ANALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPEMILIKAN USAHA MANDIRI MAHASISWA ITS 1
Wasa Yulia, 2Dwi Endah Kusrini, S.Si., M.Si. Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS (1305 100 003) 2 Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS 1
[email protected],
[email protected]
1
Abstrak Institut Teknologi Sepuluh nopember (ITS) saat ini sedang menggiatkan pendidikan kewirausahaan untuk menumbuhkan jiwa dan perilaku berwirausaha serta wadah bagi mahasiswa untuk berwirausaha. Masih sedikit diantara mahasiswa yang benar-benar memanfaatkan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan sebagai peluang untuk berwirausaha. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik mahasiswa ITS yang memiliki usaha mandiri serta mencari faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kepemilikan usaha mandiri mahasiswa ITS. Variabel respon yang digunakan adalah kepemilikan usaha mandiri. Sedangkan variabel prediktor terdiri atas usia, IPK, serta ciri-ciri kepribadian wirausaha, pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh teman di lingkungan kampus kesempatan, kebebasan dan kepuasan menjalani hidup. Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis regresi logistik biner. Hasil yang diperoleh menunjukkan sebagian kecil mahasiswa yang memiliki usaha mandiri. Mahasiswa yang memiliki usaha mandiri paling banyak pria dari FTI dan wanita dari FMIPA. Sebagian besar diantara mereka besar pengeluaran dalam satu bulan kurang dari Rp 700.000 dan berasal dari luar Suarabaya. Tingkat prestasi akademik IPK berkisar antara 3,00-3,50. Banyak diantara mereka pernah mengikuti kegiatan kewirausahaan tetapi tidak pernah punya pengalaman berwirausaha. Variabel IPK, kepribadian berani mengambil resiko, evaluasi diri dan pengaruh lingkungan keluarga secara signifikan (α=15%) berpengaruh terhadap kepemilikan usaha mandiri mahasiswa ITS. Kata kunci : Kewirausahaan, regresi logistik biner, faktor-faktor pengaruh kepemilikan usaha mandiri
Peranan perguruan tinggi diperlukan untuk memberikan informasi, pengetahuan, pemahaman tentang kewirausahaan serta memberikan wadah bagi mahasiswa untuk berwirausaha. Pada mahasiswa ITS hanya sebagian kecil yang mengembangkan usaha dengan memanfaatkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan. Sebagian besar usaha yang dilakukan adalah usaha berskala kecil dan dilakukan untuk kalangan sekitar saja. Penelitian ini dilakukan untuk mencari apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepemilikan usaha mandiri mahasiswa ITS, serta ingin mengetahui bagaimana karakteristik mahasiswa ITS baik yang memiliki usaha mandiri maupun yang tidak. Metode yang digunakan adalah stastistika deskriptif dan analisis regresi logistik biner untuk mengetahui besarnya peluang mahasiswa terdorong memiliki usaha mandiri. Diharapkan nantinya dapat dijadikan masukan bagi pihak institut untuk memberikan pendidikan kewirausahaan. Batasan yang digunakan yaitu mahasiswa ITS S1 dan D3 angkatan 2005-2008 dan usaha mandiri termasuk bisnis MLM (Multi Level Marketing) dan les privat LBB (Lembaga
1. Pendahuluan Kewirausahaan sedang gencar dilakukan terutama dalam dunia pendidikan. Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) mencanangkan program kewirausahaan mahasiswa menjadi prioritas nasional (Irwandi, 2009) sebagai upaya pembenahan sistem pendidikan agar terjadi keselarasan antara pendidikan dan dunia kerja. Institut Teknologi Sepuluh nopember (ITS) juga turut berpartisipasi, salah satunya memberlakukan Technopreneurship sebagai mata kuliah wajib untuk merubah mindset dari job seeker menjadi job creator dan membekali mahasiswa menyusun sebuah proposal bisnis. Dengan berwirausaha, diharapkan ketergantungan untuk bekerja akan berkurang. Faktor yang mempengaruhi seseorang terdorong untuk berwirausaha adalah kepribadian (Nasution, 2001) dan aspek lain seperti faktor usia, pendidikan, lingkungan keluarga dan pergaulan. Yohnson (2003) menyatakan seseorang termotivasi menjadi wirausaha karena adanya faktor kesempatan, kebebasan dan kepuasan dalam menjalani hidup.
1
Bimbingan Belajar) baik yang bermodal sendiri, keluarga maupun milik orang lain.
2.3 Regresi Logistik Biner Merupakan model regresi logistik dengan variabel respon (Y) berskala kategori biner yaitu mempunyai dua kategori nilai 0 dan 1 (Agresti, 1990). Analisis ini digunakan untuk mencari pola hubungan secara probabilitas antara variabel x dengan p (probabilitas kejadian yang diakibatkan oleh x). Nilai fungsi logistik berkisar antara 0 dan 1. Fungsi regresi logistik :
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Uji Validitas Memastikan sejauh mana kemampuan alat ukur dapat tepat mengukur aspek yang dimaksudkan (Sekaran, 2004). Uji validitas yang digunakan adalah nilai korelasi Spearman.
rs _ hitung = 1 − dengan
∑d
2 i
n
6∑ d i2 n(n 2 − 1)
π ( x) =
(1) 2
exp(β 0 + β 1 x1 + .... + β k xk ) (1) 1 + exp(β 0 + β 1 x1 + .... + β k xk
(3) Suatu transformasi untuk nilai π (x ) yang disebut dengan transformasi logit dilakukan untuk memperoleh asumsi nilai log odds ratio mempunyai hubungan linear terhadap x. (Hosmer, 2000). g ( x ) = β0 + β1 x1 + β2 x2 +............ + βk xk (4)
= ∑ [R( X i ) − R(Yi )] i =1
R(Xi) = peringkat untuk sampel Xi. R(Yi) = peringkat untuk sampel Yi. di = selisih antara R(Xi) dan R(Yi) Hipotesis : H0 = pertanyaan tidak dapat mengukur aspek yang sama H1 = pertanyaan mengukur aspek yang sama Tolak Ho jika rxy > r tabel pada baris n, signifikansi α Untuk sampel besar atau jumlah n > 30, menggunakan aproksimasi yang didekati dengan distribusi normal.
Pengujian Estimasi Parameter Model 1. Uji Serentak H0 : β0 = β1 = ...........= βk = 0 H1 : minimal ada satu β ≠ 0 Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji G atau Likelihood Ratio Test (Hosmer,2000) ⎡ ⎛ n1 ⎞ n1 ⎛ n0 ⎞ n0 ⎤ ⎥ ⎢ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ n n ⎥ G = −2 ln ⎢ n ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎢ yi (1− yi ) ⎥ ⎥ ⎢ ∏ πˆ i (1 − πˆ i ) ⎦⎥ ⎣⎢ i =1
2.2 Uji Reliabilitas (Alpha Cronbach) Suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran yang dilakukan tanpa bias (Sekaran, 2004). Metode yang dipakai adalah Alpha Cronbach. Rumus dari pengujian ini adalah (Cronbach, 1946): k ⎛ ⎞ ⎜ ∑S2p ⎟ k ⎜ αc = 1 − p=1 2 ⎟⎟ k −1 ⎜ S xt ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ (2) k = jumlah belahan yang dibuat S2p = Standard deviasi skor pada masing-masing belahan S2xt = Standard deviasi kuadrat dari total skor Bila nilai αc mendekati nilai 1,0 maka realibilitasnya semakin baik, bila dibawah 0,6 dianggap buruk. Bila lebih dari 0,7 maka dapat diterima, jika lebih dari 0,8 sudah dianggap baik (Sekaran, 2004).
n
n
i =1
i =1
(5)
n1 = ∑ yi ; n0 = ∑ (1 − yi ) ; n = n0 + n1 Tolak Ho jika G > X 2 (α , k ) banyaknya parameter.
; k adalah
2. Uji Parsial H0 : βi = 0 H1 : βi ≠ 0 Statistik uji –Wald : W ( wald ) = Tolak
W >X 2
2
2
Ho (α , v )
βˆ i
jika
SE
( βˆ i )
jika
(6)
W > Zα / 2
dengan v adalah derajat bebas
atau
Pendidikan. Semakin banyak seseorang tertarik untuk belajar dalam dunia pendidikan akan meningkatkan dalam usahanya. b. Kepribadian Ciri-ciri seorang wirausaha atau karakter psikologis yang membedakan mengapa kadang kala seseorang lebih dapat memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain (Shane, 2003). 1) Ekstraversi. 2) Agreebleeness (Kesepahaman). 3) Berani mengambil resiko. 4) Kebutuhan berprestasi dan independen. 5) Evaluasi diri 6) Overconfidence c. Motif pribadi meliputi motif untuk bekerja dan motif untuk kreatif 2. Aspek Eksternal a. Lingkungan keluarga b. Lingkungan bekerja 2.5 Penelitian sebelumnya 1. Cholisi (1991) : ada pengaruh positif antara latar belakang keluarga mahasiswa dengan pekerjaan kewirausahaan terhadap motivasi usaha dan usaha mandiri mahasiswa ITS. 2. Meynita (2006) : adanya pengaruh antara pola asuh orang tua secara demokratis terhadap pembentukan jiwa wirausaha menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM), studi kasus mahasiswa Teknik Industri ITS. 3. Yohnson (2003), mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausaha yaitu faktor kesempatan, faktor kebebasan dan faktor kepuasan menjalani hidup
Uji Kesesuaian Model Ho : model sesuai (tidak ada perbedaan antara observasi dengan hasil kemungkinan prediksi hasil) H1 : model tidak sesuai (ada perbedaan antara observasi dengan hasil kemungkinan prediksi hasil) Statistik uji (Hosmer, 2000): g (O − n'k π&&&k )2 Cˆ = ∑ k &&&k (1 − π&&&k ) g =1 n'k π
(7)
g = banyak kelompok n’k = jumlah subjek pada kelompok ke-k Ok = jumlah nilai dari variabel respon pada ck kombinasi variabel prediktor
π&&&k = ∑ j =1 Ck
m jπˆ (x j ) n 'k
=rata-rata taksiran
probabilitas di-mana mj adalah banyaknya subyek dengan ck kombinasi variabel prediktor. Tolak Ho jika Cˆ > X 2 (α , g − 2 ) Intepretasi koefisien parameter dalam analisis regresi logistik dilakukan dengan menggunakan nilai odds ratio. Intepretasi dari nilai odds ratio menunjukkan pengaruh variabel prediktor terhadap veriabel respon. Variabel prediktor dengan skala kontinyu memerlukan perubahan sebesar ’c’ untuk mengintepretasikan nilai odds ratio. 2.4 Definisi Entrepreneur (Wirausaha) dan Minat Berwirausaha Menurut Meredith (2000) seorang entrepreneur atau wirausahawan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha meliputi dua aspek yaitu (Utami, 2007): 1. Aspek Internal, terdiri dari a. Demografi meliputi Usia. Menurut Hurlock (Utami, 2007) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan dengan proses perkembangan manusia.
3. Metodologi Penelitian 3.1 Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling proporsional dari populasi mahasiswa ITS program studi S1 dan D3 yang berstatus aktif angkatan 2005-2008. Rumus sampling proporsional yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel (Cochran, 1991) :
3
8. Tempat tinggal selama menjadi mahasiswa di ITS (TT) 9. Pekerjaan orang tua/ayah (PO) 10. Pendidikan terakhir ayah (PA) 11. Pendidikan terakhir ibu (PI) 12. IPK saat ini (x2) 13. Pernah memiliki pengalaman menjalankan usaha (PP) 14. Pernah mengikuti kegiatan kewirausahaan seperti pelatihan, seminar, lomba bisnis plan, dsb (PK) 15. Ingin membuka usaha/penghasilan sendiri untuk menyalurkan ide/ajang kreatifitas (Kr) 16. Ingin membuka usaha/penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup/bekerja (Bk) Ciri-ciri pribadi wirausaha Ekstraversi (x3) Kesepahaman (x4) Berani mengambil resiko (x5) Berkeinginan untuk selalu berprestasi dan independen (x6) Evaluasi diri / Locus of control (x7) Overconfidence (x8) Faktor Eksternal Pengaruh lingkungan keluarga (x9) Pengaruh teman di lingkungan kampus (x10) Kesempatan (x11) Kebebasan (x12) Kepuasan menjalani hidup (x13) Kategori untuk variabel x3 sampai dengan x13 adalah : 1 = Rendah, jika bernilai antara 0– 1,25 cm 2 = Sangat rendah, jika bernilai antara 1,26– 2,5 cm 3 = Tinggi, jika bernilai antara 2,6– 3,75 cm 4 = Sangat tinggi, jika bernilai antara 3,76 – 5 cm 3.3 Metode Analisis Data Langkah-langkah analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui karakteristik mahasiswa berdasarkan variabel demografi, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah : a. Analisis deskriptif dengan membuat diagram batang dan tabulasi silang untuk variabel demografi dengan variabel y. Tujuan penelitian kedua adalah menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
z 2 PQ d2 n= 1 ⎛ z 2 PQ ⎞ 1 + ⎜⎜ 2 − 1⎟⎟ N⎝ d ⎠ Keterangan: n = jumlah minimal ukuran sampel yang harus diambil N = jumlah populasi, yaitu 9373 z = nilai baku dari tabel distribusi normal dengan tingkat kepercayaan α=0,05 P = nilai penduga proporsi mahasiswa yang memiliki usaha mandiri dari populasi, didapatkan dari hasil survey pendahuluan sebesar 0,24 Q = nilai penduga proporsi mahasiswa yang tidak memiliki usaha mandiri dari populasi d = batas kesalahan taksiran antara pˆ dengan P, digunakan 0,08 Sehingga jumlah n minimal yang diambil adalah sebanyak 108,65 ≈ 109 responden Sedangkan ukuran sampel pada tiap jurusan diambil secara proporsional antara jumlah populasi mahasiswa di jurusan tersebut dengan jumlah populasi keseluruhan. Selanjutnya sampel diambil secara acak berdasarkan NRP mahasiswa pada masing-masing jurusan. Pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 127 responden. 3.2 Variabel dan cara pengukuran Mahasiswa memiliki usaha mandiri (Y) Variabel ini berperan sebagai variabel respon dan merupakan variabel kategorik, berskala biner. Adapun kategori pada variabel ini adalah : Y =1, jika mahasiswa saat ini memiliki usaha mandiri Y = 0, jika mahasiswa saat ini tidak memiliki usaha mandiri. Demografi 1. Jenis kelamin. 2. Usia (x1) 3. Fakultas (Fak) 4. Angkatan (Angk) 5. Daerah asal (DA) 6. Pengeluaran setiap bulan (P1) 7. Sumber dana yang didapatkan untuk keperluan setiap hari (Smbr)
4
kepemilikan usaha mandiri. Metode yang digunakan adalah analisis regresi logistik biner. a. Membentuk model regresi logistik individu antara variabel respon (y) dari setiap variabel prediktor. b. Pemilihan variabel prediktor yang signifikan pada model regresi logistik individu menggunakan uji individu. c. Membuat model regresi logistik berganda berdasarkan variabel prediktor yang signifikan. d. Pemilihan model terbaik dengan variabel prediktor yang signifikan pada model regresi logistik berganda dilakukan secara bertahap menggunakan metode backward stepwise conditional e. Parameter dari model yang telah diperoleh diuji secara serentak dengan statistik uji Likelihood Ratio Test dan serta uji Wald untuk menguji secara parsial. f. Model regresi logistik biner yang didapat diuji kesesuaian dengan uji goodness of fit. g. Mengintepretasikan model tersebut berdasarkan nilai odds ratio. h. Mengambil kesimpulan.
Variabel
(x4)
(x5)
(x6)
(x7)
4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Uji validitas Uji validitas dilakukan pada variabel yang memuat sebuah konstruk (konsep). Pendekatan nilai tabel yang dipakai adalah tabel Z karena jumlah n >30 yaitu Ztabel(0,475) = 1,96.
(x8)
Tabel 4.1 Hasil uji validitas menggunakan korelasi Spearman Variabel
(x3)
(x4)
Pertanyaan
Zhit
No
Korelasi Spearman
a1
0.676
7.59
a2
0.698
7.81
a3
0.703
7.89
a4
0.753
8.45
a5
0.767
8.61
a6
0.678
7.61
b1
0.681
7.64
b2
0.65
7.3
b3
0.594
6.67
b4
0.576
6.47
b5
0.311
3.49
b6
0.708
7.95
(x9)
(x10)
(x11)
(x12)
(x13)
5
Pertanyaan
Zhit
No
Korelasi Spearman
b7
0.694
7.79
b8
0.601
6.75
b9
0.538
6.04
c1
0.617
6.93
c2
0.732
8.22
c3
0.633
7.11
c4
0.694
7.79
d1
0.541
6.07
d2
0.636
7.14
d3
0.53
5.95
d4
0.57
6.4
d5
0.616
6.91
d6
0.709
7.96
d7
0.576
6.47
d8
0.588
6.6
d9
0.501
5.62
d10
0.58
6.51
e1
0.733
8.23
e2
0.372
4.18
e3
0.734
8.24
e4
0.595
6.68
e5
0.691
7.76
e6
0.817
9.17
f1
0.611
6.86
f2
0.701
7.87
f3
0.689
7.73
f4
0.753
8.45
f5
0.749
8.41
1
0.81
9.09
2
0.633
7.11
3
0.808
9.07
4
0.713
8
5
0.855
9.6
6
0.861
9.66
7
0.762
8.55
8
0.68
7.63
9
0.807
9.06
10
0.816
9.16
11
0.816
9.16
12
0.872
9.78
13
0.817
9.17
14
0.815
9.14
15
0.836
9.38
16
0.832
9.34
Jenis usaha paling banyak dimiliki oleh mahasiswa ITS adalah jasa 36,11%. Terbanyak kedua adalah usaha dalam retail 25%, kemudian lainnya 16,67% yang merupakan gabungan antara jual pulsa dan les privat. Yang terendah adalah desain dan pulsa sebesar 2,78%.
Dari tabel hasil uji validitas di atas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan mempunyai nilai Zhitung yang lebih besar dari Ztabel(0,475) = 1,96 sehingga tolak Ho. Hal ini berarti bahwa pertanyaan telah dapat mengukur aspek yang sama atau valid.
0%
4.2 Uji Reabilitas Dilakukan untuk mengetahui kehandalan alat ukur.
8%
4%
22%
4% 50%
Tabel 4.2 Hasil uji reabilitas menggunakan alpha cronbach Cronbach's Cronbach's Variabel Variabel alpha alpha (x3) 0.808 (x9) 0.742 (x4) 0.762 (x10) 0.672 (x5) 0.607 (x11) 0.832 (x6) 0.795 (x12) 0.783 (x7) 0.750 (x13) 0.556 (x8) 0.748
22%
84%
0%
6%
Tidak memiliki usaha mandiri
Memiliki usaha mandiri
Gambar 4.3 Presentase Sumber penghasilan mahasiwa yang memiliki usaha mandiri dan yang tidak memiliki
Pada mahasiswa yang memiliki usaha mandiri dan sepenuhnya bergantung pada penghasilannya tersebut ada 22%. Separuh dari mahasiswa kelompok ini juga masih mendapat kiriman uang dari orang tua disamping dari usahanya. Mahasiswa yang tidak memiliki usaha mandiri sebagian besar sumber penghasilan 84% berasal dari kiriman orang tua.
Kesimpulan : semua variabel telah reliabel kecuali variabel x13 sehingga variabel ini tidak digunakan untuk analisis selanjutnya. 4.3 Karakteristik Mahasiswa ITS yang Memiliki Usaha Mandiri dan yang Tidak Memiliki Usaha Mandiri Presentase mahasiswa ITS yang telah memiliki usaha mandiri hanya sebesar 28%. Sisanya sebesar 72% adalah mahasiswa tidak memiliki usaha mandiri.
20%
25%
10%
TDK
1% 2%
4% 3%
1% 2%
6%
PNYA
2%
2%
7% 4%
8%
2%
1%
5%
28%
5%
10%
3%
7%
15%
10%
20%
pnya usaha
FMIPA
tdk punya
Presentase jenis usaha 36.11%
20% 10%
16.67%
11.11% 2.78%
2.78%
0% PULSA
BIMBEL
JASA
RETAIL
DESAIN
FTK
W A N IT A
PR IA
W A N IT A
PR IA
W A N IT A
W A N IT A
PR IA
FTSP
FTIF
Dari seluruh jumlah responden, mahasiswa pria yang memiliki usaha mandiri terbanyak dari FTI 8%, kemudian dari FTSP lalu FTIF dan yang paling sedikit dari FMIPA. Sedangkan responden wanita yang memiliki usaha mandiri terbanyak dari FMIPA yaitu 3%. Untuk semua fakultas presentase mahasiswi yang memiliki usaha mandiri sama yaitu 2%.
25.00%
30%
FTI
Gambar 4.4 Jumlah responden yang memiliki usaha mandiri dan yang tidak memiliki berdasarkan jenis kelamin dan asal fakultas
Gambar 4.1 Presentase mahasiwa ITS yang memiliki usaha mandiri 40%
PR IA
72%
W A N IT A
PR IA
0%
LAINNYA
Presentase jenis usaha
Gambar 4.2 Presentase jenis usaha yang dimiliki mahasiswa ITS
6
2.36% 3.15%
5%
11.02% 3.94%
3.15% 2.36%
2.36%
10%
pendidikan terakhir ayah pada mahasiswa yang memiliki usaha mandiri paling banyak 7,9% adalah SMA dan untuk yang tidak memiliki usaha mandiri paling banyak 28,3% adalah S1. Peringkat pertama tertinggi presentase pendidikan terakhir ibu untuk yang memiliki usaha mandiri adalah SMA yaitu 7,1% dan 23,6% untuk yang tidak memiliki usaha mandiri.
15.75%
24.41% 7.09%
15%
14.96%
20%
9.45%
25%
c
tidak punya
< Rp 700.000
Rp 700.000 s.d Rp
L u ar Su rab aya
Su rab aya
L u ar Su rab aya
Su rab aya
L u ar Su rab aya
Su rab aya
0%
>Rp.900.000
56.0% 52.8%
60% 50%
Gambar 4.5 Jumlah responden yang memiliki usaha mandiri dan yang tidak memiliki berdasarkan daerah asal dan besar pengeluaran dalam satu bulan
36.1% 31.9%
40%
tidak
30%
punya
20% 10%
6.6% 5.6%
4.4% 5.6%
1.1%
40
10
12
11
52
2
23.6%
25%
19.7%
25%
20%
20%
10% 7.1% 5% 1.6%
3.1% 3.1%
7.9% 4.7% 3.1%
7.1% 3.9% 3.1% 1.6%
0%
>= 3
.5 0
<3 .5 0 K
Mahasiswa ITS yang memiliki usaha mandiri sebagian besar masih mempunyai nilai akademik yang bagus yaitu 52,8% IPK mereka diantara 3,00–3,50. Tetapi presentase mahasiswa yang tidak memiliki usaha mandiri dengan IPK 3,00-3,50 masih lebih tinggi yaitu sebesar 56%. Pada kisaran IPK dengan nilai 2,50-3,00 presentase mahasiswa yang memiliki usaha mandiri lebih besar daripada mahasiswa yang tidak memiliki.
la in n y a
rm h k elu a rg a b k n o r tu
ru m ah o r tu
ko s
k o n tr a k dgn te m a n
28.3% 24.4%
<= IP
2 2
Gambar 4.6 Demografi tempat tinggal responden
15%
K< 3. 00
Gambar 4.10 Presentase Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
punya
18
0
30%
3. 00
tdk punya
25
30
2. 50
2. 00
<= IP
48
<= IP
00 <2 .
60 50
20
K< 2. 50
0%
tidak
15%
punya
10% 7.9%
tidak 6.3%
7.1%
8.7%
6.3% 3.9%
5% 3.1% 3.1%
punya 4.7% 3.9%
Mahasiswa yang tidak memiliki usaha mandiri
0.8%
Mahasiswa yang punya usaha mandiri
S1 S2 S3 MA
DIP
LO
SD SM P SM A
0%
SD
SM
P
SM
A D
O IP L
MA
S1
S2
S3
22%
16% 3%
38%
27%
Gambar 4.9 Pendidikan orang tua
31%
16%
Sebagian besar responden yang punya usaha mandiri besar pengeluaran dalam satu bulan kurang dari Rp 700.000 dan berasal dari luar Surabaya. Serta yang paling kecil, besar pengeluaran antara Rp 700.000 sampai Rp 900.000 baik yang berasal dari Surabaya maupun luar Surabaya. Berdasarkan gambar 4.6 mahasiswa yang tidak punya usaha paling banyak bertempat-tinggal di kos. Sedangkan responden yang mempunyai usaha mandiri paling banyak bertempat tinggal di rumah orang tua. Untuk
41%
0%
6%
Gambar 4.7 Presentase pekerjaan orang tua Tidak punya usaha mandiri
Punya usaha mandiri
23% 40%
60%
77%
Gambar 4.11 Pengalaman menjalankan usaha sendiri
7
Tabel 4.4 Tabulasi silang antara responden yang memiliki usaha mandiri dan yang tidak memiliki dengan angkatan
Mahasiswa yang tidak memiliki usaha mandiri sebagian besar 38% pekerjaan orang tuanya adalah sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Hal ini serupa untuk mahasiswa yang memiliki usaha mandiri paling banyak pekerjaan orang tuanya PNS 41% dan 31% merupakan wiraswasta. Dari pernyataan mahasiswa yang punya usaha mandiri, mengaku pernah mempunyai pengalaman menjalankan usaha sebanyak 40%. Presentase pernah mempunyai pengalaman menjalankan usaha pada kelompok mahasiswa yang tidak memiliki usaha mandiri hanya 23%. Tidak punya usaha mandiri
Kepemilikan usaha
Angkatan
tidak
2005
9.40%
4.70%
14.20%
2006
17.30%
9.40%
26.80%
2007
25.20%
5.50%
30.70%
2008
19.70%
8.70%
28.30%
Jika dilihat dari angkatan yang paling banyak punya usaha mandiri adalah mahasiswa angkatan 2006 dan yang paling banyak tidak punya adalah angkatan 2007.
Punya usaha mandiri
31%
33%
motif untuk bekerja
motif untuk berkreasi 67%
150
150
69%
100
50
50
18
13
0
0
Gambar 4.12 Presentase Partisipasi Responden Dalam Kegiatan Kewirausahaan
114
109
100
ya
ya
tidak
Pada gambar 4.12 sebagian besar baik mahasiswa yang punya usaha mandiri dan yang tidak punya, mereka telah pernah mengikuti berbagai kegiatan kewirausahaan.
Gambar 4.12 Jumlah alasan pribadi ingin berwirausaha
Berikut adalah alasan yang dikemukakan oleh responden mengenai diri pribadi masing-masing bila ingin untuk berwirausaha. Motif untuk bekerja paling banyak diutarakan oleh responden yaitu sebanyak 114 orang sedangkan motif untuk berkreasi hampir sama besar yaitu sebanyak 109 orang.
Tabel 4.3 Tabulasi silang antara responden yang memiliki usaha mandiri dan yang tidak dengan usia Kepemilikan usaha mandiri Tidak
Total
Punya
Total
19
9%
3%
12%
20
19%
9%
28%
21
21%
6%
27%
22
13%
5%
18%
23 24 25
7% 1% 2% 72%
6% 0% 0% 28%
13% 1% 2% 100%
tidak
jumlah
jumlah
usia (tahun)
Total
punya
4.4 Analisis Regresi Logistik Biner 1.Analisis Regresi Logistik Individu Model regresi logistik secara individu masingmasing variabel prediktor terhadap variabel respon dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara individu mempunyai hubungan dengan variabel respon (Le, 1998). Hipotesis yang digunakan adalah H0 : βi = 0 H1 : βi ≠ 0 i = 1,2,…p α = 0,15 Statistik uji : Wald
Mahasiswa yang memiliki usaha mandiri berusia 20 tahun. Dan yang paling sedikit adalah berusia 19 tahun. Sedangkan untuk mahasiswa yang tidak memiliki usaha mandiri 21% pada usia 21 tahun dan yang paling sedikit berusia 24 tahun.
W=
βˆ i
SE
( βˆ i )
Tolak H0 apabila nilai Wi
X
8
2
(α , v ) .
2
lebih besar dari nilai
Tabel 4.8 Uji kebermaknaan parameter dalam model regresi logistik secara individu. Variabel Wald P value Exp(B) Usia (x1) 21.927 0.000 0.957 IPK (x2) 22.894 0.000 0.732 Ekstraversi (x3) 17.925 0.000 0.954 Kesepahaman (x4) 19.823 0.000 0.967 Berani mengambil resiko (x5) 20.611 0.000 0.922 Berkeinginan untuk 20.735 0.000 0.971 berprestasi&independen (x6) Evaluasi diri (x7) 18.318 0.000 0.950 Overconfidence (x8) 17.248 0.000 0.939 Pengaruh lingkungan 14.627 0.000 0.928 keluarga (x9) Pengaruh teman di kampus 15.147 0.000 0.856 (x10) Kesempatan (x11) 17.540 0.000 0.948 Kebebasan (x12) 17.982 0.000 0.914
πˆ ( x) =
exp(−0,899 x 2 − 0,063x 6 + 0,167 x8 + 0,102x11 ) 1 + exp(−0.899 x 2 − 0,063x 6 + 0,167 x8 + 0,102x11 )
1. Uji Serentak Model yang telah didapat akan di uji secara serentak untuk mengetahui apakah keempat variabel tersebut signifikan dalam model. H0 : β 1 = β 2 = ... = β i = 0 H1 : Paling tidak ada satu β i ≠ 0 dimana i = 1,2...12 Statistik uji : G atau likelihood ratio test Jika H0 benar maka statistik uji G (likelihood ratio test) berdistribusi χ2 (α,p) dimana p adalah banyaknya prediktor yang ada dalam model. Daerah penolakan H0 apabila nilai G > χ2 (α, p) atau p-value < α (0,15).
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai statistik uji W2 semua variabel lebih besar dari X 2 ( 0,15,1) = 2,174. Sehingga kesimpulan yang diambil adalah tolak H0. Secara individu semua variabel prediktor signifikan mempunyai hubungan dengan variabel respon.
Hasil uji serentak untuk model yang terbentuk adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Uji Serentak Regresi Logistik Berganda Chisquare (model) df p value 34.406 4 0.000
Dari tabel di atas nilai statistik uji G yaitu 34,406 atau lebih besar dari χ2 (0,15;4) = 6,884 sehingga disimpulkan tolak H0 yang artinya paling tidak minimal ada satu variabel prediktor yang signifikan berpengaruh terhadap kepemilikan usaha mandiri mahasiswa ITS.
2. Pemodelan Regresi Logistik Berganda Setelah diketahui variabel prediktor mana saja yang signifikan berpengaruh terhadap variabel respon secara individu, langkah selanjutnya adalah menggunakan variabel-variabel tersebut untuk membentuk model regresi logistik secara berganda. Model regresi logistik berganda ini bertujuan untuk mengetahui peranan setiap variabel prediktor secara bersama-sama Pada penelitian ini menggunakan metode backward stepwise conditional untuk mendapatkan model regresi logistik berganda yang terbaik. Satu persatu variabel prediktor yang tidak berpengaruh terhadap variabel respon dikeluarkan sampai tidak ada lagi variabel prediktor yang dikeluarkan dari model. Dari hasil pembentukan model regresi logistik berganda yang terbaik berdasarkan metode backward stepwise conditional (lampiran E), variabel prediktor yang masuk dalam model adalah variabel IPK, kebutuhan berprestasi, overconfidence dan faktor kesempatan. Berikut adalah model regresi logistik berganda yang diperoleh :
2. Uji Parsial Kemudian untuk mengetahui variabel mana yang me-miliki pengaruh secara parsial maka pengujian selanjutnya adalah uji parameter secara parsial untuk setiap koefisien dari variabel pembentuk model. Hipotesis: H0 : β i = 0 H1 : β i ≠ 0 , i = 1,2...p dengan taraf α = 0,15 Statistik uji Wald: Wi =
βˆ i SE ( βˆ i )
Daerah penolakan yaitu bila Wi 2 lebih besar χ2(α,v) atau |Wi | lebih besar dari Zα/2 .
9
Tabel 4.10 Uji Kebermaknaan parameter Regresi Logistik Berganda Variabel B Wald p-value IPK -0.899 5.418 0.020 Kebutuhan Berprestasi -0.063 1.514 0.219 Overconfidence 0.167 3.276 0.070 Faktor Kesempatan 0.102 1.904 0.168
i.
Hasil pengujian secara parsial pada model dapat dilihat pada tabel di atas. Variabel yang memiliki nilai p-value lebih kecil dari α (0,15) atau dari nilai statistik uji wald yang lebih besar dari nilai Zα/2 = 1,44 adalah variabel IPK dan overconfidence. Jadi dari empat variabel yang ada dalam model, hanya parameter variabel IPK dan overconfidence yang signifikan tidak sama dengan nol atau berpengaruh terhadap kepemilikan usaha mandiri mahasiswa ITS pada tingkat kebermaknaan (α) sebesar 0,15.
Intepretasi Model Regresi Logistik Berganda Setelah didapatkan model yang sesuai maka selanjutnya model tersebut diintepretasikan. Intepretasi model regresi logistik berganda berdasarkan nilai odds ratio yang menunjukkan seberapa besar variabel-variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kepemilikan usaha mandiri mahasiswa ITS. Nilai odds ratio dihitung berdasarkan nilai eksponensial dari estimasi parameter model. Tabel 4.11 nilai odds rasio model regresi logistik berganda Variabel Exp (B) IPK 0.407 Overconfidence 1.182 Sumber : data primer, diolah peneliti
Berdasarkan nilai odds ratio pada tabel 4.11 diketahui bahwa antara nilai IPK mahasiswa dengan kepemilikan usaha mandiri mahasiswa mempunyai hubungan yang negatif. Apabila nilai IPK mahasiswa naik 1 satuan maka besar kecenderungan mahasiswa memiliki usaha mandiri adalah sebesar 0,407 kali. Mahasiswa yang mempunyai nilai IPK tinggi cenderung mempunyai peluang yang kecil untuk terdorong memiliki usaha mandiri. Hal ini kemungkinan terjadi pada mahasiswa yang prestasi akademik yang tinggi cenderung lebih berkonsentrasi pada aktifitas akademik saja. Sedangkan mahasiswa yang memiliki usaha mandiri biasanya memiliki tingkat prestasi yang tidak terlalu tinggi, dikarenakan konsentrasi belajar menjadi terpecah. Intepretasi nilai odds ratio selanjutnya yaitu untuk variabel overconfidence. Variabel ini mempunyai hubungan yang positif terhadap kepemilikan usaha mandiri. Apabila skor untuk variabel overconfidence naik 1 satuan maka besar kecenderungan maha-siswa ITS memiliki usaha mandiri adalah sebesar 1,182 kali. Sikap ini sangat membantu terutama dalam situasi yang belum pasti dan informasi yang terbatas serta membantu untuk melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusan meskipun kesuksesan yang diinginkan belum pasti. Sehingga mahasiswa yang memiliki usaha mandiri adalah mahasiswa yang mempunyai sikap overconfidence. Diambil sebuah contoh kasus untuk mendapatkan nilai peluang seorang memiliki
3. Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik Berganda Model regresi logistik berganda yang telah didapatkan di uji untuk melihat apakah model tersebut sudah sesuai atau tidak. Maka hipotesis yang digunakan adalah : H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi (model telah sesuai) H1 : Ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi (model tidak sesuai) Dengan taraf α = 0,15 Hasil perhitungan yang didapatkan (lampiran E) yaitu nilai Cˆ =11,782 lebih kecil dari X 2 ( 0,15;8) = 12,196 atau dengan nilai p-value = 0,161 lebih besar dari nilai α (0,15). Oleh karena itu kesimpulan yang diambil adalah gagal tolak H0 atau model yang terbentuk telah sesuai. Maka model regresi logistik berganda yang telah didapat adalah model terbaik untuk menggambarkan pengaruh antara variabel prediktor terhadap variabel kepemilikan usaha mandiri mahasiswa ITS, dengan model logit sebagai berikut :
g ( x) = −0.899x2 − 0,063x6 + 0,167x8 + 0,102x11
10
usaha mandiri berdasarkan model yang didapatkan. Misal seorang responden memiliki IPK (x2) sebesar 3,12 , skor kebutuhan berprestasi (x6) sebesar 10 yang termasuk dalam kategori sangat rendah, skor overconfidence (x8) dengan skor total sebesar 16 yang termasuk dalam kategori tinggi dan kesempatan (x11) sebesar 14 masuk kategori sangat tinggi, maka peluang mahasiswa tersebut untuk memiliki usaha mandiri berdasarkan model adalah : exp(1,94472) πˆ ( x) = = 0,66 1 + exp(1,94472) Jadi, nilai kemungkinan mahasiswa tersebut terdorong untuk memiliki usaha mandiri adalah sebesar 0,66.
DAFTAR PUSTAKA Agresti, A. (1990). Categorical Data Analysis. New York : John Willey and Sons. USA As’ad, Moh. (2002). Seri Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri. Edisi keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Cholisi, Fuad (1991). Pengaruh Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha dan Usaha Mandiri di kalangan mahasiswa ITS. Pusat Penelitian ITS, Surabaya. Cochran, William G. (1991). Teknik Penarikan Sampel , Seri terjemahan edisi ketiga, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Cronbach, L. J. (1946). Response sets and test validating. Educational and Psycholgical Measurement, 6, 475-494. Hosmer, DW dan Lemeshow. 2000. Apllied Logistic Regression. John Willey and Sons. USA Irwandi. (2009). Dari 0,18 Persen Menuju 2 Persen Wirausaha. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 23 Desember 2009. http://dikti.go.id/index2.php?option=comco ntent&do_pdf=1&id =464 (tanggal akses 08 Januari 2010) Le, C.T. (1998). Applied Categorical Data Analysis. John Wiley and Sons, Inc. USA Meredith, Geoffrey G, et al. (2000). Kewirausahaan: Teori dan Praktek , Seri terjemahan, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Meynita, Venny A. (2006). Pengaruh Pola Asuh terhadap pembentukan jiwa wiraswasta berdasarkan metode Structural Equation Modelling (studi kasus mahasiswa angkatan 2002-2005 Teknik Industri ITS). Tugas Akhir, Teknik Industri ITS. Nasution, Arman Hakim dkk. (2001). Membangun Spirit Entrepreneur Muda Indonesia, Suatu Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Gramedia, Jakarta. Timmons, Jeffry A dan Spinelli, Stephen. (2004).New Venture Creation, Entrepreneurship for the 21st century. Yogyakarta, Penerbit Andi. Sakernas. (2009). Jumlah Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi
5. Kesimpulan dan Saran 1. Sebagian besar mahasiswa ITS tidak memiliki usaha mandiri. Mahasiswa yang punya usaha mandiri memiliki besar pengeluaran dalam satu bulan kurang dari Rp700.000 dan berasal dari luar Surabaya. Bila dilihat dari pekerjaan orang tua, sebagian besar adalah PNS. Prestasi akademik mahasiswa yang memiliki usaha mandiri berada pada kisaran IPK 2,50 s.d 3,00. Berdasarkan presentase terbesar skor untuk variabel prediktor, mahasiswa yang memiliki usaha mandiri berada dalam kategori tinggi dan sangat tinggi kecuali pada skor variabel pengaruh lingkungan keluarga yaitu berada dalam kategori rendah. 2. Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kepe-milikan usaha mandiri mahasiswa ITS adalah IPK dan overconfidence pada tingkat signifikansi 15%. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Dapat digunakan metode lain untuk mencari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepemilikan usaha mandiri mahasiswa sehingga dapat dijadikan perbandingan
11
yangditamatkan.http://www.bps.go.id/ta b_sub/view.php?tabel=1&daftar=&idsuby ek=06¬ab=4. (tanggal akses 14 Maret 2010) Sarosa, Pieter. Young Entrepreneur. Ebook Referensi Nasional Archive. URL:http: //www.referensinasional.com/pdf.(tanggal akses 15 November 2009) Sekaran, U. (2004). Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. (1989). Metode Penelitian Survai, edisi revisi, LP3ES, Jakarta. Shane, S. 2003. A General Theory of Entrepreneurship the Individual opportunity Nexus. USA: Edward Elgar Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses menuju Sukses. Salemba Empat, Jakarta. Utami, Erlita Dhiah. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwiraswasta (Studi Deskriptif pada Usahawan Rental Komputer di Sekaran Gunung Pati Semarang). Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skrip si/index/assoc/HASH8442/ c7c9f035.dir/doc.pdf. (tanggal akses 08 Maret 2010). Winarto, Paulus. (2003). First Step to be an Entrepreneur, Berani Mengambil Resiko untuk Menjadi Kaya. PT.Elex Media Komputindo, Jakarta. Yohnson, dkk. (2003). Motivasi Alumnus UK Petra menjadi Entrepreneurs. Jurnal manajemen dan kewirausahaan vol 5, no 2 September2003:97-111. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.ph p/man/article/viewFile/15637/15629 (tanggal akses 18 Januari 2010) ________.URL:http://edukasi.kompas.com/read/2 010/01/21/07081162/LulusanPT.Hanya Jadi Pencari.Kerja. 21 Januari 2010. (tanggal akses 03 Maret 2010)
12