ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA DAN PARTISIPASI KERJA BURUH TANI LOKAL PADA AGROWISATA STROBERI DI KECAMATAN TAWANGMANGU Annisa Putri Lintang, Sri Marwanti, Bekti Wahyu Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 Email :
[email protected]. Telp. 085725688220 Abstract : This research aims to determine the magnitude of the outpouring of local hodge working time, the factors that affect the working time outpouring of local hodge, and labor participation rate of local hodge to work at strawberries agrotourism in District of Tawangmangu. The basic method of this research is descriptive analytical with techniques census. Location of the research are in the Kalisoro Village District of Tawangmangu. The data used are primary and secondary data. Methods of data analysis using multiple linear regression analysis. The results of this research showed that the average size of the outpouring of core local hodge working time clock is 982.50 hours/growing season, non core local hodge working time 205.23 hours/growing season. Regression analysis showed that the number of dependents, income from agrotourism, length of education, age, and gender jointly significantly affect the outpouring of local hodge working time. Individual income from ecotourism, age, and sex significantly affect the outpouring of local hodge working time. Work participation rate of local hodge to work on strawberries agrotourism at 8.87% where the rate is very low. Keyword : Outpouring of Time, Strawberries Agrotourism, Hodge Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya curahan waktu kerja buruh tani lokal, faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja buruh tani lokal, dan tingkat partisipasi kerja buruh tani lokal untuk bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analistis dengan teknik sensus. Lokasi penelitian berada di Desa/Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ratarata besarnya curahan waktu kerja buruh tani lokal inti adalah 982,50 jam/MT sedangkan buruh tani lokal non inti adalah 205,23 jam/MT. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari agrowisata, lama pendidikan, umur, dan jenis kelamin secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap curahan waktu kerja buruh tani lokal. Secara individual pendapatan dari agrowisata, umur, dan jenis kelamin yang berpengaruh nyata terhadap curahan waktu kerja buruh tani lokal. Tingkat partisipasi kerja buruh tani lokal untuk bekerja pada agrowisata stroberi sebesar 8,87% dimana angka ini dikriteriakan sangat rendah. Kata Kunci : Curahan Waktu, Agrowisata Stroberi, Buruh Tani
PENDAHULUAN Sektor pertanian memiliki arti penting di dalam suatu negara sehingga sektor ini menjadi sektor andalan bagi tiap-tiap negara. Kontribusi sektor pertanian bagi negara antara lain sebagai penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, dan penghasil bahan makanan serta kebutuhan pokok. Besarnya kontribusi dari sektor pertanian menuntut adanya pengembangan lebih lanjut melalui suatu pembangunan pertanian. Salah satu sektor pertanian yang menarik untuk dibangun dan dikembangkan adalah agrowisata, dimana agrowisata ini termasuk ke dalam sektor pertanian tersier. Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah, pengembangan agrowisata seharusnya memegang peranan penting di masa depan. Melalui perencanaan dan pengembangan yang tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi daerah. Pengembangan pariwisata khususnya agrowisata memerlukan kreativitas dan inovasi, kerjasama, dan koordinasi serta promosi dan pemasaran yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif. Agrowisata, menurut Moh. Reza T. dan Lisdiana F. (1996), adalah objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga sebagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam. Industri ini mengandalkan pada kemampuan budidaya baik pertanian, peternakan, perikanan, atau pun kehutanan.
Kecamatan Tawangmangu memiliki potensi pertanian sangat baik, terutama untuk produksi tanaman pangan dan hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Tidak stabilnya harga komoditas sayur mayur dewasa ini mendorong sejumlah petani di sentra pertanian Tawangmangu beralih mengembangkan budidaya stroberi karena harga jual buah stroberi lebih stabil dan nilai jualnya lebih tinggi. Varietas stroberi yang paling cocok ditanam di daerah Tawangmangu adalah varietas Tristar, Bali Keriting, Holand, Selva dan Anastasia (Ariani, 2006). Agrowisata stroberi yang dikelola dan dikemas secara baik berupa paketpaket wisata, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas. Selain berperan dalam peningkatan pendapatan bagi daerah dan masyarakat, agrowisata stroberi dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal setempat. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga, maupun penduduk lokal setempat sebagai tenaga kerja untuk dapat membangun dan memajukan agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya curahan waktu kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja, dan besarnya partisipasi kerja buruh tani lokal untuk bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Deskriptif analitis merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan, dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2001). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi identitas buruh tani, curahan waktu kerja, dan pendapatan dari agrowisata stroberi. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yaitu Kecamatan Tawangmangu, Balai Penyuluhan Pertanian, dan Kelurahan Kalisoro yang meliputi data monografi, kependudukan, dan Tawangmangu dalam angka. Penentuan lokasi penelitian secara sengaja yaitu Desa/Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu karena wilayah ini merupakan salah satu kawasan wisata serta menjadi sentra stroberi yang sekaligus memiliki potensi pertanian sangat baik, terutama untuk produksi tanaman hortikultura (Zainuri, et al., 2012). Penelitian ini menggunakan metode penentuan responden dengan teknik sensus yaitu mengambil seluruh responden dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah buruh tani lokal Desa/Kelurahan Kalisoro yang bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu. Jumlah responden sebanyak 15 buruh tani lokal yang dibagi menjadi dua yaitu inti (4 orang) dan non inti (11 orang). Buruh tani lokal inti merupakan buruh tani lokal yang memiliki lama kerja selama 6 bulan dalam satu kali musim tanam stroberi pada agrowisata. Buruh tani lokal non inti merupakan buruh tani lokal yang memiliki lama kerja selama 4 bulan dalam satu kali musim tanam stroberi. Untuk mengetahui besarnya curahan waktu kerja buruh tani lokal dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan
kuesioner. Curahan waktu kerja buruh tani lokal dapat diketahui dengan melihat waktu kerja buruh tani lokal pada agrowisata stroberi dalam satu kali musim tanam yang dinyatakan dalam jam/MT dan menggunakan data primer yang ditabulasikan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja menggunakan model regresi linear berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D5 + e………………………...(1) Y adalah curahan waktu kerja buruh tani lokal (jam/MT), b0 adalah konstanta, b1-b5 adalah koefisien regresi, X1 adalah jumlah tanggungan keluarga (jiwa), X2 adalah pendapatan dari agrowisata (ribu rupiah/MT), X3 adalah lama pendidikan (tahun), X4 adalah umur (tahun), dan D5 adalah variabel dummy (jenis kelamin) 0 jika wanita, 1 jika pria. Adapun uji terhadap asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Selain itu, perlu dilakukan pengujian statistik yang meliputi Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji F dan Uji t. Untuk menghitung besarnya tingkat partisipasi kerja buruh tani lokal yang bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu digunakan rumus: TPK =
∑B
∑B
X 100% ………………(2)
TPK adalah tingkat partisipasi kerja buruh tani lokal, BTa adalah buruh tani lokal yang bekerja pada agrowisata stroberi (jiwa), dan BTt adalah buruh tani total yang ada di Desa/Kelurahan Kalisoro (jiwa).
HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas buruh tani lokal responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang responden yang berkaitan dan
Karakteristik Responden sekaligus berpengaruh terhadap kegiatannya dalam budidaya stroberi pada agrowisata.
Tabel 1. Karakteristik Buruh Tani Lokal pada Agrowisata Stroberi di Kecamatan Tawangmangu No 1
2
3
4
5
Karakteristik Responden Umur (tahun) a. 30 – 40 b. 41 – 50 c. 51 – 60 Lama pendidikan (tahun) a. tidak bersekolah b. 1 – 6 (SD) c. 7 – 9 (SMP) d. 10 – 12 (SMA) Jumlah anggota keluarga (jiwa) a. ≤ 2 b. 3 – 4 c. ≥ 5 Jumlah anggota keluarga yang bekerja (jiwa) a. ≤ 2 b. 3 – 4 Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) a. ≤ 2 b. 3 – 4
Jumlah Responden (jiwa)
Persentase (%)
8 5 2
53,33 33,33 13,34
1 6 7 1
6,67 40,00 46,66 6,67
1 13 1
6,67 86,66 6,67
10 5
66,67 33,33
14 1
93,33 6,67
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa umur responden buruh tani lokal secara keseluruhan dikategorikan sebagai umur produktif menurut BPS. Mayoritas lama pendidikan buruh tani lokal adalah 9 tahun atau setara dengan SMP. Mayoritas jumlah anggota keluarga dari buruh tani lokal diantara 34 jiwa. Mayoritas jumlah anggota keluarga buruh tani lokal yang bekerja adalah kurang dari atau sama dengan 2 jiwa. Mayoritas jumlah tanggungan keluarga dari buruh tani lokal adalah
kurang dari atau sama dengan 2. Keseluruhan buruh tani lokal sebagai responden bertempat tinggal di Desa/Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu. Curahan Waktu Kerja Buruh Tani Buruh tani lokal yang bekerja pada agrowisata stroberi dibagi menjadi dua bagian yaitu buruh tani inti dan non inti. Buruh tani ini memiliki jam kerja per hari yang sama yaitu 7,5 jam mulai dari pukul 07.30 sampai 15.00 WIB.
Tabel 2. Curahan Waktu Kerja (CWK) Buruh Tani Lokal Inti pada Agrowisata Stroberi di Kecamatan Tawangmangu No 1 2 3 4
Nama Responden
Pembibitan (jam/MT) 22,50 22,50 22,50 22,50
Tanam (jam/MT) 22,50 22,50 22,50 22,50
Jumlah
90,00
90,00
Rata-rata
22,50
22,50
Ibu Diyem Ibu Ari Ibu Dimpil Ibu Yanti
Pemeliharaan (jam/MT) 750,00 750,00 750,00 750,00
Panen (jam/MT) 0,00 0,00 375,00 375,00
Jumlah CWK 795,00 795,00 1.170,00 1.170,00
3000,00
750,00
3.930,00
750,00
187,50
982,50
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata curahan waktu kerja dari buruh tani lokal inti yang bekerja pada agrowisata stroberi adalah 982,50 jam/MT dengan lama kerja selama 6 bulan. Dengan rata-rata curahan waktu tertinggi sebanyak 750,00 jam/MT pada kegiatan pemeliharaan dan waktu terendah untuk kegiatan pembibitan dan penanaman yaitu 22,50 jam/MT. Jika dilihat dari tabel, terdapat 2 buruh tani lokal inti yang memiliki curahan waktu kerja sebanyak 0,00 jam pada kegiatan panen. Hal ini bukan berarti buruh tani tersebut tidak bekerja tetapi menunjukkan bahwa buruh tani tersebut memiliki kegiatan kerja lain di luar panen yaitu kegiatan pemeliharaan. Dari angka rata-rata curahan waktu kerja buruh tani lokal inti sebesar 982,50 menunjukkan bahwa buruh tani tersebut
dikatakan bekerja penuh karena dalam 6 bulan (24 minggu) tersebut telah bekerja lebih dari 840 jam (35 jam/minggu x 24 minggu) menurut standar BPS dan lebih dari 960 jam (40 jam/minggu x 24 minggu) menurut standar Undangundang tentang ketenagakerjaan (UUK). Buruh tani lokal inti bekerja selama 6 bulan dari bulan Maret hingga Agustus. Pembibitan dan penanaman dilakukan pada bulan Maret. Pemeliharaan mulai dilakukan pada akhir bulan April. Tanaman stroberi mulai berbuah pada akhir bulan Mei dan panen raya berlangsung pada bulan Juli hingga Agustus. Hal yang membedakan diantara keduanya adalah lama kerja per musim tanam, dimana buruh tani inti bekerja selama 6 bulan penuh sedangkan buruh tani non inti bekerja selama 4 bulan saja.
Tabel 3. Curahan Waktu Kerja (CWK) Buruh Tani Lokal non Inti pada Agrowisata Stroberi di Kecamatan Tawangmangu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Responden Ibu Dekik Ibu Yamtini Ibu Enti Ibu Warsi Ibu Suparni Ibu Triyanti Ibu Suyani Ibu Sri D. Bapak Kemis Bapak Darso Bapak Kromo Jumlah Rata-rata
Penyiapan Lahan (jam/MT) 0,00
Pemeliharaan (jam/MT) 360,00
Pengairan (jam/MT) 0,00
Panen (jam/MT) 0,00
Jumlah CWK (jam/MT) 360,00
0,00 0,00 0,00 0,00
180,00 270,00 225,00 135,00
0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
180,00 270,00 225,00 135,00
0,00 0,00 0,00
135,00 135,00 135,00
0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
135,00 135,00 135,00
105,00
0,00
22,50
0,00
127,50
105,00
0,00
22,50
180,00
307,50
105,00 315,00 28,64
0,00 1.575,00 143,18
22,50 67,50 6,14
120,00 300,00 27,27
247,50 2.257,50 205,23
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam satu kali musim tanam stroberi selama 4 bulan, buruh tani lokal non inti memiliki rata-rata curahan waktu kerja sebanyak 205,23 jam/MT. Rata-rata curahan waktu kerja sebesar 205,23 jam/MT menunjukkan bahwa buruh tani lokal non inti dalam bekerja pada agrowisata dikriteriakan setengah penganggur kentara, karena bekerjanya kurang dari 560 jam (35 jam/minggu x 16 minggu) selama 4 bulan menurut BPS dan kurang dari 640 jam (40 jam/minggu x 16 minggu) selama 4 bulan menurut UUK. Rata-rata curahan waktu kerja tertinggi digunakan untuk kegiatan pemeliharaan yaitu 143,18 jam/MT dan rata-rata curahan waktu kerja terendah pada kegiatan pengairan yaitu 6,14 jam/MT. Buruh tani wanita non inti rata-rata berperan pada kegiatan
kegiatan pemeliharaan sedangkan buruh tani pria berperan dalam penyiapan lahan, pengairan, dan panen. Adanya pembagian buruh tani lokal antara inti dengan non inti, menyebabkan perbedaan lama waktu kerja yang relatif besar. Hal ini menyebabkan buruh tani lokal non inti masuk ke dalam kriteria setengah penganggur kentara. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa peran agrowisata stroberi dalam memberikan kesempatan kerja bagi buruh tani lokal non inti dinilai rendah. Namun melihat potensi dan prospek dari agrowisata itu sendiri menjadi pertimbangan untuk tetap mempertahankan adanya keberlanjutan agrowisata mengingat agrowisata ini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi buruh tani lokal.
Tabel 4. Pendapatan Buruh Tani Lokal pada Agrowisata Stroberi di Kecamatan Tawangmangu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Responden Ibu Dekik Ibu Yamtini Ibu Enti Ibu Warsi Ibu Suparni Ibu Triyanti Ibu Suyani Ibu Sri D. Ibu Diyem Ibu Ari Ibu Dimpil Ibu Yanti Bapak Kemis Bapak Darso Bapak Kromo
Jumlah Hari Kerja (Hari/MT) 48 24 36 30 18 18 18 18 106 106 156 156 17 41 33
Upah (Rp/Hari) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 35.000 35.000 35.000
Pendapatan dari Agrowisata (Rp/MT) 960.000 480.000 720.000 600.000 360.000 360.000 360.000 360.000 2.120.000 2.120.000 3.120.000 3.120.000 595.000 1.435.000 1.155.000
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pendapatan tertinggi buruh tani lokal dari agrowisata stroberi adalah sebesar Rp 3.120.000/MT sebanyak 2 orang buruh tani. Pendapatan terendah sebesar Rp 360.000/MT sebanyak 4 orang buruh tani. Pendapatan buruh tani ditentukan oleh banyaknya hari kerja dalam satu kali musim tanam. Pada umumnya pendapatan buruh tani lokal inti lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari buruh tani non inti karena pendapatan berbanding lurus dengan banyaknya hari kerja atau banyaknya waktu yang dicurahkan untuk bekerja. Semakin tinggi pendapatan maka menunjukkan bahwa buruh tani tersebut mencurahkan waktu lebih banyak untuk bekerja pada
agrowisata. Pendapatan mempengaruhi curahan waktu kerja seseorang karena pendapatan merupakan hal penting kaitannya dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga dari buruh tani lokal. Alokasi Waktu Buruh Tani Lokal Menurut Simanjuntak (1998), waktu yang tersedia per hari bagi tiaptiap orang sudah tetap yaitu 24 jam. Dari jumlah waktu tersebut seseorang yang bersangkutan harus menyediakan waktu untuk keperluan tidur, makan, mandi, dan lain-lain yang bersifat personal. Sisanya dipakai untuk bekerja dan untuk waktu senggang. Pada dasarnya setiap penambahan barang konsumsi (melalui penambahan waktu kerja) berarti juga mengurangi waktu senggang.
Tabel 5. Alokasi Waktu Buruh Tani Lokal untuk Kegiatan Ekonomi dan non Ekonomi No 1 2
Kegiatan Kegiatan Ekonomi Kegiatan Non Ekonomi a. Rumah Tangga b. Pribadi c. Sosial Kemasyarakatan Jumlah
Sumber: Analisis Data Primer
Rata-rata Alokasi Waktu (jam/bulan) 361,62 358,38 106,33 242,38 9,67 720,00
Persentase 50,23 49,77 14,77 33,66 1,34 100,00
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata waktu buruh tani lokal lebih banyak dialokasikan untuk kegiatan ekonomi yaitu sebesar 361,62 jam/bulan atau 50,23%. Sisanya untuk kegiatan non ekonomi yang meliputi kegiatan rumah tangga, pribadi, dan sosial kemasyarakatan dengan total waktu 358,38 jam/bulan atau 49,77%. Selisih waktu utuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi dari buruh tani lokal hanya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa buruh tani lokal dalam mengalokasikan waktunya dikatakan cukup seimbang, baik untuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja Buruh Tani Lokal Analisis regresi merupakan salah satu metode analisis data yang dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap curahan waktu kerja buruh tani lokal untuk bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu. Variabel terikat yang digunakan berupa curahan waktu kerja buruh tani lokal (Y). Variabel bebasnya meliputi jumlah tanggungan keluarga (X1), pendapatan dari agrowisata (X2), lama pendidikan (X3), umur (X4), dan variabel dummy yaitu jenis kelamin (D5) dimana pria dimisalkan bernilai 1, wanita bernilai 0. Berikut analisis fungsi regresi curahan waktu kerja buruh tani lokal untuk bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu dengan menggunakan alat bantu SHAZAM versi 9.0.
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Koefisien Determinasi (R2) Model 1
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.9959
.9937
29.957
2.2596
Sumber: Analisis Data Primer
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel-variabel bebas dapat berpengaruh terhadap curahan waktu kerja buruh tani lokal. Nilai R2 dalam analisis ini adalah sebesar 0,9959 atau 99,59% berarti variasi variabel jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari
agrowisata, lama pendidikan, umur, dan jenis kelamin dapat menjelaskan variasi variabel curahan waktu kerja buruh tani lokal pada agrowisata stroberi sedangkan sisanya 0,41% dijelaskan oleh variabel lain di luar model seperti pengalaman kerja, struktur sosial, jenis pekerja, asset, dan lain-lain.
Tabel 7. Hasil Analisis Uji F Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1971923.448
5
394384.690
439.477
.000a
Error Total
8076.552 1980000.000
9 14
897.395
Sumber: Analisis Data Primer a Keterangan: ) berpengaruh
nyata
Dari hasil uji F pada Tabel 7 didapatkan nilai F hitung sebesar 439,477 pada tingkat signifikansi α =
pada
tingkat
kepercayaan
99%
1% (α = 0,01). Nilai signifikansi dari uji F sebesar 0,000 < 0,01 (α = 0,01). Dengan demikian Ho ditolak dan Hα
diterima, artinya bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga (X1), pendapatan dari agrowisata (X2), lama pendidikan (X3), umur (X4), dan jenis kelamin (D5) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel curahan waktu kerja (Y) buruh tani lokal untuk bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu. Tindakan Perbaikan Koefisien-koefisien regresi bersifat tidak bias dengan metode OLS apabila asumsi persamaan regresi linier
klasik dapat dipenuhi. Adapun uji penyimpangan terhadap asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Menurut Gujarati (1995), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat digunakan matriks korelasi yaitu hubungan dari berbagai variabel yang dipakai dalam model regresi. Jika koefisien korelasi > 0,8 maka pengaruh masing-masing variabel sangat besar sehingga terjadi multikolinearitas.
Tabel 8. Hasil Analisis Uji Multikolinearitas
Curahan Waktu Kerja (Jam/MT) Jumlah Tanggungan Keluarga (jiwa) Pendapatan dari Agrowisata (Ribu Rp/MT) Lama Pendidikan (Tahun) Umur (Tahun) Jenis Kelamin
Curahan Waktu Kerja (Jam/MT) 1.0000
Jumlah Tanggungan Keluarga (jiwa) -0.47008
Pendapatan dari Agrowisata (Ribu Rp/MT)
Lama Pendidikan (Tahun)
Umur (Tahun)
Jenis Kelamin
-0.054004
-0.79010
-0.91855
0.04284
-0.47008
1.0000
0.44155
0.10692
0.36567
0.19692
-0.054004
0.44155
1.0000
0.52468
0.25659
0.17246
-0.79010
0.10692
0.52468
1.0000
0.57478
-0.03257
-0.91855 0.04284
0.36567 0.19692
0.25659 0.17246
0.57478 -0.03257
1.0000 -0.18682
-0.18682 1.0000
Sumber: Hasil Analisis Regresi
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai dari korelasi antara variabel-variabel bebas secara keseluruhan kurang dari 0,8. Nilai korelasi paling besar yaitu 0,57478 yang ditunjukkan pada variabel lama pendidikan dengan variabel umur. Hal ini menunjukkan bahwa model yang digunakan tidak terjadi multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah tidak seragam. Model regresi yang baik memiliki kesalahan pengganggu yang identik dan konstan (homoskedastisitas). Dalam kenyataan, asumsi varian konstan dari faktor-faktor gangguan mungkin tidak
bisa dipenuhi. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang menjadi penyebab gangguan yang dimasukkan ke dalam model dan kesalahan karena mengabaikan variabel-variabel tertentu sehingga mengakibatkan nilai kesalahan pengganggu menjadi bervariasi secara sistematis dengan variabel bebas (Sumodiningrat, 2007). Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model mengindikasikan terdapat penyakit heteroskedastisitas. Hal ini dapat dikatakan atas dasar apriori bahwa asumsi homoskedastisitas seringkali dilanggar dan penyakit heteroskedastisitas seringkali terjadi terlebih pada data cross section. Model
tidak terkena penyimpangan autokorelasi. Model yang digunakan mengindikasikan terdapat penyakit heteroskedastisitas. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan perbaikan agar diperoleh model regresi yang baik dalam penelitian ini. Model stdlin (standart linear) dapat memperbaiki model OLS. Selanjutnya model tersebut dipergunakan untuk menjelaskan model regresi.
juga memiliki nilai koefisien determinasi yang sangat tinggi tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. Uji autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) Statistic. Model tidak terkena penyimpangan autokorelasi jika 1,65 < DW < 2,35 (Sulaiman, 2004). Berdasarkan model diperoleh nilai DW sebesar 2,2596 artinya 1,65 < 2,2596 < 2,35 sehingga model dapat dikatakan
Tabel 9. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja Buruh Tani Lokal pada Agrowisata Stroberi di Kecamatan Tawangmangu Model Variabel Jumlah tanggungan keluarga Pendapatan dari agrowisata Lama pendidikan Umur Jenis kelamin Konstanta
OLS Koef. Reg.
-0.05985
Sign. 0.954
Koef. Reg.
ns
ns
0.1891
Sign. 0.850
0.36373*** ns -4.4088 ns -0.26808 -173.60*** 59.142
32.31 -0.9966 -0.1807 -8.338 0.5966
0.000 0.345 0.861 0.000 0.565
0.37730*** ns -0.60716 -1.0396*** -181.03*** 43.266
435.0 -1.452 -5.911 -8.742 4.668
0.000 0.146 0.000 0.000 0.000
-0.70713
t-hit
Stdlin 0.01990
t-hit
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan: *** : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% Ns : tidak signifikan : 2,821 (α = 1%) t-tabel
Dari hasil analisis uji t pada Tabel 16 maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 43,266 + 0,019 X1 + 0,377 X2 – 0,607 X3 – 1,039 X4 – 181,03 D5……………………………...(3) Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan dari agrowisata (X2), umur (X4), dan jenis kelamin (D5) secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel curahan waktu kerja buruh tani lokal (Y) karena nilai signifikansinya kurang dari α = 0,01 (< α = 1%). Variabel jumlah tanggungan keluarga (X1) dan lama pendidikan (X3) secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel curahan waktu kerja buruh tani lokal (Y) karena nilai signifikansinya lebih dari α = 0,01 (> α = 1%).
Tingkat Partisipasi Kerja Buruh Tani Lokal ∑B TPK = ∑ B X 100% ……………….(4) 15 TPK = X 100% 169 = 8,87% = 9% (hasil pembulatan) Berdasarkan hasil perhitungan dari Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) buruh tani lokal sebesar 9% menunjukkan bahwa dari 100 orang buruh tani di Desa/Kelurahan Kalisoro terdapat 9 buruh tani lokal yang bekerja pada agrowisata stroberi. Nilai ini dikategorikan sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: agrowisata stroberi hanya terdapat pada satu desa di Kecamatan Tawangmangu, terbatasnya jumlah pemilik usaha agrowisata, terbatasnya
modal, berakhirnya koperasi dan kelompok tani stroberi, keadaan alam dan iklim yang kurang mendukung, rendahnya upah, pekerjaan yang terbatas, dan adanya kesempatan kerja di tempat lain (BPTO). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Curahan Waktu Kerja dan Partisipasi Kerja Buruh Tani Lokal pada Agrowisata Stroberi, dapat diambil kesimpulan bahwa curahan waktu kerja rata-rata buruh tani lokal inti adalah 982,50 jam/MT sedangkan curahan waktu kerja rata-rata buruh tani lokal non inti adalah 205,23 jam/MT. Faktorfaktor yang secara individu signifikan dan berpengaruh nyata terhadap curahan waktu kerja buruh tani lokal adalah pendapatan dari agrowisata, umur, dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang secara individu tidak signifikan dan tidak berpengaruh nyata terhadap waktu kerja buruh tani lokal untuk bekerja pada agrowisata stroberi di Kecamatan Tawangmangu adalah jumlah tanggungan keluarga dan lama pendidikan. Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) buruh tani lokal pada agrowisata stroberi dengan buruh tani di Desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu sebesar 8,87% dimana angka ini tergolong sangat rendah. Saran yang dapat diberikan yaitu Sebaiknya pelaku usaha agrowisata stroberi tidak patah semangat dalam mengembangkan dan memperluas usaha agrowisata stroberinya. Ketika agrowisata stroberi semakin luas dan berkembang maka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal sekitar juga semakin besar. Selain itu, agrowisata penting dikembangkan karena dapat menjadi paket wisata pertanian yang menarik dan potensial seperti agrowisata lain yang sudah ada, seperti taman mekar sari dan agrokusuma.
Sebaiknya para pelaku usaha agrowisata stroberi memberikan pengetahuan/edukasi yang lebih mengenai agrowisata stroberi dan kegiatan yang ada di dalamnya kepada buruh tani inti agar dalam kegiatan pelayanan jasa agrowisata kepada pengunjung dapat lebih baik dan memuaskan. DAFTAR PUSTAKA Amirin, T.M. 2000. Menyusun Rencana Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ariani, dan Sri, R.D. 2006. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Stroberi di Daerah Tawangmangu melalui Penerapan Pola Tanam secara Organik pada Bangunan Greenhouse. http://lppm.uns.ac.id/lppm-unspeningkatan-kualitas-dankuantitas-produksi-buahstroberi-di-daerahtawangmangu-melaluipenerapan-pola-tanam-secaraorganik-pada-bangunangreenhouse.html. Diakses pada tanggal 5 Januari 2014. Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Moh. Reza, T., dan Lisdiana, F. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Jakarta. Simanjuntak, P.J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sumodiningrat, G. 2007. Ekonometrika Pengantar. BPFE. Yogyakarta. Sulaiman, W. 2004. Analisis-analisis Regresi Menggunakan SPSS. Andi Offset. Yogyakarta.
Surakhmad, W. 2001. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Tarsito. Bandung. Zainuri, H. dan Hasim, A. 2012. Sebaran Stroberi (Fragraria ananassa) di Indonesia. http://zainurihanif.com/2012/07/ 15/sebaran-stroberi-fragariaananassa-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 5 Januari 2014.