Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
Analisa Kebutuhan Energi Panas untuk Pelunakan Keju Dengan Mesin Pengolah Keju Tipe NT 50 Bambang Susilo1, Bambang Dwi Argo1, dan Palupi Widiyastuti2 1. Staf Pengajar Jur. Teknik Pertanian Fak. Teknologi Pertanian Univ. Brawijaya Malang 2. Alumni Jur. Teknik Pertanian Fak. Teknologi Pertanian Univ. Brawijaya Malang Abstract Cheese is a kind of the product from coagulated milk. The coagulation processes happen by Rennet enzyme through Lactic Acid Fermentation. Using of damaged natural cheese mixed with good cheese processes fickle cheese. The composition of thin product adapted to market need. The processes consist of sortation, cleaning, cutting, mixing, heating, batch striking and packaging. The heating stage is the bottleneck of the process, that important to extinguisher microorganism and to melt the cheese rapidly. This research conducted to study the heat input and to study the thermal efficiency of heating cheese with stirrer machine Type NT50. This parameter is useful to predict the optimal temperature and heating period in relationship with the quality of product. This study carried out in Laboratory of Husbandry Technology Process, Faculty of Husbandry, Brawijaya University. The research shows that the thermal input to melt the cheese is 23552.615 kJ. This energy comprised of accumulation energy in inner cylinder 225.304 kJ and outer cylinder 277.759 kJ. The water mediums absorb energy 5439.406 kJ and the (raw) material absorbs energy 3439.406 kJ. The total accumulation heat is 3.793 kJ/kg. The heat transferred by radiation to surrounding is 139.624 kJ. The convection heat transfers take place in outer cylinder and the surface of cap. The accumulation energy in outer cylinder is 642.638 kJ and in the surface 92.635 kJ. The melting efficiency is 47.885 kJ % and the total efficiency is 47.095 %. Abstrak Keju adalah salah satu jenis olahan susu yang digumpalkan dan penggumpalan ini terjadi karena adanya Enzim Rennet atau melalui fermentasi asam laktat. Keju olahan adalah keju yang diolah dengan memanfaatkan keju alami yang rusak dan mencampurnya dengan keju yang baik dimana komposisinya dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Pembuatan keju olahan ini meliputi beberapa tahap yaitu seleksi, pembersihan dan pemotongan, penggilingan, pencampuran bahan, pemanasan, striking batch dan pengemasan. Tahap pemanasan berperan sangat penting tanpa harus melupakan tahap proses lainnya. Pemanasan keju berf ungsi untuk membunuh mikroorganisme dan untuk melelehkan keju sehingga proses pelunakan keju berjalan cepat. Penelitian bertujuan untuk mempelajari kebutuhan energi panas dan efisiensi proses untuk pelunakan keju pada Mesin Pengaduk Tipe NT50 menurut keseimbangan energi, sehingga diharapkan dapat mencari hubungan antara suhu dan waktu pemanasan yang optimal dalam pembuatan keju olahan terhadap mutu yang dihasilkan. Penelitian dilakukan pada bulan Pebruari 2001 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah energi panas yang masuk pada proses pelunakan keju yaitu 23552.615 kJ, sedangkan jumlah energi panas yang keluar pada proses pelunakan keju, meliputi : 1) Pada proses pemanasan alat, energi yang terakumulasi pada tabung bagian dalam sebesar 225.304 kJ dan energi yang terakumulasi untuk tabung bagian luar sebesar 277.759 kJ; 2) pada proses pemanasan medium pemanas (air), energi yang terakumulasi sebesar 5439.406 kJ; 3) pada proses pemanasan bahan energi yang terakumulasi sebesar 3.793 kJ/kg keju olahan; 4) energi panas yang hilang ke lingkungan akibat perpindahan panas radiasi yaitu 139.624 kJ dan akibat perpindahan panas koveksi meliputi: pada permukaan tabung bagian luar, energi yang terakumulasi sebesar 642.638 kJ dan pada permukaan tutup tabung, energi yang terakumulasi sebesar 92.635 kJ. Efisiensi proses pelunakan keju sebesar 47.885 % dan efisiensi total sebesar 47.095 %.
45
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
Pendahuluan
Metode Penelitian
Keju merupakan protein susu yang digumpalkan dimana penggumpalan ini terjadi karena adanya enzim rennet (atau enzim lain yang cocok) atau melalui fermentasi asam laktat. Komponen-komponen yang menyusun keju adalah lemak, air, protein, laktosa kalsium dan phospor, dimana komposisinya tergantung pada jenis keju. Keju yang kurang matang akan menghasilkan produk akhir yang cacat secara fisik dan memiliki flavour yang hambar, agak masam, serta lentur. Salah satu cara untuk menangani keju yang rusak adalah dengan mencampur keju tersebut dengan keju yang memiliki tekstur dan struktur yang baik. Keju ini biasa disebut keju olahan. Pembuatan keju olahan meliputi beberapa tahap yaitu seleksi, pembersihan dan pemotongan, penggilingan yang bertujuan untuk mempermudah proses selanjutnya, pemanasan, penambahan air, garam dan emulsifier, striking batch, pengemasan. Pemanasan, selain berfungsi sebagai pasteurisasi sehingga daya simpan lebih lama, juga berfungsi untuk melelehkan keju sehingga proses pelunakan keju dapat berjalan dengan cepat. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemanasan adalah temperatur, dimana temperatur berpengaruh pada rasa, tekstur dan aroma produk akhir. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari kebutuhan energi panas pada proses pelunakan keju dengan menggunakan Mesin Pengaduk Tipe NT50, mengetahui efisiensi proses pelunakan keju dalam upaya untuk memperoleh kualitas keju olahan yang standar. Pembahasan dititik beratkan pada proses pelunakan keju pada mesin Pengolah Keju Lunak Tipe NT50, sedangkan analisis yang lain hanya bersifat melengkapi. Penelitian ini diorientasikan pada pendekatan teoritis dan empiris berdasarkan persamaan keseimbangan energi.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang pada bulan Pebruari 2001. Alat-alat yang digunakan meliputi Mesin Pengaduk Tipe NT50, termokopel digital kisaran 0 – 400 oC, termometer kisaran suhu 0 – 150 oC, termokontrol, gelas ukur 1000 cc, timbangan, stop watch dan mesin giling. Bahan yang digunakan adalah keju keras dengan merk “Kemal” yang diperoleh dari KUD Bambang Wajak, tepung beras, maizena, air (panas). a. Rancangan Fungsional dan Struktural Mesin Pengolah Keju Lunak Tipe – NT 50 ini terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu : termokontrol, motor, tabung pengaduk, pengaduk dan sumber pemanas. Termokontrol berfungsi untuk mengontrol suhu dalam tabung pengaduk sehingga suhu pelunakan keju dapat berlangsung konstan. Sensor suhu dipasang dalam tabung sekitar 15 cm dari permukaan atas tabung pengaduk. Motor yang digunakan adalah motor listrik1 HP, 1420 rpm. Gerakan motor direduksi dengan gear box yang selanjutnya di transmisikan dengan pulley dan sabuk pada poros pengaduk. Tabung pengaduk berkapasitas 50 kg dan memiliki ruang pelapis yang berisi air. Ruang pelapis berfungsi untuk memeratakan suhu dan menjaga agar tidak terjadi over heating di mana suhu tidak lebih dari 100 oC. Tabung bagian dalam terbuat dari stainless steel dengan diameter 0,4 m, tinggi 0,42 m, tabung bagian luar terbuat dari besi berdiameter 0,48 m, tinggi 0,47 m. Volume air pelapis adalah 32000 cc. Batang pengaduk terbuat dari stainless steel berdiameter 1 inci, panjang 1,135 m dan tebal 4 mm, sedangkan bagian bawah batang pengaduk ini terdapat dua sudu pengaduk yang terbuat dari karet berbentuk segiempat. Sudu pengaduk pertama dengan posisi membentuk sudut 90 0C dari batang pengaduk (as) yang berukuran panjang
46
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
0,35 m, lebar 0,05 m setebal 0,01 m. Sudu pengaduk kedua dengan posisi membentuk sudut 45 0C dari batang pengaduk yang berukuran panjang 0,11 m, lebar 0,05 m dan tebal 0,01 m. Sumber pemanas berupa kompor gas berbahan
bakar LPG dengan posisi 20 cm dipasang tepat di bawah tabung pengaduk. b. Analisa Teknik Data yang diperoleh dari hasil pengamatan digunakan untuk analisa keseimbangan energi panas pada proses pemanasan yang meliputi :
q in = q out q l – q L1 = q alat + q medium pemanas + q bahan + q L2 1). Energi panas yang masuk (qin), yang terdiri : 1. q l = energi pembakaran q l= E . m l 2. q L1 = kehilangan panas radiasi q L1 = σ . A s . F 1 –3 . (T s4 – T u4) 2). Energi panas keluar (q out) meliputi : a). q alat untuk proses pemanasan tabung, air dan bahan q = m.C p . (T2- T1) b). q konveksi pada dinding tabung dan tutup tabung q = h . A . ∆T 3). Efisiensi proses pelunakan Efisien proses pelunakan keju ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut ηa =
q alat + q medium pemanas + qbahan qin
x 100 =
qp qin
x100
qin = q1 – qL1 4). Efisiensi total η b=
qp x 100% ql
ql adalah energi panas yang tersedia pada pembakaran butana (C4H10). Pelaksanaan percobaan dilakukan dengan prosedur seperti terlihat pada Gambar 1.
47
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55 Mulai
Penyiapan bahan untuk pembuatan keju olahan
Pencampuran bahan (keju keras, maizena, tepung beras, air panas)
Persiapan alat
Percobaan
Pengamatan (pengukuran temperatur pada titik yang telah ditentukan, menimbang konsumsi bahan bakar)
Data Pengolahan data
Selesai
Gambar 1. Diagram alir pelaksanaan percobaan
Bahan keju olahan massa bahan : -keju keras 6 kg -tepung beras 3 kg -maizena 1 kg -air panas 6000 ml Proses pelunakan keju dalam mesin Pengaduk
Bahan bakar massa BB: 27,5 kg
Keju olahan yang lunak
konsumsi BB : 0,2 kg massa bahan : 16 kg suhu air : 91 C suhu proses : 78 C lama proses : 2,25 jam
Gambar 2. Sketsa Proses Pelunakan Keju
Hasil dan Pembahasan Proses Pelunakan Keju Proses pembuatan keju olahan terlihat seperti pada Gambar 2. Bahan – bahan yang diperlukan
48
meliputi : keju keras sebanyak 6 kg, tepung beras 3 kg, maizena 1 kg dan air panas 6000 ml. Bahan – bahan tersebut dicampur dengan melakukan pengadukan secara manual sampai homogen dan
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
Akumulasi energi pada tabung (J)
campuran ini dipanaskan sampai suhu 78 ˚C selama 2,25 jam dengan menggunakan mesin pengaduk. Energi panas yang masuk pada proses pelunakan keju Berdasarkan pada perhitungan, maka didapatkan bahwa energi pembakaran butana (C4H10) sebesar 23692,24 kJ dan besarnya energi yang hilang ke lingkungan sebagai energi radiasi adalah 139,624 kJ, sehingga jumlah energi panas yang masuk sebesar 23552,615 kJ. Energi panas yang masuk ini akan diterima oleh tabung pengaduk dan medium pemanas yang digunakan untuk memanaskan bahan. Energi panas yang keluar pada proses pelunakan keju Energi panas yang keluar pada proses pelunakan keju, meliputi : energi yang digunakan untuk memanaskan alat, energi yang digunakan untuk memanaskan medium pemanas, energi yang digunakan untuk proses pemanasan bahan dan energi yang hilang pada tabung pengaduk. a. Energi untuk proses pemanasan alat Energi untuk pemanasan alat digunakan untuk memanaskan tabung bagian dalam dan bagian luar. Energi yang terakumulasi pada tabung bagian dalam untuk selang waktu lima belas menit masing - masing adalah : 25,874 kJ; 101,390 kJ; 143,569 kJ; 187,370 kJ; 198,726 kJ; 206,837 kJ;
296,061kJ; 401,507 kJ; 466,398 kJ. Pada tabung bagian luar, energi yang terakumulasi untuk selang waktu lima belas menit masing - masing adalah : 40,287 kJ; 141,006 kJ; 181,293 kJ; 261,868 kJ; 292,084 kJ; 335,393 kJ; 385,752 kJ; 418,989 kJ; 443,161 kJ. Akumulasi energi pada tabung bagian luar lebih besar dibandingkan akumulasi energi pada tabung bagian dalam. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi : massa tabung bagian luar yang lebih besar dari massa tabung bagian dalam, untuk mencapai tingkat suhu yang sama sehingga berpengaruh pada semakin besarnya akumulasi energi pada tabung bagian luar ; selain itu pada tabung bagian luar terjadi pemanasan langsung dari sumber pemanas sehingga berpengaruh pada kenaikan suhu yang lebih besar dan akumulasi energi yang dihasilkan juga semakin besar. Apabila digambarkan dalam grafik pada Gambar 3, maka grafik akumulasi energi pada tabung mempunyai kecenderungan naik terhadap waktu, hal ini disebabkan pada energi yang diserap oleh tabung dan disertai peningkatan suhu pada tabung, maka tabung tersebut menerima energi sebanding dengan kenaikan suhu. Jadi apabila terjadi kenaikan suhu tinggi maka energi yang digunakan untuk memanaskan tabung pada perubahan suhu tersebut akan semakin besar.
5.00E+08 4.00E+08 3.00E+08
tab. luar tab. dalam
2.00E+08 1.00E+08 0.00E+00 15
45
75
105
135
Waktu (menit)
Gambar 3. Grafik akumulasi energi pada tabung terhadap waktu.
49
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
pemanas berdasarkan hasil percobaan menunjukkan adanya kenaikan suhu, yaitu dari
Akumulasi energi pada medium pemanas (J)
b. Energi untuk medium pemanas Berdasarkan perhitungan, maka energi yang terakumulasi untuk selang waktu lima belas menit masing - masing adalah : 932,949 kJ ; 2659,635 kJ ; 3718,248 kJ ; 5033,722 kJ ; 5696,772 kJ ; 6613,849 kJ; 7265,371 kJ ; 8201,443 kJ ; 8832,666 kJ. Energi untuk medium pemanas digunakan untuk memanaskan air, dimana suhu medium
suhu 31°C menjadi 91°C selama 2,25 jam (8100 detik). Kenaikan suhu ini akan berpengaruh pada besarnya energi yang dihasilkan sehingga semakin tinggi suhu maka energi yang diserap oleh medium pemanas akan besar. Grafik hubungan antara energi terakumulasi medium pemanas terhadap waktu disajikan pada Gambar 4, berikut :
1,00E+07 8,00E+06 6,00E+06 4,00E+06 2,00E+06 0,00E+00 15
30
45
60
75
90
105 120 135
Waktu (menit)
Gambar 4. Grafik akumulasi energi medium pemanas terhadap waktu. Grafik akumulasi energi medium pemanas mempunyai kecenderungan naik terhadap waktu, hal ini disebabkan energi yang diserap oleh air dengan disertai peningkatan suhu pada air, maka air tersebut akan menerima energi sebanding dengan besarnya kenaikan suhu. c. Energi untuk proses pemanasan bahan Akumulasi energi untuk proses pemanasan bahan yang terkandung dalam keju olahan pada selang waktu lima belas menit masing -masing, adalah : 0,207 kJ kg ; 1,247 kJ kg ; 2,079 kJ kg ; 3,326
kJ kg ; 3,534 kJ kg ; 3,742 kJ kg ; 6,029 kJ kg ; 7 485 kJ kg ; 8 108 kJ kg .
Pada
proses pemanasan bahan, energi yang dihasilkan
50
digunakan untuk memanaskan atau melelehkan bahan, sehingga proses pelunakan keju sesuai dengan yang diinginkan. Grafik hubungan antara pemanasan bahan terhadap waktu disajikan pada Gambar 5, berikut: Energi panas yang hilang pada proses pelunakan keju Energi panas yang hilang pada proses pelunakan keju, meliputi : energi panas yang hilang ke lingkungan sebagai akibat perpindahan panas radiasi dan energi panas yang hilang ke lingkungan sebagai akibat perpindahan panas konveksi.
Akumulasi energi pemanasan bahan (J)
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
1.40E+08 1.20E+08 1.00E+08 8.00E+07 6.00E+07 4.00E+07 2.00E+07 0.00E+00 15
30
45
60
75
90
105 120 135
Waktu (menit)
Gambar 5. Grafik akumulasi energi pemanasan bahan terhadap waktu
Akumulasi energi hilang secara konveksi (J)
Energi panas yang hilang sebagai energi radiasi sebesar 139,624 kJ dan energi panas yang hilang sebagai energi konveksi, meliputi : energi panas yang hilang pada permukaan tabung luar dan energi panas yang hilang pada permukaan tutup tabung. Akumulasi energi yang hilang pada tabung bagian luar untuk selang waktu lima belas menit masing -masing adalah : 55,422 kJ ; 265,319 kJ ; 363,146 kJ ; 577,976 kJ ; 659,331 kJ
; 783,726 kJ ; 933,485 kJ ; 1035,084 kJ ; 1110,261 kJ. Besarnya energi yang terakumulasi pada tutup tabung untuk selang waktu lima belas menit masing - masing, adalah : 7,554 kJ ; 3,134 kJ ; 29,433 kJ ; 52,277 kJ; 77,372 kJ ; 84,882 kJ ; 175,219 kJ ; 192,913 kJ ; 210,938 kJ. Grafik hubungan antara akumulasi energi yang hilang pada tabung akibat panas konveksi terhadap waktu pada Gambar 6, berikut :
1,20E+06 1,00E+06 8,00E+05 bag. luar tab.
6,00E+05
bag. dalam tab.
4,00E+05 2,00E+05 0,00E+00 15
45
75
105
135
Waktu (menit)
Gambar 6. Grafik akumulasi energi yang hilang secara konveksi terhadap waktu. besarnya energi panas yang masuk adalah Keseimbangan energi pada proses pelunakan 23552,615 kJ. keju Keseimbangan energi pada proses pelunakan keju sesuai dengan persamaan : Keseimbangan energi pada proses q in = q out pelunakan keju, meliputi : energi panas yang ql - qL1 == q al + q a + q b + q L2 + q TT masuk dan energi panas yang keluar pada proses pelunakan keju. Berdasarkan pada perhitungan,
51
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
Berdasarkan persamaan di atas, besarnya akumulasi energi yang tidak terhitung (qTT) pada selang waktu lima belas menit masing - masing
adalah : 1401,106 kJ; 2482,221 kJ; 2929,856 kJ; 4118,619 kJ; 5910,266 kJ;7412, 684 kJ; 8951,034 kJ; 10339,846 kJ; 12248,405 kJ.
energi pemanasan alat, energi pemanasan medium dan energi pemanasan bahan akan mempengaruhi besarnya energi pelunakan keju, sehingga hal ini akan mempengaruhi efisiensi dari proses pelunakan keju. Semakin besar energi yang digunakan untuk proses pelunakan keju, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan efisiensi proses pelunakan keju. Grafik hubungan antara efisiensi proses pelunakan keju terhadap waktu disajikan pada Gambar 7.
Efisiensi proses pelunakan keju
Efisiensi proses pelunakan keju (%)
Efisiensi proses pelunakan keju merupakan perbandingan antara jumlah energi pelunakan keju (yaitu energi pemanasan alat, energi pemanasan medium dan energi pemanasan bahan) dengan jumlah energi yang masuk. Besarnya efisiensi proses pelunakan keju pada selang waktu lima belas menit masing -masing, adalah 40,642 %; 57,602 %; 53,086 %; 48,437 %; 46,562 %; 46,065 %; 44,431 %; 44,142 %; 42,113 %. Jumlah 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 15
30
45
60
75
90 105 120 135
Waktu (menit)
Gambar 7. Grafik efisiensi proses pelunakan keju terhadap waktu Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa efisiensi proses pelunakan keju terjadi fluktuasi terhadap waktu, hal ini disebabkan bahwa efisiensi dipengaruhi oleh besarnya energi yang hilang (qLoss) ke lingkungan, dan besarnya qLoss ke lingkungan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan itu sendiri, diantaranya : suhu, aliran udara, dan lain - lain.
52
Efisiensi total Efisiensi total merupakan perbandingan antara jumlah energi pelunakan keju (yaitu energi pemanasan alat, energi pemanasan medium dan energi pemanasan bahan) dengan jumlah sumber energi awal yang tersedia. Efisiensi total pada selang waktu lima belas menit masing masing, adalah 38,464 %; 56,059 %; 52,138 %; 53,107 %; 47,918 %; 46,147 %; 44,091 %; 43,846 %; 42,088 %. Grafik hubungan antara efisiensi total terhadap waktu dapat disajikan pada Gambar 8.
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
Efisiensi total (%)
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 15
30
45
60
75
90 105 120
Waktu (menit)
Gambar 8. Grafik efisiensi total terhadap waktu. Grafik efisiensi total mengalami fluktuasi terhadap waktu, hal ini dipengaruhi oleh besarnya energi yang hilang ke lingkungan diantaranya adalah suhu dan aliran udara.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Jumlah energi panas yang masuk pada proses pelunakan keju yaitu 23552,615 kJ, sedangkan jumlah energi panas yang keluar pada proses pelunakan keju, diantaranya adalah energi yang digunakan untuk memanaskan alat, energi yang digunakan untuk memanaskan medium pemanas, energi yang digunakan untuk memanaskan bahan dan energi yang hilang pada tabung pengaduk. Pada proses pemanasan alat, energi yang terakumulasi pada tabung bagian dalam sebesar 225,304 kJ dan energi yang terakumulasi pada tabung bagian luar sebesar 277,759 kJ. Pada proses pemanasan medium pemanas (air), energi yang terakumulasi sebesar 5439,406 kJ.
Pada proses pemanasan bahan, energi yang terakumulasi
sebesar
3,973
kJ kg keju
olahan. Energi panas yang hilang ke lingkungan sebagai akibat perpindahan panas radiasi dan perpindahan panas konveksi. Besarnya energi panas yang hilang sebagai energi radiasi adalah 139,624 kJ dan energi panas yang hilang sebagai energi konveksi terjadi pada permukaan tabung bagian luar dan permukaan tutup tabung. Akumulasi energi yang hilang pada tabung bagian luar sebesar 642,638 kJ dan besarnya energi hilang yang terakumulasi pada tutup tabung adalah 92,635 kJ. Berdasarkan keseimbangan energi pada proses pelunakan keju terdapat energi yang tidak terhitung dengan akumulasi sebesar 16811,292 kJ. Efisiensi proses pelunakan keju sebesar 47,885 % dan efisiensi total sebesar 47,095 %. Saran Untuk mengurangi panas yang hilang sebagai akibat perpindahan panas konveksi ke lingkungan pada tabung pengaduk, maka bisa diberi isolator panas glass wool dan plat dari baja di dinding luar tabung pengaduk.
53
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1990. Daftar Komposisi Makanan, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Idris,S., 1992. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu, LUW Universitas Brawijaya Animal Husbandry Project Malang.
Araullo, E.E., D.B. Padua, and M. Graham, 1976. Rice, Postharvest Technology IRRI, Ottawa, Canada.
Johson,A.H., and G.D. Considine, 1980. Fundamentals of Dairy Chemistry, AUI Publishing Company, Inc., Wesport, Connecticut. New York.
Bucle, K.A., Edwards, R.A. Wodtton, M., A Course Manual in Food Science, Australian Vice, Chancellors Comitte, 1978.
Kosikowski, F.W., 1982. Cheese and Fermented Milk Foods, Kosikowski, F.V and Assosiates, Brooktondall. New York.
Caric, M., 1992. Processed Cheese, In Hui, Y.H., Encyclopedia of Food Science and Technology, Volume 3 – A, Willey Inter Science Publication John Wiley and Sons, Inc., New York. Champbell, J.R., and R.T. Marshall, 1975. The Science of Providing Milk For Men, Mc., Graw, Hill Company, New York. Daulay, D., 1991. Fermentasi Keju, PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Donald,
Earle,
R.P., dan Leighton, S.E., 1977. Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga. Jakarta. R.L., 1984. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan (edisi terjemahan), Sastra Hudaya, Jakarta.
Eckles Henry, D., Comb Barner, M.A., dan Mary Harold, 1951. Milk and Milk Product, Mc Graw – Hill Book Company, New York. Frank P., Incropera, 1966. Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Willey and Sons, New York. Gomez, IV., 1975. Lecture Syllabus and Practical Guide in Milk Product Manufacture, Dairy Training and Reseach Institut. University of the Phillippness, Los Banos Collega Laguna. Hadiwiyoto, S., 1979. Hasil – Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Liberty, Yogya. Holman,
54
J. P., 1984. Perpindahan Kalor, Terjemahan Ir. E. Jasifi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kordylas,J.M., 1991. Processing and Preservation of Tropical and Subtropical Foods, Educational Low - Priced Books Sceme with Mac Millan by the British Goverment. Kreith, F., dan Prijono, A., 1986. Prinsip – Prinsip Perpindahan Panas, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta. Mahmud, M.K., D.S. Slamet, R.R., Aprivanto, Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Litbang Gizi Jakarta. Mohsenin, N.N., 1980. Thermal Properties of Food and Agriculture Material, Gordon and Breach, Science Publisher, Inc., New York. Nuath, K.R.,1993. Cheese in Hui, Y.H., Dairy Science and Technology, Handbook Volume 2, Product Manufacturing, VCH Publisher, Inc., New York. Paul, C., dan Palmer, H., 1988. Food Theory and Aplication, John Willey and Sons Inc., New York. Priyanto, G., 1988. Teknik Pengawetan Pangan, PAU Pangan dan Gizi. Universaitas Gajah Mada, Yogyakarta. Singh,
R. P., dan Heldman, D.R., 1984. Introduction to Food Engineering, Academi Press Inc., New York.
Tesrteeg, P.F., H.G.M. Cuppers, J.C. Hellemonds, and G. Rijke, 1995. Growth of Proteolity Clostridium botalium in Processed Cheese Product ; Idata Acguisition for Modelling Influence of pH, Natrium Chlorida, Emulsifyng Salt,
Analisis kebutuhan Energi – Susilo dkk J. Tek. Pert. Vol 4(1): 45 - 55
Fat Dry Basis and Temperatur, J. Food Protection, 58 : 1091 – 1099. Toledo, R.T., 1981. Fundamental of Food Processing Engineering, The AVI Publishing Company, Inc.,Westport, Connecticut.
Thomas, M. A., 1980. Use of Calcium Co– Precipitates in Processed Cheese, The Australian. Winarno, F.G., 1991. Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
55