Seminar Nasional Peternakan don Vetertner 1997
ALIH TEKNOLOGI PETERNAKAN DAN PENINGKATAN :KEMAMPUAN SUMBERDAYA MANUSIA ATIEN PRIYANTI, UKA KuSNADI
Balai Penelittan
dan WAHYUNING K.S .
Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002
RINGKASAN Alih teknologi merupakan suatu proses penyaluran teknologi mulai dari pencipta atau sumber teknologi sampai ke pengguna teknologi . Pada sub sektor peternakan, proses alih teknologi melibatkan beberapa instansi seperti Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Direktorat 3enderal Peternakan, Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan serta petani dan pengusaha sebagai pengguna akhir. Terdapatnya kesenjangan komunikasi merupakan suatu kenyataan proses -alih teknologi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu upaya mengatasi hal tersebut adalah dengan menyelenggarakan penelitian di lahan petani (on farm research) dan mengadakan seminar/pertemuan ilmiali, lokakarya, temu tugas maupun temu teknis. Kemampuan pada modal sumberdaya manusia merupakan faktor yang utama di dalafn suatu proses interaksi dari beberapa faktor yang akan mempengaruhi akselerasi peningkatan alih teknologi . Melalui pembangunan jaringan informasi sistem penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian, BPTP/IIP2TP merupakan salah satu simpul pelayanan penelitian di wilayah yang strategis dalam arti dekat dengan pengguna akhir (masyarakat tani) sehingga diharapkan proses alih teknologi dapat berjalan lebih mantap. Teknologi yang dihasilkan melalui suatu proses dengan melibatkan kemampuan sumberdaya manusia, yang pada akhirnya dapat memberikan pendapatan tambahan bagi pengguna akhir. Kata kunci : Alih teknologi, sumberdaya manusia, sub sektor peternakan PENDAHULUAN Masalah pembangunan pertanian merupakan salah satu masalah penting dalam usaha Pembangunan Nasional khususnya dalam era globalisasi, dimana perekonomian dunia tampaknya akan mempengaruhi perekonomian Indonesia . Unluk mengimbangi pengaruh tersebut alternatif untuk tidak tergantung, pada ekspor minyak bumi adalah menggali potensi yang ada di dalam negeri khususnya perlu diberikan perhatian yang semakin besar pada masalah-masalah pembangunan sektor pertanian . Hal iuu merupakan pendekatan strategis karena kurang lebih 73% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian pokok di sektor pertanian . Oleh karena itu, salah satu pendekatan terhadap masalah pengembangan kekuatan ekonomi masyarakat pedesaan adalah menciptakan berbagai lapangan usaha yang berkaitan dengan sistem pertanian yang ada (MASKUM, 1990) . Pendekatan yang realistik dan kritis perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang multi komplek (teknis, sosial, ekonomis) . Guna menciptakan peluang kerja untuk mengoptimalkan sumberdaya manusia dalam sektor pertanian perlu ada faktor-faktor pendukung diselenggarakannya kegiatan produktif Salah satu faktor tersebut adalah pemasyarakatan dan pemanfaatan teknologi .
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997
Hasil-hasil pembangunan pertanian khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya memberikan tantangan yang lebih besar dalam penyediaan teknologi pertanian . Teknologi yang diperlukan tidak terbatas pada teknologi untuk meningkatkan produksi pertanian saja, tetapi juga teknologi usalia pertanian yang sesuai dengan agro-ekosistem, dimana perhatian dan penekanan tidak cukup pada sumberdaya alam saja, tetapi juga pada sumberdaya manusia berikut sistem sosial budayanya, sistem pemasaran serta lingkungan usaha pertanian lainnya (PuSTAKOM, 1990) . Dalam lingkungan ini teknologi yang diperlukan adalah teknologi yang mampu menggunakan semaksimal mungkin agro-ekosistem untuk meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petani serta memperluas kesempatan kerja dalam memanfaatkan sumberdaya manusia . Melalui penelitian telah banyak dihasilkan teknologi yang dapat menjawab tantangan tersebut . Namun demikian penerapan teknologi yang dihasilkan belum seperti apa yang diharapkan, banyak kendala non-teknis yang menghambat penerapan teknologi tersebut antara lain: 1. Upaya penerapan teknologi belum didukung oleh kemampuan pengguna .
2 . Penerapan teknologi tidak didukung oleh tenaga penyuluh yang sesuai dengan komoditas dan bidang yang dimiliki penyuluh . 3. Kebutuhan sarana dan kemudahan untuk penerapan teknologi belum sepenuhnya dipahami oleh unsur pengaturan dan pelayanan. 4. Penelitian lebih banyak dilakukan pada skala laboratorium dan skala percobaan, sehingga keampuhan teknologi diragukan untuk diherapkan pada skala yang lebih luas. 5. Teknologi yang tersedia belum sepenuhnya sesuai dengan penerapannya, terutama kesesuaian terhadap sistem non-teknis.
agro-ekosistem
tempat
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pemasyarakatan dan peinanfaatan teknologi sangat tergantung pada proses alih teknologi dan faktor kemampuan sumberdaya manusia yang terlibat didalamnya . Pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah proses alih teknologi peternakan dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang terlibat di dalamnya dengan tujuan untuk memberikan bahan pemikiran dalam membuat suatu kebijaksanaan baik bagi pembuat, penerap, dan pengguna teknologi peternakan khususnya . PROSES ALIH TEKNOLOGI Alih teknologi bukanlah merupakan suatu peneraaan yang mudah, akin tetapi metnbutuhkan waktu dan kerja yang baik antara sumber dari mana teknologi itu berasal, pembawa teknologi dan penerima teknologi yang dalam hal ini adalah masyarakat peternakan. Alih teknologi merupakan perangkat keras (alat-alat), perangkat lunak (cars-cara membuat/mengoperasikan alat), pengorganisasian dan manajemen yang kesemuanya merupakan suatu paket dalam setiap alih teknologi . Menurut AZMI (1991) alih teknologi merupakan suatu proses pengaturan teknologi mulai dari pencipta atau sumber teknologi sampai ke pengguna teknologi . Di sub sektor peternakan, proses alih teknologi melibatkan berbagai instansi diantaranya adalah Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan, Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluh serta petani dan pengusalia sebagai pengguna akhir. Oleh 826
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 9997
karena itu, keberhasilan alih teknologi sangat bergantung pada performansi daripada para pelaku yang terlibat didalamnya, serta bentuk teknologinya sendiri . Teknologi yang disampaikan ke petani hendaknya adalah teknologi tepat guns yaitu teknologi yang cocok dengan kegiatan usaha petani serta bersifat lokal spesifik . Disamping itu terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang suatu teknologi, yaitu: 1 . Keuntungan relatif : yaitu teknologi hendaknya yang menjanjikan suatu keuntungan yang lebih besar dibanding teknologi sebelumnya . 2 . Kompatibilitas : kesesuaian teknologi tersebut dengan tata nilai maupun pengalaman yang ada. 3 . Kompleksitas : derajat kerumitan untuk mempelajari dan menggumakan teknologi . 4. Triabilitas : kesempatan untuk mencoba teknologi dalant skala yang terbatas . 5. Observabilitas : yaitu deraiat yang menunjukkan cepatnya hasil teknologi tersebut dapat dillhat dan dinikmati oleli penggima. Disamping faktor-faktor tersebut, faktor yang perlu diperhatikan adalah perbedaan teknologi antara si pemberi dan si penerima sangat kecil, maka yang terjadi bahwa alih teknologi hampir tidak ada . Si penerima tidak memperoleh kemampuan karena kedua-duanya memiliki tingkat teknologi yang sama. Sebaliknya apabila teknologi yang dialihkan kepada si penerima mempunyai perbedaan yang terlalu besar, maka yang terjadi si penerima tidak mungkin menyerap teknologi dari si pemberi . Untuk berlangsungnya suatu alili teknologi dengan baik maka keseniangan diusahakan tidak terlalu besar, oleh sebab itu diperlukan Intermediate layer yang berfungsi sebagai jembatan (dalam kondisi sekarang dapat dilaksanakan di BPTP), jika telah terjadi interaksi alih teknologi, hal ini akan mengakibatkan ketergantungan penerima kepada pihak pemberi (Technological depend) akan menjadi lebih aktif dalam interaksi ini, sedangkan pihak pemberi akan senantiasa melindungi teknologinya. Disamping itu, dalam menyampaikan teknologi ke petani, faktor-faktor sosiobudaya yang perlu dipertimbangkan antara lain (HUDEIS, 1991) : 1 . Mentalitas petani, termasuk didalamnya sikap fatalistik (menyerah pada nasib), ingin maju, clan sebagainya. 2. Akses terhadap informasi, baik melalui interaksi antar dan inter kelompok maupun perhatian petani terhadap media massa. 3. Kebudayaan materi dan non-materi, mencakup peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian dan sistem ekonomi sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan kepercayaan . t
4. Tradisi masyarakat petani, menyangkut upacara aganta dan ritual lain yang menyangkut aspek ekonomi. 5 . Sistem kekerabatan dan solidaritas antar sesama petani, warga pedesaan . 6 . Sistem pelapisan sosial, mencakup standar penilaian dan penempatan status sosial petani . 7. Kebiasaan berpolitik, tats cara petani berdaya upaya untuk memperoleh, menggunakan, menghambat dan atau mendorong timbulnya suatu sistem kekuasaan . 827
SeminarNosional Peernakan don I"eieriner 199'
8. Sistem kelembagaan masyarakat petani, baik formal maupun nonforntal . 9. Mobilitas petani yang mempengaruhi tatanan hidupnya . 10. Ketergantungan petani pada bantuan dari luar. 11 . Persepsi petani tentang konsep hak milik, pribadi, komunal, dan desa . 12. Masalah sosial komunitas pedesaan . Beberapa hambatan dalam proses alih teknologi, diantaranya yaitu: 1 . Terdapatnya kesenjangan konuinikasi diantara pelaku-pelaku pembangunan baik secara fungsi kelembagaan atau diantara personalianya, sehingga menyebabkan teknologi yang dihasilkan sering kurang relevan dengan kebutuhan petani . 2. Teknologi yang tersedia kurang menggugah minat petani untuk melaksanakannya, mengingat sifat usaha yang masih subsistent dimana petani kurang berani beresiko dengan mencoba teknologi yang ditawarkan . 3 . Mengingat terbatasnya dana, sarana maupun fasilitas yang tersedia, sering teknologi yang dihasilkan masih bersifat parsial atau belttm menyelunft dan terpadu . 4. Teknologi yang tersedia lebih banyak menyangkut masalah teknis dibanding masalah sosial ekonomi, sehingga apabila di lapang meneinui masalah sosial ekonomi, para pelaku pembangunan di lapangan (yang dalant hal ini penyuluh) sulit untuk meniecaltkan masalahnya . Dari pihak penyuluh sendiri, sering melaporkan tentang tidak sampainya hasil publikasi yang telah dikirimkan oleh leinbaga penelitian, karena publikasi tersebut disimpan di meja pimpinan dan belum disampaikan ke bawah . Upaya yang telah dilakukan untuk mempercepat proses alilt teknologi adalah : 1 . Penyelenggaraan penelitian di lahan petani (onfarm research) . Dalam penelitian ini baik peneliti, petani, penyuluh maupun petugas dari Dinas Peternakan ikut terlibat, baik mulai dari identifikasi masalah yang ada di lapang, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi penelitian. 2. Penyelenggaraan seminar atau pertemuan ilmiah, lokakarva, temu tugas, maupun temu teknis . Dalam pertemuan-pertemuan semacam ini terdapat banyak masttkan-masukan tentang masalah yang ada di lapang serta umpan balik dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan . SUMBERDAVA MANUSIA DALAM PROSES ALIH TEKNOLOGI Era tinggal landas Pembangunan Nasional yang dimulai pada Repelita VI yang juga menipakan awal Pembangunan Jangka Panjang II adalah era pembangunan yang bertumpukan pada kemampuan sendiri sebagai bangsa dan inenuntut partisipasi penult selurult bangsa. Hal ini hanya dapat terlaksana apabila seluruh sumberdaya yang dintiliki olelt suatu negara, terutama sumberdaya manusia Indonesia akan menjadi lebih penting lagi apabila dikaitkan dengan proses globalisasi ekonomi yang akan tents berlanjut melanda selunth dunia. Sumberdaya manusia Indonesia yang sangat besar merupakan suatu potensi dalam me%vujudkan pembangunan dan kesejahteraan selunth bangsa . Pertanyaannya adalah bagaimana kemampuan sumberdaya manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan secara global tersebut ?. Proses alih teknologi nterupakam salah satu jawaban dalam meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia . Besarnya sumbangan 828
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997
teknologi dalam pertumbuhan ekonomi di suatu negara memang sudah tidak perlu diragukan lagi . Kemampuan pada modal sumberdaya manusia merupakan faktor yang utama didalam suatu-proses interaksi dari beberapa faktor yang akan mempengaruhi akselerasi peningkatan alih teknologi di suatu negara (WIE, 1993) . Dengan memperhatikan kebutuhan manusia yang sedang clan akan berkembang, kemampuan yang dibutuhkan untuk menguasai, menerapkan clan -mengembangkan teknologi akan dengan sendirinya menjamin penyerapan dari sebagian besar produk teknologi yang dihasilkan. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia ini akhirnya tercermin pada peningkatan taraf hidup clan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Kemampuan sumberdaya manusia terutama ditentukan oleh keterampilan dalam-penguasaan clan penerapan teknologi . Dalam masyarakat tani, meningkatkan efisiensi usahatani merupakan salah satu tujuan proses penerapan teknologi . Efisiensi manajemen usahatani berkaitan dengan ekonomi skala yang ditentukan pula oleh kemampuan memecalikan masalah pewilayahan clan konsentrasi komoditas yang diusahakan . Pelaksanaan proses alih teknologi kepada pengguna akhir (petani) memerlukan jalinan kerja sama clan hubungan timbal balik yang erat antara peneliti, penyululi, petani, penyandang dana, clan pihak pemerintah setempat . Hubungan timbal balik ini diperlukan agar informasi clan teknologi yang dihasilkan untuk petani clan pengguna lainnya dapat segera diketahui clan diadopsi oleh pengguna akhir teknologi tersebut. Sebaliknya, melalui hubungan timbal balik yang erat ini peneliti dapat pula mempelajari kebutuhan clan permasalahan petani sehingga peneliti clapat memusatkan perhatiannya pada pengembangan teknologi yang betul-betul diperlukan bagi pemecahan masalah pokok yang dihadapi oleh petani . Demikian pula petani dapat memperoleh informasi langsung dari peneliti mengenai perkembangan teknologi dalam berbagai bidang clan komoditas . Melalui hubungan timbal balik ini diharapkan basil-basil teknologi yang telah diperoleh dapat segera sampai clan digunakan oleh petani untuk mengembangkan usahanya dengan mempercepat tersedianya teknik produksi clan teknologi yang spesifik lokasi (BADAN LrrBANG PERTANIAN, 1994) .
Keterkaitan sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses alih teknologi antara lain meliputi peneliti, penyuluh, petani, penyandang dana, clan pihak pemerintah setempat dituntut semakin erat karena merupakan sumber clan pelaku penyampaian informasi hasil teknologi sehingga proses adopsi teknologi dapat lebih dipercepat . Pengalaman menunjukkan bahwa keterkaitan ini masih jauh dari sempurna . Banyak teknologi hasil penelitian yang tidak sampai kepada pengguna akhir, atau bahkan teknologi yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa secara implisit menipakan pengakuan bahwa strulctur kelembagaan beserta aparat terkait yang menangani kegiatan penyampaian hasil penelitian belum sesuai dengan kebutuhan yang berubah dinamis . MASALAH DAN KENDALA Sampai sekarang masih dijumpai berbagai kelemahan dalam pengembangan, penyampaian, clan adopsi hasil penelitian . Apabila informasi clan hasil teknologi tidak dapat digunakan oleh pengguna akhir, maka basil penelitian yang diperoleh dengan biaya mahal tidak akan memberi dampak terhadap peningkatan produksi clan harapannya .terhadap penclapatan masyarakat . Melalui pembangunan jaringan informasi sistem penelitian pertanian dimana BPTP/LPfP adalah merupakan salah satu simpul pelayanan penelitian di wilayah yang strategis dalam arti dekat 82 9
Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1997
dengan pengguna akhir (masyarakat tani) di wilayali kerjanya clan melaksanakan penelitian di lahan petani dengan kemitraan yang mantap, maka arus teknologi akan menjadi mantap (BADAN LITBANG PERTANIAN, 1992) .
Pengalaman kegiatan program keterkaitan penelitian, penyuluhan, clan petani baru-baru ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian, baik spesialis (PPS) maupun lapangan (PPL), belum mendapatkan informasi clan teknologi hasil penelitian yang diperlukan secara berkesinambungan . Keterpakuan penyuluh pada mekanisme instruksional/prosedural berlandaskan rekomendasi dari pusat dapat mengurangi kreatifitas yang menghambat penyampaian informasi dan teknologi hasil penelitian (BADAN LITBANG PERTANIAN, 1992) . Disisi lain, sering terjadi bahwa penelitian lebih menekankan pada masalah teknis daripada faktor sosio-kultural yang mempengaruhinya, sehingga sering dianggap kurang efelctif karena tidak langsung menyentuh permasalahan di lapangan yang langsung dihadapi oleh petani clan penyuluh . Demikian pula publikasi hasil penelitian yang terlalu ilmiah sehingga sulit dicerna oleh pihak pengguna clan pendistribusian informasi yang tidak merata bahkan tidak sampai kepada pengguna. Perbedaan persepsi tentang informasi antara peneliti clan penyuluhi perlu mendapat perhatian yang serius . Peneliti mengartikan informasi sebagai informasi, sementara penyuluh sering mengartikan informasi sebagai rekomendasi, sehingga menyebabkan bias dalam penyampaian informasi itu sendiri . Peneliti menganggap bahwa teknologi hasil penelitian perlu dijabarkan lebih dahulu kepada petani oleh penyuluh, sedang penyuluh mengharapkan agar hasil tersebut sudah siap pakai. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan informasi masih belum kuat clan belum tertata dengan baik . Kehadiran pihak yang mampu menerjemalikan bahasa ilmiali ke bahasa penyuluh merupakan kepentingan yang mendesak (BADAN LITBANG PERTANIAN, 1992) . Komunikasi clan keterpaduan pihak-pihak terkait dalam penyediaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi perlu ditingkatkan secara berkesinambungan. Perbedaan kelembagaan, persepsi, fungsi clan kesenjangan dalam komunikasi menyebabkan informasi dan hasil teknologi tidak/atau hanya sebagian s~tia yang sampai kepada pengguna akhir hasil penelitian. Selain dari itu, petani memiliki pula keterbatasan karena kurangnya pengetahuan clan kemampuan untuk mengadopsi teknologi, atau teknologi yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan petani . Pemantapan program pengembangan teknologi yang berkelanjutan memerlukan interaksi berbagai faktor penentu seperti kebijaksanaan, sistem pendukung clan pelayanan, partisipasi petani dan ketersediaan teknologi maju yang sesuai dengan agro-ekosistem, kebutuhan dan kondisi sosial ekonomi petani, serta interaksi berbagai faktor penentu dalam satu sistem produksi yang berkelanjutan . Keterpaduan ini merupakan masalah yang cukup kompleks akan tetapi sangat diperlukan untuk mempercepat proses alih teknologi clan adopsi teknologi . PENINGKATAN KEMAMPUAN SUMBERDAVA MANUSIA UNTUK KELANCARAN PROSES ALTH TEKNOLOGI Pendidikan merupakan salah satu cara yang penting untuk mengubah potensi sumberdaya manusia Indonesia yang cukup besar menjadi kemampuan yang nyata . Pendidikan tidak hanya membekali peserta didik dengan kemampuan intelektual serta berbagai keterampilan yang diperlukan bagi bekal penghidupan, letapi pads hakekatnya sekaligus meningkatkan harkat manusia itu sendiri sebagai makliluk Tuhan yang berakal clan berbudaya . 830
Seminar Nosional Peternakan don Ve+ermer 199'
Sektor pertanian memiliki tingkat produktivitas per pekerja yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya . Hal ini antara lain disebabkaii karena tingkat pendidikan tenaga kerjanya yang rendah, lebill rendah daripada pendidikan tenaga kerja non-pertanian (label 1). Sebenamya telah banyak kemajuan pendidikan yang dicapai tenaga kerja pertanian selama 20 tahun sejak 1971 sampai tahun 1990 (label 2), tetapi sebagian besar hanya berpendidikan SD kebawah (MANUWOTO, 1994). Hasil .penelitian melaporkan bahwa jika dalam suatu lapangan kerja banyak mempekerjakan tenaga kerja dengan pendidikan yang rendah, maka lapangan tersebut masih ditandai dengan proses produksi tradisional dengan karakteristik: (1) umumnya berada pada kegiatan-kegiatan ekonomi infonnal; (2) masill menggunakan teknologi yang sangat sederhana ; (3) proses produksi bersifat non-remurieratif, yang artinya bahwa kegiatan produksi berorientasi hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri ; (4) pola pengolahan tidak efisien ; (5) produktivitas rendah (KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA, 1991) . Lebih lanjut dilaporkan bahwa terlalu besamya proporsi tenaga kerja berpendidikan rendah menunjukkan bahwa kesempatan kerja untuk tenaga` berpendidikan tinggi sangat sedikit . Rendahnya tenaga kerja berpendidikan tinggi juga merupakan petunjuk rendahnya pemanfaatan teknologi maju dalam kegiatan pertanian . Tabel 1. Distribusi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan pada tahun 1985 dan 1990 (%) T4i kat Pendidikan Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Perguntan Tinggi
-
Pertanian 1985 - 1990 24,10 28,10 40,40 35,10 26,60 32,10 3,65 5,70 1,20 2,90 0,05 0,20
Non-pertanian 1 985 1990 14,10 11 27,20 21,30 28,80 30,90 11,10 12,20 16,20 20 4,60 2,60
Somber : BIRO PUSAT STAnSTIK
Tabel 2. Distribusi tenaga kerja pertanian menunt tingkat pendidikan dari tahun 1971-1990 (%) Tin&kat Pendidikan Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Perguruan Tinggi
1985
1990
1985
1990
49,10 30 19,10 1,20 0,30 -
36,10 41,30 19,50 2,20 0,90 0,02
28,10 40,40 26,60 3,70 1,20 0,05
24,10 35,10 32,10 5,70 2,90 0,20
Somber : BIRO PUSAT STAnSTIK
Dalam hubungannya dengan kelancaran proses alih teknologi . pelaksanaan pendidikan yang memberikan pengalaman secara langsung di lapangan mutlak diperlukan . Sebagai contoll, mulai tahun 1993/94 Departemen Pertanian menyelenggarakan Provek Rintisan Sekolah Lapangan
83 1
Seminar Nosional Peternakan dan V"eteriner 1997
Usahatani Berorientasi Agribisnis (SL-UBA). SL-UBA ini merupakan kegiatan pendidikan dan latihan terpadu bagi para petani dan nelayan bersama para pemandu lapangan umuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman keterampilan dan penghayatan tentang prinsip-prinsip usahatani yang berorientasi agribisnis dengan azas latihan kemitraan yang mendapatkan dukungan dari aparat di semua tingkatan (JUMENA, 1994) . Dalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan ini dikembangkan laboratorium agribisnis dimana para petani aktif berperan serta dalam diskusi kelompok dan hasilnya dapat diterapkan pada usalhatani masing-masing anggota kelompok. Salah satu kegiatan yang dianggap efektif dalam proses alih teknologi ini adalali kegiatan magang para petani di laboratorium agribisnis di tingkat pusat yaitu lembaga-lembaga penelitian, dimana pada umumnya mereka langsung mencomoh model-model kandang dan cars pemeliharaannya di kelompok masing-masing . Alternatif upaya lain yang dapat dipertimbangkan dalam proses alih teknologi guna meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia adalall melaksanakan kegiatan secara langsung di lapangan. Suatu proyek percontolian telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan yang bekerja sama dengan Small Ruminant-Collaborative Research Support Program (SR-CRSP) yang disebut dengan outreach pilot project. Tujuan utama proyek percontohan ini adalah umuk mengembangkan teknologi produksi ternak ruminansia kecil yang diperoleh dari menggabungkan penelitian-penelitian di laboratorium dan menerapkannya di lapangan . Sasaran program penelitian di tingkat desa ini yaitu : 1. Umuk meningkatkan kelangsungan ekonomis sistem peternakan kambing dan domba pada petani berskala kecil melalui teknologi produksi dan informasi ekonomi atau pemasaran, dan 2. Untuk membangun dialog dengan sejumlali kelompok tani guna mengembangkan dan menguji teknologi produksi yang secara sosial dapat diterima dan secara ekonomi mengtrntungkan . Perspektif ini telah diambil dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran petani tentang teknik usaha peternakan yang mempunyai tujuan produksi jelas dan bukan semata-mata hanya meningkatkan jumlah ternak (LUDGATE dan RANGKl1Tt, 1993) . Peningkatan alili teknologi dari peneliti ke pengguna juga telah dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian melalui Kegiatan Keterkaitan Penelitian dan Penyuluhan (REL = Research Extention Linkage), dengan tujuan untuk memperiancar ants informasi dari penelitian sebagai penghasil teknologi kepada penyiiluh sebagai penyampai teknologi dan kepada petani sebagai pengguna, dan sebaliknya menangkap umpan balik dari petani sampai peneliti untuk mendapatkan pemecahannya . Salah sang kegiatan REL Badan Litbang pertanian adalali Gelar Teknologi spesifik lokasi . Teknologi yang telah dirakit di Balai-Balai Penelitian sangat memerlukan modifikasi dan penyesuaian dengan kondisi setempat. Dalam gelar teknologi ini dilibatkan peneliti, penyuluh, maupun petani . Hal ini dilakukan umuk menanggulangi keterkaitan yang selama ini dirasakan petani terlalu teoritis atau bahkan penytiluli masih merasa sulit untuk mencerna publikasi penelitian umuk diaplikasikan menjadi teknologi spesifik lokasi . Kunci keberhasilan teknologi ini adalah dengan adanya kontak langsung penggunaan teknologi di tingkat petani . PENUTUP
Dalain pelaksanaannya proses alih teknologi pada subsektor peternakan perlu mempertimbangkan jangkauan luas variabel agro-ekosistem dan sosio kultural masyarakat
83 2
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1997
setempat . Komponen dasar dalam proses inn adalah jaringan komunikasi dimana harus dapat berkembang secara berkesinambungan . Teknologi
yang
dihasilkan
melalui
suatu
proses
dengan
melibatkan
berbagai
unsur
kelembagaan beserta aparat yang terkait diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, yang pada akhirnya dapat memberikan pendapatan tambalnan kepada pengguna akhir.
DAFTAR PUSTAKA AzNfl. 1991 . Alih teknologi pertanian tanaman pangan . Prosiding Temu Teknis Keterkaitan Penelitian Penyuluhan . Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor. BADAN LrrBANG PERTANIAN. 1992 . Penyempurnaan mekanisme penyampaian basil penelitian dan umpan baliknya pada PJPT 11 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. BADAN LrrBANG PERTANIAN . 1995- Rencana strategis operasional penelitian Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.
1995-2005. Badan Litbang
Hums, AN . 1991 . Peranan sistern sosial pedesaan dalam alih teknologi hasil penelitian melalui penyuluhan pertanian kepada petani-nelayan . Prosiding Temu Teknis Keterkaitan Penelitian Penyuluhan . Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor.
JUMENA, S. 1994 . Peluang pengembangan usaha ternak ayam buras dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri nunah tangga pedesaan melalui pembinaan sumberdaya manusia. Lokakarya Perternuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian, Semarang . KELOtvn'GK KERJA PENGEIv1BANGAN SUMBERDAYA MANUSIA. 1991 . Proyeksi penyediaan tenaga kerja tarnatan pendidikan tinggi : 1993-2003 . BAPPENAS, Depdikbud, Depnaker, BPS . LuDGATE, P.J . dan M. RANGKUTL 1993 . Peranan komunikasi dalam hubungan petani penyuluh-penelitian yang efektif. Dalam: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia . Eds. Manika WodzickaTomaszewska dkk. Sebelas Maret University Press, Surakana . 1994 . Prospek kerja sama Pergunian Tinggi, Pemerintah, dan swasta dalam bidang pendidikan . Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Keterkaitan Kelembagaan dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Agribisnis . lnstitut Pertanian Bogor.
MANuwoTo, S.
MASKUN, H.S . 1990 . Pemasyarakatann dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pembangunan desa . Makalah disampaikan pada Saresehan dan Seminar Bursa Ristek 1990 di Jawa Barat . PUSTAKom . 1990 . Upaya peningkatan kegiatan pengembangan dalain Litbang Pertanian . Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. RoGERs, E.M . 1983 . Ditlasion of Innovations. The Free Press. Collier Macmillian Publishing Co ., Inc., London. WiE, THEE KiAN, dan S. MULYANI. 1993 . Teknologi: Pengertian dan ruang lingkup. Makalah disampaikan pada Seminar Prospek Perekonomian Indonesia . Diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Wisma Baia, Jakarta.