FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP ANGGOTA KELOMPOK AFINITAS TERHADAP PROGRAM AKSI DESA MANDIRI PANGAN DI PEKON RANTAU TIJANG KECAMATAN PARDASUKA KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG Akhmad Ansyor, Zikril Hidayat dan Nia Kaniasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : sikap anggota kelompok afinitas terhadap Program Aksi Desa Mandiri Pangan di Pekon Rantau Tijang Kecamatan Pardasuka Kabupaten Tanggamus; dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap anggota kelompok afinitas terhadap tahap-tahap Program Aksi Desa Mandiri Pangan di Pekon Rantau Tijang Kecamatan Pardasuka Kabupaten Tanggamus. Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) yaitu di Pekon Rantau Tijang Kecamatan Pardasuka Kabupaten Tanggamus, karena Pekon Rantau Tijang merupakan salah satu desa yang termasuk dalam kategori desa mandiri pangan di Provinsi Lampung menurut Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sikap anggota kelompok afinitas berdasarkan komponen sikap terhadap tahap-tahap Program Aksi Desa Mandiri Pangan adalah baik; dan (2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap anggota kelompok afinitas berasal dari dalam diri anggota kelompok afinitas (faktor internal) dan berasal dari luar diri anggota kelompok afinitas/lingkungan (faktor eksternal). Faktor yang berasal dari dalam diri anggota kelompok afinitas (faktor internal) yaitu umur, tingkat pendidikan, kemampuan menerima pesan/informasi, dan keberanian mengambil resiko. Faktor yang berasal dari luar anggota kelompok afinitas adalah lamanya berusaha produktif dan informasi yang didapat tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Responden yang menjadi objek penelitian di Pekon Rantau Tijang berjumlah 70 orang. Seluruh responden adalah anggota kelompok afinitas yang mempunyai usaha produktif di bidang on farm, off farm, dan non farm. Kegiatan yang dilakukan responden yaitu usaha tani cabe, ternak kambing, dan distribusi pupuk. Usaha tani cabe dilakukan oleh kelompok Harapan Mekar, ternak kambing dilakukan oleh kelompok Bina Usaha, serta kegiatan distribusi pupuk dilakukan oleh kelompok Ngudi Makmur. Kata Kunci : Kelompok Afinitas, sikap, program aksi
PENDAHULUAN Untuk mengatasi masalah ketahanan pangan yang terjadi saat ini, pemerintah aktif melaksanakan pembangunan pertanian, mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Untuk itu, yang menjadi fokus pemerintah dari pembangunan pertanian saat ini diarahkan pada upaya untuk pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan. Sudah banyak program pemerintah yang telah dilaksanakan untuk pengentasan kemiskinan, akan tetapi kemiskinan di Indonesia masih menjadi salah satu masalah fundamental yang perlu konsentrasi yang lebih untuk menanggulanginya. Meskipun banyak program yang dilakukan, namun jika kita melihat kenyataan yang ada, terdapat penduduk di Indonesia yang tergolong miskin. Kenyataan ini menunjukkan bahwa program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah belum maksimal guna menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia. Tahun 2007, tingkat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) mencapai 108.984 jiwa di luar fakir miskin dan 785.041 fakir miskin. Sementara itu, Pemerintah Provinsi Lampung bersama Pemerintah Kota/Kabupaten baru berhasil menangani 51.342 PMKS atau 47,15 persen dari total jumlah yang ada. Penyebab utama peningkatan kemiskinan antara lain ketidaksiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi perkembangan zaman, pengaruh globalisasi dan berbagai gejolak sosial ekonomi, politik, dan pergeseran nilai budaya. Selain itu, perencanaan pembangunan masih bersifat konvensional, pengaruh instabilitas politik, serta minimnya pemberdayaan koperasi dalam pengentasan kemiskinan (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2009). Berdasarkan Rumusan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian tahun 2005 (Badan Ketahan Pangan Daerah, 2009), dalam tahun 2005-2009, pertumbuhan sektor pertanian (diluar perikanan dan kehutanan) diharapkan mencapai rata-rata 3,29 % per tahun. Untuk tahun 2005 dan 2006 ditargetkan tumbuh 2,97% dan 3,17%. Sasaran penyerapan tenaga kerja tahun 2005 adalah 41,3 juta orang, dan tahun 2006 naik menjadi 41,9 juta orang. Jumlah penduduk miskin diperdesaan ditargetkan turun dari 18,9% tahun 2005 menjadi 17,9% tahun 2006, dan tahun 2009 ditargetkan turun
menjadi 15% dari total penduduk. Untuk mengurangi kemiskinan, maka pemerintah melakukan Kegiatan Pembangunan Pertanian. Kegiatan Pembangunan Pertanian Tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui Tiga Program, yaitu: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Operasionalisasi Program Peningkatan Ketahanan Pangan dilakukan melalui peningkatan produksi pangan; menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan halal di setiap daerah setiap saat; dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan. Operasionalisasi Program Pengembangan Agribisnis dilakukan melalui pengembangan sentra/kawasan agribisnis komoditas unggulan. Operasionalisasi Program Peningkatan Kesejahteraan Petani dilakukan melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjaminan usaha, perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi lainnya (Rumusan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian, 2005 dalam Badan Ketahan Pangan Daerah 2009)). Salah satu upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dan kerawanan pangan yaitu dengan Program Aksi Desa Mandiri Pangan (Proksi DEMAPAN). Dengan program tersebut diharapkan masyarakat desa mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif serta berkelanjutan. Program Aksi Desa Mandiri Pangan merupakan program bantuan dana yang diperuntukkan bagi kelompok afinitas yang melaksanakan kegiatan berupa on farm, off farm, dan non farm. Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan (2008 dalam Badan Ketahanan Pangan Daerah, 2008), Program Aksi Desa Mandiri Pangan meliputi empat tahapan pelaksanaan, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap penumbuhan, (3) tahap pengembangan, dan (4) tahap kemandirian. Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan (2009, dalam Badan Ketahanan Pangan Daerah, 2009) kelompok afinitas merupakan suatu kelompok yang terdiri dari anggota yang memiliki kecendrungan mengalami kerawanan pangan dan yang melakukan usaha produktif di bidang on farm, off farm, dan non farm. Usaha yang termasuk kedalam kegiatan on farm antara lain bertani, berternak, berkebun, dan lain-lain. Yang termasuk ke dalam kegiatan off farm adalah kegiatan diversifikasi vertikal yaitu pengolahan produk pertanian menjadi produk lain yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi misalnya pembuatan tempe, pembuatan tahu, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan yang tergolong non farm yaitu usaha perkreditan, koperasi, dan lainlain. Anggota kelompok afinitas adalah orang/individu yang tergolong miskin dan rawan pangan serta masuk ke dalam data dasar (data base) Program Aksi Desa Mandiri Pangan. BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Oktober tahun 2010 di Pekon Rantau Tijang Kecamatan Pardasuka Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei di lapangan (Masri Singarimbun, 1989). Data yang dihasilkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diambil melalui metode wawancara dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Data yang dikumpulkan mencakup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : Umur, Tingkat Pendidikan, Kemampuan Menerima Pesan/Informasi, Keberanian Mengambil Resiko. Factor eksternal meliputi : Lamanya Berusaha/Kegiatan Produktif, Informasi Mengenai Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Umur Komposisi umur responden di Pekon Rantau Tijang bervariasi dari umur 20 sampai 62 tahun. Komposisi umur tersebut masih merupakan kelompok umur produktif yang diharapkan mempunyai sikap yang baik terhadap Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Komposisi umur responden di Pekon Rantau Tijang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi umur responden di Pekon Rantau Tijang Tahun 2010. Klasifikasi umur Muda Setengah baya Tua Jumlah Rata-rata
Selang (tahun)
Responden (jiwa)
20 – 34 35 – 49 50 – 62
34 22 14 70
Persentase (%) 48,57 31,43 20,00 100,00
37 (Setengah baya)
Sumber : Data terolah 2010.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada sebaran umur 35 – 49 tahun. Dari sebaran tersebut dapat diketahui bahwa responden termasuk pada klasifikasi setengah baya dan tergolong kedalam usia produktif. Secara teoritis, semakin muda usia seseorang maka seseorang tersebut akan semakin produktif karena taraf kematangan sebagai orang dewasa mulai terpenuhi baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Rukminto (1994), usia produktif yaitu klasifikasi usia mulai dari 26 tahun hingga 55 tahun yang dicirikan dengan (1) seseorang tersebut dapat mengembangkan kemampuan untuk mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara secara lebih dewasa, (2) dapat memantapkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi (personal maupun keluarga), (3) dapat mengembangkan kegiatan rekreasional yang biasa dilakukan oleh orang dewasa, dan (4) dapat menyesuaikan diri serta dapat menerima perubahan fisik yang terjadi apabila telah mencapai usia setengah baya dan usia tua. Pengklasifikasian usia produktif erat kaitannya dengan karakteristik sosial seseorang yang selanjutnya dapat mempengaruhi pola sikap dan pola berperilaku perempuan tani dalam melakukan kegiatan usahatani. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dijalani oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan responden di Pekon Rantau tijang berkisar antara 3 tahun sampai dengan 15 tahun. Secara rinci tingkat pendidikan responden tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat pendidikan responden di Pekon Rantau Tijang Tahun 2010. Klasifikasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah Rata-rata
Selang (tahun)
Responden (jiwa)
Persentase (%)
02 – 06 07 – 11 12 – 15
53 9 8 70
75,71 12,86 11,43 100,00
6 (Rendah)
Sumber : Data terolah 2010.
Tabel 2 menunjukkan bahwa Tingkat pendidikan responden di Pekon Rantau Tijang umumnya sudah cukup baik, yaitu rata-rata sudah mencapai 6 tahun atau sederajat dengan sekolah dasar (SD). Keadaan ini menunjukkan, meskipun tingkat pendidikan responden tidak tinggi tetapi mereka telah mengenal baca dan tulis sehingga dapat menunjang dalam menerima informasi dan memperlancar komunikasi antara anggota kelompok dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL). Kendala yang dialami oleh responden dalam mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi adalah tingkat pendapatan serta sarana pendidikan yang masih kurang. Kemampuan menerima pesan atau informasi Kemampuan menerima pesan atau informasi dapat diartikan sebagai kemampuan dari responden untuk dapat menerima hingga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Program Aksi desa Mandiri Pangan. Secara rinci kemampuan responden dalam menerima pesan atau informasi tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Kemampuan responden dalam menerima pesan atau informasi di Pekon Rantau Tijang Tahun 2010. Klasifikasi
Selang (skor)
Responden (jiwa)
Buruk Sedang Baik Jumlah Rata-rata
0 – 33,33 33,34 – 66,66 66,67 – 100
0 0 70 70
Persentase (%) 0,00 0,00 100,00 100,00
78,80 (Baik)
Sumber : Data terolah 2010.
Tabel 3 menunjukkan bahwa kemampuan responden dalam menerima pesan atau informasi termasuk ke dalam klasifikasi baik, dengan jumlah responden sebanyak 70 jiwa yang berarti bahwa responden telah mampu untuk menerima pesan atau informasi yang diberikan kepadanya dan ia telah menguasai pesan atau informasi tersebut untuk dapat disampaikan kepada orang lain. Secara teoritis, jika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan seseorang itu dalam menerima pesan atau informasi. Keberanian mengambil resiko Keberanian mengambil resiko adalah kesanggupan dan keberanian responden dalam menerima pesan atau menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Secara rinci keberanian responden untuk mengambil resiko tertera pada tabel 4. Tabel 4. Keberian responden untuk mengambil resiko di Pekon Rantau Tijang Tahun 2010. Klasifikasi Tidak Berani Kurang Berani Berani Jumlah Rata-rata
Selang (skor) 0,00 – 33,33 33,34 – 66,66 66,67 – 100,0
Responden (jiwa) 0 0 70 70
Persentase (%) 0,00 0,00 100,00 100,00
77,41 (Berani)
Sumber : Data terolah 2010.
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden termasuk ke dalam klasifikasi berani dalam upaya pengambilan resiko, artinya semua responden mempunyai keberanian dalam pengambilan resiko. Semakin berani responden mengambil resiko maka akan semakin baik sikap responden dalam Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Keberanian mengambil resiko dapat terlihat pada saat responden melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Program Aksi desa Mandiri Pangan ini. Lamanya berusaha/kegiatan produktif Lamanya berusahatani atau pengalaman berusahatani adalah jumlah tahun responden yang bekerja sampai dengan dilakukannya penelitian. Lamanya berusahatani responden dapat mengindikasikan seberapa besar anggota kelompok dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan keterampilan pada kelompok afinitas. Lamanya berusaha/kegiatan produktif secara rinci tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Lamanya responden berusaha/kegiatan produktif responden di Pekon Rantau Tijang Tahun 2010. Klasifikasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah Jumlah rata-rata Sumber : Data terolah 2010.
Lamanya berusaha (thn) 01 – 12 13 – 24 25 – 33 10 tahun (rendah)
Jumlah (jiwa) 48 17 5 70
Persentase (%) 68,57 24,29 7,14 100,00
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar lamanya responden berusaha/kegiatan produktif berada pada klasifikasi rendah (1 – 12 tahun) sebanyak 48 responden (68,57%), dengan rata rata pengalaman usahatani yaitu 10 tahun (rendah). Secara teoritis, semakin tinggi pengalaman berusaha/kegiatan produktif responden maka semakin baik sikap responden dalam Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Pada kenyataan di lapang responden menempati klasifikasi rendah yang berarti pengalaman yang diperoleh dalam berusahatani adalah rendah/sedikit. Alasan yang dapat dikemukakan adalah sebagian besar responden adalah penduduk pendatang yang berasal dari wilayah lain yang mobilisasi ke wilayah tersebut, sehingga waktu yang diusahakan responden untuk berusaha/kegiatan produktif masih sedikit. Selain itu, masyarakat yang sudah berpengalaman dalam berusaha/kegiatan produktif di Pekon Rantau Tijang tidak termasuk responden (anggota kelompok afinitas). Informasi Mengenai Program Aksi Desa Mandiri Pangan Seberapa banyak informasi yang diperoleh responden tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan adalah semua informasi yang ada hubungannya dengan Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Secara rinci seberapa banyak informasi yang diperoleh responden tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan tertera pada tabel 6. Tabel 6. Banyaknya informasi responden tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan di Pekon Rantau Tijang Tahun 2010. Klasifikasi
Selang (skor)
Sedikit Sedang Banyak Jumlah Rata-rata
0,00 – 33,33 33,34 – 66,66 66,67 – 100,0
Responden (jiwa) 0 0 70 70
Persentase (%) 0,00 0,00 100,00 100,00
77,70 (Banyak)
Sumber : Data terolah 2010.
Tabel 6 menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh responden tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan termasuk ke dalam klasifikasi Banyak. Banyaknya informasi yang diperoleh responden karena Pekon Rantau Tijang adalah salah satu lokasi Program Aksi Desa Mandiri Pangan yang telah berhasil dalam pemberdayaan kelompok serta proses berputarnya modal, sehingga banyak instansi pemerintah ataupun swasta yang berkunjung ke Pekon Rantau Tijang. Semakin banyak instansi pemerintah ataupun swasta yang berkunjung maka informasi yang diperoleh responden tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan semakin banyak pula. Selain itu, dengan berhasilnya Program Aksi Desa Mandiri Pangan di Pekon Rantau Tijang semakin bertambah pula program pemerintah atupun swasta yang diberikan untuk Pekon Rantau Tijang, misalnya PNPM Mandiri dan Program Lumbung Padi. Hubungan Antara Sikap Terhadap Program Aksi desa Mandiri Pangan Variabel bebas (variabel X) pada penelitian ini yaitu umur responden, tingkat pendidikan responden, kemampuan responden menerima pesan/informasi, keberanian responden mengambil resiko, lamanya responden berusaha produktif, dan informasi yang didapat oleh responden tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Variabel terikat (variabel Y) yaitu sikap anggota kelompok afinitas terhadap tahap-tahap Program Aksi Desa Mandiri Panga yang terinci pada Tabel 7. Hasil persamaan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap anggota afinitas tidak semua berhubungan nyata dengan sikap anggota kelompok afinitas terhadap Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Pada variabel X1 (umur) dan X5 (lama berusaha produktif) tidak terdapat hubungan nyata terhadap sikap anggota kelompok afinitas pada taraf nyata 5% dan 1% atau selang kepercayaan 95% dan 99%, pada variabel X2 (tingkat pendidikan) terdapat hubungan nyata terhadap sikap anggota kelompok afinitas pada taraf nyata 5% atau selang kepercayaan 95%, sedangakan variabel X3 (kemampuan menerima pesan), X4 (lama berusaha produktif) dan X6 (Informasi tentang DMP)
berhubungan nyata terhadap sikap anggota kelompok afinitas pada taraf nyata 1% atau selang kepercayaan 99%. Tabel 7.
Hubungan antara variabel X dan variabel Y Program Aksi Desa Mandiri Pangan di Pekon Rantau Tijang Tahun 2010.
No. 1 2 3 4 5 6
Variabel X Umur Tingkat pendidikan Kemampuan menerima pesan Keberanian mengambil resiko Lama berusaha produktif Informasi tentang DMP
Keterangan:
Variabel Y Sikap anggota Kelompok afinitas terhadap tahap-tahap Program Aksi Desa Mandiri Pangan
rs
thitung
0,111 0,287 0,928 0,725 0,077 0,900
0,92tn 2,47* 20,54** 8,68** 0,64tn 17,03**
0.05
ttabel 0.01
1,97 1,97 1,97 1,97 1,97 1,97
2,65 2,65 2,65 2,65 2,65 2,65
* = nyata pada 5 % ** = sangat nyata pada 1 % tn = tidak nyata
Berdasarkan teori Mar’at (1981) bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Setelah melakukan penelian ternyata teori mar’at (1981) tidak semua berhubungan nyata dengan sikap, karena terdapat variabel dari faktor internal yang tidak berhubungan nyata terhadap sikap anggota kelompok afinitas, walaupun semua faktor eksternal berhubungan nyata terhadap sikap anggota kelompok afinitas dengan taraf nyata 5% dan 1%. KESIMPULAN 1. Sikap anggota kelompok afinitas berdasarkan komponen sikap terhadap tahap-tahap Program Aksi Desa Mandiri Pangan adalah baik. 2. Faktor internal yang berhubungan dengan sikap anggota kelompok afinitas adalah umur, tingkat pendidikan, kemampuan menerima pesan/informasi dan keberanian mengambil resiko. Sedangkan faktor eksternal adalah lamanya berusaha produktif dan informasi yang didapat tentang Program Aksi Desa Mandiri Pangan. DAFTAR PUSTAKA BKP Prov. Lampung. 2009. Proyek Pelaksanaan Program Aksi Desa Mandiri Pangan. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Bandar Lampung BPS Prov. Lampung. 2009. Provinsi Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Mar’at, 1981. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Penerbit PT. Ghalia Indonesia. Jakarta. Rukminto. 1994. Karakteristik Petani Indonesia. Penerbit PT Dharma Putra. Jakarta Siegel, S. 1994. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Penerbit LP3ES. Jakarta.