Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji Firmansyah Prodi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam, FPEB Universitas Pendidikan Indonesia e-mail:
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem operasional ongkos naik haji berbasis dinar di Dinar Tauhid Bandung. Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif yang terdiri dari definisi tabungan haji dan akad tabungan yang digunakan, mekanisme cara menabung, dan keuntungan bagi hasil. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak terkait, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, internet dan literatur lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa menabung dinar dengan produk m-dinar menguntungkan karena terbebas dari inflasi di mana harga ONH (dalam Rupiah) yang rata-rata naik 1,87% per tahun yaitu naik Rp. 609.362 per tahun, sedangkan harga ONH (dalam dinar) terjadi deflasi rata-rata 18,98% per tahun. Kemudian dinar rata-rata terapresiasi terhadap mata uang rupiah (fiat money) sebesar 27,47% per tahun, serta menabung dinar mendapatkan bagi hasil yang menguntungkan. Kata kunci: M-Dinar, Ongkos Naik Haji, Menabung Dinar I. PENDAHULUAN Berdasarkan data perkembangan jamaah haji Indonesia, trend jamaah yang menunaikan ibadah haji dari tahun ke tahun terus meningkat. Berikut akan disajikan tabel laporan jumlah kuota jamaah haji Indonesia
(Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah,
2012). Tabel 1 Laporan Jumlah Kuota Jamaah Haji Indonesia NO TAHUN JUMLAH JAMAAH 1 2005 188.642 2 2006 205.000 3 2007 210.000 4 2008 207.000 5 2009 210.000 6 2010 211.000 7 2011 221.000 Sumber: Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah, Kemenag RI, 2012
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|327
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji Disebabkan keterbatasan daya tampung di Mekah yang menjadikan setiap Negara di jatah (quota) jumlah orang yang bisa menunaikan ibadah haji setiap tahunnya. Jadi jika ada yang berniat menunaikan ibadah haji tahun ini, belum tentu memperoleh kesempatan pada bulan haji tahun yang akan datang, akan tetapi bisa jadi kesempatannya baru datang tiga sampai lima tahun yang akan datang. Dikarenakan kesempatan haji yang masih beberapa tahun yang akan datang, maka berapa dana yang akan disiapkan agar pada waktu kesempatan itu datang, dana haji benar-benar cukup, maka disinilah masalahnya. Komponen biaya haji yang utama adalah mata uang asing yaitu dolar Amerika Serikat untuk tiket pesawatnya dan mata uang Riyal untuk biaya hidup selama di tanah suci. Karena mata uang jamaah Indonesia adalah Rupiah (uang kertas/fiat money tidak dibackup emas), maka perencanaan ibadah haji menggunakan uang Rupiah mempunyai setidaknya dua ketidakpastian, yaitu faktor inflasi dan faktor nilai tukar (kurs). Karena dua faktor inilah maka biaya ibadah haji dalam Rupiah memiliki kecenderungan meningkat naik dari tahun ke tahun. Apalagi pada tahun 2011 dimana Rupiah mengalami penurunan nilai tukar yang tajam terhadap dolar Amerika Serikat dan Riyal, kenaikan biaya haji dalam Rupiah bisa sangat significant (Iqbal, 2011). Berikut akan disajikan tabel laporan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia. Tabel 2 Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia (ONH) No Tahun Biaya Biaya ONH Inflasi Harga Depres Biaya ONH dalam Rp 1 Dinar iasi ONH (USA (Rp) (%) (Rp) Rp dalam $) (%) (Dinar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 2005 2.732 28.462.948 551.077 51,65 2 2006 2.852 25.921.953 -8,93 783.632 42,20 33,08 3 2007 2.926 27.342.536 5,48 1.090.100 39,11 25,08 4 2008 3.430 31.178.700 14,03 1.212.480 11,23 25,71 5 2009 3.512 35.474.712 13,78 1.418.601 17,00 25,01 6 2010 3.342 30.535.854 -13,92 1.659.763 17,00 18,40 7 2011 3.549 30.771.900 0,77 2.294.887 38,27 13,41 8 2012 33.276.400 Rata-rata 1,87 27,47 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Deflasi Dinar (%) (9) 35,95 24,17 -2,52 2,75 26,43 27,12 18,98
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa biaya haji dalam rupiah (kolom ke-5) mengalami kenaikan harga (inflasi) rata-rata 1,87% per tahun. Sementara itu biaya haji jika dalam dinar (kolom ke-9) ternyata mengalami penurunan harga (deflasi) rata-rata 18,98% per tahun.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|328
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat juga diketahui bahwa biaya penyelenggaraan ibadah haji (ONH) jika mengacu pada standar uang kertas Rupiah maka terjadi kenaikan ongkos naik haji bahkan ONH tahun 2012 naik menjadi Rp. 33.276.400. Kenaikan ONH ini berdasakan keputusan yang ditetapkan oleh Komisi VIII DPR RI dan Kementrian Agama RI, kenaikan ONH inilah yang disebut dengan inflasi. Berbeda halnya jika ONH mengacu pada standar dinar (1 dinar = 4,25 gram emas 22 karat) maka yang terjadi justru sebaliknya yaitu terjadi penurunan harga, dan inilah yang disebut dengan deflasi. Untuk memenuhi ONH, calon jamaah haji dapat menggunakan produk tabungan haji dengan akad mudharabah mutlaqah Sebagaimana diketahui, bahwa untuk bisa pergi menunaikan ibadah haji, setidaknya harus mengantri selama tiga sampai lima tahun, dan selama itu pula, jika jamaah haji menabung dalam bentuk uang kertas (Rupiah) maka tidak terhindar dari inflasi (kenaikan ONH) tiap tahunnya, sehingga diperlukan cara menabung alternatif yang tahan inflasi dan lebih menguntungkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah sistem operasional ongkos naik haji berbasis dinar di Dinar Tauhid Bandung. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Pada dasarnya angka inflasi digunakan untuk menggambarkan gejala terjadinya kenaikan harga-harga barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu. Inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Pada saat ini, persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen karena sangat membutuhkannya harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama (al-Maqrizi, t.th). Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian (Sukirno, 2002). Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai mata uang (Manullang, 1993). Sedangkan menurut Khalwaty (2000) inflasi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang suatu negara).
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|329
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji Uang dalam masyarakat menjadi alat pertukaran yang lazim diterima di mana barang dan jasa dapat diperdagangkan dengan uang. Uang itu sendiri dapat berbentuk dan terbuat dari berbagai macam bahan (mulai dari logam mulia sampai dengan bahan yang kurang berharga seperti kertas / fiat money atau logam biasa). Pada masa kini nilai intrinsik (nilai bahan yang digunakan sebagai uang) biasanya jauh lebih kecil daripada nilai nominal dari uang tersebut. Akibat dari rendahnya nilai intrinsik uang inilah yang menjadi salah satu sebab terjadinya inflasi (Karim, 2004). Sebagai contoh, uang kertas bernominal Rp. 100.000, nilai intrinsiknya hanya
Rp. 500 (Saifullah, 2009).
B. Biaya Menurut Mulyadi (2005) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya ada yang berkaitan dengan muamalah dan ibadah. Sebagaimana diketahui bahwa haji adalah termasuk ibadah, dan akad yang digunakan untuk menunaikan ibadah haji adalah akad tabarru’. Akad tabarru’ (akad kebaikan) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non-for profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan (dalam hal ini pemerintah sebagai pengurus utama) boleh meminta kepada counter-part-nya (calon jamaah haji) untuk sekedar menutupi biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya (Karim, 2009). Untuk dapat menunaikan ibadah haji dalam hal ini. Pemerintah tentu saja memerlukan pihak lain dalam hal ini adalah para perusahaan jasa maskapai, pemondokan, cattering, dan sebagainya. Perusahaan ini posisinya berbeda dengan pemerintah yang mana pemerintah sebagai public services sedangkan perusahaanperusahaan itu memang didirikan untuk mencari profit (akad tijarah). Dalam memenuhi biaya ibadah haji (ONH) bisa menggunakan uang bentuk rupiah (fiat money) atau dinar (full bodied money). Oleh karena itu perlu kiranya pembahasan terkait dengan uang yang akan dibahas di bawah ini. C. Uang Perkiraan nilai barang dan jasa di negara manapun dinyatakan dengan satuansatuan, maka satuan inilah yang menjadi standar yang dipergunakan untuk mengukur
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|330
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji kegunaan barang dan tenaga/jasa. Satuan-satuan ini menjadi alat tukar (medium of exchange). Satuan-satuan inilah yang disebut dengan sebutan uang. Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Oleh karena itu uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga/jasa. Misalkan harga adalah standar untuk barang, sedangkan upah adalah standar untuk manusia, yang masing-masing merupakan perkiraan masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga/jasa orang (an-Nabhani, 2009). Uang adalah standar nilai ukuran harga, yaitu sebagai media pangukur nilai harga komoditas dan jasa, dan perbandingan harga komoditas dengan komoditas lainnya. Pada sistem barter, sangat sulit untuk mengetahui harga komoditas dengan harga komodias yang lainnya. Dan demikian pula dengan harga sebuah jasa terhadap jasa-jasa lainnya (Hasan, 2005). Menurut Ibnu al-Qayyim (1991) dinar dan dirham adalah nilai harga barang komoditas. Nilai harga adalah ukuran yang dikenal untuk mengukur harta maka wajib bersifat spesifik dan akurat, tidak naik dan tidak pula menurun. Karena kalau unit nilai harga bisa naik dan turun seperti komoditas sendiri, tentunya kita tidak lagi mempunyai ukuran yang bisa dikukuhkan untuk mengukur nilai komoditas. Bahkan semuanya adalah komoditas. Beliau mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran untuk nilai harga komoditas dan menyaratkan uang harus memiliki kekuatan dan daya beli yang bersifat tetap agar berfungsi sebagaimana mestinya yaitu tidak terjadi inflasi. Bisa dibayangkan bagaimana kekacauan yang terjadi di pasar-pasar jika panjang meter berubah-ubah tanpa perkiraan dari waktu ke waktu; terkadang panjang meter 150 sentimeter, kadang 75 sentimeter, dan kemudian 90 sentimeter. Tentu banyak urusan manusia dan interaksi mereka akan mengalami kekacauan (Syafi'i, 1982). Sebagaimana diketahui kekacauan ini terjadi sekarang ketika jenis uang yang digunakan adalah uang kertas (fiat money) yang tidak di-backup oleh emas seperti halnya rupiah yang termasuk fiat money memiliki nilai intrinsik (nilai bahan yang digunakan sebagai uang) lebih kecil daripada nilai nominalnya. Akibat dari rendahnya nilai intrinsik uang kertas inilah yang menjadi salah satu sebab terjadinya inflasi (Karim, 2004). Kata Nuqud tidak terdapat dalam al-Qur’an maupun hadits Nabi Saw., karena bangsa Arab umumnya tidak menggunakan kata nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|331
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji (al-Kramly, 1987), kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak (alNaqsyabandi, 1969). Mereka juga menggunakan kara Wariq untuk menunjukkan dirham perak, dan kata ‘Ain untuk menunjukkan dinar emas (al-Fayumi, 1926). Sedang kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang murah (Wajdi, t.th). D. Tabungan Haji Berbasis Dinar Komponen biaya haji yang utama adalah mata uang asing yaitu Dolar Amerika Serikat untuk tiket pesawatnya dan Saudi Riyal untuk biaya hidup selama di sana. Karena mata uang di negara Indonesia adalah Rupiah, maka perencanaan ibadah haji menggunakan mata uang Rupiah mempunyai setidaknya dua ketidakpastian, yaitu faktor inflasi dan faktor nilai tukar. Karena dua faktor inilah maka biaya ibadah haji kita dalam Rupiah memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi pada tahun dimana Rupiah mengalami penurunan nilai yang tajam terhadap Dolar Amerika Serikat dan Riyal, kenaikan biaya haji dalam Rupiah bisa sangat significant. Karena Tabungan dinar (Mdinar) menggunakan konsep Akad Mudharabah, penabung Dinar tidak dikenakan biaya penyimpanan atau biaya apapun. Bahkan nantinya setelah Dinar benar-benar berputar secara fisik mendanai kegiatan ekonomi sektor riil, penabung M-Dinar akan mendapatkan bagi hasilnya dalam bentuk Dinar (Iqbal, 2009). Berikut adalah contoh menabung dinar, Bulan Januari kita menabung Rp. 750.000 (misalkan harga dinar saat itu Rp. 1.500.000), maka saldo m-dinar adalah 0,5 dinar. Bulan Februari jika menabung lagi Rp. 400 ribu (harga dinar Rp. 1.600.000), tabungan m-dinar bertambah 0,25 dinar. Bulan Maret jika menabung lagi Rp. 560 ribu (harga dinar Rp. 1.600.000), tabungan m-dinar bertambah 0,35 dinar. Jadi totalnya 1,1 dinar (Anindita, 2010). 1) Januari – Rp. 750.000/1.500.000 – 0,5 dinar 2) Februari – Rp. 400.000/1.600.000 – 0,25 dinar 3) Maret – Rp. 560.000/1.600.000 – 0,35 dinar 4) Total – 1,1 dinar (fisik dinar dapat diambil/dikirim)
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|332
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang terdiri meliputi definisi tabungan haji dan akad tabungan yang digunakan, mekanisme cara menabung, dan keuntungan bagi hasil. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang hanya menggambarkan keadaan dari objek yang diteliti berkaitan dengan objek yang dibahas dalam penelitian (Arikunto, 2002). Jenis penelitian ini digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2006). Dengan demikian jenis penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tapi menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel gejala dan keadaan. B. Teknik Pengumpulan Data Pada bagian ini dikemukakan bahwa, dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi (pengamatan), wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau trianggulasi. Perlu dikemukakan kalau teknik pengumpulan datanya dengan observasi, maka perlu dikemukakan apa yang diobservasi, kalau diwawancara, kepada siapa akan melakukan wawancara (Sugiyono, 2009). C. Sumber Data Untuk mengetahui sumber data yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
No
1
DATA
Tabel 3 Sumber Data SUMBER DATA
Sistem operasional ONH berbasis dinar
Primer Sekunder
KETERANGAN Wawancara kepada Sukmalinto Pengelola Dinar Tauhid Bandung Buku, internet, dan literatur lainnya
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012 D. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|333
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat melakukan studi dokumentasi, peneliti sudah melakukan analisis terhadap dokumentasi yang diperoleh. Bila jawaban dari studi dokumentasi setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pencarian dokumentasi lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel/dapat dipercaya karena argumentasi/dalilnya lebih kuat. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data,
yaitu
data
collection,
data
reduction,
data
display,
dan
conclusion
drawing/verification. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tabungan Haji Berbasis Dinar dan Akad yang Digunakan Berikut disajikan tabel tentang definisi, akad, tujuan, serta kesesuaian dengan Fatwa DSN tabungan berbasis dinar (Sukmalinto, 2012). Tabel 4 Definisi, Akad Dan Tujuan Serta Fatwa DSN Tabungan Haji Berbasis Dinar NO 1
ASPEK
TABUNGAN HAJI BERBASIS DINAR
DEFINISI
Tabungan haji berbasis dinar (m-dinar) adalah tabungan dinar (emas 22 karat) yang ditujukan salah satunya untuk memenuhi ongkos naik haji (ONH) AKAD 2 Mudharabah Muthlaqah TUJUAN 3 Proteksi nilai asset dan investasi dana haji (dapat bagi hasil) FATWA DSN 4 Sesuai Fatwa DSN MUI No 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan Sumber: hasil penelitian, data diolah. 1. Definisi dan Akad Tabungan Haji Berbasis Dinar Perkiraan nilai barang dan jasa di negara manapun dinyatakan dengan satuansatuan, maka satuan inilah yang menjadi standar yang dipergunakan untuk mengukur kegunaan barang dan tenaga/jasa. Satuan-satuan ini menjadi alat tukar (medium of exchange). Satuan-satuan inilah yang disebut dengan sebutan uang. Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Oleh karena itu uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga/jasa. Misalkan harga adalah standar untuk barang, sedangkan upah adalah standar untuk
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|334
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji manusia, yang masing-masing merupakan perkiraan masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga/jasa orang (an-Nabhani, 2009) . Uang adalah standar nilai ukuran harga, yaitu sebagai media pangukur nilai harga komoditas dan jasa, dan perbandingan harga komoditas dengan komoditas lainnya. Pada sistem barter, sangat sulit untuk mengetahui harga komoditas dengan harga komodias yang lainnya. Dan demikian pula dengan harga sebuah jasa terhadap jasa-jasa lainnya (Hasan, 2005). Menurut Ibnu al-Qayyim (1991) dinar dan dirham adalah nilai harga barang komoditas. Nilai harga adalah ukuran yang dikenal untuk mengukur harta maka wajib bersifat spesifik dan akurat, tidak naik dan tidak pula menurun. Karena kalau unit nilai harga bisa naik dan turun seperti komoditas sendiri, tentunya kita tidak lagi mempunyai ukuran yang bisa dikukuhkan untuk mengukur nilai komoditas. Bahkan semuanya adalah komoditas. Beliau mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran untuk nilai harga komoditas dan menyaratkan uang harus memiliki kekuatan dan daya beli yang bersifat tetap agar berfungsi sebagaimana mestinya yaitu tidak terjadi inflasi. Bisa dibayangkan bagaimana kekacauan yang terjadi di pasar-pasar jika panjang meter berubah-ubah tanpa perkiraan dari waktu ke waktu; terkadang panjang meter 150 sentimeter, kadang 75 sentimeter, dan kemudian 90 sentimeter. Tentu banyak urusan manusia dan interaksi mereka akan mengalami kekacauan (Syafi'i, 1982). Sebagaimana diketahui kekacauan ini terjadi sekarang ketika jenis uang yang digunakan adalah uang kertas (fiat money) yang tidak di-backup oleh emas seperti halnya rupiah yang termasuk fiat money memiliki nilai intrinsik (nilai bahan yang digunakan sebagai uang) lebih kecil daripada nilai nominalnya. Akibat dari rendahnya nilai intrinsik uang kertas inilah yang menjadi salah satu sebab terjadinya inflasi (Karim, 2004). Kata Nuqud tidak terdapat dalam al-Qur’an maupun hadits Nabi Saw., karena bangsa Arab umumnya tidak menggunakan kata nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas (al-Kramly, 1987), kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak (alNaqsyabandi, 1969). Mereka juga menggunakan kara Wariq untuk menunjukkan dirham perak, dan kata ‘Ain untuk menunjukkan dinar emas (al-Fayumi, 1926). Sedang kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang murah (Wajdi, t.th).
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|335
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji Mudharabah mutlaqah adalah jenis mudharabah yang mana tidak ada pembatasan bagi lembaga keuangan syariah (LKS) dalam menggunakan dana yang dihimpun. Penabung tidak memberikan persyaratan apa pun kepada LKS, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak digulirkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi LKS memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan/menggulirkan dana penabung ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan dan tentunya halal (Karim, 2009). Menurut Karim (2009) Rukun mudharabah terpenuhi secara sempurna: a)
Ada mudharib (pengelola)
b)
Ada shahibul mal (pemilik dana)
c)
Ada usaha yang akan dibagihasilkan
d)
Ada nisbah keuntungan
e)
Ada ijab qabul
Komponen biaya haji yang utama adalah mata uang asing yaitu Dolar Amerika Serikat untuk tiket pesawatnya dan Saudi Riyal untuk biaya hidup selama di sana. Karena mata uang di negara Indonesia adalah Rupiah, maka perencanaan ibadah haji menggunakan mata uang Rupiah mempunyai setidaknya dua ketidakpastian, yaitu faktor inflasi dan faktor nilai tukar (kurs). Karena dua faktor inilah maka biaya ibadah haji kita dalam Rupiah memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi pada tahun dimana Rupiah mengalami penurunan nilai (terdepresiasi) yang tajam terhadap Dolar Amerika Serikat dan Riyal, kenaikan biaya haji (inflasi) dalam Rupiah bisa sangat significant. Karena Tabungan dinar (m-dinar) menggunakan konsep Akad Mudharabah, penabung Dinar tidak dikenakan biaya penyimpanan atau biaya apapun. Bahkan nantinya setelah Dinar benar-benar berputar secara fisik mendanai kegiatan ekonomi sektor riil, penabung m-dinar akan mendapatkan bagi hasilnya dalam bentuk Dinar (Iqbal, 2009). Berikut adalah contoh menabung dinar, Bulan Januari kita menabung Rp. 750.000 (misalkan harga dinar saat itu Rp. 1.500.000), maka saldo m-dinar adalah 0,5 dinar. Bulan Februari jika menabung lagi Rp. 400.000 (harga dinar Rp. 1.600.000), tabungan m-dinar bertambah 0,25 dinar. Bulan Maret jika menabung lagi Rp. 560.000 (harga dinar Rp.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|336
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji 1.600.000), tabungan m-dinar bertambah 0,35 dinar. Jadi totalnya 1,1 dinar (Anindita, 2010). 1) Januari – Rp. 750.000/1.500.000 – 0,5 dinar 2) Februari – Rp. 400.000/1.600.000 – 0,25 dinar 3) Maret – Rp. 560.000/1.600.000 – 0,35 dinar 4) Total – 1,1 dinar (fisik dinar dapat diambil/dikirim) 2. Tujuan Tabungan m-dinar bertujuan selain investasi dana haji, juga bertujuan untuk melindungi nilai asset dari inflasi, karena sebagaimana kita ketahui dinar adalah mata uang Islam yang nilai nominal satu dinarnya setara dengan nilai intrinsiknya (nilai riil) bahan mata uang yaitu 4,25 gram emas 22 karat. Uang yang memiliki nilai intrinsik yang sesuai dengan nilai nominalnya maka daya tukarnya akan stabil terhadap barang dan jasa dengan kata lain lebih tahan inflasi. Sebaliknya jika uang nilai intrinsiknya tidak sesuai dengan nilai nominalnya maka daya tukarnya tidak stabil terhadap barang dan jasa (rentan inflasi). Nilai intrinsik uang berfungsi sebagai lindung nilai (hedging) atas dirinya sendiri dari inflasi
(Hamidi, 2007). Sehingga dinar nilainya stabil dan cenderung kuat daya
belinya terhadap ONH. Bisa dibayangkan bagaimana kekacauan yang terjadi di pasar-pasar jika panjang meter berubah-ubah tanpa perkiraan dari waktu ke waktu, terkadang panjang meter 150 sentimeter, kadang 75 sentimeter, dan kemudian 90 sentimeter. Tentu banyak urusan manusia dan interaksi mereka akan mengalami kekacauan
(Syafi'i, 1982).
Pada
kenyataanya itulah yang terjadi dalam interaksi antar manusia setelah diberlakukannya uang kertas (fiat money) yang tidak memiliki daya tukar berkekuatan tetap sehingga beresiko mengalami berbagai kondisi inflasi (Hasan, 2005). 3. Kesesuaian dengan Fatwa DSN Sedangkan terkait dengan kesesuaian fatwa DSN MUI No 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan, tabungan ONH dinar telah memenuhi ketentuan fatwa yang dimaksud yaitu ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah (MUI, 2000) : 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank /LKS bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|337
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank /LKS tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
B. Mekanisme Cara Menabung Tabungan Haji Berbasis Dinar Tabel 5 Mekanisme Cara Menabung Tabungan Haji Berbasis Dinar N ASPEK TABUNGAN HAJI BERBASIS DINAR O 1 Pembukaan rekening Cukup rumit, karena registrasi via internet 2 Biaya administrasi Rp. 20.000,pembukaan rekening 3 Setoran awal Minimal 0,25 dinar (atau 25%*kurs jual dinar saat itu), setoran selanjutnya minimal 0,1 dinar. 4 Pencairan/penarikan Dapat dicairkan/ditarik dalam bentuk rupiah atau jika tabungan dalam bentuk dinar minimal 1 dinar. 5 Lembaga Penjamin Tidak dijamin LPS Simpanan (LPS) 6 Biaya administrasi Tidak ada bulanan 7 Biaya Penutupan Tidak ada rekening karena batal berangkat haji 8 Pendaftaran melalui Tidak Online Siskohat Sumber: hasil penelitian, data diolah. Dari tabel di atas dapat diketahui : (1) dari segi pembukaan rekening, tabungan haji basis dinar pembukaan rekening cukup rumit karena via internet. (2) segi biaya administrasi saat pembukaan rekening, tabungan haji basis dinar terdapat biaya yaitu Rp 20.000. (3) segi setoran awal dan setoran selanjutnya, tabungan haji basis dinar setoran awal minimal 0,25 dinar dan setoran selanjutnya minimal 0,1 dinar. (4) segi pencairan/penarikan dana, tabungan haji basis dinar dapat dicairkan/ditarik setiap waktu dalam bentuk rupiah atau jika dalam bentuk dinar minimal 1 dinar. (5) segi Lembaga
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|338
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji Penjamin Simpanan, tabungan basis dinar tidak dijamin LPS karena bentuknya koperasi BMT bukan bank. (6) biaya administrasi bulanan gratis. (7) segi penutupan rekening karena batal berangkat haji, tabungan basis dinar tidak ada biaya penutupan tabungan. (8) segi pendaftaran melalui SISKOHAT, tabungan haji basis dinar tidak online karena Dinar Tauhid bukan Bank/LKS penerima setoran haji yang telah ditetapkan pemerintah. Menurut Mulyadi (2005), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya ada yang berkaitan dengan muamalah dan ibadah. Sebagaimana diketahui bahwa haji adalah termasuk ibadah, dan akad yang digunakan untuk menunaikan ibadah haji adalah akad tabarru’. Akad tabarru’ (akad kebaikan) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non-for profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan (dalam hal ini pemerintah sebagai pengurus utama) boleh meminta kepada counter-part-nya (calon jamaah haji) untuk sekedar menutupi biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat menunaikan ibadah haji dalam hal ini (Karim, 2009). Pemerintah tentu saja memerlukan pihak lain dalam hal ini adalah para perusahaan jasa maskapai, pemondokan, cattering, dan sebagainya. Perusahaan ini posisinya berbeda dengan pemerintah yang mana pemerintah sebagai public services sedangkan perusahaan-perusahaan itu memang didirikan untuk mencari profit (akad tijarah). Dalam memenuhi biaya ibadah haji (ONH) bisa menggunakan uang bentuk rupiah (fiat money) atau dinar (full bodied money). C. Keuntungan Bagi Hasil Tabungan Haji Berbasis Dinar Tabel 6 Keuntungan Bagi Hasil Tabungan Haji Berbasis Dinar N O 1 2
ASPEK
TABUNGAN HAJI BERBASIS DINAR
Tipe sistem bagi hasil Nisbah bagi hasil
Sistem Profit sharing 50% customers : 50% Gerai Dinar/Dinar Tauhid 3 Teknis perhitungan bagi hasil Tidak rumit, memakai aplikasi komputer 4 Bagi hasil dapat meng-cover laju Dapat meng-cover laju inflasi naiknya harga inflasi tahunan. ONH Sumber: hasil penelitian, data diolah.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|339
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji
1. Tipe Sistem Bagi Hasil Makna mudharabah dalam penghimpunan dana menempatkan shahibul mal atau nasabah penabung sebagai pihak pertama, sedangkan mudharib atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai pihak kedua selaku pengelola dana. Dengan demikian ia adalah akad kerjasama antara pihak pertama dan pihak kedua dalam pengelolaan harta dengan membagi keuntungan usaha (bagi hasil) sejalan dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad (Hakim, 2011). Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut (Tim Pengembangan Perbankan Syariah BI, 2001). Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance (Falah, 2003). Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (nett profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue. Dinar Tauhid mempergunakan tipe sistem bagi hasil Profit Sharing. 2. Teknik Perhitungan Sebagaimana kita ketahui bahwa jika seseorang memiliki uang yang cukup untuk melunasi ONH belum tentu tahun itu juga naik haji, karena harus mengantri disebabkan terbatasnya kuota. Apalagi bagi nasabah yang masih belum lunas dan terus menabung sampai ONH nya lunas bisa sampai lima tahun lagi nasabah itu menunggu. Sedangkan uang yang dimiliki nasabah dan ditabungkan dalam bentuk uang kertas (fiat money) yang rawan inflasi dengan rata-rata inflasi tahunan ONH adalah 1,87% per tahun (Lihat Tabel 2, hlm. 2). Maka bisa dihitung apakah bagi hasil dari menabung dengan uang kertas dapat menutupi laju inflasi tahunan tersebut, berikut perhitungannya. Inflasi atau naiknya harga ONH rata-rata naik 1,87% per tahun (r =0,0187). Harga ONH tahun 2011= Rp. 30.771.900 (Present Value). Berapa harga ONH 5 tahun yang akan datang (n =5)? :
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|340
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji
1) Rumus FV = PV*(1+r)^n (Karim, 2009). 2) FV = 30.771.900*(1+0,0187)^5 = 33.758.700 3) Jadi pada lima tahun mendatang yaitu tahun 2016, dengan asumsi kenaikan 1,87% per tahun (r = 0,0187), diperkirakan ongkos naik haji tahun 2016 adalah Rp. 33.758.700. 33.758.700 - 30.711.900 (harga ONH tahun 2011) = Rp 3.046.800 :5 tahun= Rp. 609.362 per tahun. Jadi harga ONH rata-rata naik sebesar Rp. 609.362 per tahun. Berikut ikhtisarnya: 1) Ongkos naik haji tahun 2011 yaitu Rp 30.771.900 2) Ongkos naik haji lima tahun mendatang yaitu tahun 2016 ialah Rp 33.758.700 3) Harga ONH rata-rata naik sebesar Rp. 609.362 per tahun
Kemudian berapa ongkos naik haji lima tahun mendatang jika dalam nilai dinar?, berikut langkahnya: 1) Mencari tahu harga satu dinar pada lima tahun mendatang dengan rumus FV. 2) Rumus FV = PV*(1+r)^n (Karim, 2009). 3) Keterangan, FV = future value yaitu harga dinar di masa mendatang PV = present value yaitu harga dinar saat ini tahun 2011 r = prosentase kenaikan dinar terhadap rupiah (apresiasi dinar) n = jangka waktu 4) FV = 2.295.000*(1+0,2747)^5 = 7.723.650 5) Berdasarkan Tabel 2 di atas depresiasi rupiah atau apresiasi dinar rata-rata adalah 27,47% (r = 0,2747), Jadi harga dinar pada lima tahun mendatang (yaitu tahun 2016) diprediksikan adalah Rp 7.723.650. 6) Jadi ongkos naik haji lima tahun mendatang yaitu tahun 2016 jika dalam dinar menjadi Rp.33.758.700: Rp.7.723.650= 4,37 dinar. 7) Untuk mengetahui harga ONH rata-rata turun per tahun dalam dinar adalah= 13,41 [harga ONH tahun 2011] – 4,37 [harga ONH tahun 2016]= 9,03 dinar 8) 9,03 dinar : 5 tahun = 1,81 dinar. 9) Jadi harga ONH kalau menggunakan dinar rata-rata turun 1,81 dinar per tahun.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|341
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji
Berikut ikhtisarnya: 1) Ongkos naik haji tahun 2011 yaitu Rp 30.771.900 : Rp 2.295.000 [harga 1 dinar tahun 2011] = 13,4 dinar 2) Ongkos naik haji lima tahun mendatang yaitu tahun 2016 ialah Rp 33.758.700 :7.723.650 [harga 1 dinar tahun 2016]= 4,37 dinar. Dengan hitungan di atas, telah terjadi deflasi (turun harga ONH) dan ini berarti calon jamaah haji mempunyai target untuk menabung hanya 4,37 dinar. Jika mulai bulan januari 2011 menabung 0,25 dinar saja perbulan (atau Rp 2.295.000*25%= Rp.573.750 per bulan), maka pada bulan ke-18 (yaitu bulan juli 2013) calon jamaah haji sudah bisa mendaftarkan diri untuk naik haji [18 bulan X 0,25 dinar= 4,5 dinar]. Perhitungan bagi hasil (akad qirad) yang ada di Gerai Dinar dengan agen resminya Dinar Tauhid, ilustrasinya sebagai berikut: a) Seseorang investor (penabung) menanamkan modal atau menempatkan dinarnya di Gerai Dinar dengan mengqirad kan 1 dinarnya. b) Setiap 1 Dinar Anda berhasil dijual oleh Gerai Dinar ke masyarakat, segera hasil penjualan Dinar Anda (dalam Rupiah) dibelikan Dinar kembali ke Logam Mulia oleh Gerai Dinar, agar Modal Anda senantiasa terjaga dalam nilai bentuk Dinar. c) Karena besarnya volume pembelian Gerai Dinar ke Logam Mulia, maka 1 Dinar milik Anda ikut menikmati selisih harga pembelian Gerai Dinar ke Logam Mulia. d) Setiap hasil penjualan 1 Dinar Anda kepada masyarakat didapatkan Rupiah, lalu dibelikan kembali ke Logam Mulia (LM), sehingga dicetak 1 dinar lagi dan sekarang menjadi 2 Dinar. e) Dari tiap 1 Dinar tambahan dari LM tersebut, ketika dijual ke masyarakat tidak boleh lebih tinggi dari 5% di atas biaya perolehan dari LM. Artinya 5% (0,05 Dinar) ini adalah pendapatan kotor sehingga harus kami keluarkan untuk pajak netto 2% (0,02 Dinar) ; untuk Gerai Dinar support (administrasi, pengelolaan dan layanan) yaitu 1% (0,01 Dinar). Berarti keuntungan bersih 0,02 Dinar. Sistem Profit Sharing. f)
Nisbah Keuntungan 50%:50% ; maka Anda sebagai shahibul mal mendapatkan 0,01 Dinar dan Penjual (Dinar Tauhid sebagai agen resmi Gerai Dinar) juga mendapatkan 0,01 Dinar.
g) Asumsinya kami dapat menjual kembali 2 minggu setelah Dinar Anda kita terima kembali dari logam Mulia yang juga memakan waktu kurang lebih 2 minggu untuk
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|342
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji membuatnya; maka secara teoritis modal Anda akan berputar kurang lebih sekali dalam satu bulan. h) Apabila kami sukses menjual satu kali dalam satu bulan, maka dalam 12 bulan Modal Anda telah menjadi 1 Dinar + 0,01* 12 = 1,12 Dinar i)
Atau bila diambil amannya kami hanya berhasil menjual/memutar sekali dalam 2 bulan, maka maka Dinar Anda menjadi 1 Dinar + 0,01*6 = 1,06 Dinar
j)
Angka-angka tersebut tidak mengikat artinya bersifat prediksi, karena akan menjadi Riba apabila kita janjikan angka yang pasti.
Sekarang, yang akan dihitung, apakah bagi hasil dari tabungan m-dinar akan mampu menutupi (meng-cover) laju inflasi tahunan yaitu naiknya harga ONH rata-rata Rp 609.362 per tahun, berikut perhitungannya:
a) Tahun 2011 harga ONH dalam Dinar = 13,4 dinar. Dan nasabah menyimpannya di m-dinar. b) 13,4 dinar ini diqiradkan oleh Dinar Tauhid sebagai agen resmi Gerai Dinar c) Setiap 1 dinar yang sukses terjual maka didapat keuntungan bersih 0,02 dinar dan dibagi dengan nisbah 50%:50%, berarti bagi nasabah memperoleh 0,01 dinar. d) Apabila kami sukses menjual 1 kali dalam satu bulan yaitu menjual 1 dinar, maka nasabah mendapatkan 0,01 dinar/bulan. e) Berarti jika dalam 1 bulan berhasil menjual 1 dinar, maka 1 dinar*0,01 = 0,01 dinar/ bulan. f)
Jika setahun berarti 0,01 dinar*12 bulan= 0,12 dinar.
g) Kemudian 0,12 dinar ini dikalikan 5 tahun (karena berangkat hajinya diprediksikan 5 tahun lagi dari tahun 2011). 0,12 dinar*5 tahun= 0,6 dinar. h) Kemudian 0,6 dinar ini dikalikan harga dinar tahun 2016 diprediksikan Rp.7.723.650. 0,6*Rp 7.723.650 = Rp 4.634.190 (inilah prediksi bagi hasil tahun 2016). i)
Untuk mengetahui bagi hasil per tahunnya maka Rp 4.634.190 : 5 tahun= rata-rata bagi hasilnya per tahun adalah Rp 926.838.
j)
Kesimpulannya, rata-rata bagi hasil m-dinar Rp 926.838/tahun ternyata dapat menutupi (meng-cover) laju inflasi tahunan yaitu naiknya harga ONH rata-rata Rp 609.362/tahun. (prediksi).
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|343
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji k) Sebenarnya apabila 13,4 dinar itu (harga ONH tahun 2011) hanya disimpan saja tanpa diqiradkan, maka secara otomatis akan naik karena dinar memiliki nilai intrinsik riil (4,25 gram emas 22 karat), maka lima tahun yang akan datang yaitu tahun 2016, dinar akan terapresiasi terhadap rupiah rata- rata 27,47% per tahun. (Lihat Tabel 2, hlm. 2).
Dengan harga prediksi 1 dinar tahun 2016 adalah Rp 7.723.650, maka nilai 13,4 dinar pada tahun 2016 adalah Rp 103.496.910 (prediksi) (Rp 7.723.650 [harga 1 dinar tahun 2016] X 13,4 dinar), yang asalnya nilai 13,4 dinar tahun 2011 adalah Rp 30.753.000 (Rp. 2.295.000 [harga 1 dinar tahun 2011] X 13,4 dinar). Inilah yang disebut dengan apresiasi dinar terhadap rupiah, maksudnya yaitu menguatnya nilai tukar dinar terhadap mata uang rupiah. Apresiasi adalah menguatnya nilai tukar mata uang, sedangkan depresiasi adalah menurunnya nilai tukar mata uang (Karim, 2009). Jelas terlihat dari perhitungan di atas bahwa rupiah mengalami depresiasi terhadap dinar. Terkait
dengan
inflasi,
pada
dasarnya
angka
inflasi
digunakan
untuk
menggambarkan gejala terjadinya kenaikan harga-harga barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu. Inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus. Pada saat ini, persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan dan konsumen karena sangat membutuhkannya harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama (al-Maqrizi, t.th). Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian (Sukirno, 2002). Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai mata uang (Manullang, 1993). Sedangkan menurut Khalwaty (2000) inflasi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang suatu negara). Uang dalam masyarakat menjadi alat pertukaran yang lazim diterima di mana barang dan jasa dapat diperdagangkan dengan uang. Uang itu sendiri dapat berbentuk dan terbuat dari berbagai macam bahan (mulai dari logam mulia sampai dengan bahan yang kurang berharga seperti kertas / fiat money atau logam biasa). Pada masa kini nilai intrinsik (nilai bahan yang digunakan sebagai uang) biasanya jauh lebih kecil daripada nilai
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|344
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji nominal dari uang tersebut. Akibat dari rendahnya nilai intrinsik uang inilah yang menjadi salah satu sebab terjadinya inflasi (Karim, 2004). Sebagai contoh, uang kertas bernominal Rp. 100.000, nilai intrinsiknya hanya
Rp. 500 (Saifullah, 2009).
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem operasional tabungan ongkos naik haji (ONH) berbasis dinar di Dinar Tauhid Bandung dapat dijelaskan dalam aspek/karakteristik definisi tabungan haji berbasis rupiah, akad, cara menabung dan bagi hasil; 1. Tabungan haji berbasis dinar di Dinar Tauhid Bandung disebut dengan nama m-dinar (menabung dinar), yaitu tabungan dinar (emas 22 karat) yang ditujukan salah satunya untuk memenuhi ongkos naik haji (ONH). 2. Akad yang digunakan pada tabungan dinar adalah mudharabah mutlaqah. Dan sesuai fatwa DSN MUI No 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan. 3. Cara menabung cukup sulit terutama bagi orang yang tidak terbiasa memakai internet, karena pembukaan rekening menggunakan internet. 4. Biaya administrasi pembukaan rekening Rp. 20.000, dan tidak ada biaya admisnistrasi bulanan, serta tidak ada biaya penutupan rekening, setoran awal minimal 0,25 dinar, setoran selanjutnya minimal 0,1 dinar. 5. Tabungan dapat dicairkan dalam bentuk rupiah atau dinar, tidak dijamin oleh LPS, serta tidak bisa melakukan pendaftaran online SISKOHAT. 6. Nisbah bagi hasil m-dinar adalah 50% bagi nasabah dan 50% bagi Dinar Tauhid sebagai agen resmi Gerai Dinar dari keuntungan bersih (profit sharing). 7. Bagi hasil m-dinar Rp. 926.838 per tahun (prediksi) dapat mengcover rata-rata laju inflasi tahunan (rata-rata naiknya harga ONH tiap tahun yaitu Rp. 609.362/tahun). B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan membuat instrumen moneter yang benarbenar solutif yaitu mem-backup mata uang rupiah dengan emas sehingga memiliki nilai intrinsik riil, pemerintah melalui Bank Indonesia hendaknya memiliki prinsip motif mencetak uang yaitu hanya untuk memenuhi transaksi barang dan jasa riil saja (bukan
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|345
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji transaksi non riil), sehingga rasio antara uang yang beredar dengan barang dan jasa seimbang (uang tidak jalan sendiri) sehingga harga-harga pun akan stabil (inflasi diharapkan dapat dihindari). Termasuk harga ONH akan stabil bahkan turun jika menggunakan dinar atau uang kertas substitusi yang dibackup emas. 2. Harus diupayakan kembali reformasi sistem moneter berbasis emas diantara negerinegeri Muslim. 3. Dengan
menggunakan
rupiah
yang
dibackup
emas
dinar
(uang
subtitutif),
kekhawatiran terjadinya kerugian akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa diatasi karena emas adalah alat hedging (lindung nilai) yang bisa diandalkan, dengan demikian tidak ada lagi peristiwa Bank Indonesia harus nomboki biaya haji karena adanya kenaikan kurs dolar terhadap rupiah (depresiasi rupiah). 4. Pemerintah hendaknya menghapuskan sistem bunga yang jelas-jelas haram, tidak hanya itu bunga ternyata salah satu penyebab inflasi (naiknya harga-harga), karena dengan adanya bunga memungkinkan uang kertas terus-menerus tercetak walau usaha tidak berjalan/default (pengusaha tidak mampu membayar) karena usahanya bankrut (tidak tercipta barang dan jasa riil). Disinilah poinnya, uang harus tetap dicetak sedangkan barang dan jasa tidak ada karena usaha bangkrut. Uang bertambah sedangkan barang dan jasa riil tidak bertambah iniliah penyebab inflasi (uang yang beredar lebih banyak dari barang dan jasa riil). 5. Bank Syariah yang ditunjuk pemerintah sebagai tempat penyetoran ONH membuka produk tabungan haji dalam dinar, karena dinar untuk jangka panjang terbukti memiliki ketahanan dari inflasi, dan dinar tiap tahun terbukti rata-rata selalu terapresiasi terhadap mata uang kertas (fiat money). 6. Calon jamaah haji direkomendasikan memilih produk tabungan haji yang berbasis dinar, karena dinar adalah mata uang Islam sesuai hukum syariah kemudian dapat memberikan manfaat jika menggunakan dinar maka harga ONH akan turun (deflasi).
DAFTAR PUSTAKA al-Fayumi, A.1926. al-Misbah al-Munir fi Gharib al-Syarh al-Kabir li al rafi'i Vol. I. Kairo: t.pn. al-Kramly, A.1987. al-Nuqud al-Arabiyah wa al-Islamiyah wa Ilmu al Nammiyat. t.t: alMarkaz al-Islamy Li Thiba'ah wa al-Nasyr.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|346
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji al-Maqrizi, T. A. t.th. Ighats al-Ummah bi Kasyf al-Gummah. Hams: Dar Ibn al-Wahid. al-Naqsyabandi, N. a.-S. 1969. al-Dirham al-Islami al-Madhrub 'Ala al-Thiraz al-Sasani. Baghdad: al-Majma al-Ilmi al-Iraqi. al-Qayyim, I. 1991. I'lamu al-Muwaqi'in 1st ed., Vol. II. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah. Anindita, D. Y. 2010. Cara Buka Rekening M-Dinar. Diakses Maret 02, 2012, from Dinar Emasku: http://dinaremasku.com/2010/10/cara-buka-rekening-m-dinar/ an-Nabhani, T. 2009. Sistem Ekonomi Islam 1st ed.. R. a.-A. Press, Trans. Bogor: alAzhar Press. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Revisi ed.. Jakarta: Rineka Cipta. Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah. 2012. Jumlah Kuota Jamaah Haji Indonesia. Diakses 27 Februari, 2012, from Kemenag RI: www.kemenag.go.id Falah, S. 2003, Agustus 20. Pola Bagi Hasil pada Perbankan Syari'ah. Makalah disampaikan pada Seminar Ekonomi Islam. Jakarta. Hakim, A. A. 2011. Fiqih Perbankan Syariah Transformasi Fiqih Muamalah ke Dalam Peraturan Perundang-Undangan. Bandung: Refika Aditama. Hamidi, M. L. 2007. Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan. Jakarta: Senayan Abadi Publishing. Hasan, A. 2005. Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islam. S. Barito, & Z. Ali, Trans. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Iqbal, M. 2009. Menabung Dinar Menjadi Semakin Mudah dengan M-Dinar Saving Account.
Diakses
02
Maret,
2012,
from
Gerai
Dinar:
http://www.geraidinar.com/index.php/82-gd-articles/dinar-emas/281-menabungdinar-menjadi-semakin-mudah-dengan-m-dinar-saving-account Iqbal, M. 2011. Dinar Untuk Perencanaan Haji Lebih Murah Lebih Nyaman. Diakses 02 Maret,
2012,
from
Gerai
Dinar:
http://dinartauhid.com/2011/05/dinar-untuk-
perencanaan-haji-lebih-murah-lebih nyaman%e2%80%a6/ Karim, A. A. 2004. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. ---------------. 2009. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan 3th ed.. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Khalwaty, T. 2000. Inflasi Dan Solusinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Manullang, M. 1993. Ekonomi Moneter. Jakarta: Ghalia Indonesia.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|347
Firmansyah Menabung Dinar : Antisipasi Inflasi dan Depresiasi Ongkos Naik Haji MUI. 2000. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, No. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan. Jakarta, Indonesia. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya 6th ed.. Yogyakarta: STIE YKPN. Saifullah, A. 2009. Uang Kertas VS Dinar dan Dirham. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. -------------. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif 5th ed. Bandung: Alfabeta. Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT. Rajagrafindo. Sukmalinto. 2012, Juni 05. Owner Dinar Tauhid Bandung. Wawancara Mendalam. Firmansyah, Interviewer Bandung. Syafi'i, M. Z. 1982. Muqaddimah fi al-Nuqud. t.t: Dar al-Nahdhah al-Arabiya. Tim Pengembangan Perbankan Syariah BI. 2001. Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta: Djambatan. Wajdi, M. F. t.th. Dairat Ma'arif al-Qarni al-'Isyrin Vol. VII. Beirut: Dar al-Ma'rifah.
JEP-Vol.4, NO. 3, Nopember 2015
|348