BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah membawa dampak positif bagi kehidupan umat manusia. Akibatnya jumlah penduduk usia lanjut akan meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Salah satu fenomena abad 21 sekarang ini, adalah muncul dan mendunianya ledakan penduduk Lanjut usia. Hal ini terjadi karena proses penuaan penduduk yang melanda di seluruh dunia. Proses tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi Lanjut usia. Diketahui bahwa pada tahun 1950 jumlah penduduk Lanjut usia di dunia 205 juta, pada tahun 2000 dalam kurun waktu 50 tahun terakhir meningkat tiga kali lipat menjadi 606 juta. Diperkirakan pada tahun 2050 nanti akan mendekati jumlah 1,8 milyar jiwa. Peningkatan penuaan penduduk Lanjut usia terjadi di berbagai negara baik negara negara maju maupun negara negara berkembang yang salah satu di antaranya adalah Indonesia (Dinkes Jatim,2009) Meningkatnya umur harapan hidup akan disertai timbulnya, masalah lain yang lebih kompleks. Permasalahan potensial yang timbul tidak hanya disebabkan oleh masalah kependudukan, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor biologis, sosial budaya, ekonomi, dan psikologis. Menurut Robertson (1987), lansia akan mengalami penuaan di bidang fisik, psikologis dan sosial. Lansia akan mengalami perubahan fisik, psikologis dan sosial, sehingga masalah bagi lansia bukan hanya dalam bidang fisik dan psikologis, tetapi juga dalam bidang hubungan antar manusia (Maramis, 1994). Demikian juga berkurangnya integrasi sosial lansia akibat berkurangnya
produktifitas dan kegiatan akan memberikan pengaruh`` negatif pada kondisi sosial dan psikologis mereka (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999) Lansia akan mengalami penurunan hubungan sosial karena kehilangan teman atau kenalan akibat pensiun dari pekerjaan. Mereka akan jarang sekali bertemu dan berkomunikasi dengan teman sejawat yang sebelumnya tiap hari dijumpai (Darmojo dan Martono, 1999). Seperti ditulis oleh Abraham dan Shanley (1997) semakin bertambah tua jaringan sosial akan mengkerut ukuran dan jumlahnya. Kehilangan keluarga, teman karib, kedudukan sosial, finansial, dan kegiatan akan menimbulkan reaksi yang merugikan. Abraham dan Shanley (1997) mengutip penelitian Gore (1978) menyebutkan laki-laki yang dikaji dalam hubungan dan aktivitas sosial mereka dengan sahabat, pasangan, dan teman. Menunjukan bahwa kelompok yang tidak didukung melaporkan keluhan fisik yang lebih banyak. Berkman dan Syme (1979) dikutip oleh Abraham dan Shanley ( 1997) menemukan bahwa kelompok pria terisolir (diukur dalam istilah perkawinan, kontak dengan teman dekat, kerabat, anggota gereja, dan asosiasi kelompok) memiliki angka kematian dua atau tiga kali lebih besar daripada pria yang lebih banyak kontak sosial. Wanita lebih mudah depresi bila tidak punya hubungan saling percaya dan dekat seseorang. Sejalan dengan kondisi biopsikososial khususnya di kalangan Lanjut usia bahwa penurunan kemampuan organik, terjadinya kompensasi psikologis dan penurunan dalam hubungan sosial, maka problem di bidang kesehatan mental tidak terelakkan (Notosudirjo M, 2007). Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi integritas mereka yang berusia lanjut. Belum lagi mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan beberapa orang yang dicintai. Kondisi
diatas menyebabkan orang berusia lanjut menjadi lebih rentan untuk mengalami problem sosial, salah satunya adalah penurunan interaksi sosial (Darmojo dan Martono,1999 ) Lansia akan merasa kesepian apabila tidak memiliki kegiatan untuk mengisi kekosongan waktu sehingga mereka menjadi kurang peduli terhadap kegiatan lingkungan dan sosial, kurang berminat menghadiri acara-acara di lingkungan, pesta, arisan, dan lain sebagainya (Lumbantobing, 1997;1).
Berubahnya nilai sosial
masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat individualistik, sehingga lansia merasa kurang dihargai dan dihormati serta merasa tersisih dari kehidupan masyarakat. Dampaknya Gangguan dalam aktivitas akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan fisik dan mental lansia (Lueckennote, 1996;99). Wisma lansia Gerbangmas Kab.Lumajang merupakan panti werdha yang dihuni oleh kurang lebih 36 orang lansia. Dalam panti ini terdapat beberapa lansia dikategorikan sebagai lansia yang memerlukan banyak dukungan dan bantuan dalam kemampuan meningkatkan interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan wisma di sekitar panti. Berdasarkan data pendahuluan yang dilakukan dengan melakukan pre test berupa observasi terhadap 6 lansia yang tinggal di panti, terdapat 3 orang (50 %) mengalami penurunan kemampuan interaksi yang membutuhkan bimbingan mengenai cara berinteraksi dengan orang lain seperti kemampuan mengenal teman,saling mengungkapkan masalah dan mampu mendengarkan keluhan orang lain. Berdasarkan data di atas diperlukan adanya suatu bentuk kegiatan sosial untuk meningkatkan hubungan interaksi sosial antara lansia satu dengan yang lainnya berupa Terapi aktifitas kelompok sosialisasi . Peneliti menggunakan terapi ini karena pada dasarnya Terapi Aktifitas kelompok bermacam ragamnya , diantaranya Terapi
Aktifitas kelompok stimulasi persepsi,terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori , terapi aktifitas kelompok orientasi realita dan Terapi aktifitas kelompok sosialisasi ( jurnal ilmiah kesehatan jiwa, Juni 2009 ) khusus pada Terapi aktifitas kelompok sosialisasi diajarkan tentang bagaimana klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dilakukan secara bertahap dalam latihan sebagai terapi. .Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sriwidowati DKK tentang pengaruh Terapi aktifitas kelompok terhadap peningkatan harga diri dengan desain yang digunakan adalah pre dan pos test sampel yang diambil lima responden . metode pengumpulan data adalah lembar observasi dengan menggunakan uji wilcoxon dan didapatkan hsil Uji Z = - 5a dan p = 0,00 ( p< 0,05 ) yang berarti ada pengaruh antara pemberian terapi aktifitas ke;lompok terhadap peningkatan harga diri klien. Berdasar beberapa fenomena diatas peneliti tertarik ingin menerapkan terapi ini pada lansia .
B. Batasan masalah Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini bahwa tingkat interaksi social pada lansia belum optimal . hal ini diduga antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosialisasi masing-masing lansi masih rendah. Berdasarkan pernyataan masalah tersebut.maka masalah tersebut perlu dibatasi sejauh mana pengaruh terapi aktifitas kelompok sosialisasi terhadap kemempuan interaksi social pada lansia
C. Perumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas , maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Sejauh mana tingkat kemampuan interaksi social para lansia sebelum di beri Terapi Aktifitas Kelompok Soaialisasi 2. Sejauh mana tingkat kemempuan interaksi social para lansia sesudah diberi Terapi Aktifitas kelompok sosialisasi 3. Sejauh mana keterpengaruhan Terapi Aktifitas kelompok sisialisasi terhadap tingkat kemampuan interaksi social para lansia D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa : 1. gambaran tingkat kemampuan interaksi social social lansia sebelum diberi terapi aktifitas kelompok sosialisasi 2. Hasil tingkat kemampuan interaksi social lansia setelah diberi terapi aktifitas kelompok sosialisasi 3. Pengaruh terapi aktifitas kelompok sosialisasi terhadap peningkatan kemampuan interaksi social pada lansia E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sangat bernmanfaat dan berguna baik secara teoritis maupun praktis yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu gerontik dalam mengelola manajemen terapi lansia sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian model terapi lansia yang akan dating
b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu gerontik yang menyangkut pelayanan kesehatan pada lansia c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut pengembangan ilmu terapi pada lansia 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi pimpinan wisa lansia lumajang untuk menningkatkan kualitas pelayana kesehatan melalui terapi
aktifitas
kelompok
sosialisasi
sehingga
pimpinan
dapat
merencanakan dan menentukan prioritas kerja diberbagai kegiatan yang dilakukan bersama para lansia wisma b. Hasil penelitian ini dapat sebagai acuhan dalam meningkatkan pelayanan prima di wisma lansia gerbangmas Lumajang dan sebagai bentuk model ketrampilan bagi para pegawai wisma baik itu dokter , perawat dan tenaga pelaksana yang lain yang selalu siaga dalam memberikan pelayanan secara optimal c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tolak ukur kinerja setiap petugas pelayanan di wisma lansia dalam menyelenggarakan bentuk pelayanan bagi lansia di wisma lansia Lumajang khususnya dan jawa timur pada Umumnya