ANALISIS DIET TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN (TKTP) PADA PENDERITA TB PARU RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA PULO BRAYAN TAHUN 2012 (The Analyze Diet High Calories High Protein (HCHP) on the Patiens Lung Tuberculosis Sufferer in Hospital Martha Friska Pulo Brayan Year 2012) Hermi Nainggolan1, Evawany Y Aritonang2, Mhd Arifin Siregar2 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat 2 Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 1
ABSTRACT Diet given to patient lung tuberculosis is diet high calories high protein (HCHP). Diet high calories high protein given after diagnosis patient upheld. Diet high calories high protein was that contain energy and protein above the needs of the normal. Component nutrition of the major diet is energy, proteins, fat and carbohydrates. Component nutrition diet is very important to buttress healing process on the patient lung tuberculosis. The purpose of this study is food in the form diet High Calories High Protein (HCHP) patients treated in the Lung Tuberculosis Hospital Martha Friska Pulo Brayan. This research design is descriptive research account with design cross sectional of dietary by the department of nutrition Hospital Martha Friska Pulo Brayan. There was a 15 sample diet by the criteria High Calories High Protein I (HCHP I) diet. The research results showed that avaibility of nutritive substance, diet the content of energy, protein, fat and carbohydrates are not meet the standards on diet high colories high protein (HCHP). It is caused by the absence of standards, the portion standards recipes and standards of tool used. Energy requirement of 39%67%, protein requirement of 39%-68%, fat requirement of 51%-80% and carbohydrate requirement of 25%-71% of standards. Keywords: Lung Tuberculosis, diet High Calories High Protein (HCHP)
PENDAHULUAN Tuberculosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa yang juga dapat menjadi sumber infeksi. Menurut WHO dan UNICEF di daerah Jogyakarta 0,6% penduduk menderita tuberkulosis dengan basil tuberculosis positif dalam dahaknya, dengan perbedaan “prevalensi” di kota dan di desa masing-masing 0,5-0,8% dan 0,3-0,4% (Alsagaff, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan tahun 2008 jumlah penderita TB Paru di Indonesia 220.000 oarang/tahun atau 500 orang/hari dan angka kematian karena penyakit TB Paru 88000 orang/tahun atau 240 orang/hari. Dari data yang diperoleh penderita TB Paru di Sumatra Utara merupakan urutan ke tujuh di Indonesia dimana pada tahun 2010
tercatat 73,8% atau sebesar 15614 orang (Depkes, 2012). Adapun data penderita TB Paru enam bulan terakhir yang diperoleh pada saat dilakukan survei awal di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan yaitu dari bulan Februari sampai Juli adalah sebagai berikut bulan Februari (14 orang), Maret (14 orang), April (11 orang), Mei (18 orang), Juni (11 orang), Juli (13 orang). Penyakit TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan merupakan 10 besar penyakit secara morbilitas di dinas kesehatan (Dyspepsia, Gastro Enteritis, DM, DHF, Hipertensi, Appendisitis, TB Paru, ISK, PJK, Stroke). Penyakit TB Paru terdapat pada urutan ke tujuh. Penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit yang ditemukan pada laki-laki dewasa, perempuan dan anak-anak, dimana penderita yang lebih banyak adalah pada lakilaki dewasa dengan riwayat perokok kuat dan
batuk yang lama. Gambaran dari penderita TB Paru adalah badan kurus, batuk malam hari, sesak nafas, nyeri dada, sering keringat dingin, nafsu makan menurun, berat badan menurun, pada kasus yang sudah kronis mengalami demam yang terus menerus. Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan, tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak kekurangan ataupun melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme (Departemen Kesehatan RI, 2005). Harus disadari bahwa gizi mempunyai peran yang tidak kecil terhadap tingkat kesembuhan dan lama perawatan pasien di rumah sakit yang akan berdampak pada biaya perawatan (Usman, 2008). Penentuan diet TKTP I dilakukan setelah hasil pemeriksaan klinis positif TB Paru, diet awal yang diberikan adalah diet biasa sama seperti pada penderita pasien lainnya. Dari survei awal pada diet TKTP di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan diet yang diberikan pada penderita TB Paru hanya diekstrakan satu butir telur dan tempe (potongan kecil) dalam satu hari dan mendapat makanan selingan dua kali dalam satu hari. Pagi hari yaitu jam 09.30 WIB dan sore hari yaitu jam 15.00 WIB yang diperuntukkan pada pasien yang dirawat di kelas I dan kelas II, sedangkan pada pasien yang dirawat di kelas III hanya penambahan satu butir telur saja. Pentingnya perhatian terhadap makanan yang diperuntukkan bagi penderita penyakit infeksi khususnya penderita TB Paru, ini memberikan konsekuensi perlunya dilakukan analisis terhadap diet bagi pasien penderita TB Paru meliputi ketersediaan zat gizi energi, protein, lemak dan karbohidrat yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Praktek pemberian diet TKTP pada pasien TB Paru dinilai belum memuaskan dimana berdasarkan survei awal belum dilakukan penimbangan makanan, belum ada standar porsi ditetapkan oleh rumah sakit untuk semua bahan makanan dalam setiap diet. Sehingga ketersedian zat gizi makro seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat masih kurang atau tidak sesuai dengan diet TKTP I atau diet TKTP II yang seharusnya diperuntukkan bagi pasien penderita TB Paru di
Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dan diet TKTP yang disediakan hanya diet TKTP I. Hal ini menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan analisis terhadap pemberian diet TKTP pada penderita TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulau Brayan. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran kandungan gizi pada diet tinggi kalori tinggi protein I (TKTP I) yang diberikan kepada pasien penderita TB Paru oleh pihak instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang mengamati objek (observasi) langsung dan dilakukan analisis diet tinggi kalori tinggi protein I (TKTP I). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Desember Tahun 2012. Objek dalam penelitian ini adalah porsi makanan dalam bentuk diet tinggi kalori tinggi protein I (TKTP I) yang disajikan oleh petugas instalasi gizi untuk pasien penderita TB Paru yang dirawat inap di ruangan kelas I,II dan III. Penelitian ini dilakukan 1 kali dalam seminggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun diet TKTP I yang diobservasi dari 15 orang pasien penderita TB Paru di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dalam 1 bulan adalah 4 orang pasien di kelas I, 5 orang pasien di kelas II dan 6 orang pasien di kelas III. Jumlah pasien penderita TB Paru 1 bulan penelitian sebanyak 15 orang. Pasien penderita TB Paru diatas terdapat 2 orang perempuan dan 13 orang laki-laki dengan perbandingan 13% perempuan dan 87% lakilaki. Hasil observasi diet TKTP I sesuai bila kandungan zat gizi 90%-110%, tidak sesuai bila kandungan zat gizi dibawah 90% dan diatas 110%. Rata-rata kandungan zat gizi dalam diet TKTP pada penderita TB Paru setiap kelas rawat inap Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Kandungan Zat Gizi Dalam Diet TKTP Pada Penderita TB Paru Setiap Kelas Rawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Energi Protein Lemak (gr) Karbohi drat (gr) (kkal) (gr) Pasien Diet Ket Diet Ket Diet Ket Diet Ket RS RS RS RS Kls I 1753,8 TS 52,7 TS 80,7 TS 230,6 TS Kls II 2304 TS 59,1 TS 123,8 TS 245 TS Kls III 1149,4 TS 47,6 TS 47 TS 111,6 TS Keterangan : TS = Tidak Sesuai
Dari tabel 1 menunjukkan rata-rata kandungan zat gizi dalam setiap diet pasien TB Paru di kelas rawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan semua tidak ada yang sesuai dengan standar, dimana sebagian besar berada dibawah standar dan lemak pada kelas I dan II berada diatas standar yaitu 80,7 gram dan 123,8 gram. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan energi dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas I Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Ketersediaan Energi Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas I Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Pasien Energi Standar Diet TKTP I I 1742,5 Kkal 67% II 2374,3 Kkal 91,% III 1455,5 Kkal 56 % IV 1443 Kkal 56 %
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kandungan zat gizi energi yang sesuai dengan standar terdapat pada diet pasien II yaitu 91% dari standar diet TKTP I, sedangkan 3 diet dari 3 pasien lainnya tidak mengandung energi yaitu dibawah 90% dari 2600 kkal energi. Rata-rata kandungan zat energi dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas I adalah 1753,8 kkal atau 67% dari standar 2600 kkal energi. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan energi dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Ketersediaan Energi Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas II Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Pasien Energi Standar Diet TKTP I I 2524,1 Kkal 97% II 2538 Kkal 98% III 2457,9 Kkal 95% IV 2447,2 Kkal 94% V 1553,9 Kkal 59%
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 5 diet TKTP, dijumpai 4 diet pasien dengan kandungan zat gizi energi sesuai yaitu 94%-98% dari standar. Sedangkan 1 diet pasien lainnya kandungan energi tidak mencukupi yaitu 59%, dari standar energi diet TKTP I. Rata-rata kandungan energi dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas II adalah 2304 kkal atau 89% dari standar diet TKTP I. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan energi dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas III Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Ketersediaan Energi Dalam Diet TKTP Pada Pasien TB Paru Ruangan Kelas III Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Pasien Energi Standar Diet TKTP I I 1092,I Kkal 42% II 1021,5 Kkal 39% III 1074,1 Kkal 41% 47% IV 1220,7 Kkal V 1117,8 Kkal 43% VI 1370,4 Kkal 53%
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan semua diet mengandung energi yang tidak sesuai dengan standar diet TKTP I, rata-rata mengandung energi 1149,4 kkal atau 44% dari standar diet TKTP I. Berdasarkan hasil penelitian kandungan energi dalam diet TKTP I untuk ruangan kelas I dapat dilihat bahwa dari empat diet yang diobservasi, terdapat 1 diet yang mengandung energi (91%) sesuai dengan standar diet TKTP I yaitu pada diet pasien II, sedangkan 3 diet lainnya tidak mengandung energi sesuai dengan standar diet TKTP I. Rata-rata kandungan energi pada diet pasien TB Paru yang dirawat diruangan kelas I adalah 1753,8 gram atau 67% dari standar 2600 kkal energi.
Pada diet di ruangan kelas II dari 5 dieit yang diobservasi terdapat 1 diet dengan kandungan energi yang sesuai dengan standar diet TKTP I dijumpai pada diet 1 sampai dengan IV, sedangkan 1 diet lainnya kandungan energi berada dibawah standar yaitu 1553,9 gram. Rata-rata kandungan energi dalam diet TKTP pada pasien TB Paru diruangan kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan adalah 2304 gram atau 89% dari standar diet TKTP I. Berbeda halnya dengan diet yang diberikan untuk pasien di ruangan kelas III diet TKTP I tidak ada yang sesuai dengan standar diet TKTP I, semua berada sangat jauh dibawah standar diet TKTP I. Rata-rata kandungan zat energi dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru adalah 1149,4 gram atau 44% dari standar diet TKTP I. Mustamin (2010) asupan energi pada diet TKTP untuk pasien kusta rata-rata sebesar 2.205,12 kkal per hari. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan protein dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas I Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Ketersediaan Protein Dalam Diet TKTP Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas I Berdasarkan Standar Diet TKTP I Persentase Terhadap Kandungan Pasien Standar Diet TKTP I Protein I 52,3 gram 52% II 57,5 gram 58% III 48,4 gram 48% IV 52,9 gram 53%
Dari Tabel 5 menunjukkan semua mengandung protein yang tidak sesuai dengan standar, rata-rata 52,7 gram atau 53% dari standar diet TKTP I. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan protein dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Ketersediaan Protein Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas II Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Pasien Protein Standar DietTKTP I I 67,7 gram 68% II 56,5 gram 57% III 61,1 gram 61 % IV 60,1 gram 60% V 50,4 gram 50%
Dari Tabel 6 dapat menunjukkan dari 5 diet mengandung protein yang tidak sesuai dengan standar, rata-rata kandunngan protein diruangan kelas II yaitu 59,1 gram protein atau 59% dari standar diet TKTP I. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan protein dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas III Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Ketersediaan Protein Dalam Diet TKTP Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas III Berdasarkan Standar Diet TKTP I Persentase Terhadap Kandungan Pasien Standar Diet TKTP I Protein I 63,4 gram 63% II 52,5 gram 53% III 42,1 gram 42% IV 39,6 gram 40% V 38,8 gram 39% VI 49,1 gram 49%
Dari Tabel 7 diatas dapat menunjukkan dari 6 diet mengandung protein yang tidak sesuai dengan standar. Rata-rata kandungan protein dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas III Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan yaitu 47,6 gram atau 48% dari standar diet TKTP I. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas I, 5 diet di kelas II dan 6 diet di kelas III dijumpai bahwa kandungan zat protein tidak ada yang sesuai dengan standar, dimana rata-rata kandungan protein dalam diet TKTP I diruangan kelas I adalah 52,7 gram, di kelas II 59,1 gram dan dikelas III 47,6 gram dari standar diet TKTP I. Budi (2009) asupan protein radi 3 orang pasien rawat inap yang mendapat diet TKTP rata-rata sebesar 89,40% dari angka kecukupan protein. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan lemak dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas I Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Distribusi Ketersediaan Lemak Dalam Diet TKTP Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas I Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Pasien Lemak Standar Diat TKTP I I 72,7 gram 101% II 131,1 gram 182% III 65,2 gram 91% IV 53,8 gram 75%
Dari Tabel 8 diatas dapat menunjukkan ada 2 diet yang mengandungan zat lemak sesuai dengan standar diet TKTP I yaitu diet pasien I dan III (101% dan 91%) dari 72 gram lemak. Sedangkan diet lainnya mengandung lemak tidak sesuai dengan standar diet TKTP I yaitu 1 diet mengandung lemak lebih yaitu 182% dan 1 diet mengandung lemak kurang yaitu 75%. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru adalah 80,7 gram atau 112% dari standar diet TKTP I. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan lemak dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi Ketersediaan Lemak Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas II Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Pasien Lemak Standar Diet TKTP I I 143,6 gram 199% II 137,1 gram 190% III 132,5 gram 184% IV 148,4 gram 206% V 57,3 gram 80%
Dari Tabel 9 diatas menunjukkan semua diet mengandung lemak tidak sesuai, 4 diet pasien mengandung zat lemak lebih dan 1 diet mengandung zat lemak kurang dari standar. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet pasien diruangan kelas II adalah 123,8 gram atau 172% dari standar diet pasien. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan lemak dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas III Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10.
Distribusi Ketersediaan Lemak Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas III Berdasarkan Standar Diet TKTP I Persentase Terhadap Pasien Kandungan Lemak Standar Diet TKTP I I 54,5 gram 76% II 46,1 gram 64% III 31 gram 51% IV 37,8 gram 52,5% V 36,8 gram 51% VI 75,8 gram 105%
Dari Tabel 10 diatas menunjukkan 1 diet yang mengandung lemak sesuai dengan standar diet pasien yaitu diet pada pasien VI yang mengandung lemak 105% dari 72 gram
lemak, sedangkan 5 diet pasien lainnya mengandung zat lemak kurang dari standar. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas III RS Martha Friska Pulo Brayan adalah 47 gram lemak atau 65% dari standar diet pasien. Dari hasil penelitian menunjukkan dari 4 diet yang diobservasi di kelas I, dijumpai diet I dengan kandungan lemak sesuai dengan standar diet TKTP yaitu (72,5 gram) dan 3 diet lainnya dijumpai kandungan zat lemak tidak sesuai dengan standar yaitu 2 diet yaitu diet pasien III dan IV dengan kandungan zat lemak <64,8 dan 1 diet yaitu diet pasien II dengan kandungan zat lemak >79,2 gram. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas I adalah 80,7 gram atau 112% dari standar diet TKTP I. Observasi 5 diet di kelas II dengan kandungan zat lemak tidak ada yang sesuai dengan standar diet TKTP yaitu 4 diet yaitu diet pasien I sampai dengan IV dijumpai kandungan zat lemak diatas standar (>79,2 gram), 1 diet yaitu diet pasien V kandungan zat lemaknya di bawah standar (42,2 gram) yaitu < 90% dari 72 gram lemak. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas II adalah 123,8 gram atau 172% dari standar diet TKTP I. Perbedaan ketersediaan lemak disebabkan oleh tidak ada pedoman diet dan standar porsi yang digunakan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan. Sedangkan 6 diet yang diobservasi di kelas III, 1 diet dengan kandungan zat lemak sesuai dengan standar yaitu diet pasien VI yaitu 76,6 gram. 5 diet lainnya dijumpai kandungan zat lemak <66,8 gram yaitu kurang dari standar diet TKTP I. Perbedaan ketersediaan lemak disebabkan oleh tidak ada pedoman diet dan standar porsi yang digunakan oleh petugas instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan. Rata-rata kandungan zat lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru diruangan kelas III adalah 47 gram atau 65%. Mustamin (2010), bahwa asupan lemak pada pasien penderita kusta sebesar 55,54 gram dari angka kecukupan diet TKTP. Lemak selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga berfungsi sebagai alat transportasi zat gizi lain dan merupakan bagian dari sel tubuh.
Berdasarkan hasil observasi ketersediaan karbohidrat dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas I Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11.
Pasien I II III IV
Distribusi Ketersediaan Karbohidrat Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas I Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Karbohidrat Standar Diet TKTP I 276 gram 71% 264,1 gram 68% 206,7 gram 53% 175,6 gram 45%
Dari Tabel 11 diatas menunjukkan semua mengandung karbohidrat yang tidak sesuai, yaitu rata-rata 230,6 gram atau 59% dari standar diet pasien. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan karbohidrat dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas II Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12.
Distribusi Ketersediaan Karbohidrat Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas II Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Pasien Karbohidrat Standar Diet TKTP I I 257,7 gram 66% II 261,3 gram 67% III 252 gram 65% IV 240,8 gram 62% V 213,2 gram 55%
Dari Tabel 12 menunjukkan 5 diet mengandung karbohidrat yang tidak sesuai, dengan rata-rata 245 gram atau 63% dari standar diet pasien. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan karbohidrat dalam diet TKTP I pada penderita TB Paru di ruang kelas III Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13.
Distribusi Ketersediaan Karbohidrat Dalam Diet TKTP I Pada Pasien TB Paru Di Ruangan Kelas III Berdasarkan Standar Diet TKTP I Kandungan Persentase Terhadap Standar Pasien Diet TKTP I Karbohidrat I 108,7 gram 28% II 121,7 gram 31% III 94,7 gram 26% IV 97,4 gram 26% V 96,4 gram 25% VI 117,2 gram 36,8%
Dari Tabel 13 diatas menunjukkan 6 diet yang disajikan di ruang kelas III mengandung zat gizi karbohidrat yang tidak sesuai, dengan rata-rata kandungan karbohidrat dalam diet pasien 111,6 gram atau 29% dari standar TKTP I. Berdasarkan hasil penelitian kandungan zat karbohidrat dari empat diet yang diobservasi diruangan kelas I dengan rata-rata 230,6 gram atau 59% dari standar, 5 diet yang diobservasi diruangan kelas II dengan rata-ratakandungan zat karbohidrat 245 gram atau 63% dari standar dan 6 diet yang diobservasi diruangan kelas III dengan rata-rata kandungan zat karbohidrat 111,6 gram atau 29% dari standar diet TKTP I, dimana kandungan zat karbohidrat dari semua diet kurang dari standar yaitu <351 gram dari 390 gram karbohidrat. Kurangnya kandungan karbohidrat ini disebabkan kurangnya penyediaan jenis makanan yang mengandung zat karbohidrat tinggi dalam setiap jenis dan porsi makanan yang diberikan. Keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit. Seiring terjadi, kondisi pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya, guna perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit kekurangan gizi dan memerlukan terapi gizi (Depkes RI, 2005). Asupan makanan dari Rumah Sakit merupakan salah satu faktor pendukung perubahan status gizi yang terjadi pada pasien rawat inap di Rumah Sakit, dimana semakin baik asupan gizi dari makanan Rumah Sakit maka semakin baik perubahan status gizinya (Retnani, 2007), Sebaliknya dengan pemberian makanan dengan jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat memperlambat penyembuhan serta biaya pengobatan akan
meningkat, bahkan akibatnya akan lebih fatal terhadap pasien (Ferry, 2006). KESIMPULAN 1. Kandungan energi dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 56%-67%, diruangan kelas II sebesar 59% dan di ruangan kelas III sebesar 39%-53%. 2. Kandungan protein dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 48%-58%, di ruangan kelas II sebesar 50%-68% dan di ruangan kelas III sebesar 39%-63% semua berada dalam kategori dibawah standar. 3. Kandungan lemak dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 75% dibawah standar dan 182% diatas standar, di ruangan kelas II sebesar 80% dibawah standar dan 184%-206% diatas standar, di ruangan kelas III sebesar 51%76% dibawah standar. 4. Kandungan karbohidrat dalam diet TKTP I pada pasien TB Paru di ruangan kelas I sebesar 45%-71%, di ruangan kelas II sebesar 55%-67% dan di ruangan kelas III sebesar 25%-36,8% semua berada dalam kategori dibawah standar.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan Rs Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Alsagaff, Mukty. 2002. Dasar-Dasar ILmu Penyakit Paru. Penerbit Air Langga University Press, Surabaya. Ardan. 2012. Diet Pada TB Paru. http://blogspot.com/…/diet-pada-tbcparu.html. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2012. Budi Handayani, Vynna. 2009. Gambaran Asupan Zat Gizi Makro dan Status Gizi Pada Penderita Tuberkulosis Paru Rawat Inap Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis IlmiahL: Program Studi Diploma III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Univesitas Muhammadiyah Surakarta. Departemen Kesehatan Repudlik Indonesia. 1990. Buku Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, Jakarta diakses pada tanggal 14 juni 2012. Ferry. 2006. Tanggung Jawab Rumah Sakit Menyangkut Pemberian Diet Terhadap Pasien Rawat Inap Menurut UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 (Suatu Penelitian Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh). Skripsi Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah kuala Darussalam-Banda Aceh. John E. Stark dkk, 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Bina rupa Aksara, Jakarta. Mayasari Sianturi, Veronika. 2011. Skripsi. Analisis Diet Pada Pasien Pascabedah Sectio caesarea di RSUD Sidikalang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Mustamin, dkk. Asupan Diet TKTP Dan Status Gizi Pasien Kusta Di RS. DR. Tadjuddin Chalid Makassar. 2010. Media Pangan Gizi Volume IX Edisi I. Profil Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan 2012. Retnani, Anandi. 2007. Hubungan Asupan Makanan Dari Rumah Sakit Dengan Perubahan Status Gizi Pada Pasien Demam Tifoid Di Rumah Sakit. Undergraduate thesis, Program Studi Ilmu Gizi universitas Diponegoro.