Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
MUSEUM SEJARAH KOTA DEPOK SEBAGAI PARIWISATA BUDAYA DAN IDENTITASKOTA DEPOK Christy Aneta1 1
Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email:
[email protected]
ABSTRAK Depok adalah kota yang berkembang dengan sangat pesat. Selain perluasan wilayah, infrastruktur kota, dan juga pertumbuhan titik-titik bisnis dan perdagangan baru membuat kota ini semakin hidup. Namun seiring dengan berkembangnya kota yang sangat pesat, identitas kota tetap perlu dipertahankan. Identitas akan mengingatkan asal-muasal kota tersebut dan menjabarkan ciri khas sebuah kota.Sejarah, kebudayaan, dan kesenian adalah asset penting dalam mempertahankan identitas kota. Selain itu, nilai sejarah, kebudayaan, dan kesenian dapat menjadi nilai pariwisata yang akan membantu dalam meningkatkan ekonomi perkotaan.Untuk itu, perlunya sarana dan prasarana dalam mempertahankan asset tersebut agar tidak punah. Bangunan Museum Sejarah Kota Depok adalah upaya untuk menyimpan dan memperkenalkan sejarah kota Depok, agar masyarakat kota Depok dapat menghargai tempat dimana mereka tinggal dan menghargai setiap bagian sejarahnya.Museum ini akan menjadi pusat perhatian kota Depok yang baru sebagai upaya menunjukkan eksistensi cagar budaya kota Depok. Kata kunci: Museum, Museum Sejarah, Depok, Kontras - Konteks
1. PENDAHULUAN Kota Depok saat ini adalah kota yang tengah mengalami perkembangan pesat. Berbagai perkembangan kota seperti perkembangan wilayah, infrastruktur kota, pendirian bangunan sebagai sarana dan prasarana, peningkatan aksesibilitas serta peningkatan di berbagai sektor lainnya merupakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Peningkatan kualitas hidup, idealnya tidak hanya didapat dari pembangunan yang bersifat materi saja, namun diperlukan juga pembangunan yang bersifat nonmateri, karena semakin berkembangnya sebuah kota, perlu adanya peningkatan perhatian dalam melestarikan sejarah dan budaya yang ada agar kota tidak kehilangan asal usul dan jati diri kota itu sendiri. Dari data Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) terdapat 60 cagar budaya asli Depok yang terabaikan.Seluruh situs sejarah itu berada di 11 kecamatan yang ada.Akan tetapi, dari puluhan titik itu 10 persen diantaranya sudah berubah fungsi menjadi perumahan, sedangkan sisanya terabaikan dan rusak.Hilangnya sebuah bagian dari suatu kebudayaan dapat menyebabkan kebudayaan menjadi hilang.Kurangnya perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok dan masyarakat kota Depok itu sendiri membuat puluhan cagar budaya kota ini terabaikan.1 Tidak diperhatikan dan dirawatnya warisan sejarah Depok itu membuat kota transit ini kehilangan jati diri. Terutama pada aset pariwisata lokal yang bisa menarik wisatawan domestik bahkan mancanegara untuk datang berkunjung. Akibatnya, sejarah berdirinya kota tersebut tidak bisa tergali dengan penuh dan menjadi tempat penelitian bagi duniapendidikan.2Untuk itulah diperlukan sebuah sarana untuk melestarikan sejarah dan budaya agar tidak menjadi mati dan dilupakan. ARS-57
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 Museum merupakan sarana untuk melestarikan kebudayaan dari suatu peradaban. Untuk meningkatkan minat masyarakat Indonesia akan museum, pemerintah mengeluarkan program Gerakan Nasional Cinta Museum oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.2 Melalui program ini, pemerintah mencoba menggairahkan tren pariwisata lokal bagi masyarakat Indonesia. Program ini perlu ditunjang oleh revitalisasi museum, sehingga museum dapat menjadi objek wisata yang informatif, menarik dan meninggalkan memori bagi pengunjung.3 Memang masyarakat secara umum masih kurang mengerti, mengenal, dan menghargai arti penting dari benda-benda bernilai sejarah atau cagar budaya tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh minimnya sosialisasi terkait benda cagar budaya dan sulitnya mencari literatur tentang sejarah kota Depok secara keseluruhan, karena literatur yang sering ditemui di masyarakat umum adalah bagian-bagian sejarah kota Depok yang berbeda. Namun, arsip yang lengkap tentang sejarah Kota Depok dapat ditemui pada beberapa pakar sejarah kota Depok, seperti Ibu Farah Diba, S.H. yang tergabung dalam Depok Heritage Community. Maka dari itu, museum bukan hanya cagar budaya untuk mempertahakan identitas kota, namun juga sarana untuk mengungkapkan sejarah kota Depok secara keseluruhan kepada masyarakat tanpa meninggalkan sepenggal sejarah sekalipun. Ada pepatah mengatakan, “Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai sejarah.” Pengertian museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan.4Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum ada 9, yaitu sebagai berikut : 1. Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam. 2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi. 4. Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum. 5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian. 6. Visualisasi warisan budaya dan alam. 7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa. 8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. 9. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME. Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan kepada khalayak ramai guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata berupa bendabenda- dari manusia dan lingkungannya. 2. PERANCANGAN BANGUNAN Perancangan bangunan Museum Sejarah ini menggunakan metode pragmatis.Metode pragmatis ini didahului dengan mengidentikasi proyek dan kebutuhan proyek melalui studi kasus terkait proyek Museum Sejarah. Pada proses selanjutnya, penyusunan program kegiatan dan penambahan program-program aktivitas baru yang terkait dengan proyek. Deskripsi dan Analisa Tapak Tapak berada di kawasan cagar budaya kota Depok Lama, serta dekat dengan Pusat Pemerintahan Walikota Depok, dan hanya berjarak 5 km dari Pusat Bisnis Margonda. Tapak ini memungkinkan pengunjung untuk melakukan napak tilas setelah melihat pameran yang berada ARS-58
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 di dalam museum.Tapak berada di Jalan Siliwangi dimana jalan ini merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan Jalan Margonda Raya dan Jalan Raya Bogor. Bangunan di sekitar tapak merupakan pemukiman warga dan ruko-ruko.Ada juga Rumah Sakit Hermina Depok.Selain itu bentuk atap yang mayoritas dipakai adalah bentuk pelana maupun jurai. Warna adalah salah satu cara untuk memberikan “identitas” bangunan, maka banyak bangunan di sekitar tapak yang memiliki variasi warna berbeda.
Gambar 1. Bangunan Sekitar Tapak
Gambar 2. Bangunan Bersejarah di Sekitar Tapak Konsep Perancangan Kontras.Sejarah kota Depok tidak hanya dimulai dan berakhir pada masa Kolonial, namun Depok sudah ada dari zaman pra-sejarah, Kerajaan Pajajaran, dan Kerajaan Islam. Sehingga adalah baik untuk tidak menonjolkan ciri bangunan tertentu saja.Kota Depok memerlukan
ARS-59
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 sebuah “landmark” baru, dalam menarik masyarakatnya untuk mencintai sejarah da nasal muasal kota Depok. Untuk itu bangunan yang kontras adalah konsep bangunan museum ini.Selain itu, desain arsitektur diperlukan dalam membentuk program museum menjadi lebih atraktif, interaktif, dan partisipatif sehingga masyarakat dapat mengenal dan mengingat dengan mudah akan koleksi sejarah dan budaya yang dipamerkan dalam museum.Kawasan Depok Lama mempunyai pola grid, setiap bangunan mempunyai orientasi tegak lurus dengan jalan di depan tapaknya. Kini, kontras bekerja juga dalam pola kawasan, bagaimana membuat garis-garis diagonal sebagai bentuk kontras dari orientasi bangunan yang tegak lurus terhadap jalan. Orientasi diagonal juga diarahkan ke jalur napak tilas yang akan dilalui pengunjung museum. Ramp adalah konsep sirkulasi yang dipakai dalam bangunan museum ini, agar pengunjung dapat mengatur kecepatannya sendiri saat melihat koleksi-koleksi yang dipamerkan tanpa harus berhati-hati akan langkah yang dibuat.Void pada main hall berfungsi sebagai konektivitas antar lantai, sehingga pengunjung dapat melihat pameran pada tingkatan lainnya. 3.
GAMBAR DAN TABEL
Gambar 3. Block Plan
Gambar 4. Kontras terhadap Pola Kawasan ARS-60
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Gambar 5. Site Plan
Gambar 6. Potongan Aksonometri 4. PERSAMAAN Bentuk atap pelana atau jurai tidak diterapkan pada bangunan ini, namun pilar-pilar tetap direpresentasikan pada bangunan ini sebagai elemen khas bangunan kolonial di kawasan tersebut.Pilar-pilar adalah elemen arsitektur yang paling mengandung nilai sejarah kawasan Depok Lama.Perbandingan skala manusia dan bangunan juga tetap dijaga, untuk memberi kesan megah dan hormat terhadap bangunan museum.Material beton dan kaca adalah material utama yang dipilih untuk bangunan ini untuk sebagai bentuk kontekstual terhadap lingkungannya.Nuansa warna pada kawasan ini telah diisi dengan berbagai macam warna untuk menunjukan “identitas” masing-masing bangunan.Putih adalah warna dasar sebagai bentuk kontras yang diterapkan diantara banyak warna lainnya.
ARS-61
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
Gambar 6. Kontras terhadap Elemen-elemen Arsitektur kawasan 5. KESIMPULAN Depok sebagai kota yang berkembang sangat pesat harus mempertahankan aset sejarah, budaya, dan kesenian untuk mempertahankan identitasnya. Bukan hanya menjadi sebuah identitas, namun menjadi nilai pariwisata-ekonomi kota Depok. Sejalan dengan kata-kata Ir. Soekarno, “Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai sejarahnya”, maka diperlukannya sarana untuk menyimpan, mempertahankan, dan memperkenalkan sejarah, kebudayaan, dan kesenian kota Depok kepada masyarakat luas, dengan penyajian yang interaktif dan menarik agar aktivitas dalam museum tidak membosankan. Perbedaan periodisasi sejarah, membuat bangunan tidak mencolok terhadap salah satu periode sejarah. Membuat sebuah bangunan yang kontras, namun tetap konteks terhadap budayanya. Tidak menduplikasi, namun merepresentasikan konteks yang ada. Museum Sejarah kota Depok bukan hanya museum dalam bangunan, namun juga museum dalam kawasan. Dimana ketika pengunjung telah melihat benda-benda dalam sejarah, pengunjung juga dapat merasakan sejarah itu sendiri dengan melakukan napak tilas ke titik-titik yang ada. DAFTAR PUSTAKA De Chiara, Joseph & Crosbie, Michael. 2001. Time Saver Standards for Building Types. McGraw Hill. Neufert, Ernst. 2002. Architect Data vol 2. Jakarta : Erlangga Jonathans, Yano. 2011. Depok Tempo Doeloe.Jakarta : Libri Arsip Penelusuran Depok Berbasis Waktu – Masa Pendudukan Jepang hingga Masa Orde Baru, Pemerintah Kota Depok, 2015. Kwisthout, Jan Karel. 2015. Jejak-jejak Masa Lalu Depok. Jakarta : BPK Gunung Mulia Jonathans, Ronald. 2012. Cornelis Chastelein Sang Penemu Depok. Jakarta : Q Publisher Seminar “Penelusuran Arsip Sejarah Depok” – Depok Pada Masa Pendudukan Jepang Dan Awal Kemerdekaan, Pemerintah Kota Depok, 2014. Sardadi, Baskoro. 1976. Museum Nasional. Bandung : Skripsi ITB Arsitektur Dept. Perencanaan dan Senirupa. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2008.Monografi Museum Jawa dan Bali. Rosenblatt, Arthur. 2001. Building Type Basics for Museums. United States : John Wiley & Sons, INC. http://www.indopos.co.id/2014/05/60-titik-cagar-budaya-terancam-hilang.html Khoirnafiya, Siti, “Peranan Museum Bagi Masyarakat Masa Kini“ https://museumku.wordpress.com/2012/01/16 / peranan-museum-bagi-masyarakat-masa-kini/
ARS-62
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 http://www.budpar.go.id/search.php?site=2&l=id&q=museum http://icom.museum/the-vision/museum-definition/ Instansi Depok Heritage Community Dinas Tata Ruang dan Permukiman Depok 2015 Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Seni Dan Budaya 2015 Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein
ARS-63