Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
ANALISIS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMK NEGERI 3 SINGARAJA Ni Putu Sintya Winata, Ida Bagus Putrayasa, I Nyoman Seloka Sudiara Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan (1) mendeskripsikan kesesuaian kisi-kisi dengan butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia; (2) mendeskripsikan penerapan kaidah penyusunan butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia; (3) mendeskripsikan penerapan kaidah bahasa Indonesia pada butir soal pilihan mata pelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian ini adalah soal ulangan umum semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 3 Singaraja. Subjek tersebut terdiri atas tiga berkas soal ulangan umum semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Objek penelitian ini adalah (1) kesesuaian kisi-kisi butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia; (2) penerapan kaidah penulisan soal pada butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia; (3) penggunaan kaidah bahasa Indonesia pada butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) kesalahan pada kisi-kisi soal yang ditemukan berupa kesalahan pada domain pengukuran indikator dan soal; (2) penyimpangan penerapan kaidah penulisan soal yang ditemukan berupa pokok soal tidak jelas, ketidakhomogenan opsi, dan pernyataan “semua jawaban benar” pada opsi; (3) penyimpangan penerapan kaidah bahasa Indonesia (ejaan) yang ditemukan, yaitu penyimpangan penerapan pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca. Penyimpangan penerapan kaidah bahasa Indonesia (struktur) berupa kesalahan pembentukan kata, kalimat pleonastis, kalimat fragmentaris, dan partikel penegas –kah. Penyimpangan kaidah bahasa (diksi) yang ditemukan berupa kesalahan pemakaian pasangan tetap (idiom) dan pemakaian kata depan di, dari, dan pada. Kata kunci : soal pilihan ganda Abstract The aim of this qualitative deskriptive study are (1) describing the suitability of the lattice with multiple choice items Indonesian subjects; (2) describing the application of the rules of preparation of multiple-choice items were Indonesian subjects; (3) describing the application of Indonesian rule on item selection Indonesian subjects. The subjects were Indonesian subjects questions test semester in academic year 2013/2014 at SMK Negeri 3 Singaraja. The subject of the file consists of three general tests semester in academic year 2013/2014. The object of this study were (1) the suitability of the lattice points multiple-choices questions Indonesian subjects; (2) the application of the rule-writing multiple-choice questions items were Indonesian subjects; (3) the use of Indonesian rule in point of mulple-chouice question Indonesian subjects. Methods of data collection in this study were documentation method. Data were analyzed using descriptive qualitative techniques. The results of this study are (1) errors in the lattice form of question found in the domain of measurement error indicators and questions; (2) deviation of the application of the rules found in the form of writing about
1
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 the subject matter is not clear, there are any irregularities in the option , and the statement of "all of the aswer are right" in option; (3) deviation of the application of Indonesian rule (spelling) found such as: deviation of application usage and the use of punctuation letters. Deviations of Indonesian application rules (sructure) in the form of word formation such as: errors in form of word, pleonastic sentences, fragmentary sentences, and whether emphatic particle. Deviations the rules of language (diction) found a regular partner usage errors (idioms) and the use of prepositions di, dari, and pada. Key word: multiple choice question
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan sumber daya manusia. Namun, dewasa ini pendidikan mendapat sorotan berbagai pihak, terutama dalam hal perubahan kurikulum. Terjadinya perubahan sistem pendidikan mungkin disebabkan oleh kurangnya informasi yang dapat diandalkan tentang hasil pendidikan, tentang praktik, programnya dan kurangnya suatu sistem yang standar untuk memperoleh infomasi tersebut. Tayibnapis (2008:1) menitikberatkan, “Masalah yang paling parah pada sistem pendidikan, yaitu kurangnya evaluasi yang efektif”. Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru berbicara tentang evaluasi. Proses evaluasi harus tepat terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku. Saat ini disadari, bahwa pelaksanaan evaluasi berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sebagian besar masih digunakan sekolah (pada kelas XI dan XII). Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. Mengukur pencapaian hasil belajar dapat melibatkan pengukuran secara kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif, seperti tes dan skor, Salah satu alat evaluasi yang digunakan guru adalah tes. Menurut Gronlund (dalam Sukiman, 2012:7), tes adalah “An instrument or systematic procedure for
measuring a sample of behavior” (tes adalah suatu instrumen atau prosedur sistematis untuk mengukur suatu contoh perilaku). Hasan dan Zainul (1991:32) menyatakan, “Kelemahan pokok pengukuran hasil belajar di sekolah pada umumnya tidak terletak pada bentuk butir soal yang digunakan, tetapi terletak pada kemampuan guru untuk mengonstruksi butir soal dengan baik”. Salah satu penulisan butir soal yang harus dikuasai guru adalah penulisan butir soal pilihan. Tes pilihan dilihat dari kriteria menjawab dengan memilih alternatif jawaban yang ada. Tes objektif adalah tes yang didapat berdasarkan cara penilaian secara objektif tanpa unsur subjektif penilai. Hal ini dimungkinkan karena ada kunci jawaban sebagai pedoman yang mengikat. Dengan kunci jawaban, siapa pun penilainya, berapa pun penilainya, hasilnya akan sama. Tes yang dinilai secara objektif adalah tes pilihan, karena itulah orang sering menyebut tes pilihan sebagai tes objektif. Sukardi (2008:117) menyatakan, “Item tes yang banyak digunakan guru dalam evaluasi di kelas adalah item tes pilihan (test selection type)”. “Dalam melakukan penilaian terhadap jawaban peserta tes, kunci jawaban itu digunakan sebagai patokan dan pegangan mengikat. Pada tes pilihan ganda, kunci jawaban itu berupa daftar nomor soal dan huruf yang menandakan pilihan yang benar” (Djiwandono, 1996:26). Tes pilihan ganda telah lama digunakan sebagai alat evaluasi oleh guru. Sampai saat ini belum ada informasi yang akurat mengenai kesesuaian kisikisi, kaidah penyusunan soal, dan kaidah
2
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 bahasa Indonesia pada butir soal pilihan ganda. Untuk itu, peneliti tertarik melalukan penelitian untuk mencari informasi mengenai kesesuaian kisi-kisi, kaidah penyusunan soal, dan kaidah bahasa Indonesia pada butir soal pilihan ganda. Sebagai langkah awal, peneliti tertarik melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Singaraja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dipilih penulis, karena pada umumnya SMK terfokus pada bidang produktif (kompetensi keahlian masing-masing jurusan), dibandingkan adaptif (salah satunya mata pelajaran bahasa Indonesia). . SMK Negeri 3 Singaraja sudah mampu memanfaatkan teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan evaluasi bagi siswa. Pelaksanaan evaluasi yang sudah menggunakan TI dan jenis soal yang dominan pilihan ganda menjadi alasan peneliti dalam memilih subjek penelitian di SMK Negeri 3 Singaraja. Berdasarkan hasil observasi awal di SMK Negeri 3 Singaraja dengan meminta softcopy soal pada wakasek kurikulum, peneliti menemukan beberapa kesalahan dari segi kaidah penulisan soal dan kaidah bahasa Indonesia pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan masalah tersebut diperlukan adanya penelitian untuk membantu guru menuliskan butir soal pilihan ganda sesuai teori yang ada dari segi penyusunan kisi-kisi, kaidah penulisan soal, dan kaidah bahasa Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan menganalisis soal, guna menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru dalam menuliskan butir soal pilihan ganda. Penelitian tentang analisis tes, pernah dilakukan oleh I Komang Budiasa, tahun 2011, dengan judul “Analisis Tes Formatif Buatan Guru SMP di Singaraja dari Segi Pendekatan Komunikatif Berbasis Autenthic Assesment”. Penelitian ini mendeskripsikan analisis tes ulangan harian (formatif) siswa ditinjau dari substansi materi item tes yang dianalisis dari segi kebahasaan dan keterampilan berbahasa. sedangkan
unsur kompetensi komunikatif dianalisis dari gramatika, sosiolinguistik, wacana, dan strategi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tes formatif sudah sesuai dengan pendekatan komunikatif berbasis autenthic assesment dan memenuhi unsur-unsur kompetensi komunikatif (gramatika, sosiolinguistik, wacana, dan strategi). Penelitian lain juga dilakukan oleh Sulvia Fery Hanry Tondowala, tahun 2012, dengan judul “Pengembangan Tes Objektif Pilihan Ganda Berbasis Taksonomi Anderson dan Krathwohl untuk Kemampuan Membaca Bahasa Inggris Kelas VIII SMP di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.” Penelitian ini mengembangkan tes objektif pilihan ganda berbasis taksonomi Anderson dan Krathwohl. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen tes yang dikembangkan telah mempunyai nilai validitas dan uji empirik yang cukup baik yang diuji berdasarkan hal-hal sebagai berikut. (1) Kisi-kisi tes objektif pilihan ganda yang berdasarkan taksonomi Anderson dan Krathwohl memungkinkan pembuatan butir tes yang bervariasi untuk setiap jenis proses kognitif. (2) Validasi tes berbasis taksonomi Anderson dan Krathwohl meliputi dua hal. (a) Validitas isi sudah memenuhi syarat dengan melakukan melakukan uji Judges. Judges menyatakan instrumen relevan untuk diujicobakan. (b) Uji empirik instrumen pun dinyatakan sudah memenuhi syarat karena semua ketentuan yang harus ditempuh, seperti uji validitas butir, uji tingkat kesukaran butir, daya beda dan uji efektivitas pengecoh, semuanya sudah dilakukan, seperti yang telah ditentukan. (3) Reliabilitas tes objektif pilihan ganda berdasarkan taksonomi Anderson dan Krathwohl dinyatakan sudah memenuhi syarat karena konsistensi atau keajegan tes masih terhitung tinggi. Berdasarkan hasil telaah peneliti terhadap penelitian sejenis, penelitian yang dilakukan oleh I Komang Budiasa dan Sulvia Fery Hanry Tondowala berbeda dengan penelitian peneliti. Peneliti melakukan penelitian mengenai analisis butir soal pilhan ganda dari segi kesesuaian kisi-kisi, kaidah penulisan soal
3
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 dan kaidah bahasa Indonesia. Penelitian mengenai analisis soal pilihan ganda dari segi penyusunan kisi-kisi, kaidah penulisan soal, dan kaidah bahasa Indonesia belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Butir Soal Pilihan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja”. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas tentang (1) kesesuaian kisikisi dengan butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja; (2) penerapan kaidah penyusunan soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja; (3) penerapan kaidah bahasa Indonesia pada soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi tentang analisis soal pilhan ganda dari segi kesesuaian kisi-kisi, kaidah penulisan soal dan kaidah bahasa Indonesia. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau referensi yang dapat membantu guru menggunakan kisi-kisi, kaidah penulisan soal, dan kaidah bahasa Indonesia dalam menyusun butir soal pilihan ganda. Manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu bermanfaat bagi guru, sekolah, peneliti, calon guru, dan. peneliti lain. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan pemerkaya informasi dalam penggunaan butir soal pilihan ganda dari segi menggunakan kesesuaian kisi-kisi, kaidah penulisan soal, dan kaidah bahasa Indonesia. Bagi peneliti, pelaksanaan penelitian ini akan memberikan pengalaman langsung untuk menyusun dan menganalisis soal pilihan ganda dari segi kesesuaian kisi-kisi, kaidah penulisan soal, dan kaidah bahasa Indonesia. Bagi calon guru, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan soal pilihan ganda dari segi kesesuaian kisi-kisi, kaidah penulisan soal dan kaidah bahasa Indonesia, pada kegiatan praktik
mengajar di sekolah yang telah ditentukan. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, pedoman, serta bahan perbandingan untuk menambah wawasan penelitian sejenis yang dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif-kualitatif. Rancangan penelitian deskriptif-kualitatif adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai prosedur mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lapangan dengan apa adanya, tanpa adanya unsur rekayasa (Margono, 2003:36). Rancangan deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dari sifat populasi. Sesuai dengan karakteristik penelitian ini, rancangan yang digunakan adalah rancangan deskriptif-kualitatif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penyusunan soal pilihan ganda dari segi kesesuaian kisi-kisi, kaidah penyusunan soal, dan kaidah bahasa Indonesia. Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah soal ulangan umum semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 3 Singaraja. Subjek tersebut terdiri atas tiga berkas soal ulangan umum semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) kesesuaian kisikisi butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja, (2) penerapan kaidah penulisan soal pada butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja, (3) penggunaan kaidah bahasa Indonesia pada butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
4
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 penelitian yang bersumber pada tulisan berupa dokumen. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, dan peraturanperaturan (Arikunto, 2006:158). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data berupa soal-soal ulangan umum. Setelah pengumpulan data dilakukan, langkah selanjutnya adalah pengolahan dan penganalisisan data. Kegiatan ini dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Dengan teknik ini, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teori-teori analisis soal ulangan umum pilihan ganda dari segi kesesuaian kisi-kisi, analisis butir soal pilihan ganda dari segi kaidah penyusunan soal, dan analisis butir soal pilihan ganda dari segi kaidah bahasa Indonesia. Data akan dianalisis pada kartu data. Berikut contoh kartu data. No soal/paket/kelas Bidang kesalahan Kesalahan Penjelasan Perbaikan
: : : : :
Berkaitan dengan hal tersebut, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Identifikasi Data. Data berupa soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri atas tiga berkas soal pilihan ganda diidentifikasi. Cara mengidentifikasi data adalah mencari dan menemukan data yang sudah benar dan salah berdasarkan kesesuaian kisi-kisi, kaidah penyusunan soal, dan kaidah bahasa. (2) Klasifikasi Data. Setelah data diidentifikasi, data yang berupa soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 diklasifikasikan. Pada tahap ini, data diklasifikasikan sesuai dengan submasalah penelitian yang dikemukakan pada rumusan masalah. Dalam melakukan klasifikasi data, peneliti menggunakan teknik pengodean untuk mempermudah menganalisis data. (3) Deskripsi Data. Data berupa soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri atas tiga berkas soal pilihan ganda dideskripsikan. Deskripsi data dapat diartikan sebagai upaya menganalisis data lebih lanjut dengan menampilkan sekumpulan informasi yang sudah disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan atau suatu tindakan. (4) Interpretasi Data. Berdasarkan hasil klasifikasi data, langkah selanjutnya adalah interpretasi data. Interpretasi data dilakukan untuk melihat kecendrungan data yang ada ditinjau dari segi kesesuaian kisi-kisi, segi kaidah penyusunan soal, dan segi kaidah bahasa Indonesia. (5) Menarik Kesimpulan. Langkah terakhir dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Berdasarkan kecenderungan data yang ada, dapat disimpulkan butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai atau tidak sesuai dari segi penyusunan kisi-kisi, segi kaidah penulisan soal dan kaidah bahasa Indonesia. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini adalah (1) kesalahan pada kisi-kisi soal yang ditemukan berupa kesalahan pada domain pengukuran indikator dan soal; (2) penyimpangan penerapan kaidah penulisan soal yang ditemukan berupa pokok soal tidak jelas, ketidakhomogenan opsi, dan pernyataan “semua jawaban benar” pada opsi; (3) penyimpangan penerapan kaidah bahasa Indonesia (ejaan) yang ditemukan, yaitu penyimpangan penerapan pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca. Penyimpangan penerapan kaidah bahasa Indonesia (struktur) berupa kesalahan pembentukan kata, kalimat pleonastis, kalimat fragmentaris, dan partikel penegas –kah. Penyimpangan kaidah bahasa (diksi) yang ditemukan berupa kesalahan pemakaian pasangan tetap (idiom) dan pemakaian kata depan di, dari, dan pada. Berdasarkan pemaparan teori yang berkaitan dengan penelitian dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, diketahui ada beberapa ketimpangan penerapan teori atau kaidah
5
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 yang ditemukan pada data yang diperoleh di lapangan. Temuan pertama berkenaan dengan ketidaksesuaian kisi-kisi dengan butir soal pilihan ganda. Prinsip tujuan penggunaan kisi-kisi adalah untuk meyakinkan guru (pembuat soal) bahwa dia membuat tes yang sifatnya kompreherensif (tersebar dari C1 sampai dengan C6, tersebar dalam berbagai pokok bahasan, dan tersebar dalam berbagai bentuk soal) sesuai dengan hal-hal yang ditekankan dalam proses belajar mengajar. Dilihat dari prinsip ini, kisi-kisi tes yang dibuat sangat tidak memenuhi syarat tersebut. Buktinya kompetensi yang diukur didominasi oleh ranah C1 dan C2 (ada beberapa C3 dan C4). Temuan ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Lilis Tri Ariyana (2011) dengan judul “Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal IPA Kelas IX SMP di Kabupaten Grobogan” menyatakan, dalam menentukan tingkat kesukaran sedang pada soal dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yang memperhatikan proporsi ranah kognitif. Dalam soal UAS Gasal IPA Kelas IX di Kabupaten Grobogan ranah C1 dan C2 lebih banyak dari yang lain sehingga soal cenderung mudah. Menurut Muslich (2011:39) kedua aspek (pengetahuan dan pemahaman) disebut kognitif tingkat rendah. Domain pengukuran soal yang sebagian besar C1 dan C2 yang dibuat guru pada kisi-kisi, tentu bertentangan dengan langkah-langkah penyusunan kisi-kisi menurut Sukiman (2012:83), yaitu mengidentifikasi tingkatan ranah kognitif yang termuat dalam indikator dan memberikan imbangan bobot untuk masing-masing tingkatan ranah. Hal tesebut terlihat pada kisi-kisi kelas XI baik tipe A dan B. Bukti yang lain, berkenaan dengan bentuk soal yang hanya berupa melengkapi pilihan (tidak ada soal hubungan antarhal atau sebab akibat dan asosiasi pilihan ganda). Kompreherensifan hanya terdapat pada sebaran pokok bahasan (menyimak, membaca, menulis dan berbicara). Berdasarkan data yang diperoleh terdapat sebagian besar indikator
digunakan untuk mengukur lebih daripada satu ranah kognitif. Hal ini tentu tidak dibenarkan adanya. Pada format kisi-kisi yang dianalisis, tidak terdapat satu indikator untuk satu domain, dan satu soal. Seharusnya dalam kisi-kisi terdapat satu indikator, satu domain, dan satu soal. Namun, pada kenyataannya ditemukan kesalahan sebagai berikut. Pertama, satu indikator untuk dua domain (domain yang satu benar, domain yang lain salah). Hal tersebut dapat dilihat pada kisi-kisi kelas XI tipe A. Aspek / Dimensi
2.1 Menyimak
Indikator Mengubah informasi dari bentuk lisan ke dalam bentuknonverbal (bagan/ abel/diagram/ grafik/ denah/ atriks)
Domain Pengukuran
Butir Soal 1, 2,27
C1, C2
Pada kisi-kisi di atas, indikator soal nomor 1,2, dan 27 sesuai dengan domain yang diukur. Indikator cenderung mengukur domain C2, tetapi indikator tidak bisa mengukur C1. Selain itu, terdapat kesalahan yang ditemukan pada kisi-kisi soal kelas XI tipe B seperti dibawah ini. Aspek / Dimensi
Indikator Mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak ,misalnya untuk memantapkan pemahaman(klarifi kasi), meminta kepastian (konfirmasi)
Domain Pengukuran
Butir Soal 6,31
C1, C2
Indikator soal nomor 6 dan 31 sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C2. Indikator tidak bisa mengukur C1. Pada kisi-kisi soal kelas XII terdapat kesalahan satu indikator dan dua domain (domain satu benar, domain dua salah) seperti berikut. Aspek /
Indikator
Domain
Butir
6
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Dimensi 3.1 Menyimak
Pengukuran C1,C2
Soal 1,2
Memperlihatkan reaksi kinetik (menunjukkan sikap memperhatikan, mencatat) terhadap pembacaan puisi/prosa fiksi/prosa ilmiah sederhana yang diperdengarkan
Indikator soal nomor 1 dan nomor 2 sesuai dengan domain yang diukur. Indikator cenderung mengukur domain C2. Indikator tidak bisa mengukur C1. Kedua, satu indikator untuk dua sampai dengan tiga butir soal (ada soal yang menyimpang). Hal tersebut dapat dilihat pada kisi-kisi kelas XI tipe A. Aspek / Dimensi
Indikator
Domain Pengukura n C1, C2
Mengemukakan pertanyaan retorik (tidak memerlukan jwaban) secara tertulis sesuai dengan tujuan dan situasi
Indikator
Menggunaka n bahasa Indoensia yang baik dan benar dalam menyimpulka n sesuatu informasi
Domain Pengukuran
C1, C2
Aspek / Dimensi
11,12, 36
Butir Soal 4,29
Indikator
Domain Pengukuran C1,C3
Butir Soal 16, 17
Mengungkapkan unsur intrinsik dan ekstrinsik (identitas pengarang; nama; karyakarya utama, dll) dari karya sastra yang telh dibacakan
Butir Soal
Soal nomor 11 sesuai dengan indicator, tetapi tidak sesuai dengan domain yang diukur. Seharusnya domain pengukuran soal nomor 11 adalah C4. Soal nomor 12 sesuai dengan indicator, tetapi tidak sesuai dengan domain yang diukur. Seharusnya, domain pengukuran soal nomor 12 adalah C4. Soal nomor 36 tidak sesuai dengan indikator dan tidak sesuai dengan domain yang diukur. Seharusnya, domain pengukuran soal nomor 36 adalah C4. Selain itu, terdapat kesalahan yang ditemukan pada kisi-kisi soal kelas XI tipe B seperti dibawah ini. Aspek / Dimensi
Indikator soal nomor 4 tidak sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C5. Soal nomor 4 sesuai dengan indikator dan domain yang diukur. Seharusnya domain pengukuran soal nomor 4 adalah C2. Soal nomor 29 tidak sesuai dengan indikator dan sesuai dengan domain yang diukur. Seharusnya domain pengukuran soal nomor 29 adalah C1. Pada kisi-kisi soal kelas XII terdapat kesalahan satu indikator dan dua sampai dengan tiga butir soal (ada soal yang menyimpang) seperti berikut.
Indikator soal nomor 16 dan 17 sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C3. Soal nomor 16 sesuai dengan indikator dan tidak sesuai dengan domain yang diukur. Seharusnya domain pengukuran soal nomor 16 adalah C4. Soal nomor 17 tidak sesuai dengan indikator dan tidak sesuai dengan domain yang diukur. Seharusnya domain pengukuran soal nomor 17 adalah C2. Ketiga, domain pengukuran tidak sesuai dengan indikator. Bagian ini mendominasi kesalahan pada kisi-kisi. Hal tersebut, antara lain, sesuai dengan data di bawah ini. Aspek / Dimensi
Indikator
Domain Pengukuran C1, C2
Butir Soal 24,48
Menentukan ciri-ciri parafrasa
Indikator tidak sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C6. Aspek / Dimensi
Indikator
Domain Pengukuran C1, C2
Butir Soal 26,50
Mengungkapk an kembali
7
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 dengan kalimat sendiri secara tertulis teks yang telah dibaca
dibacakan
Indikator tidak sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C3. Aspek / Dimensi
Indikator
Mengemukakan pendapat/opini dengan menggunakan teknik penyampaian simpulan dan pendapat yang akurat secara deduktif atau induktif
Domain Pengukuran
Butir Soal 3,28
C1, C2
Indikator soal nomor 3 dan nomor 28 tidak sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C3. Aspek / Dimensi
Indikator
Domain Pengukuran C1, C2
Butir Soal 15,39
Mengaktifkan pola gilir dalam berkomunikasi secara efektif
Indikator soal nomor 15 dan 39 tidak sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C3. Aspek / Dimensi
Indikator
Domain Pengukuran C1,C2
Butir Soal 3,4
Menunjukkan reaksi verbal berupa komentar terhadap konteks pembacaan puisi/prosa fiksi/prosa faktual/ilmiah sederhana yang didengar
Indikator soal nomor 3 dan nomor 4 tidak sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C5. Aspek / Dimensi 3.2 Berbicara
Indikator
Mengomenta ri teks sastra/ilmiah sederhana yang telah
Domain Pengukuran C1,C2
Butir Soal 11,12
Indikator soal nomor 11 dan 12 tidak sesuai dengan domain yang diukur karena indikator cenderung mengukur domain C6. Temuan kedua mengenai penerapan kaidah penulisan soal. Penyimpangan penerapan kaidah penulisan soal ada pada 14 butir soal. Surapranata (2005:197) menyatakan “Soal pilihan ganda dapat ditingkatkan mutunya, apabila penulisannya, di samping berlandaskan kisi-kisi, juga mengikuti berbagai kaidah penulisan soal”. Penyimpangan terlihat pada soal (1/XII). Kaidah penulisan soal pada Buku Pedoman Penulisan Soal yang diterbitkan oleh Depdikbud (1984:21) menyatakan, “Pokok soal (stem) merupakan permasalahan harus dirumuskan secara jelas”. Namun, soal (1/XII) tidak mengikuti kaidah. Dalam soal, stem tidak dirumuskan secara jelas. Hal ini dapat membingungan testi menentukan opsi yang tepat. Oleh karena itu perbaikan yang tepat, yaitu menambahkan penanda predikat dalam stem (adalah). Selain itu, temuan yang lain adalah pada soal 17/A/XI. Dalam soal pilihan ganda sering ditemui ketidakhomogenan opsi. Hal tersebut ditemukan pada soal (17/A/XI ). Soal tidak mengikuti kaidah penulisan soal pada Buku Pedoman Penulisan Soal yang diterbitkan oleh Depdikbud (1984:26), yaitu diusahakan agar alternatif jawaban (option) homogen baik dari segi isi/materi maupun panjang pendeknya pertanyaan. Ketidakhomogenan opsi dengan opsi lain terlihat pada opsi a, b, c, dan e yang dinyatakan dalam kalimat tanya dan opsi d yang tidak dinyatakan dalam kalimat tanya. Oleh karena itu, perbaikan yang tepat adalah mengubah kalimat berita pada opsi d menjadi kalimat tanya dengan menambahkan kata tanya apakah. Penyimpangan kaidah penulisan soal terdapat pada soal (29/A/XI). Soal (29/A/XI) tidak mengikuti kaidah penulisan soal pada Buku Pedoman Penulisan Soal yang diterbitkan oleh Depdikbud (1984:25), yaitu diusahakan untuk mencegah penggunaan opsi yang terakhir berbunyi “semua pilihan jawaban di atas
8
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 salah” atau “semua pilihan jawaban di atas benar”. Pada umumnya opsi demikian digunakan bagi pembuat tes bila menjumpai kesukaran dalam membuat opsi pengecoh (distraktor) yang baik dan berfungsi, serta penggabungan antara stem dan opsi membentuk kalimat sempurna yang logis. Sebenarnya kegundahan seperti itu bisa diatasi dengan mencantumkan opsi-opsi yang menjadi kunci jawaban, seperti yang disarankan pada perbaikan. Temuan ketiga adalah penyimpangan penerapan kaidah bahasa Indonesia yang meliputi ejaan, struktur, dan diksi. Penyimpangan penerapan (ejaan), yaitu penyimpangan penerapan pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca. Penyimpangan penerapan pemakaian huruf terdapat pada 35 butir soal dan penyimpangan penerapan pemakaian tanda baca ada pada 15 butir Penyimpangan pemakaian huruf terdapat penyimpangan pada pemakaian huruf kapital dan pemakaian huruf miring sebagai berikut. Penyimpangan pemakaian huruf kapital terdapat pada soal (24/A/XI). Soal dalam tes bahasa Indonesia disarankan menggunakan ejaan secara tepat. Namun pada kenyataannya, soal (24/A/XI) menyimpang dari aturan yang ada. EYD terbaru (Hidayanti, 2012:7) menyatakan “Huruf kapital dipakai di awal opsi bila opsi berbentuk kalimat, peribahasa, atau tema suatu bacaan”. Opsi pada soal di atas tidak berbentuk kalimat, peribahasa, atau tema suatu bacaan. Oleh karena itu, huruf pertama dalam opsi harus menggunakan huruf kecil. Selain itu, penyimpangan pemakaian huruf miring terdapat pada soal (19/B/XI). EYD terbaru (Hidayanti, 2012:15) menyatakan, “Huruf miring digunakan untuk menuliskan istilah ilmiah atau asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya”. Namun, pada kenyataannya soal (19/B/XI) tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia, yaitu pada bagian pemakaian huruf miring. Pada opsi terdapat kata trial and error yang merupakan kata asing (bahasa Inggris). Oleh karena itu, kata trial and error harus dicetak miring. penyimpangan penerapan pemakaian tanda baca sebagian besar adalah
penyimpangan pemakaian tanda titik, seperti yang terdapat pada soal (36/XII). EYD terbaru (Hidayanti, 2012:40) menyatakan, “Jumlah titik pada bagian kalimat yang dihilangkan sebanyak tiga titik di tengah kalimat dan empat titik di akhir kalimat”. Kaidah tersebut tidak terlihat pada soal (36/XII). Pada stem terdapat lima tanda titik di akhir kalimat. Seharusnya tanda titik di akhir kalimat adalah empat titik. Penyimpangan penerapan kaidah struktur bahasa Indonesia ada pada 16 butir soal. Penyimpangan penerapan kaidah struktur bahasa Indonesia yang pertama adalah penyimpangan pembentukan kata yang terdapat pada soal (20/A/XI). Soal tidak mengikuti penerapan kaidah struktur bahasa Indonesia, yaitu pada bagian pembentukan kata (pengimbuhan meN- + kata dasar berawalan p). Kata dasar mempengaruhi adalah pengaruh. meN + kata dasar berawalan p maka p luluh. Oleh karena itu, meN + pengaruh maka yang tepat adalah memengaruhi. Penyimpangan yang kedua adalah penyimpangan kalimat yang terdapat pada soal (3/XII). Soal tidak mengikuti penerapan kaidah struktur bahasa Indonesia, yaitu pada bagian kalimat (kalimat fragmentaris). Sudiara (2008:152) mengungkapkan, “Ciri keutuhan akan tampak jika kalimat itu mengandung satu gagasan pokok yang diwakili oleh subjek (S) dan predikat (P)”. Kesatuan kabur disebabkan oleh penggunaan preposisi yang tidak tepat; pelesapan tidak tepat; kalimat berbentuk pragmen atau penggalan. Stem di atas berbentuk kalimat fragmentaris (berupa subjek tanpa predikat). Oleh karena itu, perlu ditambahkan predikat dengan menambahkan kata merupakan. Penyimpangan kalimat yang lain terdapat pada soal (15/B/XI). Soal tidak mengikuti penerapan kaidah struktur bahasa Indonesia, yaitu pada bagian kalimat (partikel penegas). Sudiara (2008:153) mengungkapkan, “Keterpusatan perhatian terkait dengan tujuan dan bentuk ekspresi kalimat”. Ciri ini diarahkan kepada bagian yang dipentingkan dalam kalimat. Penekanan bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara
9
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 lain pengubahan urutan kata, pembedaan tingkatan bagian-bagian kalimat, penggunaan pola inversi, pengulangan kata kunci, penggunaan pertentangan, dan pemakaian partikel penegas (-lah dan kah). Semua opsi berbentuk kalimat tanya. Kata tanya pada kalimat tanya sebaiknya menggunakan partikel penegas. Oleh karena itu, opsi harus ditambahkan partikel penegas (-kah). Penyimpangan kaidah bahasa yang terakhir adalah penyimpangan penerapan diksi ada pada 18 butir soal. Penyimpangan penerapan diksi terdapat pada soal (31/B/XI). Soal tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia (struktur), yaitu pada bagian diksi (idiom). Yang menjadi pembicaraan dalam penelitian ini adalah idiom secara struktur atau disebut juga pasangan tetap. Karena berupa pasangan tetap, penggunaannya tidak boleh dipertukarkan (diganti), ditambah atau dikurangi (Sudiara, 2006:140). Pasangan kata di bawah ini tidak boleh dipertukarkan (diganti), ditambahkan atau dikurangi, seperti terdiri atas, sesuai dengan, seirama dengan, berkenaan dengan, terbuat dari, tidak berbeda dengan. Penyimpangan lain yang terdapat pada satu soal adalah penyimpangan gabungan ejaan dan struktur, ejaan dan diksi, dan struktur dan diksi sebagai berikut. Penyimpangan ejaan (penggunaan huruf miring) dan struktur (kalimat) terdapat pada soal (10/XII). Penyimpangan yang terdapat pada soal adalah penyimpangan penggunaan tanda koma pada stem. Stem yang benar adalah Pemberitahuan pemerintah secara tertulis kepada rakyat Indonesia tentang pelaksanaan pemilu merupakan subjek (S), sedangkan disebut … merupakan predikat (P). Antara S dan P tidak dibenarkan ada tanda koma (,). Penulisan opsi Surat berantai pada stem tidak tepat. Penulisan opsi pada stem di atas seharusnya ditulis dengan huruf kecil sesuai yang dikatakan Hidayanti (2012:7), huruf kapital dipakai di awal opsi bila opsi berbentuk kalimat, peribahasa, atau tema suatu bacaan. Penyimpangan ejaan dan diksi terdapat pada soal (5/A/XI). Penyimpangan pada soal adalah penyimpangan
penggunaan tanda koma dan pemakaian kata depan di. Sebelum kata yaitu pada opsi seharusnya diberikan tanda koma. Sudiara (2008:138) mengungkapkan, “Kata depan di dan pada sama-sama dapat digunakan untuk menunjukkan ‘tempat beradanya sesuatu’. Akan tetapi, kata depan pada harus digunakan apabila menghadapi (atau tempat yang dimaksudkan berupa dan atau didahului oleh) kata ganti orang, kata benda abstrak, kata atau frasa keterangan waktu, dan kata bilangan. Kepada digunakan di depan kata ganti orang sebagai penunjuk objek berkepentingan”. Penyimpangan struktur dan diksi terdapat pada soal (16/A/XI). Penyimpangan struktur (kalimat) pada soal adalah penyimpangan partikel penegas, sedangkan penyimpangan diksi pada soal adalah penyimpangan penerapan kata depan. Muslich (2012:120) menyatakan, “Jika dalam kalimat belum terdapat kata tanya, untuk membentuk kalimat tanya, kehadiran –kah bersifat wajib”. Semua opsi berbentuk kalimat Tanya, oleh karena itu harus diberi partikel penegas -kah. Pada opsi b terdapat kata kemanakah. Kata depan ke yang menunjukkan tempat, maka harus dipisah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Nalarastu Widianingsih (2013) dengan judul “Analisis Tes Sumatif Buatan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI IPA SMA LABORATURIUM UNDIKSHA SINGARAJA Tahun Ajaran 2012/2013” menyatakan analisis tes sumatif ditinjau dari segi bahasa berjumlah 11 kesalahan yang meliputi penulisan kata berjumlah 2 buah, penulisan huruf kecil berjumlah 5 kesalahan, dan penggunaan tanda titik berjumlah 4 kesalahan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab IV, secara umum ada beberapa simpulan yang bisa disampaikan simpulan sebagai berikut: (1) tampaknya guru tidak menguasai prinsip tujuan kisi-kisi dalam pembuatan soal. Hal itu tampak pada ketidakkompreherensifan ranah yang diukur dan ketidakkompreherensifan bentuk soal yang
10
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 dibuat. Selain itu, terdapat sebuah indikator untuk lebih daripada satu domain bagi lebih daripada satu butir soal. Kisikisi yang ditandai oleh indikator dan domain yang diukur, kebanyakan tidak sesuai dengan butir-butir soal; (2) terdapat penyimpangan beberapa penerapan kaidah penulisan soal. Hal ini tampak pada ketidakhomogenan opsi, stem tidak jelas, dan ketidaklogisan antara stem dan opsi; (3) terdapat ketidaksesusaian beberapa penerapan kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal. Hal ini tampak dalam kaidah penerapan ejaan (pemakaian huruf dan tanda baca), penerapan struktur (pembentukan kata dan perumusan kalimat), dan penerapan diksi. Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) guru hendaknya menguasai cara menyusun kisi-kisi soal karean dengan kisi-kisi akan dapat dibuat soal yang kompreherensif baik dari segi domain yang diukur, aspek atau pokok bahasan, dan bentuk soal. Hal ini diperlukan karena dengan kisi-kisi dapat diyakinkan bahwa guru, melalui tes yang dibuat dapat mengambil keputusan secara tepat; (2) guru hendaknya lebih mencermati kaidah penulisan soal agar soal-soal yang dibuat memberikan kesamaan pengertian kepada siswa yang mengerjakan soal, tidak membingungkan siswa; (3) guru bahasa Indonesia semestinya menguasai kaidahkaidah bahasa Indonesia baku, termasuk bagi kepentingan penulisan soal. Bahasa Indonesia guru berdampak psikologis bagi siswa; artinya, bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru dianggap benar oleh siswa dan, oleh karena itu, akan ditirukan oleh siswa tanpa koreksi. Jika guru menginginkan siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, terlebih dahulu guru harus mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar pula; (4) penelitian ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, bagi peneliti lain (yang bermaksud mengadakan penelitian sejenis) disarankan agar memperluas jangkauan penelitian ini, tidak hanya pada satu sekolah saja.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama RI. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badudu, J. S. 1985. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Budiasa, I Komang. 2011. “Analisis Tes Formatif Buatan Guru SMP di Singaraja dari Segi Pendekatan Komunikatif Berbasis Autenthic Assesment”. Skripsi. PBSI, FBS. Singaraja: Undiksha. Budhyani, I Dewa Ayu Made,dkk. 2010. Evaluasi dan Asesmen Hasil Belajar. Buku Ajar. (tidak diterbitkan) Singaraja: Undiksha. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Buku Pedoman Penulisan Soal. 1986. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Daryanto, H. 1997. Evaluasi Pendidikan. Solo: PT Rineka Cipta. Hasan, Hamid dan Asmawi Zainul. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi. Hidayanti, Inoer. 2012. Buku Pintar Ejaan Yang Disempurnakan. Yogyakarta: Indonesia Tera. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Koyan, I Wayan. 2011. “Langkah-langkah Mengkontruksi Tes dan Non Tes”. Buku Ajar. (tidak diterbitkan) Singaraja: Undiksha.
11
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 ----------. 2012. “Evaluasi Program Pendidikan”. Buku Ajar. (tidak diterbitkan) Singaraja: Undiksha. Marhaeni. 2007. “Asessmen Otentik dalam rangka KTSP”. http://putrabungo. blogspot.com/2011/01/asessmenberbasis-kelas/html [diakses 4 April 2013]. Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslich, Mansur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Purwanto, M. Ngalim, 2000. Prinsipprinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama. Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudiara, Nyoman Seloka. 2006. “Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia”. Buku Ajar. (tidak diterbitkan) Singaraja: Undiksha. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukardi, H.M. 2008. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: PT. Bumi Aksara. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT. Bumi Aksara. Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan Tes Tertulis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tondowala, Sulvia Fery Hanry. 2012. “Pengembangan Tes Objektif Pilihan Ganda Berbasis Taksonomi Anderson dan Krathwohl Untuk Kemampuan Membaca Bahasa Inggris Kelas VIII SMP di Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah”. Tesis. (Tidak Diterbitkan). Singaraja: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Widianingsih, Ni Wayan Nalarastu 2013. “Analisis Tes Sumatif Buatan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI IPA SMA LABORATURIUM UNDIKSHA SINGARAJA Tahun Ajaran 2012/2013” Skripsi. PBSI, FBS. Singaraja:Undiksha.
12