana PT Arara Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri Hutan Tanaman Industri. PT Arara Abadi disini memberikan bimbingan dan bantuan modal dalam mengembangkan Koperasi Bunut Abadi sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April 2008 hingga bulan Juni 2008. Kegiatan penelitian mencakup pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data serta penulisan laporan.
4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer
mencakup data yang berhubungan dengan biaya sarana produksi, termasuk biaya investasi, biaya operasional dan biaya umum, jumlah produksi, tingkat harga, sumber modal, aspek legalitas perusahaan, aspek pasar, aspek teknis dan
51 manajemen serta aspek sosial usaha pembibitan Akasia. Data sekunder mencakup data mengenai sektor pertanian dan kehutanan secara umum. Data primer diperoleh langsung dari koperasi, melalui wawancara dengan pihak manajemen koperasi, pembimbing koperasi, petani mitra, pekerja lapang, dinas koperasi, kepala desa dan penyuluh pertanian setempat. Data sekunder diperoleh dari literatur di lembaga atau instansi yang ada kaitannya dengan masalah penelitian, seperti perpustakaan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan serta Biro Pusat Statistik.
4.3
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan
wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pihak manajemen koperasi, pembimbing koperasi, petani mitra dengan cara mengajukan pertanyaan untuk mengetahui gambaran umum koperasi, kondisi saat ini, jenis usaha yang sedang dikembangkan saat ini, jenis usaha yang akan dikembangkan dan biaya produksi serta manfaat yang diperoleh dalam usaha tersebut. Data sekunder diperoleh maelalui studi literatur.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh berupa jawaban secara kualitatif dan kuantitatif,
sehingga analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengkaji. Adapun aspek yang dibahas secara kualitatif yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen serta aspek
52 sosial. Sedangkan aspek yang dibahas secara kuantitatif dengan alat ukur satuan uang digunakan untuk menganalisis kelayakan secara finansial. Data kuantiatif diolah dengan menggunakan Microsoft excell 2007 dan kalkulator. Hasil pengolahan tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi dengan cara memasukkan data primer ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan dengan tujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Data kualitatif dikaji dan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif dan dalam bentuk tabel, bagan atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Perhitungan secara kuantitatif tersebut dilakukan terhadap 2 pola dengan pola investasi usaha yang berbeda-beda pada setiap pola usahanya. 1. Pola satu Pola satu menganalisis kelayakan investasi yang dilakukan terhadap usaha pembibitan Acacia crassicarpa bermitra dengan masyarakat dalam hal penggunaan lahan sebagai lahan persemaian bibit Akasia. 2. Pola dua Pola dua menganalisis kelayakan investasi yang dilakukan terhadap usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan sebagai input lahannya. 4.4.1 Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial 1. Aspek Pasar Analisis pada aspek pasar dilakukan dengan cara deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi pasar, pangsa pasar, dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan (Husnan dan Sarwono, 2000). Aspek pasar dikatakan layak jika potensi pasar Akasia dan pangsa pasar usaha pembibitan Akasia dinilai memadai untuk pemasaran produk, pasar input
53 tersedia dalam jumlah yang mencukupi, dan produk yang dimiliki memiliki daya saing atau keunggulan dibanding produk serupa yang dimiliki oleh perusahaan pesaing. 2. Aspek Teknis Analisis Aspek teknis dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Dalam aspek teknis dinilai lokasi proyek, tata letak atau layout pabrik, proses produksi serta teknologi yang digunakan (Husnan dan Sarwono, 2000). Aspek teknis dikatakan layak jika pemilihan lokasi proyek dan penerapan tata letak atau layout pabrik dapat memberikan kemudahan dalam distribusi dan pemeliharaan, kebutuhan pupuk dan pertisida sesuai dengan cara-cara pemeliharaan yang dianjurkan, dan kebutuhan bibit dapat mencukupi. 3. Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan secara deskriptif pada manajemen dalam operasi. Pada analisis ini dilihat bentuk usaha, jenis-jenis pekerjaan, persyaratan dalam menjalankan pekerjaan, struktur organisasi yang diterapkan dalam perusahaan dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Sarwono, 2000). Proyek dikatakan layak jika perusahaan menggunakan sistem manajemen sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan. 4. Aspek Hukum Analisis aspek hukum dilakukan secara deskriptif pada badan usaha. Pada analisis ini dilihat bentuk badan usaha yang dipergunakan, jaminan yang dipakai jika mengadakan pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin yang diperlukan. Proyek dikatakan layak jika perusahaan mempunyai izin resmi dari instansi
54 pemerintah baik berupa akta pendirian usaha ataupun sertifikat yang berkaitan dengan izin berdirinya usaha serta terdapat jaminan jika akan melakukan pinjaman. 5. Aspek Sosial Analisis aspek sosial dilakukan secara deskriptif kondisi sosial sekitar perusahaan. Pada analisis ini dilihat kondisi sosial dan dampak serta manfaat usaha terhadap pembangunan keseluruhan. Proyek ini dikatakan layak jika perusahaan mempunyai dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak negatif akibat mendirikan proyek tersebut. 4.4.2 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana perkiraan aliran kas akan terjadi. Pada umumnya ada empat metode yang bisa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Payback Periode, Net Present Value, Internal Rate of Return dan Net Benefit Cost Ratio. 4.4.2.1 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present value dari benefit bersih dalam tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penebut terdiri atas present value total dari benefit bersih yang bersifat negatif. Cara Penghitungan Net B/C dapat digunakan rumus di bawah ini.
55 Keterangan : Net B/C
= Nilai Benefit-cost ratio
Bt
= Manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct
= Biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n
= Jumlah tahun
i
= Tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Ratio adalah : - Net B/C
= 1, proyek tidak untung dan tidak rugi
- Net B/C
> 1, proyek menguntungkan, layak untuk diusahakan
- Net B/C
< 1, proyek merugikan, tidak layak untuk diusahakan
4.4.2.2 Net Present Value (NPV) Net present Value yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus
Dimana : Bt = Benefit atau manfaat sehubungan dengan adanya proyek pada tahun ke-t Ct = Biaya dari adanya proyek pada tahun ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau dana rutin/operasional i
= Suku bunga (discount rate)
n = Umur dari kegiatan
56 Kriteria penilaian : - jika NPV
> 0, maka usulan proyek diterima atau layak diusahakan
- jika NPV
< 0, maka usulan proyek ditolak atau tidak layak diusahakan
- jka NPV
= 0, nilai perusahaan tetap walaupun proyek diterima ataupun ditolak.
4.4.2.3 Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa datang, atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
Keterangan : i
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i’
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV = NPV yang bernilai positif NPV’ = NPV yang bernilai negatif Kriteria penilaian : Jika IRR yang didapat tenyata lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. 4.4.2.4 Payback Periode (PBP) Payback Periode (PBP) menunjukkan masa pengembalian investasi yang dikeluarkan oleh proyek setelah memperhitungkan nilai waktu uang, biasanya dinyatakan dalam satuan tahun , bulan, dan hari (Gittinger, 1986). Nilainya dapat
57 dicari dengan menggunakan nilai sekarang dari total manfaat bersih, sebagai berikut : PV =
FV (1 i ) t
Keterangan : PV
= Nilai sekarang dari net benefit (Rp)
FV
=Nilai masa depan dari net benefit (Rp)
i
=Tingkat diskonto
t
=Tahun ke-t Setelah mendapatkan nilai sekarang dari keuntungan bersih maka akan
dapat ditentukan pada tahun keberapa total biaya investasi dapat tertutupi oleh keuntungan. Masa pengembalian investasi ditunjukkan pada saat proyek mulai mengalami nilai present value yang positif. Semakin cepat tingkat pengembalian suatu usaha maka akan semakin baik. PBP = T + I B Bp
Keterangan : T
= Tahun sebelum terdapat PBP
I
= Tahun
B
= Jumlah penerimaan yang telah didiscounted sebelum PBP
Bp = Jumlah penerimaan pada PBP berada 4.4.3 Analisis Switching Value Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk
58 melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanyaperubahan di dalam perhitunagn biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Gittinger, 1986). Gittinger (1986) mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam analisis kelayakan proyek banyak asumsi yang digunakan. Pengguanaan asumsi ini memiliki ketidakpastian yang sudah diminimalkan berdasarkan nilai aktual yang terjadi di lapangan. Untuk menguji sensitifitas proyek terhadap perubahan asumsi pendapatan dan biaya operasional, digunakan 3 pola usaha. 1. Pola 1. Usaha mengalami peningkatan biaya produksi dan material dalam penelitian ini, biaya tesebut diantara biaya untuk penggunaan obat-obatan (pestisida, insektisida, herbisida), pupuk dan gambut, pasir dan polybag sebagai biaya material. Sedangkan biaya dan komponen lain tetap. 2. Pola 2. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami kenaikan. Biaya BBM disini digunakan sebagai operasional mesin molen (mesin pengaduk media) dan transportasi tanah dan gambut. Pada kondisi ini diasumsikan komponen lainnya termasuk pendapatan adalah tetap (konstan).
59 3. Pola 3. Usaha mengalami penurunan jumlah ouput (bibit Akasia) yang dijual yang mengakibatkan pendapatan penjualan serta beberapa komponen biaya menurun secara bersama-sama. 4.4.4 Metode Penentuan Umur Proyek Umur proyek biasanya dihubungkan ke umur produktif dari sebagian besar asset. Masa umur proyek adalah masa mulai dari pendirian proyek secara teknis dan atau secara ekonomis tidak dapat berfungsi lagi. Penentuan umur proyek didasarkan pada umur ekonomis dari bangunan media, hal ini didasarkan bahwa input bangunan media tersebut merupakan salah satu aset terpenting dalam usaha pembibitan Akasia. 4.4.5 Asumsi-asumsi Dasar Analisis kelayakan investasi dan keuangan usahatani digunakan untuk memperoleh gambaran finansial mengenai pendapatan dan biaya usaha, kemampuan usaha untuk membayar kredit, dan kelayakan usaha. Perhitungan ketiga hal tersebut memerlukan dasar-dasar perhitungan yang diasumsikan berdasarkan hasil survei dan pengamatan. Analisis kelayakan pengembangan usaha pembibitan Akasia ini menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu: a. Umur proyek diasumsikan berjalan selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis asset cukup penting dalam usaha pembibitan Akasia yaitu bangunan media b. Luas lahan yang akan diteliti adalah 4 ha yang terdiri dari 3 layout nursery. c. Biaya operasional ditetapkan berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
60 d. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembibitan Acacia crassicarpa yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi diasumsikan dikeluarkan pada satu tahun yaitu tahun ke nol untuk bangunan media dan terdapat biaya reinvestasi peralatan produksi yang dikeluarkan pada tahun kedua. e. Pada pola usaha I terdapat pengeluaran biaya operasional untuk menyewa
lahan sebagai lahan persemaian. Sedangkan pada pola usaha II tidak terdapat pengeluaran untuk menyewa lahan, melainkan terdapat biaya investasi pembelian lahan sebagai input lahan pada tahun ke nol. f. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual. g. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Negara Indonesia pada bulan April 2008 sebesar 5,25 persen5. Sumber modal seluruhnya merupakan modal sendiri, dalam hal ini modal dari Koperasi Bunut Abadi. h. Harga untuk seluruh output dan input meliputi harga-harga peralatan dan barang investasi yang digunakan dalam analisis adalah harga yang dipakai adalah harga pada saat penelitian dilakukan. i. Inflow dan Outflow merupakan proyeksi berdasarkan pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada tahun 2008. j. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis. k. Dilakukan dua pola usaha yaitu pola I usaha pembibitan Acacia crassicarpa bermitra dengan masyarakat dalam hal penggunaan lahan sebagai lahan
5
Bank Negara Indonesia. 2008. Suku Bunga Deposito BNI 46 . http://bni.co.id. Diakses tanggal 7 April 2008.
61 persemaian dan pola II usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan sebagai input lahannya. l. Pajak penghasilan yang digunakan adalah pajak progesif berdasarkan UU No.7 Tahun 1983 juncto (jo) UU No.17 Tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk Usaha Tetap, yaitu6: 1. Penghasilan ≤ 25.000.000 dikenakan pajak sebesar 5% 2. Penghasilan 25.000.000 – 50.000.000 dikenakan pajak sebesar 10% 3. Penghasilan 50.000.000 – 100.000.000 dikenakan pajak sebesar 15% 4. Penghasilan 100.000.000 – 200.000.000 dikenakan pajak sebesar 25% 5. Penghasilan 200.000.000 dikenakan pajak sebesar 35%
6
Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk Usaha Tetap. http://id.wikisource.org/wiki/Undang_Undang_Nomor_17_Tahun_2000. Diakses tanggal 6 April 2008.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1
Sejarah Umum Koperasi Bunut Abadi Koperasi Bunut Abadi berdiri pada tanggal 29 November 2002 yang
dilatar belakangi dari kelompok tani “Mekar Abadi” dimana anggotanya berjumlah 33 orang. Kelompok tani ini diprakarsai oleh Bapak Masri. Usahausaha yang dijalankan Koperasi Bunut Abadi mengalami perubahan-perubahan, yaitu : 1. Logging HTR
(Mei
2003 - Desember 2004).
2. Penanaman dan perawatan
(November 2004 - Mei 2005).
3. Nursery Akasia
(Agustus 2005 - sekarang).
4. Labour supply
(November 2005 - sekarang).
Koperasi Bunut Abadi didirikan pada tahun 2002 oleh masyarakat duun Bunut, Desa Pinang Sebatang atas inisiasi unit Community Development PT Arara Abadi. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa usaha yang dijalankan Koperasi Bunut Abadi mendapatkan izin usaha dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dengan SK. Nomor 20/BH/DKP.4/I.2/XI/2002. Mulai tahun 2002 hingga sekarang Koperasi Bunut Abadi berstatus sebagai badan usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan yaitu Koperasi. Selain mendapat izin dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah, Koperasi Bunut Abadi juga
mendapatkan
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan
(SIUP)
Kecil
No:
352/04.12/PK/I/2003 dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Koperasi Bunut Abadi juga mendapat legalitas dalam pembayaran pajaknya dari Direktorat Jenderal Pajak dengan No NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 02.251.092.9-
63 212.000. Selain adanya izin pendirian usaha yang diberikan oleh pemerintah setempat, Koperasi Bunut Abadi juga telah menunjukkan prestasinya. Hal ini dibuktikan Koperasi Bunut Abadi berhasil meraih penghargaan sebagai Koperasi berprestasi harapan II pada tahun 2005, Koperasi berprestasi harapan I pada tahun 2006 dan Koperasi berprestasi III pada tahun 2007 dari pemerintah daerah Kabupaten Siak. Pendirian Koperasi Bunut Abadi didasarkan atas potensi yang ada di Desa Pinang Sebatang, yang berbatasan langsung dengan konsesi HTI PT Arara Abadi. Pada saat itu masyarakat tertarik dan mulai membangun Hutan Tanaman Rakyat (HTR) pada lahan kosong bekerjasama dengan PT Arara Abadi. Mulai tahun 2004, dengan bimbingan dan pinjaman modal dari PT Arara Abadi, koperasi merintis membangun pembibitan tanaman industri dengan jenis tanaman Acacia crassicarpa. PT Arara Abadi Unit Community Development berperan dalam pembinaan koperasi masyarakat yang meliputi permodalan awal, pengadaan benih bersertifikat, pendampingan (bimbingan teknis) dan jaminan pasar. Berdasarkan penilaian dari unit nursery PT Arara Abadi, bibit yang dihasilkan koperasi telah memenuhi standar kualitas yang ditentukan perusahaan, sehingga diterima sebagai salah satu pemasok bibit dan selanjutnya mengadakan kontrak kerjasama dengan PT Arara Abadi. Kontrak kerjasama dengan PT Arara Abadi berkaitan dengan jaminan pasar untuk pasokan bibit Akasia yang dijual.
64 5.2
Gambaran Umum Lokasi Pembibitan Acasia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi Lahan persemaian Koperasi Bunut Abadi terdapat di Desa Pinang
Sebatang, Kecamatan Tualang dengan luas areal persemaian adalah 4 hektar. Saat ini lahan persemaian yang digunakan adalah memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Koperasi Bunut Abadi. Lokasi persemaian berada 50 meter dari sisi jalan raya yaitu tepat di belakang kantor Koperasi Bunut Abadi. Pemilihan lokasi persemaian didasarkan pada ketersediaan dengan sumber air, listrik dan dekat dengan perkampungan, sehingga dapat menjamin ketersediaan tenaga kerja. Adapun batas lokasi persemaian Koperasi Bunut Abadi adalah : Utara : permukiman masyarakat. Selatan : permukiman masyarakat. Barat : tanaman Eucalyptus R&D PT Arara Abadi. Timur : permukiman masyarakat.
5.3
Struktur Organisasi Koperasi Bunut Abadi Koperasi Bunut Abadi sebagai suatu lembaga yang memiliki badan hukum
harus mempunyai struktur organisasi. Koperasi Bunut Abadi mengalami beberapa pergantian struktur organisasi dalam kurun waktu 5 tahun. Perubahan-perubahan struktur organisasi sebagai berikut : Struktur organisasi pendirian koperasi Ketua
: Masri
Wakil ketua
: Dwin Suparminato
65 Sekretaris
: M. Nasir S.Ag
Wakil sekretaris
: Herman
Bendahara
: Zamzali F.
Struktur organisasi pada tahun 2003 Ketua
: Masri
Wakil ketua
: Syarkawi
Sekretaris
: Herman
Wakil sekretaris
: Edi Naswan
Bendahara
: Zamzali F.
Struktur organisasi pada tahun 2005 Ketua
: Masri
Wakil ketua
: Edi Harahap
Sekretaris
: M. Nasir S.Ag
Wakil sekretaris
: Herman
Bendahara
: Zamzali F.
Struktur organisasi periode tahun 2003/2008 Ketua
: Masri
Wakil ketua
: Edi Harahap
Sekretaris
: Herman
Wakil sekretaris
: Edi Naswan
Bendahara
: Zamzali F.
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
6.1
Aspek Pasar Pada saat ini aspek pasar sangat menentukan apakah usaha atau kegiatan
yang dilakukan suatu badan usaha dapat dikatakan berhasil atau tidak. Hal ini disebabkan karena tanpa adanya permintaan dan penawaran atas barang/jasa suatu usaha dapat dikatakan tidak berhasil/tidak layak untuk diusahakan. Aspek pasar suatu usaha dapat dilihat dari potensi pasar, saluran pemasaran, struktur persaingan dan strategi yang dilakukan oleh suatu badan usaha. Suatu badan usaha yang mengalami excess demand akan memiliki potensi usaha yang tinggi, ini disebabkan oleh permintaan dari pasar masih belum terpenuhi oleh kapasitas usaha. Selain itu, jumlah dan panjang saluran pemasaran sangat berpengaruh pada suatu badan usaha. Hal ini menyangkut jumlah margin yang diperoleh suatu badan usaha, semakin banyak jalur pemasaran maka suatu badan usaha akan mendapatkan margin yang semakin besar. 6.1.1 Permintaan dan Penawaran Produk Bibit Acasia crassicarpa merupakan produk yang berfungsi sebagai produk utama dalam usaha pulp dan paper serta usaha penghijauan pada lahan kritis. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan sebagai paru– paru dunia serta kebutuhan akan kertas dalam kehidupan sehari-hari dapat mengakibatkan pada peningkatan jumlah permintaan terhadap bibit pohon dari tahun ke tahun. Koperasi Bunut Abadi sebagai salah satu pemain dalam Industri pembibitan Acasia crassicarpa. Dimana permintaan akan bibit semakin
67 meningkat untuk tiap tahunnya (Tabel 5). Permintaan akan bibit berasal dari PT Arara Abadi sebagai perusahaan yang bergerak dalam usaha Hutan Tanaman Industri. Permintaan bibit pada Koperasi Bunut Abadi cenderung konstan yaitu untuk bibit dalam polybag sebanyak 500.000 bibit sedangkan untuk bibit dalam tabung sebanyak 1.000.000 bibit. Akan tetapi terdapat beberapa bulan dimana permintaan terhadap bibit Acasia crassicarpa mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan permintaan bibit terjadi pada bulan–bulan kemarau, hal ini disebabkan lahan–lahan yang digunakan untuk penanaman bibit tidak tergenang air hujan. Selain peningkatan, terjadi pula penurunan permintaan bibit yang diakibatkan lahan penanaman banjir. Penurunan permintaan bibit terjadi pada bulan–bulan di musim penghujan. Permintaan dan produksi bibit Akasia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Permintaan dan Produksi Bibit Akasia Tahun 2005–2007 Tahun
Produksi bibit
Permintaan (bibit)
2005
1.104.000
1.250.000
2006
3.255.000
4.600.000
2007
1.297.000
8.400.000
Tabel 5 menunjukkan bahwa Koperasi Bunut Abadi mengalami excess demand pada tahun 2005 dan 2007, dimana kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa permintaan pasar akan bibit Akasia belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh Koperasi Bunut Abadi. 6.1.2 Fungsi Pemasaran dan Saluran Pemasaran Fungsi pemasaran merupakan aktivitas yang dilibatkan dalam proses pemasaran produk. Dalam menjalankan usahanya Koperasi Bunut Abadi
68 melakukan fungsi pemasaran berupa fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Adapun aktivitas yang terlibat didalamnya diantaranya yaitu kegiatan budidaya, penjualan, sortasi, grading dan standarisasi, transportasi serta pencarian informasi. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh Koperasi Bunut Abadi dalam menyalurkan bibit Akasia yaitu menyalurkan bibit langsung kepada konsumen dalam penelitian ini yaitu PT Arara Abadi sebagai konsumen tunggal. Hal ini dikarenakan kegiatan pembibitan Acasia crassicarpa pada Koperasi Bunut Abadi merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar perusahaan yang dilakukan oleh unit Community Development PT Arara Abadi Riau. Hal ini menyebabkan pendistribusian bibit Akasia 100% ditujukan untuk PT Arara Abadi. PT Arara Abadi merupakan anak perusahaan Sinarmas Group yang bergerak dalam bidang kehutanan (forestry) khususnya Hutan Tanaman Industri (HTI). Produk yang diperoleh dari Koperasi Bunut Abadi dialokasikan untuk menambah kekurangan pasokan dari nursery–nursery yang dimiliki oleh PT Arara Abadi. Alur produksi bibit Acacia crassicarpa dapat dilihat pada Gambar 3. Pengambilan Benih
Produksi Seedling A. crassicarpa
Pegawai CD Arara Abadi
Perlakuan Benih
Gudang Nursery R&D
Penaburan Benih
Pengiriman Bibit ke Lapangan
Penyiraman Benih Penyapihan Benih
Perawatan Bibit
Bibit Siap Tanam
Penyiraman Pemupukan Penyemprotan fungisida/insektisida Penyiangan Penambahan media Seleksi
Gambar 3. Tahapan Proses Produksi Bibit Acacia crassicarpa
69 Gambar 3 menjelaskan mengenai Proses produksi Acacia crassicarpa. Proses produksi Acacia crassicarpa dimulai dari pengambilan benih dari R&D oleh pegawai CD Arara Abadi. Hal ini karena yang memiliki akses ke R&D hanya pegawai Arara. Benih di lokasi pembibitan, sebelum ditabur diberi perlakuan pendahuluan dengan H2SO4 untuk mempercepat masa dormansi (istirahat) benih. Kemudian benih ditabur dan dilakukan penyiraman, setelah tumbuh dalam beberapa hari benih disapih ke tiap-tiap media (tabung maupun polybag). Benih di media kemudian dirawat dengan penyiraman, pemupukan, penyemprotan fungisida dan insektisida, penyiangan dari rumput dan gulma, penambahan media jika media berkurang dan dilakukan seleksi untuk mendapatkan bibit yang siap untuk ditanam. Seleksi dilakukan dengan dasar kriteria bibit siap tanam yaitu diameter batang, jumlah daun dan kekompakan akar. Setelah didapat bibit hasil seleksi maka bibit siap untuk dikirim ke lapangan. Dari bagan diatas juga dapat dilihat bahwa pendeknya saluran distribusi yang ditempuh Koperasi Bunut Abadi dapat mengakibatkan margin yang diperoleh Koperasi Bunut Abadi menjadi besar. 6.1.3 Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan konsep yang digunakan suatu badan usaha dalam memasarkan produknya supaya memperoleh keuntungan yang maksimal. Bauran pemasaran pada Koperasi Bunut Abadi meliputi produk, harga, tempat dan promosi. 1. Produk Koperasi Bunut Abadi dalam memasarkan produknya menekankan pada tipe produk dan kualitas produk. Produk yang dipasarkan adalah bibit Acasia
70 crassicarpa. Bibit Akasia yang diproduksi Koperasi Bunut Abadi terbagi menjadi tiga kualifikasi yaitu A(besar), B(sedang), C(kecil). Akan tetapi bibit Akasia yang dijual hanya untuk bibit kelas A, sedangkan bibit dengan kelas B dan kelas C dirawat dahulu sehingga dapat mencapai kelas A. Hal ini dapat menjamin kualitas bibit yang akan dijual. Tabel 6 menunjukkan kualifikasi bibit didasarkan pada ukuran diameter batang, jumlah daun dan tingkat kekompakan akar bibit Akasia. Tabel 6. Kualifikasi Kelas Bibit Akasia pada Koperasi Bunut Abadi.
Kelas A
Daun 6 helai
Kualifikasi Batang 3 mm
Akar Kompak
Kelas B
4 helai
2,5 mm
Setengah kompak
Kelas C
3 helai
1 -2 mm
Belum kompak
Kelas
Disamping spesifikasi kelas bibit yang diproduksi, hanya Koperasi Bunut Abadi yang mendapat izin untuk memproduksi bibit di dalam polybag. Hal ini yang menjadikan Koperasi Bunut Abadi unggul dibandingkan para pesaingnya. 2. Harga Harga yang ditetapkan oleh Koperasi Bunut Abadi untuk bibit Akasia berbeda dengan harga pada pasaran umumnya, hal ini disebabkan pertimbangan antara biaya–biaya yang digunakan dalam memproduksi bibit. Harga untuk bibit Akasia pada Koperasi Bunut Abadi dibedakan menjadi dua yaitu bibit dalam polybag dan bibit dalam tabung. Harga bibit dalam polybag Rp. 315,00 sedangkan harga bibit dalam tabung Rp. 189,00. Dengan harga pokok produksi untuk bibit dalam tabung Rp. 183,93 dan untuk bibit dalam polybag Rp. 309,59. Perbedaan ini didasarkan pada ukuran media yang digunakan. Dimana biaya produksi untuk bibit di dalam polybag mempunyai biaya yang lebih besar dibandingkan dengan bibit di dalam tabung.
71 3. Tempat Pemasaran dilakukan di kantor Koperasi Bunut Abadi yang terletak strategis dekat dengan jalan raya dan dekat dengan pasar, dalam penelitian ini yaitu PT Arara Abadi distrik Rasau Kuning sehingga mempermudah Koperasi Bunut Abadi dalam memasarkan/mengangkut bibit ke konsumen. 4. Promosi Sejauh ini pihak manajemen Koperasi Bunut Abadi kurang melakukan promosi. Akan tetapi promosi dilakukan oleh unit Community Development PT Arara Abadi. Hal ini disebabkan karena Koperasi Bunut Abadi merupakan salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan unit Community Development PT Arara Abadi. Kegiatan promosi dilakukan melalui alat-alat komunikasi audio seperti telepon, lotus note (email antar distrik), dan lain–lain. Kegiatan promosi dilakukan oleh unit Community Development PT Arara Abadi. Kegiatan hanya dilakukan untuk kepentingan intern perusahaan saja. 6.1.4 Rencana Penjualan Rencana penjualan usaha pembibitan Akasia mempunyai kecenderungan penjualan bibit meningkat yaitu dalam satu bulan sekitar 1.500.000 bibit yang terjual. Hal ini disebabkan karena meningkatnya bibit tanam dalam persatuan luas dan perluasan area untuk perusahaan yang bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri. Sehingga usaha tersebut potensial untuk dikembangkan sehingga mempunyai potensi dalam penyerapan tenaga kerja sekitar PT Arara Abadi. Hal ini disebabkan karena usaha pembibitan Akasia merupakan kegiatan in-line (kegiatan yang terpadu dengan kegiatan pembangunan Hutan Tanaman IndustriHTI).
72
6.1.5 Struktur Persaingan Berdasarkan beberapa kriteria pasar persaingan, dapat diketahui bahwa industri yang dihadapi oleh Koperasi Bunut Abadi adalah pasar persaingan monopolistik. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah produsen dalam pasar, jenis barang yang terdeferensiasi dari segi fisik, after sales service dan sistem pembayaran serta kemudahan dalam memasuki pasar. Namun demikian, jumlah pesaing untuk kawasan Minas yang merupakan kawasan jangkauan pasar Koperasi Bunut Abadi masih terbatas, sehingga Koperasi Bunut Abadi mempunyai peluang pasar yang besar untuk usaha tersebut. Pesaing Koperasi Bunut Abadi yaitu kontraktor yang bergerak dalam usaha pembibitan Akasia. 6.1.6 Sistem Distribusi Distribusi yang dilakukan Koperasi Bunut Abadi meliputi Distribusi input produksi dan distribusi output produksi. Distribusi yang dilakukan koperasi selama ini berjalan dengan tidak merugikan pihak Koperasi Bunut Abadi. Untuk distribusi input yaitu benih Akasia yang berasal dari perusahaan (PT Arara Abadi) dilakukan secara kontinue berdasarkan pemesanan pihak Koperasi dengan diantar langsung ke Koperasi Bunut Abadi. Benih yang dikirim terlebih dahulu sudah dikontrol kualitasnya oleh Unit Reseach and Development (R&D) PT Arara Abadi, Riau. Untuk distribusi input ini pihak perusahaan tidak memungut biaya. Sedangkan untuk distribusi output produksi dilakukan oleh pihak perusahaan berdasarkan volume bibit yang telah dipesan oleh perusahaan. Dalam hal ini pihak koperasi tidak mengeluarkan biaya untuk distribusi output tersebut karena transportasi yang digunakan berasal dari perusahaan. Wilayah pendistribusian meliputi daerah Minas dan sekitarnya, Duri I, Duri II, dll.
73 6.1.7 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Pasar Hasil analisis berdasarkan aspek pasar menunjukkan bahwa permintaan akan bibit Akasia meningkat dari tahun ke tahun serta terjaminnya pasar akan bibit dalam usaha pembibitan Acasia crassicarpa yang dilakukan Koperasi Bunut Abadi. Rencana penjualan, sistem distribusi dan strategi yang dilakukan Koperasi Bunut Abadi dapat menigkatkan keuntungan yang diperoleh Koperasi. Kualitas bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi sehingga mempunyai daya saing yang tinggi. Jadi berdasarkan hasil analisis aspek pasar, maka usaha pembibitan Acasia crassicarpa pada Koperasi Bunut Abadi dapat dilaksanakan atau layak untuk dilaksanakan sebagai program pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh perusahaan.
6.2
Aspek Teknis Pada umumnya usaha agribisnis mempunyai sifat mudah rusak, tergantung
pada lingkungan, volumunius. Sama halnya dengan usaha pembibitan Akasia. Sesuai dengan sifat produk yang mudah rusak, maka layout produksi dan kantor pemasaran harus ditata sehingga mempermudah dalam proses penanganannya. Akasia merupakan produk yang memerlukan perlakuan khusus dalam budidaya pembibitan sehingga sistem budidaya, ketersediaan tenaga kerja, sarana dan prasarana fisik yang mendukung sangat mempengaruhi tingkat produksi. 6.2.1 Lokasi dan Layout Koperasi Koperasi Bunut Abadi berlokasi di Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau. Kecamatan Tualang terletak pada ketinggian 1700 meter dpl, mempunyai curah hujan 42mm dan jumlah bulan
74 hujan sebanyak 7 dalam satu tahun serta memiliki suhu rata–rata 300C, menjadikan daerah ini cocok untuk usaha pembibitan Akasia. Hal ini sesuai dengan syarat tumbuh untuk persemaian bibit Acacia crassicarpa yaitu daerah tidak dekat dengan laut, mempunyai suhu rata-rata 320C (Samingan,1982) dan Unit R&D PT Arara Abadi. Sedangkan lokasi pembibitan berada langsung di belakang kantor Koperasi Bunut Abadi. Lokasi kantor sangat strategis karena berada di pinggir jalan raya yang merupakan jalan utama menuju perusahaan. Lokasi ini dekat dengan sumberdaya yang diperlukan untuk pembibitan (dekat dengan sumber air dan listrik) serta dekat dengan masyarakat, dimana dapat terjaminnya sumberdaya tenaga kerja. Selain itu lokasi tersebut juga dekat pusat keramaian. Hal ini yang menjadikan Koperasi Bunut Abadi mudah untuk mengakses alat-alat pertanian dan kebutuhan lainnya yang mendukung kegiatan pembibitan. 6.2.2 Sumberdaya Produksi Kegiatan pembibitan Akasia yang dilakukan Koperasi Bunut Abadi dalam hal pengadaan sumberdaya produksi, baik kebutuhan akan benih, gambut dan tanah serta perlengkapan produksi lainnya tersedia dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Begitu pula dengan kebutuhan akan tenaga kerja yang dimiliki tersedia cukup. Kebutuhan akan benih Akasia dipenuhi oleh pihak perusahaan yang dijamin kualitasnya. Kebutuhan akan tanah dan gambut dapat dipenuhi dengan membeli di sekitar koperasi. Sedangkan tenaga kerja sebagai sumberdaya pelaksana kegiatan pembibitan Akasia tersedia cukup. Hal ini disebabkan karena usaha pembibitan Akasia yang dilakukan Koperasi Bunut Abadi merupakan salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh Unit Community
75 Development PT Arara Abadi, Riau. kegiatan budidaya langsung ditangani oleh anggota koperasi. Jumlah tenaga kerja berasal dari anggota koperasi dengan jumlah sekitar 86 orang. Tenaga kerja untuk kegiatan ini dikelola dan disediakan oleh pihak Koperasi Bunut Abadi dengan upah/gaji bulanan. Jumlah dan besarnya gaji ditetapkan oleh pihak pengurus koperasi. Tenaga kerja yang menjalankan usaha ini masih perlu diberikan pelatihan tentang bagaimana pembibitan Akasia dijalankan secara optimal. Sehingga kendala-kendala yang masih ada saat ini dapat diminimalkan. Kegiatan pelatihan yang biasa dilakukan berasal dari Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) dari Unit Community Development PT Arara Abadi. 6.2.3 Fasilitas Produksi Dalam menjalankan usaha pembibitan Akasia, fasilitas produksi mutlak harus diperhatikan , misalnya luas lahan, sarana dan prasarana pokok serta modal. Sarana pokok yang mutlak adalah tersedianya lahan untuk budidaya benih Akasia menjadi bibit. Saat ini koperasi menyewa lahan dari masyarakat yang berkisar 4 hektar. Sarana pokok lainnya yaitu tanah dan gambut, karena Koperasi Bunut Abadi memproduksi bibit dengan menggunakan polybag dan tabung. Tanah yang digunakan dapat diambil dimana saja, sedangkan gambut diperoleh dari perusahaan dengan cara membeli. Sarana produksi lainnya adalah instalasi air yang dapat mempermudah proses budidaya Akasia. Sarana tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup. Sarana lainnya yang perlu disiapkan sebelum proses budidaya yaitu asam sulfat (H2SO4) yang digunakan untuk mempercepat masa dormansi benih, insektisida dan fungisida dan perekat yang digunakan untuk merekatkan fungisida apabila
76 sering turun hujan. Sedangkan sarana penunjang untuk pelaksanaan pembibitan yang harus ada adalah angkong (gerobak), solo (sprayer), mesin pengaduk media (molen), cangkul, parang, ember, timbangan, baskom, piring plastik, dan perlengkapan kerja yang baik yang dilapangan maupun di kantor harus tersedia dalam jumlah yang memadai. Prasarana yang harus ada dalam proses produksi/budidaya antara lain meliputi jalan yang baik ke lokasi, tersedianya listrik untuk penerangan, sumber air untuk kebutuhan pekerjaan, pencucian peralatan, serta ruang kantor untuk memudahkan pengorganisasian kebutuhan-kebutuhan oleh seksi-seksi lapangan untuk memonitor perkembangan pelaksanaan kegiatan pembibitan dengan baik serta oleh manajemen koperasi untuk memudahkan dalam pengorganisasian koperasi. Tersedianya sarana dan prasarana memungkinkan usaha pembibitan Akasia dapat dijalankan dengan baik. 6.2.4 Teknik Budidaya Teknik budidaya yang dilakukan koperasi dibagi berdasarkan umur bibit, baik untuk pemupukan, penyiraman dan pemeliharaan bibit. Budidaya bibit yang dilakukan koperasi hanya sampai berumur kurang lebih 3 bulan. Mengenai budidaya Akasia secara rinci dapat dilihat pada BAB II dalam tahapan proses produksi Acasia Crassicarpa. Bibit yang dihasilkan harus memenuhi kriteria bibit yang berkualitas bagi industri yang bergerak dalam bidang Hutan Tanaman Industri sehingga mendapatkan kayu dengan kualitas yang baik untuk usaha pulp dan paper.
77
6.2.5 Penanganan Panen dan Pascapanen Penanganan panen dan pascapanen yang dilakukan koperasi dapat dikatakan baik, karena bibit yang dipanen berumur lebih dari 3 bulan (sesuai dengan kriteria Hutan Tanaman Industri). Sedangkan penanganan pascapanen menggunakan plastik dan keranjang. Kegiatan panen dan pascapanen yang dilakukan koperasi memperhatikan kesehatan bibit (bibit tidak layu dan tidak terdapat hama penyakit). 6.2.6 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Teknis Hasil analisis berdasarkan aspek teknis menunjukkan bahwa perlengkapan dan peralatan produksi dan tenaga kerja untuk kegiatan budidaya memenuhi syarat teknis untuk pelaksanaan usaha pembibitan Akasia. Lokasi dan potensi Desa Pinang Sebatang Barat sangat memenuhi syarat teknis dan non teknis, yaitu lokasi persemaian cocok untuk usaha pembibitan serta dekat dengan sumberdaya produksi yang diperlukan untuk usaha pembibitan Acacia crassicarpa. Begitu juga dengan fasilitas produksi yang tersedia untuk usaha pembibitan Akasia. Jadi berdasarkan hasil analisis aspek teknis, maka usaha pembibitan Akasia yang dilakukan Koperasi Bunut Abadi secara teknis mendukung kegiatan usaha pembibitan Akasia pada umumnya.
6.3
Aspek Sosial Analisis aspek sosial yaitu aspek yang menganalisis kemungkinan-
kemungkinan atau perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya usaha pembibitan Akasia Koperasi Bunut Abadi baik terhadap kondisi sosial masyarakat, lingkungan maupun terhadap manfaat-manfaat kegiatan pembibitan
78 Akasia secara menyeluruh. Lingkungan sekitar penelitian dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap kehadiran kegiatan pembibitan Akasia, sehingga aspek ini penting untuk dianalisis. Dalam menganalisis dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan pembibitan Akasia oleh Koperasi Bunut Abadi Desa Pinang Sebatang Barat. 6.3.1 Dampak Positif Usaha Pembibitan Akasia Kondisi sosial dengan adanya kegiatan pembibitan Akasia sangat berpengaruh nyata terhadap beberapa pihak antara lain masyarakat sekitar usaha, pemerintah daerah, lembaga pelaksana usaha (koperasi) dan lingkungan hidup. 1. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan usaha Pembibitan Akasia. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan usaha pembibitan akasia antara lain petani anggota (anggota yang terlibat langsung dalam kegiatan pembibitan), anggota (anggota koperasi pasif yang hanya menyimpan uang di koperasi), karyawan atau pengurus koperasi Kegiatan pembibitan yang merupakan kegiatan padat karya dapat menyerap tenaga kerja cukup banyak sehingga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Penciptaan lapangan kerja ini direspon baik oleh masyarakat, terutama berperan dalam mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa kelompok masyarakat yang berada di sekitar koperasi yang awalnya tidak mempunyai pekerjaan tetap maupun yang menganggur, mendapat kesempatan untuk bekerja di koperasi baik itu sebagai petani anggota, anggota koperasi maupun sebagai pengurus koperasi. Bagi petani anggota, selain mendapat lapangan pekerjaan baru juga mendapat pengetahuan mengenai pembibitan Akasia, Eucalyptus dan tanaman lainnya.
79 Pengetahuan ini bisa menjadi modal yang cukup berharga apabila dikemudian hari memulai kegiatan untuk berwirausaha pembibitan. Karyawan atau pengurus koperasi selain mendapat penghasilan tetap juga mendapat pengetahuan berorganisasi yang berguna bagi pemberdayaan dirinya. Bagi masyarakat yang memiliki lahan, mereka menerima pendapatan dari biaya sewa lahan untuk lokasi pembibitan tersebut. 2. Pemerintah Daerah Keuntungan yang dirasakan dengan adanya usaha pembibitan akasia oleh pemerintah daerah adalah penanggulangan masalah pengangguran. Kegiatan pembibitan menyerap banyak tenaga kerja sehingga angka pengangguran dapat ditekan/diturunkan. Hal ini berdampak positif terhadap penekanan gejolak sosial yang biasa ditimbulkan oleh tingginya tingkat pengangguran di suatu daerah. Keuntungan lain yang timbul yaitu peningkatan pendapatan masyarakat sehingga taraf hidup masyarakat meningkat. Penambahan pendapatan secara tidak langsung berpengaruh terhadap meningkatnya daya beli masyarakat. Hal ini mengakibatkan perekonomian masyarakat menjadi lebih stabil, yang pada akhirnya secara perlahan proses pembangunan desa semakin pesat. Peningkatan pendapatan daerah juga dirasakan oleh pemerintah daerah berupa penerimaan dari pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPh) dan pendapatan dari retribusi lainnya yang diatur oleh peraturan daerah setempat. Usaha pembibitan akasia, dalam kegiatannya juga melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan terhadap masyarakat. Hal ini membantu pemerintah daerah dalam upaya pemberdayaan sumberdaya manusia.
80 3. Lembaga Pelaksana Usaha Pembibitan Akasia Keuntungan yang dirasakan oleh lembaga pelaksana usaha pembibitan akasia (Koperasi Bunut Abadi) adalah tersedianya produksi bibit Acacia crassicarpa yang baik. Bibit yang memiliki kualitas baik berimplikasi terhadap meningkatnya permintaan bibit dari pasar sehingga akan menghasilkan profit yang besar. Keuntungan tidak hanya dinikmati oleh lembaga pelaksana usaha pembibitan Akasia (Koperasi Bunut Abadi), tetapi dinikmati juga oleh industri kehutanan (Hutan Tanaman Industri PT Arara Abadi). Hutan Tanaman Industri PT Arara Abadi mendapat pasokan bibit yang berkualitas untuk kelangsungan produksi kayunya. Pasokan bibit yang dihasilkan dari usaha pembibitan Akasia oleh Koperasi Bunut Abadi memang bukan merupakan pasokan utama bagi Hutan Tanaman Industri PT Arara Abadi tetapi sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan bibitnya. 4. Lingkungan hidup Kegiatan pembibitan akasia secara tidak langsung membantu upaya pelestarian spesies tertentu, reboisasi, pencegahan erosi dan pencegahan pencemaran udara. Tanaman akasia juga dapat menyuburkan tanah karena mengikat nitrogen (fiksasi nitrogen) sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pencemaran udara yang terjadi di sekitar lokasi pembibitan dapat dicegah karena tanaman menyerap CO2 dari udara. 6.2.3 Dampak Negatif Usaha Pembibitan Akasia Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam usaha pembibitan Akasia yaitu :
81 1. Penggunaan obat-obatan (pestisida) dalam dosis dan konsentrasi pestisida yang berlebih untuk pemeliharaan akasia beresiko mencemari lingkungan (kondisi tanah dan air) di sekitar lokasi pembibitan. 2. Penanganan kemasan bekas pupuk, pestisida dan sampah plastik bekas media yang tidak dilakukan treatment (penanganan khusus) terlebih dahulu sebelum dibuang dapat beresiko mencemari lingkungan. 3. Pada lokasi pembibitan, dimungkinkan terjadinya munculnya spesies hama tertentu yang dapat menyebar ke jenis tanaman di sekitar lokasi pembibitan. Saat ini dampak negatif usaha pembibitan Akasia yang terjadi di Koperasi Bunut Abadi dapat ditangani. Hal ini disebabkan karena skala usaha yang dijalankan Koperasi Bunut Abadi relatif kecil. 6.3.2 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Sosial Hadirnya usaha pembibitan di Koperasi Bunut Abadi memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar, pemerintah daerah setempat, Koperasi dan perusahaan terkait serta berdampak positif juga bagi lingkungan. Dampak negatif yang timbul relatif lebih kecil dan dapat diminimalkan jika penanganan limbah dilaksanakan secara maksimal. Dampak negatif yang ditimbulkan tidak menyebabkan usaha pembibitan Akasia tidak dapat dilaksanakan. Usaha pembibitan akasia memungkinkan untuk dijalankan karena dampak positif yang ditimbulkan akan lebih besar dibandingkan dengan dampak negatifnya.
82 6.4
Aspek Hukum Aspek hukum dapat dilihat dari kepemilikan izin usaha yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah. Adanya izin usaha menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi persyaratan pendirian usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga keberadaan usaha tersebut diakui oleh negara. 6.4.1 Badan Usaha dan Status Usaha Koperasi Bunut Abadi didirikan pada tahun 2002 oleh masyarakat dusun Bunut, Desa Pinang Sebatang atas inisiasi Unit Community Development PT Arara Abadi. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa usaha yang dijalankan Koperasi Bunut Abadi mendapatkan izin usaha dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dengan SK. Nomor 20/BH/DKP.4/I.2/XI/2002. Mulai tahun 2002 hingga sekarang Koperasi Bunut Abadi berstatus sebagai badan usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan yaitu Koperasi. Selain mendapat izin dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah, Koperasi Bunut Abadi juga
mendapatkan
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan
(SIUP)
Kecil
No:
352/04.12/PK/I/2003 dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Koperasi Bunut Abadi juga mendapat legalitas dalam pembayaran pajaknya dari Direktorat Jenderal Pajak dengan No NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 02.251.092.9212.000. 6.4.2 Usaha yang Dijalankan Koperasi Bunut Abadi menjalankan usaha-usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggotanya diantaranya unit simpan pinjam, unit waserda (warung serba ada), unit pertanian, perkebunan dan peternakan, unit kontraktor logging dan plantation, unit perdagangan umum serta unit cleaning service. Unit-
83 unit usaha ini berdasarkan pada akta pendirian koperasi tidak menyalahi aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Sedangkan usaha pembibitan Akasia baru dilaksanakan pada tahun 2004. 6.4.3 Perencanaan Lokasi Usaha Usaha Pembibitan Akasia mempunyai perencanaan lokasi yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari lokasi yang dekat dengan sumberdaya yang mendukung usaha pembibitan. Lokasi usaha pembibitan Akasia berada di Desa Pinang Sebatang Barat Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Perencanaan lokasi pembibitan Akasia ini memperhatikan dampak pembuangan limbah yang ditimbulkan dari usaha ini. Pembuangan limbah khususnya limbah cair dari perendaman asam sulfat (H2SO4) mempunyai tempat khusus pembuangan (berupa kolam) yang berada dibelakang tempat pembibitan. 6.4.4 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Hukum Legalitas organisasi pelaksana usaha merupakan salah satu fakor penting dalam menunjang kelancaran usaha pembibitan Akasia dalam pemberdayaannya. Penguatan kelembagaan akan sangat mendukung solidnya organisasi usaha pembibitan Akasia ke depan. Berdasarkan hasil analisis hukum, usaha pembibitan Akasia oleh Koperasi Bunut Abadi memenuhi syarat hukum pendirian suatu usaha di Indonesia. Selain adanya izin pendirian usaha yang diberikan oleh pemerintah setempat, Koperasi Bunut Abadi juga telah menunjukkan prestasinya. Hal ini dibuktikan Koperasi Bunut Abadi berhasil meraih penghargaan sebagai koperasi berprestasi harapan II pada tahun 2005, koperasi berprestasi harapan I pada tahun 2006 dan koperasi berprestasi III pada tahun 2007 dari pemerintah daerah Kabupaten Siak.
84 6.5
Aspek Manajemen Aspek manajemen menilai bagaimana suatu usaha dijalankan dilihat dari
struktur pembagian tugas dan wewenang manajemen yang tidak tumpang tindih, sistem kompensasi dan sistem operasional usaha yang teratur dan jelas. Serta mengenai bagaimana suatu kegiatan usaha dijalankan secara efektif dan berjalan dengan benar. 6.5.1 Struktur Organisasi Bentuk wewenang dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan pembibitan Akasia di Desa Pinang Sebatang Barat, dalam menjalankan kegiatannya harus disesuaikan dengan bentuk lembaga yang dipilih anggota kelompok pembibitan Akasia. Dalam hal ini lembaga yang dipilih adalah koperasi. Koperasi Bunut Abadi merupakan lembaga yang disetujui oleh anggota. Bentuk wewenang dan tanggung jawab manajemen dalam pelaksanaan pembibitan Akasia di Koperasi Bunut Abadi harus terdiri atas seorang ketua, seorang sekretaris, seorang manajer, bendahara dan dilengkapi oleh badan pengawas. Disamping struktur inti dalam organisasi terdapat juga pembantu sekretaris dan bendahara yaitu bagian administrasi. Koperasi Bunut Abadi bergerak dalam bidang pembibitan sehingga berkaitan dengan kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja untuk mengawasi pekerjaan dilapangan. Koperasi Bunut Abadi pada saat ini mempunyai dua pengawas lapangan. Pemilihan struktur organisasi dipilih dalam forum rapat tertinggi dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) koperasi. Struktur organisasi Koperasi Bunut Abadi dapat dilihat pada Lampiran 4.
85 Berhasil atau tidaknya kelembagaan pada usaha pembibitan Akasia ditentukan dengan adanya partisipasi dari anggota, tanpa partisipasi anggota usaha pembibitan Akasia tidak akan berjalan dengan baik. Selain partisipasi dari anggota kegiatan yang dilakukan koperasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat pembagian job describtion (tugas dan wewenang) yang jelas dan pekerjaan dilakukan berdasarkan job describtion masing-masing. Jika pekerjaan tidak dilakukan berdasarkan job describtion masing-masing, maka akan terjadi tumpang tindih pekerjaan yang dapat menyebabkan usaha yang dijalankan tidak efesien. Job describtion pada srtuktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 5. 6.5.2 Sistem Pembagian Kerja dan Sistem Kompensasi Saat ini Koperasi Bunut Abadi dalam mengelola unit usaha pembibitan Akasia mempekerjakan 86 orang pekerja yang terdiri dari 67 perempuan dan 19 laki-laki. Sistem kerja yang dilakukan oleh Koperasi Bunut Abadi yaitu sama halnya dengan sistem kerja pada industri yang bergerak dalam bidang pembibitan. Hari kerja terdiri dari 6 hari kerja dalam seminggu dengan pembagian hari libur untuk pekerja pembibitan bergantian dengan anggota lain dalam satu minggu. Sedangkan hari libur untuk pengurus koperasi yaitu hari Minggu. Jam kerja dimulai dari pukul 07.30 WIB hingga pukul 16.30 WIB, dengan waktu istirahat pukul 11.30 WIB–13.30 WIB untuk hari Senin–Jumat. Untuk hari Sabtu jam kerja hanya setengah hari yaitu dimulai pukul 07.30–12.30 WIB tanpa waktu istirahat. Hal ini disesuaikan dengan peraturan pemerintah tentang tenaga kerja yaitu jam kerja maksimal dalam satu minggu adalah 40 jam. Sistem kompensasi atau sistem penggajian dilakukan setiap awal bulan. Gaji diberikan dengan presentasi berdasarkan bibit yang keluar (bibit yang
86 terjual). Sistem kompensasi ini dapat membantu efesiensi biaya yang dikeluarkan, karena biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dapat ditekan seminimal mungkin. Penentuan besar kecilnya gaji yang diperoleh ditentukan oleh pihak pengurus koperasi dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. 6.5.3 Hasil Kelayakan Berdasarkan Aspek Manajemen Hasil analisis berdasarkan aspek manajemen menunjukkan bahwa job describtion yang dilakukan sesuai dengan struktur organisasi serta sesuai dengan pembagian tugas sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan. Sistem kompensasi yang diberikan kepada pengurus dan pekerja dapat meningkatkan kesejahteraan pengurus dan pekerja dalam hal ini berlaku sebagai anggota Koperasi Bunut Abadi. Jadi berdasarkan hasil analisis aspek manajemen, maka usaha pembibitan Acasia crassicarpa pada Koperasi Bunut Abadi dapat dilaksanakan atau layak untuk dilaksanakan.
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
7.1
Asumsi-Asumsi Dasar Pola Usaha I (Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa dengan Menyewa Lahan) dan Pola Usaha II (Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa dengan Membeli Lahan Sebagai Input Lahan) Untuk dapat melakukan analisis kelayakan finansial pengembangan usaha
Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) dan usaha Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) ini, perlu beberapa asumsi dasar antara lain sebagai berikut : m. Umur proyek diasumsikan berjalan selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis aset cukup penting dalam usaha pembibitan Akasia yaitu bangunan media n. Luas lahan yang akan diteliti adalah 4 ha yang terdiri dari 3 layout nursery. o. Biaya operasional ditetapkan berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. p. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembibitan Acacia crassicarpa yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi diasumsikan dikeluarkan pada satu tahun yaitu tahun ke nol untuk instalasi air dan terdapat biaya reinvestasi peralatan produksi yang dikeluarkan pada tahun kedua. q. Pada pola usaha I terdapat pengeluaran biaya operasional untuk menyewa lahan sebagai lahan persemaian. Sedangkan pada pola usaha II tidak terdapat pengeluaran untuk menyewa lahan, melainkan terdapat biaya investasi pembelian lahan sebagai input lahan pada tahun ke nol. r. Tingkat kematian benih dalam semai 25 persen setelah penaburan benih.
88 s. Total produksi bibit Akasia dalam tabung dalam satu bulan adalah 1.000.000 bibit dan total produksi bibit Akasia dalam polybag dalam satu bulan adalah 500.000 bibit. t. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual. u. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Negara Indonesia pada bulan April 2008 sebesar 5,25 persen7. Sumber modal seluruhnya merupakan modal sendiri, dalam hal ini modal dari Koperasi Bunut Abadi. v. Harga untuk seluruh output dan input meliputi harga-harga peralatan dan barang investasi yang digunakan dalam analisis adalah harga yang dipakai adalah harga pada saat penelitian dilakukan. w. Harga yang digunakan adalah harga konstan yaitu 1. harga jual bibit dengan polybag Rp. 315,00/batang. 2. harga jual bibit dengan tabung Rp. 189,00/batang. Harga bibit ditentukan berdasarkan biaya operasional yang digunakan untuk memproduksi satu batang bibit baik untuk polybag maupun tabung. Dengan harga pokok produksi untuk bibit dalam tabung Rp. 183,93 dan untuk bibit dalam polybag Rp. 309,59. Harga jual bibit didalam polybag lebih mahal dibandingkan dengan bibit dalan tabung. Hal ini disebabkan karena biaya operasional yang digunakan untuk menghasilkan bibit dalam polybag lebih besar (menggunakan media yang lebih banyak) dibandingkan dengan bibit dalam tabung sehingga berimplikasi pada harga jual bibit. x. Ukuran polybag 12 cm x 8 cm sedangkan ukuran tabung 2,5 cm x 2,5 cm. 7
Bank Negara Indonesia. 2008. Suku Bunga Deposito BNI 46 . http://bni.co.id. Diakses tanggal 7 April 2008.
89 y. Inflow dan Outflow merupakan proyeksi berdasarkan pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada tahun 2008. z. Terdapat input yang berupa rak tabung dan tabung serta paranet yang dipinjamkan tanpa adanya biaya peminjaman. å. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis. bb.
Dilakukan dua pola usaha yaitu pola I usaha pembibitan Acacia
crassicarpa bermitra dengan masyarakat dalam hal penggunaan lahan sebagai lahan persemaian dan pola II usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan sebagai input lahannya. cc. Pajak penghasilan yang digunakan adalah pajak progesif berdasarkan UU No.7 Tahun 1983 juncto (jo) UU No.17 Tahun 2000 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk Usaha Tetap, yaitu8: 6. Penghasilan ≤ 25.000.000 dikenakan pajak sebesar 5% 7. Penghasilan 25.000.000 – 50.000.000 dikenakan pajak sebesar 10% 8. Penghasilan 50.000.000 – 100.000.000 dikenakan pajak sebesar 15% 9. Penghasilan 100.000.000 – 200.000.000 dikenakan pajak sebesar 25% 10. Penghasilan 200.000.000 dikenakan pajak sebesar 35% Dengan asumsi-asumsi ini, maka analisis kelayakan finansial pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa dapat dilakukan.
8
Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk Usaha Tetap. http://id.wikisource.org/wiki/Undang_Undang_Nomor_17_Tahun_2000. Diakses tanggal 6 April 2008.
90
7.2
Hasil Kelayakan Finansial Pola Usaha I : Kelayakan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa dengan Menyewa Lahan Dalam analisis kelayakan finansial dengan Pola Usaha I (usaha pembibitan
Acacia crassicarpa dengan sewa lahan, komponen biayanya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Komponen biaya investasi terdiri dari peralatan untuk usaha pemibitan Acacia crassicarpa dengan umur ekonomis lebih dari 1 tahun yaitu angkong (gerobak), solo (sprayer), mesin molen (mesin pengaduk media), mesin instalasi air, mobil pick-up, bangunan kantor, bangunan media, drum, dan lain-lain. Biaya investasi dilakukan pada tahun ke nol dimana pada tahun tersebut belum dilakukan usaha pembibitan Acacia crassicarpa. Usaha pembibitan Acacia crassicarpa dilakukan pada tahun ke-1. Rincian jenis dan biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 6a. Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen biaya variabel adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan operasional usaha pemibitan Acacia crassicarpa, diantaranya sewa lahan, biaya tenaga kerja, biaya produksi dan material, dan lain-lain. Biaya tetap usaha pembibitan Acacia crassicarpa berupa biaya listrik, biaya BBM, biaya transportasi material dan lainlain. Komponen biaya terbesar diantaranya biaya tenaga kerja dan biaya produksi material. Biaya tenaga kerja meliputi biaya-biaya yang berkaitan dengan tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pembibitan Acacia crassicarpa dari awal pembibitan hingga kegiatan pasca panen usaha pembibitan Acacia crassicarpa. Sedangkan yang termasuk dalam biaya produksi dan material yaitu biaya pembuatan media, biaya produksi dan biaya perawatan bibit. Kedua biaya diatas harus diperhitungkan dan akan sangat berpengaruh dalam perhitungan biaya dan manfaat kegiatan usaha ini. Analisis ini perlu memperhitungkan semua input dan
91 output karena berkaitan dengan layak tidaknya pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa ini diusahakan. Untuk lebih jelasnya mengenai komponen dari biaya operasional dipaparkan dalam Lampiran 8a. Produksi bibit Acacia crassicarpa dalam penelitian ini konstan dalam satu bulan yaitu 1.000.000 bibit untuk bibit dalam tabung dan 500.000 bibit untuk bibit dalam polybag. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap arus manfaat dan biaya pada pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) diperoleh cashflow keuangan seperti yang tercantum pada Lampiran 8. Arus manfaat adalah nilai produksi penjualan bibit Acacia crassicarpa dalam tabung dan dalam polybag serta nilai sisa investasi pada tahun ke-7, sedangkan arus biaya adalah jumlah biaya investasi dan biaya operasional. Jumlah biaya investasi pada tahun ke nol sebesar Rp. 306.649.000,- dan jumlah investasi pada tahun ke-2 dan ke-5 sebesar Rp. 19.509.000,-, biaya investasi tahun ke-4 sebesar Rp. 20.670.000,-, investasi tahun ke-6 dan tahun ke-8 beturut-turut sebesar Rp. 16.500.000,- dan
Rp.
40.179.000,-. Sedangkan biaya operasional konstan dari tahun ke-1 sampai tahun ke-10 yaitu sebesar Rp. 2.745.815.000,-. Rincian arus biaya dapat dilihat pada Lampiran 8a. Analisis kriteria yang dipakai untuk menilai kelayakan yaitu NPV, Net B/C, IRR serta payback periode. Manfaat yang diperoleh didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku, dalam hal ini yang dipakai adalah tingkat diskonto sebesar 5,25% untuk melihat kelayakan finansial usaha ini. Hasil analisis kelayakan finansial pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola
92
Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) pada tingkat diskonto 5,25% dapat dililat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) Kriteria Investasi (Rp) Tingkat Diskonto 5,25%
NPV (Rp.)
Net B/C ratio
IRR (%)
Payback Periode
2.470.607.110,66
11,93384246
178
1 tahun 8 bulan
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tingkat diskonto 5,25% nilai NPV usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) positif sebesar Rp. 2.470.607.110,66 artinya selama kurun waktu 10 tahun usaha berjalan, usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) memberikan keuntungan sebesar Rp. 2.470.607.110,66 Sedangkan Net B/C rasio yang diperoleh yaitu 11,93384246 pada tingkat diskonto 5,25%, ini mempunyai arti bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp. 1,- akan memberikan manfaat sebesar Rp. 11,93384246,-. Tingkat IRR yang diperoleh dalam Pola Usaha Ini sebesar 178% jauh diatas suku bunga diskonto. Waktu payback periode yang didapat adalah 1 tahun 8 bulan artinya dalam waktu tersebut investasi bisa kembali. Dengan Net B/C rasio yang lebih besar dari 1 tahun, maka pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa layak untuk diusahakan sebagai salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh Unit Community Development PT Arara Abadi, Riau. 7.3
Hasil Kelayakan Pola Usaha II : Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa dengan Membeli Lahan Dalam análisis kelayakan finansial dengan Pola Usaha II (usaha
pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) ini, komponen biayanya
93
terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Komponen biaya investasi terdiri dari peralatan yang digunakan pada pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa yang mempunyai umur pakai lebih dari 1 tahun serta lahan yang merupakan input penting untuk usaha pembibitan Acacia crassicarpa ini. Rincian biaya invesatasi dapat dilihat pada Lampiran 6. Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen biaya variabel pada Pola Usaha ini sama halnya dengan biaya variabel Pola Usaha I kecuali sewa lahan. Sedangkan untuk biaya tetap sama dengan biaya tetap pada Pola Usaha I. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap arus manfaat dan biaya pada usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha II diperoleh cashflow keuangan seperti yang tercantum dalam Lampiran 12. Arus manfaat adalah nilai produksi penjualan bibit Acacia crassicarpa dalam tabung dan bibit Acacia crassicarpa dalam polybag serta nilai sisa investasi pada akhir tahun ke-7, sedangkan arus biaya adalah jumlah biaya investasi dan biaya operasional. Rincian arus biaya dapat dilihat pada Lampiran 8b. Análisis kriteria yang dipakai untuk menilai kelayakan yaitu NPV, Net B/C, IRR serta payback periode. Manfaat yang diperoleh didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku, dalam hal ini adalah tingkat diskonto sebesar 5,25% berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia bulan April 2008. Hasil análisis kelayakan keuangan usaha pembibitan Pola Usaha II pada tingkat diskonto 5,25% dapat dilihat pada Tabel 8.
94
Tabel 8. Hasil Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan). Kriteria Investasi (Rp) Tingkat Diskonto 5,25%
NPV (Rp.)
Net B/C ratio
IRR (%)
2.550.479.259,23
12,47105765
159
Payback Periode 1 tahun 9 bulan
Dari tabel terlihat bahwa pada tingkat diskonto 5,25% menghasilkan nilai NPV usaha sebesar Rp.2.550.479.259,23 artinya selam kurun waktu 10 tahun berjalan. Usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) memberikan keuntungan sebesar Rp. 2.550.479.259,23 Sedangkan Net B/C rasio yang diperoleh adalah 12,47105765 pada tingkat suku bunga 5,25%, ini artinya bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp. 1,- akan memberikan manfaat sebesar Rp.12,47105765. Dengan nilai Net B/C lebih besar dari 1 maka pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha II masih layak untuk diusahakan. Nilai IRR untuk Pola Usaha ini adalah 159%. Dengan nilai ini usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha II sangat layak untuk diusahakan sebagai salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh Unit Community Development karena nilainya jauh diatas tingkat diskonto. Waktu pengembalian investasi (payback periode) yang diperoleh adalah 1 tahun 9 bulan. Diantara kedua Pola Usaha ini Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) mempunyai nilai NPV jauh lebih besar dibandingkan dengan NPV Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan). Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan usaha
95
pembibitan Acacia crassicarpa Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan). Walaupun waktu pengembalian investasi lebih lama dari Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) usaha ini lebih dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk usaha pembibitan Acacia crassicarpa yang dijalankan Koperasi Bunut Abadi. Lebih jelasnya perbandingan antara kedua Pola Usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 13.
7.3
Analisis Switching Value Switching value atau nilai pengganti ditentukan dengan uji coba sehingga
menghasilkan nilai NPV mendekati nol. Nilai pengganti ini berupa besar perubahan biaya input produksi yaitu perubahan biaya produksi dan material (biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan obat-obatan, pupuk, tanah, gambut dan polybag) serta biaya bahan minyak (biaya untuk menoperasikan mesin molen dan transpotasi tanah dan gambut), perubahan jumlah output yang dijual. Switching value yang didapat dari hasil analisis ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi Parameter Peningkatan biaya produksi dan material Peningkatan BBM Penurunan jumlah output yang dijual
Switching Value Pola Usaha I (%) Pola Usaha II (%) 46,045867984 47,5344828184 674,986378697 696,807983635 28,5902684446556 28,0591097542306
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai yang mengganti usaha pembibitan ini dari layak menjadi tidak layak secara keseluruhan untuk Pola Usaha I (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan sewa lahan) adalah ketika terjadi peningkatan biaya produksi dan material sebesar 46,045867984%,
96
penurunan jumlah output yang dijual sebesar 28,5902684446556% atau peningkatan BBM sebesar 674,986378697%. Sedangkan untuk Pola Usaha II (usaha pembibitan Acacia crassicarpa dengan membeli lahan) ketika terjadi peningkatan biaya produksi dan material sebesar 47,5344828184%, penurunan jumlah output yang dijual sebesar 28,0591097542306% atau peningkatan BBM sebesar 696,807983635%. Pengembangan usaha pembibitan Acacia crassicarpa baik pola usaha I maupun pola usaha II sangat dipengaruhi oleh penurunan jumlah output yang dijual dan tidak sensitif terhadap peningkatan BBM.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap pengembangan
usaha pembibitan Akasia di Koperasi Bunut Abadi Desa Pinang Sebatang Barat Kecamatan Tualang Kabupaten Siak Riau baik dari dari aspek non finansial maupun aspek finansial, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha pembibitan Acasia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi merupakan salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh Unit Community Development PT Arara Abadi, Riau. 2. Analisis yang dilakukan terhadap aspek pasar, teknis, sosial, hukum dan aspek manajemen menunjukkan usaha pembibitan Akasia yang dilakukan Koperasi Bunut Abadi layak untuk dilaksanakan sebagai salah satu program pengembangan masyarakat (Community Development) baik untuk usaha pembibitan Akasia pola usaha I (usaha pembibitan Akasia dengan sewa lahan) maupun pola usaha II (usaha pembibitan dengan membeli lahan). Analisis terhadap aspek-aspek non finansial dilakukan secara deskriptif berdasarkan hasil pengambilan data di lapangan. 3. Hasil analisis finansial dengan kriteria investasi seperti NPV, Net B/C, IRR serta payback periode menunjukkan bahwa pengembangan usaha pembibitan Akasia pola usaha I (usaha pembibitan Akasia dengan sewa lahan) dan pola usaha II (usaha pembibitan Akasia dengan membeli lahan) layak untuk
98
dilaksanakan sebagai salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh Unit Community Development PT Arara Abadi, Riau. 4. Perbandingan hasil analisis kriteria investasi usaha pembibitan Akasia untuk pola usaha II (usaha pembibitan Akasia dengan membeli lahan) memberikan tingkat pengembalian investasi yang lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibitan Akasia pola usaha I (usaha pembibitan Akasia dengan sewa lahan), walaupun waktu pengembalian investasi usaha pembibitan Akasia pola usaha II lebih lama dibandingkan usaha pembibitan Akasia pola usaha I. 5. Analisis switching value yang dilakukan pada pola usaha I (usaha pembibitan Akasia dengan sewa lahan) maupun pola usaha II (usaha pembibitan Akasia dengan membeli lahan) menunjukkan bahwa kedua pola usaha ini tidak terlalu peka terhadap peningkatan BBM dan sangat sensitif terhadap peningkatan penurunan jumlah output yang dijual.
8.2
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis kelayakan
pengmbangan usaha pembibitan Akasia di Koperasi Bunut Abadi adalah : 1. Berdasarkan analisis aspek pasar, sebaiknya Koperasi Bunut
Abadi
menjalankan usaha yang terpadu dengan kegiatan PT Arara Abadi. 2. Berdasarkan analisis aspek sosial (dampaknya terhadap lingkungan sekitar usaha pembibitan Akasia), sebaiknya Koperasi Bunut Abadi membangun tempat pengolahan limbah padat maupun cair secara permanen. Untuk meminimalkan dampak negatif yang akan terjadi. Hal ini dikarenakan apabila skala usaha yang dijalankan Koperasi Bunut Abadi berkembang semakin besar.
99 3. Koperasi Bunut Abadi dalam mengusahakan pembibitan Akasia lebih baik menggunakan pola usaha II (usaha pembibitan Akasia dengan membeli lahan). Hal ini disebabkan karena pada usaha pembibitan Akasia pola usaha II memberikan nilai NPV terbesar sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan usaha pembibtan Akasia pola usaha I (usaha pembibitan Akasia dengan sewa lahan). Namun hal tersebut bukan jaminan apakah pola usaha II lebih baik dibandingkan pola usaha I. Pola usaha II beresiko untuk diusahakan karena sangat peka terhadap penurunan jumlah output yang dijual. 4. Berdasarkan analisis sensitivitas. Usaha pembibitan Acasia crassicarpa dengan pola usaha II sangat peka terhadap penurunan jumlah output yang dijual. Untuk menghindari penurunan terhadap jumlah output (bibit Akasia) yang dijual, sebaiknya Koperasi Bunut Abadi menjaga dan meningkatkan kualitas bibit Akasia. Dengan kulitas bibit yang baik dan terjamin akan berdampak pada peningkatan jumlah permintaan dari pasar. 5. Koperasi Bunut Abadi sebaiknya segera menyiapkan dana atau modal untuk pengembangan usaha sehingga dapat memenuhi jumlah permintaan bibit Akasia dari PT Arara Abadi.
DAFTAR PUSTAKA
Doral, J. C. and J. W. Trunbull. 1997. Australian Trees Shrubs : Spesies for Land Rehabilitation and Farm Planting in The Tropic. Australian Center for International Agricultural Reseach (ACIAR). Australia. Gittinger, J Price. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. John Hopkins. Jakarta. Hanum, I. F. and Van Der Maesn, L. J. G. 1997. Plant Resource of South-East Asia no 11. Auxiliary Plant. Bachuys Publisher. Leiden. Nedherland. Harbagung. 1991. Grafik Bonita Sementara Hutan Tanaman Acacia mangium Willd. Forest Reseach Bulletin 537 : 13-25. Husnan, S dan Suarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Hatta, M. 1982. Koperasi Membangun dan Membangun Koperasi. Gramedia. Jakarta. Kadariah, Lien Karlina dan Clive gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Kamaluddin. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Bioma. Malang. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Milenium. Prenhallindo. Jakarta. Lusiana, S. 2005. Analisis Kelayakan Usaha Bunga Potong Krisan Glory Fram Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Maylina. 2005. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Tanaman Hias Ruscus Aculeatus dengan Teknik Kultur Jaringan di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung-Cianjur. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Novianti, Reny. 2007. Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pembibitan Tanaman Hutan (pada PT. Sarbi Moerhani Lestari, Bogor). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Patricia, V. 2006. Kurva Bonita Tegakan Hutan Tanaman Akasia (studi kasus di areal rawa gambut hutan tanaman PT. Wirakarya Sakti Jambi). Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Permana, D. 2003. Teknik Pemeliharaan Bibit Acacia mangium Willd di Persemaian HPHTI PT. Wirakarya Sakti Jambi. Skripsi. Program Diploma III Budidaya Hutan Tanaman Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Putra, W. M. D. 2006. Analisis Kinerja Keuangan dan Kemampuan Pelayanan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Garut. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
101 Human Resources, Training and Development. 2007. Produksi Seedling Acasia crassicarpa Tahun 2007. PT. Arara Abadi. Sinarmas Forestry. Riau Samingan, T. 1982. Dendrology. PT. Gramedia. Anggota IKAPI. Yogyakarta. Setianingrum, Ingelia Putri. 2007. Analisis Community Development sebagai Bentuk Tanggungjawab Sosial Perusahaan (studi kasus PT. ISM Bogasari Flour Mills, jalan Raya Cilincing, Tanjing Priok, Jakarta Utara). Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setiawan, Ade I. 1993. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, Dikkie Aditya. 2006. Analisis Kelayakan Usaha Kelas Peusahaan Acacia Mangium KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeharto, Iman Ir. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Penerbit Erlangga. Jakarta. Triono, S. 2004. Potensi Penyerapan Karbondioksida Pada Akasia (Acacia crassicarpa) dan Gmelina (Gmenelia arborea Linn.) Berdasarkan Model Pertumbuhan Logistik dan Kurva Respon Cahaya. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Triaryanto, Bayu. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Kelayakan Investasi Pembibitan bunga Krisan di PT. Inggu Laut Abadi-Cianjur. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Trunbull, J. W. 1986. Multipurposes Australian Trees and Shrubs. Australian Centre for International Agricultural Reseach, Canberra. Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
LAMPIRAN
102
Lampiran 1. Layout Pembibitan Acasia crassicarpa Koperasi Bunut Abadi
U
e
a
a
a
a
a
a
a a
b b f
a a
c
d
g Keterangan : a : Tempat pembibitan Akasia b : Drum penyimpanan air c : Kolam dan Instalasi air d : Tempat pengadukan media e : Gudang penyimpanan pupuk dan peralatan f : Tempat penyimpanan benih Akasia g : Kantor Koperasi Bunut Abadi h : Sungai
Lampiran 2.
Jadwal Perawatan Seedling
a. Jadwal Perawatan Seedling di Tabung Hari (H) H 10-15
Bahan & Aplikasi Seedling yang tumbuh lebih dari 1 per tabung, dipindahkan ke tabung yang seedlingnya tidak tumbuh Tinggi : ± 2-3 cm ≥ H 21 Penyemprotan Insektisida Disemprot dengan pompa/solo sprayer 1x atau 2x seminggu & Fungisida Dosis sesuai dengan rekomendasi dari R&D H 21-50 Pupuk daun 0,3%, aplikasikan 1liter/rak dengan menggunakan pompa/solo ≥ H 50 Pupuk daun 0,5%, aplikasikan 1liter/rak dengan menggunakan pompa/solo sprayer. Pemupukan Aplikasikan 2x setiap minggu H 30 Seleksi kedua Penjarangan 60% H 50 Areal terbuka Penjarangan 50%. Pindahkan seedling dari 50% naungan ke area terbuka. Pengelompokkan bibit yang sama tinggi dalam 1 rak ≥ H 75- ≤ Seleksi ketiga Pilih seedling sesuai dengan standar, seedling terpilih diatur dengan penjarangan H 180 50%
Kegiatan Seleksi Pertama
Standar bibit seedling : tinggi/diameter pangkal batang : ≥ 20cm / ≥ 2mm
103
b. Jadwal Perawatan Seedling di Polybag Hari (H) H 10-15
H 21-50 ≥ H 21 > H 50 > H≤H 150
Kegiatan Seleksi Pertama
Bahan & Aplikasi Seedling yang tumbuh lebih dari 1 per polybag, dipindahkan ke polybag yang seedlingnya tidak tumbuh Tinggi : ± 2-3 cm Pemupukan Pupuk daun 0,3%(3gr/liter) aplikasikan dengan menggunakan pompa/solo sprayer. Aplikasikan 2x setiap minggu Penyemprotan fungisida & Disemprot dengan menggunakan pompa/solo sprayer 1x/2x dalam 1 minggu. Dosis Insektisida sesuai rekomendasi R&D Pemupukan Pupuk daun 0,5% aplikasikan dengan pompa/solo sprayer. Aplikasikan 1x seminggu Seleksi kedua Buka shade net yang menaungi polybag Seleksi bibit siap tanam Pilih seedling sesuai dengan standar
Standar bibit : tinggi ≥ 25cm, Jumlah daun ≥ 5 helai daun sempurna, diameter > 3mm. perakaran kompak, bebas hama penyakit
104
Lampiran 3.
STRUKTUR ORGANISASI KOPERASI BUNUT ABADI PERIODE TAHUN 2003/2008
PENGURUS
RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT)
KETUA MASRI WAKIL KETUA EDI HARAHAP
BADAN PENGAWAS 1. SUPARDI 2. SUDIRAN 3. NURAINI ROSITA
SEKRETARIS HERMAN WAKIL SEKRETARIS EDI NASWAN BENDAHARA ZAMZALI F.
MANAJER SUAREN
PENGAWAS UNIT NURSERY
PENGAWAS PERTANIAN TERPADU
BAG. ADMINISTRASI UMUM
BAG. PEMBUKUAN
EDI NASWAN
EDI NASWAN
ERMA WATI
JUMIYATI 105
Lampiran 4. Job Describtion pada Struktur Organisasi Koperasi Bunut Abadi No.
1. 2.
3.
4.
5.
Jenis Pekerjaan Ketua Wakil Ketua
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
Job Description -
Pengawasan seluruh unit usaha
-
Menandatangani surat menyurat yang tidak bisa ditanda tangani pengurus lain
-
Penerimaan dan pemberhentian tenaga kerja
-
Mengawasi tenaga kerja unit BPPM
-
Bertanggung jawab terhadap Administrasi koperasi
-
Menginventariskan semua asset koperasi
-
Pengurusan pajak
-
Pengurusan JAMSOSTEK
-
Pengurusan terhadap pembukuan/ laporan keuangan
-
Membuat data gaji karyawan
-
Pengawasan terhadap seluruh unit usaha
-
Membantu pekerjaan sekretaris
-
Bertanggung jawab terhadap laporan kas koperasi
-
Belanja kebutuhan koperasi
-
Pengambilan uang di Bank
-
Pengawasan terhadap seluruh unit usaha
106
No.
Jenis Pekerjaan Pengawas
6.
Lapangan
Job Description -
Bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan di lapangan
-
Memonitor kelengkapan sarana dan prasarana lapangan
-
Membuat laporan bulanan (produksi, bibit keluar, pemakaian pupuk dan pestisida)
-
Mengawasi penerapan pelaksanaan keputusan RAT
-
Memeriksa dan meneliti kebenaran buku-buku dan catatan-catatan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan organisasi dan usaha koperasi
7.
Badan Pengawas
-
Membuat laporan hasil pemeriksaan secara berkala
-
Merahasiakan hasil pemeriksaan kepada pihak ketiga kecuali kepada penyidik umum sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku
-
Memberikan laporan hasil pemeriksaan kepada RAT
107
108 Lampiran 5. Perincian biaya peralatan yang digunakan Koperasi Bunut Abadi
Produk Tampian Mangkok Baskom Sabit Parang Sekop Embret (tempat menyiram tanaman) Cangkul Timbangan kecil Palu Corong minyak Dirigen Kran Ember Ukur media Lampu Total
Peralatan Jumlah Harga satuan (Unit) (Rp.) 7 6000 5 3000 2 30000 2 25000 1 25000 5 25000 15 1 1 2 1 4 30 5 2
30000 35000 175000 22500 6500 35000 37500 9000 29000
Harga (Rp.) 42000 15000 60000 50000 25000 125000
Total Harga (Rp.) 84000 30000 120000 100000 50000 250000
450000 35000 175000 45000 6500 140000 1125000 45000 58000
900000 70000 350000 90000 13000 280000 2250000 90000 116000
2396500
4793000
Lampiran 6. Perincian Biaya Investasi dan Nilai SisaUsaha Pembibitan Akasia Pola Usaha I dan Pola Usaha II a. Perincian Biaya Investasi dan Nilai SisaUsaha Pembibitan Akasia Pola Usaha I (usaha pembibitan Akasia dengan sewa lahan)
Inventaris Produk Angkong (gerobak) Solo (sprayer) Mesin molen (mesin pengaduk media) Nozzle Selang (meter) Mesin Instalasi Air Sprinkle Timbangan besar Drum Bedeng Tower Pipa pralon (meter) Mobil pick-up Bangunan media Bangunan kantor Total
Jumlah (Unit) 10 5
Umur pakai (tahun) 2 2
Nilai/unit (Rp.) 185.000 210.000
Nilai Beli (Rp.) 1.850.000 1.050.000
Penyusutan/tahun (Rp.) 925.000 525.000
Akumulasi Penyusutan (Rp.) 1.850.000 1.050.000
Nilai Sisa (Rp.) 0 0
2
3
6.300.000
12.600.000
4.200.000
8. 400.000
4.200.000
7 1500 3 30 2 10 250 6 500 1 5 1
2 5 2 2 2 2 2 3 5 10 10 10
12.000 6.000 2.050.000 40.000 275.000 175.000 27500 1.345.000 15.000 103.000.000 7.394.000 55.000.000
84.000 9.000.000 6.150.000 1.200.000 550.000 1.750.000 6.875.000 8.070.000 7.500.000 103.000.000 36.970.000 55.000.000
84.000 9.000.000 6.150.000 1.200.000 550.000 1.750.000 6.875.000 5.380.000 7.500.000 103.000.000 36.970.000 55.000.000
0 0 0 0 0 0 0 2.690.000 0 0 0 0
42.000 1.800.000 3.075.000 600.000 275.000 875.000 3.437.500 2.690.000 1.500.000 10.300.000 3.697.000 5.500.000 39.441.500
6.890.000
109
b. Perincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Akasia Pola Usaha II (usaha pembibitan Akasia dengan membeli lahan) Produk Lahan (ha) Angkong (gerobak) Solo (sprayer) Mesin molen (mesin pengaduk media) Nozzle Selang (meter) Mesin Instalasi Air Sprinkle Timbangan besar Drum Bedeng Tower Pipa pralon (meter) Mobil pick-up Bangunan media Bangunan kantor Total
Jumlah (Unit) 4 10 5
Umur pakai (tahun) ~ 2 2
Nilai/unit (Rp.) 10.000.000 185.000 210.000
Inventaris Nilai Beli (Rp.) 40.000.000 1.850.000 1.050.000
Penyusutan/tahun (Rp.) ~ 925.000 525.000
Akumulasi penyusutan (Rp.) ~ 1.850.000 1.050.000
Nilai Sisa (Rp.) 40.000.000 0 0
2
3
6.300.000
12.600.000
4.200.000
12.600.000
4.200.000
7 1500 3 30 2 10 250 6 500 1 5 1
2 5 2 2 2 2 2 3 5 10 10 10
12.000 6.000 2.050.000 40.000 275.000 175.000 27500 1.345.000 15.000 103.000.000 7.394.000 55.000.000
84.000 9.000.000 6.150.000 1.200.000 550.000 1.750.000 6.875.000 8.070.000 7.500.000 103.000.000 36.970.000 55.000.000
42.000 1.800.000 3.075.000 600.000 275.000 875.000 3.437.500 2.690.000 1.500.000 10.300.000 3.697.000 55.000.000
84.000 9.000.000 6.150.000 1.200.000 550.000 1.750.000 6.875.000 8.070.000 7.500.000 103.000.000 36.970.000 55.000.000
0 0 0 0 0 0 0 2.690.000 0 0 0 0
39.441.500
46.890.000
110
111 Lampiran 7. Kebutuhan Pupuk, Obat-obatan, material untuk Pembibitan dengan Luasan 4 hektar pada Koperasi Bunut Abadi per Bulan a. Tabung Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp.) Total Biaya (Rp.) Pupuk Kg 1526 11.000 16.786.000 NPK Kg 315 10.400 3.276.000 TSP Kg 153 5.100 780.300 Urea Liter 46,6 95.000 4.427.000 Pupuk Majemuk Obat-obatan Kg 12 75.000 900.000 Fungisida Liter 6 125.000 750.000 Insektisida Ha 4 80.000 320.000 Herbisida Kg 540 1.500 810.000 Dolomit Material M3 90 66.000 5.940.000 Gambut 3 M 5 70.000 3.500.000 Pasir Sungai
b. Polybag Uraian Pupuk NPK TSP Urea Pupuk Majemuk Obat-obatan Fungisida Insektisida Herbisida Dolomit Material Gambut Polybag
Satuan
Jumlah
Total
37.489.300
Harga (Rp.)
Total Biaya (Rp.)
Kg Kg Kg Kg
1111 472 124 68,25
11.000 10.400 5.100 95.000
12.221.000 4.908.800 632.400 6.483.750
Kg Kg Ha Kg
15,6 7,79 4 810
75.000 125.000 80.000 1.500
1.170.000 973.750 320.000 1.215.000
M3 Kg
89,1 416
66.000 24.000
5.880.600 9.984.000
Total
43.789.300
Lampiran 8. a. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembibitan Akasia Pola Usaha I Biaya Variabel Sewa Lahan Biaya pemeliharaan Sarana Produksi Biaya perjalanan Dinas&Dana Sosial Biaya pemeliharaan mesin dan mobil Biaya tenaga kerja Biaya produksi dan material Lain-lain Total biaya variabel Biaya tetap Peralatan Alat-alat kantor Listrik BBM Transportasi Material Total biaya tetap Total pengeluaran
1 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
2 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
3 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
4 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
Tahun 5 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
6 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
7 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
8 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
9 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
10 28200000 42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2668422000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2745815000
b. Rincian Biaya Operasional Usaha Pembibitan Akasia Pola Usaha II Biaya Variabel
Tahun 1
5
6
7
8
9
10
Biaya pemeliharaan Sarana Produksi
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya perjalanan Dinas&Dana Sosial
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya pemeliharaan mesin dan mobil
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
Peralatan
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
Alat-alat kantor
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
Listrik
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
BBM
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
Biaya tenaga kerja Biaya produksi dan material Lain-lain Total biaya variabel
2
3
4
Biaya tetap
Transportasi Material
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
Total biaya tetap
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
Total pengeluaran
Lampiran 9. Proyeksi Laporan Rugi/Laba Pola Usaha I (Sewa lahan) Usaha Pembibitan Acasia crssicarpa Koperasi Bunut Abadi
1 Penerimaan Penerimaan Akasia Tabung Penerimaan Akasia Polybag Total Penerimaan Pengeluaran Biaya Operasional Biaya Variabel Sewa Lahan Biaya pemeliharaan Sarana Produksi Biaya perjalanan Dinas dan Dana Sosial Biaya pemeliharaan mesin dan mobil Biaya tenaga kerja Biaya produksi dan material Lain-lain Total biaya variabel Biaya tetap Peralatan Alat-alat kantor Listrik BBM Transportasi Material Total biaya tetap Total pengeluaran Pendapatan sebelum pajak Ppn Pendapatan Kotor Penyusutan Pendapatan Bersih Pajak Penghasilan
2
3
4
TAHUN 5
6
7
8
9
10
1701000000 1701000000 1701000000 1701000000 1701000000 1701000000 1701000000 1701000000 1701000000 1701000000 1656500000 1656500000 1656500000 1656500000 1656500000 1656500000 1656500000 1656500000 1656500000 1656500000 3357500000 3357500000 3357500000 3357500000 3357500000 3357500000 3357500000 3357500000 3357500000 3357500000
28200000 28200000 28200000 28200000 28200000 28200000 28200000 28200000 28200000 28200000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 42300000 98700000 98700000 98700000 98700000 98700000 98700000 98700000 98700000 98700000 98700000 1473670800 1473670800 1473670800 1473670800 1473670800 1473670800 1473670800 1473670800 1473670800 1473670800 949903200 949903200 949903200 949903200 949903200 949903200 949903200 949903200 949903200 949903200 33348000 33348000 33348000 33348000 33348000 33348000 33348000 33348000 33348000 33348000 2668422000 2668422000 2668422000 2668422000 2668422000 2668422000 2668422000 2668422000 2668422000 2668422000 4793000 4793000 4793000 4793000 4793000 4793000 4793000 4793000 4793000 4793000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 35100000 35100000 35100000 35100000 35100000 35100000 35100000 35100000 35100000 35100000 29700000 29700000 29700000 29700000 29700000 29700000 29700000 29700000 29700000 29700000 77393000 77393000 77393000 77393000 77393000 77393000 77393000 77393000 77393000 77393000 2745815000 2745815000 2745815000 2745815000 2745815000 2745815000 2745815000 2745815000 2745815000 2745815000 611685000 611685000 611685000 611685000 611685000 611685000 611685000 611685000 611685000 611685000 198450000 198450000 198450000 198450000 198450000 198450000 198450000 198450000 198450000 198450000 413235000 413235000 413235000 413235000 413235000 413235000 413235000 413235000 413235000 413235000 39441500 39441500 39441500 39441500 39441500 39441500 39441500 39441500 39441500 39441500 373793500 373793500 373793500 373793500 373793500 373793500 373793500 373793500 373793500 373793500 70948375 70948375 70948375 70948375 70948375 70948375 70948375 70948375 70948375 70948375
Lampiran 10. Cashflow Usaha Pembibitan Acasia crassicarpa Pola Usaha I
TAHUN 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Penerimaan Akasia Tabung
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
Penerimaan Akasia Polybag
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3314390000
Rak Tabung&tabung(hibah dari PT Arara Abadi) Paranet (hibah dari PT Arara Abadi)
8000000 24000000
Nilai Sisa Total Penerimaan
6890000 32000000
Pengeluaran Biaya Investasi Ankong
1850000
1850000
1850000
Solo
1050000
1050000
1050000
Mesin Molen
12600000
1850000 1050000
12600000
Noozle
84000
Selang
9000000
Mesin Instalasi air
6150000
6150000
6150000
6150000
Sprinkle
1200000
1200000
1200000
1200000
550000
550000
550000
550000
Drum
1750000
1750000
1750000
1750000
Bedeng
6875000
6875000
6875000
6875000
Tower
8070000
Pipa Pralon
7500000
Timbangan Besar
Mobil
36970000
Bangunan Kantor
55000000
Paranet (hibah dari PT Arara Abadi) Total Biaya Investasi
84000
84000 9000000
8070000
8070000 7500000
103000000
Bangunan Media Rak Tabung&tabung(hibah dari PT Arara Abadi)
84000
12600000
8000000 24000000 283649000
19509000
20670000
19509000
16500000
40179000
Biaya Variabel Sewa Lahan
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
Biaya pemeliharaan Sarana Produksi
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya perjalanan Dinas dan Dana Sosial
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya pemeliharaan mesin dan mobil
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
Peralatan
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
Alat-alat kantor
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
Listrik
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
BBM
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
Biaya tenaga kerja Biaya produksi dan material Lain-lain Total biaya variabel Biaya tetap
Transportasi Material
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
Total biaya tetap
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
Total Biaya operasional
2745815000
2745815000
2745815000
2745815000
2745815000
2745815000
2745815000
2745815000
2745815000
2745815000
Total Pengeluaran
283649000
2745815000
2765324000
2745815000
2766485000
2765324000
2762315000
2745815000
2785994000
2745815000
2745815000
Pendapatan Kotor
-251649000
561685000
542176000
561685000
541015000
542176000
545185000
561685000
521506000
561685000
568575000
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
-251649000
490736625
471227625
490736625
470066625
471227625
474236625
490736625
450557625
490736625
497626625
1
0,950118765
0,902725667
0,857696596
0,81491363
0,774264732
0,735643451
0,698948647
0,664084225
0,630958884
0,599485875
-251649000
466258076
425389272,2
420903132,8
383063699,9
364854930,8
348869067,3
342999700
299208211,2
309634633,1
298320132,8
Pph Net Benefit DF 5,25% PV DF 5,25% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
306649000 3659500856 Rp2.470.607.110,66 11,93384246 178% 1 tahun 8 bulan
Lampiran 11. Proyeksi Laporan Rugi/Laba Pola Usaha II (membeli lahan) Usaha Pembibitan Acasia crssicarpa Koperasi Bunut Abadi
1 Penerimaan Penerimaan Akasia Tabung Penerimaan Akasia Polybag Total Penerimaan Pengeluaran Biaya Operasional Biaya Variabel Biaya pemeliharaan Sarana Produksi Biaya perjalanan Dinas dan Dana Sosial Biaya pemeliharaan mesin dan mobil Biaya tenaga kerja Biaya produksi dan material Lain-lain Total biaya variabel Biaya tetap Peralatan Alat-alat kantor Listrik BBM Transportasi Material Total biaya tetap Total pengeluaran Pendapatan sebelum pajak Ppn Pendapatan Kotor Penyusutan Pendapatan Bersih Pajak Penghasilan
2
3
4
TAHUN 5
6
7
8
9
10
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
1701000000 1656500000 3357500000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
42300000 42300000 98700000 1473670800 949903200 33348000 2640222000
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
4793000 6000000 1800000 35100000 29700000 77393000 2717615000 639885000 198450000 441435000 39441500 401993500 80697725
Lampiran 12. Cashflow Usaha Pembibita nAcasia crassicarpa Pola Usaha II
TAHUN 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Penerimaan Akasia Tabung
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
Penerimaan Akasia Polybag
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3354390000
Rak Tabung & tabung (hibah dari PT Arara Abadi) Paranet (hibah dari PT Arara Abadi)
8000000 24000000
Nilai Sisa Total Penerimaan
46890000 32000000
Pengeluaran Biaya Investasi Lahan
40000000
Ankong
1850000
1850000
1850000
Solo
1050000
1050000
1050000
Mesin Molen
12600000
1850000 1050000
12600000
Noozle
84000
Selang
9000000
Mesin Instalasi air
6150000
6150000
6150000
6150000
Sprinkle
1200000
1200000
1200000
1200000
550000
550000
550000
550000
Drum
1750000
1750000
1750000
1750000
Bedeng
6875000
6875000
6875000
6875000
Tower
8070000
Pipa Pralon
7500000
Timbangan Besar
Mobil
36970000
Bangunan Kantor
55000000
Paranet (hibah dari PT Arara Abadi) Total Biaya Investasi
84000
84000 9000000
8070000
8070000 7500000
103000000
Bangunan Media Rak Tabung & tabung (hibah dari PT Arara Abadi)
84000
12600000
8000000 24000000 323649000
19509000
20670000
19509000
16500000
40179000
Lampiran 13. Perbandingan Nilai yang Diperoleh dari Uji Kriteria Investasi Antara Pola Usaha I dengan Pola Usaha II Kriteria Investasi Tingkat Diskonto NPV Net B/C IRR Payback Periode
Pola Usaha I 5,25% 2.470.607.110,66 11,93384246 178% 1 tahun 8 bulan
Pola Usaha II 5,25% 2.550.479.259,23 12,47105765 159% 1 tahun 9 bulan
Biaya Variabel Biaya pemeliharaan Sarana Produksi
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya perjalanan Dinas dan Dana Sosial
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya pemeliharaan mesin dan mobil
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
2640222000
Peralatan
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
Alat-alat kantor
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
Listrik
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
BBM
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
Biaya tenaga kerja Biaya produksi dan material Lain-lain Total biaya variabel Biaya tetap
Transportasi Material
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
Total biaya tetap
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
Total Biaya operasional
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
2717615000
Total Pengeluaran
323649000
2717615000
2737124000
2717615000
2738285000
2737124000
2734115000
2717615000
2757794000
2717615000
2717615000
Pendapatan Kotor
-291649000
589885000
570376000
589885000
569215000
570376000
573385000
589885000
549706000
589885000
636775000
80697725
80697725
80697725
80697725
80697725
80697725
80697725
80697725
80697725
80697725
-291649000
509187275
489678275
509187275
488517275
489678275
492687275
509187275
469008275
509187275
556077275
1
0,950118765
0,902725667
0,857696596
0,81491363
0,774264732
0,735643451
0,698948647
0,664084225
0,630958884
0,599485875
-291649000
483788384,8
442045147,6
436728192,5
398099386,1
379140618,4
362442167,2
355895756,9
311460996,8
321276234,6
333360471,9
Pph Net Benefit DF 5,25% PV DF 5,25% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
306649000 3824237357 Rp2.550.479.259,23 12,47105765 159% 1 tahun 9 bulan
Lampiran 14. SWITCHING VALUE 1 Cashflow Pola Usaha I (Kenaikan biaya produksi dan material 46,0458679840%)
TAHUN 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Penerimaan Akasia Tabung
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
Penerimaan Akasia Polybag
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3314390000
28200000
28200000
Rak Tabung & tabung (hibah dari PT Arara Abadi) Paranet (hibah dari PT Arara Abadi)
8000000 24000000
Nilai Sisa Total Penerimaan
6890000 32000000
Pengeluaran Biaya Investasi Ankong
1850000
1850000
1850000
Solo
1050000
1050000
1050000
Mesin Molen
12600000
1850000 1050000
12600000
Noozle
84000
Selang
9000000
Mesin Instalasi air
6150000
6150000
6150000
6150000
Sprinkle
1200000
1200000
1200000
1200000
550000
550000
550000
550000
Drum
1750000
1750000
1750000
1750000
Bedeng
6875000
6875000
6875000
6875000
Tower
8070000
Pipa Pralon
7500000
Timbangan Besar
Mobil
36970000
Bangunan Kantor
55000000
Paranet (hibah dari PT Arara Abadi) Total Biaya Investasi
84000
84000 9000000
8070000
8070000 7500000
103000000
Bangunan Media Rak Tabung & tabung (hibah dari PT Arara Abadi)
84000
12600000
8000000 24000000 283649000
19509000
20670000
19509000
16500000
28200000
28200000
28200000
40179000
Biaya Variabel Sewa Lahan
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
Lampiran 15. SWITCHING VALUE 2 Cashflow Pola Usaha I (Kenaikan BBM 674,986378697% ) TAHUN 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penerimaan Penerimaan Akasia Tabung
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
1701000000
Penerimaan Akasia Polybag
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
1606500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3307500000
3314390000
28200000
28200000
Rak Tabung & tabung (hibah dari PT Arara Abadi) Paranet (hibah dari PT Arara Abadi)
8000000 24000000
Nilai Sisa Total Penerimaan
6890000 32000000
Pengeluaran Biaya Investasi Ankong
1850000
1850000
1850000
Solo
1050000
1050000
1050000
Mesin Molen
12600000
1850000 1050000
12600000
Noozle
84000
Selang
9000000
Mesin Instalasi air
6150000
6150000
6150000
6150000
Sprinkle
1200000
1200000
1200000
1200000
550000
550000
550000
550000
Drum
1750000
1750000
1750000
1750000
Bedeng
6875000
6875000
6875000
6875000
Tower
8070000
Pipa Pralon
7500000
Timbangan Besar
Mobil
36970000
Bangunan Kantor
55000000
Paranet (hibah dari PT Arara Abadi) Total Biaya Investasi
84000
84000 9000000
8070000
8070000 7500000
103000000
Bangunan Media Rak Tabung & tabung (hibah dari PT Arara Abadi)
84000
12600000
8000000 24000000 283649000
19509000
20670000
19509000
16500000
28200000
28200000
28200000
40179000
Biaya Variabel Sewa Lahan
28200000
28200000
28200000
28200000
28200000
Biaya pemeliharaan Sarana Produksi
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya perjalanan Dinas dan Dana Sosial
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya pemeliharaan mesin dan mobil
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
949903200
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
2668422000
Peralatan
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
Alat-alat kantor
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
Listrik
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
272020218,9
272020218,9
272020218,9
272020218,9
272020218,9
272020218,9
272020218,9
272020218,9
272020218,9
272020218,9
Biaya tenaga kerja Biaya produksi dan material Lain-lain Total biaya variabel Biaya tetap
BBM Transportasi Material Total biaya tetap Total Biaya operasional
230170954,5
230170954,5
230170954,5
230170954,5
230170954,5
230170954,5
230170954,5
230170954,5
230170954,5
230170954,5
514784173,4
514784173,4
514784173,4
514784173,4
514784173,4
514784173,4
514784173,4
514784173,4
514784173,4
514784173,4
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
Total Pengeluaran
283649000
3183206173
3202715173
3183206173
3203876173
3202715173
3199706173
3183206173
3223385173
3183206173
3183206173
Pendapatan Kotor
-251649000
124293826,6
104784826,6
124293826,6
103623826,6
104784826,6
107793826,6
124293826,6
84114826,6
124293826,6
131183826,6
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
-251649000
53345451,6
33836451,6
53345451,6
32675451,6
33836451,6
36845451,6
53345451,6
13166451,6
53345451,6
60235451,6
1
0,950118765
0,902725667
0,857696596
0,81491363
0,774264732
0,735643451
0,698948647
0,664084225
0,630958884
0,599485875
-251649000
50684514,59
30545033,35
45754212,25
26627670,89
26198371,13
27105115,17
37285731,22
8743632,81
33658786,59
36110302,42
Pph Net Benefit DF 5,25% PV DF 5,25% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
306649000 322713370,4 Rp0,00 1,052386835 5% 10 tahun
Biaya pemeliharaan Sarana Produksi
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya perjalanan Dinas dan Dana Sosial
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
42300000
Biaya pemeliharaan mesin dan mobil
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
98700000
Biaya tenaga kerja
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
1473670800
Biaya produksi dan material
1387294373
1387294373
1387294373
1387294373
1387294373
1387294373
1387294373
1387294373
1387294373
1387294373
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
33348000
3105813173
3105813173
3105813173
3105813173
3105813173
3105813173
3105813173
3105813173
3105813173
3105813173
Peralatan
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
4793000
Alat-alat kantor
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
6000000
Listrik
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
1800000
BBM
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
35100000
Lain-lain Total biaya variabel Biaya tetap
Transportasi Material
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
29700000
Total biaya tetap
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
77393000
Total Biaya operasional
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
3183206173
Total Pengeluaran
283649000
3183206173
3202715173
3183206173
3203876173
3202715173
3199706173
3183206173
3223385173
3183206173
3183206173
Pendapatan Kotor
-251649000
124293826,6
104784826,6
124293826,6
103623826,6
104784826,6
107793826,6
124293826,6
84114826,6
124293826,6
131183826,6
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
70948375
-251649000
53345451,6
33836451,6
53345451,6
32675451,6
33836451,6
36845451,6
53345451,6
13166451,6
53345451,6
60235451,6
1
0,950118765
0,902725667
0,857696596
0,81491363
0,774264732
0,735643451
0,698948647
0,664084225
0,630958884
0,599485875
-251649000
50684514,59
30545033,35
45754212,25
26627670,89
26198371,13
27105115,17
37285731,22
8743632,81
33658786,59
36110302,42
Pph Net Benefit DF 5,25% PV DF 5,25% PV Negatif PV Positif NPV Net B/C IRR Payback Period
306649000 322713370,4 Rp0,00 1,052386835 5% 10 tahun
138
Lampiran 22.
Dokumentasi
Bibit Akasia umur 1 bulan
Tanam Benih
Bibit yang akan dijual
Kantor Koperasi Bunut Abadi
Perawatan
Gudang pupuk & peralatan
Bibit Akasia umur 3 bulan
Panen
Instalasi air