Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Analisis Agribisnis Jagung Muda Varietas Hibrida di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara Suharno1), Syamsiar1), Suarni2) 1)Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Jl.Prof.Muh.Yamin No 89, Puwatu, Kendari, Sulawesi Tenggara 2)Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan
Abstrak Jagung merupakan komoditas tanaman pangan terbesar ke dua setelah padi di Sulawesi Tenggara dan termasuk salah satu bahan pangan dan pakan, namun produktivitasnya masih rendah yaitu 3,72 t/ha. Produktivitas yang masih rendah telah menjadikan pendapatan petani jagung rendah. Mengatasi keadaan ini maka para petani jagung di Kabupaten Konawe Selatan selain berusahatani jagung untuk menghasilkan produksi dalam pipilan kering, terdapat beberapa petani yang berupaya untuk melakukan agribisnis jagung muda dengan menggunakan varietas hibrida. Agribisnis jagung muda dilakukan pada luasan 1.000 m2-1.250 m2, dilakukan dengan waktu tanam berbeda dan secara terus-menerus. Sehubungan dengan hal tersebut maka dilaksanakan studi kasus tentang usahatani jagung muda varietas hibrida. Studi kasus dilaksanakan di desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, tahun 2009. Studi kasus dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan agribisnis jagung muda varietas hibrida. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa agribisnis jagung muda varietas hibrida secara ekonomis sangat layak yaitu varietas Bisi 2 dengan R/C Ratio 3,16 dan varietas Bisi 16 dengan R/C Ratio 2,75. Kata Kunci: Agribisnis, jagung muda, hibrida
Varietas yang ditanam di kedua kabupaten tersebut umumnya lokal pulut dan petani menanam untuk keperluan konsumsi. Varietas jagung hibrida dari tahun ke tahun terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Di pasaran telah beredar berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 2, Bisi 16, Bisi 816, NK 22, NK 33, Pionir, Semar dsb. Varietas jagung hibrida memiliki keunggulan yaitu potensi hasil tinggi, sebagai contoh Bima-5 potensi produksinya mencapai 14,4 ton pipilan kering per hektar, sementara hasil uji multilokasi di beberapa daerah menunjukkan hasil rata-rata 11,3 ton pipilan kering per hektar. Disamping itu varietas jagung Bima-5 memiliki tongkol ganda dengan ukuran sama besar, panjang tongkol 18,2 cm, jumlah baris biji pertongkol 12-14 baris, tinggi tanaman 204 cm dan masak fisiologis pada umur 103
Pendahuluan Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan di Sulawesi Tenggara yang memiliki nilai ekonomi penting dalam usaha pertanian. Permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pakan ternak terus meningkat, sementara kemampuan produksi masih terbatas. Luas pertanaman jagung di Sulawesi Tenggara tahun 2008 mencapai 37.249 ha dengan produktivitas 3,72 t/ha. (BPS Sultra,2009). Salah satu penyebab rendahnya produktivitas adalah penerapan teknologi usahatani jagung yang belum optimal dan sebagian besar petani masih menggunakan varietas lokal (Distan Sultra, 2010). Jagung merupakan salah satu makanan pokok di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara seperti kabupaten Muna dan Buton. 518
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
hari (Balitsereal, 2007). Namun demikian, petani di beberapa desa telah menggunakan varietas hibrida seperti Bisi 2, Bisi 16, hasilnya dipanen muda sebagai bahan snack (makanan ringan). Sebagai bahan pangan, jagung dikonsumsi karena nilai gizi dan sumber energi yang tinggi dengan komposisi gizi karbohidrat 71 %, protein 10 %, dan lemak 4. Nilai gizi jagung adalah 3.578 kalori/ kg, sedangkan beras 3.629 kalori dan terigu 3.327 kalori (Downswell et.al., 1996). Dilihat dari proporsi kandungan nutrisinya, kandungan protein dalam biji adalah rendah, selain rendah kualitasnya sangat miskin asam amino essensial yaitu tryptophan dan lysine ( Dias Paes and Bicudo, 1994). Di daerah Kabupaten Konawe Selatan, para petani selain menanam varietas hibrida untuk dipanen dalam bentuk tongkol kering, banyak pula petani menanam jagung varietas hibrida untuk dipetik dalam keadaan tongkol muda. Penanaman jagung muda oleh petani umumnya dilakukan pada skala kecil sekitar 0,125 ha dan ditanam secara rotasi, artinya dilakukan secara terus menerus, sehingga dalam setahun mampu ditanam 3 (tiga) kali pertanaman atau Indeks Pertanaman (IP) jagung 300%. Panen jagung muda dirasakan menguntungkan petani, karena dapat dipanen mulai umur 60 hari setelah tanam. Panen jagung hibrida muda sangat diminati di lapangan, karena umurnya pendek, pemasarannya cukup lancar. Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang agribisnis jagung muda varietas hibrida di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Provinsi Tenggara.
Bahan dan Mtode Studi kasus dilaksanakan di lahan petani Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Mei-Desember 2009. Penelitian dilaksanakan pada lahan anggota kelompok tani berjumlah 8 petani kooperator masing-masing seluas 1.250 m2. Petani koope -rator dipilih petani yang berpengalaman dalam agribisnis jagung muda minimal dua kali tanam. Informasi yang digali dalam studi kasus meliputi data primer dan sekunder. Data primer tentang agribisnis jagung muda varietas hibrida oleh petani dilaksanakan melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap petani kooperator yang tergabung dalam kelompok tani Sido Makmur. Data primer meliputi biaya usahatani jagung muda, jumlah tongkol dan pemasaran hasil. Data yang dikumpulkan dituangkan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dan analisis finansial.
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Desa ini berjarak sekitar 23 km dari kota Kendari, luas Desa Alebo yaitu 338 ha dengan jumlah penduduk 993 jiwa yang terdiri dari 249 KK (Programa Desa Alebo, 2008). Sebagian besar usahatani di Desa Alebo dilakukan di lahan tegalan dengan luas 150 ha, kebun dan pekarangan 80 ha. Desa Alebo merupakan desa transmigrasi tahun 1973 dan pada tahun 1978 menjadi desa definitif. Keadaan topografi Desa Alebo tergolong rata, dengan ke-
519
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
tinggian tempat sekitar 60 m dpl. Jenis tanah yang dominan adalah Podsolik Merah Kuning (PMK), dengan lapisan olah tanah 30 cm dan kesuburan tanah sedang. Rata-rata curah hujan Desa Alebo selama 5 tahun terahir yaitu 691 mm dengan hari hujan 45,6 hh. Gambaran penggunaan lahan Desa Alebo disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan lahan Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2008 No
1 2 3 4 5 6
Jenis Penggunaan Tanah
Luas (ha)
Tegalan/ Ladang Kebun Hutan Semak belukar Pemukiman/ Pekarangan Fasilitas umum dan Jalan
150 20 1,5 8,5 60 11,5
%
45,73 6,1 0,45 25,91 18,29 3,52
Pada Tabel 1 terlihat bahwa luas tegalan/kebun yaitu 150 ha, dari total tegalan tersebut luas lahan untuk pertanaman jagung sekitar 50 ha dan sisanya untuk tanaman sayuran dan buah-buahan. Varietas jagung yang ditanam petani sebagian besar adalah jagung lokal (70 %) jagung komposit (20%), serta jagung hibrida manis (10 %) dengan orientasi pasar jagung muda. Usahatani Jagung Muda Varietas Hibrida Usahatani jagung muda dilaksanakan oleh petani di Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagai kasus dipilih 8 orang petani yang telah lama berusahatani jagung
520
muda. Luas lahan intensif yang dilakukan per musim masing-masing yaitu 1.250 m2 sehingga keseluruhan seluas 10.000 m2, yang dilaksanakan pada periode Mei –Desember 2009. Identitas petani kooperator penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. Dari Tabel 2 terlihat bahwa umur petani koperator rata-rata 30 tahun dan ada 2 orang yang berumur di atas 60 tahun. Tingkat pengalaman petani dalam usahatani jagung berkisar antara 5 - 26 tahun, sedangkan luas usaha agribisnis jagung muda berkisar 1.000 m2-1.250 m2. Komponen teknologi yang dilakukan petani yaitu: Pengolahan tanah sempurna yaitu bajak 2 kali dan garu 2 kali, dibuat parit drainage melintang searah alur lahan, Varietas yang digunakan yaitu Bisi 16 dan Bisi 2 dengan jumlah 15 kg per hektar, Jarak Tanam : Jarak tanam yang digunakan yaitu 75 x 50 cm dengan benih 2 biji per lubang, kemudian cara tanam yang dilakukan oleh petani yaitu dikoak dengan cangkul sesuai kondisi tanah bedengan, dengan even panen 8-10 even panen. Pupuk yang digunakan yaitu : pupuk kandang yang telah siap pakai sebanyak 800 kg per ha, kapur pertanian sebanyak 200 kg per ha, pupuk Urea sebanyak 200 kg per ha dan pupuk NPK Phonska 200 kg per ha. Pengendalian hama penggerek batang yaitu dengan menggunakan Furadan yang dicampur dengan benih sebelum ditanam, pengendalian hama tikus dengan menggunakan umpan beracun dan penyiangan, sedangkan untuk pengandalian hama babi dengan menggunakan pagar keliling. Tanaman di panen pada umur 60-80 hari setelah tanam (hst).
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 2. Identitas Petani koperator pada usahatani jagung muda varietas hibrida di Desa Alebo, Kecamatan.Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. 2009 No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Responden
Tohir Ngatimu Suprayitno Suerminatun Sampun Titik Mukliswati Sukamto
Ket : L = laki-laki
Jenis Kelamin
Umur (th)
Pengalaman Usahatani Jagung (th)
Luas lahan untuk usahatani jagung (ha)
Luas Usahatani Jagung Muda ( m2)
L P L P L P L
73 61 34 30 35 33 34
26 16 10 8 12 9 7
2 1 1 0,75 1 0,75 1,5
1.250 1.250 1.000 1.000 1.000 1.000 1.250
P = perempuan
Waktu Tanam Jagung
Tabel 4 terlihat bahwa dari 8 orang petani, waktu tanamnya dilakukan secara bergantian yaitu dimulai dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009.
Waktu tanam jagung dengan orientasi panen muda dilakukan secara periodik dan terus menerus, sehingga dalam satu hamparan terjadi perbedaan waktu tanam dan tidak serempak. Keragaan jadwal tanam jagung muda di kelompok tani Sido Makmur Desa Alebo, Kec. Konda disajikan pada Tabel 3.
Produksi Jagung Muda Penanaman jagung di Desa Alebo dilakukan secara terus menerus oleh petani. Dalam penelitian ini dijumpai pula penanaman
Tabel 3. Periode Tanam Jagung Muda Hibrida di Desa Alebo, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, 2009 No Nama
Luas
Usahatani Varietas
Jagung Muda (m2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tohir Ngatimu Suprayitno Suerminatun Sampun Titik Mukliswati Sukamto Heni Astuti
1.250 1.250 1.000 1.000 1.000 1.000 1.250 1.000
(bulan) Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16
521
Waktu Tanam
Mei 2009 Mei 2009 Juni 2009 Juni 2009 Juli 2009 Juli 2009 Agustus 2009 Agustus 2009
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
jagung dengan sistem culik, artinya tanaman lama belum dipanen tetapi telah dilakukan penanaman diantara rumpun tanaman yang lama. Luas lahan garapan per petani bervariasi antara 1.000 m2-1.250 m2 per petani dengan frekwensi panen 3 kali, tergantung keadaan tongkol jagung muda, sehingga dalam satu hamparan dapat dipanen sekitar 810 kali. Hasil jagung muda varietas hibrida di Desa Alebo disajikan pada Tabel 4.
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 5. Analisis Agribisnis Jagung Muda varietas Bisi 2 per hektar di Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Tahun 2009 No I
Tabel 4. Produksi jagung muda varietas jagung hibrida Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi No
Varietas
Produksi (tongkol / ha)
1
Bisi 2
38.400
2
Bisi 16
33.754
Dari tabel 4 terlihat bahwa produksi jagung hibrida varietas Bisi 2 menunjukkan hasil tertinggi yaitu sebesar 38.400 tongkol/ ha. Varietas Bisi 2 ini dalam pertanaman menunjukkan penampilan buah 1- 2 tongkol jagung muda per tanaman. Demikian pula untuk varietas Bisi 16 menunjukkan hasil 33.754 tongkol/ha. Varietas Bisi 16 ini dalam pertanaman menunjukkan penampilan ratarata 1- 2 tongkol jagung muda per tanaman.
II III
IV
Analisis Agribisnis Untuk mengetahui besarnya keuntungan dari agribisnis jagung hibrida maka dilakukan analisis usahatani terhadap 2 varietas yang diteliti, Bisi 2 dan Bisi 16 dalam bentuk jagung muda. Hasil analisis agribisnis jagung muda Varietas Hibrida disajikan pada Tabel 5 dan 6.
Uraian Biaya Usahatani A.Sarana Produksi Benih jagung hibrida Pupuk kandang Kapur Pupuk Urea Pupuk NPK pHonska 2 karung a Rp 125.000 Karung 50 lembar a Rp 2.000 Furadan 10 kg a Rp 12.500 Pestisida Herbisida Jumlah biaya Saprodi B.Upah Tenaga Kerja Pembersihan lahan Pengolahan tanah sempurna Pembuatan Bedengan dan Parit Pembuatan lubang tugal/ koak dan Pemberian Pupuk Biaya Panen Biaya Jaga Kebun Biaya Pengangkutan Jumlah Biaya Tenaga Kerja Jumlah Biaya Seluruhnya Produksi Jagung Muda Hasil jagung muda 38.598 tongkol a Rp 400 Hasil paselle Nilai Penerimaan Biaya Keuntungan RC Ratio
Nilai (Rp)
600.000 400.000 200.000 360.000 250.000 100.000 125.000 150.000 250.000 2.435.000 320.000 600.000 360.000 360.000 320.000 480.000 760.000 3.200.000 5.635.000 15.439.200 2.400.000 17.839.200 5.635.000 12.204.000 3,16
Dari Tabel 5 terlihat bahwa produksi varietas jagung muda varietas hibrida maka akan diperoleh 38.598 tongkol/ha. Harga jual jagung muda Rp 400 pertongkol, maka diperoleh penerimaan Rp 15.439.200. Dalam usahatani jagung hibrida Bisi 16 ini diperoleh
522
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
hasil sampingan berupa paselle (Jagung sayur) sebesar Rp 2.400.000,- Sehingga diperoleh nilai penerimaan sebesar Rp 17.839.200,- Adapun biaya agribisnis jagung muda varietas Bisi 2 di Desa Alebo yaitu Rp 5.635.000 maka diperoleh nilai hasil sebesar Rp 12.204.000,- Dari analisis usahatani jagung muda varietas Bisi 2 di Desa Alebo diperoleh R/C Ratio 3,16, dengan demikian agribisnis jagung muda varietas hibrida ini dinilai sangat layak dan menguntungkan bagi petani. Analisis agribisnis jagung muda varietas hibrida Bisi 16 per hektar disajikan pada Tabel 6.
rimaan Rp 15.101.600,-. Jumlah biaya untuk agribisnis jagung muda varietas Bisi 16 di Desa Alebo yaitu Rp 5.485.000 sehingga diperoleh pendapatan Rp 9.616.600 per hektar. Dengan demikian diperoleh R/C Ratio 2,75. Agribisnis jagung muda varietas hibrida Bisi 16 ini dinilai layak yaitu R/C Ratio 2,75 Panen Jagung Muda Jagung muda varietas hibrida dipanen mulai umur 60 hari setelah tanam (hst). Panen dilakukan dengan memilih tongkol yang telah berisi biji muda. Panen dilakukan secara periodik setiap 5 hari sekali, hingga
Tabel 6. Analisis agribisnis jagung hibrida varietas Bisi 16 per hektar di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. 2009 No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama petani Tohir Ngatimu Suprayitno Suerminatun Sampun Titik Mukliswati Sukamto Heni Astuti
Luas Varietas Waktu tanam tanam (Bulan) 1.250 1.250 1.000 1.000 1.000 1.000 1.250 1.000
Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16
Mei 2009 Mei 2009 Juni 2009 Juni 2009 Juli 2009 Juli 2009 Agustus 2009 Agustus 2009
Dari Tabel 6 terlihat bahwa produksi jagung muda varietas hibrida Bisi 16 dipanen dalam bentuk jagung muda, diperoleh 33.754 tongkol/ha. Harga jual jagung muda Rp 400/ tongkol dengan dmikian diperoleh penerimaan Rp 13.501.600. Dalam usahatani jagung muda ini diperoleh hasil sampingan berupa paselle (jagung sayur) senilai Rp 1.600.000 per hektar, sehingga diperoleh total pene-
Waktu panen (bulan) Juli-Agustus 2009 Juli -Agustus2009 Agustus-September 2009 Agustus-September 2009 September-Oktober 2009 September-Oktober 2009 Oktober-Nopember 2009 Oktober-Nopember 2009
Prodk. Tgkol 5.220 4.795 3.820 3.390 3.795 3.216 4.426 3.254
umur jagung berumur 80 hst. Dengan cara panen periodik ini petani umumnya memetik hasil panenan hingga 3 kali petik. Jumlah hasil panen jagung muda sekali petik mencapai 5 karung dengan volume 200 tongkol per karung. Periode panen dan produksi jagung muda disajikan pada Tabel 7.
523
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 7. Periode panen dan produksi jagung muda di Desa Alebo, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2009 No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama petani Tohir Ngatimu Suprayitno Suerminatun Sampun Titik Mukliswati Sukamto Heni Astuti
Luas ta Varietas Waktu tanam (Bulan) -nam 1.250 1.250 1.000 1.000 1.000 1.000 1.250 1.000
Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16 Bisi 2 Bisi 16
Mei 2009 Mei 2009 Juni 2009 Juni 2009 Juli 2009 Juli 2009 Agustus 2009 Agustus 2009
Dari Tabel 7 terlihat bahwa periode panen jagung muda pada hamparan lahan kelompok tani di Desa Alebo berlangsung secara periodik dimana setiap bulannya terdapat jagung muda hibrida yang dapat dipetik.
Waktu panen (bulan) Juli-Agustus 2009 Juli -Agustus2009 Agustus-September 2009 Agustus-September 2009 September-Oktober 2009 September-Oktober 2009 Oktober-Nopember 2009 Oktober-Nopember 2009
Prodk. Tgkol 5.220 4.795 3.820 3.390 3.795 3.216 4.426 3.254
dilakukan oleh petani Desa Alebo pada setiap hari pasar yaitu secara periodic sekali dalam 5 hari. Pembelian jagung muda oleh pengumpul di pasar bersifat cash and carry.
Kesimpulan 1. Produksi jagung muda varietas hibrida Bisi 2 diperoleh 38.598 tongkol/ha. Harga jual jagung muda Rp 400 pertongkol, maka diperoleh penerimaan Rp 15.439.200. Dalam usahatani jagung hibrida Bisi 2 ini diperoleh hasil sampingan berupa paselle (jagung sayur) sebesar Rp 2.400.000,Sehingga diperoleh nilai penerimaan sebesar Rp 17.839.200,- Adapun biaya agribisnis jagung muda varietas Bisi 2 di Desa Alebo yaitu Rp 5.635.000 maka diperoleh keuntungan sebesar Rp 12.204.000,- per hektar. Agribisnis jagung muda varietas hibrida ini dinilai sangat layak dengan R/ C Ratio 3,16. 2. Produksi jagung muda varietas hibrida Bisi 16 diperoleh 33.754 tongkol/ha. Harga jual jagung muda Rp 400/tongkol, diperoleh penerimaan Rp 13.501.600. Dalam usahatani jagung muda ini diper-
Pemasaran Hasil Panen jagung muda untuk luasan 1.000 m2-1.250 m2 dilakukan dua sampai tiga kali panen. Setiap kali panen sekitar 5 karung dengan rata-rata 200 tongkol per karung, sehingga berjumlah sekitar 1.000 tongkol. Dengan demikian untuk luasan tersebut umumnya diperoleh sekitar 15 karung dengan volume berkisar 3.000 tongkol. Dalam sekali hari pasar jumlah produk yang diangkut sebanyak 1.000 tongkol dengan harga Rp 400/tongkol sehingga nilai jual sekali pasar yaitu Rp 400.000. Biaya angkut ke pasar Rp 20.000 dengan menggunakan ojek. Nilai jual setiap kali pasar yaitu Rp 380.000,Panen dilakukan pada sore hari dan langsung di bawa ke Kota Kendari. Adapun pasar yang menjadi tempat pengumpulan hasil yaitu Pasar Lawata dan Pasar Baruga. Pemasaran 524
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
oleh hasil sampingan berupa paselle (jagung sayur) senilai Rp 1.600.000 per hektar, sehingga diperoleh total penerimaan Rp 15.101.600,-. Jumlah biaya untuk agribisnis jagung muda varietas Bisi 16 di Desa Alebo yaitu Rp 5.485.000 sehingga diperoleh keuntungan Rp 9.616.600 per hektar. Agribisnis jagung muda varietas hibrida Bisi 16 ini dinilai layak yaitu R/C Ratio 2,75. 3. Panen jagung muda untuk luasan 1.000 m2-1.250 m2 dilakukan dua sampai tiga kali panen. Nilai jual setiap kali hari pasar yaitu Rp 380.000,- Panen dilakukan pada sore hari dan langsung di bawa ke kota Kendari, pembelian jagung muda oleh pengumpul dilakukan secara cash and carry.
Daftar Pustaka BPS Sultra. 2009. Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Sulawesi. Tenggara Kendari. Distan Sultra. 2010. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari. Dias Paes, M.C. and M.H.Bicudo 1994. Nutritional perspectives of quality protein maize. In Qulaity Protein Maize 1964-1994. Downswell, C.R., Paliwal, R.L. and Contrel,R.P., 1996. Maize in the Third World. West View Press of Hapar Collins Publishers. Program Desa Alebo. 2009. Program Penyuluhan Pertanian Desa Alebo, Balai Penyuluhan Pertanian Kec.Konda, Kab. Konawe Selatan.
525