ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH (STUDI KOMPARASI ANTARA METODE KONVENSIONAL DAN ORGANIK)
SKRIPSI
CHAIRUL SHOLEH F14062094
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH (STUDI KOMPARASI ANTARA METODE KONVENSIONAL DAN ORGANIK)
SKRIPSI Sebagai salah sau syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Disusun Oleh : CHAIRUL SHOLEH F14062094
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
i
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik) : Chairul Sholeh : F14062094
Menyetujui, Pembimbing Akademik,
(Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr) NIP. 19670831 199402 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP 19661201 199103 1 004
Tanggal lulus
:
ii
WORKLOAD ANALYSIS OF WETLAND PADDY FARMING (COMPARATION STUDY BETWEEN ORGANIC AND CONVENTIONAL METHOD) Chairul Sholeh Under advisory of M. Faiz Syuaib Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.
ABSTRACT Rice is the staple food of Indonesian and therefore, paddy is one of major food crops in Indonesia. Wetland field is the main farming system of paddy cultivation. High demand of rice,is the main reason to incerase productivity and develop sustainable farming system. The sequence of wetland paddy cultivation consists of seedling, land preparation, transplanting, weeding, fertilizing and harvesting. Research was conducted at wetland paddy field in Darmaga, Bogor prefecture, West Java, Indonesia. The main objective of the research is to find out the farm labour workload (including qualitative and quantitative workload) and the labour manhour in the cultivation activities as well. This research is also aiming to make comparation between organic and conventional method in workload and manhour perspective. The heart rate parameter is used to find out the labour energy cost and workload classification (qualitative work burden). As the result, the energy cost of seeding activity was 1.963 kcal/kg.h, land preparation was 3.114 kcal/kg.h, transplanting was 2.631 kcal/kg.h, semi-mechanical weeding in organic field was 2.864 kcal/kg.h, conventional semi-mechanical weeding in conventional field was 2.864 kcal/kg.h, hand weeding in organic field was 2.774 kcal/kg.h, hand weeding in conventional field was 2.580 kcal/kg.h, fertilizer apllication in organic field was 2.549 kcal/kg.h, fertilizer application in conventional field was 2.516 kcal/kg.h, manual cutting paddy activity was 2.604 kcal/kg.h and manual thressing was 2.837 kcal/kg.h. According to the result, organic method is more profitable. However, organic system requires conditions such as the availability of organic fertilizer, and better price than ordinary rice.
Keyword : wetland paddy cultivation, workload analysis, work physiology, ergonomic.
Chairul Sholeh. F14062094. Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik). Dibawah Bimbingan M. Faiz Syuaib. 2010.
RINGKASAN Pertanian merupakan sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia dan dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk di Indonesia hidup dari sektor ini. Sebagian besar lahan pertanian rakyat di Indonesia umumnya ditanami tanaman padi sebagai penghasil beras yang merupakan bahan pangan utama rakyat Indonesia. Kebutuhan akan beras yang kian tinggi mendorong Indonesia untuk senantiasa meningkatkan produktifitas. Sistem budidaya tanaman padi yang produktif dan berkelanjutan merupakan tantangan yang harus diwujudkan demi terpenuhinya kebutuhan akan beras penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja pekerja pada rangkaian tahap proses budidaya padi sawah, baik beban kerja kualitatif (tingkat beban kerja) maupun kuantitatif (konsumsi energi kerja) dan memperbandingkan antara metode budidaya padi sawah secara organik maupun budidaya padi sawah secara konvensional. Tujuan lain dari penelitian ini adalah mengukur kebutuhan jam kerja yang dibutuhkan petani dalam membudidayakan tanaman padi sawah secara organik maupun konvensional. Secara umum, rangkaian tahapan proses budidaya padi sawah mencakup penyiapan bibit (seeding), pengolahan tanah (land preparation), penanaman (transplanting), penyiangan (weeding), pemupukan (fertilizing) dan panen (harvesting). Perbedaan mendasar antara budidaya padi sawah secara organik dan konvensional adalah jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan sawah. Pada budidaya padi metode organik, pupuk organik diaplikasikan di lahan sebagai pengganti pupuk kimia konvensional. Selain berbeda jenis, perbedaan pemberian pupuk organik dengan pupuk konvensional juga secara umum terlihat dari jumlah dan massa pupuk yang diberikan terkait perbedaan dosis masing-masing. Hal lain yang membedakan metode budidaya padi secara organik dengan metode konvensional adalah tidak diberikannya herbisida kimia pada sawah yang dibudidayakan secara organik. Pada budidaya tanaman secara organik, pertumbuhan gulma sama cepatnya dengan tanaman utamanya, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu lebih untuk melakukan penyiangan. Analisis beban kerja pada budidaya padi sawah dengan pendekatan analisis denyut jantung untuk kemudian dapat diketahui beban kerja pekerja baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan menggunakan Heart Rate Meter (HRM). Pertama-tama, dilakukan pengukuran denyut jantung subjek pada saat Kalibrasi Step Test (KST). KST dilakukan untuk mengetahui respon perubahan denyut jantung terhadap perubahan beban kerja, dimana karakteristik yang dimiliki tiap subjek berbeda. Dari hasil KST, didapatkan korelasi antara IRHR (Increase Ratio of Heart Rate) dengan energi kerja yang dikeluarkan pada saat KST (WEC). Selanjutnya dilakukan pengukuran denyut jantung subjek saat melakukan pekerjaan budidaya padi sawah. Nilai IRHR kerja tiap subjek kemudian dimasukkan ke dalam persamaan korelasi untuk mendapatkan nilai konsumsi energi kerja (WEC) yang dikeluarkan selama melakukan pekerjaan budidaya padi sawah. Selain membutuhkan energi untuk melakukan kerja, subjek juga membutuhkan energi untuk menghidupi fungsi minimal fisiologisnya, yang biasa disebut Bassal Metabolic Energi (BME). Nilai BME tiap subjek dapat diketahui dengan melakukan perhitungan matematis terhadap karakteristik fisiknya. Nilai konsumsi energi secara total (TEC) dan nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi terhadap berat
badan subjek (TEC’) yang dikelurkan saat melakukan pekerjaan kemudian dapat diketahui setelah nilai BME dan WEC diperoleh. Hasil yang didapatkan, pekerjaan pembibitan memiliki tingkat beban kerja sedang, dengan rerata konsumsi energi kerja 1.963 kkal/kg.jam. Pekerjaan pengolahan tanah memiliki tingkat beban kerja berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 3.114 kkal/kg.jam. Pekerjaan penanaman memiliki tingkat beban kerja sedang hingga berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.631 kkal/kg.jam. Pekerjaan penyiangan secara semi mekanis yang dilakukan di lahan sawah yang dibudidayakan dengan metode organik memiliki tingkat beban kerja berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.864 kkal/kg.jam. Pekerjaan penyiangan secara semi mekanis yang dilakukan di lahan sawah yang dibudidayakan dengan metode konvensional memiliki tingkat beban kerja berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.705 kkal/kg.jam. Pekerjaan penyiangan secara manual yang dilakukan di lahan sawah yang dibudidayakan dengan metode organik memiliki tingkat beban kerja berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.705 kkal/kg.jam. Pekerjaan penyiangan secara manual yang dilakukan di lahan sawah yang dibudidayakan dengan metode konvensional memiliki tingkat beban kerja sedang hingga berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.580 kkal/kg.jam. Pekerjaan pemupukan yang dilakukan di lahan sawah yang dibudidayakan dengan metode organik memiliki tingkat beban kerja sedang hingga berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.549 kkal/kg.jam. Pekerjaan pemupukan yang dilakukan di lahan sawah yang dibudidayakan dengan metode konvensional memiliki tingkat beban kerja sedang hingga berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.516 kkal/kg.jam. Pekerjaan panen ngarit memiliki tingkat beban kerja sedang hingga berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.604 kkal/kg.jam. Pekerjaan panen gebot memiliki tingkat beban kerja berat, dengan rerata konsumsi energi kerja 2.837 kkal/kg.jam. Nilai total konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi sawah dengan metode organik sebesar 1344.176 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan menggunakan alat penyiang semi mekanis (tool weeding) dan 1365.361 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan secara manual (hand weeding). Nilai konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi sawah dengan metode konvensional sebesar 1345.601 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan secara semi mekanis (tool weeding) dan 1348.824 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan secara manual (hand weeding). Nilai rerata konsumsi energi kerja dan kebutuhan jam kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi dengan metode budidaya organik lebih besar dari nilai rerata konsumsi energi kerja dan kebutuhan jam kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi dengan metode budidaya konvensional. Metode budidaya organik dapat dikatakan lebih menguntungkan apabila kondisi tertentu terpenuhi. Kondisi tersebut diantaranya ketersediaan pupuk organik dan harga jual hasil panen padi organik lebih tinggi dari padi konvensional.
Kata kunci : budidaya padi sawah, beban kerja, fisiologi kerja, ergonomika.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik) adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011 Yang membuat pernyataan
Chairul Sholeh F14062094
iii
© Hak cipta milik Chairul Sholeh, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
iv
BIODATA PENULIS
Chairul Sholeh. Lahir di Jakarta, 19 Februari 1989. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara dari ayah M. Raup dan ibu Romlah. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN Rawa Badak 19 Pagi Jakarta Utara pada tahun 2000. Selanjutnya, penulis menamatkan sekolah menengah di SMPN 2 Tambun Selatan tahun 2003 dan SMAN 1 Tambun Selatan tahun 2006 di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. IPB merupakan Perguruan Perguruan tinggi negeri yang dipilih penulis untuk melanjutkan pendidikan program sarjana. Pada tahun 2006 penulis diterima masuk IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Departemen Teknik Pertanian (sekarang Teknik Mesin dan Biosistem) merupakan merupakan pilihan penulis untuk menimba ilmu selama di IPB. Selama menjalani perkuliahan di IPB penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan baik akademik maupun non-akademik, seperti menjadi asisten praktikum mata kuliah Gambar Teknik, Motor dan Tenaga Pertanian, dan Konstruksi Bangunan Lanskap. Selama masa perkuliahan, penulis juga ikut aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (Himateta), anggota Keluarga Mahasiswa Bekasi (Kemsi) dan pengurus serta ketua Agricultural Engineering Design Club (AEDC). Penulis mengikuti ajang Program Kreatifitas Mahasiswa pada tahun 2008 dan 2009 dan berhasil mendapatkan dana hibah Dikti untuk Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK). Pada tahun 2009 penulis melakukan praktek lapang di PT. PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat dengan judul “Mempelajari Aspek Ergonomika dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada Proses Budidaya Tebu di PT. PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Jawa Barat”. Untuk menyelesaikan program sarjana di IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik)”.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga skripsi penulis untuk lulus program sarjana dapat terselesaikan. Adapun judul penelitian yang penulis usung untuk tugas akhir ini adalah “Analisis Beban Kerja pada Budidaya Padi Sawah (Studi Komparasi Antara Metode Konvensional dan Organik)”. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, diantaranya : 1. Orang tua dan keluarga penulis atas segala dukungannya. 2. Dr.Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan pengarahannya. 3. Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS. dan Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. selaku dosen penguji atas masukan dan saran terhadap skripsi ini. 4. Bpk. Ncep selaku ketua Gapoktan Harapan Mekar, Bpk. Kusnandar, dan Bpk. Husein atas kesediaannya meminjamkan areal sawah untuk penelitian penulis. 5. Bpk. Andri Marzuki dan Ibu Indya Dewi atas segala bantuannya. 6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi diantaranya: Yusniati Adipraptiwi, Taufiq wardoyo, Nurhudaya, Dedi Ruspendi, Septian Fauzi, Farah Fatimah, Imam Siddiq, Vivi Ervian, Hanik Aulia, Nurul Firdausi dan Dodik Ariyanto. 7. Teman-teman satu bimbingan akademis, Ahmad Fanny Al-Faruqy dan Dani Rahmawan. 8. Teman-teman seperjuangan di Teknik Pertanian Angkatan 2006 tempat penulis menimba ilmu di IPB. 9. Semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011
Chairul Sholeh
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................................... xi I. PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1 1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1 1.2. TUJUAN .................................................................................................................................... 1 1.3. BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN ............................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... .3 2.1. TANAMAN PADI ..................................................................................................................... 3 2.2 BUDIDAYA PADI SAWAH ..................................................................................................... 4 2.3. ERGONOMIKA DAN KESELAMATAN KERJA................................................................... 6 2.4. BEBAN KERJA......................................................................................................................... 8 2.5. METODE STEP TEST ............................................................................................................... 9 2.6. KONSEP JAM KERJA (MANHOUR)....................................................................................... 9 III. METODE PENELITIAN ............................................................................................................... 10 3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ................................................................................. 10 3.2. SUBJEK PENELITIAN ........................................................................................................... 10 3.3. METODE ................................................................................................................................. 11 3.4. ALAT DAN PERLENGKAPAN ............................................................................................. 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................................... 20 4.1. DENYUT JANTUNG KALIBRASI STEP TEST (KST)........................................................ 20 4.2. PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI KERJA ................................................................... 25 4.3. KEBUTUHAN JAM ORANG KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH........................ 39 4.4. ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH ........................................ 41 4.5. UJI STATISTIK....................................................................................................................... 46 4.6. ANALISIS KOMPARATIF ANTARA BUDIDAYA PADI METODE ORGANIK DENGAN METODE KONVENSIONAL ............................................................................. 53 V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 56 5.1. KESIMPULAN ........................................................................................................................ 56 5.2. SARAN .................................................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 58
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema penelitian ................................................................................................................. 11 Gambar 2. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kalibrasi step test ......................................... 14 Gambar 3. Heart Rate Monitor dan perlengkapannya .......................................................................... 14 Gambar 4. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kerja ............................................................. 16 Gambar 5. Bagan rancangan percobaan pengambilan data di lapang ................................................... 17 Gambar 6. Pengambilan data denyut jantung KST ............................................................................... 20 Gambar 7. Hasil pengukuran denyut jantung kalibrasi Step Test Subjek S1........................................ 21 Gambar 8. Grafik korelasi IRHR dan WECST Subjek S10 pada KST .................................................. 23 Gambar 9. Pekerjaan pembibitan .......................................................................................................... 26 Gambar 10. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S2 ulangan ke-3 pada pembibitan .................... 26 Gambar 11. Pekerjaan pengolahan tanah .............................................................................................. 28 Gambar 12. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S6 ulangan ke-2 pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan ............................................................................................. 28 Gambar 13. Pekerjaan penanaman ....................................................................................................... 29 Gambar 14. Hasil pengukuran denyut jantung pada kegiatan penanaman subjek S9 ulangan ke-3 ..... 29 Gambar 15. Pekerjaan penyiangan semi mekanis (kiri) dan manual (kanan) ....................................... 31 Gambar 16. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode organik subjek S12 ulangan ke-1...................................................................................................................... 31 Gambar 17. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode konvensional subjek S10 ulangan ke-1 ............................................................................................................. 31 Gambar 18. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode organik subjek S11 ulangan ke-3..................................................................................................................... 32 Gambar 19. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode konvensional subjek S10 ulangan ke-3 ............................................................................................................. 32 Gambar 20. Pekerjaan pemupukan metode organik (kiri) dan konvensional (kanan) .......................... 35 Gambar 21. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode organik subjek S15 ulangan ke-3..................................................................................................................... 35 Gambar 22. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode konvensional subjek S15 ulangan ke-2 ............................................................................................................. 35 Gambar 23. Pekerjaan panen ngarit (kiri) dan gebot (kanan)............................................................... 37 Gambar 24. Hasil pengukuran denyut jantung pada panen ngarit subjek S17 ulangan ke-1............. 38 Gambar 25. Hasil pengukuran denyut jantung pada panen gebot subjek S19 ulangan ke-2.............. 38 Gambar 26. Histogram IRHR kerja pada budidaya padi sawah ........................................................... 43 Gambar 27. Histogram konsumsi energi kerja (TEC') per-jam pada budidaya padi sawah ................. 43 Gambar 28. Hasil perhitungan konsumsi energi kerja per satuan berat badan dan luas pada rangkaian proses budidaya padi metode organik (kiri) dan metode konvensional (kanan) .............................................................................................................................. 45
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR ...................................................................... 9 Tabel 2. Subjek penelitian untuk tiap tahapan pekerjaan budidaya padi .............................................. 10 Tabel 3. Konversi BME ekivalen VO2 Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh ..................................... 19 Tabel 4. Karakteristik antropometri dan nilai BME masing-masing subjek ......................................... 21 Tabel 5. Nilai HR subjek pada KST ..................................................................................................... 23 Tabel 6. Nilai IRHR dan WECST subjek pada KST.............................................................................. 24 Tabel 7. Persamaan nilai IRHR terhadap WEC tiap subjek ................................................................. 25 Tabel 8. Data denyut jantung dan IRHR pembibitan padi sawah ......................................................... 27 Tabel 9. Data konsumsi energi kerja pada pembibitan padi sawah ...................................................... 27 Tabel 10. Data denyut jantung dan IRHR pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan ......... 28 Tabel 11. Data konsunsi energi kerja pada pengolahan tanah menggunaka traktor tangan .................. 29 Tabel 12. Data denyut jantung pada pekerjaan penanaman .................................................................. 30 Tabel 13. Data konsumsi energi kerja pada pekerjaan penanaman ...................................................... 30 Tabel 14. Data denyut jantung pada tool weeding metode organik ...................................................... 32 Tabel 15. Denyut jantung pada tool weeding metode konvensional .................................................... 33 Tabel 16. Data denyut jantung pada hand weeding metode organik .................................................... 33 Tabel 17. Data denyut jantung pada hand weeding metode konvensional .......................................... 33 Tabel 18. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode organik ........................................... 34 Tabel 19. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode konvensional ................................. 34 Tabel 20. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode organik ......................................... 34 Tabel 21. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode konvensional ................................ 34 Tabel 22. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode organik....................................... 36 Tabel 23. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode konvensional............................... 36 Tabel 24. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode organik ..................................... 36 Tabel 25. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode konvensional ............................ 37 Tabel 26. Data denyut jantung pada pekerjaan panen ngarit ................................................................ 38 Tabel 27. Data denyut jantung pada pekerjaan panen gebot................................................................. 39 Tabel 28. Data konsumsi energi kerja pekerjaan panen ngarit ............................................................. 39 Tabel 29. Data konsumsi energi kerja pekerjaan panen gebot .............................................................. 39 Tabel 30. Kebutuhan jam orang kerja pada pembibitan ....................................................................... 40 Tabel 31. Kebutuhan jam orang kerja pada pengolahan tanah ............................................................. 40 Tabel 32. Kebutuhan jam orang kerja pada penanaman ....................................................................... 40 Tabel 33. Kebutuhan jam orang kerja pada tool weeding metode organik ........................................... 40 Tabel 34. Kebutuhan jam orang kerja pada tool weeding metode konvensional .................................. 40 Tabel 35. Kebutuhan jam orang kerja pada hand weeding metode organik ......................................... 40 Tabel 36. Kebutuhan jam orang kerja pada hand weeding metode konvensional ................................ 41 Tabel 37. Kebutuhan jam orang kerja pada pemupukan metode organik ............................................. 41 Tabel 38. Kebutuhan jam orang kerja pada pemupukan metode konvensional .................................... 41 Tabel 39. Kebutuhan jam orang kerja pada panen ngarit ..................................................................... 41 Tabel 40. Kebutuhan jam orang kerja pada panen gebot ...................................................................... 41 Tabel 41. Tabulasi hasil pengukuran konsumsi energi kerja tiap tahapan proses budidaya padi ......... 44 Tabel 42. Tabulasi data IRHR subjek pada tool weeding ..................................................................... 47 Tabel 43. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR tool weeding ........................... 47 Tabel 44. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR tool weeding ..... 47 Tabel 45. Tabulasi data IRHR subjek pada hand weeding ................................................................... 47 Tabel 46. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR hand weeding.......................... 47 Tabel 47. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR hand weeding ... 48
ix
Tabel 48. Tabulasi data IRHR subjek pada pemupukan ....................................................................... 48 Tabel 49. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR pemupukan ............................. 48 Tabel 50. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR pemupukan ....... 48 Tabel 51. Tabulasi data TEC’ subjek pada tool weeding...................................................................... 49 Tabel 52. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ tool weeding ............................ 49 Tabel 53. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ tool weeding ...... 49 Tabel 54. Tabulasi nilai TEC subjek pada hand weeding ..................................................................... 49 Tabel 55. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ hand weeding .......................... 50 Tabel 56. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ hand weeding .... 50 Tabel 57. Tabulasi nilai TEC' subjek pada pemupukan ........................................................................ 50 Tabel 58. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ pemupukan .............................. 50 Tabel 59. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ pemupukan ........ 50 Tabel 60. Tabulasi data JOK subjek pada tool weeding ....................................................................... 51 Tabel 61. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK tool weeding ............................. 51 Tabel 62. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK tool weeding ....... 51 Tabel 63. Tabulasi data JOK subjek pada hand weeding ..................................................................... 52 Tabel 64. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK hand weeding ............................ 52 Tabel 65. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK hand weeding...... 52 Tabel 66. Tabulasi nilai JOK subjek pada pemupukan......................................................................... 52 Tabel 67. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK pemupukan ............................... 52 Tabel 68. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK pemupukan ......... 53 Tabel 69. Tabulasi beban kerja kualitatif pada budidaya padi sawah ................................................... 53 Tabel 70. Tabulasi konsumsi energi kerja dan jam kerja pada budidaya padi sawah ........................... 55
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Time Study Sheet .............................................................................................................. 60 Lampiran 2. Grafik hubungan IRHR terhadap waktu pada kalibrasi step test tiap subjek ................... 61 Lampiran 3. Grafik korelasi IRHR terhadap WEC pada kalibrasi step test tiap subjek ....................... 64 Lampiran 4. Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi ........................................... 67
xi
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini pembangunan pertanian sudah saatnya dilaksanakan melalui pendekatan system dan usaha agribisnis yang berorientasi pada peningkatan daya saing, pengembangan usaha ekonomi rakyat yang berkelanjutan. Peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya melalui inovasi teknologi diharapkan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif suatu produk pertanian. Potensi pasar dan pertumbuhan permintaan merupakan potensi dan peluang untuk mengembangkan produk yang memiliki daya saing tinggi salah satunya adalah produk pertanian organik (Karyaningsih et al. 2008). Sistem pertanian organik adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain: (1) Menghindari penggunaan bibit/benih hasil rekayasa genetika, (2) Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis (3) Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman, (4) Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh dan pupuk kimia sintetis, (5) Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan mengembalikan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman, dan (6) Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak (Deptan, 2002). Banyak petani padi sawah di beberapa tempat, mulai beralih menuju budidaya padi sawah secara organik. Selain dinilai memiliki keuntungan lebih dari sisi ekonomi yang lebih tinggi, pertanian organik dinilai memiliki keunggulan lain yakni dapat mengembalikan kesuburan tanah. Akan tetapi, muncul pendapat dikalangan petani bahwa membudidayakan padi sawah dengan metode organik membutuhkan tenaga yang lebih besar dibanding membudidayakan padi secara konvensional. Pada metode organik, tidak dilakukan pemberian herbisida kimia sehingga disinyalir gulma yang tumbuh di lahan lebih banyak dan dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk memberantas gulma tersebut (Deptan, 2002). Perbedaan tata cara budidaya padi sawah organik dibanding konvensional sangat jelas terlihat pada pemupukan, dimana baik jenis dan jumlah pupuk yang diberikan berbeda. Perbedaan tersebut juga memunculkan anggapan dikalangan petani bahwa dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk melakukan pekerjaan pemupukan pada metode budidaya organik. Pendekatan dengan keilmuan ergonomi dinilai tepat untuk mengkaji permasalahan tersebut dan membuktikan anggapan yang ada. Atas dasar itulah, pada penelitian ini akan coba dikaji dan dilakukan analisis komparasi tingkat kejerihan petani atau subjek pekerja budidaya padi metode organik dan konvensional melalui terminologi beban kerja.
1.2. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui besar energi kerja yang dibutuhkan petani pada tahap proses budidaya padi sawah konvensional dan organik serta melakukan analisis komparasi untuk memperbandingkannya. 2. Mengetahui tingkat beban kerja untuk masing-masing tahap proses budidaya padi sawah. 3. Mengetahui jumlah jam kerja yang dibutuhkan petani dalam membudidayakan padi sawah secara konvensional dan organik.
1
1.3. BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini terbatas pada analisis beban kerja pada tahapan proses budidaya tanaman padi sawah. Hal yang diperbandingkan adalah budidaya tanaman padi sawah secara konvensional dan organik. Secara garis besar, penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu ergonomi (khususnya fisiologi kerja) dalam meninjau dan menganalisis konsumsi energi kerja dan tingkat beban kerja dalam rangkaian proses budidaya padi sawah. Runutan kegiatan budidaya yang menjadi fokus penelitian ini adalah kegiatan pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan dan panen pada budidaya padi sawah metode konvensional dan organik.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TANAMAN PADI Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Secara umum, padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Tanaman padi memiliki ciri-ciri diantaranya berakar serabut, daun sempit memanjang, urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, serta buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (grain) atau kariopsis. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa, kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar. Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh hampir di semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara yang cukup hangat. Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika. Hasil tanaman padi disebut beras. Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara Asia. Negaranegara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu, hasil samping tanaman padi adalah jerami yang seringkali digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani. Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan Oryza glaberrima yang berasal dari Afrika Barat. Pada awal mulanya Oryza sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki ekor atau bulu, bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak berbulu dan pendek. Padi jenis ini memiliki bulir cenderung oval hingga lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi. 1. Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah sungai Yang Tse di Tiongkok. 2. Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah. 3. Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan. 4. Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat. 5. Budidaya padi organik, yakni tanaman padi yang dibudidayakan secara organik pada lahan yang organik pula. Secara ringkas, rangkaian proses budidaya padi mencakup pembibitan (seedling), pengolahan tanah (land preparation), penanaman (transplanting), pemeliharaan mencakup pengairan (irigation),
3
penyiangan (weeding), serta pemupukan (fertilizing), proteksi terhadap hama penyakit (plant protection), dan panen (harvesting).
2.2 BUDIDAYA PADI SAWAH Baik tanaman padi sawah yang dibudayakan secara organik dan konvensional, biasanya memiliki tahapan mulai dari pengolahan tanah, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemupukan dan pemanenan. Perbedaan metode budidaya tanaman padi secara konvensional dan organik secara umum terletak pada input dan sumberdaya yang digunakan serta intensitas pekerjaan yang terjadi akibat perbedaan metode tersebut. 2.2.1. Syarat-syarat Lingkungan Tumbuh Padi sawah Padi sawah akan tumbuh dengan optimal di daerah dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. 2. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. 3. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 oC sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C. 4. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. 5. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman. 2.2.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah Konvensional Urutan budidaya tanaman padi sawah secara konvensional adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Benih Syarat benih yang baik diantaranya tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang, warna gabah sesuai aslinya dan cerah, bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya, daya perkecambahan 80%. Pada penyiapan Benih, benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan. Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi. Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10. Setelah itu benih siap ditanam. 2. Pengolahan Tanah Hal yang harus dilakukan untuk menyiapkan media tanam yang baik adalah membersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar. Setelah itu dilakukan perbaikan pematang serta pencangkulan sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak. Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dan dibiarkan 2-3 hari setelah itu dilakukan pembajakan kedua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam, kemudian ratakan permukaan tanah sawah, dan
4
hancurkan gumpalan tanah dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam petak sawah yang merata. Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi oleh pematang agar permukaan tanah merata. 3. Penanaman Padi Sawah Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm. 4. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan lalandakan (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil. 5. Pengairan Untuk keperluan pengairan, setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm. Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikitdemi sedikit. 6. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dilakukan secara berkala ataupun kondisional bergantung pada serangan hama penyakit di lahan. Hama yang sering menyerang tanaman padi diantaranya ulat, belalang, tikus, wereng dan lain-lain. Penyakit yang sering menyerang tanaman padi diantaranya penyakit bercak daun, busuk daun, noda api dan lain-lain. Tata cara yang lazim dilakukan untuk memberantas hama penyakit adalah dengan melakukan penyemprotan zat kimia. 7. Pemupukan Padi Sawah Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai. Dosis pupuk anorganik yang dianjurkan untuk Urea sebesar 300 kg/ha, TSP 75-175 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. 8. Pemanenan Pemanenan dilakukan jika 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah. Sebelum panen, keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen. Gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. 2.2.3. Budidaya Tanaman Padi Sawah Organik Tahapan budidaya padi sawah organik secara umum sama dengan tahapan budidaya padi sawah konvensional. Yang menjadi pembeda pada budidaya padi organik adalah seluruh kegiatan tidak lagi memakai pupuk kimia tetapi menggunakan pupuk organik. Dalam hal ini, yang berbeda adalah kegiatan prnyemaian benih dan pemupukan. Untuk kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen, dilakukan sama halnya dengan budidaya padi sawah konvensional.
5
1. Penyemaian Benih Padi pada Budidaya Padi Sawah Organik Persyaratan dan teknios penyemaian dilakukan sama seperti pada budidaya padi sawah konvensional, akan tetapi penyemprotan pestisida dan pemberian pupuk kimia tidak dilakukan. Pemberian nutrisi tanah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampurkan media tanah dengan pupuk organik dengan perbandingan seimbang (1:1). 2. Pemupukan pada Budidaya Padi Sawah Organik Pemberian pupuk diarahkan kepada perbaikan dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan pada budidaya sebelumnya. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton/ha dan dapat diberikan sampai dua musim tanam. Setelah kondisi tanah dapat dikatakan membaik, maka pemberian pupuk organik dapat dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk dapat menyatu dengan tanah.
2.3. ERGONOMIKA DAN KESELAMATAN KERJA Ergonomi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang manusia dan interaksinya dengan sistem dan lingkungan kerjanya sehingga tercapai optimalisasi, efektifitas, efisiensi, kenyamanan dan produktifitas. Metode pendekatan dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dan sistem fasilitas. Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam). Jadi secara harafiah Ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu tentang kerja. Ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, management dan desain (Nurmianto, 1998). Di dalam Ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkunganya saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan manusia dengan sistem kerjanya. Seiring dengan perkembangan sistem dan teknologi kerja itu sendiri, maka berbagai hal yang mengkaji dan mengatur interaksi antara manusia sebagai pelaku atau tenaga kerja dengan peralatan, mesin ataupun lingkungan kerja berkembang menjadi suatu cabang ilmu tersendiri, yaitu Ergonomi. Pada dasarnya Ergonomi mempelajari interaksi antara manusia dengan sistem kerja dimana mereka beraktifitas atau bekerja. Dapat pula dikatakan bahwa terdapat dua hal yang menjadi pokok bahasan dalam pendekatan Ergonomi yakni manusia dan sistem kerjanya. Manusia sebagai pelaku kerja yang tentunya memiliki kemampuan dan keterbatasan. Amatlah penting mengkaji manusia sebagai elemen yang berinteraksi dengan sistem kerja, secara khusus dengan alat/mesin dan lingkungan kerja. Antara manusia dan sistem kerja diharapkan terjadi kecocokan (match) agar manusia dapat bekerja secara aman, sehat dan nyaman. Agar didapatkan kecocokan tersebut, maka interaksi manusia dan sistem kerja harus berada pada kondisi yang optimal. Apabila tercipta kondisi kerja yang terdapat kesesuaian maka produktifitas kerja akan meningkat. Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah karyawan yang tidak masuk kerja (absenteeism). Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal ini dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama ergonomi, antara lain memaksimalkan efisiensi karyawan, memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convenience) dan bersemangat, dan memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan (Gempur, 2004).
6
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia diperlukan multididiplin ilmu untuk menguraikan fenomena yang ada (Sutalaksana, 2000). Ergonomi pada dasarnya mermbutuhkan kajian multidisiplin yang secara langsung ataupun tidak, mendukung dan dapat dijadikan sumber informasi. Kajian keilmuan yang cukup dekat dengan kajian Ergonomi diantaranya Anthropometri, Biomekanik, Fisiologi, Psikologi, Perencanaan kerja, keteknikan, Biologi, manajemen, fisika dan lain-lain. Salah satu disiplin ilmu terapan yang banyak digunakan dalam analisis Ergonomi adalah Anthropometri. Anthropometri dalam perspektif Ergonomi berkenaan dengan pengukuran dimensi statik manusia. Data anthopometri dapat digunakan untuk optimasi dimensi berbagai macam benda yang sering digunakan manusia. Aplikasi Anthropometri dalam pendekatan Ergonomi diantaranya berguna dalam perancangan ruang kerja, desain produk yang nyaman bagi pengguna dan lain-lain. Biomekanik adalah suatu bidang Ergonomika yang berhubungan dengan pengukuran dinamik tubuh manusia, yang diantaranya menyangkut selang gerak anggota tubuh, kecepatan gerak, kekuatan dan aspek gerak anggota tubuh lainnya. Dalam sistem otot rangka, otot bekerja menggerakkan tulang untuk berotasi pada sendinya. Sistem ini dapat dideskripsikan menyerupai tuas sederhana, dengan otot umumnya beraksi pada jarak yang relatif pendek dari sendi untuk menghasilkan gaya eksternal pada jarak yang lebih besar. Otot beraksi untuk menghasilkan keuntungan mekanis dengan hanya berkontraksi untuk menghasilkan gerak pada anggota gerak tubuh manusia. Fisiologi berkenaan dengan fungsi hidup manusia. Dalam pendekatan Ergonomi, fisiologi terutama diperlukan untuk menganalisis kebutuhan dan konsumsi energi (Energy Cost) pada suatu aktifitas. Fisiologi kerja dalam Ergonomi berkenaan dengan kondisi dan reaksi fisiologis yang diakibatkan karena adanya beban atau tekanan (stress) eksternal saat melakukan suatu aktifitas/kerja. Contoh aplikasi fisiologi dalam Ergonomi diantaranya konsumsi energy untuk aktifitas kerja, pengukuran denyut jantung, pengukuran konsumsi oksigen pada suatu aktifitas kerja, pengukuran suhu tubuh, kelelahan otot dan lain-lain. Pada Pramana (2009), dikatakan bahwa kajian fisiologi kerja sangat terkait dengan beberapa indikator metabolik seperti denyut jantung (Cardiovascular), pernafasan (Respiratory), suhu tubuh (Body Temperature) dan aktifitas otot (Muscular Act). Dalam bidang teknik (Engineering), fokus ergonomi sangat erat berkaitan dengan kontekstualisasi aspek-aspek manusia di dalam proses perencanaan dan perancangan produk teknologi (alat, mesin, sistem produksi, lingkungan kerja, dll), termasuk pula dampaknya terhadap manusia sebagai pengguna atau operatornya. Oleh karena itu, ergonomi akan mengarahkan proses perancangan agar menghasilkan produk yang tidak saja memiliki kemampuan teknis yang lebih baik, tetapi juga produk yang sesuai dan serasi dengan kemampuan dan keterbatasan manusia sebagai pengguna ataupun operatornya. Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja menjadi penting dalam era ini karena banyak sekali aturan-aturan yang dibuat untuk menjamin hak pekerja untuk bekerja selamat dan sehat. Kecelakaan, dalam konteks Ergonomi dapat diartikan sebagai kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Konteks ‘tak terduga’, adalah karena di balik peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih dalam bentuk perencanaan. Sedangkan konteks ‘tidak diharapkan’, adalah karena peristiwa kecelakaan biasanya disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat (Suma’mur, 1987). Kecelakaan akibat kerja adalah
7
kecelakaan yang terkait dengan hubungan kerja pada perusahaan, sehingga kecelakaan dapat merupakan akibat langsung oleh suatu pekerjaan ataupun kejadian yang berlangsung pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1987).
2.4. BEBAN KERJA Setiap pekerjaan memiliki beban yang berbeda. Beban kerja merupakan beban seseorang ketika melakukan pekerjaan tertentu. Rasyani dalam Pramana (2009) menjelaskan bahwa beban kerja akan diketahui saat subjek menanggapi kerja dengan memberikan respon seperti denyut jantung yang tinggi atau keluarnya keringat. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja fisik manusia dalam menerima beban kerja, yaitu faktor personal dan lingkungan. Faktor personal yang mempengaruhi diantaranya usia, berat badan, jenis kelamin, tinggi badan, gaya hidup, status nutrisi, motovasi dan lain-lain. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi diantaranya polusi udara, kebisingan, faktor suhu dan ketinggian tempat. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengkaji beban kerja adalah pendekatan denyut jantung. Pada Pramana (2009), dikatakan bahwa untuk merepresentasikan beban kerja melalui pendekatan denyut jantung, terdapat dua terminologi beban kerja yang dapat dijadikan acuan, yaitu beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif adalah besar total energi yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas sedangkan beban kerja kualitatif adalah suatu indeks yang mengindikasikan berat atau ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh subjek. Terminologi beban kerja kuantitatif menggambarkan besaran terukur beban yang ditanggung subjek dalam melakukan suatu aktifitas, dalam hal ini konsumsi energi kerja (energy cost). Dalam melakukan aktifitas sehari-hari, manusia membutuhkan energi. Jumlah energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme tubuh secara keseluruhan saat melakukan aktifitas disebut dengan Total Energy Cost (TEC). Nilai TEC merupakan penjumlahan dari Basal metabolis Energy (BME) dan Work Energy Cost (WEC). Menurut Syuaib dalam Pramana (2009), BME merupakan konsumsi energi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi minimal fisiologisnya. Secara umum nilai BME dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan, jenis kelamin dan usia. WEC (Work Energy Cost) merupakan jumlah energi tambahan yang harus dikeluarkan oleh tubuh ketika melakukan suatu aktivitas kerja. Dalam terminologi energi kerja, terdapat Total Energy Cost per Weight (TEC’). TEC’ merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC’ perlu dihitung untuk mengetahui nilai TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Menurut Grandjean (1993), kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal : 1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal. Keterangan kebutuhan seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 100 kilo joule (23.87 kkal) per 24 jam per kg BB. Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 98 kilo joule (23.39 kkal) per 24 jam per kg BB. 2. Kebutuhan kalori untuk kerja. Kebutuhaan kalori untuk kerja sangat ditentukan oleh jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan. 3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas-aktivitas lain diluar jam kerja. Rata-rata kebutuhan kalori untuk aktivitas diluar kerja adalah ± 2400 kilo joule (573 kkal) untuk laki-laki dewasa dan sebesar 2000 – 2400 kilo joule (425 – 477 kkal) per hari untuk wanita dewasa.
8
Pada terminologi beban kerja kualitatif, pengkategorian tingkat beban kerja dilakukan berdasarkan rasio relatif beban kerja terhadap kemampuan atau kapasitas kerja seseorang (Pramana, 2009). Perbandingan relatif yang dijadikan tolok ukur dalam pengkategorian beban kerja adalah IRHR (increase ratio of heart rate). IRHR adalah indeks perbandingan relatif denyut jantung seseorang saat melakukan suatu aktifitas atau kerja terhadap denyut jantung saat beristirahat (Lovita, 2009). Tinggi rendahnya nilai IRHR mencerminkan tingkat beban kerja kualitatif dari suatu aktifitas. Kategori kualitatif beban kerja berdasarkan IRHR dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tabel 1. Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR Kategori
Nilai IRHR
Ringan 1.00 < IRHR < 1.25 Sedang 1.25 < IRHR < 1.50 Berat 1.50 < IRHR < 1.75 Sangat Berat 1.75 < IRHR < 2.00 Luar biasa berat 2.00 < IRHR (sumber : Syuaib dalam Pramana, 2009)
2.5. METODE STEP TEST Salah satu metode yang dapat digunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung adalah dengan menggunakan metode Step Test. Metode ini memiliki keunggulan diantaranya dapat dengan mudah mengatur selang beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku dan intensitas langkah. Disamping itu, metode ini dapat diaplikasikan di lapang berbeda dengan menggunakan sepeda ergonometer. Metode ini dapat digunakan dalam pengkalibrasian kurva denyut jantung saat bekerja dan denyut jantung yang ditetapkan sebelum bekerja. Dalam metode ini, beberapa faktor individual seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan harus diperhatikan sebagai faktor penting untuk menentukan karakteristik individu yang diukur.
2.6. KONSEP JAM KERJA (MANHOUR) Jam kerja adalah waktu yang dibutuhkan (dalam satuan jam) untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dan dalam lingkungan kerja yang dianggap terbaik pada saat itu. Pengukuran jam kerja dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, jam kerja dapat dihitung dengan pengukuran jam henti (Stop Watch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling). Pengukuran jam kerja secara tidak langsung dilakukan dengan mengetahui data waktu baku (Standard Time Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System). Dalam konsep jam kerja terdapat beberapa istilah,diantaranya waktu normal (Normal Working Hour), waktu baku (Standard Working Hour) dan waktu siklus (Cycle Time). Waktu normal adalah waktu penyelesaian kerja oleh pekerja dalam kondisi wajar dan dalam kondisi rata-rata. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaiki saat itu. Sedangkan waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari pemrosesan awal hingga suatu runutan pekerjaan terselesaikan.
9
III. METODE PENELITIAN
3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2010 yang berlokasi di areal persawahan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
3.2. SUBJEK PENELITIAN Subjek yang digunakan pada penelitian ini merupakan pekerja atau operator pada budidaya padi sawah. Pada pekerjaan budidaya yang berbeda, diperbolehkan menggunakan subjek yang berbeda pula. Akan tetapi pada metode budidaya yang diperbandingkan (organik dan konvensional), subjek yang dipilih haruslah subjek yang sama. Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan kondisi aktual yang biasa ditemukan di lapangan. Pekerjaan penanaman dilakukan oleh subjek perempuan, sedangkan pekerjaan lainnya dilakukan oleh subjek laki-laki. Tabel 2. Subjek penelitian untuk tiap tahapan pekerjaan budidaya padi Subjek
Jenis Kelamin
Usia (tahun)
Berat (kg)
Tinggi (cm)
Pekerjaan Budidaya
S1
Laki-laki
23
69
168
Pembibitan
S2
Laki-laki
22
59
161
S3
Laki-laki
22
54
170
S4
Laki-laki
47
55
154
S5
Laki-laki
51
69
158
S6
Laki-laki
37
58
159
S7
Perempuan
43
57
155
S8
Perempuan
49
72
157
S9
Perempuan
46
68
155
S10
Laki-laki
20
54
169
S11
Laki-laki
50
49
156
S12
Laki-laki
18
55
168
S13
Laki-laki
20
54
169
S14
Laki-laki
50
49
156
S15
Laki-laki
18
55
168
S16
Laki-laki
20
54
169
S17
Laki-laki
50
49
156
S18
Laki-laki
18
55
168
S19
Laki-laki
25
62
168
S20
Laki-laki
20
57
172
S21
Laki-laki
42
58
162
Pengolahan Tanah
Penanaman
Penyiangan
Pemupukan
Ngarit
Gebot
10
3.3. METODE Secara umum tahapan penelitian ini terdiri atas pengamatan pendahuluan, identifikasi subjek, pengukuran karakteristik fisik subjek, pengambilan data di lapang mencakup kalibrasi step test dan pengambilan data kerja budidaya padi, pengolahan data, analisis dan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Skema penelitian mulai dari pengamatan pendahuluan hingga didapat hasil dan kesimpulan tersaji pada Gambar 1. Pengamatan pendahuluan Identifikasi dan penetapan subjek
Pengukuran pendahuluan : karakteristik fisik subjek
Kalibrasi Step Test (KST) Analisis data denyut jantung
Grafik korelasi denyut jantung dengan beban kerja kuantitatif untuk masing-masing subjek
Aktifitas kerja di lahan
Pengukuran denyut jantung kerja
Pengukuran waktu kerja
Analisis data denyut jantung kerja
Analisis data waktu kerja
Analisis beban kerja dan konsumsi energi kerja untuk masing-masing aktifitas budidaya
Beban kerja Kuantitatif
Beban kerja Kualitatif
Analisis dan pembahasan
Analisis dan pembahasan
Hasil dan kesimpulan Gambar 1. Skema penelitian
3.3.1. Pengamatan pendahuluan Pengamatan pendahuluan dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual di lapang, persiapan untuk melakukan perancangan pengambilan data dan menentukan luasan petak percobaan yang sesuai. Budidaya padi sawah pada umumnya terdiri dari enam pekerjaan utama yakni pembibitan padi, pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan dan pemanenan. Baik budidaya padi secara organik maupun secara konvensional menggunakan pupuk
11
kimia, memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan. Dilihat dari segi tata cara budidaya, budidaya padi sawah organik hampir sama dengan budidaya padi sawah konvensional. Pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, dan pemanenan pada budidaya padi sawah organik dan konvensional dapat dikatakan sama dalam hal tata cara budidaya. Perbedaan tata cara budidaya padi sawah organik dibanding konvensional sangat jelas terlihat pada pemupukan, dimana baik jenis dan jumlah pupuk yang diberikan berbeda. Penyiangan gulma di sawah pada budidaya padi sawah organik dan konvensional sejatinya dapat dikatakan sama dalam hal tata cara. Akan tetapi pada penyiangan, disinyalir terdapat perbedaan jumlah gulma antara jumlah gulma di sawah pada budidaya padi organik dengan sawah pada budidaya padi konvensional pada parameter umur tanam dan kondisi lahan yang sama. Pada pengamatan pendahuluan pengamatan juga dilakukan terhadap karakteristik tanaman hasil budidaya padi baik pada sawah dengan metode budidaya organik maupun konvensional. Dari pengamatan tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang kasat mata antara tanaman hasil budidaya metode organik dan konvensional. Atas dasar hal tersebut, pengambilan data pada pekerjaan panen antara metode organik dan konvensional dilakukan pada petak sawah yang mewakili kedua metode budidaya tersebut. Pengambilan data pekerjaan budidaya padi yang mewakili metode organik dan konvensional juga berlaku untuk pekerjaan pembibitan, pengolahan tanah, penanaman dan panen. 3.3.2. Kalibrasi Step Test Pengukuran beban kerja fisik dan kebutuhan energi lebih praktis untuk dilakukan pada kondisi lapang dengan mempergunakan pengukuran denyut jantung. Tetapi walau bagaimanapun cara pengukuran ini memiliki kelemahan, karena hasil pengukuran tidak hanya dipengaruhi oleh usahausaha fisik, melainkan juga oleh kondisi dan tekanan mental. Kondisi lainnya adalah bervariasinya karakter denyut jantung pada setiap orang dan dapat pula terjadi penyimpangan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung ini adalah dengan mempergunakan metode step test (metode langkah), selain dari sepeda ergometer. Dengan metode step test dapat diusahakan suatu selang yang pasti dari beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku step test dan intensitas langkah. Metode ini juga lebih mudah, karena dapat dilakukan dimana-mana, terutama di lapang, dibandingkan dengan menggunakan ergometer. Step test mempunyai komponen pengukuran yang mudah, selalu sedia dimana saja dan kapan saja, sehingga dengan metode ini ketidakstabilan denyut jantung sesorang dapat dengan mudah dinalisa. Metode step test pada dasarnya dilakukan dengan mengukur denyut jantung saat melakukan pekerjaan naik turun sebuah bangku dengan ketinggian tertentu yaitu 40-50 cm (Suma’mur, 1986 ) atau 30 cm Herodian (1994)dan kecepatan tertentu (15-45 kali naik turun dalam satu menit). Pada penelitian ini, tinggi bangku yang digunakan adalah 25 cm, mengacu pada penelitian Pramana, 2009.
1. 2. 3. 4.
5.
Metoda step-test dilakukan dengan cara sebagai berikut: Atur metronome pada kecepatan yang diinginkan Siapkan alat pengukur denyut jantung dan memasangkannya pada salah seorang subyek Step test dilakukan seirama dengan bunyi metronome Denyut jantung mulai diukur mulai dari saat istirahat selama tiga menit, melakukan step test selama tiga menit dilanjutkan dengan saat melakukan kerja, kemudian istirahat selama tiga menit dan diakhiri dengan step test selama tiga menit Kegiatan dilakukan pada kecepatan metronome yang berbeda (frekuensi 15, 20, 25, 30 kali/menit)
12
6. Tenaga yang digunakan pada saat step test dapat dicari dengan persamaan:
(7)
Dimana: P = Daya (kal/detik) m = Massa (kg) g = Percepatan Gravitasi (m/dt2) s = Jarak (meter) t = Waktu (detik) 7. Rata-rata denyut jantung saat melakukan step test diplotkan dengan besarnya tenaga yang digunakan saat step test tersebut pada grafik kartesius untuk kemudian didapatkan persamaan korelasinya. KST dilakukan untuk mengetahui korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja dimana karakteristiknya pada setiap orang berbeda-beda. Tinggi bangku yang digunakan pada saat KST adalah 25 cm. Terdapat empat nilai frekuensi yang digunakan yakni 15 siklus/menit, 20 siklus/menit, 25 siklus/menit, dan 30 siklus/menit. Tiap siklus terdiri dari empat langkah kaki ketika naik-turun bangku. Untuk mengatur langkah agar sesuai dengan nilai frekuensi yang diinginkan, digunakan alat metronom yang dapat mengeluarkan bunyi dengan ritme tertentu. Pada saat melakukan KST, secara otomatis denyut jantung akan terekam di dalam HRM. Setelah KST selesai dilakukan, data kemudian ditransfer ke media komputasi dengan menggunakan Inte rface HRM. Dari data yang didapat, kemudian diplot ke dalam bentuk grafik untuk mempermudah pencarian denyut jantung rata-rata. Adapun ketentuan untuk menentukan nilai denyut jantung rata-rata baik saat KST ataupun kerja adalah sebagai berikut : a. Denyut jantung pada saat istirahat adalah denyut jantung rata-rata dari data stabil terendah, minimal enam data stabil. Data yang diambil adalah denyut jantung yang tidak berada pada menit-menit awal dan akhir. Hal ini dikarenakan pada menit awal dan akhir denyut jantung dikhawatirkan denyut jantung masih terpengaruh faktor psikologis. b. Pada saat KST, data yang diambil adalah denyut jantung tertinggi pada menit-menit akhir. Data yang diambil diusahakan data stabil minimal enam data.
13
Tata cara pengambilan data denyut jantung saat kalibrasi step test dilakukan sebagaimana tersaji pada Gambar 2. Mulai Istirahat (Rest) 1 : 10 menit Step Test 1 : 5 menit, 15 siklus/menit Istirahat (Rest) 2 : 5 menit Step Test 2 : 5 menit, 20 siklus/menit Istirahat (Rest) 3 : 5 menit Step Test 3 : 5 menit, 25 siklus/menit Istirahat (Rest) 4 : 5 menit Step Test 4 : 5 menit, 30 siklus/menit Istirahat (Rest) 5 : 5 menit Selesai Gambar 2. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kalibrasi step test Mengukur denyut jantung (heart rate = HR) selama melakukan suatu aktifitas lebih mudah dibandingkan dengan mengukur konsumsi oksigen. Terutama karena subyek tidak perlu mengenakan masker pernapasan. Perlengkapan pengukuran denyut jantung lebih ringan dan mudah dikenakan, serta dilengkapi pula dengan transmitter untuk mengirim sinyal outputnya ke alat pencatat. Perlengkapan pengukuran denyut jantung tersebut antara lain adalah Heart Rate Monitor (HRM) sebagaimana disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Heart Rate Monitor dan perlengkapannya Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan menggunakan HRM. Data HR kerja kemudian dipindahkan ke komputer dengan menggunakan HR Monitor Interface untuk diolah dan
14
dibuat dalam bentuk grafik. Perhitungan nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif dan valid. Normalisasi nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat bekerja terhadap nilai HR saat istirahat. Perbandingan tersebut dinamakan IRHR (Increase Ratio of Heart Rate). Perbandingan tersebut dirumuskan sebagai berikut :
(2)
Dimana : HR Work = Denyut jantung saat melakukan pekerjaan HR Rest = Denyut jantung saat istirahat Untuk mendapatkan nilai WEC, pertama-tama kita harus mendapatkan nilai WECST, yaitu nilai energi kerja yang digunakan saat melakukan Step Test. Irawan dalam Pramana, 2009 menjelaskan bahwa perhitungan WECST dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
" #$$$
Dimana : WECST = w= g = h = f =
!
%
(3)
Work Energy Cost Step Test (kkal/menit) Berat Badan (kg) Percepatan Gravitasi (9.81 m/s2) Tinggi Bangku Step Test (m) Frekuensi Step Test (siklus/menit)
Untuk mengkonversi nilai IRHR menjadi WEC pada saat melakukan aktifitas dapat dilakukan dengan cara membuat fungsi korelasi antara WECST terhadap IRHR. Irawan dalam Pramana (2009), menjelaskan bahwa dengan membuat grafik hubungan WECST dengan IRHR maka diperoleh persamaan untuk seorang subjek dengan bentuk umum :
Y = aX + b
(4)
Dimana : Y = IRHR X = WEC (kkal/menit) 3.3.3. Pengukuran beban kerja pada pekerjaan budidaya padi sawah Setelah melakukan pengukuran denyut jantung pada Kalibrasi Step Test (KST), selanjutnya dilakukan pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi sawah. Pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi sawah dilakukan menggunakan alat pengukur denyut jantung yang sama dengan alat yang digunakan pada KST. Pengambilan data denyut jantung (HR) saat melakukan aktifitas kerja di lapang dilaksanakan dengan tata cara seperti pada Gambar 4, sedangkan skema rancangan percobaan yang dilaksanakan untuk pengambilan data percobaan di lapangan disajikan pada Gambar 5.
15
Mulai
Istirahat (Rest) 1 : 10 menit Step Test : 5 menit Istirahat (Rest) 2 : 10 menit Work Istirahat (Rest) 3 : 10 menit Selesai Gambar 4. Bagan alir pengambilan data denyut jantung kerja
16
Pembibitan
S1
U1
U2
U3
S2
U1
U2
U3
S3
U1
U2
U3
Penanaman
Pengolahan Tanah
S1
U1
U2
U3
S2
U1
U2
U3
S3
U1
U2
U3
Konvensional Penyiangan Manual (Hand Weeding) Organik
Konvensional Penyiangan Semi Mekanis (Tool Weeding) Organik
Konvensional
S1
U1
U2
U3
S2
U1
U2
U3
S3
U1
U2
U3
S10
U1
U2
U3
S11
U1
U2
U3
S12
U1
U2
U3
S10
U1
U2
U3
S11
U1
U2
U3
S12
U1
U2
U3
S10
U1
U2
U3
S11
U1
U2
U3
S12
U1
U2
U3
S10
U1
U2
U3
S11
U1
U2
U3
S12
U1
U2
U3
S13
U1
U2
U3
S14
U1
U2
U3
S15
U1
U2
U3
S13
U1
U2
U3
S14
U1
U2
U3
S15
U1
U2
U3
S16
U1
U2
U3
S17
U1
U2
U3
S18
U1
U2
U3
S19
U1
U2
U3
S20
U1
U2
U3
S21
U1
U2
U3
Pemupukan Organik
Ngarit
Panen Notasi : Si, i = 1,2,3,...,21 S = Subjek Uj, j = 1,2,3 U = Ulangan
Gebot
Gambar 5. Bagan rancangan percobaan pengambilan data di lapang
17
Dari hasil KST, setiap subjek mempunyai persamaan korelasi antara denyut jantung dengan beban kerja saat step test yang berbeda-beda. Persamaan inilah yang digunakan untuk menduga nilai WEC pada saat bekerja. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan nilai IRHR kerja yang diperoleh pada saat pengukuran kedalam persamaan tersebut. Selanjutnya, energi total yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan (TEC) merupakan penjumlahan dari BME (Basal Metabolic Energy) dan WEC (Work Energy Cost). Sesuai terminologi kebutuhan energi kerja, Irawan (2009) menjelaskan bahwa TEC (Total Energy Cost) merupakan penjumlahan dari energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan (Work Energy Cost) dan energi yang dibutuhkan untuk menghidupi fungsi minimal fisiologi (Basal Metabolic Energy). Dijelaskan dalam persamaan berikut : TEC = WEC + BME
(5)
Dimana : TEC = Total Energy Cost (kkal/menit) WEC = Work Energy Cost (kkal/menit) BME = Basal Metabolic Energy (kkal/menit) Dalam terminologi kebutuhan energi kerja, terdapat istilah Total Energy Cost per Weight (TEC’). TEC’ merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC’ perlu dihitung untuk mengetahui nilai TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Satuan nilai TEC’ yang digunakan adalah kkal/kg.menit. Irawan dalam Pramana (2009) menjelaskan bahwa nilai TEC’ dapat dihitung dengan persamaan : '( ′
&
(6)
)
Dimana : TEC’ = Total Energy Cost Ternormalisasi ( kkal/kg.menit) TEC = Energy Cost (kkal/menit) w = Berat Badan (kg) 3.3.4. Pengukuran karakteristik fisik dan perhitungan BME (Basal Metabolic Energy) Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan menghitung dimensi tubuh, ditentukan oleh perhitungan kuasan tubuh, yang kemudian dapat dikonversi ke dalam volume oksigen (VO2). Dalam persamaan oksidasi metabolik, diketahui bahwa setiap konsumsi satu liter oksigen (O2) adalah setara dengan energi tubuh sebesar 5 kal energi (Sanders dalam Pramana, 2009). Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persaman Du’Bois (Syuaib dalam Pramana, 2009) : A = H0.725 x W 0.425 x 0.007246 Dimana : A = Luas permukaan tubuh (m2) H = Tinggi badan (cm) W = berat badan (kg)
(1)
18
Tabel 3. Konversi BME ekivalen VO2 Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1.1
136
137
138
140
141
142
143
145
146
147
1.2
148
150
151
152
153
155
156
157
158
159
1.3
161
162
162
164
166
167
168
169
171
172
1.4
173
174
176
177
178
179
181
182
183
184
1.5
186
187
188
189
190
192
193
194
195
197
1.6
198
199
200
202
203
204
205
207
208
209
1.7
210
212
213
214
215
217
218
219
220
221
1.8
223
224
225
226
228
229
230
231
233
234
1.9
235
236
238
239
240
241
243
244
245
246
1/100 2
m
(Sumber : Syuaib dalam Pramana, 2009) 3.3.5. Pengukuran Jam Kerja Pengukuran jam kerja pada penelitian ini dilakukan dengan metode pengukuran langsung, menggunakan Stop Watch. Keunggulan dari metode ini terletak pada kemudahan dan keakuratan pada pengambilan data. Dengan mengukur secara langsung, maka penguraian keseluruhan aktifitas menjadi elemen-elemen diperlukan untuk kemudian didapatkan nilai jam kerja petani yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya padi sawah ini. Sebelum pengukuran dimulai, terlebih dahulu diperlukan pemahaman akan kondisi dan metode pekerjaan yang akan diukur.
3.4. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Heart Rate Monitor (HRM) 2. Interface HRM 3. Meteran 4. Stop Watch 5. Metronome Digital 6. Bangku Step Test 7. Timbangan berat badan 8. Unit Komputer sebagai media pengolahan data.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, data empirik yang diambil dari lapangan terdiri atas data denyut jantung dan data kebutuhan jam orang kerja pada rangkaian aktifitas pada proses budidaya padi sawah. Data denyut jantung sendiri terdiri atas data denyut jantung pada saat kalibrasi dan data denyut jantung pada saat kerja. Rangkaian kegiatan pengambilan data di lapangan secara umum dilakukan sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
4.1. DENYUT JANTUNG KALIBRASI STEP TEST (KST) Sebelum melakukan pengukuran denyut jantung pada KST, perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data karakteristik fisik subjek. Adapun parameter fisik yang diukur dari subjek dalam hal ini adalah tinggi badan dan berat badan. Data tersebut digunakan untuk menghitung luas permukaan tubuh subjek agar dapat diketahui nilai BME, dari pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME ekivalen VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh (Tabel 3). Berikut adalah contoh perhitungan nilai BME subjek dari data antropometri : Contoh perhitungan untuk subjek S10 : H = 169 cm W = 54 kg A = H0.725 x W 0.425 x 0.007246 = {(169) 0.725 x (54) 0.425 x 0.007246} = 1.628 m2 VO2 = 202 liter/menit [Tabel 3] BME = (202 x 5 x 1) / 1000 [konversi nilai BME dari VO2] = 1.010 kkal/menit
Gambar 6. Pengambilan data denyut jantung KST
20
Tabel 4. Karakteristik antropometri dan nilai BME masing-masing subjek Subjek
Jenis Kelamin
Usia (tahun)
Berat (kg)
Tinggi (cm)
A (m2)
BME (kkal/menit)
S1
Laki-laki
23
69
168
1.799
1.115
S2
Laki-laki
22
59
161
1.632
1.010
S3
Laki-laki
22
54
170
1.635
1.010
S4
Laki-laki
47
55
154
1.534
0.945
S5
Laki-laki
51
69
158
1.720
1.065
S6
Laki-laki
37
58
159
1.605
0.990
S7
Perempuan
43
57
155
1.564
0.965
S8
Perempuan
49
72
157
1.744
1.075
S9
Perempuan
46
68
155
1.686
1.045
S10
Laki-laki
20
54
169
1.628
1.010
S11
Laki-laki
50
49
156
1.474
0.910
S12
Laki-laki
18
55
168
1.633
1.010
S13
Laki-laki
20
54
169
1.628
1.010
S14
Laki-laki
50
49
156
1.474
0.910
S15
Laki-laki
18
55
168
1.633
1.010
S16
Laki-laki
20
54
169
1.628
1.010
S17
Laki-laki
50
49
156
1.474
0.910
S18
Laki-laki
18
55
168
1.633
1.010
S19
Laki-laki
25
62
168
1.719
1.065
S20
Laki-laki
20
57
172
1.687
1.045
S21
Laki-laki
42
58
162
1.627
1.010
Berikut ini merupakan grafik pengukuran denyut jantung KST untuk salah satu subjek (grafik untuk subjek lainnya dapat dilihat pada lampiran).
ST1
R2 ST2
R3 ST3
R4 ST4
R5
140 120 100 80 60 40 20 0
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR P1 HRKST KST Subjek subjek S1 R1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Waktu (menit)
Gambar 7. Hasil pengukuran denyut jantung kalibrasi Step Test Subjek S1
Dari grafik, terlihat bahwa pada awal pengukuran, denyut jantung subjek cenderung tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh penyesuaian subjek dengan alat ukur. Terlihat pula, peningkatan laju denyut jantung sesuai dengan peningkatan frekuensi naik-turun pada KST. Setiap nilai frekuensi step test
21
dilakukan selama lima menit yang diselangi dengan 5 menit istirahat, kecuali pada istirahat pertama yang dilakukan selama 10 menit. Hal ini dilakukan agar didapatkan nilai denyut jantung terendah sunjek ketika tidak melakukan kerja. Nilai denyut jantung istirahat pertama digunakan sebagai pembanding dari nilai denyut jantung saat bekerja atau saat melakukan step test. Denyut jantung pada istirahat pertama cenderung lebih kecil dari denyut jantung pada saat istirahat setelahnya dikarenakan subjek sama sekali belum melakukan kerja. Pengambilan data KST dilakukan pagi hari saat subjek belum melakukan kerja berat sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias data. Seperti yang telah disebutkan, KST diperlukan untuk menunjukkan hubungan antara denyut jantung dengan kenaikan beban kerja. Dari hasil pengukuran tersebut, nilai HR saat step test dibandingkan dengan nilai HR saat istirahat untuk memperoleh nilai IRHR step test. Nilai WECST, yang merupakan nilai konsumsi energi subjek untuk proses metabolisme tubuh dan melakukan kerja perlu dihitung untuk membuat grafik dan persamaan daya dengan nilai IRHR. Nilai WECST dapat dihitung dengan pendekatan prinsip tenaga. Diasumsikan, pada saat melakukan step test subjek sedang berjalan menaiki tangga dengan membawa beban sejumlah berat tubuhnya sendiri. Salah satu contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai WECST adalah sebagai berikut : Subjek S10 : w = 54 kg g = 9.81 m/detik2 h = 0.25 m Faktor Kalibrasi (J à kalori) = 1/4.2 ) * * + * ,
* -...
fST1 = 15 siklus/menit fST2 = 20 siklus/menit fST3 = 25 siklus/menit fST4 = 30 siklus/menit
%
/ * 01- * ./ * , % * -...
WECST1 WECST2 WECST3 WECST4
= = = =
0.946 kkal/menit 1.261 kkal/menit 1.577 kkal/menit 1.892 kkal/menit
Pada subjek lain, cara perhitungan yang sama dapat diterapkan. Nilai WECST untuk subjek lain dapat dilihat pada lampiran. Hubungan antara WECST dan IRHR kemudian diplot dalam grafik. Grafik hubungan antara WECST dan IRHR subjek S10 dapat dilihat pada gambar di bawah ini (grafik untuk subjek lain dapat dilihat pada bagian lampiran). Setiap subjek memiliki kemiringan grafik tersendiri yang merepresentasikan kenaikan IRHR terhadap kenaikan nilai WECST. Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa semakin curam kemiringan garisnya, maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap perubahan tingkat beban kerja, dan berlaku sebaliknya.
22
S10 2.00 y = 0.5235x + 0.8058 R² = 0.9761
1.50 1.00 0.50 0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
Gambar 8. Grafik korelasi IRHR dan WECST Subjek S10 pada KST Tabel 5. Nilai HR subjek pada KST Subjek
HR R1
ST1
R2
ST2
R3
ST3
R4
ST4
R5
S1
73.31
100.11
76.11
106.13
77.75
111.90
84.27
119.57
82.94
S2
72.21
98.8
73.75
106.28
78.37
115.89
80.22
122.05
83.63
S3
74.61
102.10
75.13
104.93
79.50
112.06
80.19
118.57
82.91
S4
69.63
98.36
75.33
104.58
77.27
110.94
78.56
122.86
84.89
S5
74.81
99.73
76.25
104.33
76.88
108.40
80.21
111.27
80.77
S6
75.15
100.44
78.57
106.09
76.88
116.36
80.48
122.55
78.11
S7
71.17
97.58
78.08
109.31
83.29
127.94
85.77
141.08
89.88
S8
71.92
98.48
74.08
105.91
79.11
110.50
81.15
115.17
83.78
S9
73.82
106.43
76.10
113.89
83.31
118.55
78.90
120.97
80.56
S10
74.12
97.92
76.36
105.32
80.06
123.09
81.730
132.79
85.57
S11
71.89
97.64
75.75
106.88
82.20
113.42
83.75
118.81
85.73
S12
70.33
96.62
77.67
105.40
80.17
115.64
80.08
121.08
83.25
S13
74.12
97.92
76.36
105.32
80.06
123.09
81.73
132.79
85.57
S14
71.89
97.64
75.75
106.88
82.20
113.42
83.75
118.81
85.73
S15
70.33
96.62
77.67
105.40
80.17
115.64
80.08
121.08
83.25
S16
74.12
97.92
76.36
105.32
80.06
123.09
81.73
132.79
85.57
S17
71.89
97.64
75.75
106.88
82.20
113.42
83.75
118.81
85.73
S18
70.33
96.62
77.67
105.40
80.17
115.64
80.08
121.08
83.25
S19
72.50
102.27
78.09
104.36
77.90
109.75
76.40
117.27
81.38
S20
72.38
100.63
78.30
106.25
74.78
108.80
79.06
115.18
79.25
S21
72.27
96.56
76.25
104.70
74.70
110.72
80.64
121.09
80.06
23
Tabel 6. Nilai IRHR dan WECST subjek pada KST ST1 (15
siklus
/menit)
ST2 (20 siklus/menit)
ST3 (25 siklus/menit)
ST4 (30 siklus/menit)
Subjek
IRHR
WECST (kkal/menit)
IRHR
WECST (kkal/menit)
IRHR
WECST (kkal/menit)
IRHR
WECST (kkal/menit)
S1
1.37
1.21
1.45
1.61
1.53
2.01
1.63
2.42
S2
1.37
1.03
1.47
1.38
1.60
1.72
1.69
2.07
S3
1.37
0.95
1.41
1.26
1.50
1.58
1.59
1.89
S4
1.41
0.96
1.50
1.28
1.59
1.61
1.76
1.93
S5
1.33
1.21
1.39
1.61
1.45
2.01
1.49
2.42
S6
1.34
1.02
1.41
1.35
1.55
1.69
1.63
2.03
S7
1.37
1.00
1.54
1.33
1.80
1.66
1.98
2.00
S8
1.37
1.26
1.47
1.68
1.54
2.10
1.60
2.52
S9
1.44
1.19
1.54
1.59
1.61
1.99
1.64
2.38
S10
1.32
0.95
1.42
1.26
1.66
1.58
1.79
1.89
S11
1.36
0.86
1.49
1.14
1.58
1.43
1.65
1.72
S12
1.37
0.96
1.50
1.28
1.64
1.61
1.72
1.93
S13
1.32
0.95
1.42
1.26
1.66
1.58
1.79
1.89
S14
1.36
0.86
1.49
1.14
1.58
1.43
1.65
1.72
S15
1.37
0.96
1.50
1.28
1.64
1.61
1.72
1.93
S16
1.32
0.95
1.42
1.26
1.66
1.58
1.79
1.89
S17
1.36
0.86
1.49
1.14
1.58
1.43
1.65
1.72
S18
1.37
0.96
1.50
1.28
1.64
1.61
1.72
1.93
S19
1.41
1.09
1.44
1.45
1.51
1.81
1.62
2.17
S20
1.39
1.00
1.47
1.33
1.50
1.66
1.59
2.00
S21
1.34
1.02
1.45
1.35
1.53
1.69
1.68
2.03
24
Tabel 7. Persamaan nilai IRHR terhadap WEC tiap subjek Persamaan Kalibrasi Subjek (y = IRHR ; x = WEC) R2 S1
y = 0.217x + 1.098
0.995
S2
y = 0.319x + 1.038
0.993
S3
y = 0.240x + 1.125
0.972
S4
y = 0.327x + 1.052
0.970
S5
y = 0.128x + 1.183
0.989
S6
y = 0.300x + 1.023
0.987
S7
y = 0.520x + 0.728
0.992
S8
y = 0.180x + 1.152
0.984
S9
y = 0.164x + 1.262
0.948
S10
y = 0.523x + 0.805
0.976
S11
y = 0.340x + 1.080
0.984
S12
y = 0.370x + 1.024
0.986
S13
y = 0.523x + 0.805
0.976
S14
y = 0.340x + 1.080
0.984
S15
y = 0.370x + 1.024
0.986
S16
y = 0.523x + 0.805
0.976
S17
y = 0.340x + 1.080
0.984
S18
y = 0.370x + 1.024
0.986
S19
y = 0.191x + 1.182
0.944
S20
y = 0.191x + 1.200
0.976
S21
y = 0.325x + 1.002
0.989
Tabel 7 di atas menunjukkan persamaan yang merupakan hubungan antara IRHR dengan nilai WEC saat melakukan kalibrasi step test. Persamaan tersebut berbeda untuk setiap subjek, akan tetapi secara umum dapat terlihat bahwa keseluruhan subjek memiliki respon yang hampir sama terhadap kenaikan frekuensi step test. Dari persamaan ini, nantinya, nilai WEC saat melakukan kerja lainnya dapat diketahui dengan menginputkan nilai IRHR saat bekerja tersebut.
4.2. PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI KERJA Pengukuran konsumsi kerja dilakukan pada enam jenis kegiatan budidaya padi sawah dan dilakukan analisis komparatif pada kegiatan pemupukan dan penyiangan antara budidaya padi sawah organik dengan budidaya padi sawah konvensional. Pengukuran konsumsi energi kerja pada pekerjaan budidaya padi sawah dilakukan dengan pendekatan denyut jantung. Pada pengukuran konsumsi energi kerja, metode pengambilan data yang digunakan hampir sama dengan pengambilan data pada saat kalibrasi step test. Setelah data dari HRM dipindahkan ke komputer maka data selanjutnya data ditampilkan dalam grafik. Penentuan nilai HR rata-rata saat istirahat dan kerja dilakukan dengan ketentuan yang sama dengan penentuan nila HR rata-rata saat istirahat dan kerja pada sat KST.
25
4.2.1. Pembibitan Pembibitan mencakup pengayakan tanah, penempatan tanah dan benih dalam wadah, dan penyiraman satu kali. Data denyut jantung yang diambil adalah rata-rata sub-pekerjaan tersebut. Subjek pada pengambilan data denyut jantung kerja adalah subjek S1, S2 dan S3, dengan karakteristik antropometri yang tertera pada Tabel 4. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S2 ulangan ketiga pengambilan data pembibitan terlihat pada grafik di bawah ini. Grafik lengkap untuk subjek lain dan ulangan lain dapat dilihat pada Lampiran. Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi total energi kerja (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC’) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek.
Gambar 9. Pekerjaan pembibitan
HRHR Pembibitan UlanganKe-3 Ke-3 PembibitanSubjek Subjek S2 P2 Ulangan Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R1
ST
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 10. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S2 ulangan ke-3 pada pembibitan
26
Tabel 8. Data denyut jantung dan IRHR pembibitan padi sawah Subjek
Ulangan
S1
S2
S3
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
Rerata IRHR kerja
1
72.92
102.89
75.50
102.07
75.80
1.41
1.40
1.38
2
73.13
104.91
78.00
107.14
77.75
1.34
1.37
3
74.50
105.50
71.00
101.67
79.25
1.42
1.36
1
70.60
105.15
74.89
104.50
77.00
1.49
1.48
2
72.18
103.63
77.70
107.73
78.06
1.33
1.39
3
73.20
101.94
77.50
105.25
77.33
1.39
1.44
1
72.17
103.80
77.70
98.69
78.75
1.44
1.37
2
73.64
105.13
77.15
94.64
75.92
1.36
1.29
3
73.62
104.92
77.89
96.95
79.47
1.43
1.32
Rerata
1.43
1.32
1.38 Tabel 9. Data konsumsi energi kerja pada pembibitan padi sawah
Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S1
69
1.379
Sedang
1.115
1.296
2.411
2.097
S2
59
1.435
Sedang
1.010
1.244
2.254
1.960
S3
54
1.323
Sedang
1.010
0.826
1.836
1.596
1.045
1.122
2.167
1.884
Rerata
1.379
4.2.2. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan setelah tanah dibiarkan bera kira-kira 15-30 hari setelah panen. Pekerjaan pengolahan tanah ini dilakukan pada kondisi lahan cukup air, untuk mempermudah pembajakan dan mengurangi kekuatan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak singkal. Posisi vertikal bajak singkal diatur untuk mendapatkan kedalaman olah yang diinginkan. Subjek pada pengambilan data denyut jantung kerja adalah subjek S4, S5 dan S6, dengan karakteristik antropometri yang tertera pada Tabel 4. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S6 ulangan kedua pengambilan data terlihat pada gambar 12 di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera pada lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai total konsumsi energi kerja (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai total konsumsi energi kerja ternormalisasi (TEC’) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek.
27
Gambar 11. Pekerjaan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR TanahSubjek SubjekP6S6Ulangan Ulangan Ke-2 HRPengolahan Pengolahan Tanah Ke-2 ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 12. Hasil pengukuran denyut jantung subjek S6 ulangan ke-2 pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Tabel 10. Data denyut jantung dan IRHR pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Subjek
S4
S5
S6
Rerata
Ulangan
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
70.30
100.50
78.33
120.38
77.33
1.43
1.71
2
73.40
104.94
78.63
115.62
77.88
1.33
1.47
3
76.38
104.08
75.50
120.04
81.00
1.36
1.57
1
76.17
103.71
75.82
117.93
77.25
1.36
1.55
2
73.17
104.15
75.50
114.42
76.25
1.38
1.52
3
71.69
105.53
74.90
117.63
77.71
1.47
1.64
1
72.57
104.60
73.86
126.23
81.17
1.44
1.74
2
73.67
99.00
79.10
121.38
79.05
1.25
1.53
3
74.50
101.29
77.00
112.16
78.25
1.36
1.51
Rerata IRHR kerja 1.58
1.57
1.59
1.58
28
Tabel 11. Data konsunsi energi kerja pada pengolahan tanah menggunakan traktor tangan Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S4
55
1.585
Berat
0.945
1.630
2.575
2.809
S5
69
1.568
Berat
1.065
3.009
4.074
3.543
S6
58
1.593
Berat
0.990
1.900
2.890
2.990
1.000
2.180
3.180
3.114
Rerata
1.582
4.2.3. Penanaman Pekerjaan penanaman atau biasa disebut tanam mundur (tandur) adalah pekerjaan penancapan bibit padi disawah yang telah diolah dan siap ditanami. Penanaman dilakukan dengan cara manual dengan jarak tanam tertentu, dalam hal ini 25 cm. Subjek pada pengambilan data denyut jantung kerja adalah subjek S7, S8 dan S9, dengan karakteristik antropometri yang tertera pada Tabel 4. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S9 ulangan ke-3 pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di Lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai total konsumsi energi kerja (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC’) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek.
Gambar 13. Pekerjaan penanaman HR Penanaman HR Tandur Subjek Subjek P9 S9 Ulangan Ulangan Ke-3Ke-3 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R1
ST
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 14. Hasil pengukuran denyut jantung pada kegiatan penanaman subjek S9 ulangan ke-3
29
Tabel 12. Data denyut jantung pada pekerjaan penanaman Subjek
Ulangan
S7
S8
S9
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
74.85
108.50
77.58
113.18
78.25
1.45
1.51
2
75.67
111.71
77.09
103.13
79,62
1.48
1.36
3
76.21
109.12
78.75
113.85
80.36
1.43
1.49
1
78.38
109.69
79.79
114.15
79.45
1.40
1.46
2
77.25
112.60
76.30
122.36
78.05
1.46
1.58
3
75.31
102.17
78.08
119.38
78.83
1.36
1.59
1
72.53
101.83
75.57
116.18
78.31
1.40
1.60
2
72.40
104.73
75.60
116.56
78.25
1.45
1.61
3
71.67
104.22
75.44
112.29
78.11
1.45
1.57
Rerata
Rerata IRHR kerja 1.46
1.54
1.59
1.53 Tabel 13. Data konsumsi energi kerja pada pekerjaan penanaman
Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S7
57
1.456
Sedang
0.965
1.401
2.366
2.490
S8
72
1.542
Berat
1.075
2.165
3.240
2.700
S9
68
1.593
Berat
1.045
2.017
3.062
2.702
1.028
1.861
2.889
2.631
Rerata
1.530
4.2.4. Penyiangan Penyiangan dilakukan baik secara manual (hand weeding) maupun secara semimekanis dengan alat (tool weeding). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dilakukan pengambilan data penyiangan pada budidaya padi konvensional dan budidaya padi organik dengan menggunakan kedua metode penyiangan baik manual maupun semimekanis. Kondisi lahan dan tanaman padi sawah pada budidaya padi konvensional dan organik diusahakan sama, yakni memiliki tanaman dengan varietas yang sama, umur tanam sama (30 hari setelah tanam) dan kondisi lahan tergenang air (macak-macak). Pengambilan data penyiangan dilakukan dengan subjek S10, S11, dan S12. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung beberapa subjek dan ulangan tertentu pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi energi kerja total (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC’) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek.
30
Gambar 15. Pekerjaan penyiangan semi mekanis (kiri) dan manual (kanan)
HR Tool Weeding Organik Subjek P12 Ulangan Ke-1
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Tool Weeding Organik Subjek S12 Ulangan Ke-1 ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 16. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode organik subjek S12 ulangan ke-1
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Tool Weeding Konvensional S10Ulangan Ulangan Ke-1 HR Tool Weeding KonvensionalSubjek Subjek P10 Ke-1 ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 17. Hasil pengukuran denyut jantung pada tool weeding metode konvensional subjek S10 ulangan ke-1
31
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Hand P11 Ulangan Ke-3 Hand Weeding WeedingOrganik OrganikSubjek Subjek S11 Ulangan Ke-3 ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 18. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode organik subjek S11 ulangan ke-3
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HRHand HandWeeding Weeding Konvensional Konvensional Subjek Ke-3 HR SubjekP10 S10Ulangan Ulangan Ke-3 ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 19. Hasil pengukuran denyut jantung pada hand weeding metode konvensional subjek S10 ulangan ke-3
Tabel 14. Data denyut jantung pada tool weeding metode organik Subjek
S10
S11
S12
Rerata
Ulangan
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
76.08
107.00
73.57
116.24
74.89
1.41
1.53
2
74.36
105.63
75.17
109.60
76.13
1.42
1.47
3
72.14
106.72
71.21
109.89
76.86
1.48
1.52
1
68.54
91.00
66.76
116.62
71.10
1.33
1.70
2
69.12
99.33
74.45
114.47
73.71
1.44
1.66
3
73.13
100.50
74.40
116.22
73.81
1.37
1.59
1
7131
105.35
73.78
115.12
74.83
1.48
1.61
2
72.22
104.67
76.45
115.10
74.64
1.45
1.59
3
71.86
101.40
74.75
115.29
73.00
1.41
1.60
Rerata IRHR kerja 1.51
1.65
1.60
1.59
32
Tabel 15. Denyut jantung pada tool weeding metode konvensional Subjek
S10
S11
S12
Ulangan
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
71.33
102.31
75.60
116.71
77.63
1.43
1.64
2
71.42
103.92
76.44
114.67
78.25
1.46
1.61
3
71.45
99.44
77.63
109.25
78.20
1.39
1.53
1
74.14
100.79
77.10
105.50
78.60
1.36
1.42
2
74.11
102.24
73.17
113.08
73.86
1.38
1.53
3
74.00
101.90
77.33
120.13
77.88
1.38
1.62
1
73.82
106.36
78.14
109.08
78.82
1.44
1.48
2
71.85
98.93
77.45
113.33
76.80
1.38
1.58
3
73.67
101.86
80.50
114.44
83.46
1.38
1.55
Rerata
Rerata IRHR kerja 1.59
1.52
1.54
1.55 Tabel 16. Data denyut jantung pada hand weeding metode organik
Subjek
S10
S11
S12
Ulangan
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
71.46
102.17
77.27
121.29
77.40
1.43
1.70
2
75.13
105.13
78.73
121.00
79.89
1.40
1.61
3
77.56
105.82
78.86
125.56
78.57
1.36
1.62
1
73.78
104.11
75.56
118.70
79.78
1.41
1.61
2
74.86
98.10
74.83
113.42
75.43
1.31
1.52
3
74.29
104.00
77.83
113.55
76.29
1.40
1.53
1
73.88
102.50
78.13
109.31
80.00
1.39
1.48
2
74.33
100.70
76.71
112.50
80.89
1.35
1.51
3
74.40
101.90
76.89
120.08
78.86
1.37
1.61
Rerata
Rerata IRHR kerja 1.64
1.55
1.54
1.58 Tabel 17. Data denyut jantung pada hand weeding metode konvensional
Subjek
S10
S11
S12
Rerata
Ulangan
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
70.75
102.90
75.88
115.09
79.07
1.45
1.63
2
73.13
100.92
72.00
104.90
78.33
1.40
1.46
3
75.25
102.05
77.21
116.37
80.31
1.36
1.55
1
73.38
98.80
75.75
115.60
78.50
1.35
1.58
2
78.13
103.88
78.11
113.64
81.79
1.33
1.45
3
78.50
103.09
77.33
111.67
79.30
1.31
1.42
1
75.33
103.75
77.71
115.08
78.73
1.38
1.53
2
73.29
102.40
73.78
109.06
78.13
1.40
1.49
3
73.21
100.09
76.30
106.67
78.20
1.37
1.46
Rerata IRHR kerja 1.54
1.48
1.49
1.51
33
Tabel 18. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode organik Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S10
54
1.508
Berat
1.010
1.345
2.355
2.616
S11
49
1.649
Berat
0.910
1.673
2.583
3.163
S12
55
1.604
Berat
1.587
Rerata
1.010
1.568
2.578
2.812
0.977
1.529
2.505
2.864
Tabel 19. Data konsumsi energi kerja pada tool weeding metode konvensional Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S10
54
1.590
Berat
1.010
1.501
2.511
2.790
S11
49
1.524
Berat
0.910
1.306
2.216
2.714
S12
55
1.536
Berat
1.010
1.384
2.394
2.612
0.977
1.397
2.374
2.705
1.550
Rerata
Tabel 20. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode organik Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S10
54
1.64
Berat
1.010
1.601
2.611
2.901
S11
49
1.55
Berat
0.910
1.385
2.295
2.810
S12
55
1.54
Berat
1.010
1.383
2.393
2.611
0.977
1.456
2.433
2.774
1.576
Rerata
Tabel 21. Data konsumsi energi kerja pada hand weeding metode konvensional Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S10
54
1.543
Berat
1.010
1.412
2.422
2.691
S11
49
1.484
Sedang
0.910
1.189
2.099
2.570
S12
55
1.491
Sedang
1.010
1.262
2.272
2.478
0.977
1.288
2.264
2.580
Rerata
1.506
4.2.5. Pemupukan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengambilan data pekerjaan pemupukan dilakukan pada budidaya padi konvensional dan budidaya padi organik. Pemupukan dilakukan manual dengan tenaga manusia, dalam hal ini subjek S13, S14 dan S15. Pemupukan padi dengan metode organik di lahan dilakukan dengan menaburkan pupuk kompos organik dengan dosis yang telah ditentukan sesuai dengan luasan petak percobaan. Sama halnya dengan pemupukan metode organik, pemupukan pada budidaya padi sawah konvensional juga dilakukan manual dengan menebar pupuk kimia di lahan dengan dosis yang telah ditentukan. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung subjek S15 ulangan ke-3 pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di Lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan
34
nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi energi kerja total (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC’) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek.
Gambar 20. Pekerjaan pemupukan metode organik (kiri) dan konvensional (kanan)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Pemupukan Organik Subjek S15 Ulangan HR Pemupukan Organik Subjek P12 Ulangan Ke-3 Ke-3 ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 21. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode organik subjek S15 ulangan ke-3
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Konvensional Subjek SubjekP12 S15Ulangan UlanganKe-2 Ke-2 HRPemupukan Pemupukan Konvensional ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 22. Hasil pengukuran denyut jantung pada pemupukan metode konvensional subjek S15 ulangan ke-2
35
Tabel 22. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode organik Subjek
Ulangan
S13
S14
S15
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
65.63
101.13
70.18
106.00
77.63
1.54
1.62
2
74.10
101.63
72.00
103.22
77.61
1.37
1.39
3
74.92
102.13
71.57
106.70
71.22
1.36
1.42
1
71.38
92.43
71.28
103.41
73.63
1.29
1.45
2
73.03
102.18
77.63
104.67
76.69
1.40
1.43
3
70.38
100.63
72.29
99.63
72.36
1.43
1.42
1
70.58
100.43
74.22
111.59
77.18
1.42
1.58
2
73.76
102.09
75.83
116.33
75.29
1.38
1.58
3
73.91
103.09
75.71
115.33
74.00
1.39
1.56
Rerata
Rerata IRHR kerja 1.48
1.43
1.57
1.49 Tabel 23. Data denyut jantung pada pekerjaan pemupukan metode konvensional
Subjek
Ulangan
S13
S14
S15
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
71.33
102.31
75.60
108.00
78.64
1.43
1.51
2
71.42
103.92
76.44
107.50
78.93
1.46
1.51
3
71.45
99.44
77.63
109.25
78.25
1.39
1.53
1
73.13
98.67
81.63
112.38
80.33
1.35
1.54
2
75.13
101.10
78.20
106.07
78.71
1.35
1.41
3
75.75
100.78
77.86
107.69
78.33
1.33
1.42
1
76.86
104.80
75.14
110.06
79.50
1.36
1.43
2
72.45
107.10
79.11
111.38
76.54
1.48
1.54
3
72.17
104.69
77.75
106.25
82.07
1.45
1.47
Rerata
Rerata IRHR kerja 1.52
1.46
1.48
1.48 Tabel 24. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode organik
Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S13
54
1.477
Sedang
1.010
1.286
2.296
2.551
S14
49
1.430
Sedang
0.910
1.029
1.939
2.375
S15
55
1.573
Berat
1.010
1.483
2.493
2.720
0.977
1.266
2.243
2.549
Rerata
1.493
36
Tabel 25. Data konsumsi energi kerja pekerjaan pemupukan metode konvensional Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
S13
54
1.516
Berat
1.010
1.360
2.370
2.633
S14
49
1.457
Sedang
0.910
1.108
2.018
2.471
S15
55
1.480
Sedang
1.010
1.231
2.241
2.445
0.977
1.233
2.210
2.516
Rerata
1.484
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
4.2.6. Panen Panen terdiri atas dua kegiatan utama yaitu pemotongan malai padi dengan arit (ngarit) dan perontokan gabah dari malai padi. Pemotongan dilakukan secara manual dengan alat potong berupa pisau tajam berbentuk lengkung yang disebut ngarit. Perontokan padi dilakukan dengan cara membanting-bantingkan malai padi pada landasan kayu. Pekerjaan tersebut biasa disebut gebot. Pengambilan data pemanenan dilakukan secara terpisah antara kegiatan ngarit dan gebot. Sebelumn ya dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah kondisi dan tata cara panen pada budidaya padi konvensional dengan budidaya padi metode organik secara umum sama. Dari pengamatan didapatkan bahwa jarak tanam pada budidaya padi sawah sistem organik dan konvensional sama, yakni 25 cm dengan jumlah tanaman padi tiap 1 m2 secara umum sama yakni 25 tanaman. Selain itu, berat dan besar kumpulan malai padi tiap titik tanam antara sistem padi organik dan konvensional dapat dikatakan sama. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjeknya. Grafik denyut jantung beberapa subjek dan ulangan tertentu pengambilan data terlihat pada grafik di bawah ini (grafik untuk subjek dan ulangan lainnya tertera di lampiran). Data yang telah ada kemudian digunakan untuk menentukan nilai IRHR kerja dengan ketentuan yang telah disebutkan. Dari nilai IRHR kerja, dengan persamaan yang didapatkan saat KST, nilai WEC kerja dapat diketahui. Selanjutnya nilai konsumsi energi kerja total (TEC) dapat diketahui dari penjumlahan nilai WEC dengan BME. Nilai konsumsi energi kerja total ternormalisasi (TEC’) dihitung dengan menghilangkan faktor berat badan subjek dengan membandingkan nilai TEC dengan berat badan subjek.
Gambar 23. Pekerjaan panen ngarit (kiri) dan gebot (kanan)
37
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR PanenArit Ngarit Subjek S17 Ulangan HR Panen Subjek P14 Ulangan Ke-1 Ke-1 ST R1 R2 W R3 140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Gambar 24. Hasil pengukuran denyut jantung pada panen ngarit subjek S17 ulangan ke-1
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Gebot P13 Ulangan Ke-2 HRPanen Panen GebotSubjek Subjek S19 Ulangan Ke-2 ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Waktu (menit)
Gambar 25. Hasil pengukuran denyut jantung pada panen gebot subjek S19 ulangan ke-2
Tabel 26. Data denyut jantung pada pekerjaan panen ngarit Subjek
Ulangan
HR R1
S16
S17
S18
Rerata
IRHR
ST
R2
W
R3
ST
W
1
74.90
106.13
77.14
111.93
82.08
1.42
1.49
2
72.91
105.36
77.10
119.70
78.13
1.37
1.55
3
73.44
104.29
78.27
109.26
76.94
1.42
1.49
1
72.67
100.71
77.86
113.06
80.20
1.39
1.56
2
72.73
103.57
78.86
110.13
79.20
1.42
1.51
3
72.33
105.82
77.50
109.08
78.00
1.46
1.51
1
73.20
101.11
78.25
109.88
80.30
1.38
1.50
2
73.27
104.67
78.17
115.52
82.57
1.34
1.48
3
73.93
106.08
77.00
111.10
78.42
1.43
1.50
Rerata IRHR kerja 1.51
1.53
1.49
1.51
38
Tabel 27. Data denyut jantung pada pekerjaan panen gebot Subjek
Ulangan
S19
S20
S21
HR
IRHR
R1
ST
R2
W
R3
ST
W
1
75.38
103.00
78.00
119.16
78.42
1.37
1.58
2
75.83
105.27
78.67
118.75
78.90
1.34
1.51
3
73.89
104.64
76.88
110.97
80.21
1.42
1.50
1
71.70
105.80
76.92
114.67
78.45
1.48
1.60
2
74.64
103.20
74.43
117.15
78.44
1.39
1.57
3
75.78
105.50
76.70
115.96
77.00
1.39
1.53
1
72.38
105.71
78.57
113.63
78.75
1.46
1.57
2
74.31
103.83
77.25
112.10
78.82
1.34
1.45
3
70.27
104.83
77.22
108.59
77.33
1.49
1.55
Rerata
Rerata IRHR kerja 1.53
1.57
1.52
1.54 Tabel 28. Data konsumsi energi kerja pekerjaan panen ngarit
Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S16
62
1.512
Berat
0.945
1.725
2.670
2.759
S17
57
1.526
Berat
1.065
1.707
2.772
2.633
S18
58
1.494
Sedang
0.990
1.514
2.504
2.420
1.000
1.649
2.649
2.604
1.510
Rerata
Tabel 29. Data konsumsi energi kerja pekerjaan panen gebot Subjek
Berat Badan
Rerata IRHR Kerja
Beban Kerja
BME (kkal/menit)
WEC (kkal/menit)
TEC (kkal/menit)
TEC' (kkal/kg.Jam)
S19
62
1.531
Berat
0.945
1.826
2.771
2.682
S20
57
1.568
Berat
1.065
1.926
2.991
3.148
S21
58
1.522
Berat
0.990
1.600
2.590
2.680
1.000
1.784
2.784
2.837
Rerata
1.540
4.3. KEBUTUHAN JAM ORANG KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH Kebutuhan jam orang kerja (JOK) adalah waktu kerja individu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu rangkaian pekerjaan. Nilai JOK tiap individu berbeda bergantung atas kemampuan kerja, pengalaman kerja dan kondisi aktual yang ada. Pada penelitian ini, JOK dihitung dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan budidaya padi sawah, adapun alat ukur yang digunakan adalah stopwatch. Bersamaan dengan pengukuran denyut jantung kerja, JOK diukur dan dicatat ke dalam Time Study Sheet. Pengukuran JOK dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan subjek untuk melakukan pekerjaan untuk tiap plot percobaan. Pada pembibitan, tiap ulangan pengambilan data, yang menjadi acuan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyemai benih pada tray atau baki tanam yang disediakan. Luas baki tanam yang dihasilkan kemudian dihitung. Perbandingan luas lahan yang digunakan pada pembibitan dengan luas lahan yang
39
akan ditanami padi sebesar 1 : 25. Pada pekerjaan panen gebot, yang menjadi acuan adalah berat gabah hasil rontokkan malai padi dengan metode gebot selama 10 menit, dan dengan asumsi produktifitas padi 4 ton/ha, nilai JOK dapat dihitung. Berikut adalah data JOK yang didadapat : Tabel 30. Kebutuhan jam orang kerja pada pembibitan Subjek
Rerata S1
Rerata S2
Rerata S3
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
5.19
5.42
5.17
5.26
Jam Orang Kerja (jam/ha)
28.85
30.08
28.70
29.21
* Untuk tiap baki penyemaian Tabel 31. Kebutuhan jam orang kerja pada pengolahan tanah mengguakan traktor tangan Rerata Subjek
Rerata S4
Rerata S5
Rerata S6
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
7.38
8.83
9.25
8.49
Jam Orang Kerja (jam/ha)
24.59
29.44
30.83
28.29
* Untuk ukuran plot 20 x 2.5 m Tabel 32. Kebutuhan jam orang kerja pada penanaman Subjek
Rerata S7
Rerata S8
Rerata S9
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
6.31
6.75
7.50
6.85
Jam Orang Kerja (jam/ha)
52.56
56.25
62.50
57.10
* Untuk Ukuran plot 5 x 4 m Tabel 33. Kebutuhan jam orang kerja pada tool weeding metode organik Rerata Subjek
Rerata S10
Rerata S11
Rerata S12
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
5.95
5.66
4.88
5.50
Jam Orang Kerja (jam/ha)
33.08
31.46
27.11
30.57
* Untuk Ukuran plot 10 x 3 m Tabel 34. Kebutuhan jam orang kerja pada tool weeding metode konvensional Rerata Subjek
Rerata S10
Rerata S11
Rerata S12
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
5.86
6.41
6.46
6.24
Jam Orang Kerja (jam/ha)
32.54
35.61
35.91
34.69
* Untuk Ukuran plot 10 x 3 m Tabel 35. Kebutuhan jam orang kerja pada hand weeding metode organik Rerata Subjek
Rerata S10
Rerata S11
Rerata S12
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
6.71
6.69
7.77
7.06
Jam Orang Kerja (jam/ha)
37.28
37.15
43.17
39.20
* Untuk Ukuran plot 10 x 3 m
40
Tabel 36. Kebutuhan jam orang kerja pada hand weeding metode konvensional Rerata Subjek
Rerata S10
Rerata S11
Rerata S12
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
5.73
7.39
7.20
6.77
Jam Orang Kerja (jam/ha)
31.82
41.05
40.00
37.62
* Untuk Ukuran plot 10 x 3 m Tabel 37. Kebutuhan jam orang kerja pada pemupukan metode organik Rerata Subjek
Rerata S13
Rerata S14
Rerata S15
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
7.70
7.04
6.49
7.08
Jam Orang Kerja (jam/ha)
25.67
23.46
21.63
23.59
* Untuk Ukuran plot 20 x 2.5 m Tabel 38. Kebutuhan jam orang kerja pada pemupukan metode konvensional Rerata Subjek
Rerata P13
Rerata P14
Rerata P15
Rerata Total
Waktu Kerja* (Menit)
6.00
6.37
7.39
6.59
Jam Orang Kerja (jam/ha)
20.00
21.23
24.63
21.95
* Untuk Ukuran plot 20 x 2.5 m Tabel 39. Kebutuhan jam orang kerja pada panen ngarit Rerata Subjek Waktu Kerja* (Menit) Jam Orang Kerja (jam/ha)
Rerata S16
Rerata S17
Rerata S18
Rerata Total
5.28
6.08
5.78
5.71
109.93
126.74
120.35
119.00
* Untuk Ukuran plot 20 x 2.5 m Tabel 40. Kebutuhan jam orang kerja pada panen gebot Rerata Subjek Hasil Gebot* Jam Orang Kerja (jam/ha)
Rerata S19
Rerata S20
Rerata S21
Rerata Total
2.77
2.87
3.97
3.20
240.96
232.56
168.07
208.33
* kg gabah/10 menit
4.4. ANALISIS BEBAN KERJA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH Pada pengukuran energi kerja, pengambilan data denyut jantung kerja dilakukan pagi hari pada pukul 08.00 WIB sampai dengan menjelang siang pukul 12.00 WIB. Pengambilan data denyut jantung, baik pada saat kalibrasi step test maupun pengambilan data denyut jantung kerja dilakukan minimal dua jam setelah probandus penelitian melakukan makan atau sarapan pagi. Hal ini bertujuan untuk menghindari bias data pengaruh metabolisme pencernaan. Pada rentang waktu pengambilan data, kondisi suhu dan cuaca dapat dikatakan sama untuk tiap hari pengambilan data. Sebelum pengambilan data denyut jantung kerja, dilakukan pengamatan mengenai kapasitas kerja untuk mendapatkan luasan plot pengambilan data yang sesuai. Adapun acuan dalam menentukan plot adalah rentang waktu pengambilan data kerja harus mencakup waktu penyesuaian alat dengan subjek serta waktu pengambilan data denyut jantung kerja yang diinginkan, dalam hal ini, waktu yang tepat sekitar 4 – 5 menit. Perbedaan kapasitas kerja atas pekerjaan tertentulah yang menyebabkan luasan petak yang dikerjakan berbeda.
41
Dari nilai IRHR dan WEC yang didapat saat melakukan kalibrasi step test dapat diketahui perubahan IRHR tiap perubahan WEC. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik kolerasi IRHR dengan WEC yang membentuk persamaan y = ax + b, dimana y merupakan nilai IRHR dan x merupakan nilai WEC. Konsumsi energi kerja dapat diketahui dengan memasukkan nilai IRHR sebagai variabel y ke dalam persamaan untuk mendapatkan nilai WEC. Nilai a yang didapat pada persamaan merepresentasikan kemiringan garis dari korelasi tersebut. Semakin curam grafik korelasinya, maka nilai a yang didapat akan semakin besar dan begitu sebaliknya. Kemiringan tersebut menunjukkan perubahan nilai WEC yang dipengaruhi oleh nilai IRHR, semakin besar nilai a maka semakin kecil perubahan nilai WEC ketika nilai IRHR bertambah maupun berkurang (Lovita, 2009). Pada persamaan korelasi, nilai b merepresentasikan nilai laju denyut jantung subjek saat tidak melakukan kerja yang mendekati nilai laju denyut jantung saat istirahat. Oleh karena itu nilai b yang dihasilkan cenderung mendekati 1 (satu). Nilai b pada persamaan korelasi beberapa subjek di bawah 1 (satu). Hal ini dapat dikarenakan laju kenaikan IRHR yang cenderung signifikan akibat denyut jantung frekuensi step test tertentu tinggi. Nilai b yang demikian dapat dilihat pada subjek S7 dan S10. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kemiringan grafik pada persamaan korelasi IRHR terhadap WEC pada KST. Setelah memasukkan nilai IRHR ke dalam persamaan korelasi, maka akan didapatkan nilai WEC kerja. Nilai WEC (work energy cost) yang merupakan laju konsumsi energi yang diperlukan subjek hanya untuk kerja. Nilai konsumsi energi kerja total (TEC) perlu dinormalisasi dengan menghilangkan faktor berat badan subjek. Istilah TEC’ merupakan nilai TEC yang telah dinormalisasi dengan membaginya dengan berat badan subjek. Maka dalam hal ini, nilai TEC’ memiliki satuan kkal/kg.menit. Pekerjaan pembibitan memiliki tingkat beban kerja kualitatif sedang, pengolahan tanah memiliki tingkat beban kerja berat, dan pekerjaan penanaman memiliki tingkat beban kerja sedang sampai berat. Penyiangan dilakukan secara manual dan semi mekanis. Penyiangan semi mekanis (tool weeding) memiliki tingkat beban kerja berat, baik penyiangan yang dilakukan di sawah dengan metode budidaya organik maupun konvensional. Pada penyiangan yang dilakukan secara manual (hand weeding), tingkat beban kerja yang dihasilkan berada pada tingkatan berat pada sawah dengan metode budidaya organik serta tingkat beban kerja sedang hingga berat pada sawah dengan metode budidaya konvensional. Tingkat beban kerja sedang hingga berat juga ditemukan pada kegiatan pemupukan, baik pemupukan di sawah dengan metode budidaya organik maupun konvensional. Pekerjaan ngarit yang merupakan rangkaian pekerjaan panen memiliki tingkat beban kerja sedang hingga berat, sedangkan tingkat beban kerja berat ditemukan pada pekerjaan gebot.
42
Perbandingan rerata nilai IRHR tiap tahapan pekerjaan budidaya beserta deviasi nilai IRHR subjek tersaji pada Gambar 26. Histogram IRHR Kerja pada Budidaya Padi Sawah 1.75 1.50
IRHR
1.25 1.00 0.75 0.50 0.25
1.38 1.58 1.53 1.59 1.55 1.58 1.51 1.49 1.48 1.51 1.54
0.00
A
B
C
D E F G H I Tahapan Pekerjaan Budidaya
Keterangan : A : Pembibitan B : Pengolahan Tanah (Traktor) C : Penanaman D : Tool Weeding Organik E : Tool Weeding Konvensional F : Hand Weeding Organik
J
K
G : Hand Weeding Konvensional H : Pemupukan Organik I : Pemupukan Konvensional J : Panen Ngarit K : Panen Gebot
Gambar 26. Histogram IRHR kerja pada budidaya padi sawah Hasil pengukuran konsumsi energi kerja ternormalisasi berat badan subjek dalam kkal/kg.jam pada tahapan proses budidaya padi dapat dilihat pada Gambar 27.
Histogram Konsumsi Energi Kerja (TEC') per-jam pada Budidaya Padi Sawah
TEC' (kkal/kg.jam)
4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0
1.88 3.11 2.63 2.86 2.71 2.77 2.58 2.55 2.52 2.60 2.84 A
B
C
D E F G H I Tahapan Pekerjaan Budidaya
Keterangan : A : Pembibitan B : Pengolahan Tanah (Traktor) C : Penanaman D : Tool Weeding Organik E : Tool Weeding Konvensional F : Hand Weeding Organik
J
K
G : Hand Weeding Konvensional H : Pemupukan Organik I : Pemupukan Konvensional J : Panen Ngarit K : Panen Gebot
Gambar 27. Histogram konsumsi energi kerja (TEC') per-jam pada budidaya padi sawah
43
Dari dua histogram di atas, terlihat bahwa nilai IRHR memiliki deviasi yang lebih rendah dari nilai TEC’. hal tersebut terjadi dikarenakan pada perhitungan nilai IRHR hanya nilai denyut jantung subjek pada saat istirahat dan kerja yang mempengaruhi, sedangkan pada perhitungan nilai TEC’ dipengaruhi oleh faktor berat badan, BME, serta persamaan korelasi IRHR step test dengan WEC. Dari hasil yang didapatkan, nilai konsumsi energi kerja, JOK dan nilai konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan budidaya untuk luasan satu hektar (ha) dapat dijadikan tabulasi untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari hasil pengukuran konsumsi energi yang didapatkan. Gambaran keseluruhan hasil pengukuran yang didapatkan tersaji dalam tabel di bawah ini: Tabel 41. Tabulasi hasil pengukuran konsumsi energi kerja tiap tahapan proses budidaya padi Jenis Pekerjaan Budidaya
Rerata EC' (kkal/kg.jam)
JOK (Jam/Ha)
EC' (kkal/kg.Ha)
Pembibitan
1.963
29.213
57.341
Pengolahan Tanah (traktor)
3.114
28.289
88.090
Penanaman
2.631
57.102
150.223
Tool weeding metode organik
2.864
30.566
87.543
Tool weeding metode konvensional
2.705
34.685
93.837
Hand weeding metode organik
2.774
39.198
108.728
Hand weeding metode konvensional
2.580
37.623
97.060
Pemupukan metode organik
2.549
23.585
60.109
Pemupukan metode konvensional
2.516
21.953
55.240
Pemanenan ngarit
2.604
119.005
309.922
Pemanenan gebot
2.837
208.333
590.948
Tahapan proses pada budidaya padi metode organik dan konvensional beserta nilai konsumsi energi kerja untuk luasan 1 ha dapat dilihat pada Gambar 28. Konsumsi energi kerja per satuan berat badan (kg) dan per satuan luas (ha) tiap rangkaian proses budidaya kemudian dapat dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total konsumsi energi pada budidaya padi sawah per satuan berat badan dan per satuan luas. Nilai konsumsi energi kerja pada budidaya padi sawah metode organik sebesar 1344.176 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan menggunakan alat penyiang semi mekanis (tool weeding) dan 1365.361 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan secara manual (hand weeding). Pada budidaya padi metode konvensional, nilai konsumsi energi kerja yang diperlukan sebesar 1345.601 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan secara semi mekanis (tool weeding) dan 1348.824 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan secara manual (hand weeding). Dari Gambar 28, terlihat bahwa laju konsumsi energi kerja pada metode budidaya padi sawah organik lebih besar dari metode budidaya konvensional. Hal ini dapat dilihat pada pekerjaan budidaya penyiangan dan pemupukan yang menjadi hal yang diperbandingkan. Secara tata cara kerja, tidak ada perbedaan dari kegiatan penyiangan dan pemupukan pada budidaya padi metode organik maupun konvensional. Pekerjaan penyiangan semi mekanis menggunakan alat penyiang jepang pada dasarnya berupa kegiatan mendorong alat penyiang yang beroperasi pada lahan, menenggelamkan gulma ke lapisan bawah sawah sembari berjalan di lahan. Pada budidaya padi organik maupun konvensional, sebenarnya tata cara serupa berlaku pada tool weeding. Pada penyiangan manual, tata cara antara budidaya padi organik maupun konvensional juga serupa yakni menghilangkan gulma dari lahan, baik
44
dengan cara mencabut dengan tangan maupun menenggelamkan ke lapisan tanah yang lebih bawah di sawah. Pembibitan : 57.341 kkal/kg.ha
Pembibitan : 57.341 kkal/kg.ha
Pengolahan Tanah : 88.090 kkal/kg.ha
Pengolahan Tanah : 88.090 kkal/kg.ha
Penanaman : 150.223 kkal/kg.ha
Penanaman : 150.223 kkal/kg.ha
Tool Weeding : 87.543 kkal/kg.ha
Hand Weeding : 108.728 kkal/kg.ha
Tool Weeding : 93.837 kkal/kg.ha
Hand Weeding : 97.060 kkal/kg.ha
Pemupukan : 60.109 kkal/kg.ha
Pemupukan : 55.240 kkal/kg.ha
Ngarit : 309.922 kkal/kg.ha
Ngarit : 309.922 kkal/kg.ha
Gebot : 590.948 kkal/kg.ha
Gebot : 590.948 kkal/kg.ha
Gambar 28. Hasil perhitungan konsumsi energi kerja per satuan berat badan dan luas pada rangkaian proses budidaya padi metode organik (kiri) dan metode konvensional (kanan) Baik penyiangan secara manual maupun semi mekanis, dilakukan pada kondisi lahan sawah yang relatif sama yakni pada lahan sawah tergenang air (macak-macak) dan umur tanaman padi kurang lebih 30 hari setelah tanam. Perbedaan nilai yang terjadi disinyalir disebabkan oleh jumlah gulma yang ada di lahan. Pada metode organik, gulma yang tersebar di lahan lebih banyak dari metode budidaya konvensional. Perbedaan yang lebih besar terjadi pada penyiangan secara manual, dimana jumlah gulma berpengaruh lebih nyata dan besar dibanding pengaruhnya pada penyiangan secara semi mekanis. Pada penyiangan semi mekanis, nilai konsumsi energi kerja pada metode budidaya konvensional lebih besar dibanding metode organik. Hasil ini berbeda dari anggapan yang menyebutkan bahwa dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk melakukan penyiangan pada budidaya padi metode organik dibanding metode konvensional. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi fisiologis subjek yang tidak stabil pada saat pengambilan data dan kondisi tanah pada lahan konvensional berbeda dengan lahan metode organik. Perbedaan kondisi tanah antara tanah pada lahan sawah metode organik dan konvesional dapat terjadi karena penambahan bahan organik pada lahan sawah organik. Poerwowidodo dalam Lingga (1993) menyatakan bahwa salah satu peranan penting dari bahan organik adalah dalam perbaikan struktur tanah.
45
Pekerjaan pemupukan, baik metode organik maupun metode budidaya konvensional juga tidak memiliki perbedaan mendasar pada tata cara pemupukan. Pupuk kompos organik yang digunakan pada budidaya sistem organik dan pupuk kimia pada budidaya sistem konvensional diaplikasikan di lahan dengan cara ditebar. Nilai konsumsi energi yang berbeda dapat disebabkan oleh dosis dan berat pupuk yang berbeda sehingga subjek beban berat pupuk yang dibawa oleh subjek juga berbeda yang mengakibatkan nilai konsumsi energi yang dikeluarkan juga berbeda. Dapat dilihat pada Gambar 28, pekerjaan yang membutuhkan energi kerja paling besar adalah pekerjaan gebot. Pekerjaan gebot ini dilakukan secara manual menggunakan tenaga subjek. Oleh karena itu, pekerjaan perontokkan padi secara manual (gebot) sebaiknya diganti dengan perontokkan padi menggunakan alat atau mesin mekanis apabila diinginkan perontokkan padi yang lebih efektif dan efisien. Pengolahan tanah merupakan pekerjaan budidaya yang membutuhkan kalori tiap satuan waktu paling besar, yakni 3.114 kkal/kg.jam. Hal ini menggambarkan bahwa pada pekerjaan ini, subjek mengeluarkan energi kerja tiap satuan waktu lebih tinggi dari pekerjaan lain. Akan tetapi nilai konsumsi energi kerja untuk melakukan pengolahan tanah seluas 1 ha masih lebih kecil dibanding pekerjaan gebot dan arit. Hal ini dikarenakan nilai jam orang kerja pada pengolahan tanah cenderung rendah atau dengan kata lain, kapasitas kerja pengolahan tanah cenderung tinggi. Kapasitas kerja pengolahan tanah yang tinggi dikarenakan pekerjaan pengolahan tanah dilakukan secara mekanis menggunakan traktor roda dua.
4.5. UJI STATISTIK Uji statistik dilakukan dengan menggunakan software SAS (statistic analyze system) terhadap metode budidaya padi sawah metode organik dengan metode konvensional. Perbedaan mendasar antara budidaya padi sawah secara organik dan konvensional adalah jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan sawah. Pada budidaya padi metode organik, pupuk organik diaplikasikan di lahan sebagai pengganti pupuk kimia konvensional. Selain berbeda jenis, perbedaan pemberian pupuk organik dengan pupuk konvensional juga secara umum terlihat dari jumlah dan massa pupuk yang diberikan terkait perbedaan dosis masing-masing. Hal lain yang membedakan metode budidaya padi secara organik dengan metode konvensional adalah tidak diberikannya herbisida kimia pada sawah yang dibudidayakan secara organik. Pada budidaya tanaman secara organik, pertumbuhan gulma sama cepatnya dengan tanaman utamanya, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu lebih untuk melakukan penyiangan. Atas dasar itulah pekerjaan penyiangan dan pemupukan diperbandingkan antara metode budidaya organik dengan konvensional. Uji statistik menggunakan rancangan acak kelompok dilakukan pada pekerjaan penyiangan dan pemupukan. 4.5.1. Uji IRHR Pengaruh perlakuan : H0 : τ1 = ... = τi = 0 ( kedua metode baik organik maupun konvensional tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati ) H1 : paling sedikit ada satu i dimana τi ≠ 0 Pengaruh pengelompokan : H0 : β1 = ... = βj = 0 ( pengelompokan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati ) H1 : paling sedikit ada satu i dimana βj ≠ 0
46
a. Tool weeding Tabel 42. Tabulasi data IRHR subjek pada tool weeding Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S10
1.51
1.59
3.100
S11
1.65
1.52
3.170
S12
1.6
1.54
3.140
4.760
4.650
9.410
Total
Tabel 43. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR tool weeding Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
0.11658762 0.08976592 0.20635354
0.04328757 0.08654098
0.82
0.7329
Tabel 44. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR tool weeding Source Metode Subjek
DF 1 2
Type III SS 0.04595271 0.08975698
Mean Square 0.04595271 0.04678531
F Value 0.84 0.83
Pr > F 0.5761 0.5989
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.5761) > α (0.05), maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai IRHR) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai IRHR yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan semi mekanis bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan IRHR pada pekerjaan penyiangan semi mekanis. b. Hand weeding Tabel 45. Tabulasi data IRHR subjek pada hand weeding Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S10
1.64
1.54
3.180
S11
1.55
1.48
3.030
S12
1.54
1.49
3.030
Total
4.730
4.510
9.240
Tabel 46. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR hand weeding Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
0.13467853 0.00246690 0.13714543
0.04564179 0.00176543
25.47
0.0397
47
Tabel 47. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR hand weeding Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Subjek
1 2
0.06754365 0.07654981
0.06754365 0.04716217
38.16 22.73
0.0247 0.0389
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.0247) < α (0.05), maka tolak H0. Cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai IRHR) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai IRHR yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan secara manual merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa secara nyata perbedaan metode budidaya mempengaruhi nilai IRHR kerja subjek pada pekerjaan penyiangan manual. c. Pemupukan Tabel 48. Tabulasi data IRHR subjek pada pemupukan Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S13
1.48
1.52
3.000
S14
1.43
1.46
2.890
S15
1.57
1.48
3.050
Total
4.480
4.460
8.940
Tabel 49. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji IRHR pemupukan Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
0.04234176 0.05674312 0.09908488
0.01124328 0.01087652
0.49
0.7763
Tabel 50. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji IRHR pemupukan Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Subjek
1 2
0.00263972 0.03764832
0.00263972 0.01657481
0.05 0.76
0.7812 0.5457
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.7812) > α (0.05), maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai IRHR) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai IRHR yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan pemupukan bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi nilai IRHR pada pekerjaan pemupukan. 4.5.2. Uji TEC’ Pengaruh perlakuan : H0 : τ1 = ... = τi = 0 ( kedua metode baik organik maupun konvensional tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati )
48
H1 : paling sedikit ada satu i dimana τi ≠ 0 Pengaruh pengelompokan : H0 : β1 = ... = βj = 0 ( pengelompokan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati ) H1 : paling sedikit ada satu i dimana βj ≠ 0 1. Tool weeding Tabel 51. Tabulasi data TEC’ subjek pada tool weeding Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S10
2.616
2.790
5.406
S11
3.163
2.714
5.877
S12
2.812
2.612
5.424
Total
8.591
8.116
16.707
Tabel 52. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ tool weeding Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
0.10883317 0.09833433 0.20716750
0.03627772 0.04916717
0.74
0.6192
Tabel 53. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ tool weeding Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Subjek
1 2
0.03760417 0.07122900
0.03760417 0.03561450
0.76 0.72
0.4740 0.5799
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.4740) > α (0.05), maka tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai TEC’) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai TEC’ yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan secara semi mekanis bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi konsumsi energi kerja pada pekerjaan penyiangan semi mekanis. 2. Hand weeding Tabel 54. Tabulasi nilai TEC subjek pada hand weeding Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S10
2.901
2.691
5.592
S11
2.810
2.570
5.380
S12
2.611
2.478
5.089
Total
8.322
7.739
16.061
49
Tabel 55. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ hand weeding Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
0.12042050 0.00304633 0.12346683
0.04014017 0.00152317
26.35
0.0368
Tabel 56. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ hand weeding Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Blok
1 2
0.05664817 0.06377233
0.05664817 0.03188617
37.19 20.93
0.0259 0.0456
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.0259) < α (0.05), maka tolak H0. Cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai TEC’) pada taraf nyata 5%. Untuk pengelompokan (subjek) nilai pvalue (0.0456) < α (0.05), maka tolak H0. Cukup bukti untuk menyatakan bahwa pengelompokan (blok) berpengaruh terhadap respon (nilai EC’) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai TEC’ yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan secara manual merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa secara nyata perbedaan metode budidaya mempengaruhi konsumsi energi kerja subjek pada pekerjaan penyiangan manual. 3. Pemupukan Tabel 57. Tabulasi nilai TEC' subjek pada pemupukan Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S13
2.551
2.633
5.184
S14
2.375
2.471
4.846
S15
2.720
2.445
5.165
Total
7.646
7.549
15.195
Tabel 58. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji TEC’ pemupukan Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
0.03762917 0.04421433 0.08184350
0.01254306 0.02210717
0.57
0.6882
Tabel 59. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji TEC’ pemupukan Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Blok
1 2
0.00156817 0.03606100
0.00156817 0.01803050
0.07 0.82
0.8149 0.5508
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.8149) > α (0.05),maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai TEC’) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai TEC’ yang
50
didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan pemupukan bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi konsumsi energi kerja pada pekerjaan pemupukan. 4.5.3. Uji JOK Pengaruh perlakuan : H0 : τ1 = ... = τi = 0 ( kedua metode baik organik maupun konvensional tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati ) H1 : paling sedikit ada satu i dimana τi ≠ 0 Pengaruh pengelompokan : H0 : β1 = ... = βj = 0 ( pengelompokan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati ) H1 : paling sedikit ada satu i dimana βj ≠ 0 1. Tool weeding Tabel 60. Tabulasi data JOK subjek pada tool weeding Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S10
33.080
32.537
65.617
S11
31.463
35.611
67.074
S12
27.111
35.907
63.019
Total
91.654
104.056
195.709
Tabel 61. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK tool weeding Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
29.85226450 21.80438433 51.65664883
9.95075483 10.90219217
0.91
0.5607
Tabel 62. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK tool weeding Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Blok
1 2
25.63080017 4.22146433
25.63080017 2.11073217
2.35 0.19
0.2649 0.8378
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.2649) > α (0.05), maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai JOK) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai kebutuhan jam kerja yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan semi mekanis bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan jam kerja pada pekerjaan penyiangan semi mekanis.
51
2. Hand weeding Tabel 63. Tabulasi data JOK subjek pada hand weeding Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S10
37.278
31.820
69.098
S11
37.148
41.049
78.198
S12
43.167
40.000
83.167
Total
117.593
112.870
230.462
Tabel 64. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK hand weeding Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
54.62427300 23.79936433 78.42363733
18.20809100 11.89968217
1.53
0.4187
Tabel 65. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK hand weeding Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Blok
1 2
3.71936267 50.90491033
3.71936267 25.45245517
0.31 2.14
0.6324 0.3186
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.6324) > α (0.05), maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai JOK) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai kebutuhan jam kerja yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan penyiangan manual bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan jam kerja pada pekerjaan penyiangan manual. 3. Pemupukan Tabel 66. Tabulasi nilai JOK subjek pada pemupukan Kelompok
Perlakuan
Total
Organik
Konvensional
S13
25.667
20.000
45.667
S14
23.459
21.226
44.685
S15
21.630
24.633
46.263
Total
70.756
65.859
136.614
Tabel 67. Anova hasil software SAS parameter galat untuk uji JOK pemupukan Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model Error Corrected Total
3 2 5
4.63170550 19.06282533 23.69453083
1.54390183 9.53141267
0.16
0.9136
52
Tabel 68. Anova hasil software SAS parameter metode dan subjek untuk uji JOK pemupukan Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Metode Blok
1 2
3.99676817 0.63493733
3.99676817 0.31746867
0.42 0.03
0.5837 0.9678
Dari anova di atas diketahui bahwa nilai p-value untuk metode (0.5837) > α (0.05), maka tidak tolak H0. Tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa minimal ada satu metode (Organik atau konvensional) yang mempengaruhi respon (nilai JOK) pada taraf nyata 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari rangkaian percobaan dan hasil yang didapat, perbedaan nilai kebutuhan jam kerja yang didapat antara metode organik dan konvensional pada pekerjaan pemupukan bukan merupakan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain, dari hasil yang didapat belum dapat dikatakan bahwa perbedaan metode budidaya mempengaruhi kebutuhan jam kerja pada pekerjaan pemupukan.
4.6. ANALISIS KOMPARATIF ANTARA BUDIDAYA PADI METODE ORGANIK DENGAN METODE KONVENSIONAL Seperti yang telah disebutkan, perbedaan mendasar antara budidaya padi sawah secara organik dan konvensional adalah jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan sawah. Pada budidaya padi metode organik, pupuk organik diaplikasikan di lahan sebagai pengganti pupuk kimia konvensional. Selain berbeda jenis, perbedaan pemberian pupuk organik dengan pupuk konvensional juga secara umum terlihat dari jumlah dan massa pupuk yang diberikan terkait perbedaan dosis masing-masing. Hal lain yang membedakan metode budidaya padi secara organik dengan metode konvensional adalah tidak diberikannya herbisida kimia pada sawah yang dibudidayakan secara organik. Pada budidaya tanaman secara organik, pertumbuhan gulma sama cepatnya dengan tanaman utamanya, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu lebih untuk melakukan penyiangan. Nilai IRHR dan tingkat beban kerja kualitatif pada tahapan pekerjaan budidaya padi sawah metode budidaya organik dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 69. Tabel 69. Tabulasi beban kerja kualitatif pada budidaya padi sawah Pekerjaan Budidaya
Organik
Konvensional
Rerata IRHR kerja
Tingkat beban kerja
Tingkat beban kerja
Sedang
Rerata IRHR kerja 1.379
Pembibitan
1.379
Pengolahan tanah Penanaman
1.582
Berat
1.582
Berat
1.530
Sedang hingga Berat
1.530
Sedang hingga Berat
Semi mekanis
1.587
Berat
1.550
Berat
Manual
1.576
Berat
1.506
Sedang hingga Berat
Sedang
Penyiangan
Pemupukan
1.493
Sedang hingga Berat
1.484
Sedang hingga Berat
Panen ngarit
1.510
Sedang hingga Berat
1.510
Sedang hingga Berat
Panen gebot
1.540
Berat
1.540
Berat
53
Uji statistik menunjukkan bahwa pada penyiangan manual (hand weeding), perbedaan metode budidaya secara nyata berpengaruh pada konsumsi energi kerja dan IRHR kerja subjek pada saat melakukan penyiangan. Nilai konsumsi energi kerja dan IRHR kerja penyiangan manual pada metode budidaya organik lebih besar. Energi kerja pada pekerjaan penyiangan secara manual sebagian besar dikeluarkan untuk melakukan gerak berjalan di lahan serta mencabuti gulma dengan tangan. Apabila perbedaan jumlah gulma antara sawah metode organik dengan konvensional cenderung tinggi, secara umum perbedaan energi kerja yang dikeluarkan juga cenderung tinggi dikarenakan pengeluaran energi kerja untuk mencabut gulma dari lahan. Hal ini berbeda dengan penyiangan semi mekanis menggunakan alat penyiang dimana energi kerja yang dikeluarkan secara umum digunakan untuk berjalan di lahan sambil mendorong alat penyiang. Dalam kasus penyiangan semi mekanis ini, disinyalir jumlah gulma di lahan tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi kerja dikarenakan banyak atau tidaknya gulma tidak mempengaruhi kerja operator secara langsung dikarenakan operator hanya melakukan gerakan berjalan di lahan dan mendorong alat penyiang semi mekanis. Perbedaan konsumsi energi kerja pada penyiangan antara penyiangan di sawah dengan metode organik dengan konvensional secara umum dapat diminimalisir dengan mengubah tata cara penyiangan manual (hand weeding) menjadi penyiangan secara semi mekanis (tool weeding). Dari temuan diatas dapat dilihat bahwa konsumsi energi kerja pada budidaya padi sawah metode organik lebih besar dari metode konvensional. Akan tetapi jika dihubungkan dengan output yang didapat, metode budidaya organik dapat dikatakan lebih menguntungkan apabila kondisi tertentu terpenuhi. Kondisi tersebut diantaranya ketersediaan pupuk organik dan harga jual hasil panen padi organik lebih tinggi dari padi konvensional. Sebagai contoh, di kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor harga jual GKP (gabah kering panen) untuk tiap kilogram gabah organik sekitar Rp. 5.800,- pada musim panen kedua tahun 2010, berbeda dengan harga GKP tiap kilogram tingkat petani untuk padi konvensional yang berada pada tingkat harga Rp. 4.600,- pada musim panen yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, apabila produktifitas cenderung tidak berbeda, maka metode organik dinilai lebih menguntungkan. Akan tetapi kenyataannya pada awal mula peralihan dari metode konvensional ke metode organik, produktifitas sawah metode organik cenderung lebih kecil. Baru pada tahun-tahun berikutnya produktifitas lahan sawah organik bisa menyamai bahkan lebih produktif. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja juga tidak jauh berbeda, meskipun dari hasil terlihat bahwa konsumsi energi kerja budidaya metode organik lebih besar daripada metode konvensional, akan tetapi secara keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tidak terlalu berbeda jauh. Diprediksi biaya tenaga yang dikeluarkan antara metode organik dan konvensional berdasarkan penelitian ini tidak jauh berbeda. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan perbedaan nilai JOK yang sangat kecil. Kebutuhan jam kerja budidaya padi metode organik dan konvensional dapat dilihat pada tabulasi Tabel 70.
54
Tabel 70. Tabulasi konsumsi energi kerja dan jam kerja pada budidaya padi sawah Pekerjaan Budidaya
Organik
Konvensional
TEC' (kkal/kg.jam)
JOK (Jam/ha)
TEC' (kkal/kg.ha)
TEC' (kkal/kg.jam)
JOK (Jam/ha)
TEC' (kkal/kg.ha)
Pembibitan
1.884
29.213
55.049
1.884
29.213
55.049
Pengolahan tanah
3.114
28.289
88.090
3.114
28.289
88.090
Penanaman
2.631
57.102
150.223
2.631
57.102
150.223
Semi mekanis
2.864
30.566
87.543
2.705
34.685
93.837
Manual
2.774
39.198
108.728
2.580
37.623
97.060
Pemupukan
2.549
23.585
60.109
2.516
21.953
55.240
Panen Ngarit
2.604
119.005
309.922
2.604
119.005
309.922
Panen Gebot
2.837
2.837
Penyiangan*
208.333
590.948
208.333
590.948
(1)
496.093
1341.884
498.580
1343.309
Total (2)
504.724
1363.069
501.518
1346.532
Total
*Penyiangan bersifat opsional antara penyiangan manual dan semi mekanis (1) Apabila penyiangan dilakukan dengan alat semi mekanis tipe roller (2) Apabila penyiangan dilakukan secara manual Pada pekerjaan pemupukan, perbedaan konsumsi energi kerja antara metode organik dengan konvensional tidak signifikan. Perbedaan jenis pupuk dimana pada pupuk kimia berbentuk serbuk granular sedangkan pupuk organik berbentuk sedikit membongkah, turut mempengaruhi jumlah massa pupuk yang ditebar. Pada sawah dengan metode budidaya organik, pupuk organik diberikan dengan dosis 3 ton/ha atau 15 kg/50 m2 (luas petak pengambilan data) sedangkan pupuk kimia yang ditebar di sawah dengam metode konvensional sebanyak 600 kg/ha atau 3 kg/50 m2 (luas petak pengambilan data). Dari hasil ini terlihat bahwa pemupukan antara metode organik dan konvensional, dimana berat pupuk organik enam kali lebih berat dari pemupukan metode konvensional di lahan tidak signifikan berpengaruh pada besar nilai konsumsi energi kerja. Pada dasarnya energi kerja yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemupukan terdiri dari energi untuk berjalan di lahan, mengangkat beban, dan menebar pupuk. Perbedaan berat pupuk yang dibawa dan ditebar pekerja tidak direspon signifikan dikarenakan perbedaan berat pupuk masih dapat disesuaikan oleh tubuh subjek. Perbedaan yang rendah antara nilai konsumsi energi kerja kedua metode budidaya mengindikasikan bahwa metode kerja dan volume kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi energi kerja pemupukan. Berapapun tingginya dosis pemupukan, subjek tetap membawa dan menebar pupuk sesuai kapasitas yang mampu dibawanya. Pada pemupukan metode organik perlu diminimalisir dampak bahaya biologis (biological hazard) yang mungkin timbul dan menjadi bahaya laten bagi subjek. Penggunaan sarung tangan dinilai tepat untuk meminimalisir dampak tersebut. Pekerjaan pengolahan tanah memiliki nilai konsumsi energi kerja yang lebih rendah dari pekerjaan panen. Dari hasil ini terlihat bahwa mekanisasi memegang peranan penting terhadap konsumsi energi kerja budidaya. Pada pengolahan tanah yang dalam hal ini menggunakan traktor tangan, dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan yang berdampak pada pengurangan konsumsi energi kerja. Pekerjaan panen yang dilakukan secara manual membutuhkan konsumsi energi kerja yang cukup tinggi. Penggunaan alat panen baik semi mekanis ataupun mekanis merupakan pilihan yang tepat untuk menjawab permasalahan tersebut.
55
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN Pada budidaya padi sawah metode organik, tahapan pekerjaan budidaya yang memiliki nilai IRHR tertinggi adalah pekerjaan penyiangan yang dilakukan secara semi mekanis dengan nilai IRHR 1.587 dan tingkat beban kerja berat sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pembibitan dengan nilai IRHR 1.379 dengan tingkat beba kerja sedang. Nilai IRHR tertinggi pada metode budidaya konvensional ditemukan pada pekerjaan pegolahan tanah (menggunakan traktor) dengan nilai IRHR 1.582 dan tingkat beban kerja berat, sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pembibitan dengan nilai IRHR 1.379 dengan tingkat beba kerja sedang. Pada budidaya padi sawah organik, nilai konsumsi energi kerja per-kg berat badan subjek tiap jam tertinggi ditemukan pada pekerjaan pengolahan tanah (menggunakan traktor) dengan nilai 3.114 kkal/kg.jam, sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pembibitan dengan nilai 1.884 kkal/kg.jam. Untuk konsumsi energi kerja per-kg berat badan per-hektar, nilai konsumsi energi kerja tertinggi pada metode organik ditemukan pada pekerjaan panen gebot dengan nilai 590.948 kkal/kg.ha, sedangkan yang terendah ditemukan pada pekerjaan pembibitan dengan nilai 55.049 kkal/kg.ha. Nilai konsumsi energi kerja per-kg berat badan tiap jam pada metode budidaya konvensional tertinggi ditemukan pada pekerjaan pengolahan tanah (menggunakan traktor) dengan nilai 3.114 kkal/kg.jam , sedangkan yang terendah ditemukan pada pekerjaan pembibitan dengan nilai 1.884 kkal/kg.jam. Nilai konsumsi energi kerja per-kg berat badan per-hektar tertinggi pada metode konvensional ditemukan pada pekerjaan panen gebot dengan nilai 590.948 kkal/kg.ha, sedangkan yang terendah ditemukan pada pekerjaan pembibitan dengan nilai 55.049 kkal/kg.ha Tahapan pekerjaan pada budidaya padi metode organik yang membutuhkan jam orang kerja (JOK) tertinggi adalah pekerjaan panen gebot dengan kebutuhan JOK 208.333 jam/ha, sedangkan yang terendah adalah pekerjaan pemupukan dengan kebutuhan JOK 23.585 jam/ha. Pada budidaya padi metode konvensional, kebutuhan JOK tertinggi ditemukan pada pekerjaan panen gebot dengan kebutuhan JOK 208.333 jam/ha, sedangkan pekerjaan pemupukan merupakan pekerjaan dengan kebutuhan JOK terendah dengan nilai 21.953 jam/ha. Nilai konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi sawah dengan metode organik sebesar 1344.176 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan menggunakan alat penyiang semi mekanis (tool weeding) dan 1365.361 kkal/kg.ha apabila penyiangan dilakukan secara manual (hand weeding). Sedangkan nilai konsumsi energi kerja yang dibutuhkan untuk membudidayakan padi sawah dengan metode konvensional sebesar 1345.601 kkal/kg.ha dan 1348.824 kkal/kg.ha berturut-turut untuk perlakuan penyiangan manual (hand weeding) dan semi mekanis (tool weeding). Uji statistik menunjukkan bahwa secara nyata, belum dapat dikatakan bahwa metode budidaya organik memiliki beban kerja yang lebih tinggi dibanding metode konvensional. Akan tetapi, terdapat perbedaan nyata pada taraf (α) 0.05 antara metode budidaya padi sawah organik dan konvensional dalam hal konsumsi energi kerja total (TEC’) dan IRHR, dimana nilai konsumsi energi kerja (TEC’) dan IRHR penyiangan manual metode organik lebih tinggi dari metode konvensional.
56
5.2. SARAN Saran untuk penelitian selanjutnya diantaranya; luas petak percobaan untuk masing-masing tahapan proses budidaya diperluas agar data kapasitas kerja lebih akurat, diperlukan penjadwalan pengambilan data yang akurat agar pengambilan data berjalan lebih lancar dan diperlukan pengamatan pendahuluan yang lebih spesifik mengenai karakter fisiologis tanaman hasil panen serta kondisi tanah pada pengolahan tanah metode budidaya padi sawah organik dan konvensional. Penambahan jumlah subjek tiap pekerjaan dan penambahan ulangan pengambilan data juga diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
57
DAFTAR PUSTAKA AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Deptan. 2002. Apa Itu Pertanian Organik. //http:www.deptan.go.id/artikel/prtcl453html/. [04 Januari 2011]. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat. 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen Tanaman Padi. Jawa Barat. Garndjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed. Taylor and Francis Inc. London. Karyaningsih, Sri et al. 2008. Inovasi Teknologi Budidaya Padi Organik Menuju Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta. Lingga, Raja Maja. 1993. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Kebutuhan Draft Pengolahan Tanah dengan Bajak Singkal. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lovita. 2009. Analkisis Beban Kerja pada Pembuatan Guludan di Lahan Kering (Studi Kasus : Analisis Komparatif Kerja Manual Dengan Cangkul dan Mekanis Dengan Walking-type Cultivator). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Guna Widya. Surabaya. Pramana, Insan. 2009. Analisis Beban Kerja Terhadap Aktivitas Penyiangan Secara Manual dan Semi Mekanis pada Budidaya Padi Organik. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sholeh, Chairul. 2009. Aspek Ergonomika dan K3 Pada Proses Budidaya Tebu di PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat. Laporan Praktek Lapang. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sulistyosari, Novi. 2010. Kajian Pemilihan Alternatif Penyiangan Padi Sawah. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
58
LAMPIRAN
59
LAMPIRAN Lampiran 1. Time Study Sheet
Time Study Sheet Kegiatan Operator Nama operator : Jenis kelamin : Tinggi / Berat : ......... cm Usia : Hari/Tanggal : Lokasi lahan : Work methode : Cuaca : suhu : Kegiatan :
Code /
..........
:
kg
RH :
Catatan :
60
Lampiran 2. Grafik hubungan IRHR terhadap waktu pada kalibrasi step test tiap subjek
HR KST Subjek S2 R5
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
R1
ST1 R2 ST2 R3 ST3
100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
80 60 40 20 0
15
20
25
30
35
40
45
50
R1
60 40 20 0
20
25
30
100 80 60 40 20 0
0
5
10
35
40
45
50
R1
15
100 80 60 40 20 0
20
25
30
Waktu (menit)
35
40
45
50
R4 ST4
R5
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
35
40
45
50
R1
ST1 R2 ST2 R3 ST3
R4 ST4
R5
140 120 100 80 60 40 20 0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
120
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R5
140
15
30
HR KST Subjek S8 R4 ST4
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
ST1 R2 ST2 R3 ST3
10
25
Waktu (menit)
160
5
20
ST1 R2 ST2 R3 ST3
HR KST Subjek S7
0
R5
120
Waktu (menit)
R1
R4 ST4
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
80
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R5
100
15
50
HR KST Subjek S6 R4 ST4
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
ST1 R2 ST2 R3 ST3
10
45
Waktu (menit)
120
5
40
140
HR KST Subjek S5
0
35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
Waktu (menit)
R1
30
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
100
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R5
120
10
25
HR KST Subjek S4 R4 ST4
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
ST1 R2 ST2 R3 ST3
140
5
20
Waktu (menit)
HR KST Subjek S3
0
R5
120
Waktu (menit)
R1
R4 ST4
140
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
R4 ST4
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
ST1 R2 ST2 R3 ST3
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR KST Subjek S1 R1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Waktu (menit)
61
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
100
80
60
40
20
0
0
0 5
5 10
R1
5
10
R1
10 15
15
15
15 20
20
20
20 25
25
25
25 30
30
30
30
Waktu (menit) 35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
35 40
40
40
40
45
R4 ST4
45
R4 ST4
45
R4 ST4
45
50
R5
140
120
100
80
60
40
20
50
R5
160
140
120
100
80
60
40
20
50
R5
140
120
100
80
60
40
20
50 0
0
0
0 0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
120
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
140
0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
R1 10
R5
0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
0 5
R4 ST4
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
0
ST1 R2 ST2 R3 ST3
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R1
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0 0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0
0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
Lampiran 2 (Lanjutan). Grafik hubungan IRHR terhadap waktu pada kalibrasi step test tiap subjek
HR KST Subjek S9 R1
5
R1
5
R1
5
R1
5
ST1 R2 ST2 R3 ST3
HR KST Subjek S10
160
Waktu (menit) 10
HR KST Subjek S11
10
HR KST Subjek S13
10
HR KST Subjek S15
10
15
Waktu (menit) 15
Waktu (menit) 15
15
20
20
20
20
25
25
25
25
30
ST1 R2 ST2 R3 ST3
30
30
30
35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
35
R4 ST4
35
40
R4 ST4
40
40
40
45
R4 ST4
45
R4 ST4
45
R5
140
120
100 80
60
40
20
Waktu (menit)
45
50
HR KST Subjek S12
140
R5
120
100 80
60
40
20
Waktu (menit)
50
HR KST Subjek S14
140
R5
120
100
80
60
40
20
Waktu (menit) 50
HR KST Subjek S16
140
R5
120
100
80
60
40
20
50
Waktu (menit)
62
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0
0 0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
0
0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0
5
R1
5
5
ST1 R2 ST2 R3 ST3
10
10
R1
10 15
15
15 20
20
20 25
25
25 30
30
30 35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
35
35
R4 ST4
40
40
40
45
R4 ST4
45
45
140
120
100
80
60
40
20
0
50
R5
140
120
100
80
60
40
20
50
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R5
0
0 2,416… 4,833… 7,25 9,666… 12,08… 14,5 16,91… 19,33… 21,75 24,16… 26,58… 29 31,41… 33,83… 36,25 38,66… 41,08… 43,5 45,91… 48,33…
0
0
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
R1
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 32,5 35 37,5 40 42,5 45 47,5 50
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Lampiran 2 (Lanjutan). Grafik hubungan IRHR terhadap waktu pada kalibrasi step test tiap subjek
HR KST Subjek S17 R1
5
R1
5
ST1 R2 ST2 R3 ST3 R4 ST4 R5
HR KST Subjek S18
140
120
100 80
60
40
20
Waktu (menit) 10
HR KST Subjek S19
10
15
15
20 Waktu (menit)
20
25
25
30
30
35
ST1 R2 ST2 R3 ST3
35
40
40
45
R4 ST4
45
50
HR KST Subjek S20
140
R5
120
100 80
60
40
20
0
Waktu (menit)
50
ST1 R2 ST2 R3 ST3 R4 ST4 R5
HR KST Subjek S21
140
120
100
80
60
40
20
Waktu (menit) 50
63
Lampiran 3. Grafik korelasi IRHR terhadap WEC pada kalibrasi step test tiap subjek
P2 S2
P1S1 2,00
2,00 y = 0,217x + 1,098 R² = 0,995
y = 0,319x + 1,038 R² = 0,993
1,50 IRHR ST
IRHR ST
1,50 1,00 0,50
1,00 0,50 0,00
0,00 0,00
1,00 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
0,00
3,00
0,50
2,50
2,00 y = 0,240x + 1,125 R² = 0,972
1,50
y = 0,327x + 1,052 R² = 0,970
1,50 IRHR ST
IRHR ST
2,00
S4 P4
2,00
1,00 0,50 0,00
1,00 0,50 0,00
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
0,00
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
0,50 1,00 1,50 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
2,50
S6 P6
S5 P5 2,00
2,00 y = 0,128x + 1,183 R² = 0,989
1,50
y = 0,300x + 1,023 R² = 0,987
1,50 IRHR ST
IRHR ST
1,50
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
S3 P3
1,00 0,50
1,00 0,50 0,00
0,00 0,00
1,00 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
0,00
3,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
S7 P7
S8 P8
2,00
2,00 IRHR ST
y = 0,52x + 0,728 R² = 0,992
1,50
IRHR ST
1,00
1,00 0,50
y = 0,180x + 1,152 R² = 0,984
1,50 1,00 0,50 0,00
0,00 0,00
1,00 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
3,00
0,00
1,00
2,00
3,00
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
64
Lampiran 3 (Lanjutan). Grafik korelasi IRHR terhadap WEC pada kalibrasi step test tiap subjek
S9 P9
S10 P10 2,00
y = 0,164x + 1,262 R² = 0,948
1,50
IRHR ST
IRHR ST
2,00
1,00 0,50 0,00
y = 0,523x + 0,805 R² = 0,976
1,50 1,00 0,50 0,00
0,00
1,00
2,00
3,00
0,00
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
0,50
y = 0,340x + 1,080 R² = 0,984
1,50
y = 0,370x + 1,024 R² = 0,986
1,50 IRHR ST
IRHR ST
2,00
2,00
2,00
1,00 0,50 0,00
1,00 0,50 0,00
0,00
0,50 1,00 1,50 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
2,00
0,00
0,50 1,00 1,50 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
P10 S13
2,50
P11 S14
2,00
2,00 y = 0,523x + 0,805 R² = 0,976
1,50
IRHR ST
IRHR ST
1,50
S12 P12
S11 P11
1,00 0,50 0,00
y = 0,340x + 1,080 R² = 0,984
1,50 1,00 0,50 0,00
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
0,00
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
0,50 1,00 1,50 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
P12 S15
2,00
P13 S16
2,00
2,00 y = 0,370x + 1,024 R² = 0,986
y = 0,191x + 1,182 R² = 0,944
1,50 IRHR ST
1,50 IRHR ST
1,00
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
1,00 0,50
1,00 0,50 0,00
0,00 0,00
0,50 1,00 1,50 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
2,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
65
Lampiran 3 (Lanjutan). Grafik korelasi IRHR terhadap WEC pada kalibrasi step test tiap subjek
S17 P14
S18 P15
2,00
2,00
IRHR ST
1,50
IRHR ST
y = 0,191x + 1,200 R² = 0,976
1,00 0,50
y = 0,325x + 1,002 R² = 0,989
1,50 1,00 0,50 0,00
0,00 0,00
0,50 1,00 1,50 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
0,00
2,50
P13 S19
1,00
1,50
2,00
2,50
P14 S20
2,00
2,00 y = 0,191x + 1,182 R² = 0,944
y = 0,191x + 1,200 R² = 0,976
1,50 IRHR ST
1,50 IRHR ST
0,50
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
1,00 0,50 0,00
1,00 0,50 0,00
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
0,00
0,50 1,00 1,50 2,00 Work Energy Cost ST (kkal/menit)
2,50
S21 P15
IRHR ST
2,00 y = 0,325x + 1,002 R² = 0,989
1,50 1,00 0,50 0,00 0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
Work Energy Cost ST (kkal/menit)
66
Lampiran 4. Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
HR Pembibitan PembibitanSubjek SubjekP1S1Ulangan Ulangan Ke-1 Ke-1
ST
R2
W
HR SubjekP1 S1Ulangan UlanganKe-2 Ke-2 HR Pembibitan Pembibitan Subjek
R1
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R1
ST
60 40 20 0
0
5
10
15
W
R1
R3
100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40
W
ST
80 60 40 20 0
10
15 20 25 Waktu (menit)
30
35
40
20 0
0
5
10
15 20 25 Waktu (menit)
R2
W
60 40 20 0
15 20 25 Waktu (menit)
ST
R2
W
R3
100 80 60 40 20 0
0
5
10
R1
80
10
40
15
20
25
30
35
40
HR Pembibitan PembibitanSubjek SubjekP3S3Ulangan Ulangan Ke-2 Ke-2
100
5
35
120
R3
120
0
30
Waktu (menit)
30
35
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
ST
R3
40
HR S3 Ulangan UlanganKe-1 Ke-1 HRPembibitan Pembibitan Subjek Subjek P3
R1
W
60
R1
100
5
R2
80
R3
120
0
40
HR S2 Ulangan UlanganKe-3 Ke-3 HRPembibitan Pembibitan Subjek Subjek P2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
35
100
HR SubjekP2 S2Ulangan UlanganKe-2 Ke-2 HR Pembibitan Pembibitan Subjek
ST
30
120
Waktu (menit)
R1
25
HR Pembibitan PembibitanSubjek SubjekP2S2Ulangan Ulangan Ke-1 Ke-1
120
0
20
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
80
HRPembibitan PembibitanSubjek Subjek Ulangan Ke-3 HR P1S1 Ulangan Ke-3
ST
W
100
Waktu (menit)
R1
R2
120
ST
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15 20 25 Waktu (menit)
30
35
40
67
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi HR PembibitanSubjek SubjekP3S3Ulangan Ulangan Ke-3 HR Pembibitan Ke-3
ST
R2
W
HR Pengolahan PengolahanTanah Tanah Subjek Ulangan Ke-1 HR Subjek P4S4 Ulangan Ke-1
R3
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R1 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15 20 25 Waktu (menit)
30
35
R2
80 60 40 20 0
0
W
R3
100 80 60 40 20 0
10
15
20
25
5
10
15
30
35
ST
R1
W
R3
100 80 60 40 20 0
10
15
20
25
30
35
60 40 20 0
5
10
15
W
R3
100 80 60 40 20 0
10
15
20
25
Waktu (menit)
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
HR SubjekP6 S6Ulangan UlanganKe-1 Ke-1 HRPengolahan PengolahanTanah Tanah Subjek
120
5
25
Waktu (menit)
140
0
20
140
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
HR Subjek P5S5 Ulangan Ke-2 HR Pengolahan PengolahanTanah Tanah Subjek Ulangan Ke-2
HR S5 Ulangan UlanganKe-3 Ke-3 HRPengolahan PengolahanTanah Tanah Subjek Subjek P5
ST
W
80
Waktu (menit)
R1
R2
Waktu (menit)
120
5
40
100
0
140
0
35
120
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
30
140
HR Pengolahan Tanah Subjek P5 Ulangan Ke-1Ke-1 HR Pengolahan Tanah Subjek S5 Ulangan ST
25
160
Waktu (menit)
R1
20
HR Pengolahan PengolahanTanah Tanah Subjek Ulangan Ke-3 HR Subjek P4S4 Ulangan Ke-3
120
5
R3
Waktu (menit)
140
0
W
100
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
ST
R2
120
HR PengolahanTanah TanahSubjek Subjek Ulangan Ke-2 HR Pengolahan P4S4Ulangan Ke-2
R1
ST
R1 140
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
160 140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
68
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
HR Pengolahan Pengolahan Tanah Ke-3 HR TanahSubjek SubjekP6S6Ulangan Ulangan Ke-3 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Pengolahan Pengolahan Tanah Ke-2 HR TanahSubjek SubjekP6S6Ulangan Ulangan Ke-2 R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
ST
R1
80 60 40 20 0
40
0
5
10
15
W
R1
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40
W
ST
80 60 40 20 0
15
20
40 20 0
0
5
10
15
25
30
35
40
W
ST
80 60 40 20 0
15
20
25
Waktu (menit)
R2
W
R3
80 60 40 20 0
0
5
10
R1
100
10
40
15
20
25
30
35
40
HR HR Penanaman Subjek Ulangan Ke-3 Tandur Subjek P8S8 Ulangan Ke-3
120
5
35
100
R3
140
0
30
Waktu (menit)
30
35
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
25
120
HR Subjek S8 Ulangan HR Penanaman Tandur Subjek P8 Ulangan Ke-2 Ke-2
ST
20
140
Waktu (menit)
R1
R3
60
R1
100
10
W
HR Penanaman Subjek S8 Ulangan HR Tandur Subjek P8 Ulangan Ke-1Ke-1
120
5
R2
80
R3
140
0
40
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
35
100
HR HR Penanaman Subjek Ulangan Ke-3 Tandur Subjek P7S7 Ulangan Ke-3
ST
30
120
Waktu (menit)
R1
25
HRHR Penanaman Subjek S7 Ulangan Tandur Subjek P7 Ulangan Ke-2Ke-2
R3
140
0
20
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
100
HRHR Penanaman Subjek S7 Ulangan Tandur Subjek P7 Ulangan Ke-1Ke-1
ST
W
120
Waktu (menit)
R1
R2
140
ST
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
69
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
HR Subjek S9 Ulangan HRPenanaman Tandur Subjek P9 Ulangan Ke-1 Ke-1
ST
R2
W
HRHR Penanaman Subjek S9 Ulangan Tandur Subjek P9 Ulangan Ke-2Ke-2
R1
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R1
ST
W
100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
ST
R1
W
R3
100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40 20 0
5
10
15
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
20
25
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
140
0
R3
60
40
30
35
HRTool Tool Weeding Weeding Organik Ke-2 HR OrganikSubjek SubjekP11 S11Ulangan Ulangan Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
W
HR Weeding Organik Subjek P10S10 Ulangan Ke-3Ke-3 HRTool Tool Weeding Organik Subjek Ulangan
HR Tool Tool Weeding P11 Ulangan Ke-1 HR WeedingOrganik OrganikSubjek Subjek S11 Ulangan Ke-1 ST
R2
80
Waktu (menit)
R1
40
Waktu (menit)
120
0
35
100
0
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
30
120
40
Tool WeedingOrganik OrganikSubjek Subjek S10 P10 Ulangan Ulangan Ke-2 HRHR Tool Weeding Ke-2 R1
25
140
Waktu (menit)
ST
20
HRTool Tool Weeding Weeding Organik Ke-1 HR OrganikSubjek SubjekP10 S10Ulangan Ulangan Ke-1 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
Waktu (menit)
HR Subjek S9 Ulangan HRPenanaman Tandur Subjek P9 Ulangan Ke-3 Ke-3
ST
W
120
Waktu (menit)
R1
R2
140
40
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
70
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
HR Subjek P12S12 Ulangan Ke-1Ke-1 HR Tool ToolWeeding WeedingOrganik Organik Subjek Ulangan Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Organik Subjek P11S11 Ulangan Ke-3Ke-3 HRTool ToolWeeding Weeding Organik Subjek Ulangan
ST
R1
80 60 40 20 0
0
5
10
15
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
ST
R1
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
60 40 20 0
5
10
15
W
R3
100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
20
25
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
120
0
R3
HR HR ToolTool Weeding Konvensional SubjekP10 S10 Ulangan Weeding Konvensional Subjek Ulangan Ke-2Ke-2
30
35
HRHR Tool Weeding Subjek S11 Ulangan Tool WeedingKonvensional Konvensional Subjek P11 Ulangan Ke-1Ke-1 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
W
80
40
HRHR Tool Weeding Subjek S10 Ulangan Tool WeedingKonvensional Konvensional Subjek P10 Ulangan Ke-3Ke-3
ST
R2
100
Waktu (menit)
R1
40
Waktu (menit)
140
0
35
120
0
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
30
140
40
HR HR ToolTool Weeding SubjekP10 S10 Ulangan WeedingKonvensional Konvensional Subjek Ulangan Ke-1Ke-1
R1
25
HR Tool Subjek P12S12 Ulangan Ke-3 HR ToolWeeding WeedingOrganik Organik Subjek Ulangan Ke-3
Waktu (menit)
ST
20
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
100
40
HRTool ToolWeeding Weeding Organik Organik Subjek HR Subjek P12 S12Ulangan UlanganKe-2 Ke-2 ST
W
120
Waktu (menit)
R1
R2
140
40
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
71
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
HR HR ToolTool Weeding Konvensional SubjekP11 S11 Ulangan Weeding Konvensional Subjek Ulangan Ke-3Ke-3 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR HR ToolTool Weeding SubjekP11 S11 Ulangan WeedingKonvensional Konvensional Subjek Ulangan Ke-2Ke-2
ST
R1
R2
100 80 60 40 20 0
40
0
5
10
15
W
R3
100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
ST
R1
80 60 40 20 0
15
20
25
W
R3
80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40
30
35
40
HR Organik Subjek P10 Ulangan Ke-1 Ke-1 HRHand HandWeeding Weeding Organik Subjek S10 Ulangan Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R3
100
10
R2
100
0
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Waktu (menit)
HR HRHand HandWeeding Weeding Organik Organik Subjek Subjek P10 Ulangan S10 Ulangan Ke-2 Ke-2
HR HRHand HandWeeding Weeding Organik Organik Subjek Subjek P10 Ulangan S10 Ulangan Ke-3 Ke-3
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
30
35
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
W
120
5
40
Waktu (menit)
140
0
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
35
120
40
HR HR ToolTool Weeding Konvensional SubjekP12 S12Ulangan Ulangan Ke-3 Weeding Konvensional Subjek Ke-3
R1
30
140
Waktu (menit)
ST
25
HR HR Tool Weeding SubjekP12 S12 Ulangan Tool WeedingKonvensional Konvensional Subjek Ulangan Ke-2Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
120
0
20
Waktu (menit)
HR HR ToolTool Weeding SubjekP12 S12 Ulangan WeedingKonvensional Konvensional Subjek Ulangan Ke-1Ke-1
ST
R3
120
Waktu (menit)
R1
W
140
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
72
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
HRHand HandWeeding Weeding Organik Subjek S11 Ulangan HR Organik Subjek P11 Ulangan Ke-2 Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HRHand HandWeeding Weeding Organik Subjek S11 Ulangan HR Organik Subjek P11 Ulangan Ke-1 Ke-1
ST
R1
R3
100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
25
30
35
40
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
Waktu (menit)
HRHand HandWeeding Weeding Organik Subjek S12 Ulangan HR Organik Subjek P12 Ulangan Ke-2 Ke-2
HRHand HandWeeding Weeding Organik Subjek S12 Ulangan HR Organik Subjek P12 Ulangan Ke-3 Ke-3
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
30
35
40
HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P10 Ke-2 HR Hand Weeding Konvensional S10Ulangan Ulangan Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
ST
W
Waktu (menit)
HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P10 Ke-1 HR Hand Weeding Konvensional S10Ulangan Ulangan Ke-1 R1
R2
140
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
20
HRHand HandWeeding Weeding Organik Subjek S12 Ulangan HR Organik Subjek P12 Ulangan Ke-1 Ke-1 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
W
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit) Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
Waktu (menit)
HRHand HandWeeding Weeding Organik Subjek S11 Ulangan HR Organik Subjek P11 Ulangan Ke-3 Ke-3
ST
W
120
Waktu (menit)
R1
R2
140
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
73
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P11 Ke-1 HR Hand Weeding Konvensional S11Ulangan Ulangan Ke-1 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P10 Ke-3 HR Hand Weeding Konvensional S10Ulangan Ulangan Ke-3
ST
R1
W
R3
100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
ST
R1
30
35
40
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
W
R3
80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
30
35
40
Pemupukan Organik S13 Ulangan Ke-1 HRHR Pemupukan Organik Subjek Subjek P10 Ulangan Ke-1 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R2
Waktu (menit)
HR Hand Weeding Konvensional S12Ulangan Ulangan Ke-3 HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P12 Ke-3
ST
40
100
Waktu (menit)
R1
35
HR Hand Weeding Konvensional S12Ulangan Ulangan Ke-2 HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P12 Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
30
Waktu (menit)
HR Hand Weeding Konvensional S12Ulangan Ulangan Ke-1 HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P12 Ke-1
R1
25
120
Waktu (menit)
ST
20
HR Hand Weeding Konvensional S11Ulangan Ulangan Ke-3 HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P11 Ke-3 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
Waktu (menit)
HR Hand Weeding Konvensional S11Ulangan Ulangan Ke-2 HR Hand Weeding KonvensionalSubjek Subjek P11 Ke-2
ST
W
120
Waktu (menit)
R1
R2
140
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
74
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Pemupukan Organik S13 Ulangan Ke-3 HRHR Pemupukan Organik Subjek Subjek P10 Ulangan Ke-3 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Pemupukan Organik S13 Ke-2 Ulangan Ke-2 HRHR Pemupukan Organik Subjek Subjek P10 Ulangan
ST
R1
W
R3
80 60 40 20 0
0
5
10
15
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
ST
R1
30
35
40
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
W
R3
80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
30
35
40
HR HR Pemupukan Pemupukan Organik Organik Subjek Subjek P12 S15 Ulangan Ulangan Ke-3 Ke-3 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R2
Waktu (menit)
HR Pemupukan Organik Subjek P12 Ulangan Ke-2 Ke-2 HR Pemupukan Organik Subjek S15 Ulangan ST
40
100
Waktu (menit)
R1
35
HR Pemupukan Organik Subjek P12 Ulangan Ke-1 Ke-1 HR Pemupukan Organik Subjek S15 Ulangan Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
30
Waktu (menit)
HR Pemupukan Organik Subjek P11 Ulangan Ke-3 Ke-3 HR Pemupukan Organik Subjek S14 Ulangan R1
25
120
Waktu (menit)
ST
20
HR Pemupukan Organik Subjek S14 Ulangan HR Pemupukan Organik Subjek P11 Ulangan Ke-2 Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
Waktu (menit)
HR Pemupukan Organik Subjek S14 Ulangan HR Pemupukan Organik Subjek P11 Ulangan Ke-1 Ke-1
ST
W
100
Waktu (menit)
R1
R2
120
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
75
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
PemupukanKonvensional Konvensional Subjek P10 Ulangan Ke-2Ke-2 HRHR Pemupukan Subjek S13 Ulangan Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
PemupukanKonvensional Konvensional Subjek Ulangan Ke-1Ke-1 HRHR Pemupukan SubjekP10 S13 Ulangan
ST
R1
W
R3
80 60 40 20 0
0
5
10
15
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
ST
R1
25
30
35
40
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
W
R3
100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
30
35
40
HRHR Pemupukan Subjek S15 Ulangan PemupukanKonvensional Konvensional Subjek P12 Ulangan Ke-2Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R2
Waktu (menit)
HRHR Pemupukan PemupukanKonvensional Konvensional Subjek SubjekP12 S15 Ulangan Ulangan Ke-1Ke-1
ST
40
120
Waktu (menit)
R1
35
PemupukanKonvensional Konvensional Subjek P11 Ulangan Ke-3Ke-3 HRHR Pemupukan Subjek S14 Ulangan Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
30
Waktu (menit)
HRHR Pemupukan SubjekP11 S14 Ulangan PemupukanKonvensional Konvensional Subjek Ulangan Ke-2Ke-2
R1
25
140
Waktu (menit)
ST
20
HR Pemupukan Konvensional Subjek Subjek P11 Ke-1 HR Pemupukan Konvensional S14Ulangan Ulangan Ke-2 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
Waktu (menit)
PemupukanKonvensional Konvensional Subjek Ulangan Ke-3Ke-1 HRHR Pemupukan SubjekP10 S14 Ulangan ST
W
100
Waktu (menit)
R1
R2
120
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
76
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
HR Subjek S16P13 Ulangan HRNgarit Panen Arit Subjek UlanganKe-1 Ke-1 Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR HR Pemupukan Konvensional S15Ulangan Ulangan Ke-3 Pemupukan Konvensional Subjek Subjek P12 Ke-3
ST
R1
60 40 20 0
0
5
10
15
W
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40
ST
R1
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40
40 20 0
0
5
10
15
W
R3
100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
25
30
35
40
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
HR Ngarit S18 Ulangan UlanganKe-1 Ke-1 HR Panen AritSubjek Subjek P15
120
0
20
Waktu (menit)
30
35
40
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
60
HRPanen Ngarit Subjek Ke-3 HR Arit SubjekS17 P14Ulangan Ulangan Ke-3
ST
W
80
Waktu (menit)
R1
R2
HRPanen Ngarit Subjek Ke-2 HR Arit SubjekS17 P14Ulangan Ulangan Ke-2
140
0
40
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
35
100
HRPanen Ngarit Subjek Ke-1 HR Arit SubjekS17 P14Ulangan Ulangan Ke-1
R1
30
120
Waktu (menit)
ST
25
HRPanen NgaritArit Subjek Ke-3 HR SubjekS16 P13Ulangan Ulangan Ke-3
R3
140
0
20
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
80
Ngarit SubjekP13 S16Ulangan Ulangan Ke-2 HRHR Panen Arit Subjek Ke-2
ST
W
100
Waktu (menit)
R1
R2
120
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Waktu (menit)
77
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
HR Ngarit Panen Arit Subjek P15 UlanganKe-3 Ke-3 HR Subjek S18 Ulangan
W
R3
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HRPanen Ngarit Subjek Ke-2 HR Arit SubjekS18 P15Ulangan Ulangan Ke-2 140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
ST
R1
60 40 20 0
0
5
10
15
W
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
ST
R1
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
60 40 20 0
0
5
10
15
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
5
10
15
20
25
Waktu (menit)
25
30
35
40
45
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
HRPanen Gebot Subjek S20P14 Ulangan HR Gebot Subjek UlanganKe-3 Ke-3
140
0
20
Waktu (menit)
30
35
40
45
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
80
HR Gebot Subjek S20 Ke-2 HR Panen Gebot Subjek P14Ulangan Ulangan Ke-2
ST
W
100
Waktu (menit)
R1
R2
HR Subjek UlanganKe-1 Ke-1 HRPanen GebotGebot Subjek S20P14 Ulangan
140
0
40
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
35
120
HRHR Panen Gebot SubjekS19 P13 Ulangan Gebot Subjek UlanganKe-3 Ke-3 R1
30
140
Waktu (menit)
ST
25
HR GebotGebot Subjek S19 P13 Ulangan Ke-2 HR Panen Subjek Ulangan Ke-2
R3
140
0
20
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
R2
R3
80
HR Gebot Subjek S19 Ulangan HR Panen Gebot Subjek P13 UlanganKe-1 Ke-1
ST
W
100
Waktu (menit)
R1
R2
120
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Waktu (menit)
78
Lampiran 4 (Lanjutan). Hasil pengukuran denyut jantung kerja pada budidaya padi
ST
R1
R2
W
HR S21 Ulangan Ke-2 HRGebot PanenSubjek Gebot Subjek P15 Ulangan Ke-2
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HRPanen GebotGebot Subjek S21P15 Ulangan HR Subjek UlanganKe-1 Ke-1
ST
R1
R2
W
R3
140 120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Waktu (menit)
Denyut Jantung (Denyut/Menit)
HR GebotGebot Subjek S21 P15 Ulangan Ke-3 HR Panen Subjek Ulangan Ke-3
ST
R1
R2
W
R3
120 100 80 60 40 20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Waktu (menit)
79