BAB IV BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diarahkan pada peningkatan kualitas penguasaan dan pemanfaatan iptek dalam rangka mendukung transformasi perekonomian nasional menuju perekonomian yang berbasis pada keunggulan kompetitif. Untuk itu, pembangunan iptek mencakup dua prioritas utama yakni: (1) pembangunan untuk memperkuat unsur-unsur sistem inovasi nasional (SIN) agar mampu menjadi wahana pembangunan iptek yang efektif dan efisien, serta (2) pembangunan untuk meningkatkan dukungan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek bagi pembangunan nasional.
4.1. Kondisi Umum a.
Sistem Inovasi Nasional (SIN)
Pembangunan kelembagaan iptek yang mencakup perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang, secara umum telah mencapai beberapa kemajuan. Perguruan tinggi mengalami peningkatan baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah Perguruan tinggi mengalami peningkatan signifikan, yaitu hingga tahun 2009 jumlahnya telah mencapai sekitar 2.600. Dari segi kualitas, perguruan tinggi yang masuk dalam peringkat internasional juga meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2008, berdasarkan Times Higher Education Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada masing-masing berada pada peringkat 287, 315, 316. Selain itu, beberapa perguruan tinggi lain juga masuk dalam peringkat bergengsi di level internasional seperti Universitas Diponegoro, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya. Eksistensi dan kontribusi lembaga litbang juga mengalami peningkatan. Secara umum, kualitas lembaga litbang juga mengalami perbaikan. Berdasarkan World Rank Research Center yang mengeluarkan daftar 2.000 lembaga litbang terbaik dunia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menduduki peringkat ke-201. Dalam daftar tersebut, LIPI merupakan yang terbaik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Selain itu, terdapat 2 (dua) dua lembaga penelitian di Indonesia yang masuk dalam peringkat terbaik, yaitu Center for International Forest Research (CIFOR) pada peringkat ke-425, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian pada peringkat ke 771. Di samping itu, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah ditetapkan WHO sebagai institusi / laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis flu burung dan menjadi rujukan dunia mengenai virus H1N1 sehingga telah menjadi lembaga riset kelas dunia dalam bidang biologi molekuler. Untuk menjembatani lembaga penghasil dan pengguna Iptek, pada kurun waktu 2005-2009 telah dikembangkan berbagai lembaga intermediasi. Beberapa lembaga yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi saat ini antara lain: Business Innovation Center (BIC), Business Technology Center (BTC) dan beberapa unit kerja yang ada di lembaga litbang seperti, Pusat Inovasi dan Balai Teknologi Tepat Guna – LIPI, Pusat Kemitraan Nuklir – BATAN, BPPT Enjinering, dan Balai Inkubator Teknologi – BPPT. Dalam upaya penguatan kelembagaan Iptek KRT telah melakukan pembenahan organisasi dan kelembagaan untuk meningkatkan kinerja kelembagaan, ditandai dengan
II.4 - 1
beberapa langkah yang bersifat fundamental, antara lain pemisahan jabatan antara Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Kepala BPPT, optimalisasi peran Dewan Riset Nasional (DRN), mendorong terbentuknya Dewan Riset Daerah (DRD), dan fasilitasi peningkatan kompetensi lembaga litbang daerah. Selain itu, untuk meningkatkan kompetensi dilingkup LPNK-Ristek, telah dilakukan upaya untuk melengkapi dan modernisasi peralatan riset pada 35 laboratoria di Kawasan Puspiptek Serpong. Selanjutnya untuk memperkuat kelembagaan Iptek telah disahkan 4 (empat) buah Peraturan Pemerintah (PP) yang merupakan landasan operasional dalam pelaksanaan pembangunan Iptek sebagai turunan dari Undang-undang nomor 18 tahun 2002. PP dimaksud adalah sebagai berikut: 1). PP No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang; 2). PP No. 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing; 3). PP No. 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi; dan 4) PP Nomor 48 Tahun 2009 tentang Perizinan Litbang Beresiko Tinggi dan Berbahaya. b.
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek)
Sumbangan P3 Iptek dalam pembangunan nasional ditunjukkan antara lain oleh penemuan yang dihasilkan baik dalam bentuk publikasi ilmiah maupun paten yang terdaftar. Pada tahun 2009 jumlah publikasi ilmiah mencapai 1.808 judul, meningkat dari hanya 1.376 judul pada tahun 2005. Minat untuk mendaftarkan paten di Indonesia baik yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2009 jumlah paten yang terdaftar mencapai 4.803, dimana sebanyak 662 diantaranya berasal dari dalam negeri. Paten dalam negeri yang berhasil memenuhi syarat Patent Cooperation Treaty (PCT) dari tahun 2005 hingga tahun 2009 mencapai 25 buah. Selanjutnya hasil-hasil yang dicapai dari P3 Iptek dirinci menurut bidang-bidang prioritas yang diarahkan oleh RPJPN 2005-2025 yaitu pangan, energi; informasi dan komunikasi; transportasi, pertahanan, kesehatan; dan material maju. Hingga tahun 2009, hasil yang dicapai antara lain adalah sebagai berikut: Pangan. LIPI telah berhasil mengumpulkan cadangan benih dan bibit unggul tanaman seperti padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, sorghum, gandum, dan bawang merah, serta memperbaiki sifat genetika sapi melalui teknik reproduksi modern (sexing sperma, splitting embrio). BATAN telah menyumbangkan beberapa varietas unggul tanaman pangan melalui teknik mutasi berupa 15 varietas padi (Atomita 1 s/d 4, Cilosari, Situ Gintung, Woyla, Merauke, Winongo, Kahayan, Diah Suci, Mayang, Yuwono, Mira-1, serta Bestari); 5 varietas kedelai (Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, dan Mitani); 1 varietas kacang hijau (Camar), serta varietas kapas unggul (Karisma 1) serta formula suplemen pakan ternak ruminansia berupa: Urea Molases Multinutrien Block (UMMB), dan Suplemen Pakan Multinutrien (SPM). BPPT mengembangkan dan mengaplikasikan teknologi budidaya ikan kerapu secara terpadu, inovasi teknologi perbaikan genetic yang menghasilkan ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia), dan vaksin polivalen Vibrio untuk mecegah penyakit vibriosis yang sering menyerang ikan laut. BATAN telah berhasil melakukan difusi dan pemanfaatan hasil litbang antara lain: a). Padi varietas unggul telah disebarluaskan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
II.4 - 2
padi di 23 provinsi; b). Kit RIA (radioimmuno-assay) progesteron telah dimanfaatkan untuk menganalisis kandungan hormon reproduksi, mendeteksi birahi ternak, kegagalan IB secara dini, dan kelainan reproduksi untuk mendukung program Inseminasi Buatan (IB) pada ternak di Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan; c). Kit RIA (radioimmuno assay) testosteron dan hormon methyl testosteron (MT) telah dimanfaatkan di berbagai daerah yaitu DKI; Subang; Sukabumi; Cianjur; Cirata; Blitar; Purwokerto; Yogjakarta; Sumatera Barat; dan Kalimantan Selatan; d). Teknologi pengawetan makanan siap saji telah dimanfaatkan untuk korban bencana alam dan gelombang Tsunami di Aceh, serta korban gempa bumi di DIY dan Jateng. KRT melalui program ATP di Sumatera Selatan, Cianjur dan Jembrana telah berhasil mengkoordinasi dan menjadi fasilitator beberapa LPNK (LIPI, BPPT dan BATAN), perguruan tinggi (UNSRI, IPB, UNIBRAW) serta swasta (PT. Sanyo dan Medco) dalam mengaplikasikan hasil penelitian yang terintegrasi (Bio Cycling Farming) untuk dicontoh oleh petani. KRT telah berhasil memfasilitasi proses difusi dan pemanfaatan teknologi hasil litbang LPNK – Ristek dalam mendukung ketahanan pangan di berbagai daerah, antara lain teknologi perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan, teknologi pembuatan pupuk organic, Biocyclo farming untuk pertanian tanaman pangan, teknologi ekstraksi minyak nilam, teknologi reproduksi peternakan melalui Inseminasi Buatan (IB), teknologi pembuatan alat pendingin ikan, dan teknologi pengolahan hasil pertanian, dan lain-lain. Energi. LIPI berhasil mengkoleksi microalgae (chlorophyceae/ganggang hijau) yang sangat potensial untuk mengembangkan biofuel karena memiliki kandungan minyak lebih dari 60%, mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang dapat diaplikasikan di daerah pedalaman / terpencil, mengembangkan biogas dari ternak sapi dan sampah pasar tradisional pada skala rumah tangga, dan bersama PT. LEN Industri telah mengembangkan sel surya dan menghasilkan efisiensi sekitar 11-12%. BPPT telah melakukan pengkajian, pengembangan dan pengoperasian produksi bioetanol dari hulu sampai hilir. LAPAN telah menghasilkan teknologi Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) untuk menunjang program listrik pedesaan, khususnya di daerah-daerah pedesaan terpencil. LIPI telah mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di daerah yang belum terjangkau listrik PLN seperti di daerah perbatasan NTT dan Timor Leste (Kabupaten Belu) dan di Kabupaten Enrekang. BPPT telah berhasil membuat rancangan detil PLTU skala kecil 2 x 7 MW berbahan bakar batubara berlokasi di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. LIPI telah mengembangkan Radar Frequency Informasi dan komunikasi. Modulation Continous wave (FM-CW) yang merupakan terobosan di piranti keras gelombang mikro dan komputer. BPPT telah mengembangkan sistem e-government dengan bekerjasama dengan kementerian informasi dan komunikasi untuk menggalang delapan paket aplikasi SIMDA di Pemerintah Kabupaten diantaranya Gianyar, Sumbawa, Kuningan, Garut, Kota Malang, dan Jambi; membantu Kabupaten Jembrana mewujudkan Jimbarwana Network (JNET) yang menghubungkan seluruh satuan kerja Pemda (Badan, Dinas, Kantor), 4 kantor kecamatan, 52 kantor kelurahan dan desa, kamera pemantau beberapa lokasi strategis, Jardiknas Jembrana (SD, SMP, SMA, dan SMK) serta pemanfaatan untuk masyarakat. Bakosurtanal telah mengembangkan Sistem Informasi Spasial berbasis Web sebagai sarana untuk pengambilan keputusan dalam membuat kebijakan dan arah pembangunan dimasa depan, dan pemutakhiran sistem Online Mapping. LAPAN telah mengembangkan rekayasa teknologi sistem satelit, diantaranya bersama II.4 - 3
Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin) telah berhasil mengembangkan dan mengoperasikan Lapan-Tubsat. Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) telah berhasil memfasilitasi pengembangan teknologi WiMax atau Worldwide Interoperability for Microwave Access sebagai generasi keempat telekomunikasi (4G) yaitu teknologi nirkabel pita lebar berbasis protokol internet berkecepatan tinggi yang memungkinkan transfer data hingga 80 Megabite per detik (Mbps), jauh lebih cepat dari layanan internet berbasis layanan seluler generasi ke tiga (3G) yang hanya sekitar 2,4 Mbps. Di samping itu KRT telah berhasil mendorong gerakan menuju kemandirian perangkat lunak atau membuat sendiri perangkat lunak berbasiskan open source, yang dinamakan Indonesia Go Open Source atau IGOS. Berbagai dokumen panduan telah disusun untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, antara lain: Dokumen Pendayagunaan Open Source Software, Panduan Penelitian Open Source Software, Direktori Open Source Indonesia, Panduan Penggunaan Open Source Software di Instansi Pemerintah dan Panduan JENI (Java Education Network Indonesia). Transportasi. BPPT telah mengembangkan teknologi persinyalan kereta api, pengembangan monorel dan sarana kereta rel (bekerjasama dengan PT. Inka, PT KAI dan Dep. Perhubungan), mengembangkan Kapal Bersayap dengan Efek Permukaan (Wing in Surface Effect Ship - WISE), dan mengembangkan kapal cepat antar pulau Trimaran. LIPI telah berhasil mengembangkan mobil listrik yang diberi nama Marlip dalam beberapa tipe yaitu: Marlip Mosen, Marlip Smart, City Car, Marlip Golfo, Marlip Linen, Marlip Pick-up, dan Marlip Patroli. Pertahanan dan Keamanan. LAPAN telah berhasil mengembangkan Roket Pengorbit Satelit (RPS) jenis RX-420 dan jenis RX-320 yang didisain untuk mencapai ketinggian 300 km untuk. LIPI dan KRT telah berhasil mengembangkan Mobile incinerator untuk memusnahkan narkoba yang tidak dapat dilakukan oleh alat pemusnah lainnya secara sempurna dan robot penjinak bom Morolipi. BPPT telah mengembangkan Panser Beroda Ban 6 x 6 sebagai salah satu kendaraan operasional patroli/tempur TNI baik untuk penggunaan di wilayah konflik maupun di daerah peperangan, Kapal Patroli Cepat 14 M, kendaraan benam nir awak Tiram menggunakan teknologi pengendalian wahana dan transformasi data informasi dua arah melalui kabel secara remotely operated underwater vehicle (ROV), Blast Effect Bomb (BEB) yang berfungsi sebagai Psywar dan Bom Latih yang menimbulkan efek suara seperti Bom Tajam, wahana pesawat udara tanpa awak (PUNA), dan bekerjasama dengan PT. PINDAD; LIPI; dan POLRI telah menghasilkan senjata peluru karet kaliber khusus spesifik POLRI dan munisi penindakan huru-hara kaliber 38 mm. Granat tangan ledakan air mata. Kesehatan. BATAN telah mengembangkan pemanfaatan radiasi gamma untuk pembentukan klon, isolat aktif dan radiopasteurisasi tanaman mahkota dewa, serta radio labeling zat aktif benalu teh sebagai anti kanker. Di samping itu telah dihasilkan produk radiofarmaka 99mTc-etambutol dan 99mTc-siprofloksasin. Radiofarmaka 99mTc-etambutol merupakan radiofarmaka yang memiliki keunggulan dalam mendeteksi dan melokalisasi infeksi tuberkulosis (TB) pada tahap awal dan telah diuji-terapkan di RS Gatot Subroto dan RS Pusat Pertamina. Selain itu BATAN juga telah berhasil mendifusikan beberapa hasil litbang antara lain adalah bank jaringan untuk dimanfaatkan sebagai bahan implan di lebih dari 50 rumah sakit di Indonesia antara lain RSCM, RS. Fatmawati, RS. Siaga Raya, RS. Jamil, RS. Gigi dan Mulut FKG-UI, RS. Mitra Keluarga, RS. Aini, RS. Cicendo - Bandung dan RS. Muh. Husin - Palembang. BATAN juga melayani jasa konsultasi dan pelatihan pemakaian dan perawatan alat kesehatan / kedokteran, dengan penguasaan dan pengembangan teknologi dekontaminasi dan dekomisioning radioaktif. II.4 - 4
LIPI secara aktif dan berkesinambungan melakukan penelitian dan pengembangan antibiotika baru dari actinomycetes dan fungi serta pengembangan senyawa pemandu inhibitor glukosidase dari ekstrak etilasetat Koji Aspergillus. Selain itu dilakukan juga penelitian dan pengembangan tanaman Artemisia Annua L. Asteraceae untuk produksi artemisinin dan analognya, serta skrining mikroba potensial penghasil senyawa aktif untuk bahan baku farmasi yaitu anti kanker, antioksidan dan penanganan penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, diabetes dan hepatitis dari flora indonesia, serta pengembangan Monascus Powder sebagai bahan baku penurunan kolesterol. LIPI berhasil melakukan difusi hasil litbang berupa teknologi penghancur jarum suntik, fototerapi UV-A/B dan insinerator. Di samping itu BPPT telah mengembangkan peralatan pencitraan medis Scanner Ultrasonografi (USG) yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan.
4.2. Permasalahan dan Sasaran Pembangunan Tahun 2011 Secara umum masalah mendasar yang dihadapi meliputi: (1) kemampuan sisi litbang menyediakan solusi-solusi teknologi; (2) kemampuan sisi pengguna dalam menyerap teknologi baru yang tersedia; serta (3) integrasi sisi penyedia dan pengguna teknologi belum terbangun dengan baik. Dengan kata lain, belum integrasi iptek di antara penyedia dan pengguna. Permasalahan di sisi litbang dalam menyediakan solusi-solusi ditandai dengan masih terbatasnya kemampuan sumber daya iptek (jumlah SDM, kepakaran, kekayaan intelektual, sarana dan prasarana serta anggaran), kelembagaan iptek (organisasi, regulasi, koordinasi, intermediasi), serta jaringan iptek (intersektor; antarsektor; antarpemangku kepentingan; antarkementrian; serta antarpusat dan daerah) Permasalahan di sisi pengguna ditandai dengan tingginya ketergantungan produk industri nasional terhadap impor serta lemahnya minat dan kontribusi swasta dalam pembangunan iptek nasional. Permasalahan yang menyangkut integrasi sisi penyedia dan pengguna teknologi antara lain disebabkan oleh: (1) lemahnya sinergi kebijakan iptek (belum optimalnya integrasi program, koordinasi, harmonisasi kegiatan, dukungan anggaran, serta intermediasi, yang terjadi baik intra lembaga/aktor penghasil Iptek, maupun antarpenghasil iptek dengan pengguna iptek, (2) lemahnya koordinasi dan sinergi di antara pemangku kepentingan pembangunan Iptek); (3) masih lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada; dan (4) lemahnya budaya iptek. Dengan memperhatikan kondisi umum dan permasalahan yang dihadapi, sasaran pembangunan iptek tahun 2011 adalah: 1.
penguatan kelembagaan iptek yang ditunjukkan oleh peningkatan efisiensi dan produktivitas litbang;
2.
pengembangan kapasitas sumber daya iptek yang semakin kuat dalam bentuk: peningkatan jumlah, pendidikan, dan kompetensi peneliti, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana penelitian, dan peningkatan kegiatan penelitian itu sendiri;
3.
pengembangan jaringan iptek yang semakin kuat dan luas dalam bentuk jalinan kerjasama antar sisi penyedia dan antara sisi penyedia teknologi dengan sisi penguna yang lebih intens dan lebih produktif.
4.
peningkatan kemampuan nasional dalam penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek dalam bentuk publikasi di jurnal ilmiah internasional, paten, prototip, layanan II.4 - 5
teknologi bagi pengguna, serta meningkatnya kemampuan keteknikan nasional, serta tumbuhnya wirausahawan inovatif berbasis pengetahuan dan teknologi. 5.
peningkatan relevansi kegiatan riset dengan persoalan dan kebutuhan riil yang dibarengi dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan penghargaan masyarakat bagi kegiatan penelitian dan pengembangan.
4.3. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2011 Sesuai amanat RPJMN 2010-2014, maka pembangunan iptek pada tahun 2011 diarahkan pada pelaksanaan dua prioritas, yaitu: Pertama: Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang difokuskan pada penguatan ketiga unsurnya yaitu:
Kedua:
(1)
penataan kelembagaan iptek dengan hasil yang diharapkan adalah terbangunnya tata kelola litbang yang efisien dan efektif, yang mampu mendorong kreativitas dan profesionalisme masyarakat iptek, serta yang mampu membangun kesadaran iptek dan partisipasi masyarakat;
(2)
penguatan sumberdaya iptek dengan hasil yang diharapkan adalah terbangunnya pusat-pusat keunggulan pengetahuan regional dan tematis yang kompeten mendukung pemenuhan kebutuhan strategis nasional yang didukung oleh sumberdaya manusia riset yang kompeten dengan sarana dan prasarana riset yang memadai; serta
(3)
penataan jaringan iptek hasil terbangunnya pola hubungan kerja sama antar lembaga litbang (lemlit); antarlemlit dengan perguruan tinggi; dan antara lemlit dan industri/masyarakat pengguna berikut faktor-faktor pendukungnya, khususnya infrastruktur komunikasi dan transportasi yang modern, institusi finansial, serta otoritas publik yang memfasilitasi struktur jaringan yang mendorong interaksi kreatif dan lingkungan yang atraktif bagi para pekerja pengetahuan (knowledge workers).
Peningkatan penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek (P3 Iptek) yang menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, diarahkan untuk mendukung: ketahanan pangan; ketahanan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, teknologi kesehatan; serta pengembangan teknologi material maju. Agar bersesuaian dengan arah reformasi program dan kegiatan dalam administrasi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan prioritas P3 Iptek difokuskan pada: (1) Biologi molekuler, bioteknologi, dan kedokteran; (2) Ilmu pengetahuan alam; (3) Energi, energi baru dan terbarukan; (4) Material industri dan material maju; (5) Industri, rancang bangun, dan rekayasa; (6) Informatika dan komunikasi; (7) Ilmu kebumian dan perubahan iklim; (8) Ilmu pengetahuan sosial dan kemasyarakatan; II.4 - 6
(9) Keteganukliran dan pengawasannya; dan (10) Penerbangan dan antariksa.
II.4 - 7