Relasi, Interaktivitas dan Logika Desain Pesan pada Media Sosial Twitter Kandidat Calon Presiden Indonesia 2014-2019 (Analisis Isi Akun Twitter Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto pada Tanggal 1-14 Oktober 2013) Ajeng Pandi Anggita Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Jalan Lingkar Kampus Raya, Depok, 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak Pada saat ini marak sekali pemanfaatan media sosial Twitter oleh aktor politik sebagai sarana merangkul dan berkomunikasi dengan para konstituennya, diantaranya ialah para kandidat calon presiden 2014 yaitu Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bentuk relasi, interaktivitas dan logika desain pesan yang terjalin diantara para kandidat dan followers. Penelitian ini dirancang menggunakan metodologi kuantitatif dengan metode analisis isi. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan quota sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah indikator mutualitas kontrol tercermin pada akun Twitter Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto, sedangkan pada akun Twitter Wiranto tercermin indikator komitmen. Proporsi desain pesan pada ketiga akun kandidat belum seimbang. Pada timeline akun Twitter Prabowo, bentuk interaktivitas yang dilakukan proporsional antara interaksi yang bersifat noninteraktif, reaktif dan interaktif.
Relations, Interactivity and Message Design Logic on SocialMedia Twitter ofIndonesia’s Presidential Candidate 2014-2019 (Content Analysis on Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto and Wiranto’s Twitter Account on October 1st-14th 2013) Abstract Currently, Twitter as social media used by lots of politician as medium to approach and communicate with their constituent, one of them are presidential candidates 2014 as such Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto and Wiranto. The goal of this research is to know and compare the relations, interactivity and message design logic that tied beyond the candidates and followers. This research uses quantitative methodology through content analysis. The sample is taken by using quota sampling. The result shows that indicators of control mutuality reflected on Aburizal Bakrie and Prabowo account, while the indicator of commitment reflected on Wiranto accounts. The proportion of message design in all three candidate account yet balanced. On the timeline Prabowo‘s Twitter account, form of interactivity conducted proportionally between non-interactive, reactive and interactive. Keywords: Interactivity, Message Design Logic, Politic, Relations, Twitter
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Pendahuluan Dalam komunikasi politik, politisi dituntut tidak hanya menarik simpati dan mendapatkan dukungan, tetapi lebih jauh, komunikasi dilakukan untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan publiknya. Demi mencapai tujuan organisasi, politisi layaknya seorang praktisi Public Relations, perlu mengenal karakter target audiens sehingga dengan mudah publik dapat dipersuasi dan dipengaruhi agar sesuai dengan kepentingannya. Dalam lingkup Political Communication yang diimplementasikan pada suatu kampanye politik, upaya mendekatkan diri dan mensosialiasikan program kerja politisi kepada publik merupakan suatu keharusan agar kepentingannya tercapai, baik untuk jangka panjang mapun jangka pendek, yakni kemenangan kandidat di hari pemilihan. Dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, politisi memanfaatkan berbagai saluran komunikasi, salah satunya ialah media sosial Twitter sebagai strategi komunikasi politiknya. Twitter merupakan sebuah layanan jejaring sosial dan microblogging yang memungkinkan penggunanya mengirim dan membaca pesan, yang biasa kita sebut dengan tweet, dalam 140 karakrter atau kurang. Twiiter termasuk dalam media sosial yang pada dasarnya merupakan kategori media online di mana orang berbicara, berpartisipasi, berbagi, networking, dan melakukan online bookmark. Umumnya media sosial mendorong diskusi, umpan balik, voting, komentar dan berbagi informasi dari berbagai pihak yang berkepentingan. Di era digital sekarang, kita dapat berkomunikasi langsung dengan sejumlah besar orang, dalam skala yang besar dan melakukan pertukaran informasi dalam waktu bersamaan. Pada tahun 2012, Twitter telah memiliki lebih dari setengah miliar pengguna secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian Semiocast (2012), jumlah pemilik akun Twitter di Indonesia merupakan yang terbesar kelima di dunia (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/ 02/072381323, diakses pada tanggal 28 September 2013). Semiocast (2012) juga mencatat
bahwa dari sekian banyak kota-kota besar di seluruh dunia, dua kota metropolis di Indonesia, masuk dalam daftar kota dengan jumlah tweet terbanyak di dunia, yaitu Jakarta di urutan pertama dan Bandung di urutan keenam. Pada April 2014, Indonesia menggelar pemilu untuk memilih presiden Indonesia periode 2014-2019. Momen ini merupakan momen yang dinantikan karena menjadi sorotan seluruh rakyat Indonesia. Semua orang mulai mengamati kandidat mana yang pantas untuk menjadi
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
presiden berikutnya. Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto adalah tiga dari beberapa politisi yang ingin mencalonkan diri sebagai kandidat calon presiden. Dibanding politisi lain, ketiganya terlebih dahulu mendeklarasikan diri menjadi kandidat capres. Ketiga kandidat kemudian melakukan komunikasi politik melalui sosialisasi untuk mendapatkan simpati dan dukungan publik, dimana salah satunya strateginya ialah menggunakan media sosial Twitter. Melihat pertumbuhan pengguna media sosial yang luar biasa saat ini, Twitter menjadi alasan kuat bagi perspektif politisi dan partai politik mengenai pentingnya berpartisipasi secara aktif dalam komunikasi politik, khususnya selama sosialisasi dan kampanye pemilu. Namun, Twitter yang masih terbilang sebagai new media dan keterbatasan karakter Twitter (140 karakter) membuat politisi kesulitan melihat sejauh mana pendekatan kepada publiknya di Twitter tercapai dan bagaimana perbandingan outcome dari relasi yang dibangun antara politisi tersebut dengan politisi lain. Disamping itu, kandidat capres juga kesulitan untuk melihat apakah desain pesan yang dibuat sedemikian rupa, menyesuaikan dengan keterbatasan karakter tersebut, dapat menggambarkan kualitas pesan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menjelaskan perbandingan pendekatan komunikasi sebagai wujud sosialisasi kandidat calon presiden Indonesia 20132019 yakni Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto kepada publiknya melalui sosial media Twitter dalam mendukung kampanye politik. Secara spesifik, peneliti berusaha menjelaskan perbandingan proporsi indikator relasi organisasi-publik berdasarkan indikator relasi Hon & Grunig, desain pesan berdasarkan model logika desain pesan Barbara J O’Keefe dan interaktivitas dari Rafaeli yang tercermin pada ketiga akun Twitter tersebut.
Tinjauan Teoritis Komunikasi Politik Pengertian komunikasi politik, walaupun memiliki banyak beragam definisi, diartikan oleh Astrid S. Soesanto (1986) sebagai komunikasi yang diarahkan pada pencapaian pengaruh sedemikian rupa sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik. Dengan kata lain, melalui kegiatan komunikasi politik terjadi pengaitan sosial dengan
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
lingkup negara, sehingga komunikasi politik menjadi sarana untuk pendidikan politik (Ardial, 2009). Berbeda dengan pendapat Richard Fagen (1966) yang kemudian dilengkapi oleh Dan Nimmo (1981) menyatakan bahwa “Communication activity considered political by virtue of its consequences actual and potential that it has for the functioning of political system”. Dengan demikian disimpulkan bahwa segala bentuk komunikasi yang memberikan dampak terhadap sistem politik baik secara aktual maupun potensial dinamakan komunikasi politik (Gadis, 2013). Tujuan dari adanya komunikasi politik sangat erat kaitannya dengan pesan politik yang disampaikan aktor politik sebagai komunikator. Tujuan komunikasi politik dapat bervariasi, antara lain untuk penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan opini publik ataupun penanganan tuduhan lawan politik. Adapun tujuan komunikasi politik ialah mendapatkan simpati khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum (pemilu) melalui kampanye politik. Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat. Dalam kampanye biasanya aktor politik akan melakukan sosialisasi politik sebagai pendekatan kepada konstituennya. Upaya sosialisasi tidak hanya dilakukan dengan komunikasi searah (one way communication), tetapi juga perlu dilakukan dengan komunikasi dua arah (two way communication) agar publik merasa dilibatkan dan proaktif. Relationship Management Esensi Public Relations sebagai pengelolaan hubungan organisasi dan publik (OrganizationsPublic Relations) dapat dilihat dari observasi Center & Jackson (1995) dimana tahapan yang layak untuk menghasilkan outcome yang diinginkan oleh praktisi Public Relations adalah relasi publik. Sebuah organisasi yang memiliki Public Relations yang efektif akan menghasilkan relasi publik yang positif (Ledingham, 2006).
Indikator Relasi Hon & Grunig Telah banyak praktisi dan sarjana Public Relations yang percaya bahwa tujuan inti dari PR adalah untuk membangun dan meningkatkan hubungan yang berlangsung, baik jangka pendek
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
maupun jangka panjang. Hal tersebut menimbulkan semakin meningkatnya kesadaran untuk mengukur kualitas hubungan antara organisasi dengan publiknya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabel Indikator Relasi Hon dan Grunig Definisi saat hal ini diaplikasikan bagi relasi Indikator Relasi organisasi dengan publik (OPR) Mutualitas Kontrol Mengukur relasi dari kekuatan antara organisasi dan (Control Mutuality) publiknya; sebuah ketidakseimbangan kekuatan alamiahterjadi. Kepercayaan Kepercayaan dari publik pada sebuah organisasi dan (Trust) kerelaan publik tersebut untuk membentuk sebuah relasi dengan organisasi (dan/atau kebalikannya); tergantung pada integritas, keterandalan, dan kompetensi atas organisasi. Kepuasan Tingkat dimana organisasi dan publiknya merasa (Satisfaction) positif terhadap satu sama lain; manfaat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Komitmen Sejauh mana organisasi dengan publiknya (Commitment) mencurahkan energi untuk mempertahankan hubungan, memiliki dua dimensi: kelanjutan komitmen (tindakan) dan komitmen afektif (emosi). Relasi Pertukaran Organisasi ini memberikan manfaat bagi publiknya (Exchange karena publiknya memberi manfaat bagi organisasi di masa lalu atau diharapkan untuk melakukannya di Relationship) masa depan (dan/ atau sebaliknya). Relasi Komunal Hubungan yang saling menguntungkan dimana (Communal organisasi dengan publiknya memberikan manfaat Relationship) satu sama lain bahkan ketika mereka tidak menerima apa pun sebagai imbalan, hubungan yang paling ideal.
Interaktivitas (Rafaeli) Dari bertahun-tahun lamanya, yang banyak diteliti oleh peneliti dalam mempelajari media baru adalah satu variabel kunci yaitu interaktivitas (Rafaeli, 1988, Kalyanaraman, & Brown, 2003). Sundar et al. (2003) mengidentifikasi dua pandangan utama dari interaktivitas, dimana memasukkan
pandangan
keterwakilan,
atau
“sebuah
konseptualisasi
interaktivitas
berdasarkan pesan” (hal.34), dan pandangan fungsional, atau “sebuah kapasitas tatap muka untuk mengadakan sebuah dialog atau pertukaran informasi antara pengguna dan interface” (hal. 33). Dalam pandangan keterwakilan, Rafaeli (1988) mendefinisikan interaktivitas sebagai transmisi (atau pesan) dari pihak ketiga (atau seterusnya) berkaitan dengan derajat dimana pertukaran sebelumnya mengacu kepada transmisi yang sebelumnya” (hal. 111).
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Definisi dari interaktivitas ini lebih melihat pada perilaku pengguna ketimbang dari sisi teknologinya, demi sebuah pesan yang dianggap interaktif, sebelumnya harus terjadi sebuah pesan yang berkaitan. Sebaliknya, pandangan fungsionalitas cenderung melihat aspek teknologi dari medium, seperti tautan, video, ruang obrol, umpan balik, dan lainnya. (Sundar et al., 2003). Rafaeli (1988) mengungkapkan adanya tiga tingkatan dalam interaktivitas yang menitikberatkan pada kaitan antar pesan di dalamnya. 1. Tingkatan yang pertama adalah pesan noninteraktif. Pesan noninteraktif ditandai adanya ketidakterkaitan antara satu pesan dengan pesan lainnya. Bentuk interaksi tersebut terjadi pada pesan yang menyertakan foto di dalamnya. 2. Tingkatan yang kedua adalah pesan reaktif (quasi interactive). Interaktivitas pada tingkatan ini muncul ketika seseorang mengirimkan pesan kepada orang lain kemudian orang yang dikirimi pesan tersebut meresponnya sebanyak satu kali. Ketidakaktifan pengguna dapat menyebabkan interaksi yang terjadi hanya sampai pada tingkatan reaktif (quasi interactive), dimana pesan hanya dibalas satu kali. 3. Tingkatan interaktivitas ketiga adalah pesan interaksi penuh (full interactive). Adanya kecenderungan pada pesan-pesan yang berisi humor, bahasa yang ringan dan penggunaan sapaan langsung dapat mencapai tingkatan interaktivitas penuh. Interaksi dalam tingkatan ini jumlahnya tidak sebanyak interaksi pada tingkatan reaktif (quasi interactive).
Model Logika Desain Pesan (Barbara J.O’Keefe) Desain pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya. B. J. O’Keefe dan Delia menyatakan bahwa pesan berbasis diri lebih kompleks dalam tindakannya karena mereka menentukan tujuan yang beragam. O’Keefe menggunakan term kompleksitas tindakan untuk merujuk pada bagaimana kebutuhan yang kompleks ini diatur dalam suatu interaksi. Logika desain pesan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alur pikiran berbeda yang digunakan dalam mengurus tujuan-tujuan yang saling bertentangan. O’Keefe menyimpulkan variasi strategi manajemen tujuan yang diamati merupakan hasil dari variasi dalam sebuah
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
sistem prinsip yang digunakan untuk mendasari makna komunikatif, yang berbeda dalam definisi komunikasi yang dibentuk dan diusahakan seseorang. Barbara O’Keefe menunjukkan tiga logika dasar desain pesan, yaitu ekspresif, konvensional, dan retoris. 1) Logika desain ekspresif merefleksikan pandangan bahwa komunikasi adalah keterusterangan proses pengkodean pikiran dan perasaan. Logika pesan ekspresif bersifat literal dan langsung.Logika ekspresif memperlakukan komunikasi sebagai suatu model ekspresi diri, sifat pesannya terbuka dan reaktif secara alami, sedikit memperhatikan keinginan orang lain. Logika ekspresif misalnya bisa ditemukan pada saat kita sedang marah. 2) Logika desain konvensional merefleksikan pandangan bahwa interaksi adalah permainan kooperatif yang dimainkan berdasarkan aturan, kesepakatan, dan prosedur-prosedur tertentu. Tujuan-tujuan yang bertentangan dalam situasi tertentu kadang dibagi dalam logika konvensional namun secara khusus melalui tambahantambahan dalam interaksi atau melewati bentuk-bentuk jebakan kesopanan seperti ”tolong atau silahkan”. Logika konvensional memandang komunikasi sebagai permainan yang dilakukan secara teratur. Komunikasi dilakukan sebagai proses ekspresi berdasarkan aturan dan norma yang diterima bersama, maka komunikasi berlangsung sopan dan tertib. 3) Logika desain retoris merefleksikan pandangan bahwa komunikasi mengabdi pada struktur dan membentuk realitas. Dengan demikian, pelaku interaksi retoris menggunakan komunikasi untuk menetapkan situasi dalam cara yang akan memfasilitasi pertemuan beragam instrumen dan tujuan yang dihadapi. Logika retoris memandang komunkasi sebagai suatu cara mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan dirancang cenderung fleksibel, penuh wawasan dan berpusat pada orang. (Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees, 2007 : 164) Individu membuat interpretasi berdasarkan aturan-aturan sosialnya. Individu dalam situasi sosial pertama-tama didorong oleh keinginan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan menerapkan aturan-aturan untuk mengetahui segala sesuatu. Pada tahap lanjutan individu bertindak atas dasar pemahaman mereka, dengan menggunakan aturan-aturan untuk memutuskan jenis tindakan yang sesuai. Pada titik inilah desain pesan dioperasikan oleh individu dalam tindak komunikasinya. Desain pesan dilakukan agar tindakan dan pernyataan dapat menciptakan komunikasi yang interaktif (Ardianto dan Bambang Q. Anees, 2007:166).
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Metode Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivisme dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan kebenaran realitas mengenai perbandingan relasi, interaktivitas dan desain pesan yang dibentuk melalui media sosial Twitter oleh ketiga kandidat capres 2014 dalam upaya mendapatkan dukungan publik. Selain itu, pendekatan deskriptif dan eksplanatif digunakan untuk memberikan gambaran dan penjelasan secara faktual dan akurat atas fenomena komunikasi kandidat calon presiden Indonesia 2014-2019 yang dilakukan di media sosial Twitter. Penelitian ini mengimplementasikan analisis isi kuantitatif untuk mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak dan dilakukan secara objektif, valid, reliable dan dapat direplikasikan (Eriyanto, 2011). Dengan begitu, peneliti dapat melakukan konfirmasi realitas secara non-probabilitas dari frekuensi kicauan yang sesuai dengan indikator relasi milik Grunig dan Hon dan model logika desain pesan BJ O’Keefe serta konsep interaktivitas Rafaeli yang dipergunakan dalam media sosial. Obyek dalam penelitian ini adalah postingan atau tweet dari akun Twitter Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto yang dimonitor pada tanggal 1-14 Oktober 2013 (dua minggu). Peneliti mengambil postingan tweet yang berasal dari akun ketiga kandidat capres itu sendiri (bukan akun Twitter tim suksesnya) dan tweet balasan (reply) maupun retweet yang memicu interaksi. Waktu penelitian dipilih karena jenjang waktu berada ditengah antara rentang waktu setelah deklarasi dan sebelum kampanye resmi berlangsung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kicauan (tweet) pada akun Twitter ketiga kandidat capres 2014 yakni Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto pada masa sosialisasi (antara rentang waktu setelah deklarasi dan sebelum kampanye resmi berlangsung), yaitu dari bulan Juni 2013 sampai bulan Februari 2014. Masa sosialisasi dipilih sebagai populasi karena peneliti menganggap bahwa masa sosialisasi adalah kondisi netral dan efektif bagi ketiga kandidat untuk melakukan pendekatan personal maupun massa kepada konstituennya. Sedangkan sampelnya adalah kicauan (tweet) yang ada pada akun Twitter ketiga kandidat capres 2014 selama dua minggu (14x24 jam) dari masa sosialisasi. Jumlah tweet yang menjadi sampel penelitian antara lain Aburizal Bakrie dengan total 235 tweet, Prabowo Subianto 953 tweet dan Wiranto 72 tweet. Peneliti mengambil waktu selama dua minggu (14x24 jam) dari masa sosialisasi karena dinilai dapat menunjukkan aktivitas tweets
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto pada kesehariannya. Peneliti menggunakan teknik sampling non-probabilita dimana pengambilan besar sampel ditentukan dengan quota sampling karena kerangka sampel adalah keseluruhan jumlah kicauan (tweet) yang ada pada akun Twitter para kandidat capres 2014 selama dua minggu dari masa sosialisasi. Kriteria inklusi dari penarikan sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang melakukan interaksi (kegiatan memberikan komentar) dan relasi dengan para kandidat capres 2014 di dalam akun Twitter-nya ataupun sebaliknya. Kriteria ini dipilih berdasarkan konsep relasi dan interaksi itu sendiri yang merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dan bukanlah suatu proses interaksi yang hanya sekali. Sedangkan untuk kriteria inklusi berdasarkan konsep logika desain pesan dalam penelitian ini adalah tweet yang berasal dari akun Twitter ketiga kandidat calon presiden 2014-2019 yang ada dalam populasi. Pengumpulan data penelitian diperoleh menggunakan data sekunder dengan metode penelitian content analysis untuk pengumpulan data kuantitatif yang telah dikategorikan secara subjektif oleh peneliti.Selain itu studi kepustakaan dan literatur juga dilakukan untuk mendukung data yang telah ada. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif kuantitatif yakni statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (general). Teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif yang digunakan yaitu penyajian data berbentuk visual seperti diagram lingkaran, garis dan batang. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 dan Microsoft Excel 2010. Reliabilitas dalam analisis isi juga digunakan untuk melihat kecocokan antar interkoder atau intercoder reliability, yaitu reproduksibilitas atau derajat sejauh mana proses dapat diciptakan kembali dalam berbagai keadaan yang berbeda di lokasi yang berbeda.Hasil dari perhitungan Kappa menunjukkkan nilai measure of agreement sebesar 80% ke atas, dimana pada patokan interpretasi Kappa termasuk golongan very good agreement dan excellent agreement. Dengan kata lain, kesesuaian antar dua coder dinilai tinggi.
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Hasil Analisis Data Indikator Relasi Relasi Online 148
137
122 61
Mutualitas Kontrol
Komitmen
Kepuasan Kepercayaan
73 36
Relasi Relasi Komunal Transaksional
Gambaran aktivitas akun Twitter Aburizal Bakrie sebagai kandidat calon presiden 2014 berdasarkan relasi online Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa relasi online yang dilakukan ARB lebih cenderung membina hubungan yang memiliki mutualitas kontrol didalamnya. Diantara keenam indikator relasi, mutualitas kontrol mendapat porsi paling besar sebanyak 148 tweet, sedangkan indikator kepuasaan dalam relasi online mendapat porsi sebesar 61 tweet. Antara relasi komunal dan relasi transaksional, tweet ARB tergolong mengedepankan relasi transaksional dimana relasi tersebut lebih menginginkan keuntungan sebagai balasan dari terjalinnya relasi tersebut. Dalam Twitter ARB terlihat, antara ARB dan publiknya sepakat terhadap kekuatan yang diterapkan dalam suatu percakapan. Setiap aspirasi atau gagasan dari tiap follower didengar dan diperhatikan oleh ARB, tim sukses maupun follower lainnya. Hal ini sejalan dengan Hon dan J.Grunig (1999) yang menyatakan bahwa control mutuality adalah keadaan dimana pihakpihak yang terlibat menyetujui proses pelaksanaan kontrol dalam relationship tersebut, terutama berkenaan dengan siapa yang akan mengontrol dan dikontrol serta bagaimana prosedur pengkontrolan dilakukan. Kandidat kedua adalah Prabowo Subianto dimana akun Twitter-nya memiliki tingkat mutualitas kontrol yang tinggi dalam relasi online. Mutualitas kontrol yang dicapai sebanyak 834 tweet. Angka tersebut cukup membuktikan bahwa banyak sekali followers yang aktif untuk berpartisipasi dalam percakapan ataupun diskusi mengenai suatu hal yang sedang
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
diangkat oleh Prabowo maupun dari follower lain. Sementara pada relasi komunal dan relasi transaksional, sebanyak 418 tweet yang mengarah pada relasi komunal dibanding relasi transaksional sebanyak 46 tweet. Tweet Prabowo tergolong mengedepankan relasi komunal, dimana relasi tersebut lebih cenderung dilakukan untuk kepentingan orang banyak sebagai alasan dari terjalinnya relasi tersebut.
Relasi Online 834 418 194
Mutualitas Kontrol
Komitmen
249
194
Kepuasan Kepercayaan
46 Relasi Relasi Komunal Transaksional
Gambaran aktivitas akun Twitter Prabowo Subianto sebagaikandidat calon presiden 2014 berdasarkan relasi online Kandidat ketiga adalah Wiranto dimana pada grafik di bawah terlihat bahwa indikator komitmen sebanyak 57 tweet lebih diutamakan oleh Wiranto dalam timeline Twitter-nya. Indikator kepercayaan menyusul setelahnya dengan jumlah 54 tweet. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam membina relasi yang terjalin dalam dunia online, komitmen dan kepercayaan merupakan dua hal yang dipegang oleh Wiranto. Relasi komunal juga menjadi concern Wiranto dimana relasi komunal yang terdapat pada Twitter-nya sebanyak 54 tweet, jauh melebihi relasi transaksional yang hanya berjumlah 4 tweet. Relasi Online 57
17
54
54
13
Mutualitas Kontrol
Komitmen
Kepuasan Kepercayaan
4 Relasi Relasi Komunal Transaksional
Gambaran aktivitas akun Twitter Wiranto sebagaikandidat calon presiden 2014 berdasarkan relasi online
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Logika Desain Pesan
Konv ensio nal 41%
Reto ris 17%
Konv ensio nal 41%
Reto ris 17%
Ekspr esif 42%
Ekspr esif 42%
Aburizal Bakrie
Konv ensio nal 22% Reto ris 67%
Prabowo
Ekspr esif 11% Wiranto
Berdasarkan akun Twitter ketiga kandidat tersebut, proporsi desain pesan ekspresif yang ada pada akun Twitter Prabowo sebanyak 42% (276 tweet) dan Aburizal Bakrie sebanyak 42% (70 tweet). Sedangkan pada akun Wiranto, desain pesan ekspresif yang muncul sebanyak 11% (16 tweet). Pesan ekspresif yang ditunjukkan oleh kandidat memperlihatkan komunikasi sebagai suatu model ekspresi diri, sifat pesannya terbuka dan reaktif secara alami serta kadang memperhatikan keinginan orang lain. Dalam tweet ketiga kandidat, proporsi desain pesan konvensional yang ada pada akun Twitter Prabowo sebanyak 41% (289 tweet), Aburizal Bakrie sebanyak 41% (70 tweet) dan Wiranto sebanyak 22% (8 tweet). Berdasarkan jumlah tweet, akun Twitter Prabowo paling banyak memuat desain pesan konvensional dibanding dua kandidat lainnya. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan komentar dari followers, Prabowo merespon secara sopan dan baik. Walaupun kadang ada tweet dari followers semena-mena, ia tidak terganggu dan tetap merespon dengan baik. Komunikasi dalam desain pesan konvensional dilakukan sebagai proses ekspresi berdasarkan aturan dan norma yang diterima bersama, maka komunikasi berlangsung sopan dan tertib. Logika retoris memandang komunikasi sebagai suatu cara mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan yang dirancang cenderung fleksibel, penuh wawasan dan berpusat pada orang. Pesan retoris juga paling banyak dilakukan Prabowo. Sebagian besar pesan retoris yang diposting Prabowo adalah isu-isu kepemimpinan dan hal-hal patriotis. Dari akun Twitter ketiga kandidat tersebut, desain pesan retoris yang ada pada akun Twitter Prabowo sebanyak
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
17% (117 tweet), Wiranto sebanyak 67% (48 tweet) dan Aburizal Bakrie sebanyak 17% (28 tweet).
Interaktivitas
Inter akDf 11%
Reak Df 39%
Noni nter akDf 30%
Inter akDf 34%
Noni ntera kDf 50%
Reak Df 23%
Inter akDf 0% Noni ntera kDf 77%
Reak Df 36%
Aburizal Bakrie
Prabowo
Wiranto
Dalam menjalin suatu hubungan dengan pihak lain, tentunya tidak akan terlepas dari apa yang disebut interaksi. Ketiga kandidat telah teridentifikasi memiliki interaktivitas baik tinggi maupun rendah. Interaktivitas ialah derajat dimana partisipan dalam sebuah proses komunikasi dapat bertukar peran dan memiliki kontrol atas diskursus mutual mereka (Rogers,1995:314). Dari akun Twitter ketiga kandidat tersebut, indikator pesan noninteraktif ada pada akun Twitter Prabowo sebanyak 30% (275 tweet), Aburizal Bakrie sebanyak 50% (114 tweet). Sedangkan pada akun Wiranto, indikator noninteraktif muncul sebanyak 77% (55 tweet). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Prabowo mem-posting tweet yang bersifat noninteraktif terbanyak. Tweet yang dilakukan oleh Prabowo dan Wiranto bersifat noninteraktif
ketika
mereka
sedang
memperkenalkan
program-program
mereka,
mensosialisaikan suatu peraturan, atau melakukan kultweet (memaparkan suatu isu menurut pandangan mereka). Sedangkan tweet yang dilakukan oleh ARB bersifat noninteraktif ketika ia melakukan live tweet mengenai agenda kesehariannya disertai foto. Seperti yang dikatakan oleh Rafaeli (1988) jika pesan noninteraktif ditandai dengan adanya ketidakterkaitannya antara satu pesan dengan pesan yang lainnya.
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Pada tweet ketiga kandidat, akun Twitter Prabowo memuat indikator pesan reaktif sebanyak 36% (338 tweet), Aburizal Bakrie sebanyak 39% (87 tweet). Sedangkan pada akun Wiranto, indikator reaktif muncul sebanyak 23% (16 tweet). Interaktivitas pada tingkatan ini muncul ketika seseorang mengirimkan pesan kepada orang lain kemudian orang yang dikirimi pesan tersebut meresponnya sebanyak satu kali. Pesan interaktif memiliki kecenderungan pada pesan-pesan yang berisi humor, bahasa yang ringan dan penggunaan sapaan langsung yang dapat mencapai tingkatan interaktivitas penuh (Rafaeli, 1988). Interaktivitas pada tingkatan ini dicapai ketika kandidat mengirimkan respon pesan atas pesan pesan sebelumnya dari publik (followers). Interaksi dalam tingkatan ini jumlahnya tidak sebanyak dengan interaksi pada tingkatan reaktif (quasi interactive). Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Prabowo mem-posting tweet yang bersifat interaktif terbanyak dengan jumlah 34% (312 tweet), sedangkan ARB hanya sebanyak 11%(24 tweet). Adapun Wiranto tidak memiliki tweet yang bersifat interaktif. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa Wiranto tidak menganggap penting peranan new media terlebih media sosial seperti Twitter sebagai alat komunikasi politik.
Kesimpulan Hasil penelitian yang didapat pada periode Oktober 2013 yang berlangsung selama 14 hari
berturut-turut yakni sejak tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 14 Oktober 2013 adalah: 1.
Pada timeline Twiter Prabowo lebih cenderung mengandung muatan mutualitas kontrol. Begitu pula pada timeline Twitter ARB, tweet cenderung mengandung muatan mutualitas kontrol. Sedangkan Wiranto, pada timeline Twitter-nya lebih cenderung mengandung muatan komitmen. Hal ini menjawab pertanyaan penelitian yang pertama, yaitu indikator relasi organisasi-publik yang tergambar dalam Twitter ketiga kandidat capres Indonesia 2014-2019 adalah mutualitas kontrol untuk Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto, serta komitmen untuk Wiranto.
2.
Logika desain pesan turut mewarnai deretan tweet pada timeline akun Twitter ketiga kandidat. Pada timeline ARB, desain pesan yang paling menonjolkan adalah desain pesan yang bersifat ekspresif 42% dan konvensional sebesar 41%. Begitupun yang tercermin pada timeline akun Twitter Prabowo, dengan persentase yang sama namun jumlah tweet yang berbeda. Sedangkan pada timeline akun
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Twitter Wiranto, desain pesan yang bersifat retoris sebesar 67% yang paling menonjol. Dengan kata lain, proporsi desain pesan pada ketiga akun kandidat belum seimbang/proporsional. 3.
Interaktivitas merupakan unsur penting dalam membentuk relasi. Namun pada timeline akun Twitter ARB dan Wiranto interaksi yang dilakukan cenderung bersifat noninteraktif. Artinya dalam menggunakan media sosial, keduanya melakukan postingan yang tidak banyak memicu interaksi dengan followers. Sedangkan pada timeline akun Twitter Prabowo, bentuk interaktivitas yang dilakukan proporsional antara interaksi yang bersifat noninteraktif, reaktif dan interaktif. Bentuk-bentuk interaktivitas inilah yang tergambar pada akunTwitter Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto dan Wiranto sebagai kandidat capres Indonesia 2014-2019 dalam mendukung kampanye politik.
Diskusi Hal terpenting dari penelitian ini adalah pengelolaan hubungan antar pengguna individual dan kandidat calon presiden yang berinteraksi dengan individual tersebut. Meskipun banyak yang mengatakan keberadaan Twitter tidak akan memberikan dampak apapun dalam perolehan suara pada saat pemilu, tetapi kita tidak dapat mengabaikan kepopuleran dan signifikansi yang dibawa sebagai alat komunikasi bagi organisasi politik/kandidat dalam meningkatkan kesadaran publik mengenai politik. Pada penelitian ini, peneliti melihat penggunaan media sosial Twittermelalui indikator relasi, keinteraktivitasan dan desain pesan yang hadir dalam akun Twitter Aburizal Bakrie, Prabowo dan Wiranto, namun dalam tingkatan yang berbeda-beda. Tidak mengherankan juga sebab banyak orang mulai mengamati calon presiden yang akan mereka pilih nantiya melalui berbagai sumber. Pada akun Twitter Prabowo. Intensitas yang tinggi dan berkelanjutan dari penggunaan Twitter dan hadirnya interaktivitas tersebut dapat membuktikan bahwa adanya keseriusan dalam menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi untuk mensosialisaikan program dan visimisinya dan organisasi politiknya. Sebaliknya, interaktivitas mengenai program-program dan isu yang sedang berkembang perlu dilakukan oleh Wiranto dan ARB agar publiknya ikut
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
terlibat dalam percakapan, sehingga publik tahu kredibilitas dan intergritas calon presidennya. Kedua kandidat, terlebih Wiranto perlu mendedikasikan sedikit waktu lebih banyak lagi untuk melakukan interaksi dengan followers sebagai konstituennya dalam media sosial Twitter.
Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat temuan, bahwa belum terlihat ketiga kandidat menggunakan desain pesan ekspresif, konvensional dan retoris secara proporsional. Hanya dua kandidat yakni ARB dan Prabowo yang memiliki dua desain pesan yang bersifat ekspresif dan konvensional yang dominan mewarnai timeline akun Twitter mereka. Padahal jika diseimbangkan akan lebih banyak lagi publiknya tertarik untuk memantau timeline akun Twitter ketiga kandidat tersebut. Merupakan hal penting juga untuk diperhatikan bahwa ketiga kandidat perlu meningkatkan indikator-indikator lain seperti komitmen, kepercayaan dan kepuasan dalam membina sebuah relasi. Bagaimana tidak, ketika publiknya ingin mengetahui calon presidennya tentunya mereka butuh berinteraksi dengan calon presiden tersebut. Calon presiden juga tentunya membangun hubungan baik dengan publiknya melalui interaksi tersebut. Dalam membangun hubungan dengan publik, perlu adanya komitmen, kepercayaan dan kepuasan yang tercipta sehingga dengan demikian barulah kualitas hubungan dianggap baik. Dalam skala besar, hubungan dengan kualitas yang baik dapat mengarahkan persepsi publik kepada pesan yang sebenarnya ingin disampaikan kandidat. Peneliti menemukan adanya relasi transaksional yang tinggi dari seorang ARB. Relasi transaksional ialah relasi yang mana organisasi memberikan manfaat bagi publiknya karena publiknya memberi manfaat bagi organisasi di masa lalu atau diharapkan untuk melakukannya di masa depan (dan/ atau sebaliknya) (Grunig, 1999). Mungkin publik tidak sadar tweet ARB memiliki kecenderungan seperti itu. Namun, dari konten tweet yang seolaholah mempromosikan agendanya dan mempromosikan serangkaian media sosial yang ia ikuti, orang akan melihat tindakan tersebut terlalu bersifat marketing. Ada baiknya, meningkatkan relasi komunal perlu dilakukan oleh ARB agar presepsi publik mengenai dirinya menjadi lebih baik, yang secara tidak langsung meningkatkan reputasi.
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Implikasi Penelitian Penelitian ini memperluas studi tentang komunikasi politik, terutama berkembangnya konsep relasi, interaktivitas dan logika desain pesan yang dapat diaplikasikan di ranah politik dan media baru. Melalui penelitian ini juga, konsep-konsep tersebut dibuktikan dengan baik. Keseluruhan proses kandidat dalam merancang pesan politik dilanjutkan menjalin interaksi sehingga mendukung relasi yang dibangun telah teridentifikasi dengan jelas dan terarah. Bagi kandidat calon presiden 2014 nantinya, merupakan hal yang penting untuk berinteraksi, membina relasi dan mendengarkan publiknya. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang sangat senang untuk menanggapi dan mendiskusikan isu politik dan hal-hal yang sedang hangat dibicarakan dengan kandidat pada Twitter. Melalui peningkatan mutualitas kontrol, komitmen, kepuasan publik dan kepercayaan, organisasi dapat dengan sukses menggunakan Twitter untuk membantu membentuk relasi yang berkualitas. Selain itu perlu juga adanya peningkatan interaktivitas melalui intensitas dalam melakukan interaksi dan pemetaan interaksi yang proporsional agar jangkauan publiknya lebih luas. Di sisi lain, penggunaan strategi desain pesan yang tepat akan dengan mudah mempengaruhi publik atau voters dalam pemilu.
Rekomendasi Penelitian Bagi penelitian berikutnya dapat melanjutkan dan mengembangkan apa yang telah peneliti lakukan dalam analisis isi ini. Penelitian mengenai relasi (OPR), interaktivitas dan logika desain pesan memang jarang ditemukan di Indonesia apalagi yang berkaitan dengan media baru khususnya untuk penelitian mengenai media sosial Twitter. Untuk penelitian berikutnya diharapkan semakin berkembang, tidak hanya berfokus pada relasi, interaktivitas dan desain pesan yang ada pada tweet tetapi juga dampak dari isi tweet tersebut kepada followers. Selain itu, metode dari penelitian ini diharapkan dapat terus berkembang, tidak terpaku pada analisis isi kuantitatif tetapi dapat dilakukan dengan metode mix method, yaitu dengan membagi kuesioner dan juga mewawancarai narasumbernya. Bagi para praktisi PR politik maupun tim ahli komunikasi kandidat calon presiden 2014, sebelum memasuki ranah sosial media terlebih dahulu perlu melakukan riset mengenai sifat
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
dari media sosial itu sendiri dan mengenai karakter dari kandidat yang ingin dicerminkan. Jika terdapat kesesuaian dengan sosial media tersebut barulah dapat mengembangkan relasi antara organisasi dan publiknya. Hal ini tentunya dengan merancang interaksi dan desain pesan yang sesuai dan bersifat natural. Jika tweet yang dibuat terkesan artificial atau palsu dan tidak sesuai dengan demografi publiknya justru akan mengabaikan peranan Public Relations itu sendiri.
Referensi Ardial. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta: Indeks Ardianto, Elvinaro, dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Barbie, E. 2007. The Practice of Social Research. CA: Thomson Wadsworth Bailey, K. 1994. Methods of Social Research 4th Edition. New York: Free Press Bode, L. et al. 2008. A New Space for Political Behavior: Poltical Social Networking and Its Democratic Consequence. Journal of Computer Mediated Communication Cutlip, M., Center H. A, dan Broom M. G. 2000. Effective Public Relations. New Jersey: Prentice Hall International Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana. Edman, Haley. 2007. Twittering To The Top: A Content Analysis Of Corporate Tweets To Measure Organization-Public Relationships. Thesis. Louisiana State University. Gadis. 2013. Branding dalam Politik Elektoral. Depok: Skripsi Universitas Indonesia Grunig, J. E., Grunig, L. A., & Dozier, D. M. (2002). Excellent public relations and effective organizations, A study of communication management in three countries. Mahwah, NJ: Erlbaum. Grunig, J. E., & Hunt, T. (1984). Managing public relations. New York: Holt, Rinehart & Winston. Grunig, J. E., & White, J. (1992). The effect of worldviews on public relations theory and practice. In J. E. Grunig (Ed.), Excellence in public relations and communications management. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013
Hallahan, K. 2008. Organizational-Public Relationships in Cyberspace. In T. Hansen-Horn & B. Dostal Neff (Eds.), Public relations: From theory to practice. Boston, MA: Pearson Holtz, Shel. 2002. PR on The Net: Second Edition. New York: AMACOM Kelleher, T., & Miller, B. 2006. Organizational blogs and the human voice: Relational strategies and relational outcomes. Journal of Computer-Mediated Communication Krippendorff, Klaus. 2004. Content Analysis: An Introductions to its Methodology (Second Edition), California: Sage Publication Ledingham, J.A. 2006. Relationship Management: General Theory of Public Relations (Public Relations Theory II). London: Lawrence Erlbaum Associates Neuman, L.W. 2006. Social Research Methods. Wisconsin: Pearson International Nimmo, Dan. 2010. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya O’Keefe, B. J. dan Bruce L. L. Effect of Message Design Logic on The Content and Communication of Situation Presentasion. Indiana : University of Illinois Ritonga, M. Jamiluddin. 2005. Tipologi Pesan Persuasif. Jakarta: PT Indeks Gramedia Rogers, Everett M. 1994. A History of Communication Study: A Biographical Approach. New York: The Free Press. Rusfian, Effy Z. dan Lestari Nurhajati. 2012. Interpersonal Communication on New Social Media for Governor’s Campaign. Jakarta
Rutledge, Pamela. 2013. How Obama Won the Social Media Battle in the 2012 Presidential Campaign diakses pada 08-10-2013 (http://mprcenter.org/blog/2013/01/25/howobama-won-the-social-media-battle-in-the-2012-presidential-campaign/) Salim, Hanz J. 2013. LIPI: 58% Pemilih Lebih Melihat Caleg Ketimbang Parpol. Diakses pada 18-07-2013 (http://news.liputan6.com/read/624476/lipi-58-pemilih-lebihmelihat-caleg-ketimbang-parpol ). Liputan6 Online Saffer, Adam J. et al. 2013. The Effect of Organizational Twitter Interactivity on Organization-Public Relationship. United Stated : Elsevier Journal Stromback, Jesper dan Spiro Klausis. Political Public Relations: Prnciple and Applications. New York: Routledge Twitter. diakses pada tanggal 1-10-2013 sampai 20-10-2013 (www.twitter.com)
Relasi, interaktivitas..., Ajeng Pandi Anggita, FISIP UI, 2013