1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA
SKRIPSI DIAJUKAN OLEH :
NAMA
: JHON POLMAN F.L PURBA
NIM
: 050501031
DEPARTEMEN
: EKONOMI PEMBANGUNAN
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI MEDAN
2008
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
2
ABSTRACT Intention of this research is to know how factors influencing saving of private sector and invesment of private sector at long-range time framework and short-range in Indonesia. Variable use is Earnings of National of Disposibel Riil(Gndi), Mount The Deposit Rate Riil(R), Mount The Inflasi(P), Earnings of National Riil(Y) and Governmental Invesment Ratio to PDB(GIY) and also economic variable dummy crisis of Indonesia. Data utilized is annual data timeseries that is period 1984-2003 with the method of approach of Kointegrasi and approach ECM ( Error Correction Model). Result of estimation indicate that at saving of private sector and invesment of private sector, R-Square of each is equal to 56% and 98%, its meaning that independent variable able to explain the variable dependen that is saving and invesment of private sector equal to 56% and 98% while the rest explained by other dissimilar variable which is not entered/included by into model. F-Statistik for the saving of private sector is bigger than F-Tabel ( 4,48 > 3,06), its meaning that Gndi, R, P and variable dummy by together influence the private sector saving, signifikan at α = 5%. While F-Statistik for the invesment of private sector is bigger than F-Tabel ( 132,23 > 4,69), its meaning that R, P, Giy, Y and variable dummy by together influence the private sector invesment, signifikan at α = 1%
Keyword : Private saving and private investment
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
3
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktorfaktor yang mempengaruhi tabungan swasta dan investasi swasta pada kerangka waktu jangka panjang dan jangka pendek di Indonesia. Variable yang digunakan adalah Pendapatan Nasional Disposibel Riil(gndi), Tingkat Suku Bunga Deposito Riil(r), Tingkat Inflasi(p), Pendapatan Nasional Riil(y) dan Rasio Investasi Pemerintah terhadap PDB(giy) serta variable dummy krisis ekonomi Indonesia. Data yang dipergunakan adalah data time-series tahunan yaitu periode 1984-2003 dengan metode pendekatan Kointegrasi dan pendekatan ECM (Error Correction Model). Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada tabungan swasta dan investasi swasta R-square masing-masing adalah sebesar 56% dan 98%, artinya bahwa variabel independen mampu jelaskan variabel dependen yaitu tabungan dan investasi swasta sebesar 56% dan 98% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. F-statistik untuk tabungan swasta adalah lebih besar dari F-tabel (4,48 > 3,06), artinya bahwa gndi, r, p dan variabel dummy secara bersama-sama mempengaruhi tabungan swasta, signifikan pada α=5%. Sedangkan F-statistik untuk investasi swasta adalah lebih besar dari Ftabel (132,23 > 4,69), artinya r, p, giy, y dan variabel dummy secara bersamasama mempengaruhi investasi swasta, signifikan pada α=1%.
Kata kunci : tabungan swasta, investasi swasta
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
4
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan juga penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana. Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka penulis menyusun skripsi
yang
berjudul
MEMPENGARUHI
“ANALISIS
TABUNGAN
DAN
FAKTOR-FAKTOR INVESTASI
YANG
SWASTA
DI
INDONESIA”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa yang akan datang. Hal yang paling indah dalam kesempatan ini adalah bahwa penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dalam dukungan doa, moril maupun materil, yaitu kepada : 1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc, selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
5
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku ketua jurusan Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Aman Tarigan, SU, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini. 4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya. Msi dan Bapak Paidi Hidayat, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembanguan yang telah mengajar dan membimbing penulis selama masa perkuliahan. 6. Buat orang tua tercinta Mama, N. Saragih dan juga adik-adik ku yang manis, (Icha, Ara, Maria), tetap semangat belajarnya, dan buat seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan tidak pernah lelah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Buat sahabat-sahabat “G5” (Pandita Tedy, Bangkit, Bomen, Udin, Joni, Fery, Tomy, Doni, Komo) semangat bro. Semoga persahabatan kita tetap indah dan selalu penuh kasih. 8. Buat seseorang (Mec_Aya), makasih buat dukungan dan doa dari mu, yang selalu membuat aku tetap semangat selalu, makasih buat kopinya yach.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
6
9. Buat teman-teman seperjuangan EPO5 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini. Tetap Semangat ya! EP SALUTE!!! Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan damai sejahteraNya bagi kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Medan, 10 Maret Penulis
(Jhon
polman
F.L
Purba)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
7
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................ i ABSTRAK................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................... vi DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Identifikasi Masalah..................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................... 6 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Defenisi Tabungan ...................................................................... 7 2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan 2.2.1 Teori J.M Keynes ............................................................... 9 2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving ............................................... 11 2.2.3 Teori Klasik ...................................................................... 13 2.2.4 Teori Neoklasik ................................................................. 14 2.3 Defenisi Investasi 2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA) ........................................ 18 2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) ......................... 18 2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
8
2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior ............... 23 2.4.2 Tobin’s Theory of Investment ............................................ 25 2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian ................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 31 3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 31 3.3 Pengolahan data ........................................................................... 32 3.4 Model Analisis Data .................................................................... 51 3.5 Pengujian Statistik ....................................................................... 54 3.5.1 Uji Akar Unit ..................................................................... 53 3.5.2 Uji Kointegrasi................................................................... 55 3.5.3 Uji Kesesuaian ................................................................... 56 3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...................................... 59 3.5.5 Defenisi Variabel Operasional............................................ 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Interpretasi Data .......................................................................... 47 4.2 Unit Root Test ............................................................................. 65 4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi............................. 68 4.4 Hasil Regresi Error Correction Model .......................................... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 108 5.2 Saran ........................................................................................... 111
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
9
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Table 3.1
Batas Kritis Pengujian Durbin Watson Statistik
2. Tabel 4.1
Perkembangan
Tingkat
Tabungan
Swasta
dan
Pertunbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003 3. Tabel 4.2
Perkembangan
Tingkat
Investasi
Swasta
dan
Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003 4. Tabel 4.3
Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003
5. Tabel 4.4
Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1983-2003
6. Tabel 4.5
Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia Periode 1983-2003
7. Tabel 4.6
Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB) di Indonesia Periode 1983-2003
8.
Tabel 4.7
Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003
9. Tabel 4.8
Batas Kritis ADF t-Statistik
10. Tabel 4.9
Hasil Pengujian Unit Root Test
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
10
11. Tabel 4.10
Nilai Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta
12. Tabel 4.11
Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta
13. Tabel 4.12
Nilai t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta
14. Tabel 4.13
Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta
15. Tabel 4.14
Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta
16. Tabel 4.15
Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta
17. Tabel 4.16
Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta
18. Tabel 4.17
Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi
Swasta 19. Tabel 4.18
Run test Model Kointegrasi Investasi Swasta
20. Tabel 4.19
Nilai t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta
21. Tabel 4.20
Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta
22. Tabel 4.21
Nilai t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta
23. Tabel 4.22
Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta
24. Tabel 4.23
Nilai F-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta
25. Tabel 4.24
Nilai F-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta
26. Tabel 4.25
Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan
Swasta 27. Tabel 4.26
Run Test Model Dinamis Tabungan Swasta
28. Tabel 4.27
Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
11
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 2.1
Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Konsumsi dan Tabungan
2.
Gambar 2.2
Lifetime Income, Consumption, Saving and Wealth in The Life-cycle Model
3. Gambar 2.3
Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga
4. Gambar 2.4
Teori Neoklasik Mengenai Tabungan
5.
Dampak Penurunan The User Cost of Capital
Gambar 2.5
terhadap
Desired Capital Output Ratio
6. Gambar 2.6
Kasus Moneteris
7. Gambar 2.7
Kasus Keynesian
8. Gambar 3.1
Pengujian Durbin Watson Model Regresi
9.
Pengujian Durbin
Gambar 4.1
Watson Model Kointegrasi
Tabungan Swasta 10. Gambar 4.2
Pengujian Durbin
Watson Model Kointegrasi
Investasi Swasta
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
12
11. Gambar 4.3
Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta
12. Gambar 4.4
Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
13
Daftar Grafik
1.
Grafik 4.1
Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia Periode 1984-2003
2.
Grafik 4.2
Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003
3.
Grafik 4.3
Perkembangan Pendapatan Nasional Disposibel Riil di Indonesia Periode 1983-2003
4.
Grafik 4.4
Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real Deposit Rate di Indonesia Periode 1983-2003
5.
Grafik 4.5
Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1983-2003
6.
Grafik 4.6
Perkembangan PDB Nominal dan PDB Riil (2000=100) di Indonesia Periode 1983-2003
7.
Grafik 4.7
Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
14
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang (developing countries) termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui instrumen pajak Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
15
Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil. Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup investasi domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber dana yang utama. Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya saving-investment gap yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan bahwa pertumbuhan investasi domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi tabungan nasional.
Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat
dapat berupa pengerahan modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 sumber utama 1, yaitu : pertama, tabungan sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah, dan ketiga tabungan paksa (forced saving or involuntary saving). Sedangkan modal yang berasal dari luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi pemerinyah
kepada
lembaga-lembaga
keuangan
internasional
seperti
International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), World
1
Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, hlm. 304.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
16
Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign direct investment (FDI). Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah mengenalkan pendekatan ‘dua-jurang’ pada pembangunan ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’ dan ‘jurang devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri sendiri pada pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara kurang maju. Chenery melihat bantuan luar negeri sebagai suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan2. Sumitro (1994:44) menjelaskan bahwa kekurangan didalam perimbangan antara tabungan nasional dan investasi harus ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari tabungan oleh kalangan luar negeri. Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling menonjol adalah belum terciptanya kondisi yang mendorong pada iklim dimana kegairahan untuk menabung dan penanaman modal menunjukan tingkat yang menggembirakan. Sistem produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih menggunakan pola tradisional. Masih terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang masih tradisional menyebabkan pengerahan dana dari masyarakat mengalami kesulitan. Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang pokok-pokok kebijakannya berisi 2
M.L. Jhingan. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, hlm. 484.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
17
antara lain untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan pembukaan kantor cabang baru, pendirian bank swasta baru, keleluasaan penyelenggaraan tabungan, dan perluasan kantor cabang bank. Setelah adanya “PAKTO 88” ini, semakin mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk-bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang sudah terbentuk baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat itu, tabungan nasional mulai meningkat drastis. Dalam tahun-tahun sebelumnya tampak adanya kecenderungan persaingan antar berbagai negara untuk memperbesar arus investasi baik asing maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena kebutuhan dana yang sangat besar dan mendesak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi terutama di negaranegara berkembang. Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan undang-undang Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi, kebijakan devaluasi rupiah tahun 1983 mempengaruhi tingkat pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral. Tahun 1991 ketika terjadi gebrakan Sumarlin II (tight money policy) yaitu kebijakan yang dimaksudkan untuk mengontrol tingkat inflasi, menjaga defisit neraca transaksi berjalan agar tidak melebihi batas yang masih bisa diterima, mengawasi utang luar negeri, serta menjaga performance Indonesia dimata investor. Gebrakan ini secara tidak langsung menurunkan investasi.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
18
Sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi. Pada dasarnya pemberian fasilitas yang sifatnya mendorong investor untuk berinvestasi seperti pembebasan pajak (tax holiday) dan kemudahan untuk mengakses bahan baku akan sangat efektif bila didukung oleh : •
Negara tujuan investasi memiliki keunggulan komparatif ekonomi yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang terampil dan murah.
•
Nilai tukar yang relatif stabil, terutama untuk investor yang berorientasi pasar luar negeri
•
Peraturan devisa di negara bersangkutan tidak menghalangi penanam modal untuk memindahkan kekayaan dan keuntungannya ke luar negeri.
•
Iklim politik dan keamanan negara cukup menjamin ketentraman hidup dan keamanan usaha serta kekayaan investor.
•
Iklim usaha yang menunjang dan mendorong penanaman modal.
•
Infrastruktur yang menunjang dan memadai.
Investasi memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan sebagai salah satu komponen yang berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul : “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
19
dan Investasi Swasta di Indonesia”.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ini akan membatasi permasalahan sesuai dengan paparan diatas, yaitu: 1. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia? 2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi tahun 1997 terhadap tingkat tabungan dan investasi swasta di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang
mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
20
2. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia. 3. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi terhadap
tabungan dan investasi swasta di Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan masalah tersebut di atas. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam cabang ilmu ekonomi makro.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
21
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Definisi Tabungan Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini : S = Y – C – G ……………………………………………......…(2.1) S = (Y – T – C) + (T – G)……………………………….……...(2.2) Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik.…...(2.3) Dimana :
S = tabungan nasional Y = pendapatan nasional T = pandapatan pajak C = konsumsi G = pengeluaran pemerintah
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan nasional terdiri dari :
Tabungan swasta (private saving)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
22
Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan : Tabungan Swasta = Y – T – C………………...………..…..…(2.4) Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di negaranegara berkembang, tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung pembentukan modal, dimana komponen utamanya berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai peranan lebih kecil di negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia usaha (Gillis, 1987: 265-266).
Tabungan Publik (public saving)
Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi pengeluaran pemerintah. Tabungan Publik = T – G……………………………….....…..(2.5) Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus, yang berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit, Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
23
yang mencerminkan bahwa tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain untuk menutupi pengeluarannya. Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Proses pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan, 2000: 47): 1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada kemauan dan kemampuan untuk menabung. 2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan. 3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal oleh perusahaan.
2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan 2.2.1 Teori J.M. Keynes Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
24
seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut : S ≡ Y – C …………………………………………………….…….…...(2.6) C = Ĉ + cY
; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...………...…..……….…(2.7)
Dimana : S = saving Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan nol Y = income c = marginal propensity to consume Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga budget constraint tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi (2.6) dengan persamaan budget constraint (2.7), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan : S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………….……………..(2.8) Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan positif dengan pendapatan karena marginal propensity to save 3, s = 1 – c, adalah positif. Dengan kata lain, tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini disebut hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan pendapatan saat ini (current income).
3
Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
25
Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Kunsumsi, dan Tabungan. Konsumsi
S1 C1
Fungsi konsumsi Ĉ
45°
Pendapatan Tabungan
Fungsi Tabungan
0
Yd0
Yd1
Pendapatan Autonomous Consumption
Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis 45° dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian, pada gambar bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan disposibel berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat mengkonsumsi lebih banyak daripada pendapatan mereka. Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi akan lebih kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut akan ditabung.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
26
2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving 2.2.2.1 Life-cycle Theory The life-cycle permanent income theory of consumption and saving (Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan bagaimana memelihara standar hidup yang stabil dalam menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan tabungan. The life cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.
Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving, and Wealth in the Life-Cycle Model
Assets
YL Saving
C
Dissaving
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Time
WL
NL
27
Keterangan : WR = wealth YL = annual labor income
WL = working life NL = number of years of life
C = consumption Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan sepanjang waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir masa kerjanya, individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa hidupnya (NL – WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol pada akhir hidupnya.
2.2.2.2 Permanent Income Theory Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan Friedman ini berpendapat bahwa konsumsi dan tabungan
oleh Milton
dihubungkan tidak
hanya dengan pendapatan saat ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada jangka panjang. Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang dapat dipelihara oleh seseorang pada sisa hidupnya, dengan asumsi bahwa dia
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
28
mengetahui tingkat kesejahteraannya saat ini dan pendapatan yang didapatnya sekarang dan di masa akan dating. Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi adalah proporsional terhadap permanent income, sehingga dapat dijelaskan dalam persamaan : C = c.YP …………………....……………………………..……(2.9) Dimana : C = konsumsi c = marginal propensity to consume YP = permanent (disposable) income
2.2.3 Teori Klasik
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
29
Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu berada pada tingkat full employment yang tercapai akibat bekerjanya mekanisme pasar yang disebut dengan “invisible hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga 4. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga. Tingkat Bunga tabungan i1 i0
Investasi1 Investasi0 S0
S1
Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan
Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga ke titik semula. Apabila tingkat bunga berada dibawah tingkat bunga keseimbangan, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke titik keseimbangan. 4
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta. BPFE.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
30
2.2.4 Teori Neoklasik Alfred Marshall 5 dari kaum neoklasik menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor ekonomi tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari kesediaan seseorang untuk menunggu dan semakin besar tingkat bunga maka akan semakin besar pula tabungan. Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu Irving Fisher, menyatakan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi tabungan. Menurut Fisher, tingkat bunga ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip ketidaksabaran (impatience) untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip kesempatan untuk melakukan investasi, dan prinsip pasar. Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada prinsip adanya rate of time preference yang konstan 6. Rate of time preference adalah target tingkat bunga riil yang ingin dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih besar dari tingkat preferensi waktu (time preference), maka tabungan menjadi positif dan penawaran modal akan meningkat, dan juga berlaku sebaliknya. Jika tingkat bunga riil sama dengan tingkat preferensi waktu, maka masyarakat sudah puas dengan dana tabungan yang telah dikumpulkannya.
5 6
Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan. Michael Parkin. 1996. Macroeconomics. Ontario : Addison-Wesley Publishing Company.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
31
Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan Tingkat bunga riil
KS0
R0
KS1 Rate of time preference
R1
KD1 K0
K1
Jumlah modal
Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang merupakan permintaan dan penawaran modal. Jika tingkat bunga riil adalah nol, maka tabungan adalah nol, sedangkan jika tingkat bunga riil berada pada R1 maka tabungan akan positif, penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat bunga riil turun, jumlah modal per kapita akan meningkat dari K0 ke K1. Jumlah modal per kapita akan berhenti bertambah pada tingkat bunga riil sama dengan rate of time preference.
2.3 Definisi Investasi Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan dagang / inventori, dan struktur usaha, termasuk pembelian rumah baru untuk rumah tangga. Investasi dihubungkan dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output dari perusahaan yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri. Definisi investasi swasta menurut Parkin (1996:179) adalah pengeluaran untuk alat-alat modal dan bangunan oleh perusahaan-perusahaan dan pengeluaran pada perumahan yang baru oleh rumah Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
32
tangga, termasuk di dalamnya perubahan pada inventory perusahaan.Investasi swasta terdiri dari :
Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh perusahaan.
Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali, terdiri dari residential dan nonresidential investment. Sedangkan investasi swasta dalam kaitannya dengan penelitian ini
merupakan gabungan antara investasi swasta asing (Penanaman Modal Asing/PMA) dengan investasi swasta domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri//PMDN). Menurut European Parliament (1999:10-11), peran pokok dari investasi swasta adalah menambah stok modal dari aset-aset produktif yang dipegang oleh sektor swasta. Dua motivasi utama adalah untuk menggantikan stok modal yang telah ada dan menciptakan stok modal tambahan yang mengandung teknologi baru
(perlu
dicatat
dalam hal
ini bahwa
‘baru’ tidak
berarti yang
termodern/terakhir, tetapi baru bagi perusahaan yang ditanamkan modal). Perlu diperhatikan bahwa pola pengeluaran investasi swasta tidak sama dengan pola pengeluaran sektor rumah tangga yang mempunyai kebiasaan membelanjakan sebagian atau seluruh pendapatan mereka, tetapi terdapat pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam membeli barang
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
33
atau jasa tersebut, yaitu harapan dari pengusaha untuk kemungkinan memperoleh keuntungan di kemudian. Hal ini pula yang membedakannya dengan investasi pemerintah. Peningkatan investasi sektor swasta di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini terjadi terutama akibat peningkatan PMA langsung (Foreign Direct Investment/FDI). Hal ini erat kaitannya dengan perubahan dalam strategi perdagangan
yang
makin
berorientasi ke
luar (outward
looking) dan
meningkatnya intra industry trade dalam struktur perdagangan dan industri Indonesia. Pemberian izin untuk investasi swasta (PMA dan PMDN) di Indonesia ini sepenuhnya ditangani oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atau oleh
menteri
teknis,
seperti
dalam
bidang-bidang
tertentu
contohnya:
pertambangan, minyak dan gas bumi (izin oleh Menteri Pertambangan), kehutanan (izin oleh Menteri Kehutanan), perikanan (izin oleh Menteri Pertanian), lembaga pembiayaan, asuransi (izin oleh Menteri Keuangan), perbankan, (izin oleh Menteri Keuangan dan rekomendasi BI).
2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA) Pengertian PMA yang terkandung dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah oleh Undang-Undang No. 11 tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
34
Undang No. 1 tahun 1967 mencakup 3 unsur pokok (Bank Indonesia, 1995:98100), yaitu: a. Penanaman modal secara langsung; b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia; c. Risiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1). Dimana pengertian modal asing tersebut terdiri dari: 1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia dan disetujui pemerintah untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia; 2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik asing dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam wilayah RI yang tidak dibiayai dari devisa Indonesia; 3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia (pasal 2). Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara penguasaan penuh
atas
bidang
usaha
yang
bersangkutan
(100%
asing)
ataupun
kerjasama/patungan dengan modal Indonesia. Kerjasama dengan modal Indonesia tersebut dapat terdiri dari: hanya dengan pemerintah (misalnya pertambangan) atau pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang terbuka atau tertutup ditentukan oleh pemerintah. Contoh bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan, listrik umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
35
umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan industri militer. PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau portfolio. Investasi langsung biasanya melibatkan kontrol manajemen dari pihak asing sedangkan investasi portfolio meliputi pembelian surat-surat berharga dan jenis investasi ini tidak melibatkan pengawasan pihak asing terhadap perusahaan domestik. Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan insentif untuk mendorong PMA dan menyalurkannya untuk penggunaan-penggunaan yang diinginkan. Pada saat yang sama, mereka juga mengenakan berbagai hambatan terhadap PMA untuk menghindari dominasi asing dan memegang sumber daya alam mereka kembali. Keuntungan dari PMA untuk negara berkembang dapat dihasilkan dari tingkat upah riil yang lebih besar untuk tenaga kerja domestik dan atau kesempatan kerja yang lebih luas, pilihan yang lebih banyak dari kualitas produk yang baik dengan tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen domestik, meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak terhadap investasi asing tersebut, dan keuntungan-keuntungan tidak langsung atau eksternalitas ekonomi dari peningkatan teknologi, pelatihan tenaga kerja lokal, dan mendorong perusahaanperusahaan domestik melalui keterkaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backward linkage effect). PMA juga dapat mengakibatkan kerugian atau biaya bagi negara resipien/penerima, seperti: berbagai konsensus khusus yang diberikan kepada Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
36
investor asing, seperti: pengurangan pajak (tax remission); pengaruh negatif terhadap tabungan domestik; hambatan terhadap Terms of Trade (TOT) negara berkembang; kesulitan-kesulitan neraca pembayaran; dan campur tangan asing terhadap urusan dalam negeri negara resipien. Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian besar berasal dari analisis neoklasik tradisional yang memusatkan pada berbagai determinan pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan yang didapat dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar penerimaan pemerintah, dan mengembangkan keahlian manajerial bagi negara penerimanya. Semua itu merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk mencapai target pembangunan. PMA ini dapat mengatasi dua kesenjangan (two gap) yaitu ‘kesenjangan tabungan-investasi’ (saving gap) dengan pemberian sumbangan finansial jika terjadi kurang memenuhinya mobilisasi tabungan domestik, dan juga mengatasi ‘kesenjangan devisa’ atau ‘kesenjangan perdagangan luar negeri’ (trade gap) dengan peranannya dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan hanya dapat menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang terdapat di dalam neraca pembayaran, akan tetapi dapat juga menghilangkan defisit dalam jangka panjang (secara permanen) bila perusahaan asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
37
negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-hasil ekspornya secara netto. Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan tersebut, kesenjangan ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya tambahan pendapatan pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan keikutsertaan mereka secara finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial.
2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencakup kriteria sebagai berikut (Bank Indonesia, 1995:103): a. bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia; b. dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta asing yang berdomisili di Indonesia; c. guna menjalankan sesuatu usaha; dan d. modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tersebut diatas (Pasal 1 ayat 1)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
38
PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktunya minimal 1 tahun. Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan perusahaan asing, dimana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh negara atau swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang usaha terbuka untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan strategis.
2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi 2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior Salah satu kontribusi penting terhadap teori ini dijelaskan oleh Dale Jorgenson 7, pada tahun 1960-an. Jorgenson ingin menunjukan bahwa biaya modal dari pengguna dapat dijelaskan dari teori mikroekonomi neoklasik dengan cara mengukur keputusan memaksimalkan profit perusahaan. Beliau menjadi pionir dalam menjelaskan adanya hubungan antara keputusan investasi perusahaan dan dampak dari kebijakan pajak pemerintah terhadap insentif jika berinvestasi. Dale Jorgenson. 1963. Capital Theory and Investment Behaviour.. American Economic Review Vol. 53, pp. 49-58.
7
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
39
•
Biaya Modal (The User Cost of Capital) The user cost of capital dapat didefinisikan sebagai biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam menggunakan bagian dari modal pada kurun waktu tertentu. Teori ini berawal dari asumsi bahwa perusahaan akan berinvestasi jika mereka berekspektasi bahwa mereka akan mendapat keuntungan. Tambahan modal tidak akan dibeli kecuali ekspektasi marginal product of capital (MPK) lebih besar atau setidaknya sama dengan user cost of capital (u). MPK ≥ u…………………………...………………….(2.10) Marginal product of capital sendiri adalah tambahan output yang dapat diproduksi oleh perusahaan untuk setiap unit tambahan modal. Dari gambar berikut ini dapat dijelaskan dampak penurunan the user cost of capital (u) terhadap desired capital output ratio (v*), terlihat bahwa keseimbangan awal berada pada titik E0, perusahaan mendapatkan keuntungan pada daerah (1) atau daerah initial profit. Perusahaan tidak dapat melakukan investasi selanjutnya karena akan menyebabkan kerugian yang ditunjukan oleh daerah (5) initial loss eliminated + (6) remaining loss. Tetapi jika user cost of capital dapat diturunkan dari u0 ke u1, keseimbangan akan bergeser dari E0 ke E1. Maka hal ini akan mengurangi kerugian sebesar daerah (5) (initial loss eliminated), dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan tambahan yang ditunjukan oleh daerah (2) extra added profit.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
40
Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital (u) Terhadap Desired Capital Otput Ratio (v*). User Cost of
Initial User Cost (4)
Initial Profit (1)
u0 u1
Extra Added Profit (2)
Initial Loss Eliminated (5)
New Lower User Cost
Remaining Loss (6) MPK E0
v*0
v*1
Desired Capital Output Ratio
E1
•
Insentif Pajak dan Perilaku Investasi
The user cost of capital tidak hanya tergantung dari depreciation rate of capital dan tingkat suku bunga riil yang harus dibayarkan dari dana yang dipinjam untuk pembelian peralatan modal. Seperti dijelaskan oleh Jorgenson, bahwa user cost of capital juga tergantung oleh sistem perpajakan. Karenanya baik itu kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter dapat mempengaruhi the user cost of capital. Kebijakan moneter berpengaruh dalam perubahan tingkat suku bunga riil, sedangkan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat pajak dan peraturan sistem perpajakan. Dari gambar 2.5 diatas kita dapat mengilustrasikan dampak dari perubahan kebijakan perpajakan pemerintah yang dirancang untuk menstimulasi investasi. Dengan mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perubahan pada tingkat pajak atau peraturan perpajakan dengan tujuan untuk mengurangi the user cost. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
41
Dengan kata lain, tingkat pajak yang dibayarkan perusahaan untuk keuntungan yang mereka dapatkan berkurang setengahnya. Tambahan unit modal sekarang dapat dibeli oleh perusahaan dan akan menggeser capital output ratio ke kanan ke titik v*1. Penurunan user cost dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian seperti dijelaskan sebelumnya.
2.4.2 Tobin’s q Theory of Investment Teori Tobin ini dikembangkan berdasarkan teori dari Keynes bahwa kecenderungan pembelian peralatan modal baru tergantung dari harga pasar (market value) dari modal pada pasar saham dibandingkan dengan biaya pembelian modal tersebut. Jadi, teori ini menghubungkan antara investasi dengan harga saham. Seorang manajer pada sebuah perusahaan dapat merespon terhadap perubahan harga saham dengan memproduksi lebih banyak modal, atau berinvestasi, ketika harga sahamnya tinggi dan memproduksi sedikit modal baru atau tidak berinvestasi sama sekali ketika harga sahamnya rendah. Untuk menciptakan suatu pengukuran kuantitatif yang merefleksikan perubahan pada haraga pasar relatif terhadap biaya pembelian, Tobin mendefinisikan variabelnya q sebagai rasio dari harga pasar dari perusahaan pada pasar saham dan obligasi terhadap biaya penggantian dari capital stock. Kemudian, investasi merupakan fungsi dari rasio q. Ketika rasio ini tinggi,
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
42
perusahaan menginginkan memproduksi lebih banyak aset, sehingga investasi akan tumbuh lebih cepat. Sebagai contoh dari persamaan investasi dari teori ini adalah hubungan antara gross investment relatif terhadap capital stock (I/K), rasio q (q), dan rasio investasi pengganti (replacement investment) terhadap capital stock (d). I = j (q – 1) + d ………………………………………….……...….(2.11) K Karena sumber utama perubahan pada q adalah perubahan pada harga pasar saham, teori Tobin menciptakan saluran tambahan dimana perubahan pada pasar saham
mungkin
mempengaruhi
perekonomian
melalui
kecenderungan
berinvestasi. Beberapa pendapat ahli ekonomi mengenai teori ini : 1. Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan ketika perubahan pada yang diciptakan investasi tersebut terhadap harga pasar saham perusahaan lebih besar daripada biayanya. 2. Terdapat time lag antara ketika perusahaan memutuskan bahwa suatu pengeluaran investasi menguntungkan dengan ketika barang investasi dikirimkan dan diperhitungkan dalam pendapatan nasional sebagai pengeluaran investasi. 3. Mungkin terdapat ketidaksempurnaan dalam pasar modal. Tidak semua perusahaan dapat meningkatkan modal untuk mendanai investasinya melalui pasar saham atau pasar obligasi.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
43
2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian Tentang Pengeluaran Investasi Sektor Swasta Cukup sulit untuk menarik garis lurus perbedaan antara kelompok Moneteris dan Keynesian, tetapi salah satu diantara beberapa hal yang cukup mendasar untuk dijadikan alasan pembedaan antara kedua kelompok tersebut adalah pandangannya terhadap sektor swasta. Moneteris cenderung berpendapat bahwa sektor swasta relatif stabil, alasannya adalah bahwa pengeluaran sektor swasta didasarkan pada teori pendapatan permanen sehingga pengeluaran konsumsi akan relatif stabil. Pengeluaran konsumsi merupakan komponen pengeluaran yang paling besar dan hanya berubah secara perlahan yaitu dalam rangka penyesuaian konsumsi individu dengan perkiraan pendapatan permanen dalam jangka panjang. Faktor lain yang menyebabkan pengeluaran konsumsi ini relatif stabil adalah elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga yang cukup besar (kurva IS yang cenderung mendatar)8. Demikian pula fleksibilitas tingkat bunga dan harga yang sering menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumsi stabil, jika terjadi penurunan investasi dan jumlah uang beredar yang tetap maka tingkat suku bunga akan turun. Penurunan tingkat suku bunga ini akan menyebabkan investasi kembali terdorong naik untuk mengimbangi penurunan investasi awal. Hal ini berarti investasi tidak banyak berubah.
Hal ini disebabkan definisi kekayaan yang lebih luas, dimana Milton Friedman membagi kekayaan ke dalam 5 bentuk, yaitu uang, obligasi, saham, kekayaan fisik, dan keahlian/kecakapan.
8
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
44
Seandainya kenaikan investasi dan atau konsumsi tidak cukup untuk menutupi penurunan investasi maka melalui perubahan harga pengeluaran swasta akan tetap stabil, mekanismenya adalah penurunan investasi akan berakibat pada timbulnya pengangguran sehingga upah dan kemudian harga akan turun. Untuk sejumlah uang beredar, turunnya harga berarti nilai riil uang akan naik. Kenaikan nilai riil uang (melalui teori kuantitas uang) akan mendorong pengeluaran. Dalam alternatif pendapat kaum Keynesian, naiknya nilai riil uang akan menurunkan tingkat bunga yang kemudian akan mendorong kenaikan investasi. Keynesian berpendapat bahwa sektor swasta pada dasarnya tidak stabil 9. Pergeseran sikap dan perkiraan dari pengusaha dan konsumen menyebabkan ketidakstabilan sehingga harus diambil kebijakan fiskal dan moneter untuk menstabilkan. Selain itu, ketidakstabilan sektor swasta juga disebabkan oleh harga yang tidak fleksibel. Gambar 2.6 Kasus Moneteris P
AS
P0 P1
AD0 AD1 Y1
Y
YF
Gambar 2.7 Kasus Keynesian 9
P
AS0
Paul A. Samuelson and William Nordhaus. 1995. Macroeconomics. Ontario : Mcgraw Hill.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di P0 AS0 Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
P1
AD0
45
Sumber : Ekonomi Moneter, Buku I, Nopirin, hal 85-86. Jika karena suatu sebab pengeluaran investasi oleh pengusaha turun, pada gambar 2.6 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1. Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang vertikal (dalam versi monetaris) maka pada harga P0 jumlah barang yang diminta turun menjadi Y1. maka akan terjadi excess suply, dimana penawaran melebihi permintaan, pengangguran terjadi, dan hal ini akan mendorong upah dan harga untuk turun. Turunnya harga menyebabkan nilai riil uang akan naik, sehingga permintaan total akan naik (sepanjang kurva AD1). Harga akan terus turun sampai jumlah yang diminta kembali pada Yf. Kenaikan permintaan ini disebabkan turunnya tingkat bunga (sebagai akibat naiknya nilai uang kas riil). Karena konsumsi merupakan bagian dari AD, kenaikan konsumsi juga merupakan kenaikan permintaan agregat. Dalam pandangan Keynesian, penurunan investasi (autonomous) tidak akan menyebabkan kenaikan konsumsi, sehingga AD akan tetap bergeser ke kiri bawah. Dalam gambar 2.7 dijelaskan bahwa pergeseran AD dari AD0 ke AD1 karena upah dan atau harga adalah tetap(rigid) meskipun ada pengangguran, maka output akan tetap pada tingkat Y1. Disini digambarkan 2 kurva penawaran agregat Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
46
(AS), yaitu AS0 untuk ekstrim Keynesian serta AS1 untuk Keynesian yang lebih realistis. Untuk kasus Keynesian yang lebih realistis, upah dan harga turun tetapi relatif lebih kecil. Output sedikit lebih tinggi dari kasus ekstrim Keynesian, yaitu Y2, tetapi kesemuanya masih berada dibawah output pada tingkat full employment (Yf).
Masalahnya, karena penurunan upah dan harga tidak cukup untuk
mendorong kenaikan permintaan agregat sepanjang kurva AD1, yang dapat menutup penurunan investasi, sehingga akhirnya output berada dibawah tingkat full emloyment. Untuk mencapai kembali pada keadaan full employment, Keynesian memberikan solusi perlu ada campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis tahunan
data sekunder kuantitatif
pada rentang waktu antara tahun 1984-2003 dengan pertimbangan
ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat. Data tersebut diolah kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel terikat (dependent variables) yaitu tabungan swasta dan investasi swasta. Sedangkan variabel bebasnya (independent variables) yaitu pendapatan nasional disposibel (gndi), tingkat suku bunga (r), tingkat inflasi (lnp), pendapatan nasional (PDB/Y), rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy), serta variabel dummy krisis ekonomi Indonesia.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
48
3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtun waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber data berasal dari berbagai sumber seperti misalnya Badan Pusat Statistik, Laporan triwulanan/tahunan BI, Badan Koordinasi Penanaman Modal, International Financial Statistics (IFS), Asian Development Bank, World Development Indicators dan lain-lain. Penulis menguji variabel-variabel bebas utama yang memiliki pengaruh kuat terhadap tabungan nasional dan investasi swasta sebagai variabel tidak bebas yang berhubungan dengan model yang digunakan. Disamping itu penulis melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian. referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal, Perpustakaan FE USU, Perpustakaan Pusat USU, dan Perpustakaan Bank Indonesia Medan.
3.3 Pengolahan Data Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
49
3.4 Model Analisis Data Model dengan
yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrik
pendekatan kointegrasi dan model dinamis faktor-faktor utama yang
mempengaruhi tabungan nasional dan investasi swasta dengan pendekatan ECM (Error-Correction Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan E-Views 4.1. Data yang digunakan adalah data periode tahunan (time series) dengan estimasi model menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Adapun persamaan model kointegrasi sebagai berikut: Yt = α0 + α1 X1 + α2 X2 +............+ αn Xn + Ut ………….…………(1.16) dimana: Yt
= Variabel tidak bebas
X1,2,..,n = Variabel bebas Ut
= Error term
Sedangkan persamaan ECM (Error-Correction Model) adalah sebagai berikut: Yt = α0 + α1X1+ α 2X2+ ……. + α nXn + ECTt-1+Ut …….….(1.17) dimana: Yt
= First difference dari variabel tidak bebas
X1,2,..,n
= First difference dari variabel bebas
ECTt-1
=
Error Correction Term
Model tabungan yang akan diestimasi dalam penelitian ini adalah : Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + β4 Dummy + μt……. (1.18)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
50
Sedangkan model untuk investasi swasta adalah: Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + γ5 Dummy + νt …..............................................................................................................(1.19) Teori tentang kointegrasi ditandai dengan memasukkan error-correction (EC) term . EC term lagged periode (ECt-1) menggabungkan pergerakan short-run dan long-run pada fungsi tabungan nasional dan investasi swasta. Sehingga model persamaan yang kita butuhkan secara spesifik menjadi general error correction model (ECM) : 1. Fungsi tabungan ΔLn S =α + β1 ΔLnGNDIt + β2 ΔLnRt + β3 ΔLnPt + β4 ECTt-1 + β5 D + μt ……………….……………………………………………………….….(1.20)
Keterangan : α
= konstanta
ΔLn S ΔLnGNDI
= First Difference dari logaritma tabungan nasional = First Difference dari logaritma Gross National Disposable Income
ΔLnR
= First Difference dari tingkat suku bunga
ΔLnP
= First Difference dari tingkat inflasi
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
51
ECTt −1
= Error-correction term lagged one period
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) β1, β2, β3, β4
= koefisien regresi
μ
= error term
t menunjukan waktu
2. Fungsi investasi swasta ΔLn I = α+ γ1 ΔLnYt + γ2 ΔLnPt + γ3 ΔLnRt + γ4 ΔLnGIYt + γ5 ECTt-1 +γ6 D+ νt …………………………………………………..……………………….(1.21) Keterangan : ΔLn I
= First Difference dari logaritma investasi
ΔLnY
= First Difference dari logaritma pendapatan nasional
ΔLnP
= First Difference dari tingkat inflasi
ΔLnR
= First Difference dari tingkat suku bunga
ΔLnGIY
= First Difference dari logaritma rasio investasi pemerintah terhadap PDB
ΔECTt-1
= Error-correction term lagged one period
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
52
D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi ν
= error term
t menunjukan waktu
3.5 Pengujian Statistik 3.5.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya anggapan stasioneritas pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk diketahui adanya unit roots dilakukan pengujian Dickey-Fuller (DF-test) sebagai berikut : Misal variabel Yt sebagai variabel tidak bebas, maka akan diubah menjadi Yt = ρ Yt-1 + Ut
..................................................................(1.22)
Jika koefisien Yt-1 (ρ) adalah = 1 dalam arti hipotesis diterima, maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-stasioner. Untuk mengubah trend yang bersifat non-stasioner menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first difference) ΔYt = (ρ-1) (Yt -Yt-1)...............................................................(1.23) Koefisien ρ akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak sehingga model menjadi stasioner.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
53
Kesimpulan hipotesis DF-test : •
Ho : ρ = 0
(Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)
•
H1 : ρ ≠ 0
(Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)
Kesimpulan
hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-
hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller.
3.5.2 Uji Kointegrasi Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependennya pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-masing variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel tersebut berada dalam kondisi optimumnya). Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka panjang atau justru sebaliknya. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini :
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
54
1. Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), misalnya : Yt = α0 + α1Xt1 + α2Xt2 + Ut ............................................................................................. (1.24) Uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas lalu estimasi kembali Ut = Ut-1 + υt ..................................................................................................................................... (1.25) ΔÛt = α0Ut-1 + α1Ut-2 ..................................................................... (1.26) Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan t-tabel (uji-t). Jika nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel bersifat stasioner. 2. Regresi persamaan, proses ini dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel pada tingkat kepercayaan tertentu. Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term berikut ini : Ut = ρUt-1 + υt .........................................................................(1.27) Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi : •
Ho : ρ = 0
(Variabel-variabel tidak terkointegrasi)
•
H1 : ρ ≠ 0
(Variabel-variabel terkointegrasi)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
55
3.5.3 Uji Kesesuaian 3.5.3.1 Penaksiran Koefisien Determinasi Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0
3.5.3.2 Uji t – Statistik (Uji Parsial) Penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabelvariabel independen terhadap variabel dependen (dalam hal ini untuk mendukung uji kointegrasi dan ECM) secara parsial. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho
: bi = 0
Ha : bi > 0
(tidak signifikan) (signifikan)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
56
Ho akan diterima (Ha ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t hitung lebih kecil dari t tabel, dengan demikian variabel bebas yang diuji tidak mempengaruhi variabel tidak bebas (tidak signifikan). Sebaliknya kepercayaan
Ho
tertentu
akan jika
t
ditolak hitung
(Ha
diterima)
lebih besar
dari
pada t tabel
tingkat sehingga
variabel bebas yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas (signifikan). Nilai t hitung adalah sebagai berikut : bi t = ------------S(bi)
Dimana : bi
= Parameter yang diestimasi
S(bi)
= Standart error yang diuji.
3.5.3.3 Uji F- Statistik Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebasnya. Disamping menguji berarti tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji F juga Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
57
sekaligus menguji koefisien determinasinya (R2). Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh secara statistik tidak sama dengan nol. Hipotesa yang digunakan adalah : Ho : bl = b2 = .... = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Ha : bl ≠ b2 ≠ .... ≠ 0, terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil pengujian akan menunjukan : Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Apabila nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho tidak diterima ; artinya setidaknya satu dari variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Nilai F hitung : R2/(k-1) F = ----------------------(1-R2)/(n-k)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
58
Dimana : k = banyaknya koefisien (termasuk intersep bi) n = banyaknya observasi pada sampel.
3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.5.4.1 Masalah Multikolinier Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan yang pasti diantara explanatory variable (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel. 3.5.4.2 Masalah Serial Korelasi Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena beberapa faktor : 1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan ekonomi sehingga data time series selanjutnya dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun perekonomian sudah membaik.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
59
2. Mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak mendukungnya. 3. Bentuk model yang tidak tepat. 4. Penentuan data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang diharapkan. Uji yang dilakukan untuk mendeteksi gejala ini adalah uji Durbin-Watson dan Run-test. Uji serial korelasi: 1. Durbin Watson Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai masalah korelasi berdasarkan pada bagan daerah kritis di halaman berikut ini. Gambar 1.3 Pengujian Durbin Watson Model Regresi
Serial
Daerah
Daerah tidak ada
Daerah
S
erial Korelasi Korelasi 0
tak tentu
Positif dL
dU
serial korelasi 2
4 – dU
tak tentu 4 – dL
4
Negati Keterangan :
Ho
: tidak ada auto korelasi positif
Ho*
:
tidak ada auto korelasi negative
Tabel 1.2 Batas Kritis Pengujian Durbin – Watson statistik
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
60
Daerah
Hasil
0 < D-W Stat < dL
Terdapat Autokorelasi positif
dL < D-W Stat < dU
Ragu – ragu
dU < D-W Stat < 4-dU
Tidak terdapat Autokorelasi
4-dU < D-W Stat < 4-dL
Ragu – ragu
4-dL < D-W Stat < 4
Terdapat Autokorelasi negatif
2. Run-Test Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya masalah serial korelasi dalam model, dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan (positif atau negarif) residual yang diperoleh dari selisih antara nilai aktual dari variabel dependen terhadap nilai estimasinya. Setelah diperoleh data residual, maka ditentukan jumlah nilai residual yang positif (n1), nilai residual negatif (n2), jumlah runs atau perubahan nilai positif dan negatif residual (k) dan jumlah observasinya (n). Lalu ditentukan pula nilai rata-rata runs Е (k) dan variansnya (δk) melalui rumus : Ε( k ) =
δk =
2n1n 2 + 1 ................................................................................(1.28) n1 + n 2
2n1n 2(2n1n 2 − n1 − n 2) ...............................................................(1.29) (n1 + n 2) 2 (n1 + n2 − 1)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
61
S (k ) = σ (k ) ........................................................................(1.30) Penentuan ada atau tidaknya korelasi dalam model, ditentukan melalui batasan rentang : Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ k ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α) S(k) Pada tingkat kepercayaan tertentu akan dilihat apakah (k) berada dalam rentang batas interval tersebut diatas yang menunjukan bahwa model tidak mengandung masalah serial korelasi, atau sebaliknya yang menunjukan bahwa model mengandung masalah serial korelasi. Perlu dicatat bahwa apabila model mengandung masalah serial korelasi, maka model harus diperbaiki melalui perbaikan regresi, karena apabila terjadi korelasi diantara anggota series dari observasi maka asumsi classical linear regresion tidak terpenuhi.
3.5.5 Defenisi Variabel Operasional 3.5.5.1 Gross National Disposable Income (gndi) Adalah pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi barang dan jasa. Variabel ini diharapkan akan berhubungan positif dengan tabungan nasional. Pendapatan disposibel dapat dirumuskan sebagai : Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
62
Yd = Y – T…………………………………………………(1.31) Dimana :
Yd = pendapatan disposibel Y = pendapatan nasional T = pajak
3.5.5.2 Tingkat suku bunga riil (r) Merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi terhadap inflasi, dapat dirumuskan sebagai : Real interest rate = nominal interest rate – inflation ……………………….(1.32)
3.5.5.3 Tingkat inflasi (lnp) Data inflasi menggunakan indikator Indeks Harga Konsumen tahunan tahun konstan 2000. Inflasi tahunan dirumuskan dengan : Tingkat inflasi = IHKt – IHKt-1 X 10……...……………...….(1.33) IHK t-1
3.5.5.4 Pendapatan riil (y) Data pendapatan riil tahunan menggunakan data pendapatan nominal tahunan dibagi dengan PDB deflator tahun konstan 2000 dengan perumusan: PDB Riil = PDB Nominalt X 100 ………..………………..………(1.34)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
63
PDB Deflatort 3.5.5.5 Rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy) Merupakan prosentase perbandingan pengeluaran pemerintah dalam investasi (public investment) terhadap Produk Domestik Bruto.
3.5.5.6
Dummy variable Dummy variable adalah metode pengklasifikasian data yang membagi
sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain). Dalam penelitian ini dummy variables digunakan sebagai variabel krisis ekonomi dengan nilai D = 0 untuk periode sebelum krisis ekonomi Indonesia dan D = 1 untuk periode setelah krisis ekonomi. Berdasarkan identifikasi di atas maka mulai periode 1998-2003 dummy variable bernilai 1 dikarenakan adanya krisis ekonomi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis ekonomi maupun analisis statistik dari hasil regresi model tabungan dan investasi swasta di Indonesia Periode 1984-2003 dengan pendekatan kointegrasi dan Error Correction Model (ECM). Pendekatan kointegrasi bertujuan untuk melihat hubungan keseimbangan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
64
jangka panjang antara variabel–variabel da2qe3wfglam model. Sedangkan pendekatan ECM bertujuan untuk melihat dinamika jangka pendek dari variabelvariabel dalam model yang mengarahkan kepada keseimbangan jangka panjangnya.
Di samping itu akan dilakukan pengujian-pengujian terhadap
masalah yang biasa muncul dalam regresi linier dan analisis runtun waktu (time series). Dalam analisis ekonomi akan dijelaskan mengenai arti dari parameterparameter yang diperoleh dari hasil regresi yang meliputi kesesuaian arah parameter yang diteliti dengan hipotesis-hipotesis yang telah ditetapkan berdasarkan teori-tori ekonomi, termasuk arti dari nilai koefisien itu sendiri, dan juga melihat berapa besar pengaruh perubahan variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Untuk analisis statistika, akan diperlihatkan sampai sejauh mana validitas model yang digunakan dalam penelitian melalui pengujian secara statistik terhadap model yang bersangkutan. Pengujian masalah-masalah linier ditujukan untuk menghasilkan model regresi dan hasil estimasi yang akurat dan tidak bertentangan dengan asumsi regresi linear klasik. Pengujian tersebut meliputi perhitungan t-statistik dan F-statistik, penaksiran koefisien determinasi dan Durbin Watson statistik.
4.1 Interpretasi Data 4.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variables)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
65
4.4.1.1 Tabungan Swasta Tabungan swasta adalah tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga atau perusahaan. Tabungan swasta memiliki peranan penting dalam pembentukan investasi domestik, dimana tabungan akan menyebabkan terjadinya penanaman modal, dan penanaman modal ini akan memperbesar kapasitas produksi sehingga pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Data tabungan swasta yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan nasional setelah dikurangi penerimaan pajak dan konsumsi rumah tangga. Dari tabel dibawah ini dapat dilihat perkembangan tabungan swasta di Indonesia beserta pertumbuhannya periode 1984-2003. Tingkat tabungan tertinggi terjadi pada tahun 1999 dengan nilai Rp. 792.968,07 milyar, dan tingkat tabungan swasta terendah terjadi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2000 sebesar Rp. 292.208,70 milyar dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 6,65 % per tahun. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003 dimana tabungan swasta tumbuh sebesar 47,42 %.
Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003. Tahun
Tabungan
Pertumbuhan
Tahun
Tabungan
Pertumbuhan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
66
Swasta
(%)
Swasta
(milyar rupiah)
(%)
(milyar rupiah)
1984
349346.72
-
1994
518760.09
-31.17
1985
358137.99
2.52
1995
577519.15
11.33
1986
395678.43
10.48
1996
653997.20
13.24
1987
437584.67
10.59
1997
687910.62
5.19
1988
486874.36
11.26
1998
740782.18
7.69
1989
538382.48
10.58
1999
792968.07
7.04
1990
584852.73
8.63
2000
292208.70
-63.15
1991
633031.01
8.24
2001
346710.00
18.65
1992
690104.70
9.02
2002
448997.36
29.50
1993
753651.05
9.21
2003
661904.50
47.42
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali).
nilai (milyar rupiah)
Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia Periode 1984-2003. 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0
tahun tabungan swasta
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
67
Sumber : Tabel 4.1 Pergerakan tabungan swasta pada periode penelitian dapat dilihat pada gambar diatas. Titik tertinggi tabungan swasta pada tahun 1999 disebabkan dari tingginya tingkat suku bunga tabungan yang mencapai 25,3% per tahun dan juga karena rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga. Rendahnya konsumsi rumah tangga juga disebabkan karena mulai stabilnya kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi yang ditandai dengan kestabilan harga kala itu. Sedangkan titik terendah pada tahun 2000 disebabkan karena tingginya tingkat konsumsi rumah tangga yang disebabkan karena naiknya harga BBM karena pengurangan subsidi oleh pemerintah yang mendorong kenaikan harga barang-barang lainnya.
4.4.1.2 Investasi Swasta Data mengenai investasi swasta yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PMA dan PMDN yang disetujui pemerintah. Investasi swasta cenderung meningkat dari waktu-kewaktu. Walaupun demikian pada tahun-tahun tertentu mengalami penurunan. Tabel dibawah ini memperlihatkan perkembangan investasi swasta di Indonesia pada tahun 1984-2003. Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003. Tahun
Investasi Swasta
Pertumbuhan (%)
Tahun
Investasi Swasta
Pertumbuhan (%)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
68
(milyar rupiah)
(milyar rupiah)
1984
107190.7
-
1994
245261.8
24.04
1985
84658.6
31.09
1995
309551.6
26.21
1986
110978.3
5.02
1996
326743.6
5.55
1987
116546.4
13.96
1997
340471.1
4.20
1988
132819.4
16.62
1998
240885.8
-29.25
1989
154892.7
15.08
1999
202957.1
-15.75
1990
178245.3
2.54
2000
241732.1
19.11
1991
182767.2
3.23
2001
253425.7
4.84
1992
188666.5
4.80
2002
256115.3
1.06
1993
197723.5
-21.02
2003
248425.5
-3.00
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali).. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa selama periode 1984 sampai dengan 2003 perkembangan investasi swasta cenderung mengalami peningkatan. Angka pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar 26,21% dan angka pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar -29,25 % atau mengalami rata-rata pertumbuhan 5,70% setiap tahunnya. Peningkatan investasi swasta ini tidak lepas dari usaha pemerintah dalam mendorong penyehatan kembali investasi swasta. Sejak tahun 1989 pemerintah melakukan percepatan dan perluasan investasinya, sehingga dampaknya dapat dilihat dalam beberapa tahun berikutnya
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
69
yaitu terjadi pertumbuhan investasi swasta sejalan dengan meningkatnya realisasi Penanaman Modal Asing.
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 1984
investasi swasta (milyar rupiah)
Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003.
tahun investasi swasta
Sumber : Tabel 4.2 Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan penurunan yang sangat tajam pada investasi swasta. Penurunan sebesar 29,25 % pada tahun 1998 disebabkan karena menurunnya kepercayaan investor karena ketidakstabilan kondisi ekonomi dan politik dan juga tingginya risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Setelah tahun 1998, investasi swasta di Indonesia mulai kembali menunjukan peningkatan seiring dengan berbagai kebijakn pemerintah dalam pemulihan pasca krisis serta berbagai kemudahan yang diberikan pada investor.
4.4.2 Variabel Bebas (Independent Variables) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
70
4.4.2.1 Pendapatan Nasional Disposibel Pendapatan nasional disposibel adalah pendapatan nasional setelah dikurangi penerimaan pajak, atau juga pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi. Secara umum, perkembangan pandapatan nasional disposibel Indonesia pada periode penelitian menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun juga terjadi penurunan ketika terjadi krisis ekonomi. Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003. Pendapatan Pendapatan Nasional Nasional Pertumbuhan Pertumbuhan Disposibel Disposibel Tahun Tahun (%) (%) (milyar (milyar rupiah) rupiah) 1984
678933.7
-
1994
1193870
7.09
1985
693151.8
2.09
1995
1291416
8.17
1986
732658.6
5.70
1996
1387533
7.44
1987
768276.2
4.86
1997
1441846
3.91
1988
812376.1
5.74
1998
1217702
-15.55
1989
870610.4
7.17
1999
1198647
-1.56
1990
928400.1
6.64
2000
1273857
6.27
1991
993143.6
6.97
2001
1257444
-1.29
1992
1051156
5.84
2002
1293427
2.86
1993
1114825
6.06
2003
1318017
1.90
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
71
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali). Dari tabel diatas dapar dilihat bahwa nilai pendapatan nasional disposibel tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar Rp. 1.441.846 milyar dan nilai terendah terjadi pada awal periode penelitian yaitu ketika tahun 1984 sebesar Rp. 678.933,7 milyar. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1995 mencapai 8,17% dan pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar –15,55%, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,70% per tahun.
nilai (milyar rupiah)
Grafik 4.3 Perkembangan Pendapatan Nasional Disposibel Riil di Indonesia Periode 1984-2003. 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0
tahun gndi
Sumber : Tabel 4.3 Pergerakan pendapatan nasional disposibel seperti pada gambar diatas terlihat bahwa dari tahun 1984-1997 mengalami peningkatan yang stabil, tetapi setelah terjadi krisis ekonomi ternyata mengalami penurunan yang tajam pada tahun 1998. Setelah periode tersebut tingkat pendapatan nasional disosibel kembali stabil seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia,
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
72
diantaranya peningkatan pendapatan nasional dan pertumbhan ekonomi yang cukup baik.
4.4.2.2 Tingkat Suku Bunga Tabungan (Deposit Rate) Tingkat bunga merepresentasikan pembayaran di masa depan untuk transfer uang di masa kini. Sebagai hasilnya tingkat bunga selalu membandingkan jumlah uang pada beberapa titik waktu. Tingkat bunga ini memberikan gambaran daya beli dari rekening bank masyarakat pada titik waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat bunga maka masyarakat semakin banyak yang memilih asset finansial berupa deposito berjangka dan atau obligasi berarti semakin sedikit yang memegang uang kas. Ada dua jenis tingkat bunga, yang pertama yaitu tingkat bunga nominal, tingkat bunga yang dibayarkan oleh bank, biasanya diumumkan tanpa koreksi dari efek inflasi. Sedangkan yang kedua adalah tingkat bunga riil, yaitu tingkat bunga yang telah dikoreksi inflasi. Jadi, tingkat suku bunga tabungan riil dapat dirumuskan sebagai berikut : Real deposit rate = Nominal Deposit Rate – Inflation Dengan demikian tingkat bunga riil dapat bernilai negatif ketika inflasi melebihi tingkat bunga nominal sehingga inflasi mengurangi nilai tabungan masyarakat daripada tingkat bunga nominal meningkatkan nilai tabungan masyarakat. Sebagai koreksi inflasi digunakan inflasi IHK Indonesia periode
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
73
tahun 1984-2003 karena inflasi IHK mencerminkan tingkat harga biaya hidup yang harus ditanggung masyarakat Data tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito 12 bulan yang didapat dari Bank Indonesia.
Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1984-2003.
Tahun
Nominal Deposit Rate (%)
Inflasi IHK
Real Deposit Rate (%)
1984
17.5
10.51
6.99
1985
15.2
4.73
10.47
1986
14.6
5.83
8.77
1987
17.5
9.23
8.27
1988
17.8
8.08
9.72
1989
17.1
6.39
10.71
1990
17.6
7.82
9.78
1991
23.4
9.41
13.99
1992
19.5
7.53
11.97
1993
14.5
9.68
4.82
1994
12.6
8.52
4.08
1995
16.8
9.44
7.36
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
74
1996
17.3
7.96
9.34
1997
20.3
6.73
13.57
1998
40
57.66
-17.66
1999
25.3
20.31
4.99
2000
12.5
9.35
3.15
2001
15.5
12.55
2.95
2002
15.2
11.88
3.32
2003
10.2
6.59
3.61
Sumber : Bank Indonesia (data diolah kembali). Untuk memobilisasi tabungan masyarakat, melalui Kebijakan 1 Juni 1983, pemerintah menghapuskan pagu tingkat bunga dengan demikian mekanisme suku bunga tabungan ditentukan oleh mekanisme pasar. Kebijakan ini efektif pada tahun 1984 dimana tingkat bunga nominal meningkat hingga 17,5% sehingga meningkatkan tingkat suku bunga riil hingga 6,99%. Semenjak saat itu nilai tingkat bunga riil bernilai positif. Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis perbankan dimana terjadi penurunan kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya ditandai dengan meningkatnya kredit macet. Memburuknya kinerja perbankan meningkatkan pesimisme nasabah akan nasib dananya yang disimpan di bank sehingga mereka menarik dananya tersebut. Untuk mengatasi hal ini, perbankan memberikan peningkatan bunga tabungan yang tinggi dengan tujuan para nasabah memilih tetap menyimpan dananya di bank dan tidak melakukan penarikan dana. Karenanya tingkat bunga nominal pada masa krisis perbankan tinggi sekali yaitu 20,3% (1997) dan 40% (1998). Namun karena Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
75
tingginya inflasi, secara riil masyarakat menerima tingkat bunga yang negatif pada tahun 1998 yaitu sebesar –17,66%.
Grafik 4.4 Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real Deposit Rate di Indonesia Periode 1984-2003. 50 40
20 10 2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
-10
1986
0 1984
deposit rate (%)
30
-20 -30
tahun real deposit rate
nominal deposit rate
Sumber : Tabel 4.4
Dari grafik 3.4 dapat dilihat bahwa titik tertinggi dari tingkat suku bunga nominal terjadi pada tahun 1998, tetapi titik terendah tingkat suku bunga riil juga terjadi pada tahun 1998. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya tingkat bunga nominal tidak berarti tingkat bunga riilnya pun tinggi, tetapi hal itu berarti tingginya tingkat bunga nominal merupakan dampak dari tingginya tingkat inflasi pada tahun tersebut. Selain itu hal ini juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah dalam menanggulangi dampak krisis ekonomi dan tingginya tingkat inflasi. Tahun-tahun berikutnya tingkat bunga tabungan riil kembali bernilai positif seiring dengan meningkatnya usaha dalam mengatasi krisis perbankan.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
76
4.4.2.3 Tingkat Inflasi Inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga secara umum dan terus menerus. Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian dan tingkat inflasi
digunakan
sebagai
dasar
pengukuran
secara
statistik
terhadap
perkembangan harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Inflasi mengakibatkan ketidakpastian harga (terutama inflasi yang tidak diantisipasi), sehingga alokasi sumberdaya tidak optimal dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi rendah (berada di bawah tingkat optimal). Penelitian ini menggunakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000 dengan perumusan: Tingkat inflasi = IHKt – IHKt-1 x 100 IHKt-1
Tabel berikut ini memberikan gambaran perkembangan inflasi di Indonesia selama periode 1984-2003. Besar kecilnya laju inflasi di Indonesia tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang diambil pemerintah, meningkatnya inflasi dunia, dan penyesuaian terhadap harga BBM.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
77
Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia Periode 1984-2003. Tahun
IHK (2000=100)
Inflasi
1984
19.1
10.51
1985
20.1
4.73
1986
21.2
5.83
1987
23.2
9.23
1988
25.1
8.08
1989
26.7
6.39
1990
28.7
7.82
1991
31.4
9.41
1992
33.82
7.53
1993
37.1
9.68
1994
40.3
8.52
1995
44.0
9.44
1996
47.56
7.96
1997
50.5
6.73
1998
80.0
57.66
1999
96.4
20.31
2000
100.0
9.35
2001
111.5
12.55
2002
124.7
11.88
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
78
2003
132.96
6.59
Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF (data diolah kembali). Pada tahun 1986-1987 inflasi terjadi karena tingginya ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan industri substitusi impor di Indonesia dan juga terjadinya devaluasi. Pada tahun 1990-1997 inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga BBM yang mendorong meningkatnya harga barang-barang lainnya. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998, yaitu sebesar 57,66 persen. Krisis moneter yang berkepanjangan dan keadaan politik serta keamanan yang tidak stabil sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengambil uangnya di bank (bank rush) dan akibatnya jumlah uang beredar bertambah. Fluktuasi inflasi yang tinggi selama tahun 1998-1999 disebabkan oleh kondisi ekonomi dan sosial politik yang tidak menentu, terutama semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia dan juga terkait dengan serangkaian kebijakan pemerintah seperti pencabutan subsidi BBM dan kenaikan tarifdasar listrik (TDL). Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1984-2003. 60
inflasi (%)
50 40 30 20 10 2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
0
tahun inflasi
Sumber : Tabel 4.5 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
79
Dari gambar diatas dapat dilihat setelah tahun 1998 tingkat inflasi mulai menurun yang mengindikasikan perbaikan dalam perekonomian Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah pasca krisis ekonomi serta ketersediaannya berbagai kebutuhan pokok mendorong hal ini. Setelah tahun 1999, kondisi perekonomian berangsur-angsur membaik, terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu 1999 tersebut telah memunculkan kembali ekspektasi yang positif di masyarakat terhadap perekonomian Indonesia ke depan. Pada tahun 2003, tingkat inflasi mencapai titik terendah selama enam tahun terakhir (1998-2003) yang disebabkan membaiknya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan situasi perekonomian yang stabil.
4.4.2.4 Pendapatan Nasional Dalam kerangka ekonomi makro pendapatan nasional menggambarkan aktivitas perekonomian dalam suatu negara. Dalam penelitian ini, data pendapatan nasional merupakan proksi dari Produk Domestik Bruto Riil. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai dari total output yang dihasilkan dalam suatu negara. Pengukuran Produk Domestik Bruto sangat diperlukan dalam teori maupun kebijakan makroekonomi. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
80
menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor penentu inflasi. Produk Domestik Bruto juga menggambarkan aktivitas perekonomian suatu negara. Perekonomian secara umum dikatakan membaik jika terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto. Sekalipun demikian, dalam perhitungan pendapatan nasional teredapat unsur harga yang mempengaruhi besarnya nilai (nominal) pendapatan nasional. Dengan kata
lain jumlah uang yang dikeluarkan dapat lebih besar untuk
memperoleh barang dan jasa dalam jumlah yang sama. Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Dengan asumsi harga konstan, maka nilai barang yang diproduksi dengan pengeluaran agregat akan bergerak kearah yang sama. PDB yang sering kita dengar dan kenal selama ini sebenarnya adalah PDB nominal. Padahal, PDB nominal ini sesungguhnya tidak menggambarkan keadaan perekonomian yang sebenarnya. Perubahan PDB nominal ini hanya merefleksikan perubahan produksi karena perubahan harga. Untuk mendapatkan perubahan produksi yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga digunakanlah PDB riil. PDB riil adalah jumlah barang dan jasa pada periode tertentu dalam harga konstan. Tingkat pertumbuhan PDB Riil tidak terlepas dari pengaruh kegiatan ekonomi, baik dalam negeri maupun faktor yang mewarnai keadaan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
81
ekonomi serta pola perdagangan dan situasi moneter internasional.
Untuk
mendapatkan PDB riil menggunakan rumus : PDB Riil = PDB Nominalt x 100 PDB Deflatort
Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB) di Indonesia Periode 1984-2003.
PDB Nominal Tahun
(milyar rupiah)
PDB deflator (2000=100)
PDB Riil (2000=100) (milyar rupiah)
1984
89885.
14.430
622920.9
1985
98406.
15.418
638262.3
1986
110697.
16.381
675764.6
1987
128630.
18.141
709049
1988
149395.
19.919
750031.4
1989
179608.
22.285
805962.8
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
82
1990
210866.
24.397
864328.9
1991
249969.
27.041
924400.5
1992
282395.
28.695
984115.9
1993
329776
31.4658
1048046
1994
382220.
33.913
1127067
1995
454514.
37.264
1219713
1996
532568.
40.497
1315070
1997
627695.
45.588
1376877
1998
955753.
79.903
1196139
1999
1099730.
91.218
1205601
2000
1264920.
100.000
1264920
2001
1449400.
110.762
1308572
2002
1610570.
118.792
1355790
2003
1786700.
126.101
1416880
Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF (data diolah kembali).. Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai PDB nominal senantiasa mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pembangunan. Namun PDB nominal tidaklah menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena perubahan PDB nominal mencerminkan perubahan produksi barang dan jasa yang diakibatkan oleh perubahan harga. PDB riil Indonesia cenderung mengalami peningkatan yang relatif stabil sampai dengan tahun 1998. Pertumbuhan pada tahun-tahun tersebut terutama
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
83
didorong oleh menguatnya permintaan domestik yang sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi dan konsumsi sektor swasta. PDB riil pada tahun 1998 mengalami penurunan. Hal ini merupakan imbas dari krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.
1800000 1500000 1200000 900000 600000 300000 2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
0 1984
Produk Domestik Bruto (milyar rupiah)
Grafik 4.6 Perkembangan Produk Domestik Bruto Nominal dan Produk Domestik Bruto Riil (2000=100) di Indonesia Periode 1984-2003.
tahun PDB nominal
PDB riil
Sumber : Tabel 4.6
Penurunan ini juga diakibatkan oleh lemahnya struktur perekonomian Indonesia ditambah kondisi sosial politik yang penuh dengan ketidakpastian yang memancing sentimen negatif dari pasar. Tahun
1999 PDB riil mulai
menunjukkan adanya peningkatan kembali. Perbaikan ekonomi terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi swasta dan pemerintah, serta mulai pulihnya kegiatan produksi dan investasi. Dari grafik diatas terlihat pergerakan PDB nominal dan PDB riil Indonesia, secara umum, selama periode penelitian 1984-2003, tampak bahwa pertumbuhan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
84
PDB riil menunjukkan peningkatan yang meyakinkan dari tahun ke tahun. Tetapi setelah itu, ketika periode 1998, PDB riil Indonesia kembali mengalami penurunan. Dari tahun 1999-2003 dapat dilihat pergerakan PDB riil Indonesia kembali menunjukan peningkatan yang stabil. Pertumbuhan PDB riil kembali memperlihatkan potensi untuk mengalami peningkatan ditengah membaiknya sentimen positif pasar terhadap perkembangan perekonomian dan sosial politik Indonesia ke depan.
4.4.2.5 Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB Investasi pemerintah umum mencakup investasi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I dan II serta desa. Sumber dari pembentukan modal pemerintah berasal dari tabungan pemerintah dan tabungan luar negeri. Tabungan pemerintah merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk investasi berarti berkaitan dengan kebijakan fiskal pemerintah. Data investasi pemerintah yang dipakai dalam penelitian ini adalah data pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang bersumber dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran untuk pembangunan merupakan pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan. Prioritas alokasi pengeluaran pembangunan diberikan kepada pengembangan sarana dan prasarana ekonomi, penyediaan fasilitas pelayanan dasar dan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
85
pengembangan sumber daya manusia. Trend perkembangan investasi di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1984-2003. Investasi Pemerintah Tahun (milyar rupiah)
Rasio Terhadap PDB
Investasi Pemerintah Tahun (milyar rupiah)
(%)
Rasio Terhadap PDB (%)
1984
51981.43
8.35
1994
76251.52
6.76
1985
54227.26
8.50
1995
65340.08
5.36
1986
39266.32
5.81
1996
75595
5.75
1987
40871.34
5.76
1997
93425.39
6.79
1988
48901.5
6.52
1998
84815.47
7.09
1989
51890.08
6.44
1999
46867.24
3.89
1990
60717.39
7.03
2000
25815
2.04
1991
64439.91
6.97
2001
37294.63
2.85
1992
79565.18
8.09
2002
32281.62
2.38
1993
76644.55
7.31
2003
48982.82
3.12
Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali). Dari tabel diatas dapat dilihat peranan pemerintah dalam pembentukan modal cukup berarti, karena nilai investasi pemerintah dari tahun ketahun mengalami peningkatan, kecuali pada beberapa tahun mengalami penurunan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
86
terutama setelah terjadinya krisis ekonomi. Nilai investasi pemerintah tertinggi berada pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp 93.245,39 milyar, dan nilai terendah pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 25.815 milyar.
Penurunan investasi
pemerintah, sebagai akibat dari turunnya sumber penerimaan pemerintah dari sektor migas. Turunnya penerimaan negara menyebabkan turunnya tingkat tabungan pemerintah, sehingga tingkat
investasi pemerintah mengalami
penurunan.
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1984
rasio (%)
Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1984-2003.
tahun rasio investasi pemerinah terhadap PDB
Sumber : Tabel 4.7 Grafik diatas memperlihatkan perkembangan porsi investasi pemerintah terhadap PDB di Indonesia periode 1984-2003. Dari grafik terlihat perkembangan rasio investasi pemerintah terhadap PDB berfluktuasi, nilai tertinggi berada pada tahun 1985 dengan nilai 8,50 % dan nilai terendah berada pada tahun 2000 dengan nilai 2,04%. Pertumbuhan investasi pemerintah yang melambat tersebut seiring dengan merosotnya penerimaan pemerintah dari sektor migas, sehingga Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
87
pemerintah menjalankan kebijakan penghematan fiskal dalam hal ini berarti adanya penjadwalan kembali investasi- investasi pemerintah.
4.4.2.6 Variabel Dummy Krisis Ekonomi Selama periode observasi penelitian ternyata di Indonesia terjadi krisis ekonomi yang dimulai sejak pertengahan tahun 1997. Hal ini menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap berbagai variabel makroekonomi serta kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Setelah krisis terjadi, angka-angka pada variabel makroekonomi berfluktuasi secara tajam yang dimulai pada tahun 1998. Penelitian ini menggunakan dummy variable krisis ekonomi sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Dummy variable krisis ekonomi merepresentasikan ukuran kualitatif pada model tabungan dan investasi swasta di Indonesia periode tahun 1984-2003. Sesuai dengan identifikasi diatas, maka variable dummy tersebut bernilai satu pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2003.
4.2 Unit Root Test Salah satu asumsi yang terdapat pada analisa regresi yang melibatkan data time series adalah data yang diamati bersifat stasioner. Data stasioner adalah data yang menunjukkan mean, varians, dan autovarians (pada variasi lag) tetap sama pada waktu kapan saja data itu dibentuk atau dipakai, artinya suatu data disebut
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
88
stasioner jika perubahannya stabil. Apabila data yang digunakan dalam model ada yang tidak stasioner, maka data tersebut harus dipertimbangkan kembali kevalidan dan kestabilanya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkan spurious regression (regresi lancung). Tanda-tanda yang dapat mengindikasikan terjadinya spurious regression (regresi lancung) adalah dengan menbandingkan nilai koefisien determinasi dengan DW statistiknya. Apabila R2 > DW statistiknya, maka dapat diindikasikan terjadinya regresi palsu. Masalah ini muncul karena indikasi trend yang kuat, jadi R2 yang tinggi itu disebabkan oleh keberadaan trend tersebut, bukan karena hubungan ekonomi. Sementara nilai DW statistiknya yang kecil merefleksikan residual tidak stasioner. Salah satu konsep yang dipakai untuk menguji kestasioneran data time series adalah uji akar unit (unit root test). Di dalam penelitian ini akan digunakan uji akar unit melalui uji DickeyFuller (DF-Test) untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan memiliki masalah akar unit atau data tidak stasioner. Jika suatu data time series tidak stasioner pada order nol, I(0), maka stasionaritas data tersebut bisa dicari melalui berbagai order sehingga diperoleh tingkat stasionaritas pada order ke-n (first difference atau I(1), atau second difference atau I(2), dan seterusnya). Persamaan regresi tanpa intercept yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut : Yt
= ρYt-1 + ut
atau………………….......................................................(4.1)
∆Yt = δYt-1 + ut…………………...............................................................…(4.2) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
89
∆ = first difference dari variabel yang digunakan t = variabel trend δ = ρ -1, jika ρ = 1, terdapat unit root, tidak stasioner. Hipotesis untuk pengujian ini adalah : H0 : δ = 0 (terdapat unit roots, tidak stasioner) H1 : δ ≠0 (tidak terdapat unit roots, stasioner Hasil pengujian stasioneritas dari data model tabungan swasta dan model investasi swasta yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Batas Kritis ADF tes statistik Level
First Difference
Α
Nilai
1%
-2.6997
5%
-1.9614
10 %
-1.6066
Sumber: MacKinnon Critical Value, hasil penghitungan Berdasarkan hasil uji akar unit dengan berpatokan pada nilai batas kritis Dickey–Fuller dan hasil hipotesis di atas, maka dapat diambil hasil kesimpulan uji akar unit dalam tabel dibawah ini.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
90
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Unit Root Level
Variabel
ADF test statistic
Kesimpulan
Α
Model Tabungan Swasta
First difference
LS
-4.135903
Stasioner pada I(1)
1%
LGNDI
-2.435469
Stasioner pada I(1)
5%
LP
-5.703913
Stasioner pada I(1)
1%
Stasioner pada I(1)
1%
LR
-5.186592
Model Investasi Swasta
First difference
LI
-3.545354
Stasioner pada I(1)
1%
LY
-2.021491
Stasioner pada I(1)
5%
Stasioner pada I(1)
1%
LR
-5.186592
LP
-5.703913
Stasioner pada I(1)
1%
LGIY
-3.872673
Stasioner pada I(1)
1%
Sumber: Hasil penghitungan Dari tabel di atas, setelah dilakukan first difference dari data penelitian, terlihat t-DF < t-kritis. Ini berarti bahwa semua variabel stasioner pada tingkat α= 5 % dan terintegrasi pada order yang sama yaitu I(1) untuk kedua model yang digunakan.
4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
91
Model kointegrasi digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tercapai keseimbangan jangka panjang. Untuk mendapatkan nilai residual term yang akan diuji kointegrasi dilakukan regresi persamaan linier dengan berdasarkan asumsi kenormalan “Model Regresi Linier Normal Klasik”. Estimasi terhadap model tabungan dan investasi swasta yang dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menurut persamaan sebagai berikut: •
Model Tabungan Swasta
Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + β4 Dummy + μt ………….……………………………………………………………………...(4.3) α
= konstanta
Ln S
= logaritma tabungan swasta riil
LnGNDI
= logaritma Real Gross National Disposable Income
LnR
= tingkat suku bunga riil
LnP
= tingkat inflasi
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) β1, β2, β3, β4
= koefisien regresi
μ
= error term
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
92
Hasil yang diperoleh untuk persamaan diatas yaitu : LS = -0,502 + 0,896*LGNDI + 0,309*LR + 0,316*LP – 0,274*D1…..(4.4) t-stat
( -0,141)
( 3,596)
(2,232)
( 1,591)
( -1,740)
R2
= 0.561806
DW Stat
= 2,122523
Adj.R2
= 0.436608
F-stat
= 4,487330
•
Model Investasi Swasta
Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + γ5 Dummy + νt…...…(4.5) Ln I
= logaritma investasi swasta riil
LnY
= logaritma pendapatan nasional riil
LnP
= tingkat inflasi
LnR
= tingkat suku bunga riil
LnGIY
= logaritma rasio investasi pemerintah terhadap PDB
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi ν
= error term
t menunjukan waktu
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
93
Untuk persamaan model investasi swasta diperoleh hasil : LI = -9,969 + 1,545*LY - 0,112*LR + 0,012*LP - 0,240*LGIY 0,521*D1......(4.6)
t-stat ( -9,879)
(21,351)
(1,860) (-0,286)
(-2,449)
R2
= 0,980717
DW Stat
= 1,798793
Adj.R2
= 0,973300
F-stat
= 132,2338
(-5,498)
4.3.1 Uji Kointegrasi Pengujian
ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui
apakah
terjadi
keseimbangan dalam jangka panjang pada model yang digunakan dengan cara menguji
stasionaritas residual atau error term dari model tersebut, melalui
metode Engle-Granger (pendekatan Dicky Fuller Test). Persamaan yang digunakan untuk tes kointegrasi adalah persamaan Dickey Fuller Regression : ∆ Yt = (δ-1) Yt-1 + Ut…………………...………………….....……… (4.7) Hipotesis untuk pengujian ini adalah : H0 : δ = 0 (variabel-variabel dalam model tidak terkointegrasi) H1 : δ ≠ 0 (variabel-variabel dalam model terkointegrasi)
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
94
Adapun hasil dari uji kointegrasi dalam model tabungan swasta adalah sebagai berikut: U
t
=
-1,282Ut-1
+
u
t....................................................................................(4.8)
t-Stat
(-4,855)
R = 0,594
DW-Stat = 0,980
Sedangkan hasil uji kointegrasi dalam model investasi swasta adalah sebagai berikut : U
t
=
-0,951Ut-1
+
u
t.....................................................................................(4.9)
t-Stat
(-4,179)
R = 0,521
DW-Stat = 1,570
Nilai t-ADF untuk model tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10% secara berturut-turut adalah -2,7080; -1,9628; dan -1,6061. Model tabungan swasta memiliki nilai t-statistik sebesar –4,8556 yang lebih kecil dari nilai t-ADF pada α =1%, ini berarti H0 ditolak. Sedangkan nilai t-ADF untuk model investasi swasta pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10% secara berturut-turut adalah -2,7080; -1,9628; dan -1,6061. Model investasi swasta memiliki nilai t-statistik sebesar –4,1796 yang lebih kecil dari nilai t-ADF pada α =1%, ini berarti H0 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan pada tingkat
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
95
kepercayaan 99% hasil regresi memiliki variabel-variabel yang terkointegrasi pada derajat I(0). Hal tersebut menunjukkan bahwa residual dari kedua model kointegrasi tersebut terkointegrasi. Artinya hasil regresi memiliki derajat integrasi yang sama (terkointegrasi), di mana variabel – variabel bebas dalam model persamaan memiliki pengaruh hubungan jangka panjang dengan variabel tak bebasnya (terikat).
4.3.2 Pengujian Statistik 4.3.2.1 Penaksiran Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas (independent variables) dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas / variabel terikat (dependent variables) secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0
estimasi
model
kointegrasi
persamaan
tabungan
swasta
menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,561806. Artinya sekitar 56 % perubahan variabel tabungan swasta pada jangka panjang dipengaruhi oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya 44% diterangkan oleh
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
96
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Untuk hasil estimasi model kointegrasi persamaan investasi swasta menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,980717. Artinya 98 % perubahan variabel investasi swasta pada jangka panjang dipengaruhi oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya 2 % diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
4.3.2.2 Uji t-statistik Pengujian t-statistik dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnnya secara parsial. Uji ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-kritis pada tabel. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian dua arah dalam tingkat signifikansi (α) dan derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k, dimana n menunjukkan jumlah observasi dan k menunjukkan jumlah parameter termasuk konstanta. Hipotesis yang digunakan adalah : H0 : β = 0, artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebasnya H0 : βi ≠ 0, artinya variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis di atas, yaitu :
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
97
H0 diterima jika -t-tabel < t-stat < t-tabel, hal ini berarti variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan.
H0 ditolak jika -t-stat <-t-tabel atau t-tabel < t-stat, hal ini berarti variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan. Pada model tabungan swasta didapat nilai t-kritis sebagai berikut : Tabel 4.10 Nilai t-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta Degree of freedom
Tingkat signifikansi
t-tabel
15
1%
2,947
15
5%
2,131
15
10 %
1,753
(Df* = n – k)
* n-k = 20-5 = 15 n = jumlah observasi = 20
k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric. Hasil uji t-statistik pada model tabungan swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil Uji t-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta Variabel
t statistic
α
Kesimpulan
C
-0.141843
-
Tidak signifikan
Ln GNDI
3.596262
1%
Signifikan
Ln R
2.232751
5%
Signifikan
Ln
1.591637
5%
Signifikan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
98
-1.740891
Dummy
10 %
Signifikan
Sumber : Hasil perhitungan
Sedangkan untuk model investasi swasta didapat nilai t kritis sebagai berikut : Tabel 4.12 Nilai t-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta Degree of freedom (Df* = n – k)
Tingkat signifikansi
t-tabel
14
1%
2,977
14
5%
2,145
14
10 %
1,761
* n-k = 20-6 = 14
n = jumlah observasi = 20 k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric.
Hasil uji t-statistik pada model investasi swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Hasil Uji t-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta Variabel
t statistic
α
Kesimpulan
C
-10,23
1%
Signifikan
Ln Y
21,749
1%
Signifikan
Ln R
-0,1076
-
Tidak Signifikan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
99
Ln P
-1,818
10 %
Signifikan
Ln GIY
-2,6636
5%
Signifikan
Dummy
-5,2889
1%
Signifikan
Sumber : Hasil perhitungan
4.3.2.3 Uji F-statistik Uji F-statistik untuk mengukur goodness of fit dari persamaan regresi, yaitu pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan variabel tidak bebasnya. Dengan demikian berlaku pengujian sebagai berikut :
•
Ho diterima jika F-stat < F-tabel
•
Ho ditolak jika F-stat > F-tabel
Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu arah (one tail significance).
Tabel 4.14 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
100
Nilai F-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta Df (k-1,n-k) = (5-1,20-5) F-tabel α (4,15) 1% 4,89 (4,15) 5% 3,06 (4,15) 10 % 2,36 Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Model tabungan swasta mempunyai nilai F-hitung sebesar 4,487330, persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 5 % karena lebih besar dari F-tabel sebesar 3,06. Dengan kata lain, variabel pendapatan nasional disposibel riil, tingkat suku bunga tabungan riil, tingkat inflasi, dan dummy variable krisis ekonomi secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 95%. Tabel 4.15 Nilai F-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta Df (k-1,n-k) = (6-1,20-6) F-tabel α (5,14) 1% 4,69 (5,14) 5% 2,96 (5,14) 10 % 2,31 Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Model investasi swasta mempunyai nilai F-hitung sebesar 132,2338 persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 1 % karena lebih besar dari F-tabel sebesar 4,69. Dengan kata lain, variabel pendapatan nasional riil, tingkat suku bunga tabungan riil, tingkat inflasi, rasio investasi pemerintah terhadap PDB, dan dummy variable krisis ekonomi secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 99%. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
101
4.3.3 Pengujian Masalah dalam Regresi Linier Klasik 4.3.3.1
Masalah Multikolinieritas Multikolinear menunjukan gejala adanya hubungan linear atau hubungan
yang pasti diantara eksplanatori variabel (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukkan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel. Berdasarkan ciri-ciri adanya gejala multikolinier dalam model, maka dengan melihat hasil regresi sudah cukup untuk menyimpulkan tidak adanya masalah multikolinier dalam model. 4.3.3.2
Masalah Serial Korelasi Serial korelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah ini dalam suatu model, ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson atau dengan uji run. Pen1gujian run biasanya untuk menyimpulkan apabila pada pengujian DurbinWatson didapat hasil “tidak ada kesimpulan”.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
102
Untuk model persamaan tabungan swasta diperoleh hasil pengujian Durbin-Watson sebagai berikut :
Tabel 4.16 Pengujian Durbin-Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta
Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL Du k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta
Nilai 4 20 2,122523 0,894 1,828
N = jumlah observasi
Gambar 4.1 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta
Serial korelasi positif
Daerah tak tentu
Tidak terdapat serial korelasi
Daerah tak tentu
Serial korelasi negatif
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
103
0
0,894
1,828
2
2,172
3,106
2,12225
Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi didalam model berada di daerah tidak terdapat autokorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tabungan swasta tidak terdapat autokorelasi. Sedangkan untuk model persamaan investasi swasta diperoleh hasil pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut :
Tabel 4.17 Pengujian Durbin-Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta
Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL
Nilai 5 20 1,798793 0,792
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
4
104
dU k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta
1,991
N = jumlah observasi
Gambar 4.2 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta Serial korelasi positif
0
Daerah tak tentu
1,991
0,792
Daerah tak tentu
Tidak terdapat serial korelasi
2
2,009
Serial korelasi negatif
3,308
1,798793
Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi
didalam model
investasi swasta masih berada di daerah ragu-ragu sehingga tidak ada keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, jadi persamaan harus diuji lebih lanjut dengan Run Test. Run-Test Uji run dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan residual yang diperoleh dari selisih nilai aktual dari variabel tak bebasnya terhadap nilai estimasinya. Tabel 4.18
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
4
105
Run Test Model Kointegrasi Investasi Swasta n1 = µ+ n2 = µN K E(K) σ(K) S(K)
11 9 20 10 10,9 4,637 2,153
t-tabel (15,1%)
2,9467
Hasil
Tidak ada autokorelasi
Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ K ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α) S(k) 10,9 - 2,9467 * 2,1533 ≤ 10 ≤ 10,9 + 2,9467 * 2,1533 4,5557554 ≤ 10 ≤ 17,244245 Setelah dilakukan pengujian run pada persamaan, ternyata nilai run (K) berada pada daerah Ho yang tidak ditolak, yaitu diantara daerah kritis atas dan daerah kritis bawah, ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada persamaan diatas pada tingkat kepercayaan 99%.
4.2.4
Analisis Ekonomi Model Kointegrasi Analisis ekonomi ini dimaksudkan untuk membandingkan antara hasil
model dengan kaidah teori ekonomi yang berlaku (apriori teoritis), apakah sesuai
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
106
atau tidak. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis terhadap setiap persamaan struktural yang telah didapatkan berdasarkan hasil estimasi tersebut. Penelitian ini menggunakan model kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel yang digunakan dalm model tabungan dan investasi swasta pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-masing variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel tersebut berada dalam kondisi optimumnya). Pada model persamaan jangka panjang, asumsi error term-nya adalah nol (µ=0) sedangkan pada model jangka pendek, error term-nya belum tentu sama dengan nol. Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka panjang atau justru sebaliknya. Dari hasil regresi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa sebagian besar variabel-variabel bebas secara signifikan berpengaruh terhadap tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Dari uji kointegrasi di hasilkan kesimpulan bahwa terjadi keseimbangan dalam jangka panjang pada kedua model
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
107
yang digunakan. Selanjutnya akan diuraikan satu persatu mengenai berapa besar pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya.
o
Model Tabungan Swasta Hubungan antara Pendapatan Nasional Disposibel Riil (GNDI) dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Dari hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari variabel GNDI adalah sebesar 0,896195 dan nilainya signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel pendapatan nasional disposibel riil berpengaruh positif terhadap tabungan swasta Indonesia, dimana setiap kenaikan pendapatan nasional disposibel riil sebesar 1%, ceteris paribus, akan menambah tabungan swasta sebesar 0,89%. Pengaruh positif ini sudah sesuai dengan teori baik teori klasik maupun teori Keynes. Keduanya menyatakan bahwa tingkat tabungan tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan, makin besar keinginan untuk menabung. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya menabung lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.
Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Deposito Riil dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
108
Koefisien dari variabel tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar 0,309395 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat bunga tabungan riil dengan tabungan swasta adalah positif dimana setiap kenaikan 1% dari tingkat suku bunga riil, ceteris paribus, akan menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta di Indonesia sebesar 0,30%. Hubungan positif ini menunjukkan opportunity cost dari memegang uang, masyarakat akan lebih memilih menabungkan dananya di bank ketika tingkat bunga tinggi, karena tertarik dari return dana mereka daripada memegang uang yang tidak menghasilkan.
Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari tingkat inflasi adalah sebesar 0,313695 dan nilainya signifikan secara statistik pada kepercayaan 95%. Nilai itu menunjukkan bahwa pada jangka panjang tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan swasta di Indonesia, dimana setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, ceteris paribus akan meningkatkan tabungan swasta sebesar 0,31%. Seperti halnya tingkat tingkat suku bunga, variabel ini adalah opportunity cost dari memegang uang, bahwa ketika terjadi kenaikan harga maka nilai riil dari uang yang dipegang masyarakat akan menurun sehingga masyarakat lebih memilih tidak memegang
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
109
uang dan menyimpan uang mereka di bank (menghindari kerugian yang ditimbulkan akibat inflasi, yaitu timbulnya shoeleather cost).
Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah mengenai dampak krisis ekonomi pada tingkat tabungan swasta di Indonesia. Krisis ekonomi pada model tabungan swasta di Indonesia direpresentasikan melalui dummy variable krisis ekonomi. Dummy variable adalah adalah metode pengklasifikasian data yang membagi sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain).
Berdasarkan hasil regresi,
koefisien variabel krisis perbankan bernilai –0.27407 dan secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Dengan demikian pada saat
krisis maka tingkat tabungan swasta di
Indonesia menurun sebesar 0,274%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang dummy variable krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan swasta Indonesia. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika terjadi krisis masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap bank, tempat mereka menyimpan dananya, juga krisis tersebut menyebabkan peningkatan harga secara umum. Turunnya kepercayaan ini menyebabkan mereka lebih
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
110
memilih menarik dana mereka dan memegang uang, selain itu peningkatan harga menyebabkan masyarakat akan meningkatkan konsumsinya dan mengurangi tabungannya. Dengan demikian secara otomatis krisis ekonomi akan menurunkan tingkat tabungan.
o
Model Investasi Swasta Hubungan antara Pendapatan Nasional Riil (PDB Riil) dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Dari hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari variabel pendapatan nasional riil adalah sebesar 1,545180 dan nilainya signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel pendapatan riil berpengaruh positif terhadap investasi swasta Indonesia, dimana setiap kenaikan pendapatan riil sebesar 1%, ceteris paribus, akan menambah tingkat investasi swasta sebesar 1,54%. Pengaruh positif ini sudah sesuai dengan teori baik teori klasik maupun teori Keynes. Keduanya menyatakan bahwa tingkat investasi tergantung dari pendapatan. Makin tinggi
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
111
tingkat pendapatan, maka investasi sebagai salah satu komponen dalam perhitungan pendapatan nasional juga akan meningkat.
Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Riil dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Koefisien dari variabel tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar 0,012 dan nilainya secara statistik tidak signifikan. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat suku bunga riil dengan investasi swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat suku bunga riil sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat investasi swasta sebesar 0,012%. Variabel ini menjadi tidak signifikan karena pada negara-negara berkembang seperti Indonesia tingkat mobilitas modalnya masih rendah, selain itu juga masih belum sempurnanya pasar modal yang menghambat aliran modal. Hal tersebut yang menyebabkan variabel tingkat suku bunga pengaruhnya menjadi tidak signifikan pada jangka panjang.
Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Koefisien dari variabel tingkat inflasi adalah sebesar 0,1125 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai tersebut Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
112
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat inflasi dengan investasi swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat inflasil sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat investasi swasta sebesar 0,112%. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa dampak inflasi terhadap investasi swasta bisa positif atau negatif. Ternyata berdasarkan hasil yang diperoleh, pada jangka panjang inflasi berdampak negatif menurunkan tingkat investasi swasta meskipun dampaknya tidak terlalu besar. Ini disebabkan karena ketika terjadi inflasi meningkatkan risiko untuk berinvestasi di negara tersebut sehingga investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya.
Hubungan antara Investasi Pemerintah
dengan Investasi Swasta di
Indonesia pada jangka panjang. Variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB (GIY) memiliki korelasi yang negatif dengan tingkat investasi swasta dengan nilai koefisien sebesar –0,240387 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini berarti, kenaikan 1% rasio investasi pemerintah terhadap PDB akan menyebabkan investasi swasta mengalami penurunan sebesar 0,24 %, ceteris paribus. Terjadinya hubungan negatif antara investasi pemerintah dengan tingkat investasi swasta kemungkinan besar berkaitan dengan masalah alokasi dan efisiensi penggunaan dana untuk investasi, yang pada akhirnya menyebabkan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
113
terjadinya Crowding Out pada sektor swasta. Dimana pemerintah ingin menaikkan tingkat investasinya melalui penerbitan obligasi sehingga dana dari masyarakat mengalir ke sektor pemerintah dikarenakan adanya jaminan dan resiko yang lebih kecil dibandingkan sektor swasta. Mengalirnya dana ke sektor pemerintah, menyebabkan berkurangnya dana bagi sektor swasta, sehingga investasi sektor swasta berkurang. Penurunan tingkat investasi swasta mendorong pemerintah untuk meningkatkan investasinya agar kekurangan investasi pada sektor swasta tersebut bisa diatasi.
Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Krisis
ekonomi
pada
model
investasi
swasta
di
Indonesia
direpresentasikan melalui dummy variable krisis ekonomi. Dummy variable adalah adalah metode pengklasifikasian data yang membagi sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain).
Berdasarkan hasil regresi, koefisien variabel
krisis ekonomi bernilai –0,521000 dan secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Dengan demikian pada saat krisis maka tingkat investasi swasta di Indonesia menurun sebesar 52,1%. Nilai itu menunjukkan bahwa
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
114
dalam jangka panjang dummy variable krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat investasi swasta Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi, berbagai perubahan terjadi pada kondisi perekonomian Indonesia, dan mendorong kepada keadaan yang lebih buruk daripada sebelum krisis. Krisis yang ditandai dengan tingginya tingkat inflasi mendorong tingginya tingkat suku bunga nominal untuk menyesuaikan kondisi ini. Tingginya tingkat suku bunga nominal ini mengindikasikan tingginya tingkat risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Selain itu juga krisis ekonomi menyebabkan turunnya kepercayaan investor untuk melakukan investasi. 4.4
Hasil Regresi Error Correction Model (Jangka Pendek) Model persamaan dinamis dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
perubahan
berbagai
variabel
independen
terhadap
perubahan
variabel
dependennya dalam jangka pendek. Model ini digunakan untuk mengetahui bagaimana ketidakseimbangan jangka pendek yang digambarkan dengan variablel first difference-nya dikoreksi atau disesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka panjangnya yang digambarkan dengan signifikansi dari variabel error correction term-nya. Dalam analisis mengenai tabungan dan investasi swasta diperlukan juga proses penyesuaian dinamis yang disebut mekanisme koreksi eror (Error Correction Mechanism) yang akan menunjukkan ada atau tidaknya keseimbangan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
115
dalam jangka pendek dari suatu model, yang dinyatakan secara spesifik melalui persamaan sebagai berikut: • Model Tabungan Swasta ΔLn S =α + β1 ΔLnGNDIt + β2 ΔLnRt + β3 ΔLnPt + β4 ECTt-1 + β5 D + μt..(4.10) α
= konstanta
ΔLn S
= First Difference dari logaritma tabungan nasional riil
ΔLnGNDI
= First Difference dari logaritma Real Gross National Disposable Income
ΔLnR
= First Difference dari tingkat suku bunga riil
ΔLnP
= First Difference dari tingkat inflasi
ECTt −1
= Error-correction term lagged one period
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)
β1, β2, β3, β4
= koefisien regresi
μ
= error term
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
116
t menunjukan waktu Hasil estimasi persamaan dinamis model tabungan swasta adalah sebagai berikut : LS = 0,202 - 2,338LGNDI + 0,277LR + 0,382LP - 0,174Dummy 1,022ECTt-1 .....................................................................................................................(4.11) t-stat ( 2,7282) (-2,4954)
(2,5513)
(2,2572)
(-1,0222)
R2
= 0.670680
DW Stat
= 0,958002
Adj.R2
= 0.520989
F-stat
= 5,480432
( -1,9268)
• Model Investasi Swasta ΔLn I = α+γ1 ΔLnYt +γ2 ΔLnPt + γ3 ΔLnRt + γ4 ΔLnGIYt + γ5 ECTt-1 + γ6 D +νt .………....…………………………………..…………...……………….……(4.12)
ΔLn I
= First Difference dari logaritma investasi
ΔLnY
= First Difference dari logaritma pendapatan nasional
ΔLnP
= First Difference dari tingkat inflasi
ΔLnR
= First Difference dari tingkat suku bunga
ΔLnGIY
= First Difference dari logaritma rasio investasi pemerintah terhadap PDB
ΔECTt-1
= Error-correction term lagged one period
D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
117
D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi ν
= error term
t menunjukan waktu Hasil estimasi dari persamaan dinamis model investasi swasta adalah sebagai berikut : LI= -0,148 + 3,868LY–0,003LR-0,01LP-0,196LGIY-0,075D –0,99ECTt-1 .....................................................................................................................(4.13) t-stat (-5,066) (8,339) (-0,868)
(2,390) (-3,776)
(-2,076)
(-4,819)
R2
= 0,862648
DW Stat
= 1,804374
Adj.R2
= 0,780237
F-stat
= 10,46762
4.4.1 Pengujian Statistik 4.4.1.1 Penaksiran Koefisien Determinasi Model dinamis tabungan swasta pada jangka pendek memiliki R2 sebesar 0,670680 yang berarti bahwa varians dari variabel bebas didalam model ini dapat menerangkan 67% dari variabel tidak bebasnya, sedangkan sisanya sebesar 33% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Sedangkan untuk persamaan dinamis model investasi swasta memiliki nilai R2 sebesar 0,862648. Ini berarti bahwa pada jangka pendek varians dari variabel bebas didalam model ini dapat menerangkan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
118
86% dari variabel tidak bebasnya, sedangkan sisanya sebesar 14% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. 4.4.1.2 Uji t-Statistik Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90%, 95% dan 99% Pada persamaan dinamis model tabungan swasta di Indonesia didapat nilai t-tabel sebagai berikut: Tabel 4.19 Nilai t-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta Degree of freedom Df* = n – k
Tingkat signifikansi
t-tabel
14
1%
2,977
14
5%
2,145
14
10 %
1,761
* n-k = 20-6 = 14 n = jumlah observasi = 20
k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric. Hasil uji t-statistik pada persamaan dinamis model tabungan swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Hasil Uji t-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta Variabel C Ln GNDI Ln R Ln P Dummy ECT (-1)
t statistic 2,728212 -2,49l5421 2,551390 2,257214 -1.022234 -1,926851
α 5% 5% 5% 5% 10 %
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
119
Sumber : Hasil perhitungan Untuk persamaan dinamis model investasi swasta diperoleh nilai t tabel sebagai berikut :
Tabel 4.21 Nilai t-statistik Model Dinamis Investasi Swasta Degree of freedom 13 13 13 * n-k = 20-7 = 13
Tingkat signifikansi 1% 5% 10 %
t-tabel 3,012 2,160 1,771 n = jumlah observasi = 20
k = jumlah parameter yang digunakan termasuk ko Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric. Hasil uji t-statistik pada persamaan dinamis model investasi swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.22 Hasil Uji t-statistik Model Dinamis Investasi Swasta Variabel
t statistik
α
Kesimpulan
C
-2.086433
10 %
Signifikan
Ln Y
3.386611
1%
Signifikan
Ln R
-0,510980
-
Tidak Signifikan
Ln P
1,895990
10%
Signifikan
Ln GIY
-2.839901
5%
Signifikan
Dummy
-1.391875
-
Tidak Signifikan
ECT (-1)
-3.204659
1%
Signifikan
Sumber : Hasil perhitungan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
120
4.4.1.3 Uji F-Statistik Untuk persamaan dinamis model tabungan swasta diperoleh nilai F-tabel sebagai berikut : Tabel 4.23 Nilai F-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta Df (k-1,n-k) F-tabel α = (6-1,20-6) (5,14)
1%
4,69
(5,14)
5%
2,96
(5,14)
10 %
2,31
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Persamaan model dinamis tabungan swasta di Indonesia mempunyai nilai F-hitung sebesar 5,480432. Persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 1% karena lebih besar dari F-tabel yaitu 4,69. Dengan kata lain, variabelvariabel first difference pendapatan nasional dispisibel riil, tingkat suku bunga deposito riil, tingkat inflasi, dummy variable krisis ekonomi, dan faktor koreksi kesalahan (error) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah variabel first difference tabungan swasta di Indonesia pada α = 0.01. Sedangkan untuk persamaan dinamis model investasi swasta diperoleh nilai F-tabel sebagai berikut :
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
121
Tabel 4.24 Nilai F-statistik Model Dinamis Investasi Swasta Df (k-1,n-k) F-tabel α = (7-1,20-6) (6,14)
1%
4,46
(6,14)
5%
2,85
(6,14)
10 %
2,24
Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Persamaan model dinamis investasi swasta di Indonesia mempunyai nilai F-hitung sebesar 10,46762. Persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 1% karena lebih besar dari F-tabel yaitu 4,46. Dengan kata lain, variabelvariabel first difference pendapatan nasional dispisibel riil, tingkat suku bunga deposito riil, tingkat inflasi, dummy variable krisis ekonomi, dan faktor koreksi kesalahan (error) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah variabel first difference investasi swasta di Indonesia pada α = 0.01.
4.4.2 Uji Masalah dalam Model Regresi Linier 4.4.2.1 Masalah Multikolinieritas Berdasarkan hasil uji t-statistik pada model dinamis tabungan swasta di Indonesia yang digunakan, hanya dummy variable yang tidak signifikan pada tJhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
122
statistik dengan R2 cukup tinggi. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinieritas pada model dinamis tabungan swasta yang digunakan. Sedangkan untuk persamaan model dinamis investasi swasta di Indonesia, hanya variabel first difference tingkat suku bunga tidak signifikan tetapi memiliki nilai R2 yang cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa model dinamis investasi swasta yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas.
4.4.2.2 Masalah Autokorelasi (Autocorrelation) Untuk model dinamis persamaan tabungan swasta diperoleh hasil pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut : Tabel 4.25 Pengujian Durbin-Watson Model Dinamis Tabungan Swasta Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL dU k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta
Nilai 5 17 0,958002 0,664 1,900
N = jumlah observasi
Gambar 4.3 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
123
Serial korelasi positif
0
Daerah tak tentu
1,900
0,664
Daerah tak tentu
Tidak terdapat serial korelasi
2
2,100
Serial korelasi negatif
3,336
0,958002
Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi
didalam model
dinamis tabungan swasta masih berada di daerah ragu-ragu sehingga tidak ada keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, jadi persamaan harus diuji lebih lanjut dengan Run Test.
Run-Test
Uji run dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan residual yang diperoleh dari selisih nilai aktual dari variabel tak bebasnya terhadap nilai estimasinya. Tabel 4.26 Run Test Model dinamis Tabungan Swasta n1 = µ+
7
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
4
124
n2 = µN K E(K) σ(K) S(K)
10 17 13 9,23 3,724 1,929
t-tabel (12,1%)
3,055
Hasil
Tidak ada autoko Relasi
Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ K ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α) S(k) 9,23 – 3,055 * 1,929 ≤ 13 ≤ 9,47 + 3,055 * 1,929 3,334526 ≤ 12 ≤ 15,125474 Setelah dilakukan pengujian run pada persamaan, ternyata nilai run (K) berada pada daerah Ho yang tidak ditolak, yaitu diantara daerah kritis atas dan daerah kritis bawah, ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada persamaan diatas pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan untuk model persamaan investasi swasta diperoleh hasil pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut :
Tabel 4.27
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
125
Pengujian Durbin-Watson Model Dinamis Investasi Swasta Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL dU k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta
Nilai 6 19 1,804374 0,649 2,206
N = jumlah observasi
Gambar 4.4 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta Serial korelasi positif
0
Daerah tak tentu
0,649
Daerah tak tentu
Tidak terdapat serial korelasi
1,794
2
2,209
Serial korelasi negatif
3,351
4
Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil pengujian autokorelasi di dalam
1,804 di daerah tidak terdapat autokorelasi, model dinamis investasi swasta berada
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model dinamis investasi swasta tidak terdapat masalah autokorelasi.
4.4.3 Analisis Ekonomi Hasil Estimasi Error –Correction Model Error Correction Model berisi informasi tentang perubahan variabel dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan disekuilibrium sebagai proses penyesuaian terhadap model jangka panjang. Granger (1983, 1988) menunjukkan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
126
bahwa konsep kestabilan ekuilibrium jangka panjang adalah equivalen statistik dari kointegrasi. Ketika kointegrasi berlaku dan ada shock yang menyebabkan disekuilibrium, maka terjadi proses penyesuaian dinamis jangka pendek seperti mekanisme error correction yang akan mendorong sistem kembali menuju ekuilibrium jangka panjang. Koreksi kesalahan (error correction term) merupakan ukuran tingkat kecepatan penyesuaian model jangka pendek terhadap model jangka panjang. Dengan menyertakan faktor koreksi kesalahan dalam estimasi model, dapat diketahui tingkat kecepatan penyesuaian faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia untuk satu periode mendatang di jangka pendek yang dapat mendukung terciptanya keseimbangan di jangka panjangnya. Model koreksi kesalahan ini merupakan perwujudan dari konsep kointegrasi seperti yang diungkapkan oleh Granger dalam Granger Representative Theorem yang menyatakan bahwa model koreksi kesalahan hanya akan valid bila variabel-variabel lolos dari uji kointegrasi atau residual dari regresi kointegrasinya stasioner. Dengan kata lain, dapat dikatakan jika error- correction term pada model koreksi kesalahan signifikan, maka variabel-variabel tersebut lolos dari uji kointegrasi atau residual dari kointegrasinya stasioner. Sehingga dari analisa data ini dapat diamati model dinamisnya dengan menggunakan koreksi kesalahan (ECM). o
Model Tabungan Swasta
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
127
Hasil estimasi menunjukkan bahwa error correction term (ECt-1) untuk model dinamis tabungan swasta secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti bahwa terjadi koreksi penyesuaian perubahan jangka pendek kembali ke keseimbangan jangka panjangnya atau dengan kata lain bahwa ketidakseimbangan (disequilibrium) pada suatu periode akan dikoreksi pada periode berikutnya. Angka koefisien sebesar 1,022 berarti bahwa sekitar 1,022 dari ketidaksesuaian antara nilai tabungan swasta yang aktual dengan nilai tabungan swasta jangka panjangnya atau equilibriumnya akan dikoreksi atau dihilangkan setiap periodenya. Nilai koefisien ECt-1 yang bernilai negatif berarti pada jangka pendek, model tersebut berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak ke atas. Berikut ini adalah pembahasan mengenai hubungan antara setiap variabel bebasnya dengan tabungan swasta di Indonesia pada jangka pendek.
Hubungan antara Pendapatan Nasional Disposibel Riil (GNDI) dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel first difference pendapatan nasional disposibel riil adalah sebesar –2,338508 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara pendapatan nasional disposibel riil dengan tingkat tabungan swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat pendapatan nasional
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
128
disposibel riil sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat tabungan swasta sebesar 2,338%. Berbeda dengan jangka panjangnya, tingkat pendapatan nasional disposibel riil mempunyai korelasi negatif dengan tabungan swasta. Pada jangka pendek ketika terjadi peningkatan pada pendapatan nasional disposibel riil, respon masyarakat terjadi seketika, yaitu ketika pendapatan meningkat, masyarakat ternyata
lebih
meningkatkan
konsumsinya
daripada
meningkatkan
tabungannya. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat di Indonesia cenderung konsumtif. Selain itu hal ini juga dapat disebabkan karena kemudahan yang diberikan lembaga keuangan dalam pemberian kredit, sehingga bagian dari pendapatan masyarakat semakin sedikit yang ditabung.
Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Deposito Riil dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel first difference tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar 0,277961 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara tingkat suku bunga deposito riil dengan tingkat tabungan swasta adalah positif dimana setiap kenaikan tingkat suku bunga tabungan riil 100% akan menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta sebesar 27,79%.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
129
Seperti halnya pada jangka panjang, tingkat bunga tabungan riil mempunyai korelasi positif dengan tabungan swasta. Namun pada jangka pendek perubahan tingkat bunga tabungan riil mempunyai dampak lebih kecil daripada jangka panjang. Hal ini berarti perubahan tersebut direspon oleh masyarakat secara seketika.
Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel first difference tingkat inflasi adalah sebesar 0,382890 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat tabungan swasta adalah positif dimana setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta sebesar 0,38%. Hasil yang didapat ini sedikit berbeda dengan hasil regresi pada jangka panjangnya, dimana pada jangka panjang pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat tabungan swasta lebih kecil. Ketika terjadi peningkatan pada tingkat inflasi dalam jangka pendek, pengaruhnya bersifat seketika, masyarakat tidak ingin memegang uang dalam jumlah banyak karena akan menurunkan nilai uang tersebut, dan masyarakat membutuhkan selang waktu penyesuaian sehingga pada jangka panjang pengaruhnya lebih kecil.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
130
Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar –0,174260 dan nilainya secara statistik tidak signifikan. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara krisis ekonomi dengan tingkat tabungan swasta adalah negatif dimana krisis ekonomi akan menyebabkan penurunan tabungan swasta sebesar 17,42%. Hasil yang didapat ini berbeda dengan hasil regresi pada jangka panjangnya, dimana pada jangka panjang krisis ekonomi secara signifikan mempengaruhi tabungan swasta di Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi dalam jangka pendek, respon masyarakat tidak secara langsung mengurangi jumlah tabungannya, tetapi memerlukan penyesuaian sehingga pengaruhnya tidak signifikan pada jangka pendek. Maka dapat dikatakan bahwa krisis ekonomi pengaruhnya bersifat tidak seketika dan membutuhkan selang waktu.
o
Model Investasi Swasta Hasil estimasi menunjukkan bahwa error correction term (ECt-1) untuk
model dinamis investasi swasta signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti bahwa terjadi koreksi penyesuaian perubahan jangka pendek kembali ke keseimbangan jangka panjangnya atau dengan kata lain bahwa ketidakseimbangan (disequilibrium) disuatu periode akan dikoreksi pada periode berikutnya.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
131
Sedangkan angka koefisien sebesar –0,8502 berarti bahwa sekitar 0,8502 dari ketidaksesuaian antara nilai investasi swasta yang aktual dengan nilai investasi swasta jangka panjangnya atau equilibriumnya akan dikoreksi atau dihilangkan setiap periodenya. Koefisien ECt-1 yang negatif berarti pada jangka pendek, model tersebut berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan
jangka pendek
menuju ke
keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak keatas. Selanjutnya akan dibahas satu persatu mengenai hubungan antara setiap variabel bebasnya dengan investasi swasta di Indonesia pada jangka pendek.
Hubungan antara Pendapatan Nasional Riil (PDB Riil) dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara pendapatan riil dan investasi swasta pada jangka panjang hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first difference pendapatan riil secara statistik signifikan mempengaruhi investasi swasta di Indonesia. Koefisien sebesar 3,868674 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, setiap kenaikan pendapatan riil sebesar 1%, cateris paribus akan meningkatkan investasi swasta sebesar 3,86%. Nilai tersebut signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Seperti pada jangka panjang, pendapatan nasional riil mempunyai korelasi positif dengan tingkat investasi swasta. Namun pada jangka pendek perubahan pendapatan nasional riil mempunyai dampak lebih besar daripada jangka
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
132
panjang. Hal ini berarti perubahan tersebut direspon oleh masyarakat secara seketika. Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Riil dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara tingkat suku bunga riil dan investasi swasta pada jangka panjang hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first difference pendapatan riil secara statistik tidak signifikan mempengaruhi investasi swasta di Indonesia. Koefisien sebesar -0,015342 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, setiap kenaikan tingkat suku bunga riil sebesar 1%, cateris paribus akan menurunkan investasi swasta sebesar 0,015%. Seperti halnya pada jangka panjang, pengaruh tingkat suku bunga riil pada jangka pendek tidak signifikan diduga disebabkan karena rendahnya mobilisasi dana dan tidak sempurnanya pasar modal. Selain itu, berbagai kemudahan yang diberikan dalam kaitan pemberian kredit menyebabkan aliran dana pinjaman lebih banyak diberikan kepada sektor konsumsi daripada sektor investasi.
Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara tingkat inflasi dan investasi swasta pada jangka panjang hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first difference pendapatan riil secara statistik signifikan mempengaruhi investasi
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
133
swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien sebesar 0,085963 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, setiap
kenaikan tingkat inflasi
sebesar 1%, cateris paribus akan menaikkan investasi swasta sebesar 0,0859%. Seperti halnya pada jangka panjang, pengaruh tingkat inflasi pada jangka pendek tidak terlalu besar terhadap investasi swasta. Tetapi meskipun demikian, inflasi pada jangka pendek menyebabkan penurunan pada investasi swasta karena tingginya risiko yang disebabkan karena inflasi.
Hubungan antara Investasi Pemerintah dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Variabel fist difference rasio investasi pemerintah terhadap PDB (GIY) memiliki korelasi yang negatif dengan tingkat investasi swasta dengan nilai koefisien sebesar –0,17868 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti, kenaikan 1% rasio investasi pemerintah terhadap PDB akan menyebabkan investasi swasta mengalami penurunan sebesar 0,178%, ceteris paribus. Terjadinya hubungan negatif antara investasi pemerintah dengan tingkat investasi swasta sama seperti pada jangka panjangnya kemungkinan besar berkaitan dengan masalah alokasi dan efisiensi penggunaan dana untuk investasi, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya Crowding Out pada sektor swasta. Tetapi pada jangka pendek pengaruhnya lebih kecil karena terjadinya proses penyesuaian terhadap kondisi jangka panjangnya. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
134
Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar 0,056042 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara krisis ekonomi dengan tingkat investasi swasta adalah positif dimana krisis ekonomi akan menyebabkan kenaikan investasi swasta sebesar 0,056%. Hasil yang didapat ini sedikit berbeda dengan hasil regresi pada jangka panjangnya, dimana pada jangka panjang pengaruh krisis ekonomi secara signifikan lebih besar menyebabkan penurunan pada investasi swasta di Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi dalam jangka pendek, respon yang diberikan
oleh
investor
lambat,
memerlukan
penyesuaian
sehingga
pengaruhnya lebih kecil pada jangka pendek. Maka dapat dikatakan bahwa krisis ekonomi pengaruhnya bersifat tidak seketika dan membutuhkan selang waktu.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
135
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia dan dampak krisis ekonomi terhadap tabungan dan investasi swasta
di Indonesia. Analisis
kointegrasi dan Error Correction Model dilakukan untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek dari variabel-variabel penentu pada model tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Berdasarkan analisa kuantitatif dan deskriptif yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya dihasilkan kesimpulan : 1) Berdasarkan uji statistik model kointegrasi tabungan swasta, menunjukan bahwa pada jangka panjang koefisien variabel pendapatan nasional disposibel riil, tingkat suku bunga tabungan riil, dan tingkat inflasi signifikan pada tingkat kepercayaan, secara berturut-turut, 95% , 99%, 99% dan ketiganya mempunyai korelasi positif. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
136
variabel–variabel
penentu
dalam
model
dengan
tabungan
swasta
terkointegrasi, artinya dalam jangka panjang pergerakan variabel bebas searah dengan variabel tidak bebas. Pengujian akar unit (Dickey-Fuller Test) membukt ikan bahwa variabel-variabel dalam model terintegrasi pada orde yang sama, yaitu I(1) dan memenuhi syarat stasioneritas, sehingga dapat dipastikan bahwa pada model kointegrasi tabungan swasta tidak terjadi spurious regression. 2) Berdasarkan uji statistik Error-Correction Model (ECM) tabungan swasta, koefisien variabel pendapatan nasional disposibel riil, tingkat suku bunga tabungan riil, dan tingkat inflasi pada jangka pendek signifikan pada tingkat kepercayaan, secara berturut-turut, 95%, 99%, 99%, dan ketiganya mempunyai korelasi positif. Koefisien variabel error-correction term (ECTt-1) secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan mempunyai tanda positif. Koefisien variabel ECTt-1 yang positif berarti model tersebut pada jangka pendek berada diatas keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak kebawah.
3) Berdasarkan uji statistik model kointegrasi investasi swasta, menunjukan bahwa pada jangka panjang koefisien variabel pendapatan nasional riil berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai hubungan positif, begitu pula dengan koefisien variabel tingkat inflasi yang
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
137
mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Koefisien variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan mempunyai hubungan negatif. Sedangkan koefisien variabel tingkat suku bunga riil mempunyai hubungan negatif tetapi tidak signifikan. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa variabel–variabel
penentu
dalam
model
dengan
investasi
swasta
terkointegrasi, artinya dalam jangka panjang pergerakan variabel bebas searah dengan variabel tidak bebas. Pengujian akar unit (Dickey-Fuller Test) membukt ikan bahwa variabel-variabel dalam model terintegrasi pada orde yang sama, yaitu I(1) dan memenuhi syarat stasioneritas, sehingga dapat dipastikan bahwa pada model kointegrasi investasi swasta tidak terjadi spurious regression.
4) Berdasarkan uji statistik Error-Correction Model (ECM) investasi swasta, koefisien variabel pendapatan nasional riil pada jangka pendek berpengaruh signifikan dan mempunyai tanda positif. Koefisien variabel tingkat suku bunga riil secara statistik mempunyai hubungan negatif tetapi pengaruhnya tidak signifikan Koefisien variabel tingkat inflasi secara statistik signifikan dan mempunyai tanda negatif. Koefisien variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai tanda negatif. Koefisien variabel error-correction term (ECTt-1) secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
138
tanda negatif. Koefisien variabel ECTt-1 yang negatif berarti model tersebut pada jangka pendek berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak keatas.
5) Pada jangka panjang koefisien variabel krisis ekonomi secara statistik signifikan mempengaruhi tabungan dan investasi swasta pada tingkat kepercayaan masing-masing 90% dan 99% dengan tanda negatif. Sedangkan pada jangka pendek koefisien variabel krisis ekonomi mempunyai hubungan negatif terhadap tabungan swasta tetapi pengaruhnya secara statistik tidak signifikan, tetapi krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi swasta.
5.2 Saran
1.
Dalam peningkatan jumlah tabungan, hendaknya pemerintah memperhatikan benar-benar dalam menentukan tingk suku bunga Bank Indonesia, karena itu juga akan berpengaruh terhadap tingkat suku bunga bank umum.
2.
Investasi cenderung relative tidak stabil (volatile) apabila dibandingkan dengan
pengeluaran
konsumsi
sehingga
fluktuasi
investasi
dapat
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
139
menyebabkan resesi dan boom dalam perekonomian. Oleh karena itu dituntut peran aktif pemerintah dalam menjaga iklim investasi di Indonesia.
3.
Inflasi sangat berpengaruh terhadap tabungan dan investasi swasta, karena itu pemerintah dan Bank Indonesia hendaknya bersinergi membangun basis perekonomian yang kuat yang dapat menjaga laju inflasi di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. Laporan Tahunan, berbagai edisi. Badan Pusat Statistik. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, berbagai edisi.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
140
Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. Macroeconomics 7th edition. New York: Mcgraw-Hill. Engle, E.F and Granger, C.W.J. 1987. “Co-Integration and Error Correction: Representation, Estimation, and Testing”, Econometrica, Gordon, Robert J. Macroeconomics 6th edition. HarperCollins College Publishers. Gujarati, Damodar. 1995. Basics Econometrics. New York : Mcgraw-Hill. Ikhsan, Mohamad, dan M. Chatib Bisri. Investasi Swasta dan Pemerintah : Substitusi atau Komplementer ? : Kasus Indonesia. International Financial Statistic, CD ROM.
Jhingan, M.L. 1999.“Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, edisi Keenam Belas, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Jorgenson, Dale.1963. Capital Theory and Investment Behaviour. American Economic Review Vol. 53,pp. 49-58. Mankiw, N. Gregory. Principles of Economics. New York: Mcgraw-Hill. Mankiw, N. Gregory. 2000. Macroeconomics 4th edition. New York : McgrawHill. Marshall, Alfred. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan. Masson, Paul R., Tamim Bayoumi, and H. Samiei. 1995. International Evidence on the Determinants of Private Savings. IMF Working Papers. Washington DC. Mishkin, Frederic S. 1998. The Economics of Money, Banking and Financial Markets 5th edition. Addison- Wesley Publishing Company.
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
141
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta : BPFE. Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 2. Yogyakarta : BPFE. Parkin, Michael. 1996.Macroeconomics. Addison- Wesley Publishing Company. Salam. M.N. 1995. Analisis Investasi Jepang di Indonesia, Buletin Litbang Perdagangan. Departemen Perdagangan. Serven, Luis. Real Exchange Rate Uncertainty and Private Investment in Developing Countries. World Bank. Shiimi, Ipumbu W. dan Gerson Kadhikwa. 1999. Saving and Investment in Namibia. BON Occasional Paper No.2.
Jhingan, M.L. 1999.“Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, edisi Keenam Belas, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 1994. "Pengantar Teori Makroekonomi", edisi kedua. Persada, Jakarta : P.T.Raja Grafindo.
Lampiran 1. Data Yang Digunakan
Periode Observa si
Tabungan Swasta Riil (milyar rupiah)
Investa si Swasta Riil (milyar
Pendapat an Nasional Disposib el Riil
Tingkat Suku Bunga Deposito (12 Bulan) Riil (%)
Tingkat Inflasi (%)
Pendapata n Nasional (PDB) Riil (milyar rupiah)
Rasio Investasi Pemerinta h terhadap PDB
(milyar
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
142
rupiah)
rupiah)
1984
349346.71 64
107190 .7
678933.7
8.1896719 32
10.510328 07
622920.94 03
0.0834501 84
1985
358137.99 06
84658. 6
693151.8
13.072127 54
4.7278724 57
638262.26 83
0.0849729 07
1986
395678.42 9
110978 .3
732658.6
9.8732283 46
5.8267716 54
675764.60 53
0.0581029 66
1987
437584.66 88
116546 .4
768276.2
8.2738095 24
9.2261904 76
709049.01 55
0.0576386 55
1988
486874.35 83
132819 .4
812376.1
10.416439 6
8.0835604
750031.37 79
0.0652041 85
1989
538382.47 97
154892 .7
870610.4
12.213445 38
6.3865546 22
805962.78 2
0.0643685 72
1990
584852.72 79
178245 .3
928400.1
10.680094 79
7.8199052 13
864328.89 96
0.0702580 96
1991
633031.01 28
182767 .2
993143.6
13.386080 59
9.4139194 14
924400.54 44
0.0697068 56
1992
690104.69 66
188666 .5
1051156
13.567358 55
7.5326414 46
984115.86 57
0.0808626 45
1993
753651.04 79
197723 .5
1114825. 2
6.6175591 53
9.6824408 47
1048045.8 15
0.0731406 77
1994
518760.09 02
245261 .8
1193870. 3
4.4845302 3
8.5154697 7
1127067.0 66
0.0676492 36
1995
577519.14 63
309551 .6
1291415. 6
5.5571540 67
9.4428459 33
1219713.3 96
0.0535642 8
1996
653997.19 71
326743 .6
1387533. 3
8.7411089 87
7.9588910 13
1315070.3 87
0.0574874 49
1997
687910.62 38
340471 .1
1441845. 9
9.5698693 82
6.7301306 18
1376877.4 01
0.0678556 2
1998
740782.18 21
240885 .8
1217702
35.864384 98
57.664384 98
1196138.5 78
0.0709048 89
1999
792968.06 97
202957 .1
1198647
7.2868833 05
20.313116 7
1205601.0 63
0.0388752 64
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
143
2000
292208.7
241732 .1
1273857. 2
6.8506287 59
9.3493712 41
1264920
0.0204084 05
2001
346710.00 05
253425 .7
1257443. 6
1.65
12.55
1308571.5 32
0.0285048 9
2002
448997.35 56
256115 .3
1293426. 6
5.4777876 5
11.878497 63
1355789.9 52
0.0238040 39
2003
661904.49 61
248425 .5
1318017. 3
5.5
6.5860247 38
1416880.1 2
0.0311563 94
Lampiran 2. Data Yang Diestimasi Periode Observasi
Variabel LN S
LN I
LN GNDI
1984
12.7638201648
11.5823647701
13.4282787582
1985
12.7886736397
11.3463819772
13.4490043018
1986
12.8883571124
11.6170899657
13.5044351152
1987
12.9890254947
11.666044756
13.5519045829
1988
13.0957613776
11.7967455897
13.6077186893
1989
13.1963245154
11.9504878981
13.6769498538
1990
13.2791153473
12.0909159705
13.7412180611
1991
13.3582746933
12.1159684908
13.8086305449
1992
13.4445985993
12.1477361851
13.8654010689
LN R 8.189671932
13.07212754
9.873228346
8.273809524
10.4164396
12.21344538
10.68009479
13.38608059
13.56735855
LN P
LN Y
LN GIY
10.51032807
13.3421748881
2.48350542396
4.727872457
13.3665045567
2.46542281448
5.826771654
13.4236000774
2.84553856651
9.226190476
13.4716799364
2.85356184261
8.0835604
13.5278703218
2.73023162499
6.386554622
13.5997928442
2.74312977741
7.819905213
13.6697086462
2.65557973186
9.413919414
13.7369007463
2.66345660163
7.532641446
13.7994989188
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
-
144
2.51500330445 1993
13.5326847387
12.1946248691
13.9242081793
1994
13.1591968013
12.4100814904
13.9927109406
1995
13.2664968746
12.6428800777
14.071249539
1996
13.3908583447
12.6969310445
14.1430381243
1997
13.4414142012
12.7380855258
14.1814347257
1998
13.5154619098
12.3920782412
14.0124760339
1999
13.5835382346
12.2207499056
13.9967039787
2000
12.585223552
12.3955853671
14.0575600209
2001
12.7562439761
12.4428259624
14.0445913291
2002
13.0147722772
12.4533830127
14.0728055337
2003
13.4028765588
12.4228982808
14.0916391199
6.617559153
4.48453023
5.557154067
8.741108987
9.569869382
35.86438498 7.286883305
6.850628759
1.65
5.47778765
4.02
9.682440847
13.8624378595
2.61537061008
8.51546977
13.9351292997
2.69341921785
9.442845933
14.0141264678
2.92687285097
7.958891013
14.0894007484
2.85618863327
6.730130618
14.1353287403
2.69037306636
57.66438498
13.9946090747
2.64641589154
20.3131167
14.002488808
3.24739711751
9.349371241
14.050519437
3.89180845318
12.55
14.0844466666
3.55767962748
10.02221235
14.1198948328
3.73790000682
6.58
14.1639679138
3.46873578997
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
145
Lampiran 3. Unit Root Test (pada first difference tanpa intercept) 1. Variable LS Null Hypothesis: D(LS) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.135903 0.0003 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LS,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:15 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LS(-1)) -1.056165 0.255365 -4.135903 R-squared 0.500323 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.500323 S.D. dependent var S.E. of regression 0.295870 Akaike info criterion Sum squared resid 1.488161 Schwarz criterion Log likelihood -3.105418 Durbin-Watson stat
Prob. 0.0007 0.020181 0.418558 0.456158 0.505623 1.907269
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
146
2. Variabel LI Null Hypothesis: D(LI) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic -3.545354 -2.699769 -1.961409 -1.606610
Prob.* 0.0014
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LI,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:16 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LI(-1)) -0.789075 0.222566 -3.545354 R-squared 0.423170 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.423170 S.D. dependent var S.E. of regression 0.154657 Akaike info criterion Sum squared resid 0.406618 Schwarz criterion Log likelihood 8.571373 Durbin-Watson stat
Prob. 0.0025 0.011417 0.203632 -0.841264 -0.791799 1.354839
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
147
3. Variabel LGNDI Null Hypothesis: D(LGNDI) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.435469 0.0181 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LGNDI,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:18 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LGNDI(-1)) -0.516855 R-squared 0.258660 Adjusted R-squared 0.258660 S.E. of regression 0.060014 Sum squared resid 0.061229 Log likelihood 25.61060
0.212220 -2.435469 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
Prob. 0.0262 -0.000105 0.069702 -2.734512 -2.685047 1.995371
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
148
4.Variabel LR Null Hypothesis: D(LR) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=0) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.186592 0.0001 Test critical values: 1% level -2.728252 5% level -1.966270 10% level -1.605026 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 15
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LR,2) Method: Least Squares Date: 03/06/09 Time: 10:19 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 15 Excluded observations: 3 after adjusting endpoints Variable D(LR(-1))
Coefficien t -1.293012
R-squared 0.657529 Adjusted R-squared 0.657529 S.E. of regression 0.549836 Sum squared resid 4.232477 Log likelihood -11.79461
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.249299 -5.186592
0.0001
Mean dependent var -0.020750 S.D. dependent var 0.939553 Akaike info criterion 1.705948 Schwarz criterion 1.753151 Durbin-Watson stat 1.750187
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
149
5. Variabel LP Null Hypothesis: D(LP) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=0) t-Statistic Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.703913 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18
Prob.* 0.0000
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LP,2) Method: Least Squares Date: 03/06/09 Time: 10:18 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LP(-1)) -1.294308 0.226916 -5.703913 0.0000 R-squared 0.656763 Mean dependent var 0.011617 Adjusted R-squared 0.656763 S.D. dependent var 1.070101 S.E. of regression 0.626934 Akaike info criterion 1.958002 Sum squared resid 6.681785 Schwarz criterion 2.007467 Log likelihood -16.62201 Durbin-Watson stat 2.257829
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
150
6. Variabel LY Null Hypothesis: D(LY) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.021491 0.0442 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LY,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:21 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LY(-1)) -0.396317 R-squared 0.193509 Adjusted R-squared 0.193509 S.E. of regression 0.053925 Sum squared resid 0.049435 Log likelihood 27.53639
0.196052 -2.021491 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
Prob. 0.0593 0.001097 0.060047 -2.948488 -2.899023 2.084662
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
151
7. Variabel LGIY Null Hypothesis: D(LGIY) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.872673 0.0006 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LGIY,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:22 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic D(LGIY(-1)) -0.966200 0.249492 -3.872673 R-squared 0.467941 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.467941 S.D. dependent var S.E. of regression 0.275084 Akaike info criterion Sum squared resid 1.286410 Schwarz criterion Log likelihood -1.794246 Durbin-Watson stat
Prob. 0.0012 0.013949 0.377125 0.310472 0.359937 1.808405
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
152
Hasil estimasi model kointegrasi tabungan swasta Dependent Variable: LS Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 12:34 Sample: 1984 2003 Included observations: 19 Excluded observations: 1 Variable
Coefficien t C -0.502127 LGNDI 0.896195 LR 0.309395 LP 0.316355 DUMMY -0.274807 R-squared 0.561806 Adjusted R-squared 0.436608 S.E. of regression 0.221876 Sum squared resid 0.689204 Log likelihood 4.548404 Durbin-Watson stat 2.122523
Std. Error
t-Statistic
Prob.
3.540013 -0.141843 0.249202 3.596262 0.138571 2.232751 0.198761 1.591637 0.157854 -1.740891 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.8892 0.0029 0.0424 0.1338 0.1036 13.15459 0.295600 0.047536 0.296073 4.487330 0.015302
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
153
Hasil estimasi model kointegrasi investasi swasta Dependent V ariable: LI Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 11:51 Sample: 1984 2003 Included observations: 19 Excluded observations: 1 Variable
Coefficien t C -9.969824 LY 1.545180 LP 0.112592 LR -0.012053 LGIY -0.240387 DUMMY -0.521000 R-squared 0.980717 Adjusted R-squared 0.973300 S.E. of regression 0.065928 Sum squared resid 0.056504 Log likelihood 28.31010 Durbin-Watson stat 1.798793
Std. Error
t-Statistic
Prob.
1.009105 -9.879871 0.072368 21.35166 0.060521 1.860379 0.042053 -0.286623 0.098137 -2.449502 0.094753 -5.498514 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.0000 0.0000 0.0856 0.7789 0.0292 0.0001 12.15430 0.403474 -2.348432 -2.050188 132.2338 0.000000
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
154
Uji kointegrasi model tabungan swasta Null Hypothesis: RESIDO1 has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.855639 0.0001 Test critical values: 1% level -2.708094 5% level -1.962813 10% level -1.606129 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESIDO1) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 12:53 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t RESIDO1(-1) -1.282279 R-squared 0.594444 Adjusted R-squared 0.594444 S.E. of regression 0.187127 Sum squared resid 0.560266 Log likelihood 4.884784
0.264080 -4.855639 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
Prob. 0.0002 0.016063 0.293840 -0.457033 -0.408021 0.980790
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
155
Hasil estimasi ecm tabungan swasta Dependent Variable: D(LS) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 12:56 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable
Coefficien t C 0.202734 D(LGNDI) -2.338508 D(LR) 0.277961 D(LP) 0.382890 DUMMY -0.174260 RESIDO1(-1) -1.022718 R-squared 0.670680 Adjusted R-squared 0.520989 S.E. of regression 0.209667 Sum squared resid 0.483564 Log likelihood 6.136224 Durbin-Watson stat 0.958002
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.278400 2.728212 4.720243 -2.495421 0.108945 2.551390 0.169630 2.257214 0.170470 -1.022234 0.530771 -1.926851 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.4817 0.6301 0.0269 0.0453 0.3286 0.0802 0.029231 0.302941 -0.016026 0.278049 5.480432 0.017959
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
156
Uji kointegrasi model investasi swasta Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic -4.179695 -2.708094 -1.962813 -1.606129
Prob.* 0.0003
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESIDO2) Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 15:57 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable
Coefficien t
RESIDO2(-1) -0.951894 R-squared 0.521375 Adjusted R-squared 0.521375 S.E. of regression 0.053637 Sum squared resid 0.046030 Log likelihood 26.12724
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.227742 -4.179695 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
0.0007 -0.002627 0.077529 -2.956146 -2.907133 1.570584
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
157
Hasil estimasi ecm investasi swasta Dependent Variable: D(LI) Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 16:11 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t C -0.148948 0.071389 -2.086433 D(LY) 3.868674 1.142344 3.386611 D(LP) 0.085963 0.045339 1.895990 D(LR) -0.015342 0.030024 -0.510980 D(LGIY) -0.178868 0.062984 -2.839901 DUMMY 0.056042 0.040264 1.391875 RESIDO2(-1) -0.850221 0.265308 -3.204659 R-squared 0.862648 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.780237 S.D. dependent var S.E. of regression 0.055746 Akaike info criterion Sum squared resid 0.031076 Schwarz criterion Log likelihood 29.46644 F-statistic Durbin-Watson stat 1.804374 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0635 0.0069 0.0872 0.6205 0.0176 0.1941 0.0094 0.079875 0.118916 -2.643111 -2.300023 10.46762 0.000805
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
158
Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009