JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
AKLIMATISASI ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata Lindl.) HASIL PERBANYAKAN IN VITRO PADA MEDIA BERBEDA (ACCLIMATIZATION BLACK ORCHID (Coelogyne pandurata Lindl.) PROPAGATED IN VITRO ON DIFFERENT MEDIA) Ni Kade Ayu Purnama Adi, Ida Ayu Astarini, Ni Putu Adriani Astiti Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana E-mail :
[email protected] INTISARI Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) merupakan anggrek endemik di Pulau Kalimantan. Namun, keberadaannya semakin lama semakin terancam punah. Upaya perbanyakan secara konvensional membutuhkan waktu yang lama. Maka dilakukan perbanyakan secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan anggrek hitam pada media dan teknik penanaman yang berbeda. Plantlet anggrek hitam yang sudah disubkultur diaklimatisasi pada empat jenis media yang berbeda yaitu moss, pakis, arang kayu, kombinasi arang kayu dan serabut kelapa dan teknik penanaman yang berbeda yaitu compot (community pot) dan individual yang dipelihara selama tiga bulan. Pada digunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 8 kombinasi perlakuan dan 7 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan anggrek hitam memiliki respon pertumbuhan yang baik pada media moss, pakis, dan kombinasi arang kayu dan serabut kelapa, sedangkan pada media arang kayu menunjukkan hasil yang tidak baik. Perbedaan teknik penanaman tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Presentase hidup yang tinggi ditunjukkan pada media kombinasi arang kayu dan serabut kelapa dan teknik compot. Kata kunci : Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.), aklimatisasi, media ABSTRACT Black orchid (Coelogyne pandurata Lindl.) is an orchid endemic to the island of Borneo. However, its existence is increasingly threatened with extinction. Conventional propagation efforts require a long time. Therefore in vitro propagation was performed. The purpose of this study was to determine the growth response of black orchids on the media and different planting techniques. Black orchid plantlets that have been sub-cultured was acclimatized in four different media types ie moss, fern, wood charcoal, wood charcoal and coconut fiber mixture and different planting techniques namely compot (community pot) and the individual, were allowed to grow for three months. Randomized block design (RBD) was utilised, obtained 8 combination treatments, with 7 replicates. The results showed black orchid has a good growth response in the media moss, ferns, and a mixture of wood charcoal and coconut fiber, while the wood charcoal media showed unfavorable results. Different planting techniques showed no significant results. Percentage of high life shown in mixed media wood charcoal and coconut fiber and compot techniques. Keyword : Black orchid (Coelogyne pandurata Lindl.), acclimatization, media
yang tinggi.
PENDAHULUAN Indonesia
terletak
di
daerah
Sebagai negara mega
diversity, kekayaan jumlah spesies flora
katulistiwa yang mempunyai tipe hutan
(tumbuhan)
Indonesia
tidak
perlu
hujan tropika yang sampai saat ini dikenal
diragukan.
sebagai tipe hutan dengan biodiversitas
Indonesia yang tidak tersaingi oleh flora
Salah satu kekayaan flora
1
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
negara lain adalah anggrek. anggrek
tergolong
Orchidaceae.
Tanaman
anggota
family
ISSN: 2337-7224 September 2014
manusia
cenderung
untuk
kebutuhan
komersil,
bukan untuk dibudidayakan
Keluarga anggrek terdiri
sehingga keberadaan anggrek hitam saat
atas lebih dari 600 genera, dan sekitar
ini sebagai tanaman yang dilindungi dan
25.000 spesies asli ditemukan di hutan
dibudidayakan.
Faktor
belantara di bumi ini.
menyebabkan
menurunnya
kawasan Indonesia
Sementara, di
lain
yang
populasi
yaitu di Kalimantan
anggrek hitam adalah dikarenakan habitat
terdapat 1.400 spesies, Sumatera 1.126
tumbuh yang rusak akibat penebangan dan
spesies, Jawa 769 spesies, Sulawesi 500
konversi lahan dan periode berbunganya
spesies, Maluku 369 spesies, dan Nusa
sangat pendek (cepat layu) dan bunga
Tenggara sekitar 200 spesies (Clintonboni,
relatif sulit untuk disilangkan (Untari,
2012).
2006). Spesies
anggrek
Indonesia
Upaya perbanyakan anggrek hitam
memiliki sifat yang khas dan hanya dapat
dengan teknik konvensional seperti stek
dijumpai di pulau – pulau tertentu di
batang, pembelahan rumpun, penggunaan
Indonesia
pseudobulb, dan
seperti
di
anggrek
hitam
keiki (anakan yang
(Coelogyne pandurata Lindl.) yang hanya
keluar dari ruas tanaman yang berada agak
ditemukan di Pulau Kalimantan.
jauh dari pangkal tanaman) atau
Nama
aerial
anggrek hitam diberikan karena bunga
stem sulit dilakukan karena keterbatasan
anggrek ini memiliki tanda hitam pada
tanaman induk yang jumlahnya kian
bibirnya yang membentang ke belakang
menurun di alam.
sampai bagian dalam bunga.
Mahkota
anakan yang dihasilkan dengan teknik
bunga dan kelopak bunga anggrek hitam
perbanyakan konvensional relatif sedikit,
berwarna hijau cerah (Agromedia, 2006).
antara 2 - 5 anakan per tanaman, sehingga
saat
Selain itu, jumlah
Populasi anggrek hitam di alam
tidak dapat menghasilkan tanaman baru
ini
dalam
semakin
menurun
bahkan
jumlah
yang
banyak
dan
keberadaannya di alam terancam punah
memerlukan waktu yang lama (Gunawan,
akibat dari pengambilan yang berlebihan
2007).
karena anggrek hitam banyak diminati
Perbanyakan
tanaman
secara
masyarakat. Secara keseluruhan anggrek
konvensional yang sulit dapat diatasi
hitam memiliki penampilan yang sangat
dengan
menarik dan dapat dimanfatkan sebagai
melalui kultur jaringan (in vitro). Teknik
tanaman
potong.
kultur jaringan sudah sangat dikenal
Pengambilan anggrek hitam di alam oleh
sebagai salah satu cara dalam perbanyakan
hias
atau
bunga
teknik
perbanyakan
anggrek
2
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
tanaman untuk memperoleh bibit tanaman
disubkultur pada media W3 (Western 3).
yang langka dan tanaman yang relatif sulit
Media
untuk dikembangbiakkan dengan cara
menimbang bubuk W3 sebanyak 18,49
konvensional. Claudia (2013) berhasil
gram, gula 20 gram, dan agar 7,5 gram,
memperbanyak anggrek hitam secara in
ditambah aquades 1 liter. Plantlet anggrek
vitro dengan menggunakan media W3.
hitam dipelihara selama 3 bulan secara in
Namun, tahap yang tak kalah pentingnya
vitro, kemudian diaklimatisasi pada media
adalah tahap aklimatisasi yang merupakan
moss, pakis, arang kayu, dan kombinasi
kelanjutan
arang kayu dan serabut kelapa dengan
dari
teknik
perbanyakan
tanaman in vitro. Media
subkultur
teknik tumbuh
dan
dibuat
penanaman
secara
dengan
compot
teknik
(community pot) di green house selama 3
penanaman merupakan faktor penting
bulan menggunakan pot gerabah (tanah
dalam proses aklimatisasi.
Diperlukan
liat) dengan tinggi 9,5 cm, berdiameter 14
media yang mempermudah pertumbuhan
cm dengan lubang pada bagian dasar dan
akar dan menyediakan hara yang cukup
sisinya. Penyiraman dilakukan setiap hari
bagi plantlet.
pada
Teknik penanaman secara
pagi
hari
menggunakan
hand
compot (community pot) yaitu dalam satu
sprayer, pemupukkan dilakukan dua kali
pot ditanami banyak tanaman anggrek
seminggu menggunakan pupuk anggrek
dipercaya
resiko
“plus”, dan plantlet disungkup selama 1
kematian tanaman anggrek yang sedang
MST (minggu setelah tanam). Penelitian
diaklimatisasi.
dilaksanakan pada bulan November 2013 -
dapat
mengurangi
Tetapi,
kemungkinan
terjadi persaingan dalam mendapatkan
Mei 2014.
unsur hara antara tanaman satu dengan
persentase hidup tanaman, tinggi tanaman,
yang lainnya.
jumlah daun, dan skor warna daun selama
Oleh karena itu, untuk
mengetahui teknik
yang
baik dalam
Parameter yang diamati
12 MST (3 bulan).
aklimatisasi bibit anggrek hitam ini perlu dilakukan penelitian mengenai
teknik
aklimatisasi bibit anggrek hitam hasil perbanyakan in vitro.
HASIL Persentase hidup yang tertinggi pada perlakuan media adalah media kombinasi arang dan serabut kelapa yaitu sebesar 57,14%, sedangkan persentase
METODE PENELITIAN Penelitian
menggunakan
hidup yang paling rendah ada pada media
(Coelogyne
arang yaitu sebesar 0% (Gambar 1). Pada
pandurata Lindl.) berumur 9 bulan yang
perlakuan teknik penanaman, persentase
plantlet
anggrek
ini hitam
3
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
hidup tanaman yang tinggi pada tanaman
32,14% (Gambar 1). Pada 9 MST seluruh
anggrek dengan teknik penanaman compot
tanaman anggrek hitam pada media arang
yaitu sebesar 42,86%, sedangkan pada
kayu mengalami kematian.
penanaman
Persentase hidup (%)
teknik
individual
sebesar
150
Moss
100
Pakis
50
Arang
0 bulan ke-1 bulan ke-2 bulan ke-3 Bulan setelah tanam (BST)
Persentase hidup (%)
Gambar 1. Grafik persentase hidup tanaman anggrek hitam pada 12 MST pada perlakuan media
150 100 Compot 50
Individual
0 bulan ke-1 bulan ke-2 bulan ke-3 Bulan setelah tanam (BST)
Gambar 2. Grafik persentase hidup tanaman anggrek hitam pada 12 MST pada perlakuan teknik penanaman
Tinggi tanaman pada perlakuan
secara compot. Namun, tanaman anggrek
media tidak berbeda nyata, sedangkan
hitam pada semua perlakuan media antar
antar
teknik penanaman secara compot maupun
teknik
penanaman
mengalami
perbedaan yang nyata (Gambar 3). Teknik
individual
penanaman
pertambahan tinggi yang jauh berbeda
secara
individual
menghasilkan tanaman yang lebih tinggi
tidak
menunjukkan
(Gambar 4 dan 5).
dibandingkan dengan teknik penanaman
4
Tinggi tanaman (cm)
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
5 4 3 2 1 0
Compot Individual Moss
Pakis
Arang kayu*
Media perlakuan
Arang kayu + serabut kelapa
Gambar 3. Grafik tinggi tanaman anggrek hitam pada 12 MST pada media yang berbeda dengan teknik compot dan individual
Tinggi tanaman (cm)
Ket : *) Pengamatan media arang kayu sampai 9 MST karena mati.
4 3 2
M1T1 M2T1 M3T1
1 0 BULAN KE-1
Gambar 4.
BULAN KE-2 Bulan setelah tanam (BST)
BULAN KE-3
Grafik pertambahan tinggi tanaman anggrek hitam setiap bulan dengan media yang berbeda pada teknik compot
Tinggi tanaman (cm)
Ket : (M1 = moss, M2 = pakis, M3 = arang kayu, M4 = kombinasi arang kayu dan serabut kelapa, T1 = compot, T2 = individual). Seluruh tanaman anggrek pada media arang kayu mati pada 9 MST. 4.4 4.2 4 3.8 3.6 3.4 3.2 3
M1T2 M2T2 M3T2 M4T2 BULAN KE-1 BULAN KE-2 BULAN KE-3 Bulan setelah tanam (BST)
Gambar 5. Grafik pertambahan tinggi tanaman anggrek hitam setiap bulan dengan media yang berbeda pada teknik individual Ket : (M1 = moss, M2 = pakis, M3 = arang kayu, M4 = kombinasi arang kayu dan serabut kelapa, T1 = compot, T2 = individual). Seluruh tanaman anggrek pada media arang kayu mati pada 9 MST.
Jumlah
daun
pada
tanaman
anggrek hitam hasil kultur in
vitro
menunjukkan
perbedaaan
nyata
pada
perlakuan media dan teknik penanaman 5
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
(Gambar 6). Pengamatan yang dilakukan
tanaman anggrek hitam semakin berkurang
setiap
(Gambar 7 dan 8).
minggu
selama
12
MST
Jumlah daun (helai)
memperlihatkan bahwa jumlah daun pada 6 5 4 3 2 1 0
Compot Individual Moss
Pakis
Arang kayu*
Media perlakuan
Arang kayu + serabut kelapa
Gambar 6. Jumlah daun tanaman anggrek hitam pada 12 MST pada media yang berbeda pada teknik compot dan individual
Jumlah daun (helai)
Ket : *) Pengamatan media arang kayu sampai 9 MST karena mati.
6 4 2
M1T 1
0 BULAN KE-1
Gambar 7.
BULAN KE-2 BULAN KE-3 Bulan setelah tanam (BST)
Grafik perubahan jumlah daun tanaman anggrek hitam dengan media yang berbeda pada teknik compot
Jumlah daun (helai)
Ket : (M1 = moss, M2 = pakis, M3 = arang kayu, M4 = kombinasi arang kayu dan serabut kelapa, T1 = compot, T2 = individual). Seluruh tanaman anggrek pada media arang kayu mati pada 9 MST. 8 6 4
M1T2 M2T2 M3T2
2 0 BULAN KE-1 BULAN KE-2 BULAN KE-3 Bulan setelah tanam (BST)
Gambar 8.
Grafik perubahan jumlah daun tanaman anggrek hitam dengan media yang berbeda pada teknik individual Ket : (M1 = moss, M2 = pakis, M3 = arang kayu, M4 = kombinasi arang kayu dan serabut kelapa, T1 = compot, T2 = individual). Seluruh tanaman anggrek pada media arang kayu mati pada 9 MST.
6
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
Warna daun memberikan hasil
Pengamatan yang dilakukan selama 12
yang berbeda nyata antar media perlakuan,
MST memperlihatkan skor warna daun
sedangkan tidak berbeda nyata terhadap
semakin menurun (Gambar 10 dan 11).
penanaman Skor warna daun
teknik
(Gambar
9).
3 2 Compot
1
Individual 0 Moss
Pakis
Arang kayu* Arang kayu + serabut kelapa
Media perlakuan
Gambar 9.
Skor warna daun tanaman anggrek hitam pada 12 MST pada media yang berbeda dengan teknik compot dan individual
Skor warna daun
Ket : *) Pengamatan media arang kayu sampai 9 MST karena mati. 3 2 M1T1 M2T1 M3T1 M4T1
1 0 BULAN KE-1
Gambar 10.
BULAN KE-2 BULAN KE-3 Bulan setelah tanam (BST)
Grafik perubahan skor warna daun setiap bulan dengan media yang berbeda pada teknik compot
Skor warna daun
Ket : (M1 = moss, M2 = pakis, M3 = arang kayu, M4 = kombinasi arang kayu dan serabut kelapa, T1 = compot, T2 = individual). Seluruh tanaman anggrek pada media arang kayu mati pada 9 MST. 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
M1T2 M2T2 M3T2 BULAN KE-1
Gambar 11.
BULAN KE-2 Bulan setelah tanam (BST)
BULAN KE-3
Grafik perubahan skor warna daun setiap bulan dengan media yang berbeda pada teknik individual Ket : (M1 = moss, M2 = pakis, M3 = arang kayu, M4 = kombinasi arang kayu dan serabut kelapa, T1 = compot, T2 = individual). Seluruh tanaman anggrek pada media arang kayu mati pada 9 MST.
7
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
sehingga memiliki aerasi dan drainase
PEMBAHASAN Pertambahan
tinggi
tanaman
yang baik sehingga mampu menjaga
anggrek hitam pada penelitian ini tidak
keadaan
terlalu cepat yaitu pertambahan tinggi
Kemampuan
yang tertinggi 1,03 cm selama 3 bulan
menyebabkan pupuk yang diberikan lebih
pada media pakis dengan teknik compot.
mudah terserap sehingga hara pada media
Tanaman
lebih
anggrek
hitam
yang
tanaman pakis
banyak.
dengan
baik.
menyerap
Sedangkan,
air
tanaman
diaklimatisasi dengan teknik penanaman
anggrek hitam yang ditanam pada media
individual
mengalami
moss menunjukkan gejala pembusukkan
minggunya
yaitu daun dan akarnya yang menjadi
dibandingkan dengan tanaman anggrek
coklat tetapi tidak terlihat kekeringan. Hal
hitam yang diaklimatisasi dengan teknik
tersebut dikarenakan moss memiliki daya
penanaman secara compot.
Perbedaan
simpan air yang tinggi sehingga banyak
respon ini diduga karena tanaman anggrek
menyimpan air berlebih (Suradinata et al.,
yang ditanam secara individual tidak
2012).
lebih
cepat
pertambahan tinggi setiap
mengalami perebutan unsur hara yang
Jumlah daun tanaman anggrek
tersedia pada media, sehingga dengan
hitam sejak awal hingga 12 minggu setelah
maksimal
anggrek
tanam (MST) masa aklimatisasi tidak
proses
banyak mengalami pertambahan daun.
pada
Jumlah daun paling banyak diperoleh pada
Penelitian
perlakuan kombinasi media pakis dan
tanaman
menggunakannya pertumbuhan
untuk yang
terlihat
pertambahan tinggi tanaman.
oleh Dwiyani (2012) menyatakan tanaman
teknik penanaman individual.
anggrek
saat
daun yang paling sedikit dihasilkan pada
diaklimatisasi selama 90 hari (3 bulan)
perlakuan media arang terutama pada
dengan penyemprotan berbagai macam
teknik individual.
pupuk mengalami pertambahan tinggi
daun mendukung hasil pengamatan pada
tanaman tertinggi sebesar 0,53 cm.
warna daun.
Dendrobium
Tanaman bulan
ketiga
anggrek pada
sp.
hitam media
Jumlah
Berkurangnya jumlah
Warna hijau dari daun
pada
tanaman anggrek hitam semakin lama
pakis
semakin berkurang.
Berdasarkan hasil
menunjukkan tinggi tanaman yang paling
pengukuran skor warna daun selama
tinggi pada semua teknik penanaman.
pengamatan, skor warna daun anggrek
Pakis merupakan media yang remah
hitam yang diaklimatisasi rata - rata 8
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
memiliki skor 2 - 2,5 (hijau kekuningan),
pernyataan
Sandra
(2001)
yang
sedangkan warna daun anggrek hitam yang
menyatakan bahwa pada usia semai harus
sehat dan keadaan warna daun yang
menggunakan media yang mempunyai
sebenarnya di alam cenderung hijau tua
kemampuan mengikat air yang cukup baik.
(Claudia, 2013).
Namun, dibandingkan dengan media moss,
Media kombinasi arang kayu dan
pakis, dan serabut kelapa, kemampuan
serabut kelapa memberikan persentase
arang dalam mengikat air masih kalah
hidup yang tinggi, diduga karena sifat dari
sehingga hara yang terkandung tidak dapat
masing - masing media tersebut yang
terserap oleh akar tanaman, dan akar
mendukung.
tanaman sulit untuk menempel pada media
mampu
Arang kayu yang tidak
mengikat
air
baik,
karena ukuran potongan yang besar.
didukung serabut kelapa mampu mengikat
Arang kayu dengan potongan yang besar -
air dengan baik, oleh karena tanaman
besar akan dengan mudah meloloskan air.
anggrek yang pada proses aklimatisasi
Sedangkan bila arang diremahkan menjadi
sangat rentan tidak disarankan selalu
potongan yang lebih kecil - kecil maka air
dalam keadaan kelebihan air dan tidak
akan lebih lama tersimpan di dalam media.
disarankan
Penelitian oleh Suradinata et al. (2012)
pula
kekurangan air.
dengan
dalam
keadaan
Seperti penelitian yang
menggunakan
arang
kayu
dengan
telah dilakukan oleh Suradinata et al. 2012
potongan kecil - kecil berdiameter 0,5 - 1
menyatakan media campuran arang kayu
cm pada aklimatisasi Dendrobium sp.
dan serabut kelapa adalah media yang
Berdasarkan teknik
penanaman,
paling baik untuk aklimatisasi anggrek
teknik compot memperlihatkan persentase
Dendrobium sp. karena memiliki porositas
hidup yang tinggi diperkirakan karena
air yang tinggi. Selain itu, serabut kelapa
dalam teknik penanaman secara compot
merupakan media yang mampu mengikat
dalam
air dan banyak mengandung unsur kalium
tanaman, sehingga tanaman satu dengan
yang dapat mempengaruhi sistem enzim
yang
pada proses fotosintesis dan translokasi
menopang dan kondisi kelembaban lebih
karbohidrat serta mengatur membuka dan
terjaga
menutupnya stomata (Gunawan, 2007).
berkelompok sehingga mampu bertahan
Media
arang
pot
tanaman
karena
terdiri
yang
dari banyak
lainnya
tanaman
saling
tumbuh
memiliki
hidup lebih lama dibandingkan dengan
persentase hidup yang paling rendah.
tanaman yang diaklimatisasi dengan teknik
Seluruh tanaman anggrek hitam pada meda
penanaman secara individual.
arang mati pada 9
kayu
satu
MST.
Sesuai 9
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
Berdasarkan
pengamatan
ISSN: 2337-7224 September 2014
yang
diantaranya adalah intensitas cahaya, suhu,
dilakukan, tanaman anggrek hitam pada
air dan kelembaban.
proses aklimatisasi ini sangat kritis dan
dengan pendapat Salisbury dan Ross
cepat mengalami layu dan menyebabkan
(Salisbury
kematian. Menurut Limarni et al. (2008)
menyatakan bahwa apabila cahaya yang
Tanaman hasil kutur in vitro memiliki
diberikan pada tanaman dalam jumlah
stomata yang lebih terbuka dan respon
yang optimum maka akan menyebabkan
stomata
terbukanya stomata dan ini memungkinkan
yang
lebih
lambat
terhadap
dan
Ross,
yang
Lapisan
Diketahui bahwa intensitas cahaya yang
mengakibatkan
diperlukan untuk aklimatisasi berkisar
tanaman akan kehilangan air dalam jumlah
antara 40 – 50%, sehingga dibutuhkan
cukup besar melalui evaporasi kutikula
pelindung seperti paranet untuk menaungi
pada saat tanaman dipindahkan pada
dan melindungi tanaman anggrek yang
kondisi in vivo. Stomata tidak berfungsi
diaklimatisasi
dengan sempurna sehingga menyebabkan
langsung.
kutikula
yang
tipis
terjadinya cekaman air. mempengaruhi
laju
Defisit air dapat fotosintesis,
pada
tanaman
yang
unsur
berkembang.
bagi
1995)
kehilangan air serta lapisan lilin kutikula kurang
hara
Hal ini sejalan
dari
terpenuhi.
sinar
matahari
Faktor lain yang menyebabkan sedikitnya
persentase
hidup
tanaman
keadaan laju transpirasi yang tinggi, daun
anggrek hitam pada penelitian ini yaitu
akan mengalami layu sementara dan
kemungkinan plantlet yang masih terlalu
stomata menutup. Dalam keadaan tersebut
muda untuk diaklimatisasi. Plantlet yang
penyerapan CO2 ke dalam daun akan
digunakan adalah plantlet anggrek hitam
menurun dan laju fotosintesis menurun
yang disubkultur satu kali.
(Zulkarnain, 2009).
Keadaan seperti ini
anggrek hasil kultur in vitro yang siap
yang sering menyebabkan tanaman dalam
diaklimatisasi memiliki tinggi 8 – 12 cm,
proses aklimatisasi memiliki keberhasilan
jumlah daun 7 – 16 helai, dan jumlah
yang rendah dan persentase hidup yang
anakan 1 - 6 bulb/pot.
rendah. Maka dari itu dibutuhkan media
berwarna hijau tua dan akar berwarna
yang
putih (Sukma dan Setiawati, 2011).
mampu
mengikat
air
untuk
Tanaman
Daun yang
memenuhi kebutuhan tanaman anggrek terhadap air.
SIMPULAN
Pengaruh faktor luar merupakan
Respon
pertumbuhan
tanaman
faktor utama serta pendukung dalam
anggrek hitam hasil kultur in
menentukan
berdasarkan parameter tinggi tanaman,
keberhasilan
aklimatisasi
vitro
10
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
jumlah daun, warna daun, dan persentase hidup menunjukkan hasil yang baik yaitu
ISSN: 2337-7224 September 2014
Gunawan, L. W. 2007. Budidaya Anggrek. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
pada media moss, pakis, dan campuran arang dan serabut kelapa, sedangkan pada media arang menunjukan hasil yang tidak baik.
Persentase
hidup
tertinggi
ditunjukkan pada media campuran arang dan serabut kelapa, sedangkan persentase tanaman hidup terendah ditunjukkan pada media arang.
Teknik penanaman tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara teknik penanaman secara compot dan individual.
Limarni, L., N. Akhir., I. Suliansyah., dan A. Riyadi. 2008. Laporan Penelitian “Pertumbuhan Bibit Anggrek (Dendrobium sp.) dalam Kompot Pada Beberapa Jenis Median dan Konsentrasi Vitamin B1”. Jurnal Penelitian Jerami 1: 87-89. Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan III. Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Terjemahan D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.
Persentase hidup yang
tinggi ditunjukkan pada teknik penanaman
Sandra, E. 2001. Membuat anggrek Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka, Jakarta.
compot.
KEPUSTAKAAN Agromedia. 2006. Cara Tepat Merawat Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta. Claudia, V., I. A. Astarini., dan S. K. Sudirga. 2013. Perbanyakan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) Secara In Vitro. Jurnal Simbiosis.1(2): 79-84. Clintonboni. 2012. Indonesia Negerinya Anggrek. Available from : http://clintonboni.wordpress.com/20 12/11/16/indonesia-negerinyaanggrek-dunia-loo-ga-percaya/. Diakses pada 21 Oktober 2013. Dwiyani, R. 2012. Respon Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium sp. pada Saat Aklimatisasi terhadap Beragam Frekuensi Pemberian Pupuk Daun. Agrotrop. Bali.
Sukma, D., dan A. Setiawati. 2011. Pengaruh Waktu dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek Dendrobium ‘Tong Chai Gold’. J.Hort.1(2):97-104. Suradinata, Y. R., A. Nuraini., dan A. Setiadi. 2012. Pengaruh Kombinasi Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek Dendrodium sp. pada Tahap Aklimatisasi. J. Agrivigor 11(2):104-116. Bandung. Tirta, I. G. 2006. Laporan Penelitian “Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanaman dan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich.)”. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tabanan, Bali. Untari, R., dan D. W. Puspitaningtyas. 2006. Pengaruh Bahan Organik dan 11
JURNAL SIMBIOSIS II (2): 203- 214 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
ISSN: 2337-7224 September 2014
NAA terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dalam kuntur in vitro. Biodiversitas. 7(3): 344-348. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Bumi Aksara. Jakarta.
12