BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Salah satu unsur penting dalam mewujudkan daya saing bangsa adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), oleh karena itu, pembangunan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi memegang posisi penting di dalam konteks pembangunan nasional. Peningkatan kemampuan iptek diarahkan untuk membantu penyelesaian berbagai masalah kekinian dan mengantisipasi masalah masa depan. Di samping itu, peningkatan kemampuan iptek juga diarahkan untuk membantu peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi di berbagai mata rantai pertambahan nilai produk dan jasa. Dengan demikian iptek dapat berperan lebih baik dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan untuk mewujudkan kemandirian bangsa.
I.
Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan iptek secara garis besar adalah sebagai berikut. Pertama, masih lemahnya sinergi kebijakan bidang iptek dengan bidang pembangunan lainnya, khususnya bidang industri dan pendidikan sehingga keterpaduan dan kesinambungan program dan kegiatan masih belum signifikan output-nya. Kedua, belum berkembangnya budaya iptek di masyarakat sehingga tingkat inovasi dan kreativitas yang dihasilkan menjadi minim, lemahnya kelembagaan dan daya dukung iptek/litbangyasa menyebabkan rendahnya kemampuan absorpsi iptek oleh industri, masih lemahnya keterkaitan, interaksi dan kerja sama antarberbagai pemangku kepentingan (stakeholder) iptek. Ketiga, belum terciptanya pusat-pusat unggulan dan sumber-sumber pembaruan yang mendukung perkembangan iptek, serta masih rendahnya kesiapan dalam menghadapi tantangan global. Permasalahan tersebut menyebabkan iptek belum memberikan kontribusi yang optimal dalam pertumbuhah ekonomi. II.
Langkah-Langkah Dicapai
Kebijakan
dan
Hasil-Hasil
yang
Arah kebijakan peningkatan kemampuan iptek diutamakan pada enam bidang fokus, yaitu: (1) pembangunan ketahanan pangan; (2) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan; (3) pengembangan teknologi dan manajemen transportasi; (4) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; (5) pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan; dan (6) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan. Kebijakan enam bidang fokus tersebut diatas dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai berikut: (1) Program penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (2) Program Difusi dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (3) Program Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan (4) Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.
22 - 2
Hasil pembangunan kemampuan iptek menurut program pembangunan iptek adalah sebagai berikut. Program Penelitian dan Pengembangan Iptek diarahkan untuk memperkuat pusat-pusat riset nasional pada kompetensi intinya masing-masing, terjadinya kemitraan lembaga riset nasional, dan menghasilkan temuan baru yang bersifat academic excellent, economy impact, ataupun social benefit. Sesuai dengan Agenda Riset Nasional 2006—2009, kemajuan pelaksanaan program penelitian dan pengembangan iptek pada keenam bidang fokus untuk kurun waktu 2005 hingga 2008 telah menghasilkan sebagai berikut: (1) ketahanan pangan, (2) energi baru dan terbarukan, (3) teknologi dan manajemen transportasi, (4) teknologi informasi dan komunikasi, (5) teknologi pertahanan dan keamanan, dan (6) teknologi kesehatan dan obat-obatan. Berdasarkan pengelompokan ini, hasil-hasil yang dicapai untuk kurun waktu 2005 hingga 2008 adalah sebagai berikut. Pada Fokus Area Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian (Deptan) telah membuat beberapa varietas unggul padi hibrida, seperti Heva-5, HIPA-5 CEVA, dan HIPA-6 JETE. Heva-5 mempunyai keunggulan tekstur dan aroma, tahan terhadap hama wereng, dan rata-rata hasil 7,3 ton gabah kering giling/ha, HIPA-5 CEVA mempunyai tingkat produktivitas mencapai 8,4 ton gabah kering giling/ha, sedang HIPA-6 JETE memiliki produktivitas mencapai 10,6 ton gabah kering giling/ha yang merupakan hasil tertinggi di Indonesia. LIPI mendapatkan galur harapan padi transgenik yang lebih tahan terhadap serangan hama wereng, penggerek, dan penyakit blast serta kultivar padi tahan kekeringan. Badan Tenaga Nuklir (Batan) dengan memanfaatkan teknologi radiasi telah mendapatkan varietas baru beras super mutasi radiasi (bestari) yang produktivitasnya berkisar 6,48–9 ton gabah kering giling/ha dan varietas Mira-1 yang produktivitasnya mencapai 8 ton gabah kering giling/ha. Untuk komoditas jagung, Deptan mendapatkan varietas unggul Bima-3 Bantimurung yang tahan penyakit bule dan hasilnya dapat mencapai 10 ton/ha dengan ratarata hasil 8,3 ton/ha. Untuk komoditas strategis lainnya, yaitu kedelai Batan menghasilkan galur kedelai unggul M-220 mutasi inovasi 22 - 3
teknologi radiasi nuklir (mitani) dengan produktivitas berkisar 1,98 – 3,2 ton/ha dan telah mendapat rekomendasi untuk dilepas ke pasar. LIPI mengembangkan kedelai plus, benih yang telah diproses produktivitas menjadi 2,6 ton hingga 3,6 ton/ha. Untuk mendukung diversifikasi pangan, LIPI telah mengumpulkan cadangan plasma nutfah untuk sumber karbohidrat yaitu 750 koleksi talas dan 120 koleksi ubi kayu, mengembangkan bibit unggul hasil rekayasa genetika untuk padi dan pisang, mendapatkan issolat Rhizobium BTCC-B64 yang mampu bersimbiosis efektif dengan banyak galur kedelai, kacang hijau, dan sengon. IPB menghasilkan: 1 paket koleksi plasma nuftah untuk 4 komoditas, 4 paket varietas unggul baru (manggis, pisang, nenas & pepaya), modified cassava flour, pangan darurat untuk kondisi panik (1-4 hari setelah bencana), scale-up produksi mi jagung, teknologi produksi sagu lempeng, chips kering ubi jalar, dan mi basah jagung. Dalam pemuliaan ternak dan ikan, dengan pemanfaatan teknologi alih embrio (embrio transfer) LIPI mendapatkan varietas sapi unggul, yaitu anak sapi bali yang pada umur 3 bulan telah mencapai berat 29 kg dan tinggi +/- 75 cm, dibandingkan dengan anak sapi hasil perkawinan biasa yang beratnya hanya 13 kg dan tinggi 40-50 cm. Batan berhasil memanfaatkan teknologi nuklir antara lain untuk membuat vaksin FASCIVAC pencegah penyakit cacing hati pada ternak, mengembangkan kit RIA Progesteron untuk inseminasi buatan, dan mengembangkan probiotik untuk meningkatkan aktivitas mikroba rumen pada ternak ruminansia. Selain itu, dihasilkan juga tiga suplemen pakan ternak, yaitu UMMB (Urea Multinutrient Mollases Block), SPM (Suplemen Pakan Multinutrien), dan HQFS (High Quality Food Supplement). Universitas Brawijaya (Unibraw) menghasilkan, antara lain, 1 paket kit diagnostik Mastitis, 1 paket kit diagnostik Brucellosis, 1 alat perah higienis lokal, 1 paket marka gen kandidat untuk pertumbuhan dan kualitas daging, dan 1 paket suplemen pakan dengan zat aktif fitofarmaka (temu ireng dan temu lawak). Lembaga Pengelola LPPM-IPB menghasilkan pengembangan industri hilir berupa 1 paket teknologi produksi minyak sawit merah, 1 prototipe 22 - 4
proses dan produk mikroenkapsulasi minyak sawit merah, 1 paket teknologi proses Coco Butter Alternative (CBA), dan 1 paket teknologi produksi lubricant berbasis sawit. Di samping itu juga dikembangkan industri hulu berupa 1 paket panduan teknis pengendalian ganoderma, 1 paket isolat penangkal ganoderma, 1 paket protokol teknik kultur jaringan, 1 paket rancangan metode deteksi dini abnormalitas hasil kultur jaringan, dan 1 paket sekuen marker rendemen minyak tinggi. Untuk Fokus Area Energi Baru dan Terbarukan, BPPT telah melakukan uji coba pemakaian minyak kelapa sawit asli pada mesin diesel genset dengan subtitusi sampai 100% pada Genset 10 kVA dan sedang dilakukan untuk Genset 100 kVA dengan komposisi 80%; uji coba pemakaian minyak nabati pada kompor sudah mencapai 75% pada kompor tekan; uji coba pemakaian minyak nabati pada mobil pengganti minyak solar sudah mampu mencapai 30% (Inova Diesel) dan pada Truk Dyna sudah mencapai 50% dengan penambahan converter; dan uji coba berbahan bakar campuran minyak nabati Pure Plant Oil pada beberapa kendaraan dalam bentuk kegiatan Road Show Menado – Jakarta. BPPT juga telah mengembangkan pemanfaatan fuel grade ethanol sebagai bahan bakar di sektor transportasi dan saat ini telah dilakukan sertifikasi produk-produk FGE serta Gasohol E-10 dan Gasohol E20. Di samping itu, BPPT telah menyelesaikan rancang bangun dan pembangunan pabrik biodiesel dengan kapasitas 8 ton/hari untuk provinsi Riau; rancang bangun pabrik biodiesel kapasitas 6 ton/hari untuk mendukung Program Nasional Desa Mandiri Energi di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan; pengembangan dan penerapan teknologi pengolahan minyak nabati berbasis biji jarak untuk subtitusi BBM dan pengembangan alat press biji jarak yang portable dan transportable sehingga mudah diterapkan. Batan telah melakukan pemuliaan jarak pagar (jathropa curcas) dan diuji coba galur muatan harapan jarak pagar MIV5; pengembangan galur tanaman Sorghum ZH-30 untuk bahan baku pembuatan etanol dengan keunggulan, antara lain, adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi 4—5
22 - 5
ton/ha, kadar gula 17,6%, dan rendemen ethanol 95% dengan proses secara langsung. Lapan telah mengembangkan pemanfaatan energi angin (SKEA) yang dapat digunakan pada pulau-pulau kecil dan daerah pesisir yang potensial seperti Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, dan Provinsi NTT. LIPI telah mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang menggunakan Turbin Kaplan hasil rekayasa lokal; infrastruktur Virtual Private Network (VPN) untuk mengatasi permasalahan sistem pengawasan pemakaian listrik; Fuel Cell berbasis sPS(sulfonated Polystyrene), yang banyak tersedia di Indonesia; alat penghemat penggunaan bahan bakar yang disebut Electric Fuel Treatment (EFT) yang mampu menghemat pemakaian bahan bakar antara 5 sampai 20%. Batan telah membangun kemampuan nasional dalam menggunakan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik. Di samping itu, telah juga dilakukan persiapan baik fisik dan nonfisik menuju pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia yang, antara lain, dalam bentuk perumusan kebijakan program energi nuklir nasional; pembentukan komponen infrastruktur dasar pendukung untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN; penyusunan pedoman pemanfaatan dan pengembangan sistem energi nuklir. Sosialisasi PLTN terus dilaksanakan untuk membangun pemahaman masyarakat, baik di calon tapak terpilih maupun calon tapak alternatif di Jawa dan luar Jawa. Pada Fokus Area Teknologi dan Manajemen Transportasi, BPPT bekerja sama dengan PT Inka, PT KAI dan Departemen Perhubungan mengembangkan teknologi Boogie kereta duorail dan monorail pada kecepatan medium dan tinggi; teknologi persinyalan dan sistem peringatan otomatis penutup pintu perlintasan kereta api; Rail Fastening (KA Clip) untuk memperkuat dudukan rel pada bantalan kayu oleh PT LEN Industri; sedangkan besi atau beton di atas ballast telah diproduksi oleh PT PINDAD; KA-Clip telah lulus uji dengan standar American Railway Engineering & Maintenance Association (AREMA) dan melalui kerja sama PT PINDAD dengan PT KAI, Rail Fastening (KA Clip) telah terpasang di Indonesia +/22 - 6
582,57 km yang tersebar di seluruh DAOP (Daop 1 sampai 9). BPPT juga berhasil mengembangkan kapal bersayap dengan efek permukaan Wing in Surface Effect Ship (WISE). Kapal bersayap WISE merupakan alternatif sarana transportasi yang mempunyai beberapa keunggulan, seperti berkecepatan lebih dari 80 knots, menghemat bahan bakar sampai 60%, dan lebih nyaman karena bergerak di atas laut dan tidak menyentuh gelombang. Rancang bangun WISE dilaksanakan oleh BPPT bekerja sama dengan ITS dan ITB untuk pekerjaan desain serta dengan PT Carita Boat Indonesia untuk pekerjaan produksi prototipe WISE. Uji kualifikasi dan pembakuan konfingurasi untuk dua tipe sayap model Belibis NA 5 dan NA 6 telah berhasil diujiterbangkan di Danau Jatilihur pada bulan Oktober 2007 Dan pada tahun 2008 diproduksi prototipe WISE 8, W1 di PT Carita Boat Indonesia, Bojonegara, Banten. Dalam bidang pengembangan sarana transportasi udara, PT Dirgantara Indonesia sedang melakukan pengembangan pesawat udara N 219. Dalam hal ini BPPT berkontribusi pada uji terowongan angin, uji kekuatan statik struktur pesawat, uji kelelahan struktur pesawat, dan uji simulasi pendaratan di air dengan menggunakan semua fasilitas laboratorium yang dimuliki BPPT. PT LEN Industri telah mengembangkan prasarana bandar udara LEN-LED aviation lights untuk runway dan obstruction lights dengan kombinasi standar, FAA dan ICAO untuk memenuhi standar keselamatan, keandalan dan persyaratan teknis lainnya untuk memenuhi kepuasan pemakai. Pada Fokus Area Teknologi Informasi dan Komunikasi, BPPT telah membangun sistem Technical Assistance pengembangan egovernment, dan bersama Depkominfo telah mendifusikan delapan paket aplikasi SIMDA di Pemerintah Kabupaten Gianyar, Sumbawa, Kuningan, Garut, Kota Malang, dan Jambi; membantu Kabupaten Jembrana mewujudkan Jimbarwana Network (JNET) yang menghubungkan seluruh satuan kerja Pemda (Badan, Dinas, Kantor), 4 kantor kecamatan, 52 kantor kelurahan dan desa, kamera pemantau beberapa lokasi strategis, Jardiknas Jembrana (SD, SMP, SMA, dan SMK) serta pemanfaatan untuk masyarakat. Penelitian dan pengembangan fraktal dan DNA batik memperkaya khasanah 22 - 7
pengembangan desain batik sebagai salah satu unggulan industri kreatif yang berkembang saat ini. Untuk Fokus Area Teknologi Pertahanan dan Keamanan, pembangunan iptek ditujukan untuk mendukung kemandirian alutsista yang meliputi matra darat, laut, dan udara. Untuk matra darat, kerja sama antara Kementerian Ristek dengan LPND, TNI, POLRI, dan PT PINDAD telah berhasil mengembangkan panser 6x6 yang dapat mengangkut sampai tiga belas personel tempur dan panser 4x4 untuk mengangkut dua belas personel. Di samping itu, telah dihasilkan desain dan contoh awal senjata berpeluru karet kaliber khusus spesifik Polri, amunisi gas air mata kaliber 38 mm, dan granat gas air mata untuk pengendalian kerusuhan massa yang kemudian akan diproduksi oleh PT PINDAD. Dua buah alat komunikasi yang dinamai Tactical Radio Communications Hf-90 Transceivers dan Tactical Radio Communicartions Vhf-90 Ina Transceivers telah dikembangkan oleh PT LEN Industri untuk komunikasi antaranggota TNI dan Polri dalam menjalankan tugas. PT LEN Industri juga telah menghasilkan radio jammer untuk mengganggu sistem, komunikasi musuh dan sekaligus bergunauntuk mengetahui posisi (lokasi) musuh. Untuk matra laut, sebuah transponder sasaran torpedo latih telah dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan Arhanud dan Dislitbang-TNI melalui program insentif ristek. TLM-01 yang dihasilkan di dalam negeri ini dapat digunakan berulang-ulang oleh tim sonar dan torpedo dalam latihan perang antikapal selam. Dengan bantuan perangkat MI (MI). tim sonar & torpedo dapat melakukan latihan deteksi dan penelusuran kapal selam di sekitar kapal atas air. LIPI bekerja sama dengan IRCTR TU-Delft telah mengembangkan Radar untuk pengawasan pantai (Coastal Surveillance Radar) yang diberi nama Indonesian Radar (INDRA) II. Untuk matra udara, pesawat udara tanpa awak (Puna) telah dikembangkan desain dua prototipe Puna BPPT 01B-“Gagak” untuk pemotretan udara pada area yang luas dengan pendekatan yang tidak dapat dideteksi oleh lawan. Juga telah diselesaikan desain dan produksi prototipe Puna BPPT–02A “Pelatuk” sebanyak tiga buah 22 - 8
dan desain serta produksi prototipe Puna BPPT – 02B “Laron” sebanyak satu buah, untuk misi Vertical Take off Hovering dan Vertical Landing (VTOL). Ditargetkan membuat prototipe T-Tail dan V-tail, Payload and autonomous system, mapping, reconnaisance, surveillance, range 120 km. Pada bidang ini, juga telah dilakukan pengembangan Blast Effect Bomb (BEB), yang merupakan bom latih yang memberikan efek suara ledakan keras seperti bom tajam dan dapat dioperasikan dari pesawat tempur kecepatan rendah dan kecepatan tinggi. BEB tidak memerlukan penanganan khusus dalam pemeliharaan dan penyimpanan. Dalam kegiatan ini, BPPT bekerja sama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkutan Udara TNI-AU dan PT Dahana. Di bidang peroketan dan keantariksaan Lapan hingga tahun 2007 telah berhasil mengembangkan roket dengan diameter 320 mm, RX-320 yang telah diluncurkan pada tanggal 19 Mei 2008. Roket ini, direncanakan sebagai bagian dari rangkaian roket pengorbit satelit memiliki bobot 532 kg dengan daya dorong 52 ton/dt. Di samping itu, juga telah berhasil diluncurkan roket balistik dan roket kendali berukuran kecil – sedang dengan bobot s.d. 243 kg berdaya jangkau s.d. 51 km, serta roket dengan bahan bakar propelan buatan sendiri. Semua uji coba peluncuran ini berhasil dengan baik. Sementara itu, melalui kerja sama antara LPND, BUMN dan perguruan tinggi telah dirancang roket Dirgantara 230 (D-230) berkaliber 122 mm untuk dioperasikan sebagai sistem senjata utama dalam pertempuran artileri dan pertahanan pantai. Lapan juga telah mengembangkan produksi bahan bakar roket, yaitu Amonium Perklorat (AP) yang paling banyak digunakan dalam pembuatan propelan. Dari hasil uji statik dan terbang yang telah dilakukan, terbukti bahwa roket yang menggunakan AP buatan Lapan menunjukkan kinerja yang lebih baik diukur dari trust yang dihasilkan dibandingkan dengan roket yang menggunakan amonium impor. Hasil produksi 90 kg pada tahun 2007, target produksi 1 ton pada tahun 2008, 2 ton pada tahun 2009, dan 5 ton pada tahun 2010. Dengan keberhasilan ini, Indonesia bisa terbebas dari ketergantungan impor bahan bakar roket dari luar negeri. Selain itu, telah dilakukan juga litbang pembuatan propelan double base untuk substitusi 22 - 9
propelan yang sudah kadaluwarsa, misalnya untuk roket FFAR. Pada tahap awal ini dapat diproduksi sekitar 1 kg/bulan. Double base ini juga merupakan bahan pembuatan/produksi amunisi. Dengan dihasilkannya bahan mesiu tersebut, untuk masa mendatang produksi amunisi dapat ditingkatkan sehingga tidak perlu lagi mengimpor. Di samping itu, Lapan juga berhasil mengembangkan satelit mikro untuk penginderaan jauh melalui kerja sama dengan Jerman. Satelit ini telah berhasil diluncurkan pada 10 Januari 2007 dari stasiun peluncur satelit di India dan telah beroperasi menghasilkan data permukaan bumi dengan resolusi spasial 200 m dan 5 m. Untuk Fokus Area Teknologi Kesehatan dan Obat-obatan, Batan telah menguasai perangkat teknologi nuklir untuk penanggulangan penyakit kanker dan infeksi bakteri, antara lain (1) teknik deteksi biomarker AgNOR dan MIB-1 pada pasien kanker serviks; (2) uji klinis teknik noninvasif UBT C-14 untuk deteksi Helicobacter Pylori untuk pasien gagal ginjal kronik (dialisis dan nondialisis) dengan heliprobe serta penguasaan teknik pengambilan sampel UBT (Urea C-14) pada penderita sirosis hati di RSCM-FKUI untuk deteksi infeksi Helicobacter Pylori dengan uji nafas urea C-14 pada penderita sirosis hati; (3) teknik pemeriksaan CA125 Immuno radio metric assay (IRMA) untuk deteksi dan evaluasi hasil terapi kanker ovarium; (4) teknik produksi radiofarmaka untuk tujuan diagnosis maupun terapi; dan (5) bank jaringan yang memproduksi amnion steril untuk penutup luka bakar, serta tulang allograft dan xenograft untuk orthopedi yang telah digunakan di beberapa rumah sakit, antara lain, RS Cipto Mangunkusumo, Fatmawati, RSPAD Gatot Subroto, Sintanala Tangerang, Siaga, dan Jamil Padang. Untuk mengatasi masalah penyakit darah seperti anemia, LIPI telah mengembangkan protein human EPO yang saat ini akan memasuki uji klinis. Di samping itu LIPI juga mengembangkan Interferon -2a (IFN -2a) yang sering digunakan sebagai antiviral dan antikanker. LIPI, BPPT, Depkes dan perguruan tinggi bekerja sama mengembangkan produk herbal menjadi bahan baku obat kardiovaskuler, hepatitis, diabetes, antitrombosit, antimalaria 22 - 10
(artemisinin dan analognya), antioksidan, antikanker, antikolesterol, dan antituberkulosis. Industri jamu nasional sudah mulai bersaing melakukan penelitian dan pengembangan jamu dan obat herbal, misalnya Air Mancur, Mustika Ratu, Nyonya Meneer, Sari Ayu, Sido Muncul, dan Jamu Jago. IPB dan LIPI telah bekerja sama dengan Stem Cell and Cancer Institute (SCI ) sebagai bagian dari PT Kalbe Farma untuk melakukan penelitian produksi sel punca (stem cell) yang memiliki kemampuan luar biasa untuk meregenerasi diri, berproliferasi, dan sekaligus berdiferensiasi menjadi berbagai sel matang, seperti sel syaraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain sehingga diharapkan dapat digunakan dalam terapi penyembuhan berbagai penyakit. Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan vaksin flu burung sendiri. Fasilitas laboratorium Biosafety, Level 3 (BSL-3) yang dimiliki oleh IHVCB-UI, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) telah mendapat sertifikasi internasional. Artinya, kedua institusi tersebut diakui dapat melakukan kegiatan riset yang meliputi isolasi, identifikasi, dan analisis protein molekuler virus flu burung untuk pengembangan vaksin serta uji diagnostik. Kini berbagai jenis vaksin untuk avian influenza sedang dikembangkan di IHVCB¬UI. Di samping ke enam fokus area di atas, kegiatan pada program penelitian dan pengembangan iptek juga telah berhasil mencapai kemajuan di bidang ilmu-ilmu sosial. Dalam riset bidang sosial ekonomi dan politik, LIPI telah melakukan kajian mengenai nasionalisme, demokratisasi dan identitas primordial di Indonesia dalam upaya melihat keterkaitan antara demokratisasi, kebangkitan sentimen primordialisme, dan eksistensi kebangsaan. Penelitian ini memperlihatkan demokratisasi sebagai suatu paradoks yang memberikan peluang sekaligus kemunduran bagi penguatan kebangsaan. Meski semangat kebangkitan primordialisme makin meluas, secara hipotetis masih terindikasikan adanya peluang dan potensi untuk mempertahankan 22 - 11
keutuhan negara dan bangsa ini. Penelitian ini berasumsi bahwa Indonesia belum berada pada titik aman dalam konteks mempertahankan keutuhannya. Penelitian ini mengisyaratkan upaya komprehensif baik institusional maupun kultural, yang meliputi pengembangan model demokrasi yang berorientasi dialogis, pemantapan pemahaman kebangsaan, penumbuhan pemerintah yang peduli terhadap hakikat keindonesiaan, model bernegara yang menghargai kelompok tertentu, maupun perluasan aspek kognitif yang menekankan substansi keberagamaan sebagai alternatif solusi dalam menjembatani kebangkitan sentimen primordialisme dengan eksistensi keindonesiaan. Melalui Program Difusi dan Pemanfaatan Iptek, program ini diarahkan untuk memperkuat mata rantai inovasi dengan membangun kemitraan antara lembaga riset, industri, dan institusi keuangan, membangun dan memperkuat lembaga-lembaga intermediasi, membangun kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan iptek nasional, dan mendorong penerapan hasil litbang iptek untuk industri dan masyarakat. Sejak 2005, beberapa bentuk difusi dan transformasi iptek yang dikembangkan, antara lain, melanjutkan program iptekda untuk produk unggulan, melanjutkan penerapan teknologi budi daya tanaman, ternak, dan ikan secara terpadu melalui program tematik Agrotechnopark (ATP ) di Sumatera Selatan, Bali dan Jawa Barat dengan teknologi hasil litbang LPND Ristek (BPPT, LIPI, Batan) dan perguruan tinggi. Kementerian Riset dan Teknologi mendorong gerakan pendidikan untuk semua (Science for All) sebagai bagian dari pendidikan sains usia dini yang merupakan investasi sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang. Kementerian Riset dan Teknologi terus berupaya meningkatkan penggunaan dan pengembangan teknologi informasi berbasis OSS (open source ), yaitu perangkat lunak yang sumber kode programnya terbuka yang dikenal dengan program Indonesia Go Open Source (IGOS). Tujuannya adalah untuk meningkatkan peran serta Indonesia dalam perkembangan ICT secara global melalui peningkatan inovasi teknologi TI dan peningkatan produk buatan dalam negeri. Untuk itu telah dilaksanakan IGOS Summit 2 22 - 12
yang merupakan pertemuan tingkat menteri, yang menghasilkan dukungan dan komitmen dari delapan belas instansi pemerintah kementerian/departemen dalam menerapkan perangkat lunak berbasis OSS ini. Dalam penerapan IGOS ini telah dilakukan pelatihan IGOS pada beberapa kantor departemen dan swasta. Dalam program pemanfaatan iptek ini, juga dikembangkan infrastruktur sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning System, TEWS). Pembangunan TEWS yang mencakup penguatan aspek struktur dan aspek kultur telah berjalan selama empat tahun, dengan kantor Menristek yang berperan sebagai focal point. Aspek Struktur berupa pembangunan jaringan mitigasi gempa bumi melalui pemasangan seismometer, accelerometer, tsunameter, tide gauge, dan CGPS. Lapan telah berhasil membangun TEWS lokal berbasis tide gauge (instrumentasi pemantau pasang surut air laut). TEWS lokal tersebut dipasang di dua tempat, yaitu (1) di Pantai Pengambengan, Perancak, Bali yang dioperasikan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan dan (2) di Pantai Pacitan yang dioperasikan oleh Dinas Kesbang Pemkab Pacitan. Instrumentasi tide gauge tersebut telah teruji dan dioperasikan dua tahun tanpa gangguan yang berarti pada peralatan tersebut. Akurasi data yang dihasilkan dari tide gauge pada TEWS lokal tersebut tidak kalah dengan data yang dihasilkan dari tide gauge impor. Data ketinggian permukaan air laut direkam secara realtime atau uptodate per menit dan dapat diakses di website http://c-instrumen.com. Sementara itu aspek kultur meliputi upaya edukasi publik pada daerah rawan tsunami, pengembangan iptek kebencanaan, dan penguatan kapasitas SDM. Kegiatan Pendidikan Publik dan kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana dilakukan di sejumlah lokasi. Sesuai dengan target yang dicanangkan oleh Pemerintah, maka saat ini sistem sudah mampu memberikan peringatan atau informasi kepada masyarakat dalam waktu lima menit setelah penyebab tsunami (gempa) terjadi. Ditargetkan pada akhir tahun 2008 akan diresmikan Pusat Peringatan Tsunami Nasional (National Tsunami Warning Center/NTWC) di kantor Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta. Pusat Peringatan Dini ini merupakan bagian penting dari sistem peringatan dini tsunami global. Kementerian Riset dan Teknologi mendorong 22 - 13
program dan kegiatan pendirian science center melalui pemerintah daerah, seperti Taman Pintar di Yogyakarta. Pendidirian ini akan diikuti oleh beberapa pemerintah daerah lain seperti Kutai Kartanegara, dan Palembang. Melalui program difusi dan pemanfaatan iptek ini, juga telah dikembangkan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN). Pembangunan IDSN yang mencakup kelembagaan, peraturan perundang-undangan, data utama, sumber daya manusia, dan iptek. Tujuan utama di dalam pengembangan IDSN ini untuk mempermudah pertukaran dan penyebarluasan data spasial antarinstitusi pemerintah. Secara yuridis, pengaturan pertukaran data tersebut diatur melalui Peraturan Presiden No. 85 Tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN). Saat ini telah terbentuk sepuluh simpul jaringan yaitu Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertanian, Bakosurtanal, BPN, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Kehutanan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, serta Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Bakosurtanal selain bertindak selaku simpul jaringan, juga bertugas sebagai penghubung simpul jaringan. Program Penguatan Kelembagaan Iptek diarahkan untuk mengoptimalkan kapasitas dan kapabilitas lembaga-lembaga iptek untuk memberikan kontribusi riil dalam pembangunan nasional. Sejak tahun 2005, telah ditetapkan beberapa regulasi penting, antara lain: (1) PP Nomor 41 Tahun 2006 tentang Perijinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing; (2) PP Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi dan Difusi Teknologi. Di samping itu telah juga diterbitkan Kebijakan Industri Nasional melalui Perpres No. 28 tahun 2008 yang memberikan insentif bagi industri yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Menyangkut regulasi pengawasan terhadap pemanfaatan iptek nuklir, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) telah menghasilkan PP Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perizinan Reaktor 22 - 14
Nuklir serta peraturan-peraturan lainnya. Dengan demikian, dari segi regulasi, rencana pembangunan PLTN sebagaimana dimuat dalam PP Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dapat diselenggarakan tepat waktu. Untuk meningkatkan kualitas pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif telah diterbitkan dua buah PP, yakni PP Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif dan PP Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir. Bapetenjuga telah melakukan kajian mengenai peraturan pengawasan, baik dalam bidang instalasi dan bahan nuklir maupun dalam bidang fasilitas radiasi dan zat radioaktif, di samping melaksanakan fungsi pengawasan dengan melakukan proses perizinan dan inspeksi terhadap penggunaan zat dan sumber radioaktif di rumah-rumah sakit, industri, fasilitas pendidikan, dan litbang sehingga pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia senantiasa dapat memenuhi aspek keselamatan, keamanan, dan safeguard. LIPI telah membangun gedung dan fasilitas Herbarium Bogoriense di kawasan Science Center Cibinong yang diresmikan oleh Presiden RI pada tahun 2007. Fasilitas Herbarium ini merupakan salah satu koleksi utama di dunia yang menyimpan lebih dari dua juta spesimen tumbuhan. Fasilitas ini melengkapi Museum Zoologicum Bogoriense, mempunyai koleksi spesimen fauna terbesar di kawasan ASEAN dan merupakan sepuluh besar koleksi di dunia. Kedua fasilitas ini merupakan aset penting untuk menyimpan contoh flora dan fauna hasil eksplorasi. Fasilitas ini juga dilengkapi dengan peralatan modern yang memungkinkan dilakukannya pengkajian lanjutan tentang manfaat kekayaan hayati Indonesia. LIPI sedang mengembangkan pembangunan Indonesian Culture Collection (InaCC), yaitu Pusat Penyimpanan Mikroba untuk menjadi aset bangsa. Dalam batas ketentuan Konvensi Budapest yang mengatur mengenai mikroba, InaCC diharapkan untuk segera mendapatkan pengakuan dunia. Herbarium Bogoriense dan Museum Zoologicum Bogoriense adalah dua instalasi keilmuan Indonesia yang telah menjadi rujukan masyarakat dan ilmuwan dunia dan menjadi basis bagi pengembangan teknologi. 22 - 15
Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi ditujukan untuk meningkatkan kemampuan industri untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi, peningkatan investasi litbang di industri, dan terjadinya kemitraan antara lembaga litbang dan industri untuk bersama-sama mengembangkan produk. Salah satu upaya untuk membangun industri adalah penyedian infrastruktur pengukuran, standardisasi, pengujian dan kualitas (measurement, standardization, testing, and quality, MSTQ). Hasil yang telah dicapai dalam kurun 2005 hingga 2008 adalah melalui LIPI telah dibangun laboratorium metrologi dan pengujian serta laboratorium pengujian Electro Magnetic Compatibility (EMC) yang merupakan pusat metrologi ilmiah terlengkap di Indonesia. Dalam kerangka pembangunan infrastruktur fisik tersebut, BSN memfasilitasi proses evaluasi terhadap standar pengukuran nasional sehingga sampai dengan medio 2008 kemampuan kalibrasi dan pengukuran nasional telah memperoleh pengakuan internasional. III.
Tindak Lanjut yang Diperlukan
Tindak lanjut arah kebijakan Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah sebagai berikut: 1.
melakukan aplikasi program iptek pada bidang pertanian (pangan dan bioteknologi), bidang energi, bidang manajemen dan teknologi transportasi, bidang teknologi pertahanan dan keamanan, bidang teknologi informasi, komunikasi dan telekomunikasi, serta bidang kesehatan (bioteknologi) dalam upaya membentuk intermediasi yang efisien untuk meningkatkan daya difusi hasil riset ke dalam kegiatan ekonomi;
2.
mengembangkan dan merekayasa iptek yang berorientasi pada permintaan dan kebutuhan masyarakat;
3.
mengembangkan jejaring kerja (networking) yang lebih baik antara lembaga iptek baik di pusat maupun di daerah;
22 - 16
4.
meningkatkan apresiasi berbagai kalangan terhadap pentingnya peran strategis iptek serta mengoptimalkan pemanfaatan sarana laboratorium dan sumber daya iptek nasional;
5.
mengembangkan iklim yang kondusif bagi perkembangan inovasi iptek;
6.
memperkuat unsur–unsur kelembagaan iptek dan meningkatkan kemampuan industri dalam mengakses dan memanfaatkan hasil litbangyasa;
7.
meningkatkan kemitraan produktif antara lembaga litbangyasa dan industri;
8.
mengembangkan budaya kreatif–inovatif dan kewirausahaan serta memperkuat kohesi sosial menuju masyarakat berbasis pengetahuan;
9.
meningkatkan kesiapan menghadapi tantangan global.
22 - 17