Hubungan Tingkat Ketergantungan Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari dengan Kekebalan Stres Lansia Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya
ABSTRAK Osteoartritis menyebabkan lansia mengalami gangguan beraktivitas. Ketergantungan aktivitas kehidupan sehari-hari menyebabkan lansia mengalami stres sebab lansia mengalami keterbatasan beraktivitas. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan tingkat ketergantungan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres. Desain penelitian menggunakan analitik korelatif pendekatan cross sectional. Sampel diambil menggunakan simple random sampling didapatkan sebanyak 32 lansia Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya tanggal 16 Juni 2014. Variabel independen adalah tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan variabel dependen adalah kekebalan stres. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tingkat ketergantungan aktivitas kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel) dan kuesioner kekebalan stres (Miller dan Smith). Analisis menggunakan uji analisis Spearman’s Rho tingkat kemaknaan (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan lansia dengan Osteoartritis pada kategori mandiri 23 lansia (76,7%), dan lansia kebal stres 26 lansia (86,7%). Hasil uji statistik menunjukkan (p=0,005/r=0,502) berarti ada hubungan antara tingkat ketergantungan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres pada lansia. Implikasi hasil penelitian ditujukan untuk lansia Osteoartritis guna menunjukan derajat ketergantungan aktivitas yang mempengaruhi kekebalan stres dalam menghadapi stressor akibat keadaan sakitnya. Kata Kunci: Tingkat ketergantungan aktivitas kehidupan sehari-hari, Kekebalan stres, Osteoartritis, Lansia ABSTRACT Osteoarthritis causes impaired elderly move. Dependence in activities of daily life causes stress elderly because the elderly have limited activity. The purpose of this study was to analyze the relationship level of dependence in activities of daily life with stress immunity. 1
Design research uses analytical cross-sectional correlative. The sample use simple random sampling, got 32 Elderly Osteoarthritis at Elderly Integrated Service Centers Putat Gede East IV Surabaya on June 16-2014. The independent variable is the level of dependence in activities of daily life, and the dependent variable is the stress immunity. The research instrument used questionnaires degree of dependence in activities of daily life (Barthel Index) and immune stress questionnaire (Miller and Smith). Analysis using Spearman's Rho test analysis (p<0,05). The results showed elderly with osteoarthritis in the elderly 23 independent category (76.7%), and 26 elderly elderly immune stress (86.7%). Statistical test results showed (p = 0.005 / r = 0.502) means that there is a relationship between the degree of dependence in activities of daily life with stress immunity in the elderly. Implications of the results of research aimed at the elderly Osteoarthritis in order to show the degree of reliance that can affect the elderly in the move that influence immune stress encounter stressor due to sickness. Keywords: Level of dependence in activities of daily life, stress immunity, Osteoarthritis, Elderly Pendahuluan Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan pada lansia karena terjadinya kondrosit pada persendian mengakibatkan perubahan diameter sendi yang dapat menyebabkan ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat menjadi stresor dan mempengaruhi kekebalan stres para penderita Osteoartritis (Maharani,2007). Kekebalan stres merupakan kemampuan individu ketahanan menahan stres bahkan bereaksi terhadap stres, sehingga stres tidak menimbulkan distres yang umumnya nampak pada berbagai simptom baik fisik, emosi, mental maupun kehidupan sosial (Hawari, 2013). Fenomena di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya ditemukan beberapa lansia yang memiliki riwayat penyakit Osteoartritis, baik Osteoartritis yang bersifat primer maupun sekunder. Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang bilamana fenomena ini terus terjadi dapat berpengaruh terhadap kekebalan stres lansia dalam menghadapi kondisinya. Kekebalan stres pada lansia yang bisa diamati apabila lansia mengalami kemurungan, suka marah-marah, cemas, dan malas beraktivitas akibat Osteoartritis. Sampai saat ini hubungan antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan tingkat kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis belum dapat dijelaskan. 2
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa penduduk lansia di Asia Tenggara pada tahun 2010 mencapai 9,77%, sedangkan di Indonesia jumlah lansia mencapai 11,34% (Kemenkes RI, 2013). Menurut Kharel (2012) di Helksinki-Finlandia, tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia yang membutuhkan perawatan formal sebanyak 30%, dan 20% hanya membutuhkan perawatan di rumah saja. Menurut Kumboyono (2009) menyatakan bahwa tingkat ketergantungan lansia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari akan meningkat pada tahun 2015 mencapai 8,74%. Fothergill (2004) menyatakan bahwa di Amerika Serikat pengalaman kehidupan yang kurang menyenangkan yang dialami lansia dapat memberikan dampak stres hingga 57% lansia di Amerika Serikat. Penelitian Indriana (2010) yang dilakukan pada 32 lansia di sebuah panti wreda Semarang, mengungkapkan bahwa lansia yang mengalami stres akibat peristiwa kehidupan yang berat sebanyak 81,25% , hal ini tentu dapat mempengaruhi kekebalan stres pada lansia. Berdasarkan hasil studi dokumenter di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV-Surabaya dari didapatkan bahwa 15 lansia diketahui mengalami riwayat Osteoartritis. Dari lansia yang mengalami riwayat Osteoartritis tersebut, didapatkan bahwa 12 lansia (80%) mengalami ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, sedangkan 3 lansia (20%) belum pernah mengalami ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari yang diakibatkan oleh Osteoartritis yang dialaminya. Kekebalan stres pada lansia diketahui bahwa 5 lansia (33%) yang mengalami penyangkalan, proyeksi, represi, regresi, dan berfantasi tentang keadaan penyakitnya, sedangkan 10 lansia (67%) menerima keadaan ketergantungan akibat Osteoartritis yang dialaminya. Penyebab Osteoartritis adalah pengapuran sendi, obesitas, usia tua, jarang berolahraga, keturunan dan aktivitas yang berlebihan. Manifestasi Osteoartritis meliputi nyeri saat bergerak, krepitus, deformitas sendi dan perubahan pada pemeriksaan radiograf. Dampak Osteoartritis dapat mengakibatkan kondrosit persendian yang menjadikan persendian mengalami deformitas dan disabilitas sendi yang menyebabkan ketergantungan aktivitas kehidupan sehari -hari pada lansia. Ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari menyebabkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasanya. Beberapa kebutuhan dasar seperti kebutuhan mandi, toileting, makan, berpindah, berpakaian, kontinensia, dan bersosialisasi menjadi kebutuhan dasar dalam memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (Tamher.S dan Noorkasiani, 2009). Dampak dari peningkatan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari menyebabkan lansia mengalami ketergantungan dalam fungsi motorik seperti menurunnya kekuatan jaringan tulang, otot dan sendi yang akan berpengaruh terhadap fleksibilitas, kekuatan, kecepatan, instabilitas (mudah jatuh), kekakuan tubuh, kesulitan bergerak, dan berjalan. Selanjutnya lansia juga mengalami gangguan fungsi sensorik disebabkan berpengaruhnya sensitifitas indera (saraf penerima). Selain itu lansia dengan ketergantungan aktivitas kehidupan sehari-hari juga mengalami gangguan fungsi sensomotorik, seperti mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi. 3
Peningkatan tingkat ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari adalah stresor bagi lansia dengan Osteoartritis yang dapat memicu stres. Dalam tinjauan psikoneuroimunologi stres memicu otak memproduksi zat awarnes yang dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap stresor. Rangsangan sinyal stresor akan merambat melalui otak dan sistem saraf perifer menuju ke pusat sistem imunitas (Gunawan,2007). Aktivitas otot dan sendi yang berlebihan menjadi salah satu penyebab Osteoartritis yang dapat mengakibatkan penurunan glutamin. Menurunnya kadar glutamin dapat mempengaruhi proliferasi limfosit dan fungsi makrofag dalam sistem imun yang dapat menurunkan pula kekebalan tubuh. Selain itu persepsi individu menentukan neurotransmitter yang diolah dalam hipotalamus, pituatari, adrenal dan aksis. Hipotalamus akan menghasilkan corticotropin releasing factor , yang akan memicu pituatari menghasilkan ACTH, sehingga mengakibatkan Adrenal memproduksi kortisol dan steroid lebih banyak. Peningkatan Kortisol menekan kemampuan Imunitas dan Steroid menekan kemampuan koping. Hal tersebut berdampak pada penurunan kekebalan tubuh dalam mengantisispasi paparan virus patologis dan penurunan kekebalan stres dalam mengantisipasi respon stres yang diterima individu (Gunawan,2007). Dampak positif apabila kebal terhadap stres maka lansia akan memiliki keyakinan positif dalam menanggapi stresor yang datang dan terampil dalam memecahkan masalahnya, serta begitu pula sebaliknya (Surbakti, 2008). Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat ketergantungan lansia yang mengalami Osteoartritis adalah dengan melakukan ROM sesuai rentang kemampuan mobilisasinya, mengoptimalkan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan dalam aktivitas sehari-hari, memberikan alat bantu dalam pemenuhan aktivitas kebutuhan sehari- hari dan memandirikan klien terhadap bantuan dari orang lain selama lansia tersebut mampu untuk melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan intervensi yang dilakukan pihak rumah sakit lebih bersifat kuratif dan rehabilitatif. Misi posyandu lansia adalah meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut. Hal ini sudah mulai dilakukan dengan memberi penyuluhan kepada pasien Osteoartritis supaya menghindari faktor penyebab Osteoartritis, antara lain menjaga berat badan ideal, menghindari aktivitas fisik berat dan melakukan olehraga secara teratur. Rasa bergantung dan tak berdaya memang dapat mempengaruhi kekebalan stres. Hawari (2013) menjelaskan beberapa intervensi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kekebalan stres klien dengan tingkat ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari, diantaranya adalah dengan Terapi psikososial strength, weakness, opportunity, dan threat. Intervensi terapi ini dapat membantu membangun aspek positif dalam diri individu, supaya lansia yang mengalami Osteoartritis dengan tingkat ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari dapat menerima keadaan sakitnya sehingga mendukung peningkatan kekebalan stres.
4
Metode Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional dimana hasil penelitian didapatkan dengan menganalisis hubungan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres lansia Osteoartritis di posyandu lansia Putat Gede Timur IV Surabaya. Desain cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen tingkat ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari dan variabel dependen kekebalan stres hanya satu kali pada satu saat. Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang memiliki riwayat Osteoartritis di posyandu lansia Putat Gede Timur IV Surabaya sebanyak 32 lansia. Sampel pada penelitian ini adalah beberapa lansia yang memiliki riwayat Osteoartritis di posyandu lansia Putat Gede Timur IV Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 30 lansia. Dalam penelitian dengan judul hubungan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis di posyandu lansia Putat Gede Timur IV Surabaya ini menggunakan teknik sampling probability sampling dengan pendekatan purposive sampling karena semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari lansia dengan Osteoartritis di posyandu lansia Putat Gede Timur IV Surabaya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekebalan stres lansia dengan Osteoartritis di posyandu lansia Putat Gede Timur IV Surabaya. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. Lembar kuesioner pertama berisi data demografi yang terdiri atas usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama waktu riwayat menderita Osteoartritis. Pada lembar kuesioner tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari Menggunakan indeks Barthel dengan 10 pertanyaan mengenai aktivitas kehidupan sehari-hari. Kuesioner tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan seharihari terdiri dari pernyataan positif dan diberi skor 5 (memerlukan bantuan maksimal), 10 (memerlukan bantuan minimal), dan 15 (apabila dapat melakukan mandiri) , sedangkan pernyataan negatif diberi skor 0 (apabila tidak dapat melakukan sendiri). Pada lembar kuesioner kekebalan stress menggunakan indeks kekebalan stres menggunakan skala kuesioner oleh Miller dan Smith (Hawari, 2013) dengan jumlah 20 pertanyaan dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu poin penilaian. Pernyataan positif terdapat 18 nomer pada soal nomer 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20 dengan poin penilaian yang berupa angka 5(selalu), 4(sering), 3(pernah), 2(jarang), dan 1(tidak pernah). Pernyataan negatif terdapat dua nomer pada soal nomer 6 dan 7 dengan poin penilaian yang berupa angka 5(selalu), 4(sering), 3(pernah), 2(jarang), dan 1(tidak pernah). Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik dengan analisis univariate dan analisis bivariate. Analisis univariate dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian, sedangkan analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga saling berhubungan. Kuesioner yang telah dikumpulkan diperiksa 5
ulang untuk mengetahui kelengkapan isi data. Setelah data lengkap, data dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan sub variabel yang diteliti. Data yang sudah di analisis, kemudian diuji dengan uji statistik Spearman Rho dengan derajat kemaknaan jika 0,05 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari– hari dengan kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis. Hasil Data umum Data umum yang ditampilkan dalam bentuk tabel, disajikan data tentang frekuensi karakteristik lansia dengan Osteoartritis berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terterakhir, berat badan, lama waktu menderita Osteoartritis, status perkawinan, tinggal bersama, masih bekerja, kebiasaan merokok, kebiasan tidur siang, kebiasaan tidur malam, organisasi sosial dan kebiasaan berolahraga di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya. 1. Karakteristik responden berdasarkan usia. Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden) Frekuensi Persen 60 tahun 8 26.7 61-62 tahun 10 33.3 63-64 tahun 5 16.7 65-66 tahun 3 10.0 67-68 tahun 2 6.7 69 tahun 2 6.7 Total 30 100.0 Tabel 5.1 menunjukan bahwa responden yang berusia 61-62 tahun sebanyak 10 lansia (33,3%), usia 60 tahun sebanyak 8 lansia (26,7%), usia 63-64 tahun sebanyak 5 lansia (16,7%), usia 65-66 tahun sebaanyak 3 lansia (10,0%), dan lansia dengan usia 67-68 dan usia 69 tahun masing-masing sebanyak 2 lansia (6,7%).
6
2.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden) Frekuens i
Persen
Laki-laki
11
36.7
Perempuan Total
19 30
63.3 100.0
Tabel 5.2 menunjukan bahwa responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 lansia (63,3%), dan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 lansia (36,7%). 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
SD SMP SMA Total
Frekuensi 22 5 3 30
Persen 73.3 16.7 10.0 100.0
Tabel 5.3 menunjukan bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 22 lansia (73,3%), SMP sebanyak 5 lansia (16,7%), dan SMA sebanyak 3 lansia (10,0%). 4. Karakteristik responden berdasarkan berat badan Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan berat badan di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
40-50 kg 51-60 kg >60 kg Total
Frekuensi 8 12 10 30
Persen 26.7 40.0 33.3 100.0 7
Tabel 5.4 menunjukan bahwa responden dengan berat badan 51-60 kg sebanyak 12 lansia (40,0%), responden dengan berat badan di atas 60 kg sebanyak 10 lansia (33,3%), dan responden dengan berat badan 40-50 kg sebanyak 8 lansia (26,7%). 5. Karakteristik responden berdasarkan lama waktu menderita Osteoartritis Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan lama waktu menderita Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
0-6 bulan 6-12 bulan > 1 tahun Total
Frekuensi 8 2 20 30
Persen 26.7 6.7 66.7 100.0
Tabel 5.5 menunjukan bahwa responden lansia yang mengalami Osteoartritis dalam waktu lebih dari 1 tahun sebanyak 20 lansia (66,7%), lansia yang mengalami Osteoartritis dalam jangka waktu 0-6 bulan sebanyak 8 lansia (26,7%), dan dalam waktu 6-12 bulan sebanyak 2 lansia (06,7%). 6. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan Tabel 5.6 Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
Tidak menikah Menikah Janda/duda Total
Frekuensi 1 19 10 30
Persen 3.3 63.3 33.3 100.0
Tabel 5.6 menunjukan bahwa responden yang menikah sebanyak 19 lansia (63,3%), lansia yang telah menjadi janda/duda sebanyak 10 lansia (33,3%), dan responden yang tidak menikah sebanyak 1 lansia (3,3%).
8
7. Karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama Tabel 5.7 Karakteristik responden berdasarkan tinggal bersama di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden) Frekuensi 18 11 1 30
Anak/cucu Suami/istri Sendirian Total
Persen 60.0 36.7 3.3 100.0
Tabel 5.7 menunjukan bahwa responden yang tinggal bersamaanak/cucu sebanyak 18 lansia (60,0%), lansia yang tinggal bersama suami/istri sebanyak 11 lansia (36,7%), dan lansia yang tinggal sendirian sebanyak 1 lansia (3,3%). 8. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 5.8 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
Tidak Iya,swasta 1,5juta/bulan) Total
(1-
Frekuensi 24
Persen 80.0
6
20.0
30
100.0
Tabel 5.8 menunjukan bahwa responden yang tidak bekerja sebanyak 24 lansia (80,0%), dan lansia yang bekerja semuanya mengisi form dengan pekerjaan di bidang swasta dengan penghasilan kisaran 1 juta hingga 1,5 juta sebanyak 6 lansia (20,0%). 9. Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan merokok Tabel 5.9 Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan merokok di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
Merokok Tidak merokok Total
Frekuensi 11 19 30
Persen 36.7 63.3 100.0
9
Tabel 5.9 menunjukan bahwa responden lansia yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 19 lansia (63,3%), dan lansia yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 11 lansia (36,7%). 10. Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan tidur siang Tabel 5.10 Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan tidur siang di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
1-2 jam/hari 2-3 jam/hari Total
Frekuensi 14 16 30
Persen 46.7 53.3 100.0
Tabel 5.10 menunjukan bahwa lansia yang memiliki kebiasaan tidur siang selama 2-3 jam/hari sebanyak 16 lansia (53,3%), dan lansia yang memiliki kebiasaan tidur siang dengan lama waktu tidur siang selama 1-2 jam/hari sebanyak 14 lansia (46,7%). 11. Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan tidur malam Tabel 5.11 Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan tidur malam di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
6-7 jam/hari 7-8 jam/hari >8 jam/hari Total
Frekuensi 8 15 7 30
Persen 26.7 50.0 23.3 100.0
Tabel 5.11 menunjukan bahwa responden yang membutuhkan waktu tidur malam selama 7-8 jam/hari sebanyak 15 lansia (50,0%), lama waktu tidur malam selama 6-7 jam/hari sebanyak 8 lansia (26,7%), dan lansia yang memiliki waktu tidur malam selama lebih dari 8 jam/hari sebanyak 7 lansia (23,3%).
10
12.
Karakteristik responden berdasarkan kegiatan perkumpulan/organisasi sosial Tabel 5.12 Karakteristik responden berdasarkan kegiatan perkumpulan/organisasi sosial di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
Tidak Aktif posyandu lansia Aktif posyandu lansia dan majelis ta'lim Total
Frekuensi 3 10
Persen 10.0 33.3
17
56.7
30
100.0
Tabel 5.12 menunjukan bahwa responden lansia yang terdaftar aktif di posyandu lansia yang juga mengikuti pengajian majelis ta’lim sebanyak 17 lansia (56,7%), lansia yang mengikuti organisasi sosial di posyandu lansia saja sebanyak 10 lansia (33,3%), dan lansia yang tidak mengikuti organisasi sosial sebanyak 3 lansia (10,0%). 13. Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan berolahraga Tabel 5.13 Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan berolahraga di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
Tidak berolahraga Senam lansia Total
Frekuensi 18 12 30
Persen 60.0 40.0 100.0
Tabel 5.13 menunjukan bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga sebanyak 18 lansia (60,0%), dan lansia yang mengisi form data demografi dengan memiliki kebiasaan berolahraga aktif dalam senam lansia yang diadakan oleh posyandu lansia sebanyak 12 lansia (40,0%).
11
Data khusus 1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari Tabel 5.14 Tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden) Frekuensi
Persen
Mandiri
23
76.7
Ketergantungan ringan Ketergantungan sedang Ketergantungan berat Total
2 4 1 30
6.7 13.3 3.3 100.0
Tabel 5.14 menunjukan bahwa lansia yang mengalami Osteoartritis yang termasuk dalam kategori mandiri sebanyak 23 lansia (76,7%), ketergantungan sedang sebanyak 4 lansia (13,3%), ketergantungan ringan sebanyak 2 lansia (06,7%), dan ketergantungan berat sebanyak 1 lansia (03,3%). 2. Karakteristik responden berdasarkan kekebalan stres Tabel 5.15 Kekebalan stres di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden)
Kebal stres Kurang kebal Tidak kebal Total
Frekuensi 26 3 1 30
Persen 86.7 10.0 3.3 100.0
Tabel 5.15 menunjukan bahwa lansia yang kebal stres sebanyak 26 lansia (86,7%), kategori kurang kebal sebanyak 3 lansia (10,0%), dan tidak kebal stres sebanyak 1 lansia (03,3%).
12
3.
Karakteristik responden berdasarkan hubungan tingkat ketergantungan dalam AKS dengan kekebalan stres Tabel 5.16 menunjukan hubungan tingkat ketergantungan dalam AKS dengan kekebalan stres serta hasil uji analisis chi square di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya pada tanggal 16 Juni 2014 (n= 30 responden) Kekebalan Stres Lansia Kebal Stres
Tingkat Ketergantunga n dalam AKS
Total
Total
Kurang Tidak Kebal Stres Kebal Stres
N
%
N
%
N
%
N
%
Mandir i
22
95,7%
1
4,3%
0
0%
23
100%
Ringan
1
50%
1
50%
0
0%
2
100%
Sedang
3
75%
1
25%
0
0%
4
100%
Berat
0
0%
0
33,3%
1
66,7%
1
100%
26
86,7%
3
10%
1
3,3%
30
100%
Hasil Uji Analisis Spearman’s Rho p=0,005/r=0,0502 Tabel 5.16 menunjukan bahwa dari 23 lansia yang mandiri, sebanyak 22 lansia (95,7%) kebal stres, kurang kebal stres sebanyak 1 lansia (04,3%), dan tidak kebal stres tidak ada. Ketergantungan ringan dengan kategori kebal stres dan kurang kebal sebanyak masing-masing 1 lansia (50%), sedangkan lansia yang tidak kebal stres tidak ada. Ketergantungan sedang dengan kategori kebal stres sebanyak 3 lansia (75%), kurang kebal sebanyak 1 lansia (25,%), dan tidak kebal stres tidak ada. Ketergantungan berat dengan kebal stres dan kurang kebal stres tidak ada, sedangkan kategori tidak kebal stres sebanyak 1 lansia (100%). Berdasarkan hasil uji analisis Spearman’s Rho didapatkan bahwa nilai p value adalah 0,005 yang artinya ada hubungan antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres (p<0,05), sedangkan nilai r didapatkan hasil 0,502 yang artinya ada hubungan bermakna sedang antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres. Pembahasan Penelitian ini disusun untuk memberikan gambaran intrepretasi tentang tingkat ketergantungan pasien dalam aktivitas kehidupan sehari-hari serta mengintrepretasikan tentang kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis. 13
Penelitian ini juga mengungkapkan hubungan antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya. Tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari Pada tabel 5.14 didapatkan bahwa lansia yang mengalami Osteoartritis yang termasuk dalam kategori mandiri sebanyak 23 lansia (76,7%), ketergantungan sedang sebanyak 4 lansia (13,3%), ketergantungan ringan sebanyak 2 lansia (06,7%), ketergantungan berat sebanyak 1 lansia (03,3%), dan kategori ketergantungan total tidak ada. Maka diketahui bahwa lansia dengan Osteoartritis yang mengalami tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan persentase paling banyak adalah kategori mandiri. Hasil uji analisis data silang antara tingkat ketergantungan dengan kebiasaan berolahraga menunjukan dari 23 lansia yang mandiri pada lansia yang tidak berolahraga sebanyak 14 lansia (60,9%), dan lansia yang melakukan senam lansia sebanyak 9 lansia (39,1%). Berdasarkan uji hasil analisis tersebut maka peneliti dapat beropini bahwa tingkat ketergantungan mandiri yang sebagian besar dialami oleh lansia dengan Osteoatritis disebabkan oleh banyak faktor diantaranya seperti masih banyak lansia yang mengikuti senam lansia, meskipun mereka tidak aktif dalam senam lansia adapula faktor lain yang menyebabkan kemandirian pada lansia dengan Osteoartritis yaitu dengan melakukan latihan peregangan/latihan fleksibilitas persendian. Hal ini sering sekali diberikan oleh Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya, sebagai upaya penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi para lansia. Megan (2008) menyatakan bahwa olahraga teratur menjadi salah satu hal penting untuk memperbaiki prognosis Osteoatritis dan meningkatkan massa tulang pada lansia. Hal tersebut juga diperkuat oleh teori dari Ambardini (2014) bahwa latihan fleksibilitas (ROM) dapat dilakukan pada lansia yang mengalami Osteoatritis, sebab latihan ini diperlukan untuk membantu memandirikan lansia dalam aktivitas fisik kehidupan sehari-hari secara teratur. Ambardini (2014) juga menyatakan bahwa latihan fleksibilitas ini juga dapat dilakukan dengan cara latihan beban ringan, menari, latihan keseimbangan, latihan kekuatan otot dengan bola, dan kontrol gerakan. Latihan gerakan peregangan/fleksibilitas persendian mampu merangsang sendi menghasilkan zat sinovial yang dapat melumasi sendi sehingga memperbaiki derajat tingkat ketergantungan lansia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Menurut Chintyawati (2014) faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari adalah kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dukungan sosial, dan dukungan keluarga. Para lansia di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya sebagian besar mengalami kondisi Osteoartritis yang akut, namun banyak diantara mereka yang masih dapat melakukan 7 aspek aktivitas kehidupan sehari-hari karena sering mengikuti senam lansia dan latihan fleksibilitas sendi yang diadakan oleh para kader posyandu, sehingga sebagian besar termasuk dalam kategori mandiri. 14
Apabila ditinjau dari faktor status ekonomi sebagian besar lansia di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV sudah tidak bekerja yang diakibatkan oleh penurunan produktivitas. Dukungan sosial sangat berarti bagi lansia di Putat Gede Timur IV. Mereka hidup rukun dan saling tolong menolong antar warga yang berdampak memberikan semangat bagi lansia dengan Osteoartritis dalam menghadapi kondisi sakitnya sehingga derajat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehariharipun minimal. Faktor dukungan keluarga pun sangat berpengaruh terhadap tingkat kemandirian lansia dengan Osteoartritis, dari data analisis tingkat ketergantungan dengan tinggal bersama diketahui bahwa dari 23 lansia yang mandiri, 14 lansia tinggal bersama anak/cucu (14%), 8 lansia tinggal bersama suami/istri (34,8%), dan hanya 1 lansia yang tinggal sendirian (4,3%). Hal itu menandakan bahwa sebagian besar lansia di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya tinggal bersama keluarganya, sehingga keluarga menjadi agen yang sangat baik sekali sebagai media penunjang kemandirian lansia dengan Osteoartritis. Tingkat ketergantungan adalah derajat ketidakmampuan perawatan diri akibat kelemahan pada ekstremitas dan penurunan fungsi mobilitas yang dapat menghambat pemenuhan kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas perawatan diri dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) merupakan aktivitas perawatan diri yang diperlukan untuk hidup sehari-hari seperti makan, mandi, menjaga kebersihan, berpakaian, dan toileting. Secara sederhana AKS merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Fadlulloh, 2014). Berdasarkan hasil analisis penelitian didiapatkan bahwa sebagian besar lansia yang menderita Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya termasuk dalam kategori mandiri sebanyak 23 lansia (76,7%). Mandiri dalam indeks ketergantungan, artinya lansia dapat melakukan ketujuh macam aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi: mandi, berpakaian, toileting, berpindah tempat, kontinensia, makan, dan bersosialisasi (Tamher.S dan Noorkasiani, 2009). Kekebalan stres Pada tabel 5.15 menunjukan bahwa lansia yang kebal stres sebanyak 26 lansia (86,7%), kategori kurang kebal sebanyak 3 lansia (10,0%), dan tidak kebal stres sebanyak 1 lansia (03,3%). Diketahui bahwa persentase terbanyak adalah lansia kebal stres sebanyak 26 lansia. Berdasarkan hasil analisis diatas maka peneliti dapat beropini bahwa lansia yang sebagaian besar mengalami kebal stres mendapatkan banyak agen pelampiasan/penyaluran stres yang cukup baik, sehingga mereka kebal terhadap stres. Menurut Hidayat (2008) respon terbaik terhadap stres adalah tidak memaksakan diri, melainkan berusaha mengurangi stres serta mencoba menciptakan agen penyaluran stres yang lebih sehat. Hal ini diperkuat dengan teori menurut Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi lansia dalam memilih agen pelampiasan stres terkait dengan 15
mekanisme adaptasi kekebalan stres terbagi dalam empat faktor yaitu faktor dukungan keluarga, dukungan kelompok/teman sebaya, lingkungan sosial, dan respon fisiologis, kepribadian serta karakteristik perilaku individu. Ditinjau berdasarkan fator-faktor yang mempengaruhi kekebalan stres tersebut, maka peneliti dapat beropini bahwa di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya, sebagian besar warga lansianya mendapatkan dukungan keluarga yang cukup, sebagian besar lansia mendapatkan kunjungan dari keluarganya yang berada di luar kota, adapula lansia yang melakukan kunjungan ke rumah sanak saudara/ anaknya yang berada di dalam kota. Lansia di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya juga banyak yang mendapat banyak dukungan dari teman sebaya/kelompok di perkumpulan-perkumpulan sosial seperti PKK dan pengajian rutin lansia. Lingkungan sosial di Putat Gede Timur IV Surabaya juga turut mempengaruhi kekebalan stres lansia. Dampak dari lingkungan sosial yang guyub rukun, serta saling tolong menolong antar warga di Putat Gede Timur IV Surabaya turut membantu lansia dalam menghadapi stressor sehingga mempengaruhi kekebalan stresnya. Faktor keempat yang juga mempengaruhi kekebalan stres lansia adalah faktor fisiologis, kepribadian, dan pola perilaku lansia yang beraneka ragam turut mempengaruhi lansia dalam menghadapi stres yang berpengaruh terhadap kekebalan stresnya. Berdasarkan hasil uji analisis silang jenis kelamin dengan kekebalan stres, pada jenis kelamin laki-laki dengan kategori kebal stres sebanyak 18 lansia (81,8%), sedangkan untuk kategori kurang kebal dan tidak kebal tidak ada. Jenis kelamin perempuan dengan kategori kebal stres sebanyak 15 lansia (78,9%), kurang kebal stres sebanyak 3 lansia (15,8%), dan tidak kebal stres sebanyak 1 lansia (05,3%). Berdasarkan hasil pemaparan tersebut dapat dijelaskan bahwa laki-laki lebih kebal stres daripada perempuan sebab semua responden laki-laki termasuk dalam kategori kebal stres. Menurut Asmadi (2008) mengungkapkan bahwa wanita memiliki pola pikir yang lebih detail dan kompleks, sedangkan lakilaki berpikir lebih global sehingga wanita lebih rentan terhadap stres. Berdasarkan hasil uji analisis silang kebiasaan berolahraga dengan kekebalan stres, pada lansia yang memiliki kebiasaan berolahraga secara teratur dengan mengikuti senam lansia sebanyak 12 lansia semuanya termasuk dalam kategori kebal stres (100%), sedangkan lansia yang tidak berolahraga dengan kategori kebal stres sebanyak 14 lansia (77,8%), kurang kebal stres sebanyak 3 lansia (16,7%), dan lansia yang tidak kebal stres sebanyak 1 lansia (5,6%). Berdasarkan hasil pemaparan tersebut dapat dijelaskan bahwa lansia yang rutin mengikuti senam lansia semuanya termasuk dalam kategori kebal stres. Menurut Suryanto (2011) menyatakan bahwa olahraga merupakan salah satu cara melepas stres yang efektif. Selama berolahraga tubuh kita menghasilkan enzim yang disebut endorphin, satu jenis morfin alami yang memicu rasa senang dan rileks. Olahraga adalah faktor penting dalam rumus pola hidup sehat. Tak hanya membuat tubuh menjadi bugar, olahraga juga efektif menurunkan berat badan, mencegah penyakit kronis, memperluas pergaulan sosial, dan mengurangi stres. Olahraga juga bisa dilakukan di lingkungan sendiri dan hasilnya akan efektif 16
asalkan dilakukan secara teratur, terukur dan senang hati. Berolahraga dapat menenangkan pikiran dan melepaskan penumpukan hormon kortisol yang dapat memicu stres. Kekebalan stres merupakan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang dimiliki atau terdapat pada diri seseorang yang mana melaluinya yang bersangkutan memiliki ketahanan menahan stres bahkan bereaksi terhadap stres, sehinnga stres tidak menimbulkan distres yang umumnya nampak pada berbagai simptom baik fisik, emosi, mental maupun kehidupan sosial. Kekebalan stres yang baik akan mepengaruhi terhadap adaptasi stres yang baik pula (Hawari, 2013). Berdasarkan hasil analisis penelitian diketahui bahwa persentase tertinggi adalah lansia dengan Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya termasuk dalam kategori kebal stres sebanyak 26 lansia (86,7%). Kekebalan stres dikatakan optimal apabila perasaan yang ditetapkan oleh individu berjalan efektif, mengontrol stres, serta mencoba menciptakan penyaluran yang lebih sehat bagi tekanan di dalam kehidupannya (Hidayat, 2008). Hubungan antar konsep tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres Berdasarkan tabel 5.16 terkait hubungan antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya, didapatkan bahwa lansia yang mengalami Osteoartritis yang termasuk dalam kategori mandiri sebanyak 23 lansia (76,7%), ketergantungan ringan sebanyak 2 lansia (06,7%), ketergantungan sedang sebanyak 4 lansia (13,3%), ketergantungan berat sebanyak 1 lansia (03,3%), dan untuk ketergantungan total tidak ada. Lansia yang kebal stres sebanyak 26 lansia (86,7%), kategori kurang kebal sebanyak 3 lansia (10,0%), dan tidak kebal stres sebanyak 1 lansia (03,3%). Lansia dengan kategori mandiri dengan kebal stres sebanyak 22 lansia (95,7%), kurang kebal stres sebanyak 1 lansia (04,3%), dan tidak kebal stres tidak ada. Ketergantungan ringan dengan kategori kebal stres dan kurang kebal sebanyak masing-masing 1 lansia (50%), sedangkan lansia yang tidak kebal stres tidak ada. Ketergantungan sedang dengan kategori kebal stres sebanyak 3 lansia (75%), kurang kebal sebanyak 1 lansia (25,%), dan tidak kebal stres tidak ada. Ketergantungan berat dengan kebal stres dan kurang kebal stres tidak ada, sedangkan kategori tidak kebal stres sebanyak 1 lansia (100%). Berdasarkan hasil pemaparan uji analisis tersebut didapatkan hubungan bermakna antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres. Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) yang dalam istilah bahasa inggris ADL (activity of daily living) merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi Tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi mandi, berpakaian, toileting, berpindah tempat, makan, kontinensia, dan bersosialisasi. Tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari terdiri atas beberapa tingkatan yang meliputi: tingkat A apabila mandiri pada ke tujuh jenis aktivitas, tingkat B apabila mandiri pada ke enam jenis aktivitas, 17
tingkat C apabila mengalami ketergantungan dalam hal mandi dan salah satu yang lain, tingkat D apabila mengalami ketergantungan mandi , berpakaian dan salah satu yang lain, tingkat E apabila mengalami ketergantungan mandi, berpakaian, toileting, dan salah satu yang lain, tingkat F apabila mengalami ketergantungan mandi, berpakaian, toileting, berpindah dan salah satu yang lain, dan tingkat G apabila mengalami ketergantungan pada semua fungsi (Tamher.S dan Noorkasiani, 2009). Kebal stres artinya seorang individu tidak memaksakan diri, berusaha mengurangi stres dan berusaha menciptakan penyaluran tang lebih sehat bagi tekanan di dalam kehidupan (Hidayat, 2008). Kekebalan stres merupakan suatu ciri kepribadian yang tampak menyangga respon seorang individu terhadap stres. Orang yang tahan stres mengasumsikan bahwa dirinya berada dalam kendali, sangat berkomitmen terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari, dan memperlakukan perubahan dalam dirinya sebagai suatu tantangan (Ivancevich, 2007). Peningkatan tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari akibat Osteoartritis yang dialami oleh lansia tentu saja dapat mempengaruhi adaptasi kekebaln stres akibat stressor yang dialaminya (Ambardini, 2014). Penelitian tentang hubungan antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya ini, telah melalui uji analisis statistik, yang mana diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Masa lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Seorang lansia akan mengalami kendala atau ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu, berarti tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain, baik sebagian dibantu (ketergantungan ringan atau sedang) maupun ketergantungan seluruhnya (ketergantungan total atau berat). Dengan menurunnya fungsi gerak pada usia lanjut akan memberikan dampak pada kebiasaan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.Dampak dari perubahan tersebut adalah timbulnya stres pada lansia. berbagai sumber penyebab dari stres adalah lingkungan dan internal dalam dirinya (Permana, 2009). Lansia dengan menurunnya kemampuan fisik maka dia harus beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya, dan beradaptasi terhadap stresor yang dialaminya dengan mekanisme kekebalan stres yang baik. Menurut Syam’ani (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan stres seperti faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung dalam mendukung kekebalan stres pada lansia meliputi kemampuan diri (individu) lansia, dukungan sosial, aset materi, dan keyakinan positif yang dimiliki lansia. Dukungan dari keluarga dan teman-teman juga merupakan faktor yang mempengaruhi kekebalan stres seseorang. Adanya dukungan dari orang lain, seperti keluarga dan teman-teman maka seseorang akan 18
merasa lebih terdorong dan merasa lebih tegar dalam menghadapi segala macam kesulitan yang ditemui di lingkungan baru. Ia juga tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi semua masalah yang menimpanya. Faktor penghambat kekebalan stres seperti kondisi kesehatan yang menurun dan masalah eksternal dengan orang lain. Simpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan yang dilaksanakan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat ketergantungan pada lansia dengan Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya, sebagian besar termasuk dalam kategori mandiri. 2. Kekebalan stres pada lansia dengan Osteoartritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya, sebagian besar termasuk dalam kategori kebal stres. Ada hubungan bermakna tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kekebalan stres lansia Osteoatritis di Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya. Saran Berdasarkan temuan hasil penelitian, beberapa saran yang disampaikan pada pihak terkait adalah sebagai berikut: 1. Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dalam hal mengenal konsep diri serta dapat digunakan sebagai suatu masukan bagi profesi dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada lansia dengan Osteoartritis tentang hubungan tingkat ketergantungan dengan tingkat kekebalan stres lansia. Disarankan bagi profesi keperawatan untuk lebih peduli terhadap keperawatan gerontik, sebab di dalam ilmu keperawatan gerontik terdapat pula ilmu keperawatan lainnya yang saling berkaitan dan cukup kompleks untuk dijadikan studi penelitian. 2. Bagi institusi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya, sekaligus sebagai arsip dokumen ilmiah untuk pengembangan ilmu keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya. Disarankan bagi institusi untuk lebih melengkapi lagi kajian-kajian pustaka tentang keperawatan gerontik dan kekebalan stres pada lansia. 3. Bagi posyandu lansia Hasil penelitian ini dapat dijadikan perhatian dan masukan kepada para kader kesehatan di posyandu lansia untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara memberikan perawatan kepada lansia dengan Osteoartritis yang membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari, untuk meningkatkan kekebalan stresnya. Disarankan khususnya bagi Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya ini untuk lebih melengkapi fasilitas serta sarana dan prasarana untuk 19
mendukung kegiatan para lansia dan mengembangkan posyandu lansia Putat Gede Timur IV agar lebih optimal dalam memberikan pelayanan. 4. Bagi penelitian selanjutnya Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada pasien stroke. DAFTAR PUSTAKA Ambardini, Rachmah Laksmi. (2014). Jurnal Peran Latihan Fisik Dalam Manejemen Terpadu Osteoatritis. Fakultas Ilmu Keperawatan:UNY Ambardini, Rachmah Laksmi. (2014). Jurnal Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Fakultas Ilmu Keperawatan:UNY Bakti, Husada. (2013).Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Brashers, Valentina.L. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi:Pemeriksaan dan Manajemen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Brooker, Chris. (2009). Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Cyintyawati, Cicy. (2014) Penelitian Hubungan Antara Nyeri Reumatoid Artritis Dengan Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Di Posbindu Karangmekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan. Program studi ilmu Keperawatan: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan: Universitas Islam Negheri Syarif Hidyatullah-Jakarta. Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas:Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika. Fadlulloh, Siti Fathimah. (2014). Jurnal Hubungan Tingkat Ketergantungan Dalam Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (AKS) Dengan Harga Diri Penderita Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUD.Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan: Universitas Jenderal Soedirman. Gunawan,Bambang dan Sumadiono. (2007). Penelitian Stres dan Sistem Imun Tubuh:Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi. Tesis tidak dipublikasikan.
20
Hastanto, Sutanto Priyo. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hawari, Dadang. (2013). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hidayat, A.Aziz,Alimul. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Indriana, Yeniar. (2010). Tingkat Stres Lansia Di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Fakultas Psikologis: Universitas Diponegoro. Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia. Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera Utara. Isselbacher, dkk. (2012). Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Ivancevich, John.M. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga. John.H. (2005). Kamus Ringkas Kedokteran Stedman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kumboyono,dkk. (2013). Jurnal Hubungan Tingkat Kemandirian Dengan Tingkat Stres Pada Lansia di RW.09 Kelurahan Bunulrejo Kota Malang. Tesis tidak dipublikasikan. Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Maharani, Eka Pratiwi. (2007). Faktor-Faktor Risiko Osteoartritis Lutut. Program Magister Epidemiologi Pascasarjana: Universitas Diponegoro. Maryam.R, Siti,dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Megan Johnston. (2008). Participation of Eldery in Cardiac Rehabilitation: Excercise Consideration for the Eldery. Vol:3. Muhith, Abdul Nasir. (2011). Surabaya:Salemba Medika.
Dasar-Dasar
Keperawatan
Jiwa.
Nevid, Jeffrey S, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 21
Nugroho, Heryanto Adi. (2014). Jurnal Perubahan Fungsi Fisik dan Dukungan Keluarga Dengan Respon Psikososial Pada Lansia di Kelurahan Kembangarum Semarang. UNISMUS. Nugroho, Wahjudi. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika. Permana, Fanji Helvi. (2009). Jurnal Keperawatan Hubungan Peran Fungsi Gerak Lansia Terhadap Strategi Koping Stres Lansia di Panti Jompo Welas Asih Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Fakultas Ilmu Keperawatan: Universitas Soedirman. Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Santoso. (2012). Apa yang Terjadi Dalam Tubuh Saat Mengalami Overtraining. Tidak dipublikasikan. Surbakti, Erwinsyah Putra. (2008). Jurnal Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiun di Kelurahan Pardamuan Kecamatan Siantar Timur Kotamadya Pematang Siantar. Fakultas Kedokteran:Uiversitas Sumatera Utara Suryanto. (2011). Jurnal Peranan Olahraga Dalam Mengurangi Stres.FIK:UNYYogyakarta Syam’ani. (2013). Jurnal Keperawatan Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Dalam Menghadapi Perubahan Konsep Diri (HDR )pada Lansia di Kecamatan Pekan Raya Kota Palangkaraya. Tesis tidak dipublikasikan. Tamher,S dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Timmreck, Thomas.C. (2005). Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Wade, C., Tavris, C. (2007). Psikologi Edisi ke-9 Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Wratsongko, Madyo dan Trianggoro. (2006). 205 Resep Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit dengan Gerakan Shalat. Jakarta: Qultum Media. 22