MEDIA AUDIO VISUAL
Di susun Oleh: AUNUR ROCHMAN (201210010311059) IMAM FATHONI (201210010311070) SARWENDAH ULA KHUSNIA (201210010311060) UMMI LATHIFAH (201210010311074)
JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG 2015
BAB I PENDAHULUAN Kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan adalah wadah yang paling menonjol dalam rangka kemajuan itu. Pendidikan sebagai salah satu sarana peningkatan kualitas kehidupan manusia dimasa yang akan datang. Lembaga pendidikan formal, seperti sekolah, memegang peran penting dalam proses pendidikan. Guru sebagai tenaga pendidik juga berperan menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru harus dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa dalam meningkatkan cara dan hasil belajarnya. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan pembelajarannya, sehingga peningkatan pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara rasional. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam perlu diberikan kepada semua peserta didik yang beragama Islam mulai dari sekolah dasar yaitu untuk membekali mereka dengan dasar-dasar agama Islam yang nantinya akan menjadi bekal hidupnya dikemudian hari. Dalam membelajarkan Pendidikan Agama Islam kepada siswa, guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga pelajaran tidak monoton dan menyebabkan siswa jenuh. Perkembangan media pembelajaran mengikuti arus perkembangan teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah sistem percetakan yang bekerja atas dasar fisik mekanik. Kemudian lahir teknologi audio visual yang menggabungkan penemuan mekanik dan elektronik untuk tujuan pembelajaran.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MEDIA AUDIO VISUAL Menurut Rohani, Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar. Sedangkan menurut Herry, media audio visual adalah kombinasi antara media audio dan media visual atau media pandang dengar. Dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi suara dan gambar. Media audio-visual merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media audio visual terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi, sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
B. FILM GERAK BERSUARA 1.
Karakteristik dan Manfaat Film Film menurut KBBI yaitu selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dulu bioskop) , lakon (cerita) gambar hidup.1 Menurut Rudi Susilana dan Cepy Riana, dalam bukunya Media Pembelajaran (Hakikat, pengembangan, pemanfaatan, penilaian), film atau gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam yang diluncurkan secara cepat sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan sebuah media dimana media ini menyajikan pesan audiovisual serta
1
Kbbi online.
2
gerak. Oleh karena itu, film memberikan kesan yang nyata bagi pemirsanya.2 Menurut Yudhi Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran, Film adalah gambar bergerak bersuara yang menuturkan cerita yang akan mempengaruhi emosi kepada pemirsa yang melihatnya. Film atau bisa disebut dengan media auidovisual dibagi menjadi dua jenis, yang pertama, di lengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audiovisual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audiovisual tidak murni, yakni apa yang kita kenal dengan slide, apaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau proses pembelajaran.3 Dapat disimpulkan bahwa film adalah selaput tipis dari seluloid sebagai tempat gambar negatif maupun positif, yang nantinya diisi dengan gambar gerak bersuara
(bersifat
audio
visual)
yang
menuturkan
cerita
yang
akan
mempengaruhi emosi kepada pemirsa yang melihatnya. Jadi film yang ditayangkan akan mempengaruhi emosi pemirsa, contohnya seseorang akan menangis ketika melihat sebuah film drama yang berisikan tayangan yang mellow. Begitupula seseorang akan terlihat gemas apabila melihat salah satu pemeran dalam sebuah film yang berperan sebagai pemeran yang antagonis. Hal ini dikarenakan ketika kita melihat sebuah film maka kita akan ikut terbawa kedunia tersebut, seperti dialam mimpi. Hal ini dapat dimanfaatkan para guru untuk mempengaruhi peserta didiknya melalui tayangan-tanyangan yang bersifat edukasi. 2.
Jenis-jenis Film Menurut Yudhi Munadi dalam bukunya media pembelajaran, jenis-jenis film yang digunakan untuk konteks pembelajaran ada 3 macam, diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Film Dokumenter Dalam KBBI dokumenter adalah dokumentasi dibentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai
2
Susilana,rudi. dan riyana,cepi,2009. Media Pembelajaran (hakikat, pengembangan, pemanfaatan, penilaian). Bandung: CV.Wacana Prima. hlm. 20 3 Yudhi Munadi, 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pers. hlm. 113-114
3
makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.4 Menurut Heinich dkk, yang telah dikutip oleh Yudhi Munadi.”film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta”. Pola penting dalam film dokumenter ini adalah bagaimana menggambarkan permasalahan kehidupan nyata yang dialami oleh manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap sosial budaya di suatu daerah atau negara, film tentang sejarah runtuhnya Bani Abasiyah dan lain sebagainya. b.
Dokudrama Dokudrama adalah genre dokumenter yang membutuhkan pengadegan dimana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail.5 Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi. Kisah-kisah yang ada dalam dokudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya, kisah teladan para Nabi dan Rasul.
c.
Film Drama atau Semidrama Film drama atau semidrama keduanya melukiskan hubungan antara manusia dengan manusia yang lain. Tema-tema dalam pembuatan film ini bisa diambil dari kisah nyata kehidupan sehari-hari dan bisa juga tidak dari kisah nyata, contohnya yaitu mengambil nilai-nilai yang ada pada kehidupan kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena durhaka kepada orang tua, dan lain sebagainya.6
3.
Langkah-langkah Pemanfaatan Film Film yang diproduksi secara baik, baik dari segi cerita, pemeran dan lain sebagainya bila digunakan secara sendirian maupun dalam suatu seri dapat
4 5 6
KBBI Online. Op.Cit. Wikipedia ensiklopedia bebas. Yudhi Munadi, Op.Cit. hlm. 117 - 118
4
diterapkan sebagai alat utama untuk bahan mengajar dalam menyampaikan beberapa jenis pelajaran yang bersifat faktual, tetapi ada bebera hal yang perlu diperhatikan guru dalam langkah-langkah pemanfaatan film agar film tersebut dapat menunjang pembelajaran peserta didik dan juga menimbulkan motivasi bagi pemirsanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a.
Pemilihan film Menurut Anderson sebagaimana yang telah dikutip oleh Yudhi Munadi , film harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran, hubungan film dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson ,yaitu : 1) Film untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, selain itu juga mengajarkan aturan dan prinsip. 2) Film untuk tujuan psikomotorik dapat digunakan untuk memperlihatkan suatu keterampilan yang harus ditiru. Media film bisa memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat dengan menggunakan teknik gerakan lambat (slow motion) seperti melesatnya anak panah, memperlihatkan suatu ledakan, lintasan peluru, demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu lambat seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga dan lain sebagainya.7 3) Film yang paling tepat untuk mempengaruhi sikap dan emosi: a) Guru harus mengenal film terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pembelajaran, hal ini dimaksudkan agar guru terlebih dahulu mengetahui manfaat dari film tersebut. b) Guru mempersiapkan sebuah diskusi, yang nantinya akan dilakukan setelah selesainya pemutaran film, hal ini bertujuan untuk merangsang siswa untuk dapat memecahkan sebuah permasalahan, serta membuat dan menjawab pertanyaan. c) Guru melihat aspek penting dalam film yang nantinya bisa di flash back saat pemutaran film berlangsung, hal ini menguatkan perhatian pada aspek yang penting tersebut. Contoh : dalam film
7
Susilana, rudi dan riyana,cepi, Op.Cit. hlm 11
5
sang pencerah, ketika murid bertanya kepada guru mengenai agama. d) Guru harus menegaskan bagian-bagian tertentu yang ada didalam film, agar siswa tidak hanya memandang film sebagai media hiburan semata. e) Guru memberikan tes kepada peserta didik tentang film untuk mengukur berapa banyak yang dapat ditangkap mengenai tayangan tersebut.8 4.
Rangkaian Kegiatan Sebelum Pembuatan Film Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam pembuatan film tidak bisa instan, akan tetapi memerlukan serangkaian kegiatan yang harus ditempuh, untuk mewujudkan suatu film yang bermutu, terlebih film tentang pendidikan atau film yang akan memberikan muatan informasi kepada peserta didik. Film yang demikian harus mempunyai muatan edukasi yang tinggi. Pesan yang harus disampaikan kepada peserta didik harus benar-benar mengena dan bisa membekas dibenak para peserta didik. Dengan demikian film gerak bersuara adalah salah satu media audio visual yang memberikan nilai plus dalam penyampaian pesan terhadap peserta didik. Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk persiapan pembuatan film yang berfungsi untuk mewujudkan suatu gagasan menjadi sebuah program film, menurut Arief S. Sadiman, dkk, dalam Yudhi Munadi adalah hendaknya dilakukan melalui pembuatan synopsis, storyboard (Perangkat gambar cerita), skrip atau naskah program dan skenario atau naskah produksi.9 a.
Synopsis merupakan gambaran sederhana dari sebuah cerita, yang memuat tema dari sebuah cerita. Synopsis ini berfungsi untuk mempermudah seseorang dalam menangkap suatu pesan yang terkandung di dalam sebuah cerita.
b.
Storyboard (perangkat gambar cerita) yaitu suatu sketsa sederhana tentang serangkaian kejadian yang akan difilmkan.
8 9
Yudhi Munadi, Op.Cit. hlm 120 Ibid., hlm. 120
6
c.
Skrip atau naskah program Menurut Yudhi Munadi skrip atau naskah program adalah daftar rangkaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan perilaku belajar yang ingin dicapai.10 Jadi skrip adalah daftar dari serangkaian peristiwa, peta, ataupun pedoman yang akan dipaparkan menjadi sebuah film, dimana film tersebut memuat nilai pembelajaran bagi orang yang menontonya.
d.
Skenario atau naskah produksi Skenario ini biasanya menjadi acuan oleh para pemain di dalam sebuah film, yaitu merupakan acuan dan pedoman yang digunakan oleh pemeran.
5.
Teknik-teknik Pembuatan Film Dalam pembuatan sebuah film ada teknik-teknik tertentu yang harus diperhatikan, agar film yang ditampilkan bisa memberi muatan pembelajaran yang positif bagi siswa. Menurut Asnawir dalam Yudhi Munadi ada beberapa teknik pembuatan film yang harus diperhatikan,11 yaitu: a.
Direct photography, yaitu mencatat atau merekam objek yang benar-benar terjadi atau sesuai dengan kenyataan.
b.
Slow motion photography, yaitu merubah kecepatan film menjadi lebih lambat sehingga ketika kejadian dalam film tersebut akan diamati menjadi sangat mudah.
c.
Lapse photography yaitu merubah gerakan-gerakan yang lambat menjadi cepat dan sesuai dengan kebutuhan.
d.
Animated potography yaitu memberikan suatu animasi atau gambaran dalam sebuah film. Hal seperti ini terjadi pada susuatu yang abstrak.
e.
Photomicrography yaitu suatu teknik yang mampu memperjelas objek-objek yang kecil dan bahkan kurang bisaterlihat oleh kasat mata.
f.
Telescopic potography yaitu teknik yang menggunakan lensa untuk menangkap objek yang jauh dari pandangan mata.
g.
10 11
Film mography yaitu teknik yang sederhana dengan cara memotret
Ibid., hml, 121 Ibid., hlm. 122-123
7
gambar-gambar lalu kemudianmenghadapkan kamera ke arah gambar satu demi satu, seolah-olah gambar tersebut bergerak. 6.
Perkembangan Film Film merupakan sebuah terobosan baru untuk mengenalkan suatu objek yang akan dikaji oleh siswa. Siswa akan dapat menyaksikan objek yang akan dipelajari dalam sebuah film. Dengan demikian pembelajaran dikelas terasa lebih efektif karena tidak monoton. Pembeljaran dengan menggunakan sebuah media audio visual yang salah satunya adalah film, telah berkembang diberbagai sekolah yang ada di Indonesia ini. Menurut Sharon E. Smaldino, dkk Audio menambah dimensi baru dalam lingkungan ruang kelas yang memperluas dan memperdalam pengalaman belajar para siswa.12 Audio visual mempunyai peranan penting untuk meningkatkan proses pembelajaran pada siswa, karena prosesi pembelajaran dengan audio visual terasa lebih menarik sehingga lebih melekat dalam ingatan siswa. Film memiliki beberapa keuntungan di dalam sebuah pembelajaran yaitu film sangat baik menjelaskan suatu proses, bila perlu menggunakan slow motion. Kedua, setiap siswa dapat belajar sesuatu dari film, Film-film sejarah dapat menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalusecara realistis dalam waktu yang singkat, film dapat membawa siswa dari negara satu ke negara yang lain serta dari masa satu ke masa yang lain, dan film dapat diulang apabila diperlukan untuk menambah suatu kejelasan.13 Dari beberapa manfaat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, dengan film siswa dapat belajar lebih, siswa dapat mengetahui beberapa negara dengan beberapa masa melalui film, siswa juga mampu mengetahui sejarah seakan-akan mereka berada dikondidi saat itu, sehingga siswa menjadi lebih faham. Selain itu apabila informasi yang didapatkan kurang jelas, film dapat diputar kembali untuk memperjelasnya.
C. VIDEO 1.
Karakteristik dan Manfaat Video
12
Sharon E. Smaldino, dkk, 2011. Instruksioanl Technology & Media For Learning. Jakarta: Kencana Pranada Media Group. hlm. 366 13 Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm. 104
8
Video memiliki pengertian yang luas diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Dalam Kamus Bahasa Indonesia video adalah teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak.14 Menurut K. Prent dkk, dalam Kamus Latin-Indonesia video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat ; Saya lihat. Istilah video juga digunakan sebagai singkatan dari videotape, dan juga perekam video serta pemutar video.15 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi. Manfaat video banyak kemiripanya dengan media film, diantaranya adalah: a.
Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
b.
Video dapat diulang bila perlu untuk menambah kejelasan.
c.
Pesan yang disampaikanya mudah dan cepat diingat.
d.
Mengembangkan pikiran dan pendapat para sisiwa.
e.
Mengembangkan imajinasi peserta didik.
f.
Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik.
g.
Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang.
h.
Sangat baik menjelaskan suatu proses dan ketrampilan dan mampu menunjukan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa.
i.
Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
j.
Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi. Namun selain kelebihan-kelebihan diatas, ia pun tidak lepas dari
14 15
Kbbi, 1969. hlm. 1119 Kamus Latin-Indonesia, 1969. hlm. 926
9
kelemahanya, yakni media ini terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Dilihat dari ketersediaanya, masih sedikit sekali video di pasaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah. Disisi lain, produk video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak.16 2.
Langkah-langkah Pemanfaatan Video Pemanfaatan video dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: a.
Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hubungan progam video dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson dalam Yudhi Munadi, yaitu: 1) Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu obyek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan benda. Mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain-lain. Disamping itu untuk mengajarkan aturan dan prinsip, seperti aturan dan prinsip zakat, waris, dan lain-lain. 2) Pemakaian video untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak, seperti gerakan sholat, adab makan bersama, cara pengurusan mayat-mayat, dan lain-lain. Melalui media ini, siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap
kemampuan
mereka
mencobakan
keterampilan
yang
menyangkut gerakan tadi. 3) Menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. b.
Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pembelajaran.
c. 16
Sesudah program video dipertunjukan, perlu diadakan diskusi, yang juga
Yudhi munadi, Op.Cit. hlm. 127
10
perlu dipersiapkan sebelumnya. Disini siswa melatih diri untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan. d.
Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.
e.
Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan semata, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu. Sesudah itu dapat ditest berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.17
3.
Cara Mudah Membuat Video Pembuatan video untuk pembelajaran membutuhkan perencanaan yang matang. Disamping terlebih dahulu harus menetapkan tujuan pembelajaran, yakni pengalaman yang akan diberikan kepada siswa melalui video yang dibuat, menurut M Fauziyah dalam Yudhi Yunadi, menjelaskan tentang cara-cara mudah membuat video dengan menggunakan handycam: a.
Menetapkan adegan atau tema yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b.
Mengembangkan tema tersebut dan berusaha untuk membagi-bagi kejadian atau moment menjadi serangkaian bidikan atau serangkaian yang berurutan (scane). Usahakan natural, agar penonton/siswa dapat ikut mengalami atau ikut merasakan moment tersebut.
c.
Kita harus membidik urutan kejadian tersebut dengan berbagai jenis atau ukuran bidikan (teknik pengambilan gambar).
d.
Bila kita akan mengubah atau memotong dua bidikan yang berurutan, hendaknya memberilah sisipan bidikan (sebaiknya juga dari dua sudut bidik yang berbeda pula).
e.
Selain itu kita juga perlu mengantisipasi adegan yang selanjutnya diharapkan penonton. Tentu ini agar alunan yang wajar dari rangkaian bidikan kita bisa terangkai.
f.
Membantu terciptanya alunan tadi. Sudut bidik yang berlawanan arah menciptakan kesinambungan bidikan yang sangat berharga (angle berbeda
17
Ibid., hlm. 128
11
pada suatu objek). Demikian pula bidikan-bidikan berdasarkan arah pandangan. g.
Membidik suatu objek dengan durasi yang panjang sangat tidak disarankan. Menunjukan hal-hal yang penting saja akan lebih menarik. Untuk menggabungkanya, manfaatkan fasilitas fade in/out yang terdapat pada hampir semua perangkat handycam. Ada juga cara-cara lain yang lebih kreatif. Misalnya pemotongan (cut-away) dan penyisipan (cut-in) dalam menggabungkan bidikan-bidikan untuk menjembatani kesenjangan yang tercipta akibat perubahan gerakan, posisi, atau selang waktu.
h.
Untuk memberi kesan yang meyakinkan bidikan-bidikan tersebut perlu dipertahankan paling tidak selama tiga detik supaya penonton dapat menangkap atau menghayati suatu adegan.18 Itulah cara-cara membuat video menurut M Fauziah, diantara penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa handycam adalah alat yang paling mudah utuk membuat video dengan memperhatikan teknik-teknik. Diantaranya adalah dalam membuat video kita harus mengetahui tujuan video yang akan dibuat, setelah itu melalui bidikan-bidikan yang tepat tepat, agar video dapat lebih baik, kreatifitan perlu diterapkan diantaranya dengan membuat 2 bidikan, dan atau meng cut vidio yang telah jadi dan diedit sesuai dengan tujuan yang ada. Selanjutnya agar video menjadi lebih baik dan tidak membosankan, pembuatan vidio tidak perlu terlalu lama, melainkan sesuai dengan tema dan substansi yang ada, sehingga penonton tidak akan merasa bosan dan mudah menangkap video yang ditonton. 4.
Perkembangan Video Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video adalah play back, storage media (seperti pita magnetic dan disc) dan monitor. Yang akan kita bahas pada kali ini adalah tentang perkembangan pita maknetik dan disc: a.
Video Pita Magnetik Pada tahun 1951, Alexander M. Poniatoff dalam yudhi munadi dijelaskan bahwa pendiri Ampex Corporation yang berkantor di Kalifornia,
18
Ibid., hlm. 131
12
mulai berusaha untuk mengembangkan mesin praktis untuk perekaman pita video dengan Charles Ginsberg, Charles Anderson, dan seorang mahasiswa muda bernama Roy Dolby (lahir 1933) yang ditahun 1967 menemukan sistem dolby untuk mengurangi kebisingan dalam perekaman magnetik. Setelah melalui berbagai perbaikan dan pengembangan, akirnya perusahaan video di jepang seperti Hitachi, JVC, matshusit, dan sony, serta philips di belanda menguasai pasar dunia. Mereka menguasai video dalam dua format yakni vidio tape recorder (VTR) dan video cassette recorder (VCR). VCR mempunyai banyak tipe, diantaranya adalah tipe 2 inch, 1 inch, ½ inch, dan ¼ inch. Sedangkan format VCR mempunyai tipe ¾ inch dan ½ inch. a.
VTR tipe 2 inch VTR ini menggunakan pita magnetik selebar 2 inch dalam bentuk pita gulungan terbuka (open real) sisten scan yang dipergunakan adalah sistem quadraplex (quad) dan ada juga yang menggunakan sistem helical scan. VTR tipe ini adalah yang terbaik dibandingkan format-format lain yang lebih kecil.
b.
VTR tipe 1 inch Video tape recorder ini menggunakan pita selebar 1 inch yang berbentuk open real dan menggunakan sistem helical scan.
c.
VTR tipe ½ inch dan ¼ inch Kedua VTR ini menggunakan pita ½ dan ¼ inch dalam bentuk open real dan mengguhelical scan syetem.
d.
VCR tipe ¾ inch dan ½ inch Video cassette recorder ini menggunakan pita berukuran ¾ inch dan ½ ins. Keduanya dekemas dalam bentuk kaset, yang mempunyai waktu putar 20 menit, 30 menit, dan 60 menit. System scan yang digunakan adalah helical scan.19
b.
Video Disc Menurut Arief S. Sadiman (1990) dalam yudhi munadi, Video disc
19
Ibid., hlm. 132
13
adalah sarana menyimpan dan mencari kembali gambar. Video disc diperkenalkan dipasar tidak lama setelah perekaman pita video menjadi populer. Video disc pertama kali dipasarkan oleh philips dari belanda ditahun 1972, dan berikutnya oleh Thomson-CSF di Prancis, JVT di Jepang dan RCA di Amerika serikat. Sistem yang dipakai adalah capacitance system, yakni sistem pemindaian (scan) informasi gambar dan suara dengan menggunakan tracking arm dan stylus, sebagaimana layaknya pada turn table audio. Kemudian mengalami perubahan menjadi sistem optok. Produsen yang pertama kali menggunakan optical tracking signal system yang menghubungkan ke sinyal video adalah JVC dari Jepang, produk ini kemudian dikenal dengan sebutan laser disc (LD). Pada tahun 1992, philips mempromosikan video dalam tampilan baru yang disebut video compact disc yang kebanyakan orang menyebutnya dengan VCD. Video digital ini memanfaatkan format medium CD. Dengan memasukan informasi dan audio untuk memenuhi ruang 650 MB yang disediakan oleh medium CD ini, format VCD diperkenalkan untuk menjadi tandingan laser disc (LD), yang secara fisik bentuknya lebih besar dan berat. Teknologi digital yang digunakan adalah teknologi MPEG-1 ysng diprakarsai oleh Motion picture Experts Group, sebuah badan internasional yang mengembangkan teknologi kompresi audio dan video. Teknologi MPEG-1 ini memanfaatkan teknik kompresi data rate rendah dengan tujuan agar file yang dihasilkanya dapat efektif memenuhi ruang 650 MB yang disediakan medium CD. Dengan menggunakan standart VCD ini, sebuah medium CD dapat menampung muatan audio visual sepanjang 74 menit, kualitas setara dengan FHS video, dan suara setara dengan kualitas CD audio. Baik LD maupun VCD, bukanlah media penyimpan pada kamera, tetapi hanya untuk diputar pada play backnya masing-masing. Dengan perkembangan yang sangat pesat teknologi cakram inipun mengalami sebuah perkembangan yang sangat drastis ketika mulai munculnya DVD pada tahun 1997. DVD adalah sebuah cakram optis yang dapat digunakan untuk menyimoan data kurang lebih 4,7 GB, termasuk film dengan kualitas
14
video dan audio yang lebih baik dibandingkan dengan VCD. Pada tahun 2007 mulai muncul lagi cakram blu-ray (blu-ray disc disingkat BD) adalah sebuah format cakram optik untuk menyimoan media digital termasuk video devinisi tinggi. Cakram blu-ray dapat menyimpan data lebih banyak dari DVD yang lebih umum karena panjang gelombang laser biru-ungu yang dipakai hanya 405 nm dimana lebih pendek dibandingkan laser merah, 650 nm yang dipakai DVD dan piringan kompak. Selain storage yang telah diuraikan diatas, masih ada beberapa stroge Yng bisa dimanfaatkan fideo, yakni hard dish drive (HDD) dan chip memori. Pemanfaatanyaterhadap keduanya adalah sebagai penyimpanan pada camcorder.20 Itulah perkembangan dari video yang awalnya hanya berupa pita hingga menjadi cakram dan saat ini lebih banyak menggunakan memori. Hal tersebut digunakan untuk mempermudah pemakai dalam memanfaatkan fideo dalam pembelajaran maupun hiburan.
D. TELEVISI 1.
Karakteristik dan Manfaat Televisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi diartikan sebagai sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui aksara dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengbahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar.21 Sedangkan menurut Omar Hamalik yang dikutip oleh Yudhi Munadi, televisi adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara.22 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah
20 21 22
Ibid., hlm. 137 Kamus Besar Bahasa Indonesia Yudhi Munadi, Op.Cit. hlm. 140
15
cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengubahnya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar. Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang dipergunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 5 berbunyi “Penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan.” Banyak acara yang disajikan oleh stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga hal ini dapat menarik minat penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu warisan bangsa yang perlu dilestarikan. 2.
Televisi Sebagai Media Pembelajaran Sebagai media, televisi memiliki empat fungsi, yakni fungsi komersial, alat hiburan, penyampai informasi, dan edukasi. Sayangnya, fungsi yang terakhir, yakni edukasi, kerap terabaikan. Sebagai penyeimbang membeludaknya acara hiburan, kini televisi edukasi menjadi penting. Mengacu pada pandangan bahwa anak-anak lebih mudah meniru serta melakukan segala hal yang mereka lihat ketimbang segala hal yang mereka dengar, maka efek positif televisi bagi perkembangan intelektual anak bisa dioptimalkan. Televisi bukan merupakan benda aneh bagi anak-anak dan guru. Karena hampir setiap orang pernah menonton TV dan punya TV. Pembelajaran menggunakan media TV tidaklah sulit, minimalnya jika sekolah tidak punya TV bisa memanfaatkan tayangan Tvbiasa yang menyajikan program edukasi. Dan jika sekolah punya TV bisa menggunakan Televisi Edukasi sebagai media pembelajara. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) telah mencanangkan dimulainya siaran Televisi Edukasi (TVE) pada tahun 2003. Harapannya tentu saja televisi edukasi bisa menambah wawasan dan kepintaran.
16
Hasil dari studi kasus tentang TV Edukasi, harus dirancang untuk mendidikan dan mencerdaskan masyarakat tetapi tetap dengan kemasan yang mengasyikkan dan menyenangkan. Karena daya jangkau televisi bisa sangat luas, keberhasilan memanfaatkan media itu untuk tujuan pembelajaran akan mempercepat pembangunan masyarakat belajar yang cerdas.23 3.
Perkembangan Teknologi Televisi Pada abad ke 19 para ahli mendiskusikan teori tentang proses pemancaran seketika gambar bergerak ke jarak yang jauh menggunakan elektromagnetik. Pada tahun 1923, John Logie Baird berhasil membuat televisi hitam putih yang dianggap sebagai TV praktis pertama. Lima tahun kemudian yakni 1928, ia berhasil membuat TV warna pertama, dan TV warna tersebut memiliki tiga tabung warna yaitu merah, biru dan hijau, tetapi pada tahun 1968 Jepang berhasil mengembangkan sistem warna Trinitron, didalamnya ketiga warna tersebut digabungkan dalam satu tabung. Adapun televisi yang berteknologi tabung ini dinamakan Cathode Ray Tube (CRT).
Gambar 1.1 TV Teknologi CRT
23
Ibid., hlm. 143
17
Televisi tabung sinar kotada ini secara perlahan sudah mulai terancam keberadaannya di pasaran, karena saat ini TV layar datar yang berteknologi LCD (Liquid Crystal Display) dan PDP (Plasma Display Panel) menawarkan kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh CRT.24
Gambar 1.2 TV Teknologi LCD
24
Gambar 1.3 TV Teknologi Plasma
Ibid., hlm. 144
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi suara dan gambar. Adapun jenis-jenis media audio visual diantaranya sebagai berikut: 1.
Film gerak bersuara Adalah selaput tipis dari seluloid sebagai tempat gambar negatif maupun positif, yang nantinya diisi dengan gambar gerak bersuara (bersifat audio visual) yang menuturkan cerita yang akan mempengaruhi emosi kepada pemirsa yang melihatnya. Adapun jenis-jenisnya adalah film dokumenter, dokudrama, film drama dan semi drama.
2.
Video Video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.
3.
Televisi Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengubahnya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.
19
DAFTAR PUSTAKA Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Rudi, Susilana dan Cepi, Riyana, 2009. Media Pembelajaran (hakikat, pengembangan,
pemanfaatan, penilaian). Bandung: CV. Wacana Prima.
Munadi, Yudhi, 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pers. Wikipedia ensiklopedia bebas. Smaldino, Sharon E. dkk, 2011. Instruksioanl Technology & Media For Learning. Jakarta: Kencana Pranada Media Group. Nasution, 1982. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
20