AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH BERDIRI DAN KONTRIBUSINYA DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
DIAN RAHMAYANTI 1110022000006
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH BERDIRI DAN KONTRIBUSINYA DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sa{ana Humaniora (S.Hum)
Oleh Dian Rahmavanti
NIM: 1110022000006
Pembimbing
11992031001
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
':
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi dengan judul AISYryAH KOTA DEPOI(: SEJARAH BERDIRI DAN KONTRIBUSINYA DAI-AM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN AGAI\4A telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Flumaniora Universitas Islam Negeri Syarif I{idayatullah Jakarta padaT Januari 2015. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat mernperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta, T Januari 2015
Siclang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
H. Nurhgsan. M.A NIP: 1 9690124 199703 1 001
:19150417 200501 2 007
Anggota
Pengrji II
NIP: 19590203 198903
I
NIP: 1 9601212 199003
003
Pernbimbing
un llerani-
M.A
NIP: 19570227 199203
1 001
T,EMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1.
2. 3.
:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk rnemenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
J-qkarla, 7 J anuari 20I 5
Mffi_W
rrorroroiuurF uurfr^
-
w'^
DianTtahmayanti
ABSTRAK
DIAN RAHMAYANTI Aisyiyah Kota Depok: Sejarah Berdiri dan Kontribusinya Dalam Bidang Sosial, Budaya dan Agama Tujuan berdirinya Aisyiyah ialah untuk memberikan kemajuan kepada masyarakat dari program kerjanya di berbagai bidang sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi, kesejahteraan umat. Salah satunya Aisyiyah di kota Depok. Dalam studi ini penulis menggunakan metode historis dengan pendekatan sosiologi untuk mengetahui aspek-aspek sosial didalamnya, yaitu mengetahui sejarah berdiri perkembangan serta kontribusi Aisyiyah di kota Depok. Studi ini ingin mengungkap sejarah serta kontribusi Aisyiyah di kota Depok dalam bidang sosial, budaya, dan agama melalui data survei lapangan dan wawancara. Subjek Aisyiyah kota Depok, sedangkan objek ialah kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam bidang sosial, budaya, dan agama, yakni Amal Usaha Aisyiyah kota Depok dalam berbagai bidang seperti Amal Usaha bidang Pendidikan, Majlis Tabligh, Kesejahteraan Sosial, dan Ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwasannya organisasi Aisyiyah di kota Depok belum maksimal dalam merespon kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam bidang sosial, budaya dan agama. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa Amal Usaha Aisyiyah yang sudah tidak berjalan dengan sebagaimana semestinya, seperti dalam bidang ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup. Belum maksimalnya organisasi Aisyiyah kota Depok dalam merespon kebutuhan-kebutuhan masyarakat dikarenakan adanya faktor-faktor penyebab di antaranya: 1. faktor budaya (kultur), 2. faktor kepemimpinan (leadership), 3. faktor manajemen organisasi.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahi Tawakalna ‘Alallah, Laa Haula Wala Qwata Illa Billah. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT. yang selalu melimpahkan kasih dan sayang-Nya, semoga kita selalu dalam rahmat dan hidayah-Nya, Amin. Shalawat serta salam, senantiasa kita persembahkan kepada sang tauladan umat manusia, yang dengan sifat nubuwahnya telah mampu mempola Islam sebagai model peradaban yang ideal di sepanjang sejarah kehidupan manusia. Seorang Revolusioner dan Reformis dari kecanggungan berpikir manusia dari zaman jahiliyah menuju tatanan kehidupan yang terang benderang. Shalawat serta salam juga kita curahkan kepada keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa teguh kepada dua pusaka yang ia wasiatkan, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Alhamdulillah atas rahmat dan kasih sayang Allah SWT., skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi ini dengan judul : “AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH BERDIRI DAN KONTRIBUSINYA DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA”. Dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak kendala dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bimbingan, arahan, pandangan serta bantuan dari berbagai pihak penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam ii
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya dengan keihklasan hati penulis kepada: 1. Kedua orang tua penulis, ibunda tercinta Raminah Hutagalung dan ayahanda tersayang Irwan Dalimunthe, B.AC, yang selalu ikhlas memberikan bimbingan, tak henti-hentinya mendo’akan, memberikan kasih sayang, motivasi dan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, “Mom and Dad..your pray, your support are the key of my strength..“. Semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada ibundaku tercinta dan ayahandaku tersayang. Amin. 2. Kedua abangku tersayang, Ibram Pinondang, SE.SY, MM dan Syafrimal Akbar, SE. SY. yang tak hentinya memberikan dorongan semangat, do’a, motivasi, arahan serta bantuannya kepada penulis. Semoga Allah selalu melindungi kedua abangku tersayang. Amin. 3. Afa dan ibu, yang telah penulis anggap seperti orang tua sendiri, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas keikhlasan Afa dan ibu dalam memberikan motivasi, membimbing, berdiskusi, membantu dan mendo’akan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada Afa sekeluarga. Amin. 4. Bapak Dr. Saidun Derani, M.A. selaku dosen pembimbing, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas iii
keikhlasan bapak dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, petunjuk dan motivasi serta telah menyediakan waktu bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmatNya dan membalas kebaikan serta keikhlasan untuk bapak sekeluarga. Amin. 5. Bapak Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum. selaku dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 6. Bapak Drs. H. Maruf Misbah, M.A. selaku ketua prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam.
7. Ibu Solikatus Sa’diyah, M.Pd. selaku sekretaris jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.
8. Seluruh dosen jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. 9. Ibu Hj. Warnisma, M.Pd. selaku ketua pimpinan daerah Aisyiyah kota Depok yang telah memberikan kesempatan serta kemudahan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian, serta selalu meluangkan waktunya untuk mendampingi penulis selama melakukan penelitian di lapangan, memberikan sumber, data, dan informasi yang akurat guna kebutuhan data skripsi ini. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada ibu dan selalu dalam keadaaan sehat wal’afiat agar tetap terus berkontribusi untuk kemaslahatan umat. Amin.
iv
10. Ibu Hj. Ummi Kulsum, selaku tokoh pendiri Aisyiyah kota Depok yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan penulis sebagai sumber data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan serta keikhlasan Umi dan selalu dalam keadaan sehat wal’afiat agar tetap terus memberikan bimbingan untuk kemaslahatan umat. Amin. 11. Bapak
Drs.
H.
Farkhan
AR,
selaku
ketua
Pimpinan
Daerah
Muhammadiyah kota Depok yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini. 12. Seluruh ibu-ibu pengurus, anggota Aisyiyah serta kepala sekolah TK Aisyiyah yang telah membantu serta memberikan support dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Para senior Sejarah dan Kebudayaan Islam, para senior BEM Fakultas Adab dan Humaniora, kanda dan yunda HMI Komisariat Adab dan Humaniora, serta teman-teman KKN Cendikiawan. 14. Ketiga sahabatku, Annisa Febriana, Ratu Rahma Felasiva dan Ade Tri Cahyani yang telah membantu serta selalu memberikan semangat dan do’a kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 15. Seluruh sahabatku Jurusan SKI angkatan 2010, Fitri, Nana, Firman, Rina, Wulan, Nung, Rifai, Iwan, Anto, Hana Nurrahmah, Hana Hanifah, Ela, Hanafi, Endi, Tati, dan teman-teman lainnya, yang telah sama-sama v
berjuang selama perkuliahan, serta yang tak hentinya mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis selama proses penulisan skripsi. Semoga kelak kita dapat menjadi orang yang sukses serta bermanfaat bagi nusa, bangsa, dan Agama. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Akhir kata hanya kepada-Nyalah kami meminta pertolongan dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah, semoga Allah bersama kita selalu. Amin. Walhamdulillahirrabil ‘Alamin.
Jakarta, 5 November 2014
Penulis
Dian Rahmayanti
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Permasalahan
9
a. Identifikasi Masalah ..............................................................
9
b. Batasan Masalah ....................................................................
9
c. Rumusan Masalah ..................................................................
10
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
10
E. Tinjauan Pustaka .........................................................................
11
F. Metode Penelitian ........................................................................
13
G. Sistematika Penulisan ..................................................................
15
vii
BAB II
BAB III
BAB IV
SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN AISYIYAH KOTA DEPOK .............................................................................................
18
A. LahirnyaAisyiyah .........................................................................
18
B. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Aisyiyah Kota Depok ..........
28
C. Visi dan Misi Aisyiyah Kota Depok ............................................
40
AMAL USAHA AISYIYAH KOTA DEPOK DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA, DAN AGAMA ...............................................
43
A. Bidang Pendidikan .......................................................................
47
B. Bidang Tabligh .............................................................................
53
C. Bidang Kesejahteraan Sosial ........................................................
57
D. Bidang Ekonomi ...........................................................................
57
SITUASI DAN KONDISI HAMBATAN AISYIYAH KOTA DEPOK..............................................................................................
58
A. Profil Kota Depok ........................................................................
58
B. Hambatan Kultur (Budaya) ..........................................................
60
C. Manajemen Organisasi .................................................................
63
D. Kepemimpinan (Leadership) ........................................................
66
viii
BAB V
PENUTUP .........................................................................................
68
A. Kesimpulan ...................................................................................
68
B. Saran ............................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................
75
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Izin Penelitian Kepada Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok ......................................................................................................
75
2. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian kepada Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok ................................................................................
76
3. Surat Putusan Pengesahan Organisasi Aisyiyah kota Depok ...................
77
4. Surat Keputusan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat ......................
78
5. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dengan tokoh pendiri Aisyiyah kota Depok ................................................................................
79
6. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dengan Ketua PDA Depok ........................................................................................................
80
7. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dengan Ketua PDM Depok ........................................................................................................
81
8. Hasil Wawancara .....................................................................................
82
9. Gambar atau foto ......................................................................................
91
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehadiran sebuah organisasi masyarakat (ORMAS) merupakan jawaban atas kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang sosiolog yang bernama William Graham Sumner, bahwa suatu lembaga hadir karena adanya kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti 1. kebutuhan masyarakat akan pendidikan, maka lahirlah sebuah lembaga pendidikan yakni sekolah, perguruan tinggi; 2. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, maka lahirlah sebuah rumah sakit, puskesmas, posyandu; 3. kebutuhan masyarakat akan ekonomi, maka lahirlah bank, koperasi simpan pinjam, pegadaian; dan lain sebagainya.1 Dalam hal ini Aisyiyah sebagai ormas Islam, merupakan salah satu yang berperan dalam merespon kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan adanya Aisyiyah di kota Depok, telah memberikan dampak yang positif bagi masyarakat khususnya bagi kaum perempuan, melalui program-program Aisyiyah yang terwujud dalam berbagai Amal Usaha Aisyiyah. Namun, sejauh penelusuran penulis belum ada yang mengungkap dan mendokumentasikan program
1
Soeriono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali, 2012), hal. 173.
1
2
kerja Aisyiyah di kota Depok, untuk itu studi ingin menjawab pertanyaan bagaimana kontribusi Aisyiyah di kota Depok. Aisyiyah ialah organisasi perempuan di bawah naungan salah satu organisasi terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Lahirnya Aisyiyah di Indonesia tidak lepas dari sejarah Muhammadiyah sebagai organisasi induknya, karena kedua organisasi ini berkaitan erat dalam hal visi dan misi yang sama serta searah untuk mewujudkan cita-citanya.2 Organisasi Aisyiyah didirikan oleh Nyai Walidah Ahmad Dahlan, yakni istri dari K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan dengan 19 Mei 1917 M.3 Latar belakang didirikannya Aisyiyah dikarenakan kondisi umat Muslim di Indonesia yang dalam praktik ibadahnya telah menyimpang dari ajaran Islam dan karena kondisi kaum perempuan Indonesia khususnya, yang dapat dikatakan cukup memprihatinkan.4 Untuk itu sebelum membahas lebih mendalam mengenai gambaran Aisyiyah secara umum, perlu dibahas lebih dahulu mengenai kondisi sosial masyarakat, khususnya kaum perempuan yang menjadi latar belakang sejarah didirikannya organisasi Aisyiyah. Menjelang lahirnya organisasi Aisyiyah, berkembang pola pikir yang menjadi budaya masyarakat Indonesia mengenai posisi kaum perempuan, bahwa posisi kaum perempuan didiskreditkan dan didiskriminasikan, artinya posisi kaum perempuan hanya berada pada lingkungan rumah tangga, sehingga kaum perempuan tidak
2
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, (Jakarta: Depdikbud, 1977), hal. 55. Ibid.,hal. 62. 4 Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan „Aisyiyah, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah, t.t.), hal. 9. 3
3
mendapat kesempatan untuk melakukan aktivitas di luar lingkungan rumah tangga, seperti dalam hal pendidikan. Akibat dari pola pikir atau budaya masyarakat Indonesia yang tertanam seperti itu, kaum perempuan berada pada kondisi keterbelakangan, karena memiliki keterbatasan untuk mendapatkan kesempatan dalam ruang publik, misalnya terbatasnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, sehingga jarang sekali kaum perempuan yang mengikuti kegiatan sekolah. Karena demikian terbelakangnya kaum perempuan Indonesia, maka lahirlah para perintis yang berusaha untuk memajukan kaum perempuan. Para pejuang ini membuka pintu gerbang dan melepas belenggu untuk memberikan kesempatan kaum perempuan menuntut ilmu, mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan keluarga, masyarakat dan bangsa serta agama. Tentunya, dalam hal ini mereka hadapi dengan berbagai cara dan situasi. Salah satu perintis pejuang kaum perempuan ialah R.A. Kartini, merupakan tokoh yang erat diidentikan dengan emansipasi wanita, yakni proses pelepasan, pembebasan kaum wanita dari kedudukan sosial karena adanya ketidak adilan (antara laki-laki dan perempuan) yang membatasi kaum wanita untuk berkembang di ruang publik, sehingga tercipta adanya persamaan hak antara laki-laki dan wanita dalam berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat. Kartini menyadari bahwa kaum perempuan Indonesia berada pada kondisi keterbelakangan, dan tidak seharusnya kaum perempuan berada pada kondisi yang didiskreditkan. “R.A. Kartini (1879-1904) menjadi penting untuk diperhatikan.R.A. Kartini adalah saksi munculnya sebuah kesadaran baru di kalangan perempuan Indonesia, dan masyarakat Indonesia secara umum, tentang kemajuan perempuan yang tumbuh menyusul politik etis.Kartini mewarisi
4
semangat pembaharuan pendidikan dari Abandenon.Kartini memilih pendidikan sebagai jalur yang harus ditempuh perempuan untuk memperoleh pengakuansejajar dengan kaum lakilaki.Dan oleh karena itu, R.A. Kartini diakui sebagai simbol dari awal gerakan emasipasi 5 perempuan di Indonesia serta menjadi pelopor kebangkitan perempuan.”
Dalam ajaran Islam, peran serta kewajiban yang utama sebagai perempuan, yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Akan tetapi, bukan
berarti
sebagai perempuan
tidak memiliki peran dalam ruang publik, karena terdapat kewajiban-kewajiban perempuan di dalam ruang publik, antara lain kewajiban untuk menuntut ilmu, berdakwah, dan aktivitas lainnya di luar lingkungan rumah tangga. Kemudian hal ini harus diserasikan dengan peran perempuan dalam urusan rumah tangga yang menjadi utama. Untuk itu Islam mengajarkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan, mendapatkan hak serta kewajiban yang sama dalam ruang publik, seperti dalam hal untuk mendapatkan pendidikan, sebagai modal untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya. Dalam Al-Qur‟an dinyatakan bahwa Allah SWT. akan mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu, sebagaimana dijelaskan dalam Surat AlMujaadalah/58:11:
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
5
Amelia Fauzia, dkk.,Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal. 4-5.
5
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan berapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Di dalam ayat itu dikatakan bahwa, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan berapa derajat”, artinya ajaran Islam mengarahkan kepada umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu, karena orang yang mempunyai ilmu akan mendapatkan kehormatan di sisi Allah dan Rasulnya. Selain itu juga terdapat hadits yang menyatakan bahwa “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.” (hadist shahih yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat, di antaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa‟id Al-Khudri Radhiallahu Anhu). Hadist ini mengandung makna bahwa setiap muslim, yakni baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu. Untuk itu, sangat diperlukan upaya untuk mendidik dan memajukan kaum perempuan disertai dengan penanaman nilai-nilai moral yang Islami. Selain itu, kaum perempuan juga perlu dididik aktif dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, sehingga dapat memiliki cakrawala dan kepekaan sosial, serta nilai-nilai yang Islami. Dalam hal ini perhatian K.H. Ahmad Dahlan sangatlah besar terhadap kaum wanita. Kiai Ahmad Dahlan memiliki keyakinan bahwa betapa pentingnya peran
6
kaum wanita, terutama dalam soal pendidikan dan rumah tangga.6 Dalam hal ini Nyai Walidah, yakni istri dari K.H. Ahmad Dahlan juga memiliki perhatian yang sama mengenai dunia pendidikan dan kaum perempuan, untuk itu Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagaimana tujuan didirikannya kedua organisasi ini, yang tertera dalam anggaran dasar bahwa organisasi ini untuk mewujudkan masyarakat Islami dan berkomitmen untuk terus menjaga pendidikan kaum ibu demi kemaslahatan agama, bangsa, negara, serta setiap pribadi muslimah. Kiranya cita-cita R.A. Kartini sejalan dengan cita-cita Aisyiyah untuk membina kaum perempuan ke arah kesadaran beragama, memajukan dan meningkatkan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan. Untuk mencapai tujuannya, yakni untuk memajukan kaum perempuan khususnya, berbagai usaha dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, melalui program kerja Aisyiyah melalui amal usaha Aisyiyah yang pada awalnya hanya di bidang pendidikan, keagamaan dan daya kreatif, kemudian seiring berjalannya waktu berkembang dalam bidang lainnya, menjadi berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat, di antaranya: bidang tabligh, bidang pendidikan dan kebudayaan, bidang pembinaan kesejahteraan umat, bidang pendidikan paramedis, bidang ekonomi, bidang pembinaan kader, dan hubungan Aisyiyah dengan pihak luar. Hal ini sebagaimana maksud dari lambang organisasi Aisyiyah yang berbentuk Matahari, yang di dalamnya terdapat filosofi, bahwa matahari ialah pusat dari dari semua planet, yang memancarkan kekuatan sinar matahari yang sangat bermanfaat
6
Solochin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, (Jakarta: Djajamurni, 1962), hal. 52.
7
bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi, dan Aisyiyah menggambarkan jati diri, gerak serta manfaatnya sebagaimana matahari.7 Suatu lembaga ataupun ormas memiliki peran, manfaat serta kontribusi bagi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Penelitian ini merupakan suatu kajian sejarah lokal yang berbatas pada suatu tempat dan ruang. Menurut Taufik Abdullah, sejarah lokal dalam suatu kelompok atau kelompok-kelompok masyarakat yang ada pada daerah geografis yang terbatas.8 Kajian sejarah lokal ini memiliki ciri yakni, 1. pembahasan dalam sejarah lokal berkisar pada hal-hal yang terdapat di dalam lokal, tergantung dari pembatasan ruanglingkup geografisnya. 2. logika yang ada dimunculkan berdasarkan realitas lokal. 3. pendekatan yang digunakan dari berbagai disiplin ilmu. Kajian sejarah lokal yang akan diteliti ialah mengenai sejarah lokal yang terdapat di kota Depok berkaitan dengan suatu kelompok sosial. Kelompok sosial yang menjadi subjek penelitian ini ialah organisasi Aisyiyah kota Depok. Dalam struktur keorganisasian Aisyiyah di kota Depok berada pada tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA). Dengan adanya organisasi Aisyiyah di kota Depok, telah memberikan dampak yang positif bagi masyarakat dan juga bagi pemerintah kota Depok. Untuk itu sebelum membahas lebih mendalam perlu diketahui kondisi masyarakat umat Islam di kota Depok yang melatar belakangi, sehingga Aisyiyah didirikan di kota Depok. 7
Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Dalam Perspektif Historis dan Ideologis), (Yogyakarta: LPPI, 2002), hal. 121. 8 Taufik Abdullah, Sejarah Lokal Indonesia (Yogyakarta: UGM Press, 1985), hal. 15.
8
Aisyiyah kota Depok berawal dari ranting Beji Timur. Pada saat itu di wilayah ini, kondisi kebutuhan masyarakat di sebagian wilayah Depok yang salah satunya terletak di wilayah Beji belum terpenuhi dengan baik dalam bidang sosial, budaya dan agama. Melihat kondisi yang seperti itu ibu Hj. Ummi Kulsum memiliki gagasan untuk mendirikan organisasi Aisyiyah di wilayah Beji, sebagai bagian yang ingin berperan serta berkontribusi untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi, sebagaimana dengan maksud dan tujuan didirikannya Aisyiyah, yakni memberikan kemajuan kepada masyarakat. Upaya dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat kota Depok yang diwujudkan dalam programprogram Aisyiyah, melalui Amal Usaha Aisyiyah kota Depok dalam bidang sosial, budaya dan agama hingga saat ini, di antaranya: 1. Upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, Aisyiyah mendirikan lembaga pendidikan, yakni sekolah-sekolah TK Aisyiyah sebagai upaya dalam pembinaan karakter anak usia dini, yang didirikan di hampir seluruh wilayah Depok serta mendirikan Madrasah Diniyah Awaliyah. 2. Upaya memenuhi kebutuhan masyarakat juga dilakukan Aisyiyah dalam bidang keagamaan (tabligh) melalui Majelis Tabligh sebagai wadah untuk pembinaan umat, khususnya bagi kaum perempuan. Kegiatan dalam Majelis Tabligh ini ialah pengajian-pengajian, ceramah dan dakwah mengenai ajaran-ajaran Islam yang berdasar pada dengan Al-Qur‟an dan Hadits, serta pelatihan bagi para mubaligh.
9
3. Upaya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam aspek kesejahteraan sosial juga dilakukan oleh Aisyiyah, melalui didirikannya Panti Asuhan. Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui eksistensi dari Aisyiyah kota Depok, untuk itu penulis menitik beratkan objek kajian penelitian pada kontribusi Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok. Penelitian ini berawal dari mengenai sejarah berdirinya Aisyiyah di kota Depok, perkembangannya, peran dan kontribusinya melalui program kerjanya yang diwujudkan dalam Amal Usaha, serta hambatan dan kendala yang dialami. Oleh karenanya, penulis mengangkat penulisan ini melalui judul “AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH BERDIRI DAN KONTRIBUSINYA DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA (20052010)”.
B. Permasalahan a. Identifikasi Masalah Dengan melihat latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. belum optimalnya kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam bidang ekonomi; 2. belum optimalnya kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam bidang kesehatan; 3. belum optimalnya kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam bidang lingkungan hidup. b. Batasan Masalah Dalam studi ini penulis membatasi masalah pada kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam bidang sosial, budaya dan agama.
10
c. Rumusan Masalah Rumusan masalah pokok studi ini adalah bagaimana kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam merespon kebutuhan masyarakat dalam bidang sosial, budaya dan agama? Adapun sub pertanyaan pokok adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Aisyiyah kota Depok? 2. Bagaimana caraAisyiyah kota Depok merespon kebutuhan masyarakat Islam kota Depok? 3. Apa saja faktor penghambat kebutuhan masyarakat Islam kota Depok? C. Tujuan Tujuan studi ini adalah: 1. Ingin
mengetahui
sejarah
berdirinya
Aisyiyah
di
kota
Depok
dan
perkembangannya. 2. Ingin mengungkapkan kontribusi yang telah dilakukan Aisyiyah kota Depok yang berdampak positif bagi kemajuan masyarakat, khususnya di kalangan kaum perempuan. 3. Ingin menjelaskan kendala yang dialami Aisyiyah dalam implementasi program kerja. D. Manfaat Manfaat studi ini adalah: 1. Dengan diketahuinya sejarah berdiri dan perkembangan Aisyiyah di kota Depok diharapkan dapat menarik minat peneliti lainnya, terutama dikalangan mahasiswa.
11
2. Dengan terungkapnya Amal Usaha organisasi Aisyiyah ini secara tertulis diharapkan hal itu menjadi inspirasi untuk organisasi perempuan lainnya. 3. Dengan ditemukannya kendala dalam implementasi program kerja Aisyiyah diharapkan temuan studi ini dapat memberikan solusinya. E. Tinjauan Pustaka Telah banyak karya tulis yang membahas mengenai organisasi Aisyiyah, baik dalam bentuk buku, hasil penelitian seperti, Skripsi, Thesis dan lain sebagainya, namun dari hasil penelusuran penulis belum menemukan studi mengenai Aisyiyah di kota Depok. Ada pun buku dan laporan penelitian berupa skripsi yang menjadi rujukan oleh penulis, di antaranya sebagai berikut: 1. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Aisyiyah, yang diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Aisyiyah.9 Buku ini menguraikan akar gerakan Aisyiyah sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, bagaimana kondisi sosial, budaya, dan agama masyarakat yang melatar belakangi sejarah lahirnya Aisyiyah di Yogyakarta, khususnya kaum perempuan saat itu yang mendapatkan keterbatasan dalam ruang publik, dasar pemikiran Nyai Walidah bersama K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiyah yang menjadi landasan dari gerakan ini, perkembangannya serta apa saja yang dilakukan oleh Aisyiyah dalam memajukan masyarakat umat Islam melalui berbagai bidang Amal Usaha Aisyiyah sebagai aksi nyata Aisyiyah dalam mengamalkan „Amal Makruf Nahi Munkar. Akan tetapi, dalam buku ini belum ada 9
Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Aisyiyah (Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah).
12
pembahasan mengenai Aisyiyah di tingkat PDA (Pimpinan Daerah Aisyiyah), yang salah satunya pembahasan tentang PDA kota Depok. 2. Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan.10 Dalam buku ini memaparkan bahwa terwujudnya kebebasan perempuan yang sesungguhnya akan didapatkan dengan cara memulai kembali kehidupan yang Islami, yakni bila perempuan Islam berpartisipasi aktif dalam upaya-upaya untuk mengubah kondisi yang lebih baik, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat, baik bagi laki-laki maupun perempuan. 3. Skripsi S-1 Jurusan SKI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karya Rabi‟atul Adawiyah, Peran Sosial Politik Aisyiyah Pada Masa Pergerakan Nasional Sampai Orde Lama (1917-1965).11 Fokus studi skripsi ini membahas Aisyiyah dari sisi politik, yakni Aisyiyah sebagai salah satu organisasi perempuan Indonesia tertua di Indonesia yang telah banyak melahirkan tokohtokoh perempuan dalam setiap masanya dan banyak melakukan kemaslahatan untuk umat, untuk itu pada skripsi ini pembahasannya menitik beratkan pada pembahasan tentang bagaimana kiprah politik dari Aisyiyah pada masa Pergerakan Nasional sampai Orde Lama, yakni bagaimana peranan Aisyiyah dalam gerakan perempuan di Indonesia masa itu dan partisipasi sosial politik
10
Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan, Cet. I (Solo: Era Intermedia, 2001). 11 Rabi‟atul Adawiyah, Peran Sosial Politik Aisyiyah Pada Masa Pergerakan Nasional Sampai Orde Lama (1917-1965, (Jakarta: Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005).
13
Aisyiyah dalam pengembangan umat, terutama dalam pemberdayaan perempuan. Selain itu juga banyak sarjana dan mahasiswa yang melakukan penelitian mengenai Aisyiyah di tingkat daerah, namun sejauh ini studi mengenai Aisyiyah di kota Depok, khususnya mengenai sejarah lahirnya, perkembangan serta kontribusinya dalam bidang sosial, budaya, dan agama bagi masyarakat kota Depok belum ada yang meneliti. Untuk itu studi penulis diharapkan dapat melengkapi studi-studi yang telah diadakan oleh para peneliti sebelumnya. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam studi ini ialah metode historis dengan pendekatan sosiologi. Metode historis ialah sebuah penelitian yang tujuannya mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa-peristitwa masa lampau, yang bertumpu pada empat langkah kegiatan di antaranya12: 1. Heuristik Heuristik merupakan tahap pertama, yakni kegiatan pengumpulan sumber. Pengumpulan sumber dilakukan penulis melalui survei lapangan, data tertulis berupa dokumen, buku-buku, majalah, dan wawancara langsung. Pengumpulan sumbersumber dilakukan penulis dengan menggunakan metode Field Research (Penelitian Lapangan), yakni dengan mengunjungi kantor Pimpinan Daerah Aisyiyah dan Muhammadiyah kota Depok, lokasi-lokasi Amal Usaha Aisyiyah kota Depok, seperti sekolah-sekolah yang didirikan oleh Aisyiyah kota Depok untuk memperoleh data-
12
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, cet. II (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 54.
14
data yang ada di lapangan serta melakukan wawancara (interview) dengan narasumber, kediaman ibu Hj. Ummi Kalsum sebagai salah satu tokoh pendiri Aisyiyah kota Depok, kediaman ibu Hj. Warnisma, M.Pd sebagai Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok dan Library Research (Penelusuran Kepustakaan) yakni penelusuran data-data tertulis, berupa buku-buku dan skripsiskripsi yang terkait dengan tema yang serupa melalui perpustakaan pribadi milik Drs. Saidun Derani, M.A. Dosen Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, Perpustakaan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Ciputat, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. 2. Kritik Sumber Kritik sumber merupakan tahap yang kedua setelah melakukan pengumpulan data. Dalam tahap ini penulis menganalisis dan mengkritisi sumber-sumber yang didapat serta melakukan perbandingan terhadap sumber-sumber yang didapat agar mendapatkan sumber yang valid dan relevan dengan tema yang dikaji penulis. 3. Interpretasi Setelah sumber-sumber yang didapat dianalisis dan dikritisi, tahapan selanjutnya yang dilakukan ialah penulis mencoba menafsirkan terhadap sumber yang telah dikritisi dan melihat serta menafsirkan fakta-fakta yang didapat oleh penulis, sehingga mendapatkan pemecahan atas permasalahannya. 4. Historiografi Tahap ini adalah tahap akhir dari penelitian atau sebagai penulisan akhir, yang berupa skripsi sebagai tugas akhir dalam perkuliahan di Program Studi Sejarah dan
15
Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendekatan yang digunakan oleh penulis ialah pendekatan sosiologi. Menurut Dudung Abdurrahman, pendekatan sosiologi ialah penggambaran peristiwa masa lalu yang di dalamnya akan terungkap segi-segi sosial, yakni pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial, dan sebagainya, oleh karenanya metode historis dengan pendekatan sosiologi dapat dikatakan sebagai sejarah sosial.13 Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Sartono Kartodirdjo, yakni deskripsi dalam sejarah sosial sebagai peta sosial gejala sejarah akan mencakup golongan sosial, jenis hubungan sosial, pelapisan sosial, peranan dan status sosial, dan lainlain.14 Dalam hal ini hubungan pendekatan sosiologi yang digunakan penulis dengan studi ini ialah pembahasan dalam studi ini mengenai suatu kelompok sosial, yakni mengenai peran, serta kontribusi suatu kelompok sosial di dalam masyarakat. G. Sistematika Penulisan Dalam sistematika pelaporan, penulis membagi pokok pembahasan menjadi lima pokok pembahasan atau lima bab, yang terdiri dari: Bab. I. Pendahuluan: Bab ini merupakan sebagai pengantar untuk memasuki wacana-wacana yang akan dibahas secara mendalam. Dalam bab pendahuluan ini
13
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Cet. I (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 22. 14 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 5.
16
akan disampaikan sub bab, di antaranya: A. Latar Belakang yakni hal-hal yang melatar belakangi diangkatnya tema penulisan.; B. Permasalahan, yakni sebagai gambaran dan sebagai batasan masalah yang akan dibahas agar tidak terlalu luas. Terdiri dari 3 sub bab, antara lain: a. Identifikasi Masalah, b. Batasan Masalah, c. Rumusan Masalah.; C. Tujuan Penelitian; D. Manfaat Penelitian; E. Tinjauan Pustaka; F. Metode Penelitian; G. Sistematika Penulisan. Bab. II. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Aisyiyah Kota Depok: Pada bab ini akan disampaikan mengenai bagaimana sejarah yang melatar belakangi berdirinya, perjalanan serta perkembangan dari Aisyiyah kota Depok. Uraiannya dimulai dari pembahasan mengenai lahirnya Aisyiyah kemudian pembahasan mengenai sejarah serta perkembangan Aisyiyah kota Depok, yang penulis bagi menjadi 3 sub bab, di antaranya: A. Lahirnya Aisyiyah: Pembahasan mengenai latar belakang pertama kali didirikannya Aisyiyah di Yogyakarta, untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan dan masyarakat yang melatar belakangi didirikannya Aisyiyah, hal ini penting dibahas terlebih dahulu sebelum masuk pada pokok pembahasan mengenai Sejarah Aisyiyah di kota Depok; B. Sejarah Beridiri Dan Perkembangan Aisyiyah Kota Depok: Uraian mengenai sejarah, perjalanan serta bagaimana perkembangan dari Aisyiyah di kota Depok; C. Visi dan Misi Aisyiyah Kota Depok: Pembahasan mengenai maksud dan tujuan didirikannya Aisyiyah kota Depok, gunanya agar dapat mengetahui dan memahami arah didirikannya Aisyiyah kota Depok. Bab. III. Amal Usaha Aisyiyah Kota Depok dalam Bidang Sosial, Budaya dan Agama: Bab ini berisi penjelasan mengenai kontribusi Aisyiyah di masyarakat
17
melalui program kerja yang disebut dengan Amal Usaha Aisyiyah dalam berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat yang dibagi menjadi 4 sub bab di antaranya, A. Bidang Pendidikan, B. Bidang Tabligh, C. Bidang Kesejahteraan Sosial, D. Bidang Ekonomi. Bab. IV. Situasi Dan Kondisi Hambatan Aisyiyah Kota Depok: Dalam bab ini berisikan tentang faktor-faktor yang menjadi permasalahan Aisyiyah di kota Depok yang terdiri dari: A. Hambatan Kultur (Budaya); B. Manajemen Organisasi, C. Kepemimpinan (Leadership). Bab. V. Penutup: Berisi Kesimpulan. Yang merupakan hasil dari penelitian yaitu jawaban atas permasalahan yang ada dalam rumusan masalah dan masalah yang melatar belakangi penelitian yang dilakukan, serta saran-saran agar dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik lagi. Kepustakaan Lampiran
BAB II SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN AISYIYAH KOTA DEPOK
A. Lahirnya Aisyiyah Aisyiyah adalah organisasi yang berada dibawah naungan Muhammadiyah, namun memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) tersendiri dan khusus yang disebut dengan organisasi otonom. Organisasi ini didirikan oleh Nyai Walidah di Yogyakarta pada tanggal 27 Rajab 1335 H yang bertepatan dengan tanggal 22 April 1917 M1. Aisyiyah sebagai organisasi memiliki peran, manfaat serta kontribusi kepada masyarakat. Dalam usianya yang telah mencapai 100 tahun (dihitung dari kalender Hijriyah), organisasi ini telah banyak melakukan pengabdian dan kontribusi untuk kemajuan serta mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. Organisasi ini tetap solid dan eksis di tengah masyarakat walaupun dalam berbagai kondisi dan situasi apapun. Sejarah berdirinya Aisyiyah sangat erat hubungannya dengan latar belakang dan perjalanan Muhammadiyah, untuk itu sebelum membahas lebih mendalam mengenai bagaimana sejarah berdirinya Aisyiyah, perlu diketahui potret dari sejarah Muhammadiyah sebagai induk dari organisasi Aisyiyah.
1
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, hal. 62.
18
19
Tujuan
Muhammadiyah
Muhammadiyah
mengalami
adalah
memberikan
kemajuan
dengan
pengajaran
agama
Islam.
berdirinya
sekolah-sekolah
Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia.2 Muhammadiyah dibentuk pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.3 Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, sebagai respon terhadap kenyataan sosial-budaya dan sosial-keagamaan bangsa Indonesia saat itu. Penghayatan yang mendalam terhadap sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur‟an, telah memberikan inspirasi dan juga semangat baginya untuk berdakwah.4 Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur‟an, Surat Ali Imran/3:104, yang menjadi dasar pemikiran Kiai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah5:
Artinya: “setiap Muslim agar dapat membawa dirinya kepada gerakan Amal Ma’ruf Nahi Munkar, agar manusia terbebas dari kebodohan, kesengsaraan dan kemelaratan (Nahi Munkar)”. K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah ialah sebagai upaya penyempurnaan pemikiran beliau dalam melaksanakan Islam yang sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Sebelum resmi menjadi organisasi, awalnya Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan atau bentuk kegiatan untuk melaksanakan ajaran Islam
2
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia 2009), hal. 269. 3 M. Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 98. 4 Ismah Salman, Strategi dan Politik Dakwah Muhammadiyah (Suatu Kajian Pengantar), Mimbar Agama dan Budaya, Vol. XIX, no. 1, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), hal. 29. 5 Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hal. 2.
20
secara bersama-sama, yang bermula dilakukan di kampung Kauman.6 Kemudian pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M resmi menjadi organisasi. Adapun terdapat 2 faktor yang melatar belakangi lahirnya gerakan ini, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya dikarenakan kekhawatiran Kiai Ahmad Dahlan terhadap situasi umat muslim dalam menjalankan syariat Islam yang pada saat itu sudah tidak murni lagi, yang berarti agama Islam yang menjadi keyakinan umat muslim sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Masyarakat Islam pada saat itu banyak yang telah melakukan penyimpangan dalam mengamalkan ajarannya. Ajaran Islam sudah banyak bercampur dengan ajaran agama lainnya seperti adanya pengaruh Hindu-Buddha, yang telah menjadi tradisi dan budaya masyarakat bangsa Indonesia. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena sebelum masuknya agama Islam di Indonesia, masyarakat banyak memeluk agama Hindu dan Buddha dengan segala amalan dan tradisinya. Umat Islam saat itu telah berbuat syirik maupun khurafat (tahayul) dan bid‟ah, sehingga dalam melakukan praktik ibadahnya banyak orang Islam yang masih percaya terhadap benda-benda berhala, seperti keris dan lain sebagainya.7 Sedangkan faktor eksternalnya dikarenakan adanya gagasan pembaharuan Islam Timur Tengah yang dikembangkan oleh Jamaludin Al-Afghani, Syekh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, yang
6
Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran, dan Amal Usaha, (Malang: PT. Tiara Wacana Yogya dan Universitas Muhammadiyah Malang, 1990), hal. 3. 7 Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, hal. 114.
21
berkaitan dengan aliran skriptualisme yaitu aliran yang menyerukan kembali pada AlQur‟an dan Al-Hadits dalam menentukan segala sesuatunya, dalam menentukan hal yang merupakan ajaran dan praktik Islam yang sebenarnya. 8 Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh dikenal sebagai tokoh utama gerakan pembaharuan Islam di Mesir. Gerakan pembaharuan itu mempunyai dampak luas di kalangan masyarakat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, gerakan tersebut mempunyai pengaruh yang cukup kuat di kalangan pemeluk Islam. Lahirnya Muhammadiyah (1912) di Yogyakarta, yang menghimpunan orang-orang Islam “modernis”, tidak terlepas dari adanya pengaruh gerakan Al-Afghani dan Abduh.9 Oleh karenanya, Kiai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah dengan tujuan untuk memurnikan kembali ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Upaya dalam memurnikan kembali ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadits, salah satunya dilakukan dengan cara melakukan dakwah. Pada saat itu Nyai Walidah sebagai istri Kiai Ahmad Dahlan, selalu mendampingi setiap kegiatan yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan dan ikut aktif juga. Nyai Walidah juga sering mengemukakan kepada Kiai Ahmad Dahlan agar dakwah yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan dapat disampaikan juga kepada perempuan, yang pada saat itu kondisi kaum perempuan menjadi pihak yang didiskriminasikan. Keadaan perempuan saat itu sangat memprihatinkan dengan adanya paham budaya yang turun-temurun menempatkan wanita sebagai konco wingking (teman untuk urusan rumah tangga
8
Din Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esok, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), hal. 35-40. M. Riza Sihbudi, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan Prospek, Cet. I, (Jakarta: Gema Insani Press, 1977), hal. 21. 9
22
saja).10 Kaum perempuan hanya diperbolehkan berkecimpung dalam dunia rumah tangga saja, para orang tua melarang anak perempuannya keluar rumah untuk melakukan kegiatan atau aktivitas di luar kegiatan rumah tangga, seperti untuk bersekolah, berkarir dalam dunia pekerjaan, mengikuti kegiatan pembinaan umat, misalnya pengajian dan lain sebagainya. Oleh karenanya, melihat kondisi kaum perempuan yang seperti itu Nyai Walidah ingin agar kaum perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki, salah satunya kesempatan untuk mendapatkan kegiatan pembinaan umat seperti mengikuti kegiatan dalam dakwah yang disampaikan oleh Kiai Ahmad Dahlan mengenai ajaran-ajaran Islam. Kiai Ahmad Dahlan sangat menyadari akan hal tersebut, bahwa pentingnya peran dari semua golongan, baik perempuan maupun laki-laki dalam membangun bangsa. Kesadaran itu ditanamkan kepada istrinya dengan mengajarkan pengetahuan mengenai perempuan dalam perspektif Islam. Bersamaan dengan itu, Kiai Ahmad Dahlan juga memberikan kesempatan yang sama agar kaum perempuan mampu mengurus dirinya. Ia berpendapat, jika kaum perempuan memiliki wadah sendiri untuk mengurus dirinya, dengan begitu mereka akan mampu mensinergikan potensi yang ada pada diri mereka.11 Maka dari itu, diwujudkanlah suatu wadah oleh Kiai Ahmad Dahlan bersama dengan Nyai Walidah, yang tujuannya untuk mengangkat dan memajukan harkat dan martabat perempuan serta mencerdaskan kaum perempuan muslim dengan mengadakan pembinaan umat mengenai hal keagamaan seperti mengadakan
10
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ‘Aisyiyah, hal. 9. Jajat Burhanuddin, ed., Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal. 47.
11
23
pengajian dan mengajarkan ilmu tentang ajaran Islam bagi kaum perempuan. Pada mulanya, wadah ini belum sebagai organisasi, melainkan kelompok pengajian untuk kaum perempuan yang diberi nama Sopo Tresno12. Melalui kelompok pengajian ini, Nyai Walidah mengadakan pembinaan keagamaan bagi kaum perempuan baik yang berusia remaja maupun yang sudah lanjut usia, yang diselenggarakan di kediaman Nyai Walidah. Anggota yang mengikuti kelompok pengajian ini berasal dari semua golongan masyarakat, karena Nyai Walidah beranggapan bahwa pendidikan berlaku bagi semua lapisan masyarakat tanpa memandang golongan. Dalam kelompok pengajian ini, para anggota diajak untuk mendalami ajaran Islam, yakni dengan memahami AlQur‟an dan Al-Hadist, yang berkenaan dengan hak dan kewajiban perempuan. Kemudian bukan hanya itu, dalam kegiatan kelompok pengajian ini Nyai Walidah juga mengajarkan para anggotanya membaca dan menulis. Dengan demikian, Nyai Walidah memiliki harapan agar dapat menumbuhkan kesadaran bagi kaum perempuan akan hak dan kewajibannya sebagai hamba Allah dan warga negara. Di samping itu, Nyai Walidah juga menginginkan bagi para remaja yang mengikuti
pengajiannya dapat
memiliki
daya
kreatif dan
memiliki
jiwa
kepemimpinan sehingga dapat ikut serta dalam mengembangkan dan meneruskan kegiatan pembinaan umat. Untuk itu, Nyai Walidah kadang-kadang mengajak muridmuridnya untuk mendatangi rapat-rapat yang diselenggarakan oleh PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), tujuannya agar murid-muridnya dapat mengetahui dan
12
Djarnawi Hadikusumo, Aliran Pembaharuan Islam dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H.A. Dahlan, (Jogjakarta: persatuan, t.t.), hal. 81.
24
belajar mengenai bagaimana cara untuk mengeluarkan pendapat, cara menanggapi suatu pendapat dan lain sebagainya. Untuk yang pertama Nyai Walidah membina beberapa muridnya yang dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam kelompok pengajian yang didirikannya. Melihat perkembangan yang positif dari kelompok pengajian ini, sebuah pertemuan khusus diselenggarakan di kediaman Nyai Walidah. Pertemuan itu dihadiri oleh Kiai Haji Fachruddin, Kiai Mukhtar, Ki Bagus Hadikusuma dan pengurus lainnya. Pertemuan itu memutuskan untuk mengembangkan kelompok pengajian Sopo Tresno menjadi sebuah organisasi perempuan Islam yang mapan dan dilengkapi dengan anggaran dasar serta peraturan organisasi. Untuk itu, selanjutnya pemberian nama organisasi ini dilakukan, awalnya ada yang mengusulkan nama Fatimah, namun banyak yang tidak setuju. Lalu, terakhir diusulkan nama Aisyiyah oleh Kiai Haji Fachruddin, dan kemudian nama itu diterima oleh forum sebagai nama dari organisasi ini. Nama itu dianggap tepat karena diambil dari nama istri Nabi Muhammad SAW., yakni Siti Aisyah. Dari nama itu diharapkan agar organisasi ini dapat mewarisi perjuangan Siti Aisyiyah dalam mendakwahkan Islam. Setelah semua setuju akan usulan itu, maka pada tanggal 27 Rajab 1335 H yang bertepatan dengan tanggal 22 April 1917 M organisasi Aisyiyah resmi berdiri.13 Pada saat pelaksanaan peresmian Aisyiyah, bertepatan dengan peringatan Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW.yang diadakan oleh Muhammadiyah yang pertama kali. Acara ini diadakan secara meriah oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah serta
13
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, hal. 62.
25
masyarakat luas. Acara itu diadakan sekaligus awal pembentukkan kepengurusan dalam organisasi Aisyiyah, di antaranya14: 1. Siti Badriyah sebagai Ketua. 2. Siti Badillah sebagai Sekretaris. 3. Siti Aminah Harawi sebagai Bendahara. 4. Anggota: Siti Dalalah, Siti Busyro, Siti Wadingah. Dalam membimbing dan mengikuti gerak langkah Aisyiyah, Nyai Ahmad Dahlan diangkat sebagai pelindung. Saat itu Nyai Walidah sebagai sesepuh dari pengurus Aisyiyah yang sewaktu-waktu menjadi tempat bertanya dan memohon nasihat. Bahkan Nyai Ahmad Dahlan memberikan jiwa dan semangat organisasi untuk membawa maju usaha-usahanya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, Nyai Ahmad Dahlan diangkat sebagai ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah berturut-turut dari tahun 1921 sampai tahun 1930.15 Adapun yang menjadi landasan dalam organisasi Aisyiyah, di antaranya16: a. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, perlu dilakukan usaha secara bersama-sama. Maka, lahirlah satu bentuk kerja sama yang tertuang dalam satu pergerakan yang disebut organisasi Aisyiyah. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ali Imran/3:104:
14
Yusron Asrofie, K.H.A. Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya, (Yogyakarta: Yogya Offset, 1983), hal. 58. 15 Jajat Burhanuddin, Ulama Perempuan Indonesia, hal. 52. 16 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah Cet. Ke-16, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 2012), hal 1-3.
26
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kepada yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” b. „Aisyiyah dengan motif geraknya membawa kesadaran beragama dan berorganisasi serta mengajak warganya menciptakan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, suatu kehidupan bahagia dan sejahtera penuh limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT. di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Surat An-Nahl/16:97:
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuandalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Dalam perkembangannya, di tahun 1922 organisasi resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah. Kegiatan dalam organisasi ini pun berkembang tidak hanya sekadar pengajian saja, tetapi juga memiliki program lainnya. Program Aisyiyah yang diadakan, di antaranya: mengirim para mubaligh untuk memimpin shalat tarawih saat bulan puasa, mengadakan hari-hari besar Islam, mengajarkan keterampilan-
27
keterampilan
bagi
para
perempuan.17
Tujuannya
agar
perempuan
dapat
mengembangkan daya kreatifitasnya sehingga dapat hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Kemudian, organisasi ini berkembang dan meluas ke seluruh Indonesia. Programprogram Aisyiyah juga mengalami perluasan, bukan hanya kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi juga mengembangkan program dalam bidang lainnya yang disebut dengan Amal Usaha Aisyiyah. Bidang-bidang dalam program Aisyiyah (Amal Usaha Aisyiyah) dibuat sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam masyarkat dalam berbagai aspek kehidupan di antaranya, bidang pendidikan; bidang keagamaan; bidang kesejahteraan sosial; bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan lain sebagainya. Dengan program-program Aisyiyah yang terwujud dalam Amal Usaha Aisyiyah telah berhasil memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan perempuan serta masyarakat. Aisyiyah berkembang dan meluas ke seluruh wilayah di Indonesia, yang salah satunya hadir dan berkembang di wilayah kota Depok. Dengan adanya Aisyiyah di wilayah kota Depok ini, telah berkontribusi serta memberikan dampak yang positif bagi kemajuan masyarakat kota Depok, melalui program-program Aisyiyah yang terwujud dalam Amal Usaha Aisyiyah.
17
Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1989), hal. 60.
28
B. Sejarah Berdirinya Aisyiyah Kota Depok dan Perkembangannya Berdirinya Aisyiyah di kota Depok tak luput dari tokoh-tokoh pendirinya. Tokohtokoh pendiri Aisyiyah di kota Depok ialah Ibu Hj. Ummi Kulsum bersama dengan Ibu Hj. Mayani, Ibu Masnun, Ibu Rofi‟ah dan Ibu Rumanah, 18 sebagai perintis dalam menyebarkan paham-paham Aisyiyah di wilayah tersebut. Ibu Hj. Ummi Kulsum sebelumnya, yakni di tahun 1965 aktif dalam kegiatan Nahsiyathul Aisyiyah di wilayah Bandung, yang pada saat itu sedang melanjutkan sekolah di IAIN Sunan Gunung Jati. Kemudian menikah dan pindah ke wilayah Depok dan aktif mengikuti kegiatan
ke-Muhammadiyahan
mendampingi
suami
beliau
dalam
kegiatan
organisasinya. Pada saat sebelum didirikannya Aisyiyah di kota Depok, kondisi sosial-ekonomi sebagian masyarakat kota Depok yang salah satunya di wilayah Beji Timur saat itu masih belum maju, masih jarang yang bekerja pada sektor industri, kebanyakan masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Dan dari segi tingkat pendidikan, masyarakatnya pun masih rendah, masih banyak yang buta huruf, tidak bersekolah, tidak lulus sekolah dasar (SD) dikarenakan biaya dan lain sebagainya. Selain itu, dari segi sarana pendidikan, yakni jumlah lembaga pendidikan masih terbilang minim, seperti Madrasah, sekolah menengah, dan taman kanak-kanak.19 Melihat kondisi masyarakat yang seperti itu, dan juga belum adanya kegiatan keorganisasian Aisyiyah di wilayah ini, sebagaimana dengan visi dan misi Aisyiyah
18
Ibu Hj. Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara Pribadi, Depok, 5 Juli 2014, pukul: 13.00-14.30 WIB. 19 Ibu Hj. Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara Pribadi, Depok, 5 Juli 2014, pukul: 13.00-14.30 WIB.
29
yakni mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya serta berdaya upaya dalam memajukan masyarakat Islam, oleh karenanya didirikanlah organisasi Aisyiyah di wilayah Beji Timur yang saat itu dalam struktur organisasi berada pada tingkat pimpinan ranting Beji Timur, oleh ibu Hj. Ummi Kulsum meimiliki gagasan untuk mengembangkan dan berjuang dalam menyebarkan ide-ide ke-Aisyiyahan. Kemudian organisasi Aisyiyah dari ranting Beji Timur ini berkembang ke wilayah Depok yang saat itu masih merupakan sebuah kecamatan. Wilayah cabang Depok ini merupakan wilayah-wilayah bagi penduduk asli, yang meliputi wilayah Beji, Kukusan, dan Pondok Cina. Wilayah-wilayah yang masuk ke dalam cabang Depok saat itu diketuai oleh ibu Bayyinah20, dan Aisyiyah cabang Depok ini dibawah bimbingan Muhammadiyah cabang Depok. Kegiatan Aisyiyah di antaranya, mengadakan pengajian-pengajian, dan mengikuti kegiatan pengkaderan yakni pelajaran mengenai ke-Aisyiyahan yang diajarkan oleh K.H. M. Usman sebagai tokoh pendiri Muhammadiyah di Depok. Setelah mendapatkan pembekalan mengenai ke-Aisyiyahan ibu Hj. Ummi Kalsum mengembangkan pelajaran ke-Aisyiyahan bersama dengan kader-kader yang telah mengikuti kegiatan pengkaderan. Pada mulanya kegiatan Aisyiyah masih sederhana, yakni mengadakan pengajian karena saat itu masih banyak yang buta huruf, terutama huruf Arab, maka kegiatan dalam pengajian menekankan pada pengenalan huruf-huruf Arab, belajar mengaji dengan tajwidnya yakni dari dasarnya belajar membaca Iqra‟, Juz Amma hingga belajar membaca Al-Qur‟an, kemudian hafalan surat-surat pendek dan bacaan-bacaan dzikir. 20
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok, 22 Agustus 2014.
30
Kegiatan belajar mengaji ini diadakan di halaman rumah ibu Hj. Ummi Kulsum, dengan sarana yang masih sederhana dengan meja-meja kecil, papan tulis, kapur dan beratapkan terpal. Dengan kegiatan ini, Aisyiyah telah membantu program Pemerintah dalam pemberantasan buta huruf di kalangan masyarakat. Selain itu, ibu Hj. Ummi Kulsum menyadari bahwa sebagai seorang perempuan tidak hanya mengurus rumah tangga, untuk itu diberikanlah pengajaran tentang kreatifitas agar ibu-ibu di wilayah ini memiliki keahlian agar dapat mandiri dan memiliki penghasilan. Pada awal berdirinya Aisyiyah di kota Depok, sebagai sebuah organisasi tentunya tidak selalu berjalan dengan mulus, terdapat dinamika yang terjadi. Beragamnya budaya masyarakat kota Depok, menyebabkan beragamnya paham keagamaan dan tradisi masyarakat. Nahdathul Ulama merupakan salah satu paham keagamaan mayoritas masyarakat kota Depok, paham keagamaan yang berazas ahli sunnah waljamaah (Aswaja) ini menjadi paham keagamaan yang dominan di wilayah ini. Dengan begitu, terdapat perbedaan pandangan, pro dan kontra dari masyarakat. Sikap negatif masyarakat terhadap Muhammadiyah dan Aisyiyah dapat dilihat ketika pelaksanaan shalat idul adha, lapangan tempat shalat „ied dikotori oleh masyarakat, agar tidak dapat dipakai untuk melaksanakan shalat. Hal ini terjadi karena masyarakat belum mengenal dan memahami tentang organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat telah mengenal Aisyiyah dengan baik serta merasakan manfaat yang positif dari keberadaan Aisyiyah dan dapat berjalan dengan berdampingan, saling bantu-membantu.
31
Aisyiyah Depok menjadi tingkat daerah (PDA) pada tahun 1994. 21 Cabangcabang yang baru ada pada waktu Aisyiyah Depok menjadi tingkat daerah (PDA), di antaranya: cabang Beji, cabang Pancoran Mas, cabang Depok Barat, cabang Cimanggis Sukmajaya. Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) yang pertama adalah ibu Hj. Khadijah Ali. dan waktu Muktamar tahun 1995 di Aceh, Aisyiyah kota Depok untuk yang pertama kalinya menjadi peserta Muktamar.22 Kemudian pada tahun 2000 kota Depok mulai mengalami perkembangan dan dipimpin oleh ibu Hj. Ummi Kulsum dari ranting Beji. Aisyiyah ranting Beji didirikan pada tahun 1975 dan merupakan cikal bakal dari berdirinya Aisyiyah kota Depok23, oleh karenanya ranting ini merupakan ranting tertua yang ada di kota Depok. Aisyiyah kota Depok saat itu berada di wilayah-wilayah penduduk asli, yakni wilayah Beji, Kukusan, Beji Timur, Pondok Cina, dan Depok Barat. Wilayah Pancoran Mas saat itu masih masuk ke dalam wilayah Depok Barat, sedangkan wilayah Beji, Kukusan dan Pondok Cina sudah ada. Tokoh Muhammadiyah yang ada di Beji saat itu adalah Kiai Haji M. Usman yakni orang tua dari bapak Wazir selaku ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Depok pada tahun 1995-2005. Cabang yang tertua selanjutnya ialah cabang Depok Barat yang dulunya wilayah Pancoran Mas masuk ke dalam wilayah ini, dan merupakan wilayah penduduk asli. Ranting-ranting dari cabang ini berada di wilayah Jemblongan, Rawadenok, Pulo,
21
Surat Putusan Pengesahan Organisasi yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat „Aisyiyah di Yogyakarta pada tanggal 26 November 1994. 22 Ibu Hj. Warnisma M.Pd, Ketua PDA Kota Depok Periode 2005-2010 dan 2010-2015, Wawancara Pribadi, Depok, 22 Agustus 2014 pukul: 09.00-10.00 WIB . 23 Ibu Hj. Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara Pribadi, Depok, 5 Juli 2014, pukul: 13.00-14.30 WIB
32
dan tokoh-tokohnya saat itu ialah alm. Hj. Maryanih, Hj. Mahyani Mas‟udi. Kemudian cabang selanjutnya, wilayah penduduk asli yang merupakan wilayah cikal bakal dari Aisyiyah tingkat daerah (PDA) kota Depok ialah salah satunya cabang Beji. Jadi, cikal bakal berdirinya Aisyiyah tingkat daerah (PDA) kota Depok terdiri dari cabang Beji dan cabang Depok Barat, karena kedua daerah ini merupakan wilayah dari penduduk asli Depok. Aisyiyah di wilayah ini dipimpin oleh ibu Khadijah, yakni pada saat Aisyiyah menjadi tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok. Karena adanya struktur pemerintahan sehingga adanya pemekaran di kota Depok, akhirnya wilayah Pancoran Mas memisahkan diri dari Kecamatan Depok Barat, yakni menjadi Kecamatan Pancoran Mas. Oleh karenanya, wilayah Pancoran Mas yang tadinya dalam struktur organisasi Aisyiyah merupakan sebuah ranting menjadi sebuah cabang baru, yakni cabang Pancoran Mas pada tahun 1979. Selanjutnya, muncul lagi cabang baru yakni cabang Cimanggis Sukmajaya, dan cabang ini juga merupakan cabang yang tertua di kota Depok. Salah satu ranting dari cabang ini ialah ranting Cisalak. Amal Usaha Aisyiyah yang ada di ranting Cisalak ini salah satunya bergerak pada bidang pendidikan, yakni pembinaan karakter pada anak usia dini melalui didirikannya TK Aisyiyah di Cisalak. Kemudian Aisyiyah di cabang Cimanggis Sukmajaya ini berkembang dan muncul ranting baru, di antaranya ranting Mekar Jaya, ranting Abadi Jaya, ranting Kota Kembang yang sekarang dikenal dengan ranting Grand Depok City (GDC). cabang yang muncul selanjutnya ialah cabang Sawangan. Saat itu Aisyiyah di wilayah ini dibina oleh bapak Amiruddin Siregar, akan tetapi karena struktur pemerintah daerah
33
saat itu, wilayah ini masuk ke dalam Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jakarta Selatan.24 Kemudian, dengan adanya struktur pemerintah mengenai pemekaran kota Depok, akibatnya muncul pemecahan, di mana yang tadinya Cimanggis bergabung dengan cabang Sukmajaya, akan tetapi karena struktur pemerintah tersebut antara Cimanggis dan Sukmajaya menjadi Kecamatan tersendiri, yakni Kecamatan Cimanggis dan Kecamatan Sukmajaya, sehingga menjadi cabang Cimanggis dan cabang Sukmajaya. Wilayah dari cabang Cimanggis meliputi, Tugu, Cisalak Pasar, dan Sukatani. Namun, pemerintah kota Depok melakukan pemekaran lagi sehingga Sukatani sudah menjadi Kecamatan tersendiri dan rencananya ranting Sukatani akan memisahkan diri dengan cabang Cimanggis dan menjadi cabang tersendiri. Sama halnya seperti seorang anak yang lahir dari ibunya, kemudian tumbuh besar dan dewasa, lalu menikah tentunya akan memisahkan diri dari ibunya, dan begitu juga dengan Aisyiyah di tingkat ranting yang setelah berkembang tentunya ada kemungkinan untuk memisahkan diri dari cabangnya dan menjadi sebuah cabang sendiri. Di wilayah barat Sawangan, yakni Meruyung yang letaknya dekat dengan masjid Kubah Mas, sebelumnya wilayah Meruyung ini masuk ke dalam cabang Sawangan, akan tetapi setelah adanya pemekaran kota Depok menjadi 11 kecamatan, akhirnya Meruyung mendeklarasikan diri terpisah menjadi cabang sendiri yakni cabang Limo, dan memiliki Amal Usaha Aisyiyah di bidang pendidikan melalui didirikannya TK Aisyiyah 16. Akan tetapi, wilayah Cinere belum menjadi cabang
24
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Ketua PDA Kota Depok Periode 2005-2010 dan Wawancara Pribadi, Depok, 22 Agustus 2014 pukul: 09.00-10.00 WIB
2010-2015,
34
sendiri dikarenakan belum menjadi sebuah kecamatan sendiri, sehingga Cinere merupakan sebuah ranting dan masih masuk ke cabang Limo. Sebagian struktur organisasi Aisyiyah di kota Depok mengikuti struktur Pemerintahan kota Depok, dikarenakan agar memudahkan untuk mengontrol pembinaan ke wilayah karena bermitra kerja dengan Pemerintah dan untuk memudahkan dalam pengembangan ekspansi.25 Anggota Aisyiyah ialah anggota Muhammadiyah perempuan yang berasal dari masyarakat sekitar kota Depok.26 Keanggotaan Aisyiyah sama halnya dengan keanggotaan Muhammadiyah, yakni ada dua macam anggota, pertama anggota biasa yaitu warga Negara Republik Indonesia yang beragama Islam, dan yang kedua anggota luar biasa, yaitu orang Islam yang bukan warga Negara Indonesia. Seseorang dapat diterima menjadi anggota Muhammadiyah ialah telah berusia 18 tahun, menyetujui maksud dan tujuan persyarikatan, dengan konsekuen bersedia mendukung dan melaksanakan amal usahanya. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut: 1. Tunduk dan patuh pada putusan-putusan dan peraturan-peraturan persyarikatan. 2. Menjaga nama baik persyarikatan. 3. Sanggup menjadi suri tauladan utama seorang Islam. 4. Membayar uang pangkal dan iuran.
25
Ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok , 7 Februari 2015 pukul: 11.00-11.20 WIB Ibu Hj. Ummi Kulsum, Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara Pribadi, Depok, 5 Juli 2014, pukul: 13.00-14.30 WIB. 26
35
Jumlah anggota Aisyiyah kota Depok meliputi 7 cabang dan 31 ranting, yang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan. Adapun latar belakang profesi atau pekerjaan anggota Aisyiyah kota Depok, di antaranya: No.
Cabang
Pekerjaan
Jumlah dalam %
1.
2.
3.
4.
Beji
Pondok Cina
Depok Barat
Pancoran Mas
1. Pekerja (pegawai, guru)
1. 19,9%
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
2. 25%
3. Usaha
3. 50%
4. Home industri
4. 5%
5. Petani Belimbing
5. 0,1%
1.
Pekerja (pegawai, guru)
1. 10%
2.
IRT (Ibu Rumah Tangga)
2. 25%
3.
Usaha
3. 60%
4.
Industri
4. 5%
1. Pekerja (pegawai, guru)
1. 20%
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
2. 60%
3. Usaha
3. 15%
4. Industri
4. 5%
1. Pekerja (pegawai, guru)
1. 30%
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
2. 50%
3. Usaha
3. 20%
36
5
Sukmajaya
6.
7.
Limo
Sawangan
1. Pekerja (pegawai, guru)
1. 60%
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
2. 37,1%
3. Usaha
3. 2%
4. Industri
4. 0,1%
1. Pekerja (pegawai, guru)
1. 30%
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
2. 60%
3. Usaha
3. 10%
1. Pekerja (pegawai, guru)
1. 30%
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
2. 60%
3. Usaha
3. 10%
Tabel. Latar belakang pekerjaan anggota Aisyiyah kota Depok. Sumber : Profil Pimpinan Derah Aisyiyah Kota Depok.
Aisyiyah sebagai organisasi memerlukan adanya struktur organisasi. Struktur organisasi Aisyiyah dibentuk sama seperti struktur organisasi Muhammadiyah yang memiliki dua macam struktur organisasi, yakni struktur organisasi secara vertikal yang disusun bertingkat dari bawah sampai ke atas dan struktur organisasi secara horizontal yang terdiri atas bidang kegiatan amal usaha. Struktur organisasi Aisyiyah secara vertikal disusun dari tingkat Pimpinan Ranting (PR), Pimpinan Cabang (PC), Pimpinan Daerah (PD), Pimpinan Wilayah (PW), Pimpinan Pusat (PP) yang merupakan kelompok dalam satu kesatuan tertentu. Struktur organisasi Aisyiyah secara horizontal terdiri dari beberapa bagian sesuai
37
dengan kewajiban dalam melaksanakan kegiatan di masing-masing jenjang organisasi. Saat ini jumlah cabang-cabang tingkat Daerah (PDA) kota Depok berjumlah sebanyak 7 cabang dan jumlah rantingnya sebanyak 31 ranting. Ada pun perincian nama-nama pimpinan cabang dan ranting se-daerah Depok, sebagai berikut: Perincian Cabang dan Ranting Aisyiyah se-Daerah Kota Depok Ranting
Cabang
1. Kukusan 2. Beji Timur
PC. Aisyiyah Beji
3. Kukusan Timur 4. Pondok Cina 1. Rawadenok 2. Cipayung
PC. Aisyiyah Depok Barat
3. Pulo 4. Parungbingung 5. Jemblongan 1. Cisalak Pasar 2. Tugu
PC. Aisyiyah Cimanggis
3. Sukatani 1. Cisalak Kota 2. Mekarjaya 3. Abadijaya
PC. Aisyiyah Sukmajaya
38
4. Bhaktijaya 5. Sukmajaya 6. Grand Depok City 1. Pancoranmas 2. Depok Jaya Barat
PC. Aisyiyah Pancoranmas
3. Depok Jaya 4. Depok Jaya Tengah 1. Sawangan Utara 2. Kampung Bulu
PC. Aisyiyah Sawangan
3. Kampong Bulak 4. Cinangka 5. Cipayung 6. Sawangan Kaum 1. Meruyung 2. Limo
PC. Aisyiyah Limo
3. Cinere
Periodesasi kepemimpinan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok sejak didirikannya
hingga
sekarang,
melalui
Surat
Keputusan
Nomor
1416/PPA/A/XI/677/9427, di antaranya sebagai berikut: 1. Periode pertama (1995-2000): ibu Khadijah Kasim (alm.)
27
Profil Pimpinan Derah Aisyiyah Kota Depok, (Depok: Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok, 2012), hal. 11.
39
2. Periode kedua (2000-2005): ibu Hj. Ummi Kulsum, S.Ag. 3. Periode ketiga (2005-2010): ibu Hj. Warnisma, M.Pd. 4. Periode keempat (2010-2015): ibu Hj. Warnisma, M.Pd. Dengan struktur kepengurusan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok 2010-2015, sebagai berikut: Ketua
: Dra. Hj. Warnisma, M.Pd.
Wakil Ketua
: Nurhayati, S.Pd.
Wakil Ketua
: Hj. Ummi Kalsum, S.Ag.
Sekretaris
: Dra. Ida Marhamah
Wakil Sekretaris
: Rusmiyati Yahya, S.Pd., M.Pd.
Wakil Sekretaris
: Badariyah, S.E.
Bendahara
: Hj. Henny Rochainidar
Wakil Bendahara
: Hj. Kusmiyati, S.Pd.
Ketua Majlis Tabligh : Titin Upit Kartinah Anggota Majelis Tabligh :- Dzusmaniar, BA - Hj. Maemunah - Hj. Risnelly - Yenita Anwar Saat ini Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok memiliki berbagai Amal Usaha, namun Amal Usaha yang menjadi ikon dari Aisyiyah kota Depok ialah Amal Usaha di bidang pendidikan, yakni pembinaan karakter anak usia dini melalui sekolah taman kanak-kanak (TK) yang sekarang jumlahnya sebanyak 24 sekolah TK, di antaranya sebanyak 23 TK sudah berjalan, sedangkan yang satunya akan segera
40
berjalan dan gedungnya baru saja diresmikan pada tanggal 31 Agustus 2014, yang gedung sekolahnya sekaligus digunakan sebagai gedung pusat dakwah Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok, letaknya berada di Bedahan, Sawangan. Masing-masing mereka yang memiliki taman kanak-kanak (TK) Aisyiyah ini, karena Aisyiyah memang boleh mengelola TK, SD, SMP, akan tetapi yang dikelola oleh Aisyiyah tingkat Daerah (PDA) adalah taman kanak-kanak dan PAUD Aisyiyah yang berada di ranting-ranting kota Depok dan madrasah Diniyah Awaliyah yang berada di ranting Sawangan Kaum. C. Visi dan Misi Didirikan Aisyiyah Kota Depok Dalam perjalanannya Aisyiyah telah melakukan banyak pengabdian bagi kemaslahatan dan kemajuan untuk umat Islam, khususnya untuk kaum perempuan. Sejak awal keberadaannya tahun 1917, Aisyiyah telah memiliki pandangan jauh ke depan yakni bahwa kaum perempuan haruslah berwawasan luas, namun juga harus sesuai dengan kedudukan dan fungsinya di dalam keluarga, tidak keluar dari kodratnya sebagai perempuan yang tertera di dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah terdapat 3 ayat yang menjadi landasan Aisyiyah, yakni surat Ali Imran ayat: 104, surat At-Taubah ayat: 71, dan surat An-Nahl ayat: 97. Ketiga ayat itulah yang menjadi dasar dan orientasi gerakan Aisyiyah, bahwa baik perempuan maupun laki-laki sama-sama memiliki kewajiban untuk menjalankan perintah Allah, yakni mengerjakan amar makruf nahi munkar. Aisyiyah merupakan organisasi perempuan berkemajuan yang tiada henti melakukan sesuatu yang nyata (riil), yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara dalam menebar Islam
41
yang Rahmatan Lil‟alamin. Oleh karenanya, misi abadi Aisyiyah ialah sebuah organisasi perempuan yang berorientasi pada gerakan dakwah Islamiyah amar makruf nahi munkar. Visi didirikannya Aisyiyah di kota Depok, ialah sebagaimana anggaran dasar „Aisyiyah pada Bab III Pasal 7, yakni tegaknya agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.28 Ideologi dari organisasi Aisyiyah merupakan tali pengikat yang diwujudkan dalam sistem Jam‟iyah, Jama‟ah, Imamah, dan gerakan Amal Usaha untuk menjadikan Islam sebagai Rahmatan lil ‟alamin di muka bumi. Organisasi Aisyiyah memiliki ciri-ciri gerakan sebagai berikut29: a. Berorientasi ke depan, Islam yang berkemajuan. b. Selalu bergerak kreatif, banyak inovatif, dan energik atau dinamis. c. Menjadi pioner penggerak. Selain itu pada keputusan Tanwir yaitu kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat dan dihadiri oleh anggota Pimpinan Pusat, Ketua serta Sekretaris Pimpinan Wilayah dan Wakil Wilayah yang diambil dari Daerah-Daerah. Kegiatan ini berkaitan dengan Evaluasi dan Kerja Aisyiyah, yakni laporan Pimpinan Pusat, pelaksanaan keputusan Muktamar, Organisasi, hambatan serta upaya mengatasi, dan lainlain, sebagaimana yang tertera dalam AD/ART Aisyiyah, Bab VIII pasal 24. Aisyiyah
menyebutkan bahwa Aisyiyah adalah organisasi yang gerakannya (action) pada pemajuan, pemberdayaan, serta pengentasan. Untuk mencapai tujuan dakwah Aisyiyah, dua tahun setelah berdirinya Asiyiyah yakni pada tahun 1919, berdirilah
28
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok, 22 Agustus 2014. Catatan Pribadi milik Ibu Hj. Ummi Kulsum saat mengikuti kegiatan ke-Muhammadiyahan kota Depok tahun 1980-an. 29
42
sekolah frobel atau taman kanak-kanak yang bertitik tolak dari Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Semua anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (suci), kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Frobel yang pertama didirikan oleh pribumi (orang Indonesia). Pemberian nama terhadap lembaga pendidikan anak usia dini ini berbeda dengan nama lembaga pendidikan lainnya, yaitu Aisyiyah memberikan nama lembaga ini dengan Bustanul Athfal. Nama ini diambil dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua kata yakni Bustan dan Athfal. Kata Bustan berarti taman, dan kata Athfal berarti anak-anak, jadi apabila kedua kata ini dagabungkan artinya menjadi taman kanak-kanak, sehingga taman kanak-kanak yang dimiliki oleh Aisyiyah dinamakan dengan Bustanul Athfal, namun tidak semuanya dinamakan dengan Bustanul Athfal, ada juga yang dinamakan dengan taman kanak-kanak Aisyiyah. Lembaga pendidikan ini biasanya berada di tingkat cabang Aisyiyah, juga di tingkat ranting-ranting, khususnya di Depok lembaga pendidikan Bustanul Athfal ini berada dan tersebar di tingkat ranting-ranting Aisyiyah Depok. Misi Aisyiyah yang lainnya untuk mencapai tujuan dakwah Aisyiyah, ialah dengan merintis berdirinya kelompok pendidikan keterampilan bagi kaum perempuan pada tahun 1923. Kelompok pendidikan ini dirintis oleh Nyai Walidah Ahmad Dahlan. Kelompok pendidikan ini dibuat oleh Nyai Walidah sebagai upaya agar kaum perempuan dapat mengembangkan daya kreatifitasnya. Kegiatan dalam kelompok ini dilakukan di kediaman Nyai Walidah dengan berkegiatan menjahit, menyulam, dan memasak. Dalam keterampilan itu dilaksanakan oleh kelompok remaja yang diberi nama Siswo Proyo, yang kemudian berganti nama menjadi Nahsiyatul Aisyiyah.
BAB III AMAL USAHA AISYIYAH KOTA DEPOK DALAM BIDANG SOSIAL-BUDAYA
Mayoritas masyarakat Indonesia menganut ajaran Islam, namun posisi masyarakat Islam masih terpinggirkan. Padahal ajaran Islam seharusnya dapat menjadi motor penggerak di dalam kehidupan sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur‟an dan AlHadits. Dalam keputusan majlis Tarjih definisi dari ad-din ajaran Islam ialah sesuatu yang disyariatkan oleh Allah dengan perantara para Nabi-Nya berupa perintah, larangan serta tuntutan untuk kemaslahatan umat muslim di dunia dan akhirat dan merupakan suatu yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur‟an yang termaktub dalam sunnah yang shahih berupa perintah, larangan serta tuntutan untuk kemaslahatan umat di dunia dan akhirat. Dengan kata lain, Muhammadiyah memiliki pemahaman bahwa Islam bukan semata-mata mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang menghubungkan dirinya kepada Allah, seperti shalat, puasa, menunaikan haji dan sebagainya, namun Islam membawa ajaran yang sempurna menuntun hambanya mendapatkan kehidupan yang bahagia sejahtera di dunia dan akhirat. Islam mencakup seluruh segi kehidupan manusia, baik perorangan maupun masyarakat seperti masalah aqidah, ibadah, akhlak, kebudayaan, pendidikan ilmu pengetahuan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.1
1
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ‘Aisyiyah, hal. 17-18.
43
44
Untuk itu diperlukan suatu wadah sebagai upaya dalam menegakkan ajaran Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang bahagia dan sejahtera (Rahmatan Lil „Alamin) dengan berpedoman pada ajaran Islam yang sebenar-benarnya, yakni melalui suatu wadah yang bernama organisasi. Ajaran Islam mengajarkan umatnya agar dalam upaya menegakkan ajaran Islam hendaknya dengan cara berorganisasi sebagaimana dalam surat Ash-Shaf ayat 4, yang artinya “Sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang barjuang di jalan-Nya secara tersusun rapi (berbaris-baris) ibarat suatu bangunan yang kokoh.” Dan ayat ini menjadi salah satu landasan Aisyiyah dalam berorganisasi untuk melaksanakan kewajiban menegakkan ajaran Islam hukumnya wajib. Dengan ini, motif gerak Aisyiyah ialah membawa kesadaran beragama dan berorganisasi, mengajak warganya menciptakan Baldatun Thoyyi-batun Warobun Ghofur, yakni suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera, penuh limpahan rahmat dan nikmat Allah S.W.T di dunia dan akhirat. Untuk itu, hal ini dikemas dalam maksud dan tujuan didirikannya Aisyiyah, yakni untuk merealisasikan visi dan misi Muhammadiyah yang tertera dalam anggaran dasar Aisyiyah pada Bab III pasal 7, yaitu untuk menegakkan agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.2 Untuk mencapai tujuan Aisyiyah, maka Aisyiyah melakukan program-program kerja dalam berbagai aspek kehidupan, yang dituangkan melalui Amal Usaha Aisyiyah dalam berbagai bidang dalam aspek kehidupan. Sebagaimana yang tertera
2
Anggaran Dasar/Rumah Tangga ‘Aisyiyah, cet. Ke-16 (Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 2012), hal. 6.
45
dalam anggaran rumah tangga Aisyiyah, Bab III Pasal 3, yakni usaha Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk program, amal usaha, dan kegiatan yang meliputi3: 1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan; 2. Memperteguh iman mempertinggi akhlak, meningkatkan semangat ibadah, dan memperkuat muamalah duniawiyah; 3. Meningkatkan harkat dan martabat wanita sesuai ajaran Islam; 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam; 5. Meningkatkan semangat jihad, zakat, infaq, sadaqah, wakaf, dan hibah; 6. Meningkatkan peran kehidupan berbangsa dan bernegara dalam berbagai bidang; 7. Mengembangkan kebudayaan, meningkatkan pendidikan, memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian; 8. Meningkatkan perekonomian masyarakat ke arah perbaikan hidup yang berkualitas; 9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang kesejahteraan sosial, kesehatan dan lingkungan hidup; 10. Meningkatkan upaya penegakan hukum, keadilan, kebenaran, perlindungan hak asasi manusia dan melakukan advokasi serta pendidikan kewarganegaraan; 11. Meningkatkan semangat membangun memelihara dan memakmurkan tempat ibadah, masjid, mushola dan sejenisnya; 3
Ibid., hal. 22-23.
46
12. Meningkatkan ukhuwah dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, baik dalam maupun luar negeri; 13. Membina
angkatan
muda
muhammadiyah
untuk
menjadi
pelopor,
pelangsung, dan penyempurna gerakan Aisyiyah; 14. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana; 15. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan organisasi. Berbagai bidang Amal Usaha Aisyiyah, di antaranya Amal Usaha bidang pendidikan, dalam perkembangannya terdapat 5365 taman kanak-kanak yang tersebar di seluruh Indonesia, sekitar 507 madrasah Diniyah Awaliyah serta taman pendidikan Al-Qur‟an (TPA) yang tersebar di setiap cabang dan ranting di seluruh Indonesia. Selain itu, juga membentuk suatu wadah yang bernama IGABA (Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal) sebagai wadah untuk para guru untuk menambah wawasan pendidikan, dan di tingkat akademi Aisyiyah memiliki 13 akademi/sekolah tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia yang dikoordinir oleh bagian Dikti (Pendidikan Tinggi).4 Bidang keagamaan, mengadakan pengajian rutin yang kegiatannya belajar mengaji, kegiatan dakwah, dan lain sebagainya. Bidang kesejahteraan sosial, yang kegiatannya berupa penyantunan anak yatim, yang kemudian mendirikan panti asuhan yang diberikan Aisyiyah untuk memberikan bantuan sosial kepada mereka, dan kemudian kegiatan dalam bidang ini diperluas hingga meliputi sub bidang perlindungan dan kesejahteraan keluarga, serta sub bidang bantuan kepada korban bencana alam.
4
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan „Aisyiyah, hal. 59-62.
47
Dalam bidang kesehatan, Aisyiyah berperan aktif dengan mendirikan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) Aisyiyah. BKIA ini kemudian berkembang menjadi klinik bersalin, rumah sakit bersalin, bahkan ada yang berkembang menjadi rumah sakit. Bidang ekonomi, Aisyiyah mengembangkan usaha simpan pinjam dalam bentuk koperasi, pada tahun 1985 tercatat terdapat sebanyak 27 buah koperasi didaerah DKI Jakarata dan beberapa koperasi (pra koperasi) di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.5 Dalam hal ini Aisyiyah di tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok juga terus melakukan upaya untuk masalah kemaslahatan dan untuk memajukan masyarakat di daerah kota Depok, melalui Amal Usaha dalam berbagai bidang dalam aspek-aspek dalam kehidupan. Terdapat berbagai program Amal Usaha Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok akan tetapi, berfokus kepada dua bidang, yakni pendidikan dan tabligh. Berikut ini pemaparan mengenai Amal Usaha Aisyiyah tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok dalam membawa masyarakat kota Depok menuju arah yang lebih baik.
A. Bidang Pendidikan Pendidikan adalah unsur yang sangat penting bagi pembinaan suatu bangsa, dengan pendidikan dapat diketahui bagaimana kemajuan perkembangan dalam suatu bangsa. Untuk itu, pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat perlu dimulai dari lingkungan keluarga, khususnya bagi orang tua sebagai pembimbing dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat di mana kelak seorang anak akan 5
Ibid.,hal. 65-67.
48
menjadi anggota masyarakat dan sebagai penyelenggara pendidikan sehingga dapat membawa perubahan khsusnya perubahan untuk lingkungan masyarakat. Menyadari akan pentingnya hal itu, Aisyiyah dalam kiprahnya memfokuskan diri pada bidang pendidikan, khususnya Aisyiyah di kota Depok ini memfokuskan diri pada pembinaan terhadap pendidikan Anak Usia Dini, melalui lembaga taman kanakkanak dan Paud sebagai ikon Amal Usaha Aisyiyah kota Depok. Hampir di seluruh penjuru kota Depok dapat ditemukan TK Aisyiyah dengan mudah. TK Aisyiyah kota Depok merupakan salah satu hasil riil gerakan Aisyiyah dalam bidang pendidikan. Dalam konteks kekinian, di mana fenomena dan kondisi era globalisasi sedang mengalami kondisi yang memprihatinkan. Di era globalisasi ini banyak ditemukan berbagai problematika dekadensi moral pada generasi muda.6 Dekadensi moral terdiri dari dua kata, yakni dekadensi dan moral. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dekadensi berarti kemerosotan (tata akhlak), kemunduran (tata seni, sastra)7, sedangkan moral berarti (tata ajaran) baik dan buruk perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti.8 Jadi, pengertian dari dekadensi moral ialah suatu kondisi dimana terjadi kemerosotan dan kemunduran dalam tata akhlak, sikap, perbuatan, dan budi pekerti pada generasi muda dalam era globalisasi ini. Dekadensi moral yang terjadi pada generasi muda dapat dilihat dari fakta lapangan yang diliput dalam media massa dan media cetak yakni terjadi tawuran antar pelajar, penggunaan narkotika dan minuman keras, pergaulan bebas, serta
6
Maisar Binti Yasin, Wanita Karier Dalam Perbincangan, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal. 82. 7 KBBI. Vol. I 8 Ibid.
49
generasi muda yang budi pekertinya sudah tidak santun lagi. Terjadinya dekadensi moral dikalangan generasi muda dikarenakan dari berbagai faktor di antaranya, dari lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, teknologi serta budaya barat yang mempengaruhi budaya Indonesia, namun yang paling utama ialah dikarenakan kurang kuatnya pembinaan karakter saat usia dini, sebagai fondasinya. Kondisi moral generasi muda ini dikarenakan pembentukan karakter saat usia dini yang kurang ditanam, sehingga saat ia tumbuh di usia remaja sangat rentan dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan barat yang bersifat negatif, sehingga nilainilai dalam ajaran Islam serta kearifan dan kebudayaan lokal lambat laun akan luntur dan dilupakan. Tetapi, apabila penanaman pendidikan anak usia dini sudah ditanamkan dengan kuat, maka kelak ketika ia tumbuh menjadi remaja ia akan dapat membentengi diri dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya barat yang bersifat negatif. Karena salah satu indikator majunya suatu Negara dilihat dari bagaimana partisipasi generasi mudanya dalam membangun peradaban di Negaranya. Melalui praktik pendidikan, peserta didik dalam konteks pembinaan generasi muda (anak-anak) dipersiapkan untuk kelak dapat menghadapi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman, dengan bekal ilmu pengetahuan, nilai-nilai budaya dan agama. Agar kelak ketika seorang anak tumbuh dewasa, dan menjadi anggota dalam
masyarakat
dan
negara
sebagai
penyelenggara
pendidikan,
dapat
mengaplikasikan bekal ilmu pengetahuan dan nilai-nilai budaya serta agama sesuai dengan perkembangan tuntutan dan tantangan zaman. Untuk itu sejak usia dini sangat penting untuk dibina dan dididik sebaik dan semaksimal mungkin, sebagai bekal terwujudnya generasi muda yang berkarakter. Untuk itu dalam aspek pendidikan,
50
melalui didirikannya sekolah-sekolah untuk memberikan kesadaran dan kecerdasan yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai dalam ajaran Islam, juga sebagai wadah untuk melakukan dakwah dan misi mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sebagaimana yang tertera dalam anggaran dasar Aisyiyah, yakni menegakkan agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pada awal berdirinya Aisyiyah di kota Depok amal usaha di bidang pendidikan diselenggarakan melalui didirikannya TK Aisyiyah 1 yang berada di ranting Beji Timur, TK Aisyiyah 2 berada di ranting Kukusan, dan TK Aisyiyah 3 berada di ranting Pondok Cina.9 Ketiga lembaga taman kanak-kanak (TK) ini merupakan lembaga TK yang tertua karena didirikannya pada saat awal lahirnya Aisyiyah di kota Depok, dan merupakan ranting-ranting yang tertua yang didirikan pada sekitar tahun 1960. Ada pun perincian amal usaha Aisyiyah se-Daerah kota Depok di bidang pendidikan di antaranya, sebagai berikut:
9
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Ketua PDA kota Depok 2005-2010 dan 2010-2015, Wawancara Pribadi, Depok, 11 September 2014, pukul: 10.45-12.00 WIB
51
Amal Usaha bidang Pendidikan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok dengan pengelompokkan berdasarkan Pimpinan Cabang Aisyiyah se-Daerah Depok. Nama Amal Usaha
Alamat
Pimpinan Cabang Beji TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2
Jl. Raya Kukusan
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1
Jl. KH. Ahmad Dahlan Beji
TK Aisyiyah Bustnalu Athfal 3
Timur Jl. Margonda Raya Masjid Al furqan
Pimpinan Cabang Sukmajaya Dan Cimanggis TK Aisyiyah Bustanul Athfal 11
Jl. Citanduy III, 73a
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 8
Jl. Masjid Al Islah Rt. 03/03,
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 10
Cisalak
TPA Ahmad Dahlan
Jl. D Batur Depok Timur
TPA Aisyiyah
PRA Baktijaya
TPA Aisyiyah
PRA Cisalak
TPA Aisyiyah
PRA Cisalak Pasar, Cimanggis
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 9
PRA Abdijaya
TPA Aisyiyah
Jl. Kemulyaan Depok II Tengah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24
PRA Mekarjaya Grand Depok City
52
Pimpinan Cabang Depok Barat TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7
Jl. Masjid Al Hukman, Parung
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13
Bingung
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 5
Jl. Situ Asih, Kampung Dulo,
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 6
Depok
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 21
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Rawa Denok Jl. Raya Sawangan No. 112 Jl. Blok Rambutan, Cipayung
Pimpinan Cabang Sawangan TK Aisyiyah Bustanul Athfal 14
Jl. H. Maksum No. 15
Diniyah Aisyiyah
Jl. H. Baron
Diniyah Aisyiyah
Jl. Maksum
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 18
Jl. Pondok Cabe Udik
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 17
Jl. Sirnagalih
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 16
Jl. H. Katam
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 15
Jl. A. Wahab No. 63
Diniyah Aisyiyah
Jl. H. Katam
Tabel.Amal usaha Aisyiyah se-Daerah kota Depok bidang pendidikan. Selain itu, dari lingkungan keluarga juga mempengaruhi dalam pembentukan karakter generasi muda dan yang berperan besar dalam hal ini ialah bagaimana peran seorang ibu dalam mendidik anaknya, untuk itu Aisyiyah melalui Amal Usahanya
53
bergerak dalam bidang keagamaan, melalui pengajian dan dakwah kaum perempuan diberikan nilai-nilai dalam ajaran Islam, salah satunya bagaimana dan apa yang seharusnya kaum perempuan melakukan kewajibannya sebagai seorang perempuan dan sebagai seorang ibu sesuai ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur‟an dan AlHadits. Selain itu Amal Usaha Aisyiyah juga bergerak dalam bidang-bidang yang lainnya, guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daya kreatifitas, kebutuhan akan ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Untuk itu berikut ini penjelasan dan gambaran mengenai Amal Usaha Aisyiyah kota Depok dalam bidang tabligh.
B. Bidang Tabligh Tabligh memiliki pengertian menyampaikan Islam, untuk menyampaikan tabligh maka dibentuklah majelis tabligh. Majelis tabligh dibentuk untuk membina kehidupan agama para anggotanya dan meluruskan kepada masyarakat dengan cara mengadakan pengajian, belajar agama di luar sekolah bagi anak-anak dan orang dewasa. Kegiatan dalam majelis tabligh ini di antaranya, memberikan ceramahceramah kepada masyarakat baik di dalam masjid maupun di luar masjid, seperti di rumah-rumah, gedung yang dimiliki oleh Aisyiyah dan lain sebagainya, selain itu juga kegiatan dalam majelis tabligh ini berupa belajar bersama tentang agama, dan menyampaikan siraman rohani. Adapun usaha yang dilakukan dalam menggiatkan dakwah antara lain:10
10
Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah (Jakarta: Pustaka Antara, 1989), hal. 215.
54
a. Mengadakan siraman agama Islam dengan lisan, khutbah, tulisan dan lain sebagainya. b. Mengadakan pengajaran-pengajaran bagi para calon mubaligh c. Menggiatkan pembangunan langgar (surau, mushalla) dan juga masjid serta memeliharanya. d. Mensyiarkan putusan-putusan majelis tarjih kepada masyarakat melalui media-media lisan dan tulis. Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok dalam upaya mensyiarkan dakwahnya dilakukan dengan cara menyampaikan pesan dakwah melalui lisan dengan menyelenggarakan pengajian-pengajian ataupun ceramah-ceramah dari rumah ke rumah dan di dalam masjid. Kegiatan dalam pengajian ini selain belajar mengaji, dakwah yang disampaikan lebih kepada pembahasan mengenai hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, khususnya menyangkut Perempuan salah satunya mengenai bagaimana tugas seorang ibu dalam ajaran Islam sebagai orang tua yang banyak berperan dalam pembentukan karakter anaknya, dan juga pembahasan mengenai lain sebagainya. Selain menyampaikan pesan dakwah melalui lisan, pesan dakwah juga disampaikan melalui perbuatan nyata, seperti mengadakan pengobatan gratis, khususnya bagi para balita dan lansia, pemberian sembako, membagikan zakat, hewan kurban dan lain sebagainya. Selain itu juga kegiatan ini dilakukan melalui memberikan pengetahuan mengenai kesehatan bagi ibu dan anak, yang bekerja sama dengan posyandu serta dokter-dokter.
55
Pengajian rutin di tingkat PRA (Pimpinan Ranting Aisyiyah) diadakan setiap minggu, sedangkan tingkat PCA (Pimpinan Cabang Aisyiyah) diadakan setiap dua minggu sekali, dan pada tingkat PDA (Pimpinan Daerah Aisyiyah) diadakan setiap sebulan sekali yang dilaksanakan di PCA secara bergiliran. Amal Usaha Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok bidang tabligh Nama pengajian (Tabligh)
Alamat
1. Pengajian Cabang Depok Jl. Raya Sawangan
Jumlah anggota 254
Barat 2. Pengajian Cabang Beji 3. Pengajian
Jl. Kh. Usman Betim
234
Cabang Jl. Serimpi VI Depok
313
Cabang Jl. Wijaya Kusuma Raya
127
Cabang Jl. Raya A. Wahab
709
Cimanggis 4. Pengajian Pancoran mas 5. Pengajian Sawangan 6. Pengajian Ranting Pondok Pondok Cina
58
Cina 7. Pengajian
Ranting Kukusan
81
Kukusan 8. Pengajian
Ranting
Beji Beji Timur
96
Timur 9. Pengajian
Ranting Kukusan
81
56
Kukusan Utara 10. Pengajian Cabang
Sekretariat
75
Ranting Berkeliling
25
12. Pengajian Ranting Cisalak Berkeliling
30
11. Pengajian Sukmajaya
Pasar 13. Pengajian Ranting Cisalak 14. Pengajian
Berkeliling
45
Berkeliling
30
Berkeliling
30
Ranting
Baktijaya 16. Pengajian
45
Ranting
Abadijaya 15. Pengajian
Berkeliling
Ranting
Mekarjaya
17. Pengajian Ranting Depok Dari rumah ke rumah
15
Jaya Baru 18. Pengajian Ranting Depok Dari rumah ke rumah
12
Jaya Tengah 19. Pengajian Ranting Depok Dari rumah ke rumah
25
Barat 20. POMG TK ABA 12
TK ABA 12
21. POMG TK ABA 4
TK ABA 4
75
57
C. Bidang Kesejahteraan Sosial Amal usaha Aisyiyah kota Depok dalam bidang kesejahteraan sosial diwujudkan melalui didirikannya panti asuhan dan asuhan keluarga yang pengelolaannya bekerja sama dengan Muhammadiyah. Penyantunan anak yatim dan dhu‟afa dilakukan dalam bentuk bantuan-bantuan rutin ditingkat ranting dan cabang, selain itu pembagian zakat dan hewan qurban kepada masyarakat juga dilakukan dalam bidang kesejahteraan sosial. Adapun jumlah panti asuhan yang dikelola Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok berjumlah sebanyak 2 unit, yakni: Nama
Alamat
Panti Asuhan Aisyiyah
Jl. Kemulyaan, Depok II Tengah
Panti Asuhan Aisyiyah Putri
Jl. KH. Ahmad Dahlan, Beji Timur
D. Bidang Ekonomi Amal Usaha Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok dalam bidang ekonomi diwujudkan melalui koperasi. Koperasi yang aktif hingga saat ini berjumlah 1 (satu) unit. Di samping itu individu-individu anggota Aisyiyah juga mengelola usaha bidang ekonomi dalam rangka menambah penghasilan keluarga, baik berupa jasa, jual beli maupun produksi. Akan tetapi, amal usaha bidang ekonomi ini sudah tidak berjalan lagi sebagaimana mestinya. Jadi, kegiatan dalam bidang ini hanya pada iuran anggota yang dikumpulkan oleh pengurus Aisyiyah.
BAB IV SITUASI DAN KONDISI HAMBATAN AISYIYAH DI KOTA DEPOK
A. Profil Kota Depok Kota Depok terletak pada koordinat 60 19’ 00” – 60 28’ 00” Lintang Selatan dan 1060 43’ 00” – 1060 55’ 30” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut1: Timur : Kecamatan Pondok Gede, Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Barat
: Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur.
Utara
: Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta.
Selatan : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Bentang alam kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah dan perbukitan bergelombang, dengan elevasi antara 50-140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, memiliki luas wilayah sekitar 200,29 KM 2. Kondisi geografisnya, terdapat sungai-sungai besar yang mengaliri kota Depok, yakni sungai Ciliwung dan Cisadane, serta 13 sub satuan wilayah aliran sungai.2 1
http://websitekotadepok.wordpress.com/2013/02/05/peta-kota-depok-jawa-barat/ http://www.depok.go.id/profil-kota/geografi
2
58
59
Depok bermula dari sebuah kecamatan yang masuk ke dalam wilayah kabupaten Bogor. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk kota administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1981, dan diresmikan pada tanggal 18 Maret 1982, yang terdiri dari 3 kecamatan dan 17 desa, yakni3: 1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 desa, antara lain: Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoran Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru. 2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 desa, antara lain: Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan. 3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 desa, antara lain: Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya. Kemudian dalam perkembangannya, kota Depok mengalami perkembangan dalam aspek pembangunan, pemerintahan jumlah penduduk dan lain sebagainya, oleh karenanya dalam struktur pemerintah dibentuklah pemekaran sehingga status Depok yang tadinya sebagai Kota Administratif (Kotif) berubah menjadi Kotamadya (Kodya). Berdasarkan Undang-Undang nomor 15 tahun 1999, maka dibentuklah Kotamadya Daerah Tingkat II Depok, yang wilayahnya meliputi wilayah Administratif kota Depok, tediri dari 3 kecamatan, ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, antara lain4:
3
http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1063 4 Ibid.
60
1. Kecamatan Cimanggis, yang tediri dari 1 kelurahan dan 12 desa, antara lain: Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Harjamukti, Desa Sukatani, Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung. 2. Desa Sawangan, yang tediri dari 14 desa, antara lain: Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan, Desa Bedahan, Desa Pasir Putih. 3. Kecamatan Limo, tediri dari 8 desa, antara lain: Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol. 4. Dan ditambah 5 desa dari Kecamatan Bojong Gede, antara lain: Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya. B. Hambatan Kultur (Budaya) Terjadinya migrasi telah membawa suatu kelompok dari suatu wilayah ke wilayah lain sehingga membawa dampak perubahan seperti perubahan ekonomi, misalnya nilai pembangunan, perubahan kebudayaan dalam masyarakat, seperti nilai-nilai dalam pergaulan, dan lain sebagainya. Dengan migrasi semakin lama, semakin banyak jumlah penduduk, sehingga terjadilah pembelahan suku kelompok demi
61
kelompok meninggalkan suku asal dan daerah asal mereka, mencari daerah baru dan menjadikannya tempat tinggal yang baru.5 Ketika suatu kelompok yang pindah atau melakukan migrasi ke suatu wilayah, mereka akan menemukan kelompok-kelompok lain di wilayah tempat tinggal barunya, yang mungkin merupakan penduduk asli, ataupun kelompok dari daerah lain yang melakukan migrasi juga.6 Dengan demikian, maka terbentuklah kelompokkelompok di dalam suatu wilayah, yang terdiri dari penduduk asli, dan penduduk pendatang yang berasal dari kelompok-kelompok yang melakukan migrasi. Dengan adanya kelompok-kelompok ini, maka terjadilah pergaulan hidup antara anggota kelompok-kelompok itu dalam suatu waktu yang lama, dan terjadilah asimilasi
kebudayaan
yaitu
kebudayaan
masing-masing
kelompok
saling
menyesuaikan diri, sehingga terbentuklah kebudayaan baru. Akan tetapi, hal itu tidak selalu dapat berdampingan antara kebudayaan baru yang dibawa oleh penduduk pendatang dengan budaya yang sudah ada di dalam wilayah penduduk asli. Dengan terjadinya migrasi di kota Depok, penduduk kota Depok dapat dikualifikasikan menjadi dua, yakni penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk asli merupakan penduduk kota Depok, yang memang dari awal menempati wilayah Depok, dan menetap di kota Depok, wilayah ini meliputi wilayah Beji, Pondok cina, Kukusan dan beberapa wilayah yang berada di Sawangan, sehingga terciptalah masyarakat yang homogen.
5
Sidi Gazalba, Antropologi Budaya II Gaya Baru, Cet.II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 141. Ibid. hal. 143.
6
62
Sedangkan penduduk pendatang ialah penduduk yang berasal dari para pendatang dari berbagai kota, provinsi, pulau dan lain sebagainya seperti dari pulau Sumatera, Jawa, dan lain sebagainya, kemudian tinggal di kota Depok dan tidak seluruhnya menetap di kota Depok, para pendatang ini seringkali datang dan pergi, sehingga terciptalah masyarakat yang heterogen berasal dari berbagai kota, provinsi, pulau dan lain sebagainya. Dengan adanya penduduk asli dan penduduk pendatang memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda di antara keduanya, sehingga ini mempengaruhi perkembangan Aisyiyah kota Depok. Oleh karenanya, dalam melaksanakan programprogram kerjanya terdapat perbedaan bentuk dan perkembangan Aisyiyah kota Depok antara yang di wilayah penduduk asli dengan yang di wilayah penduduk pendatang. Salah satu contoh yang dapat dilihat pada Aisyiyah ranting Beji, dimana wilayah Beji ini merupakan wilayah bagi penduduk asli. Wilayah penduduk asli ini memiliki karakteristik yang kurang terbuka dan agak kaku, dalam arti mereka enggan membaur dan bergabung apabila dianggap berbeda dengan yang biasa mereka lakukan, masih sangat bergantung pada keputusan tokoh yang mereka anggap sebagai sesepuh mereka. Selain itu, pada sisi pengkaderan wilayah penduduk asli ini tidak mengizinkan bagi anggota yang berasal dari penduduk pendatang apabila ingin masuk pada struktur kepengurusan Aisyiyah meskipun ia memiliki kapasitas, menurut mereka yang menjadi pengurus Aisyiyah haruslah berasal dari penduduk asli dan karirnya di Aisyiyah haruslah dari dasar hingga mencapai tingkat yang tinggi, dan harus atas persetujuan tokoh yang dianggap penting dan sudah sesepuh, apabila tidak memenuhi
63
persyaratan itu maka tidak diperbolehkan seseorang untuk menjadi pengurus Aisyiyah di wilayah penduduk asli ini.7
C. Manajemen Organisasi Menurut Shrone dan Voich, tujuan utama manajemen ialah produktivitas dan kepuasan. Produktivitas merupakan ukuran kuantitas dan kualitas kerja dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya. Produktivitas dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu sebagai berikut8: a. Produktivitas teknik, mengacu pada keefektifan dan efisiensi penggunaan sumber daya, diukur dengan produktifitas fisik (kuantitas). b. Produktivitas perilaku, merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha untuk berkembang, diukur berdasarkan nilai-nilai. Struktur organisasi adalah rangkaian aturan yang menunjukkan hubungan antara fungsi-fungsi organisasi yang meliputi pimpinan, tugas, wewenang, serta tanggung jawab yang masing-masing memiliki peran dalam satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagai organisasi, Aisyiyah membutuhkan adanya struktur organisasi yang sehat dan efisien. Struktur yang sehat berarti tiap-tiap satuan organisasi dapat menjalankan perannya dengan tertib. Struktur organisasi yang efisien yakni dalam menjalankan perannya, masing-masing satuan organisasi dapat mencapai perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja.
7 8
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok, 22 Agustus 2014. Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2008), hal. 22-23.
64
Aisyiyah merupakan suatu organisasi formal dan juga informal. Suatu organisasi belum tentu bekerja secara sehat dan efisien apabila hanya didasarkan pada struktur formalnya, sedangkan segi informalnya diabaikan. Oleh karena itu, organisasi informal merupakan sesuatu yang akan melengkapi segi formal dari organisasi tersebut. Adapun peranan organisasi informal sebagai saluran informasi untuk mempertajam perasaan dan keutuhan pribadi, percaya diri dan kebiasaan bertindak kepada orang-orang yang tergabung dalam organisasi. Dengan demikian organisasi informal bertujuan untuk memperlancar hubungan dalam melaksanakan kerja organisasi. Pada dasarnya pengertian formal dan informal tidak menunjukkan sah tidaknya organisasi, juga tidak menunjukkan adanya dua macam organisasi. Dalam hal ini organisasi tetap hanya satu bentuk, dengan wadah dua. Formal atau tidaknya sebuah organisasi dapat diketahui dari strukturnya dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan informal organisasi dapat diperoleh melalui pendekatan pribadi. Dalam membentuk struktur organisasi, agar diperoleh struktur organisasi yang sehat dan efisien, dibutuhkan berbagai azas organisasi yang berperan sebagai pedoman untuk membentuk struktur organisasi yang sehat dan efisien dan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan organisasi agar dapat berjalan lancar. Adapun azas atau landasan struktur Aisyiyah ialah sebagai berikut: 1. SK Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berupa kaidah-kaidahnya tentang organisasi 2. AD dan ART Muhammadiyah 3. AD dan ART Aisyiyah
65
Dalam hal praktik manajemen dalam sebuah organisasi, permasalahan waktu untuk para pengurus terkadang menjadi faktor internal timbulnya masalah, misalnya apabila akan melakukan kegiatan rapat rutin ataupun rapat untuk mengadakan suatu acara dan lain sebagainya. Masalah ini sebenarnya tidak menjadi masalah yang terlalu serius, tidak terlalu mengganggu dalam melakukan rapat-rapat yang diadakan, karena bisa diwakilkan dengan pengurus lainnya, akan tetapi dengan begitu ada beberapa pengurus yang tugasnya menjadi rangkap sehingga kurang maksimalnya kerja yang dilakukan oleh pengurus tersebut. Persoalan manajemen waktu ini timbul dikarenakan banyak pengurus Aisyiyah yang juga bekerja menjadi pegawai, karyawan dan lain sebagainya, oleh karenanya terkadang sulit untuk mengatur waktu saat akan dilaksanakan rapat, waktunya sering bentrok antara waktu bekerja dengan waktu rapat sehingga pengurus yang bersangkutan dan memiliki suatu tugas berhalangan untuk hadir. Untuk itu, dalam manajemen sebuah organisasi diperlukan adanya pengendalian, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana atau selaras dengan standar. Proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan, rencana dan melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan, agar tujuan yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan. Adapan cara-cara pengendalian, diantaranya9: 1. Pengawasan langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang pimpinan.
9
Ibid., hal. 67-70.
66
2. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengendalian jarak jauh melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. 3. Pengawasan berdasarkan kekecualian, yaitu pengendalian yang khusus dilakukan pada penyimpangan-penyimpangan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan.
D. Kepemimpinan (leadership) Menurut G.R. Terry, kepemimpinan ialah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan.10 Untuk itu dalam suatu organisasi yang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai, maka dibutuhkan seorang pemimpin. Macam-macam wewenang seorang pemimpin, antara lain: 1. Wewenang formal, yakni wewenang sah yang dimiliki seorang pemimpin karena kedudukannya. a. Wewenang yang diberikan oleh atasan kepada pimpinan yang lebih rendah. b. Wewenang yang mendasarkan diri pada pimpinan yang dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. 2. Wewenang karena wibawa yang dimiliki seseorang, misalnya karena seseorang, misalnya karena usia, pendidikan, kepribadian, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan kelompok dan kepuasan bawahan.
10
Ibid., hal. 63.
67
Dalam hal mengenai pemimpin Aisyiyah di kota Depok dipilih dan memiliki wewenang sebagai seorang pemimpin karena wewenang yang mendasar pada pimpinan yang dipilih oleh para anggota dan karena kapasitas yang dimiliki, salah satunya dari segi pendidikan, akan tetapi terdapat sedikit masalah dalam hal mengenai unsur-unsur komunikasi, yakni dalam hal pesan, yaitu informasi dan perintah yang disampaikan. Artinya, dalam unsur informasi dan perintah kurang sesuai dengan kadar dan porsinya sebagai seorang pemimpin, hal ini terlihat disaat akan diadakan sebuah acara, sebagai seorang ketua dalam sebuah organisasi yang masih melakukan penyebaran surat, seharusnya dalam unsur komunikasi yang baik hal itu bukan bagian dari tugas seorang ketua dalam sebuah organisasi. Selain itu, dari segi pengkaderan juga ditemukan bahwa terdapat kurangnya partisipasi kaum mudanya, padahal seharusnya kaum muda dalam organisasi Aisyiyah kota Depok juga dilibatkan dalam kegiatan ini agar ada inovasi-inovasi baru, pemikiran-pemikiran baru, dan juga bagi kaum muda, khususnya bagi kaum perempuannya dapat menjadikan organisasi Aisyiyah sebagai salah satu wadah untuk belajar Islam, khususnya mengenai bagaimana hak dan kewajiban perempuan di dalam ajaran Islam, mengingat fenomena kondisi kaum muda yang terjadi, khususnya pada kaum perempuan banyak yang telah menyimpang dari sisi prilakunya banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, misalnya dari segi prilaku seperti sopan santun cara berprilaku kepada orang tua, cara bergaul, dan lain sebagainya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mayoritas masyarakat kota Depok menganut agama Islam, namun demikian pemahaman mereka mengenai ajaran Islam cukup minim, khususnya kaum perempuannya. Hal ini dapat diketahui dari segi keagamaan, banyak masyarakat yang telah banyak menyimpang dari ajaran Islam, seperti adanya benda-benda berhala di sekitar rumah masyarakat, kemudian selain itu juga banyak masyarakat yang tidak dapat membaca Al-Qur’an, bahkan belum mengenal huruf, khususnya huruf Arab. Dari segi pendidikan masyarakat kota Depok saat itu dapat dikatakan masih rendah, karena masih banyak yang berhenti sekolah pada tingkat sekolah dasar. Selain itu, dari sisi ekonomi mayoritas masyarakat di wilayah ini berasal dari golongan menengah ke bawah. Untuk itu, melihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat kota Depok, Aisyiyah didirikan di kota Depok oleh pendirinya, yakni ibu Hj. Ummi Kulsum. Aisyiyah kota Depok bermula dari ranting Beji Timur yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Aisyiyah kota Depok telah berdiri pada tahun 1975 dalam bentuk ranting Beji Timur, dan menjadi tingkat Daerah (PDA) kota Depok pada tahun 1994. Pada awal didirikannya Aisyiyah di ranting Beji Timur ini, pendirinya mengadakan kegiatan pengajian, memberikan ceramah yang materinya mengenai ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist, memberikan pemahaman tentang keorganisasian Aisyiyah, serta mengajarkan keterampilan seperti
68
69
belajar menjahit, yang diadakan di kediaman ibu Hj. Ummi Kulsum, yakni pendiri Aisyiyah kota Depok. Adapun peran serta kontribusi Aisyiyah kota Depok bagi pemberdayaan masyarakat Islam, khususnya kaum perempuan di kota Depok diwujudkan melalui Amal Usaha Aisyiyah di bidang pendidikan, majelis tabligh, serta kesejahteraan sosial. Dalam bidang pendidikan, Aisyiyah kota Depok menyadari pentingnya unsurunsur pendidikan bagi pembinaan generasi muda sejak usia dini, oleh karenanya Aisyiyah kota Depok mewujudkannya melalui diselenggarakannya lembaga Bustanul Athfal Aisyiyah atau taman kanak-kanak Aisyiyah yang hingga saat ini sudah mencapai sebanyak 24 TK Aisyiyah. Dalam bidang majelis tabligh, Aisyiyah kota Depok menyelenggarakan pengajian-pengajian yang diadakan di setiap ranting, cabang, serta di tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok, serta mengadakan pembinaan bagi para mubaligh. Dalam bidang kesejahteraan sosial, mendirikan panti asuhan yang bekerja sama dengan Muhammadiyah kota Depok. Akan tetapi, terdapat Amal Usaha Aisyiyah kota Depok yang tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya, seperti dalam bidang ekonomi, kesehatan dan lainnya. Beberapa Amal Usaha Aisyiyah kota Depok yang sudah tidak berjalan sebagimana mestinya dikarenakan adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat, di antaranya: 1. Adanya faktor hambatan budaya (kultur); 2. Adanya faktor kepemimpinan (leadership); 3. Adanya faktor manajemen waktu dalam kepengurusan organisasi Aisyiyah.
70
Melihat kondisi yang seperti itu, tentunya bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan bagi para perintis Aisyiyah dalam memperbaiki kondisi masyarakat kota Depok dan mensyiarkan dakwah amar makruf nahi munkar. Namun, tetap melakukan upaya dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan mengaplikasikan nilai-nilai ke-Aisyiyahan.
B. Saran-saran 1. Dengan terungkapnya sejarah serta perkembangan Aisyiyah di kota Depok, penulis mengharapkan agar ada peneliti selanjutnya yang meneruskan penelitian ini, khususnya pembahasan Aisyiyah kota Depok dari sisi yang lainnya, misalnya dengan pendekatan politik ataupun yang lainnya. 2. Terungkapnya mengenai peran serta kontribusi Aisyiyah di kota Depok diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kaum perempuan khususnya, agar dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam ruang publik. Dan untuk organisasi Aisyiyah kota Depok dapat menjadi barometer atau alat ukur, sudah sejauh mana program-program kerja Aisyiyah yang diimplementasikan melalui amal usaha Aisyiyah. 3. Dengan ditemukannya faktor-faktor yang menjadi hambatan Aisyiyah, diharapkan dapat memberikan solusi bagi organisasi Aisyiyah. Solusi tersebut di antaranya: a. Agar Aisyiyah kota Depok dapat mengadakan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih menarik perhatian serta melibatkan peran para pemuda di kota
71
Depok, sehingga kaum pemuda di kota Depok dapat ikut berpartisipasi dalam organisasi Aisyiyah kota Depok. b. Untuk wilayah penduduk asli kota Depok yang kurang terbuka dengan halhal seperti pemikiran yang berbeda dengan yang dipegang oleh masyarakat, penulis menyarankan agar dapat lebih melakukan pendekatan lagi melalui berbagai kegiatan dalam Aisyiyah yang sekiranya dapat menarik perhatian dan disukai masyarakat penduduk asli, ataupun melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat penduduk asli yang disegani. Demikianlah kesimpulan ini dibuat, dengan harapan agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca secara umum. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan yang selanjutnya dapat lebih baik lagi.
KEPUSTAKAAN
Data Tertulis Abdullah, Yusuf, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Antara, 1989. Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Cet. II. ,
Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007. Cet. I. Adawiyah, Rabi’atul, Peran Sosial Politik Aisyiyah Pada Masa Pergerakan Nasional Sampai Orde Lama (1917-1965), Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah, Yogyakarta: Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, 2012, Cet. Ke-16. Asrofie, Yusron, K.H.A. Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya, Yogyakarta: Yogya Offset, 1983. Burhanuddin, Jajat, ed., Ulama Perempuan Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2001. Fauzia, Amelia, dkk., Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004. Gazalba, Sidi, Antropologi Budaya II Gaya Baru, Jakarta: Bulan Bintang, 1974. Cet. II. Hadikusumo, Djarnawi, Aliran Pembaharuan Islam Dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H.A. Dahlan, Jogjakarta: Persatuan, t.t. Kamal, Musthafa dan Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Dalam Perspektif Historis dan Ideologis), Yogyakarta: LPPI, 2002.
72
73
Karim, M. Rusli, Muhammadiyah Dalam Kritik dan Komentar, Jakarta: Rajawali, 1986. Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Soisial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992. Munir, Abdul, Pemikiran Kyai Haji Ahmad dan Muhammadiyah Perspektif Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1990. Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Depok, Profil Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok, Depok, 2012. Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Sejarah Perumbuhan dan Perkembangan ‘Aisyiyah, Yogyakarta: t.t. Purwanto, Iwan, Manajemen Strategi, Bandung: CV. Yrama Widya, 2008. Cet. II. Qazan, Shalah, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan, Solo: Era Intermedia, 2001. Salam, Solichin, K.H.A. Dahlan Reformer Islam Indonesia, Jakarta: Djajamurni, 1962. Salman, Ismah, “Strategi dan Politik Dakwah Muhammadiyah (Suatu Kajian Pengantar), Mimbar Agama dan Budaya”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. XIX, no.1, 2002. Samsuddin, Din, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990. Sihbudi, M. Riza, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan Prospek, Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 1977. Surat Putusan Pengesahan Organisasi yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah di Yogyakarta pada tanggal 26 November 1994. Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, Jakarta: Depdikbud, 1977. Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Malang: PT. Tiara Wacana Yogya dan Universitas Muhammadiyah Malang, 1990.
74
Tjandrasasmita, Uka, Arkeologi Islam Nusantara, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009. Yasin, Maisar Binti, Wanita Karier Dalam Perbincangan, Cet.I, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Wawancara Ibu Hj. Ummi Kalsum, tokoh pendiri Aisyiyah kota Depok. Ibu Dra. Hj. Warnisma, M.Pd., ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok. Bapak Drs. H. Farkhan, ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Depok.
Sumber Elektronik http://websitekotadepok.wordpress.com/2013/02/05/peta-kota-depok-jawa-barat/ http://www.depok.go.id/profil-kota/geografi
http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1063 http://www.academia.edu/8409804/Merayakan_Hari_Kartini
75
76
77
78
79
80
81
82
Hasil Wawancara Dengan Ibu Hj. Ummi Kulsum, Selaku Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok Pada hari Sabtu 5 Juli 2014 Pukul 13.00-14.30 WIB.di Kediaman Ibu Ummi Kulsum, Jl. Ahmad Dahlan, Beji Timur
Tanya
: Kapan Aisyiyah kota Depok didirikan?
Jawab
: Aisyiyah kota Depok berawal dari Ranting Beji Timur yang didirikan tahun 1975.
Tanya
:Apa maksud didirikannya Aisyiyah di kota Depok saat itu?
Jawab
: Untuk memberikan pelajaran, pengertian berorganisasi dan kesadaran mengenai pemahaman keagamaan.
Tanya Jawab
: Siapa saja tokoh pendirinya? : Ibu Hj. Ummi Kalsum bersama dengan Ibu Hj. Mayani, Ibu Masnun, Ibu Rofi’ah dan Ibu Rumianah.
Tanya
: Sejak kapan Ibu aktif dalam Organisasi Aisyiyah?
Jawab: Aktif sejak 1965. Saat itu, aktif dalam kegiatan Nahsiyatul Aisyiyah di kota Bandung. Tanya Jawab
: Apa yang melalatar belakang didirikannya Aisyiyah diKota Depok? : Ada beberapa alas an yang menjadi latar belakangdidirikannya Aisyiyah di kota Depok, yakni karena melihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat, seperti minimnya pemahaman masyarakat mengenai ajaran Islam, bahkan masih ada yang percaya terhadap benda-benda berhala, seperti keris, kemudian menggantung benda-benda berhala yang dianggap dapat melindungi dan membawa
rezeki
kepada
mereka,
kemudian
dari
segi
pendidikan
83 masyarakatnya banyak yang putus sekolah, lembaga pendidikan di wilayah ini pun masih sangat sedikit, dan dari segi ekonomi juga masyarakatnya masih berasal dari menengah ke bawah, banyak yang bekerja sebagai petani dan buruh, kemudian kaum perempuannya pun belum benyak yang memiliki keterampilan. Kemudian, organisasi Asyiyah belum ada di wilayah ini.untuk itu, melihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat Depok ini, Aisyiyah didirikan agar dapat bagian yang berperan serta untuk menjawab berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Tanya Jawab
: Bagaimana respon masyarakat pada saat didirikannya Aisyiyah di kotaDepok? : Pada awal didirikannya Aisyiyah di kota Depok, terdapat respon yang kurang baik dari masyarakat sekitar terhadap Aisyiyah. Berbagai respon itu dilakukan, yang salah satunya pada saat menjelang pelaksanaan shalat Idul Adha, lapangan dimana tempat akan dilaksanakannya shalat Idul Adha oleh jemaah Muhammadiyah dan Aisyiyah, dikotori oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan, banyak dari mereka yang belum mengetahui dan memahami tentang Muhammadiyah dan Aisyiyah.Namun, seiring berjalannya waktu dan mereka semakin mengenal dan memahami, organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah mendapat respon yang posirtif dari masyarakat.
Tanya Jawab
: Apa saja Amal Usaha yang telah dilakukan? : 1. Amal usaha bidang Pendidikan : mendirikan tamankanak-kanak Aisyiyah Bustanul Aisyiyah dan ada yang mengikuti penataran dalam bidang pendidikan.
84 1.
Amal usaha dalam bidang Tabligh :mendirikan Majelis Taklim Aisyiyah,
dan mengadakan penataran Mubaligh. 2.
Amal usaha dalam bidang Ekonomi : mengadakan simpanpinjam untuk
para anggota Aisyiyah. Akan tetapi, sekarang amal usaha ini sudah tidak berjalan. 3.
Amal usaha dalam bidang Sosial : mendirikan panti asuhan yang bekerja
sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Depok, memberi bantuan kepada para anggota Aisyiyah maupun kepada masyarakat sekitar yang tertimpa musibah, dan mengadakan tamasya dakwah. Dan di bidangbidang tersebut diberikan pelatihan-pelatihan. Tanya
: Berasal dari mana saja anggota Aisyiyah di kota Depok?
Jawab
: anggota Aisyiyah kota Depok berasal dari masyarakatsekitar Depok.
Tanya
: Bagaimana kondisi masyarakat dan lingkungan masyarakat kota Depok sebelum didirikannya Aisyiyah?
Jawab
: kondisi masyarakat dan lingkungan masyarakatnya pada saat itu, dalam segi pendidikan
masyarakatnya
masih
sangatrendah,
salah
satunya
banyak
masyarakatnya yang tidaklulus sekolah dasar. Dan dari segi yang lain, masyarakatnyajuga kurang mengerti tentang organisasi, sehingga belumada organisasi ke-Islaman yang didirikan di wilayah itu,salah satunya organisasi Aisyiyah yang belum ada diwilayah kota Depok, sehingga didirikanlah Aisyiyah diwilayah ini. Tanya
: Adakah masalah yang timbul pada Aisyiyah di kota Depok?, jika ada, apa saja masalahnya?
85 Jawab
: tentunya, pasti ada masalah-masalah yang timbul padaorganisasi Aisyiyah di kota Depok, di antaranya: 1. Pernah adanya perbedaan pemahaman Keagamaan, sehingga pernah membuat terjadinya sedikit konflik, namun seiring berjalannya waktu, keduanya semakin mengenal dan memahami satu sama lainnya saling memberikan respon yang positif.; 2. Masalah pengkaderan, kurangnya partisipasi kaum mudanya.; 3. Masalah mengenai waktu yang terkadang bentrok dengan jadwal Ibu-Ibu dikarenakan banyak Ibu-Ibu yang kerja..kemudian, ada beberapa pengurus yang menjabat kepengurusan di organisasi lainnya, sehingga terkadang Ibu-Ibu sulit untuk mengatur jadwalnya.
Tanya
: Bagaimana Aisyiyah kota Depok mengatasimasalah yang timbul?
Jawab
: organisasi Aisyiyah dalam mengatasi berbagai masalah yangtimbul dengan cara rapat, musyawarah yakni para pengurusberkumpul untuk berdiskusi dan mencari pemecahan
permasalahannya,
hingga
mendapatkan
sebuah
pemecahan permasalahannya.
Interview
Ibu Hj. Umi Kultsum
Interviewer
Dian Rahmayanti
solusi
bagi
86
Hasil Wawancara Dengan Ibu Dra. Hj. Warnisma, M.Pd., Selaku Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok 2010-2015 Pada hari Jum’at 22 Agustus 2014 Pukul 09.00-11.45 di Kediaman Ibu Warnisma Jl. Gandaria III no.91, Depok II Tengah
Tanya
: Kapan Aisyiyah Kota Depok didirikan?
Jawab
: Aisyiyah kota Depok resmi menjadi tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok pada tahun 1994, yang pada mulanya berawal dari Ranting Beji Timur (1975).
Tanya
: Apa visi dan misi didirikannya Aisyiyah kota Depok?
Jawab
: Didirikannya Aisyiyah di kota Depok, tentunya beracuan pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Aisyiyah yang terkandung dalam Bab III Pasal 7 dan Pasal 8.
Tanya
: Amal Usaha apa saja yang dilakukan Aisyiyah kota Depok?
Jawab
: Amal Usaha Aisyiyah kota Depok, di antaranya: Mendirikan sekolah-sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal, antara lain: Cabang Beji, TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1, 2, dan 3; Cabang Sukmajaya dan Cimanggis: TK Aisyiyah Bustanul Athfal 8, 9, 10, 11, TPA Aisyiyah Ahmad Dahlan, TPA Cisalak, Cisalak Pasar, Abadi Jaya, Mekarjaya; Cabang Depok Barat: TK Aisyiyah Bustanul Athfal 5, 6,7, 13, 21; Cabang Sawangan: TK Aisyiyah Bustanul Athfal 14, 15, 16, 17, 18, dan 3 Diniyah Aisyiyah. Selain itu, terdapat juga
87 Pengajian (Tabligh) yang diadakan di setiap Ranting pada setiap minggu sekali, pada setiap Cabang diadakan setiap dua minggu sekali, serta Pengajian (Tabligh) di tingkat Daerah satu bulan sekali. Dalam bidang kesejahteraan, terdapat Panti Asuhan yang bekerja sama dengan Muhammadiyah kota Depok. Tanya
: Apa yang membedakan sekolah-sekolah Aisyiyah dengan sekolah yang lainnya?
Jawab
: yang membedakan sekolah Aisyiyah dengan sekolah lainnya ialah dari segi tujuannya, karena didirikannya sekolah Aisyiyah bertujuan untuk membentuk generasi muslim yang berakhlakul karimah, yang diseimbangi dengan ilmu pengetahuan, sehingga kelak bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.
Tanya
: Bagaimana respon masyarakat saat awal didirikan sekolah Aisyiyah di kota Depok?
Jawab
: Respon dari masyarakat cukup baik dan positif, karena masyarakat merasakan manfaat yang baik dari didirikannya sekolah Aisyiyah di kota Depok ini.
Tanya
: Apakah para murid selain kegiatan belajar juga dibina pembentukan kader Aisyiyah kota Depok?
Jawab
: Iya, dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah Aisyiyah terdapat kurikulum mengenai nilai-nilai ke-Aisyiyahan, dan
88 tentunya karena murid yang diajarkan adalah anak usia dini, nilai-nilai ke-Aisyiyahan yang diajarkan disesuaikan untuk anak-anak. Misalnya, adab-adab dalam ajaran Islam, di antaranya mengajarkan doa-doa, cara berpakaian seorang muslim, manasik haji yang disesuaikan kepada anak-anak, dan lain sebagainya. Tanya
: Berapa jumlah Cabang dan Ranting Aisyiyah kota Depok?
Jawab
: Jumlah Cabang Aisyiyah di kota Depok ada sebanyak 7 Cabang yang terdiri dari 28 Ranting, di antaranya: Cabang Beji: Kukusan, Beji Timur, Kukusan Timur, Pondokcina. Cabang Depok Barat: Rawadenok, Cipayung, Pulo, Parungbingung, Jemblongan. CabangCimanggis: Cisalak Pasar, Tugu, Sukatani. Cabang Sukmajaya: Cisalak Kota, Mekarjaya, Abadijaya, Bhaktijaya, Sukmajaya, Grand Depok City. Cabang Pancoranmas: Pancoranmas, Depok Jaya Barat, DepokJaya, Depok Jaya Tengah. Cabang Sawangan: Sawangan Utara, Kampung Bulu, Kampung Bulak, Cinangka, Cipayung, Sawangan Kaum. Cabang Limo: Meruyung, Limo, Cinere.
89 Tanya
: Adakah masalah yang dihadapi Aisyiyah kota Depok?, Jika ada, apa saja masalah yang ada di Aisyiyah kota Depok?
Jawab
: Masalah yang ada di Aisyiyah kota Depok ialah, 1. masalah manajemen waktu bagi kebanyakan pengurus Aisyiyah, karena banyak pengurus Aisyiyah yang bekerja sebagai pegawai ataupun yang lainnya, serta ada juga yang juga menjadi pengurus di tempat lainnya, untuk itu pada saat akan diadakan kegiatan, acara ataupun mengadakan rapat sering terjadi bentrok sehingga pengurus yang bersangkutan tidak dapat hadir.2. Masalah mengenai pengkaderan, yakni masalah kurangnya partisipasi dari kaum muda. 3. Masalah kurang terbukanya penduduk asli kota Depok terhadap pemikiran dari luar wilayah penduduk asli.
Interview
Ibu Hj. Dra. Warnisma, M.Pd.
Interviewer
Dian Rahmayanti
90
Hasil Wawancara Dengan Bapak Drs. H. Farkhan A.R., Selaku Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok 2010-2015 Pada hari Rabu 30 September 2014 Pukul 13.05-13.20 di Kantor Muhammadiyah Kota Depok, Jl. H. M. Usman, Kukusan-Depok. Tanya
: Bagaimana pandangan Bapak mengenai Aisyiyah kota depok, yakni mengenai kontribusinya kepada masyarakat?
Jawab
: Sejauh ini, Aisyiyah sebagai organisasi telah menjalankan tugasnya dengan baik melalui program-program Amal Usaha Aisyiyah untuk masyarakat kota Depok. Berbagai Amal Usaha Aisyiyah dilakukan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang sebenar-benarnya sesuai dengan AlQur’an dan Hadist.
Tanya
: Bagaimana hubungan PDA kota Depok dengan PDM kota Depok?
Jawab
: Hubungan silaturrahmi Aisyiyah kota Depok dengan PDM kota Depok berjalan dengan baik, saat ada acara ataupun hallainnya, satu sama lin saling mendukung dan membantu. Misalnya, ketika ada acara di tingkat PDA kota Depok, PDM selalu diundang dan datang, serta mmemberikan bantuin ketika dibutuhkan oleh PDA kota Depok.
Interview
Bapak H. Drs. Farkhan. A.R.
Interviewer
Dian Rahmayanti
91
Tokoh Pendiri Aisyiyah kota Depok
Gambar 1. Pendiri Organisasi Aisyiyah Kota Depok, Ibu Hj. Ummi Kulsum
92
Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok
Gambar. Ibu Hj. Ummi Kulsum, Ketua PDA kota Depok Periode ke-II, Tahun 2000-2005.
Gambar 2.Ketua Aisyiyah Kota Depok Periode ke-III dan ke-IV, Tahun 20052010 dan 2010-2015.
93
Amal Usaha Aisyiyah Kota Depok 1. Amal Usaha Aisyiyah kota Depok Bidang Pendidikan
Gambar. TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1
Gambar. TK AisyiyahBustanul Athfal 4
Gambar.TK Aisyiyah Bustanul Athfal 8
94 2. Amal Usaha Aisyiyah kota Depok Bidang Tabligh
Gambar. Pengajian Aisyiyah tingkat Daerah kota Depok, yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Gambar. Pengajian yang diadakan di tingkat Ranting, Cabang Aisyiyah kota Depok.
95
Gambar.3 Kantor PDA kota Depok