Manajemen Konstruksi
ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K) Farida Rahmawati1 dan Diana Wahyu Hayati1 1
Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email:
[email protected]
ABSTRAK Pada proyek pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya, banyak dijumpai sisa material proyek. Sisa material disebabkan antara lain oleh proses bongkar muat yang tidak sempurna sehingga menyebabkan kerusakan atau tidak dapat digunakannya kembali material tersebut dan menjadi construction material waste . Penyebab lain, luas area proyek gedung yang terbatas dan kurang memadai menyebabkan kontraktor kesulitan dalam penyimpanan material yang akan dipakai, sehingga menyebabkan penumpukan material yang dapat menimbulkan kerusakan atau tidak dapat digunakan kembali. Sisa-sisa material ini bila tidak direncanakan pengendalian atau pemanfaatannya akan merugikan proyek dan kelestarian lingkungan di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste, mengetahui waste index serta waste cost yang dihasilkan oleh material sisa dan mengidentifikasi penyebab waste menggunakan fishbone diagram sehingga dapat disusun strategi meminimalkan waste, agar waste serupa tidak muncul lagi pada proyek selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penanganan waste yang tepat untuk setiap sisa material yang ada dengan menggunakan metode waste hierarchy. Dari hasil analisa Pareto maka material yang berpotensi menjadi waste dan memiliki waste cost terbesar yaitu : Bata ringan dengan waste cost sebesar = Rp 41.587.835,21. Faktor penyebab terjadinya waste material pada proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya adalah faktor man, measures dan management yang dilaksanakan kurang baik. Langkah-langkah Yang harus dilakukan untuk meminimalkan waste antara lain yaitu : Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja, koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan, bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai. Kata kunci Waste Material, Fishbone Diagram, Waste Hierarchy.
1.
PENDAHULUAN
Pada pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa material konstruksi atau biasa disebut dengan construction waste. Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya (J.R. Illingworth, 1998). Material adalah salah satu komponen penting yang memiliki pengaruh cukup erat dengan biaya suatu proyek, maka dengan adanya sisa material konstruksi yang cukup besar dapat dipastikan terjadi pembengkakan pada sektor pembiayaan. Selain itu, sisa material konstruksi adalah salah satu limbah yang menghasilkan prosentase yang cukup tinggi dalam pencemaran lingkungan. Pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya memiliki 10 lantai dengan luas bangunan sebesar 2990 m2, membutuhkan berbagai jenis material. Pada proyek pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya, banyak dijumpai sisa material proyek. Salah satu penyebabnya adalah proses bongkar muat yang tidak sempurna sehingga menyebabkan kerusakan atau tidak dapat digunakannya kembali material tersebut. Selain itu, luas areal proyek gedung yang terbatas dan kurang memadai menyebabkan kontraktor kesulitan dalam penyimpanan material yang akan dipakai, sehingga menyebabkan penumpukan material yang dapat menimbulkan kerusakan atau tidak dapat digunakan kembali. Itu artinya material tersebut akan menjadi construction waste . Sisa material ini bila tidak direncanakan pengendalian atau pemanfaatannya akan merugikan proyek dan kelestarian lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, dibutuhkan suatu studi untuk mengidentifikasi material yang berpotensi untuk menghasilkan waste dalam segi biaya. Selain itu, dibutuhkan studi tentang cara apa yang seharusnya dilakukan untuk menangani Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 181
Manajemen Konstruksi
sisa material proyek agar tidak merugikan proyek serta lingkungan di sekitar pembangunan gedung pada umumnya dan proyek pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya khususnya.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Material yang digunakan dalam konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilan dan Bemold, 1994), yaitu: 1. Consumable material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu bata, besi tulangan, baja, dan lain-lain. 2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya: perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara. Terjadinya sisa material konstruksi dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa sumber dan penyebab. Gaspers (2001) membedakan sumber-sumber permasalahannya menjadi enam yaitu : metode, pengukuran, manusia, lingkungan, mesin, dan material. 2.1. Waste Cost Pengelolaan limbah lebih lanjut akan menghemat pengeluaran, menaikkan pendapatan, dan juga mengurangi waste. Banyak kontraktor tidak menyadari bahwa sebenarnya dari material waste (The true cost of material waste) (Branz,2002 dalam Gatu, 2011) adalah : Metode pendekatan waste cost bisa dilakukan bila dalam proyek tidak ada management waste plan, yaitu dengan rumus : Waste Cost = waste level x % Bobot Pekerjaan x Total Nilai Kontrak Keterangan: % Bobot Pekerjaan
= Jumlah harga material
2.2. Waste Level Waste level ini dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing- masing item material yang di teliti. Waste level ini dihitung menggunakan metode pendekatan dengan rumus umum : Waste Level =
Keterangan : Vol. waste = vol. material terpakai – Vol. material terpasang Vol. kebutuhan material = vol. kebutuhan material yang ditinjau 2.3. Waste Hierarchy Pada setiap proyek jenis material yang digunakan bermacam-macam. Dan hal itu berpengaruh pada sisa material yang dihasilkan. Adapun cara-cara penanganan terhadap sisa material konstruksi salah satunya dengan waste hierarcy. Waste hierarchy mengarah pada konsep 3R yaitu reduce (mengurangi), reuse (penggunaan ulang), recycle (daur ulang).
a. Reduce Reduce (pengurangan) material konstruksi dalam hal ini dibagi menjadi 2 cara, yaitu: Prevention (pencegahan), usaha yang dilakukan untuk mencegah penggunaan material yang dapat menghasilkan sisa material konstruksi.. Minimalization (minimalisasi), usaha yang dilakukan untuk mengurangi sisa material konstruksi dengan cara mempersiapkan rencana penanganan sisa material konstruksi. b. Reuse Reuse (penggunaan ulang) merupakan proses penggunaan ulang dari sisa material konstruksi yang masih bisa digunakan. Untuk mempermudahkan kontraktor dalam penggunaan ulang berdasarkan tujuannya perlu dilakukan melakukan pemisahan sisa material konstruksi berdasarkan jenis pekerjaannya.. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 182
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
c. Recycle Recycle (daur ulang) merupakan proses pengolahan sisa material konstruksi menjadi material konstruksi yang memiliki kualitas yang hampir sama dengan material yang baru. 3.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analisis yang akan menganalisa volume waste dan waste cost. Untuk material dengan waste cost terbesar akan dirumuskan rekomendasi penanganannya sesuai waste hierarchy. Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
2.
3. 4. 5.
4.
Pengumpulan data: a. Rencana Anggaran Biaya untuk mengetahui harga material yang digunakan b. Bill of Quantity untuk mengetahui volume material yang direncanakan c. Laporan logistik untuk mengetahui volume material yang digunakan (real) d. As-built drawing Mengidentifikasi material berbiaya tinggi dengan analisa Pareto, yaitu dengan membuat daftar material yang digunakan, menghitung volume dan harga. Material dengan biaya tinggi akan berpotensi menghasilkan waste cost yang tinggi pula Setelah didapatkan material yang akan diteliti, akan dihitung volume waste dan waste cost serta meranking material berdasarkan waste cost Untuk material dengan waste cost terbesar, akan diidentifikasi penyebabnya dengan fishbone diagram, berdasarkan kriteria manusia, mesin, metode, metode, dan lingkungan Menentukan cara penanganan waste berdasarkan waste hierarchy
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Material Yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste Dalam melakukan identifikasi material, pertama kali yang harus dilakukan adalah merangking trading consumable material berdasarkan harganya, sehingga di dapatkan harga yang besar menjadi urutan pertama. Selanjutnya, dibuat kolom persen biaya yang kemudian dikomulatifkan sehingga menghasilkan kolom persen biaya. Cara menentukan persen biaya adalah harga material dibagi dengan harga seluruh material lalu dikalikan 100%. Tabel 1 Analisa Trading Consumable Material No.
Material
Sat
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14
Besi Polos 10 Besi Ulir 22 bata ringan Besi Polos 16 Keramik 50 x 50 sekualitas Roman Genteng sekualitas Abadi Besi Ulir 16 Besi polos 8 Keramik 20 x 25 sekualitas Roman Keramik 20 x 20 KM sekualitas Roman Keramik 30 x 30 sekualitas Roman Non Slip Keramik Bubung Genteng sekualitas Abadi TOTAL
kg kg m3 kg m2 bh kg kg m2 m2 m2 bh
Vol 574.461,49 548.396,62 1.046,36 64.724,82 7.777,21 20.194,00 13.342,04 6.113,11 1.118,50 887,36 296,29 338,25 607,60
HSPK 7.100,00 7.100,00 815.000,00 7.100,00 39.000,00 5.000,00 7.100,00 6.973,00 37.100,00 33.000,00 28.600,00 24.500,00 9.900,00
Total Harga 4.078.678.023,77 3.893.617.392,11 852.780.058,50 459.546.373,34 303.311.217,30 100.970.000,00 94.728.535,58 42.626.714,94 41.496.424,20 29.282.992,20 8.473.751,00 8.287.125,00 6.015.240,00 9.919.813.847,93
Komulatif Harga 4.078.678.023,77 7.972.295.415,88 8.825.075.474,38 9.284.621.847,71 9.587.933.065,01 9.688.903.065,01 9.783.631.600,59 9.826.258.315,53 9.867.754.739,73 9.897.037.731,93 9.905.511.482,93 9.913.798.607,93 9.919.813.847,93
% Kom % Biaya Biaya 41,12 41,12 39,25 80,37 8,60 88,96 4,63 93,60 3,06 96,65 1,02 97,67 0,95 98,63 0,43 99,06 0,42 99,48 0,30 99,77 0,09 99,86 0,08 99,94 0,06 100,00 100,00
Setelah kumulatif persen biaya didapat maka bisa dibuat grafik analisa yang dikombinasikan dengan grafik pareto yang akan menghasilkan grafik analisa pareto.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 183
Manajemen Konstruksi
Y
Prosentase Biaya (%)
0:*/249*:.<8
0:*/24*7*52;*
Prosentase Item Pekerjaan (%) Gambar 1. Grafik Pareto
X
Gambar 1. Analisa Pareto Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pada saat nilai X= 20, maka nilai Y=88 dan pada saat nilai Y=80, maka nilai X=14. Dari hasil tersebut dapat diketahui P dan C dengan cara mengambil selisih angka dari grafik pareto dan analisa. Sehingga didapat : P = 20% - 14% = 6% dan C = 88% - 80% = 8% Empat item pekerjaan yang akan dipilih adalah empat item pekerjaan yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material. Empat material tersebut adalah besi polos Ø10, besi ulir D22, bata ringan, dan besi polos Ø16. 4.2. Waste Level Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-masing material yang sudah diperoleh dari hasil analisa Pareto Tabel 2 Rekapitulasi Waste Level
No
Kedatangan Logistik
Material
Sat
1
Bata ringan
m3
1.100,00
2
Besi Polos Ø 16
Kg
89.301,60
3
Besi Ulir D 22
Kg
730.576,80
4
Besi Polos Ø 10
Kg
792.170,00
Terpasang (As Built Drawing)
Vol. Waste
Waste Level (%)
1.046,36
53,64
4,88
88.030,31
1.271,29
1,42
729.463,46
1.113,34
0,15
791.967,95
202,05
0,03
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material yang memiliki presentase waste level terbesar adalah bata ringan dengan volume waste sebesar 53,63 m3 dan waste level sebesar 4,88%. Sedangkan material yang memiliki presentase waste level terkecil adalah besi polos Ø10 dengan volume waste sebesar 202,05 kg dan waste level sebesar 0,03%. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste tetapi rasio volume waste dengan kedatangan logistik. 4.3.
Waste Cost Perhitungan waste cost dilakukan karena ingin mengetahui apakah volume waste yang besar juga menghasilkan waste cost yang besar pula. Perhitungan dilakukan dengan rumus pendekatan sebagai berikut : Waste cost = waste level x bobot pekerjaan x total nilai kontrak Dari tabel 3 dibawah dapat terlihat bahwa material yang memiliki waste cost terbesar adalah bata ringan dengan total waste cost sebesar Rp. 41.587.835,21. Sedangkan pada tabel 4.2 yang menunjukkan ranking dari persentase waste level yang terbesar adalah material bata ringan sebesar 4,88 %. Dengan demikian membuktikan bahwa material dengan persentase waste level yang besar juga memiliki waste cost yang besar juga. Selain itu, bobot pekerjaan juga berpengaruh dalam penentuan waste cost. Jadi, jika material itu memiliki bobot pekerjaan dan waste level yang besar maka nilai dari waste cost akan besar pula.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 184
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
Tabel 3. Rekapitulasi Waste Cost VOLUME VOLUME VOLUME WASTE HARGA NO KETERANGAN MATERIAL MATERIAL WASTE LEVEL SATUAN TERPASANG TERPAKAI 1 Bata ringan
JUMLAH HARGA
BOBOT WASTE COST PEKERJAAN
1.046,36
1.100,00
53,64
4,88
815.000,00
896.500.000,00
0,02
41.587.835,21
2 Besi Polos Ø 16
88.030,31
89.301,60
1.271,29
1,42
7.100,00
634.041.586,43
0,01
6.542.073,47
3 Besi Ulir D 22
729.463,46
730.576,80
1.113,34
0,15
7.100,00
5.187.097.132,45
0,08
5.933.544,66
4 Besi Polos Ø 10
791.967,95
792.170,00
202,05
0,03
7.100,00
5.624.409.008,62
0,08
1.040.303,31
4.4.
Analisa Penyebab Sisa Material dengan Fishbone Diagram Dalam penelitian ini, penentuan faktor-faktor penyebab terjadinya waste akan dianalisa menggunakan fishbone diagram sehingga dapat diketahui akar permasalahan yang menjadikan material waste. Menurut Vincent Gaspers dalam bukunya yang berjudul Total Quality Management faktor-faktor yang berpengaruh menyebabkan waste material adalah man, measures, management, machines, material, dan environment. Dalam proyek pembangunan Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya ada beberapa faktor yang tidak mempngaruhi waste material pada proyek tersebut yaitu machines, material, dan environment, lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjabaran faktor penyebab waste berdasarkan jenis materialnya dibawah ini: 2
222
#*7
* 2> -
22
> ,
/
>2 #*7*0.6.7<
+ . #.*;=:.
Gambar 2. Diagram Fishbone untuk bata ringan 1.
2.
3.
Man a) kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja i. Membuang atau melempar material ii. Menangani material tidak hati-hati pada saat pembongkaran untuk dimasukkan ke dalam gudang iii. Memasang material tidak sesuai gambar sehingga perlu diganti karena material tidak bisa dipakai lagi. iv. Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi Measure a) pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste . Management a) Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil b) Kondisi penerimaan kurang baik : i. Material tidak dikemas dengan baik ii. Kerusakan material akibat transportasi ke/di lokasi proyek c) Penyimpanan material yang tidak benar akhirnya menyebabkan kerusakan sehingga tidak bisa dipakai lagi d) Kurangnya pengawasan pada saat pelaksanaan
Identifikasi penyebab waste untuk material besi polos Ø16, besi ulir D22, besi polos Ø10 ditabelkan sebagai berikut:
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 185
Manajemen Konstruksi
Tabel 4. Identifikasi penyebab waste Man
Measure
Management
besi polos Ø16
kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja : Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi
pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste
Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil sehingga kontraktor harus membeli besi lebih, sesuai standart minimal yang akhirnya kelebihan tersebut menjadi waste
besi ulir D22
kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja : Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi
pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste
Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil sehingga kontraktor harus membeli besi lebih, sesuai standart minimal yang akhirnya kelebihan tersebut menjadi waste
besi polos Ø10
kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja: Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi
pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste
Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil sehingga kontraktor harus membeli besi lebih, sesuai standart minimal yang akhirnya kelebihan tersebut menjadi waste
4.5.
Penanganan Sisa Material Menggunakan Waste Hierarchy Dari akar-akar permasalahan penyebab waste yang dijabarkan dalam fishbone diagram, bisa dianalisa penanganan sisa material menggunakan waste hierarcy. Analisa waste hierarcy ini didapat dari hasil wawancara kepada site manager proyek guna mendapatkan penanganan sisa material yang paling tepat. Hasil waste hierarcy pada proyek Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya bisa dilihat dari tabel 5 dibawah ini : Tabel 5 Penanganan Waste yang Tepat Sesuai Waste Hierarcy .;2 A .;2 .;2
&.=;. &.-=,. &.,@,5. &.=;. &.-=,. &.,@,5. &.=;. &.-=,. &.,@,5. #*7 > > > > > > > #.*;=:. > > > > > > > #*7*0.6.7< > > > > > > #*,127. 7>2:876.7<
*<*&270*7 &.=;. &.-=,. &.,@,5. > > > > > >
Langkah-Langkah Meminimalkan Waste (Waste Reduction) Dalam penelitian ini, untuk mengetahui langkah-langkah dalam mengatasi waste dilakukan tanya jawab dengan pelaku proyek, dalam hal ini pelaku proyek yang dimaksud adalah site manager proyek. Langkah-langkah yang dihasilkan yaitu bersifat opini pelaku proyek yang berasal dari pengalaman-pengalaman dilapangan dan pengalaman khususnya dari pelaksanaan Pembangunan Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya. Secara umum langkah-langkah meminimalkan waste berdasarkan materialnya adalah sebagai berikut: 1. Man a) Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja. b) Memilih mandor yang berintegritas 2. Measure a) Koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan. b) Pengecekan/ pengukuran ulang sebelum pendatangan material bila dirasa perlu. 3. Management a) Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai. b) Membuat kesepakatan akan kedatangan material antara supplier dan kontraktor . Contoh: bila bata ringan terjadi kerusakan ≤ 5 buah maka tanggu jawab kontraktor, tapi kalau ≥ 5 buah maka tanggung jawab supplier, supplier harus mengganti.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 186
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
c) Pembuatan program penyimpanan material yang baik. Sistem perencanaan penyimpanan material yang baik akan sangat berpengaruh terhadap peminimalisiran waste. d) Menambah tim QA/QC dan pengawas di lapangan.
5.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa Pareto maka material pada Proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yang berpotensi memberikan kontribusi terbesar terhadap waste cost yaitu Bata ringan dengan waste cost sebesar = Rp 41.587.835,21. Sedangkan nilai waste index pada proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yaitu sebesar 0,0531. Faktor-faktor yang berpengaruh menyebabkan waste material pada bata ringan, besi polos Ø16, besi ulir D22, dan besi polos Ø10 dalam proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya adalah faktor man, measure, dan management. Langkah-langkah untuk mereduksi waste dapat dirumuskan sesuai kriteria manusia, pengukuran dan manajemen. Cara-cara tersebut antara lain melakukan pengawasan, melakukan pengawasan yang tepat dan program penyimpanan material dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA) Bossink, B. A. G, dan H. J. H. Brouwers, 1996. Construction Waste : Quantification And Source Evaluation. Gatu, L.A. 2011. Analisa Sisa Material Konstruksi Pada Proyek Gedung KPKNL Sidoarjo. Penelitian Jurusan Teknik Sipil ITS, tidak dipublikasikan. Gaspers, V.2001. Total Quality Management. Manajemen Bisnis Total. Gavilan, R. M., dan Bernold, L. E. 1994. Source Evaluation Of Solid Waste In Building Construction. Journal of Construction Engineering and Management. Illingworth, J.R. 1998. Waste in the construction process. Intan, S.,Aliefen, R.S.,Arijanto, L. 2005. Analisa dan Evaluasi Sisa Matrial Konstruksi : Sumber Penyebab, Kuantitas, Dan Biaya. Jurnal Jurusan Teknik Sipil Universitas Petra. Ismail. 2010. Penyebab Waste Material Pada Saat Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi Bangunan Gedung. Poon, C. S., Yu, A. T. W, Wong, S.W., Cheung , Esther. 2004. Management of Construction Waste in Public Housting Projects in Hongkong. Environtmental Protection Agency.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 187