Agar Segera Naik Haji Oleh KH Abdullah Gymnastiar “Rabb kita (Allah) Azza wa Jalla tiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Pada saat itulah Allah Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan; barangsiapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri; dan barangsiapa meminta ampunan kepada-Ku pasti Aku ampuni.” (HR Al-Bukhari Muslim)
K
etika kita menyukai seseorang, kita biasanya akan mau melakukan aneka kebaikan untuk orang tersebut. Bahkan, kita rela berkorban untuknya asalkan dia bisa senang hatinya. Boleh jadi, kita akan mengundangnya untuk makan bersama di rumah kita atau mentraktirnya di restoran. Kalaupun dia terpaksa menolak undangan kita karena tidak punya ongkos untuk naik angkot atau gojek misalnya,
dengan senang hati kita mau meluangkan waktu untuk menjemputnya. Semakin kita suka kepada seseorang, akan semakin senang dan ikhlas pula kita menjamunya. Saudaraku, demikian juga ketika kita ingin bisa diundang oleh Allah Ta’ala. Resepnya sederhana saja: amalkan segala amalan yang disukai Allah Ta’ala. Perkara tidak punya uang untuk berangkat ke Baitullah, itu bukan masalah besar karena Allah akan mencukupinya. Allah akan membukakan jalan
1
yang memungkinkan kita bisa sampai ke rumah-Nya. Mungkin, kita mengeluh, “Kan, sekarang kuota haji sangat terbatas. Punya uang dan sudah daftar saja belum tentu bisa berhaji karena harus nunggu sampai sepuluh tahun lamanya!” Yakinlah, itu bukan masalah bagi Allah. Kalau Dia berkehendak, kita bisa berangkat tanpa harus terhalang oleh terbatasnya kuota. Lalu, amalan apa saja yang sangat disukai Allah Ta’ala sehingga bisa menjadi jalan bagi kita untuk dapat menunaikan ibadah haji? Saudaraku, ada sejumlah amalan yang paling disukai Allah Ta’ala apabila kita ingin diundang ke Baitullah. Amalan pertama adalah ash-shalâtu a’lâ waqtiha, shalat tepat pada waktunya. Terkhusus bagi kaum laki-laki, dia wajib shalat berjamaah di masjid. Diusahakan pula agar tidak tertinggal takbir pertama imam. Syarat ini tampak sederhana. Namun, apabila kita mampu menjaga shalat dengan sebaik-baiknya, jangan heran kalau doa kita menjadi mustajab. Belum bisa melaksanakan shalat Tahajud atau shaum sunnah, bukan masalah. Akan tetapi, apabila kita mampu senantiasa menjaga shalat tepat waktu, efek yang didapat akan sangat luar biasa. Cobalah bagi yang belum haji dan ingin segera berhaji, yang belum umrah dan ingin segera umrah, lakukan riyadhah dengan menunaikan 40 hari shalat fardhu tanpa ketinggalan takbir pertama imam. Artinya, dalam 200 waktu shalat fardhu, kita tidak pernah menjadi masbuk. Begitu takbir pertama imam, kita sudah ada di barisan makmum. Dulu, sekitar tahun 1987, Aa bisa pergi menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya, syariatnya boleh jadi karena mengamalkan amalan ini. Yakinlah saudaraku, ketika kita bersungguh-sungguh dalam taat kepada Allah, niscaya Allah Ta’ala tidak mungkin menyia-nyiakan hamba-Nya. Sesungguhnya, diberangkatkannya kita berhaji adalah bonus saja dari Allah. Ada ganjaran lebih dahsyat dari hal ini, yaitu dibebaskannya kita dari sifat munafik dan dari azab neraka. Adakah balasan sehebat ini? Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama empat puluh hari tanpa tertinggal takbir yang pertama (bersama imam), niscaya dia akan mendapatkan dua jaminan: diselamatkan dari azab neraka dan dibebaskan dari sifat munafik.” (HR Tirmidzi) Amalan kedua adalah rutinkan shalat Tahajud pada sepertiga malam. Tahajud adalah shalat yang sangat utama setelah shalat yang lima waktu. Anjuran untuk melakukan Tahajud disampaikan langsung dalam Al-Quran, “Dan pada sebahagian malam hari shalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Isrâ’, 17:79) Saudaraku, bangun pada sepertiga malam
terakhir untuk Tahajud merupakan salah satu momen yang sangat indah, spesial, dan sempurna dalam siklus harian seorang Muslim. Bahkan, dalam bahasa metafornya disebutkan bahwa pada waktuwaktu itu malaikat menjadi begitu dekat, pintu-pintu pertolongan dan rahmat Allah dibukakan. “Rabb kita (Allah) Azza wa Jalla tiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir.” Rasulullah saw. melanjutkan, “Pada saat itulah Allah Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan; barangsiapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri; dan barangsiapa meminta ampunan kepada-Ku pasti Aku ampuni.” (HR Bukhari Muslim) Apabila kita renungi hadis ini, kita akan mendapatkan sebuah kesimpulan yang mencengang kan. Bagaimana tidak, saking mulianya shalat Tahajud dan saking berkahnya waktu sepertiga malam terakhir, Allah Azza wa Jalla sampai “menyengajakan diri” mendatangi hamba-Nya demi memberikan ampunan dan mendengar serta mengabulkan apa saja yang dimintanya, baik dari urusan duniawi maupun ukhrawinya. Betapa bodohnya kita apabila tidak bersegera menyambut keistimewaan yang Allah Ta’ala hadirkan setiap malam. Siapa lagi yang dapat memberi solusi atas segala permasalahan kita selain Allah Ta’ala? Maka, kita dianggap tidak serius dalam mencari solusi, bahkan kita dianggap betah dalam kesusahan, kesempitan, dan senang dihimpit aneka masalah, apabila kita tidak mau menghadap Allah di sepertiga malam terakhir. Oleh karena itu, apabila kita ingin akhirat, mintalah kepada Allah lewat munajat di akhir malam. Demikian pula ketika kita ingin dunia: ingin punya pekerjaan, ingin punya anak, rumah, pasangan hidup, disembuhkan dari penyakit, dilunasi utangutang, terkhusus lagi menunaikan ibadah haji atau umrah, jadikan akhir malam sebagai waktu untuk meminta kepada-Nya. Insya Allah ijabah. Tunaikan shalat Tahajud secara sempurna, semisal lakukan 8 rakaat plus Witir 3 atau 5 rakaat. Pada sujud terakhir, mintalah kepada Allah agar kita bisa bersujud di depan Ka’bah. Sesungguhnya, waktu sujud adalah saat yang sangat dekat dengan Allah. Doa pada waktu itu termasuk doa yang amat mustajab. Kita pun bisa memohon kepada Allah setelah berzikir. Selain kedua amalan ini, ada amalan lain yang bisa membukakan jalan bagi kita untuk bisa bersegera ke Tanah Suci, entah haji atau umrah, antara lain: banyak bersedekah, membantu dan mendoakan orang yang berhaji, meminta didoakan oleh orang yang berhaji, birrul wallidan dan minta didoakan oleh mereka, memperbanyak doa, berusaha “memantaskan diri” sehingga layak menjadi tamu-Nya, yaitu dengan mendalami manasik haji dan melakukan amal-amal yang dicintai-Nya, plus mulai menabung untuk bisa haji atau umrah. ***
e-NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 86 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
2
Konsultasi Teteh
Assalamu’alaikum Teteh, bagaimana cara menghadapi istri yang pencemburu berat, termasuk saat saya memberi perhatian lebih kepada orangtua. Istri saya tidak pernah ikhlas dan berkata yang kurang pantas. Saya sendiri selalu berusaha untuk sabar dan tidak terpancing emosi. (0813-67xxxxx)
Menghadapi Istri Pencemburu Wa’alaikumussalam wwb. Hal pertama yang harus dipahami bahwa pasangan setiap suami istri beragam. Ada yang sudah paham agamanya dan mau mempraktikannya. Ada yang belum paham agamanya tapi dia berusaha untuk terus belajar sampai akhirnya paham. Ada pula yang belum paham agama sehingga tindakannya pun kurang tepat. Boleh jadi, maksudnya baik, yaitu dia tidak ingin kehilangan perhatian dan cinta dari suaminya. Akan tetapi, cara menyikapinya kurang tepat sehingga menimbulkan masalah. Lalu, siapa suami yang terbaik? Dialah suami yang paling sayang dan perhatian kepada istri dan anakanaknya (keluarganya). Jadi, ketika suami menghadapi kondisi semacam ini, di mana istrinya pencemburu, hal pertama yang harus dilakukan adalah “bertanggung jawab”. “Ya ... inilah tanggung jawab saya sebagai suami untuk mendidik dan mengarahkan istri.” Maka, untuk sementara, berikanlah perhatian yang lebih kepada istri dibandingkan kepada yang lain, termasuk orangtua. Kemudian, suami sedikit demi sedikit mulai berproses untuk memberikan pemahaman kepada istri tentang wajibnya berbuat baik kepada orang. Termasuk pula meyakinkan istri Susunan Redaksi
kalau apa yang dilakukannya tidak akan sampai mengurangi hak dia untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Kalau belum paham juga, suami wajib meningkatkan kesabaran dan keilmuan. Pahami bahwa meluruskan istri bagaikan meluruskan tulang yang bengkok. Kalau dikerasi dia bisa patah. Tapi, kalau dibiarkan dia tidak akan berubah. Maka, untuk meluruskannya suami perlu proses dan kesabaran ekstra. Di sinilah keterampilan berkomunikasi dan memberi pemahaman agama yang benar menjadi sangat dibutuhkan. Dan, hal ini tidak mungkin didapatkan apabila suami tidak serius untuk belajar dan mengajak istrinya pada kebaikan. Kedua, suami harus bertafakur. Boleh jadi, istri berbuat demikian adalah karena tindakannya yang terlalu berlebihan kepada orangtua, sedangkan istri sendiri sering diabaikan. Jika demikian, berusahalah untuk adil dan bersikap proporsional. Ketika, doakan istri agar dia menjadi sosok yang dibimbing Allah, menjadi sosok yang bijak dan bisa lebih paham agama. Insya Allah, doa yang tulus dari suami untuk istrinya, akan diijabah oleh Allah Ta’ala. ***
Penanggung Jawab: H. Dudung Abdulghani. Dewan Redaksi: Teh Ninih Muthmainnah, H. Dudung Abdulghani, Dr. Tauhid Nur Azhar, Yudi Firdaus. Pemimpin Redaksi: Emsoe Abdurrahman. Redaktur/ Reporter: Inayati Ashriyah, Abie Tsuraya. Layouter/Desainer: Mang Ule. Publikasi/Dokumentasi: Fajar Fakih, Yana Saputra. Sekretaris: Nita Yuliawati. Keuangan: Restu Ganggaswati. Marketing/Sirkulasi: Dadi Suryadi. email:
[email protected].
e-NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 86 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
3
Asmaul Husna
AL-MUGHNÎ
A
Allah Yang Maha Memberi Kekayaan
llah Azza wa Jalla adalah pemilik segala sesuatu. Semua yang ada di langit maupun di bumi, yang lahir maupun yang batin, di alam gaib maupun di alam fisik, di mana pun itu berada, hakikatnya adalah milik Allah semata. Dari sini dapat dipahami, kalau Dia memiliki asma’ Al-Mughnî, Zat Yang Maha Memberi Kekayaan. Bagaimana tidak, Dia adalah Al-Ghanîy, Zat Yang Mahakaya. Karena kepemilikan-Nya itu, yang disertai sifat kedermawanan dan kasih sayang-Nya, Allah Azza wa Jalla Mahakuasa untuk memberikan kekayaan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya tanpa kecuali. Kepada orang kafir, Dia berikan kekayaan. Kepada orang munafik, Dia berikan kekayaan. Apalagi kepada orang Mukmin, Dia pun memberikan kekayaan. Namun demikian, karena kemahatepatan dan kemahaadilan-Nya, kekayaan yang Allah karuniakan tersebut berbeda kadar dan kualitasnya antara satu orang dengan orang lain. Ada yang dilebihkan dan ada yang dicukupkan. Ada yang disempitkan dan ada yang diluaskan. Semua pemberian-Nya itu disesuaikan dengan kondisi orang yang menerimanya. Kita pun jangan menduga bahwa kekayaan dari Allah itu hanya berbentuk materi saja. Kekayaan yang Allah Ta’ala sebarkan sangat luas dan banyak. Setidaknya, ada dua jenis kekayaan, yaitu (1) kekayaan materi atau fisik; dan (2) kekayaan non materi atau kekayaan ruhani. Allah Ta’ala menghadirkan dua kekayaan ini karena Dia telah menciptakan manusia dalam dua dimensi, yaitu jasmani dan ruhani, sebagai perwujudan dari unsur tanah dan unsur ruh Ilahi nan suci yang Allah Ta’ala tiupkan ke dalam diri manusia.
Apabila kita bandingkan, kekayaan materi atau kekayaan fisik sangat mudah kita indrai karena dia tampak jelas dan langsung terasa atau teraba oleh fisik. Misalnya, pakaian, makanan, kendaraan, rumah, aneka barang mewah, dan sebagainya. Adapun kekayaan ruhani bersifat abstrak sehingga tidak bisa diindari secara langsung oleh mata lahir. Kebahagiaan, ketenangan, kedermawanan, keimanan, dan beragam emosi positif, termasuk ke dalam kekayaan jenis ini. Setiap manusia membutuhkan dua jenis kekayaan ini. Tuntutan keduanya harus pun dipenuhi secara proporsional dan seimbang. Kekayaan materi akan mampu ”memanjakan” dan memenuhi unsur fisik manusia, semacam makan, minum, seks, dan sebagianya. Sedangkan kekayaan ruhani akan mampu ”memanjakan” dan memenuhi kebutuhan ruhani manusia. Keduanya sangat penting dalam menjaga keberadaan manusia. Akan tetapi, kalau dilihat dari kualitas dan nilainya, kekayaan ruhani jauh lebih tinggi daripada kekayaan jasmani. Rasulullah saw. bersabda, ”Yang dinamakan kaya bukanlah dengan banyak harta benda, tetapi kekayaan (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.” (HR Bukhari Muslim) Dengan memahami asma’ Allah Al-Mughnî, kita akan meyakini bahwa semua kekayaan adalah milik Allah. Dia tidak akan mendapatkannya, sekeras apapun dia berusaha, apabila Allah Ta’ala menahannya. Di sinilah akan lahir sikap tawakkal kepada Allah. Kita tidak meminta kecuali ekpada Allah, Kita tidak mencari harta kecuali dengan cara yang diridhai Allah. Kita pun tidak akan pelit karena semua harta adalah titipan Allah. ***
e-NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 86 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
4
Mutiara Kisah
B
Bekal Haji Al-Warraq
isa mendapatkan gelar “haji mabrur” adalah dambaan setiap orang yang berhaji. Namun, untuk mendapatkannya tidak mudah. Seseorang harus melewati berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar dirinya. Hal pertama, dia harus meluruskan niat bahwa perginya dia ke Tanah Suci, semata-mata untuk beribaah kepada Allah. Hal kedua, dia harus memahami ilmu manasik. Dan, yang lain tidak kalah penting untuk diperhatikan bahwa dari sebelum berangkat haji, dia wajib menjaga dirinya dari makanan dan minuman yang diharamkan. Demikian pula dengan ongkos dan perbekalan haji, semua harus halal; tidak boleh sedikit pun tercampuri harta haram. Ada seorang ulama besar, Imam Ibnu Hamid Al-Warraq namanya. Suatu ketika, beliau melakukan perjalanan haji tahun 402 Hijriah. Namun, di tengah perjalanan
beliau kehabisan perbekalan. Pada waktu itu tidak ada makanan dan minuman yang tersisa. Beliau pun tidak mampu melakukan perjalanan dan terjatuh karena kelaparan dan kehausan. Tanpa diduga, seorang lakilaki mendatangi beliau dengan membawa sedikit air. Beliau saat itu hanya bisa bersandar pada sebuah batu dalam keadaan hampir “sekarat”. Ibnu Hamid, dalam keadaan yang amat payah bertanya kepada si pembawa air, “Dari mana air itu diperoleh? Bagaimana pula cara mendapatkannya?” Orang ini terkejut lalu menjawab, “Dalam keadaan seperti ini engkau masih bertanya masalah itu?” Akhirnya, ulama yang sudah sepuh itu mengatakan,”Justru inilah waktunya, saat bertemu kepada Allah, saya memerlukan jawaban, di mana dia berasal.” (Thabaqat Al-Hanabilah, 2/177, Ibnu Rajab Al-Hanbali) ***
INFO TEBAR WAKAF Program Tebar Wakaf Al-Quran pada minggu ke-2 September 2016 dilaksanakan di beberapa tempat, antara lain di Garut, Tasik, dan Subang. Tebar wakaf di Garut dilaksanakan di Masjid Al-Ikhlas, Kp. Kersamanah (05/09). Mushaf yang dibagikan berjumlah 400 eksemplar. Di Tasik, tebar wakaf dilaksanakan di Masjid Al-Falah (05/09), Babakan Kananga. Jumlah mushaf yang dibagikan 30 eksemplar. Adapun di Subang, tebar wakaf dilaksanakan di Diniyah dan Majelis Ta’lim As-Salaam, Kiarapedes (07/09). Di tempat ini, ada 200 mushaf yang dibagikan. ***
e-NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 86 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
5
SUPLEMEN KHUSUS IDUL ADHA
Menelisik Kandungan Gizi Daging Kurban Oleh Dr. Tauhid Nur Azhar, M.Kes.
I
dul Adha, selain kental dengan nuansa ibadah, kental pula dengan ”nuansa kuliner”, khususnya yang bernuansa daging. Bagaimana tidak, ribuan hewan kurban disembelih dan dagingnya disebar merata hampir kepada setiap orang. Pada hari itu, dan tiga hari sesudahnya, siapapun memiliki kesempatan untuk mencicipi kelezatan daging. Di Indonesia sendiri, hewan kurban yang paling mendominasi adalah sapi dan kambing atau domba. Pertanyaannya, seberapa besar gizi yang dikandung dalam daging hewan kurban, khususnya daging kambing atau domba? Apakah pengkonsumsiannya bisa mengakibatkan gangguan kesehatan, khususnya bagi orang-orang tertentu? Tidak dapat dipungkiri bahwa daging berwarna merah, semisal daging sapi dan kambing atau domba, sering mendapatkan cap buruk dengan berbagai alasan. Sebagian orang percaya bahwa daging putih (semacam daging ayam dan daging ikan) lebih sehat daripada daging merah. Orang pun sering menuding daging merah sebagai sumber kolestrol jahat yang dapat mengganggu kesehatan tubuh.
Memang, di samping menjanjikan kenikmatan dan kelezatan yang tiada taranya, daging merah yang berlemak, khususnya daging kambing, diyakini menyimpan potensi bahaya bagi kesehatan tubuh. Kadar kolesterol, trigliserida, dan lemak LDL yang tinggi merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit jantung koroner. Kadar lemak dalam darah yang tinggi akan diolah tubuh menjadi radikal lemak dan dapat menimbulkan kerusakan sel pembuluh darah. Kondisi ini pada gilirannya akan mengakibatkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah. Namun demikian, kurang bijak kalau belum apaapa kita sudah su’uzhan pada si kambing atau si domba, tanpa memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut. Padahal, boleh jadi, dengan su’uzhan itulah daging kambing yang asalnya bergizi justru malah mendatangkan penyakit. Mengapa? Sebab, sejak awal kita sudah berburuk sangka alias cemas, dan takut terkena efek buruk daging kambing yang belum tentu buruk bagi kesehatan.
e-NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 86 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
6
SUPLEMEN KHUSUS IDUL ADHA Sejumlah penelitian ilmiah pun membuktikan bahwa karunia Allah Ta’ala yang terwujud dalam daging kambing dan daging merah lainnya memiliki banyak manfaat. Bahkan, pada saat sekarang, daging merah bisa jauh berkualitas daripada tiga puluh tahun yang lalu karena teknologi pembibitan baru, strategi produksi yang lebih baik, dan teknik pengolahan daging yang lebih baik. Lemak tak jenuh, yang baik untuk kesehatan, merupakan setengah lemak dalam daging kambing atau domba. Asam palmitoleat, asam 16-karbon lemak tak jenuh tunggal ditemukan pula pada kambing. Keduanya memiliki sifat antimikroba yang kuat. Daging kambing memiliki nilai gizi tinggi karena mengandung mineral penting semacam zinc dan zat besi yang mudah diserap tubuh. Dalam tiga ons daging kambing, 30 persen kebutuhan tubuh akan zinc sudah terpenuhi. Mineral zinc ini sangat penting untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan, dan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Adapun kandungan zat besinya bisa memenuhi 17 persen kebutuhan tubuh yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Daging kambing pun kaya akan vitamin B, khususnya B12 yang berguna dalam menjaga kelancaran proses metabolisme tubuh. Satu porsi daging kambing dapat memberikan 74 sampai 100 persen dari kebutuhan harian untuk vitamin B12. Daging kambing merupakan sumber alam terbaik untuk asam amino yang disebut carnitine, yang diperlukan untuk menghasilkan energi dari asam lemak. Trace element unsur-unsur lain seperti tembaga, mangan, dan selenium juga ditemukan di dalamnya, selain berisi pasokan protein berkualitas tinggi.
mengacu kepada asas kepatutan dan keseimbangan. Hal ini diimbangi pula dengan asupan serat, antioksidan, dan sumber nitrik oksida yang memadai. Di antara sumber serat mikro yang baik adalah agar-agar dari rumput laut. Kemudian selain makanan pendamping yang menyehatkan, kita pun memerlukan aktivitas fisik berupa olahraga yang teratur. Sate Kambing yang Penuh Gizi Daging pada kambing atau domba biasanya terdapat dalam beberapa bagian utama, yaitu di pinggang, kaki, bahu, dan dada. Daging domba bertekstur halus dan memiliki merah muda dan umumnya berselimutkan lemak berwarna putih. Ada banyak teknik pengolahan daging jenis ini, bisa dibakar, diasap, direbus, hingga dijadikan korned. Daging kambing termasuk sumber gizi yang sangat baik, selain nilai plus lainnya semacam rasanya yang lezat dan baunya yang khas. Satu porsi daging kambing panggang, khususnya daging bagian pinggang, seberat 100 gram atau sekitar 3,5 oz, terkandung 199 kalori, 29 gram protein, 8 gram
Maka, jangan ragu untuk makan daging kambing, kecuali kalau Anda termasuk orang yang berisiko tinggi, semacam memiliki gangguan hipertensi. Tentu saja, untuk meminimalisasi efek negatifnya, Perbandingan Kandungan Nilai Gizi Daging Domba & Kambing Per100 gram Kandungan Gizi
Catatan: Pada setiap 100 gram berat daging domba memiliki kandungan kalori, protein, lemak, fosfor, zat besi dan vitamin yang lebih tinggi dibandingkan per 100 gram berat daging kambing.
kita pun harus lebih arif, bijak, dan cerdas dalam manajemen makan. Makanan dengan kadar lemak tinggi dapat dinikmati (wajib malah) tetapi dengan tetap
lemak, 3,6 gram lemak jenuh, 0 gram karbohidrat, 114 mg kolesterol, dan 55 mg sodium. Dalam porsi ini, terkandung pula sejumlah vitamin dan mineral,
e-NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 86 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
7
SUPLEMEN KHUSUS IDUL ADHA semacam vitamin B3 atau niasin, vitamin B12, fosfor, besi dan seng (zinc). Kandungan vitamin B12 pada 100 gram porsi pinggang dapat memenuhi 43 persen dari nilai harian yang direkomendasikan. Vitamin B12 mendukung produksi sel darah merah dan mencegah anemia atau kekurangan darah. Vitamin B12 pun mendukung fungsi sistem saraf dan membantu dalam metabolisme energi. Adapun kandungan zat besi pada 100 gram daging kambing dapat memenuhi 13 persen kebutuhan harian. Zat besi pada daging kambing dapat membantu proses transportasi oksigen ke sel-sel dan meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh. Selain itu, daging kambing pun mengandung vitamin B3 atau niasin. Jumlahnya memenuhi 39 persen dari porsi per 100 gram. Mengonsumsi daging kambing yang kaya akan niacin menawarkan perlindungan dari kemungkinan terjadinya penurunan kemampuan kognitif pada usia tua atau alzheimer. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry pada 2004. Penelitian ini melibatkan lebih dari 6.000 penduduk Chicago berusia 65 tahun dan yang lebih muda antara tahun 1993 sampai 2002.
Komposisi gizi per 100 gram daging yang digunakan olahan tongseng
Melihat fakta-fakta ini, kita layak bertasbih dan mengucap syukur kepada Allah Ta’ala. Bagaimana tidak, dengan kasih dan sayang-Nya, Dia sudah menciptakan makanan yang bergizi dalam rasa yang nikmat dan mudah didapat. Coba apa jadinya kalau daging kambing itu tidak enak dimakan? Walaupun gizinya selangit tentu saja kita ogah memakannya. Subhânallâh! Tongseng, Menu Nikmat Penuh Manfaat Olahan lain dari daging kambing atau domba adalah tongseng. Selain enak dan gurih, tongseng pun kaya akan gizi. Bagaimana tidak, di dalamnya terpadu sayuran dan daging kambing yang kaya akan protein hewani. Biasanya, bahan dasar utama tongseng yang dijual di rumah makan adalah daging kambing atau daging sapi. Kandungan gizi kedua jenis daging tersebut dapat dilihat pada tabel. Berdasarkan tabel ini, kadar protein per 100 gram daging kambing dan sapi adalah 16,6 gram dan 18,8 gram. Keunggulan utama protein hewani dibandingkan dengan protein nabati adalah memiliki komposisi asam amino esensial yang lebih lengkap, lebih mudah dicerna dan diserap tubuh. Hal yang perlu mendapatkan perhatian ketika
Sumber: Direktorat Gizi, Depkes (2004)
mengonsumsi daging adalah kandungan lemaknya. Kadar lemak per 100 gram daging kambing dan sapi adalah 9,2 gram dan 14 gram. Dari data tersebut diketahui bahwa anggapan selama ini yang menyatakan daging kambing memiliki kadar lemak paling tinggi, adalah salah. Lemak pada daging terdiri dari lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Konsumsi lemak jenuh yang tinggi berkaitan dengan timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan hipertensi.
NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 85 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
8
SUPLEMEN KHUSUS IDUL ADHA Daging kambing dan daging sapi memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan lemak tidak jenuhnya. Dalam 100 gram daging kambing, kadar lemak jenuhnya 3,6 gram dan kadar lemak tidak jenuhnya 0,6 gram. Dalam 100 gram daging sapi, kadar lemak jenuhnya 5,1 gram dan kadar lemak tidak jenuhnya 0,5 gram. Baik daging sapi maupun daging kambing mengandung kolesterol dalam jumlah tertentu. Kandungan kolesterol per 100 gram daging sapi dan daging kambing adalah 70 mg. Data tersebut merupakan kadar kolesterol pada daging tanpa lemak. Adapun kadar kolesterol pada jeroan daging sapi atau kambing masing-masing 380 mg dan 610 mg per 100 gram. Nah, tongseng biasaya terbuat dari bagian daging yang tanpa lemak atau daging yang melekat pada tulang iga atau tulang belakang. Berdasarkan data kadar kolesterol tersebut, dapat disimpulkan bahwa daging kambing, sapi, dan ayam tanpa lemak tergolong bahan pangan yang aman untuk dikonsumsi. Tentu saja, dikatakan aman apabila jumlah yang dikonsumsi tidak berlebihan dan dalam batas kewajaran. Nilai plusnya pula, tongseng kambing atau sapi biasanya dilengkapi dengan olahan sayuran yang kaya akan vitamin dan serat. Kedua zat ini dapat mereduksi efek buruk dari lemak yang terkandung dalam daging kambing atau sapi. Jadi, kalau makan tongseng, habiskan pula sayuran dan acarnya, insya Allah bermanfaat. Cita Rasa Sumsum Tulang Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang berada di dalam tulang kambing. Sumsum tulang ini, baik
sumsum tulang sapi atau kambing, memiliki cita rasa dan kandungan gizi yang khas. Apabila kita mampu mengolah dan menyajikannya dengan baik, sumsum tulang bisa menjadi salah satu menu favorit yang tidak kalah dengan menu daging. Berdasarkan penelitian, ada sejumlah nutrisi atau zat gizi dalam sumsum tulang kambing yang bermanfaat bagi kesehatan konsumennya, antara lain zat besi (480,7 mg), kalsium (8 mg), protein (4.7 mg), dan fosfor (3,1 mg). Dari kandungan gizi ini, kita bisa mendapatkan informasi penting tentang nilai positif sumsum tulang dalam menjaga dan memelihara kesehatan tubuh, antara lain: • meningkatkan kekebalan tubuh; • membantu memelihara kesehatan tulang dan gigi; • mencegah dan mengobati osteoporosis; • meningkatkan fungsi otak dan intelegensi, khususnya pada anak; • mempercepat proses penyembuhan pada pasien yang mengalami cedera tulang. ***
NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 85 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
9
NEWSLETTER TASDIQUL QUR’AN | EDISI 85 | SEPTEMBER 2016 | MINGGu ke-2
10