PERENCANAAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN MILLING DENGAN METODE RELIABILITY Aridian Dwi Nugroho Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik - Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021) 78888805. Fax: (021) 78885656
e-mail:
[email protected] Abstrak : Penelitian ini membahas tentang analisa kehandalan pada mesin CNC Milling VDL-500 pada sebuah perusahaan yang bergerak dibidang forging. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan interval penjadwalan preventive maintenance untuk meningkatkan kehandalan, karena dari pihak pabrikan tidak memiliki jadwal pemeliharaan mesin yang mengakibatkan ketersediaan mesin menurun. Dengan melakukan analisa kehandalan dan analisa resiko,ditemukan 10 komponen utama yang dapat menyebabkan kegagalan mesin, 8 diantaranya membutuhkan kegiatan preventive maintenance yaitu Spindle dengan interval 143 jam, Conveyor dengan interval 260 jam, Slide unit & work table dengan interval 648 jam, Pneumatic Device dengan interval 936 jam, Lubrication Device dengan interval 775 jam, X Axis Servo Driver dengan interval 610 jam, Z Axis Servo Driver dengan interval 1331 jam dan Cooling dengan interval 1105 jam beserta penugasannya dari tiap komponen dengan memasukkan analisis resiko. Untuk 2 komponen lainnya yaitu Y Axis Servo Driver dan Electric Cabinet tidak membutuhkan jadwal preventive maintenance karena tidak dapat meningkatkan kehandalannya. Kata kunci : Analisa kehandalan, analisa resiko, ketersediaan, pemeliharaan, mesin milling CNC VDL-500 Abstract: This research discusses about the reliability analysis on CNC Milling machines VDL-500 in a forging company. The purpose of this research is to get the interval scheduling of preventive maintenance to improve CNC Milling VDL-500 performance because that company not have preventive maintenance schedule so availability of machine decreasing. With Reliability analysis and risk analysis, 10 major components that were found to cause engine failure, 8 of them require Spindle maintenance activity with 143 hours interval, Conveyor maintenance with 260 hours interval, Slide unit and work table maintenance with 648 hours interval, Pneumatic Device with 936 hours interval, Lubrication Device with 775 hours interval, X Axis Servo Driver with 610 hours interval, Z Axis Servo Driver with 1331 hours interval and Cooling with 1105 hours interval with its assignment of each component by including risk analysis. Two other components, Y Axis Servo Driver and Electric Cabinet, are not require preventive schedule maintenance because it can’t increase the reliability. Keywords: Reliability analysis, risk analysis, availability, maintenance, CNC Milling VDL-50
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
Pendahuluan Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia akan berdampak pada semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan semakin majunya perkembangan manusia maka bidang teknologi pun ikut berkembang sangat pesat dengan harapan segala kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik. Hal inilah yang membuat perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki setiap departemen dan proses yang ada didalamnya agar dapat bersaing dengan kompetitornya dalam memenuhi kebutuhan manusia didunia bisnis. Tujuan kegiatan industri diperusahaan secara umum adalah untuk mencapai kualitas dan kuantitas produksi sebesar – besarnya dan menghasilkan keuntungan setinggi – tingginya serta menggunakan sumber daya dan biaya serendah – rendahnya. Berhasil tidaknya suatu industri sangat tergantung dari kriteria diatas dan proses didalamnya. Proses produksi yang baik tentunya harus didukung dengan pemeliharaan mesin yang baik pula, sehingga diharapkan proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Pemborosan dalam aspek pemeliharaan yang sering terjadi adalah buruknya preventive maintenance dikarenakan tidak diatur dengan baik, rendahnya kemampuan personel dan tidak diketahuinya prioritas pekerjaan sehingga pekerjaannya tidak terjadwal dengan baik. Hal tersebut menyebabkan banyaknya terjadi kerusakan mesin yang tidak terjadwal yang menyebabkan menurunnya kehandalan mesin. Rendahnya kehandalan mesin
menyebabkan tingginya biaya untuk pemeliharaan dan biaya kehilangan peluang (opportunity cost ) untuk memproduksi produk. Penjadwalan pemeliharaan semakin penting karena biaya pemeliharaan memiliki porsi yang signifikan terhadap total biaya dalam industri dan tujuan dari penjadwalan pemeliharaan adalah untuk meningkatkan Mean Time Between Failure (MTBF) dan atau mengurangi Mean Time To Repair (MTTR) yang mempresentasikan kebijakan biaya pemeliharaan. Artinya dengan melakukan penjadwalan pemeliharaan diharapkan dapat meningkatkan kehandalan mesin (reliability). Pada era globalisasi ini,tidak ada industri yang ingin mengalami kerugian akibat adanya keputusan atau langkah yang salah sehingga dampak tersebut harus dihindari karena hal itu dapat berpengaruh pada konsumen atau pelanggan. Terutama bila diingat kembali bahwa era ini merupakan era persaingan yang sangat ketat. Saat ini, terdapat industri yang belum melaksanakan preventive maintenance. Apabila hal tersebut tidak diterapkan maka kelak hal tersebut kemungkinan dapat membuat masalah bagi industri yang bersangkutan. Pada awalnya, penerapan corrective maintenance tidak memerlukan biaya yang besar dan pelaksanaannya tidak terlalu sulit. Akan tetapi, dalam jangka waktu yang panjang, biaya yang dikeluarkan oleh suatu industri yang menerapkan corrective maintenance akan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh suatu industri yang menerapkan pereventive maintenance. Begitu juga halnya dengan industri yang
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
menerapkan preventive maintenance yang tidak secara terjadwal. PT. X yang bergerak dibidang forging merupakan perusahaan yang belum memiliki sistem pemeliharaan yang terintegrasi dengan baik yang menyebabkan sering terjadinya kerusakan dan berhentinya mesin (downtime) yang mengakibatkan proses produksi terhenti hingga perbaikan mesin selesai. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat produktivitas mesin. Tidak adanya jadwal pemeliharaan membuat perusahaan ini tidak memiliki prediksi untuk pemeliharaan yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki mesin atau untuk mengganti komponen. Terutama pada mesin CNC milling VDL-500 yang mempengaruhi kualitas akhir produk setelah melewati berbagai macam proses produksi. Mesin milling VDL-500 ini terletak pada divisi akhir (finishing) sehingga memiliki peran yang vital terhadap perusahaan baik dari segi kualitas maupun cost yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi produk sampai pada tahap akhir proses produksi di PT.X . Mesin milling adalah suatu mesin perkakas yang menghasilkan sebuah bidang datar dimana pisau potong berputar dan benda bergerak mengikuti aksisnya untuk melakukan langkah pemakanan dan digunakan untuk mengolah bahan yang solid. Berdasarkan cara kerjanya mesin milling dibagi menjadi 2, yaitu : Mesin Milling konvensional Mesin yang dikendalikan secara konvensional / manual. Mesin konvensional manual posisi spindelnya ada dua macam yaitu horizontal dan vertikal. Cara
pengerjaan mesin ini dilakukan secara manual oleh operator. Mesin Milling CNC Mesin milling dengan kendali CNC (Computer Numerically Controlled) hampir semuanya adalah mesin milling vertikal. Mesin milling CNC dikendalikan oleh komputer, sehingga semua gerakan yang berjalan sesuai dengan program yang diberikan, keuntungannya yaitu mesin mampu diperintah untuk melakukan pengerjaan secara mengulang gerakan yang sama secara terus menerus dengan tingkat ketelitian yang sama. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan penjadwalan pemeliharaan pada mesin CNC Milling Dalian VDL-500 untuk meningkatkan kehandalan mesin. Tujuan Penelitian Memperoleh interval penjadwalan pemeliharaan mesin untuk meningkatkan kehandalan mesin . Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian dilakukan di PT. yang bergerak dibidang forging 2. Objek untuk penelitian dilakukan pada 1 mesin CNC Milling Dalian VDL 500 3. Faktor kesalahan manusia dalam penelitian ini diabaikan. Definisi Maintenance Definisi maintenance atau pemeliharaan (Assauri,2008,p134) adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang diperlukan
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
untuk mendapat suatu kondisi operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan. Hampir semua sistem teknis dipelihara. Pemeliharan sistem mencakup corrective dan preventive maintenance.Corrective maintenance mencakup kegiatan yang mengembalikan sistem dari keadaan yang rusak ke status beroperasi atau sedia. Corrective maintenance tidak direncanakan, dapat dikualifikasikan sebagai Mean Time To Repair (MTTR). Ada beberapa hal yang menjadi tujuan utama dilakukannya aktifitas perawatan mesin, yaitu : Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi kebutuhan produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan yang diluar batas dan mejaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien untuk keseluruhannya. Memperhatikan dan menghindari kegiatan – kegiatan operasi mesin serta peralatan yang dapat membahayakan keselamatan kerja. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi – fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return
investment yang sebaik mungkin dan total biaya serendah mungkin.
Jenis Pemeliharaan Terdapat dua tipe pemeliharaan, yakni : a. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) Pemeliharaan pencegahan dilakukan guna memperpanjang umur sistem ataupun meningkatkan kehandalan dari sistem tersebut. Tindakan pemeliharaan ini bervariasi mulai dari perawatan ringan yang membutuhkan durasi kegagalan pendek seperti hanya pelumasan, testing, penggantian terencana terhadap komponen dan sebagainya sampai pada overhaul yang memerlukan waktu durasi kegagalan yang signifikan. Tindakan perbaikan pencegahan biasanya sudah direncanakan dan terjadwal. b. Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance) Pemeliharaan yang terdiri dari tindakan mengembalikan kondisi sistem atau produk yang rusak atau gagal beroperasi kembali ke kondisi beroperasi. Tindakannya berupa perbaikan dari komponen rusak ataupun penggantian komponen rusak. Pemeliharaan perbaikan biasanya dilakukan apabila terjadi kegagalan yang tiba – tiba dan biasanya tidak direncanakan. Teori Kehandalan (Reliability) Reliability atau kehandalan dari suatu produk atau sistem menyampaikan konsep dapat diandalkan atau sistem tersebut sukses beroperasi dengan tidak adanya kegagalan. Kehandalan produk atau sistem adalah probabilitas suatu barang atau system
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
yang mampu melakukan fungsi tertentu untuk periode waktu tertentu jika beroperasi secara normal. Secara umum istilah “reliability” mungkin dapat diartikan dengan “mampu untuk diandalkan”. Reliability sendiri berasal dari kata reliable yang konon berarti dapat dipercaya (trusty, consistent, atau honest). Reliabilitas didasarkan pada teori statistik probabilitas, yang tujuan pokoknya adalah mampu diandalkan untuk bekerja sesuai dengan fungsinya dengan suatu kemungkinan sukses dalam periode waktu tertentu yang ditargetkan. Dalam Assurance Science reliabilitas ini biasa didefinisikan sebagai “The probability of a product its intended life and under the operating conditions encountered”.
komponen atau sistem yang gagal tersebut untuk bisa dipulihkan atau diperbaiki pada suatu kondisi waktu tertentu ketika kegiatan pemeliharaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Kurva Laju Kerusakan Bagian ini menjelaskan mengenai kurva yang menunjukkan pola laju kerusakan sesaat yang umum bagi suatu produk yang dikenal dengan istilah kurva bak mandi (bathtub curve) karena bentuknya. Sistem yang memiliki fungsi laju kerusakan ini pada awal siklus penggunaannya mengalami penurunan laju kerusakan (kerusakan dini), diikuti dengan laju kerusakan yang mendekati konstan (usia pakai), kemudian mengalami peningkatan laju kerusakan (melewati masa pakai). Kurva bathtub curve dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Maintainability Maintainability suatu peralatan dapat didefinisikan sebagai probabilitas dari
Gambar1. Kurva Siklus Hidup Peralatan ( Bathub curve ) Kurva Tersebut terdiri dari 3 fase, yaitu : a. Fase Burn-in Fase ini terdiri pada periode 0 sampai dengan t1. Kurva menunjukkan laju kerusakan menurun dengan
bertambahnya waktu. Laju kerusakan seperti ini disebut juga dengan Decreasing Failure Rate (DFR). Laju kerusakan umumnya disebabkan oleh kesalahan manufacturing seperti desain peralatan yang kurang semurna, control kualitas yang rendah dan sebagainya.
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
b. Fase Useful-Life Fase ini terjadi antara periode t1 dan t2 . Laju kerusakan yang terjadi cenderung konstan, sehingga fase ini disebut juga dengan Constant Failure Rate (CFR). Kerusakan yang terjadi bersifat acak, dipengaruhi oleh konndisi lingkungan dan manusia. c. Fase Wear-Out Fase ini terjadi setelah periode t2. Laju kerusakan menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya waktu, sehingga fase ini disebut Increasing Failure Rate (IFR). Kerusakan pada periode ini disebabkan oleh keausan peralatan, fatigue dan korosi Distribusi – Distribusi Kerusakan Setiap mesin memiliki pola kerusakan yang berbeda-beda. Seperangkat peralatan yang sama akan memiliki pola kerusakan yang berbeda jika dioperasikan pada keadaan lingkungan yang berbeda. Bahkan bila peralatan yang sama tersebut dioperasikan pada keadaan lingkungan yang sama pun tetap terbuka kemungkinan bahwa
kerusakan yang terjadi akan memiliki karakteristik kerusakan yang berbeda. Untuk melakukan analisa terhadap masalah yang terkait dengan perawatan mesin, dapat digunakan beberapa jenis distribusi kerusakan dan perbaikan untuk mendekati pola kerusakan dan perbaikan mesin yang terjadi. Terdapat 4 macam distribusi yang digunakan agar dapat mengetahui pola data yang terbentuk, distribusi tersebut antara lain : distribusi weibull, distribusi eksponensial, distribusi normal dan distribusi lognormal. Metode Analisa Reliability Banyak metode yang digunakan untuk menganalisa Reliability suatu sistem. Contoh – contoh metode yang digunakan untuk menganalisa reliability : FMEA, FTA, reliability diagram blok, analisa markov, part court method, stress analysis method dan masih banyak metode yang lain. Secara umum metode – metode tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 :
Gambar 2. Reliability Analysis Procedure Metode Induktif Kesimpulan umum (kegagalan sistem) didapat dengan mencari penyebab kegagalan pada tiap – tiap komponen yang mempengaruhi
sistem tersebut. Kegagalan komponen dijadikan sebagai dasar untuk menentukan kegagalan sistem secara menyeluruh. Metode seperti
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
failure mode and effect analysis (FMEA) termasuk dalam metode ini. FMEA berfungsi untuk menganalisa sistem peralatan berdasarkan fungsi sub-sistem yang dalam hal ini adalah komponen atau unit dan bagaimana komponen tersebut gagal dalam mencapai standar performansinya. Analisa yang dilakukan oleh FMEA pun harus dilakukan secara lengkap, mencakup efek yang ditimbulkan oleh kegagalan dan frekuensi munculnya kegagalan tersebut. Hal ini diperlukan dalam penentuan nilai RPN ( Risk Priority Number ) yang diperlukan dalam menganalisa derajat kepentingan atau prioritas dari masing – masin komponen. RPN = Severity x Frekuensi kerusakan x detectability Adapun variabel RPN, sebagai berikut : a. Severity (S) Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode kegagalan terhadap keseluruhan mesin. Nilai severity antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang sangat besar terhadap system Occurence (O) Occurence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan atau kegagalan. Occurence berhubungan dengan estimasi jumlah kegagalan kumulatif yang muncul akibat suatu penyebab tertentu pada mesin. Nilai occurence antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki nilai kumulatif yang tinggi atau sangat sering terjadi. Detection (D)
Deteksi diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyebab atau mode kegagalan. Nilai deteksi berkisar antara 1 sampai 10 Tabel 1. Pengumpulan Data No.
Nama
Frekuensi
Total
komponen
Kerusakan
Stoppages
1
Conveyor
26
3000
2
Coolant
7
580
16
745
10
440
13
690
16
1280
60
6895
13
1420
8
985
10
1025
3
4
5
electric cabinet Lubrication Device Pneumatic Device Slide Unit
6
dan work Table
7 8
9
10
Spindel X Axis Servo Driver Y Axis Servo Driver Z Axis Servo Driver
Kesepuluh komponen ini yang akan diteliti untuk dibuatkan jadwal preventive maintenancenya. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat penaksiran tugas preventive maintenance dengan menggunakan tools Failure Mode Effect and Analysis ( FMEA). Setelah membuat penaksiran tugas, kemudian dicari nilai RPN ( Risk Priority Number) untuk menentukan nilai prioritas perbaikan pada kegiatan PM nantinya dengan cara
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
berdiskusi dengan pihak perusahaan maka didapatkan nilai RPN sebagai berikut :
mendasari kenapa harus dilakukan penentuan atau pengujian distribusi ini adalah karena pada data yang akan digunakan terhadap variable t, dimana variable waktu t tersebut selalu berubah ubah dan berkesinambungan (continuous). Sehingga agar prediksi terhadap waktu kerusakan dan waktu perbaikan dapat mendekati kondisi riil-nya maka data – data yang akan digunakan harus diuji distribusinya. Terdapat dua tahapan dalam menentukan distribusi kegagalan, yaitu : a. Identifikasi kandidat distribusi / index of fit distribution (uji eksponensial, weibull, normal, lognormal) b. Uji hipotesis (Goodness of fit test) Hasil dari identifikasi kandidat distribusi dipilih yang nilai koefisien korelasinya paling besar, sedangkan pada goodness of fit test dipilih yang H0 diterima. Untuk selanjutnya, dilakukan perhitungan interval pemeliharaan dengan simulasi.
Tabel 2. Nilai RPN Risk Priority
Komponen
Number (RPN)
Cooling Tank
54
Conveyor
1248
Base
42
Electric Cabinet
160
Lubication Device
60
Pneumatic Device
130
Slide Unit & Work 320
Table Spindle
2700
X Axis Servo Driver Y Axis Servo Driver
260 96
Z Axis Servo Driver
160
Dari hasil analisis FMEA tersebut didapatkan 10 komponen kritis yang akan dijadwalkan interval pemeliharaannya. Setelah didapatkan data kerusakan mesin, data dikelompokkan berdasarkan komponen - komponen utamanya, kemudian dilakukan penentuan distribusi terhadap data – data yang telah dikelompokkan. Alasan yang
Hasil Pengolahan Data Dari hasil pengolahan data serta uji hipotesis maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Pengolah Data Seluruh Komponen No.
Komponen
1
Pneumatic Device
2 3 4
Conveyor Spindle Coolant
MTTF (jam)
Reliability R(t)
Weibull
1905.60
0.448
Weibull
883.19
0.392
Weibull
359.28
0.422
Lognormal
3302.90
0.334
Distribusi θ
2145.5
β
1.853
θ
933.64
β
1.175
θ
397.19
β
1.476
s
0.8566
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
5
Electric Cabinet
6
Lubrication Device
7
Slide Unit & Work Table
8
Sumbu X
9
Sumbu Y
10
Sumbu Z
tmed θ β θ β σ μ σ μ
2289 1355.1 0.872 2623.8 1.231 944.59 1446 1196.8 1626
s tmed θ β
1.3231 1485 2222.3 2.927
Setelah didapatkan kandidat distribusi yang sesuai serta nilai MTTF dan Nilai kehandalannya, selanjutnya dilakukan simulasi preventive maintenance dengan mengasumsikan sistem kembali kekondisi baru setelah mengalami perawatan pencegahan berdasarkan kandidat distribusi yang sesuai. Persamaannya adalah Rm(t) = R(t) untuk 0 ≤ t < T n Rm(t) = R(T) . R(t-T) untuk T ≤ t < 2T Secara umum persamaannya adalah : n Rm(t) = R(T) .R(t-nT) untuk nT ≤ t < (n+1)T dan n = 1,2,3,. .dst. Dimana : T adalah selang waktu preventive maintenance t adalah waktu operasional mesin n merupakan jumlah perawatan Rm(t) adalah reliability dengan preventive maintenance n R(T) adalah probabilitas keh andalan hingga n selang wakt u perawatan R(t-nT) adalah probabilitas kehandalan untuk waktu t-nT dari tindakan preventive yang terakhir. Nilai reliability yang diinginkan perusahaan adalah 80%, dibuatlah simulasi pemeliharaan dengan
Weibull
1463.17
0.343
Weibull
2452.50
0.398
Normal
1446.40
0.500
Normal
1626.46
0.500
Lognormal
3562.30
0.255
Weibull
1982.40
0.489
asumsi interval 2520 jam untuk setiap komponen, maka hasil yang didapatkan dari simulasi tiap komponennya sebagai berikut : 1. Pneumatic Device
Gambar 3. Peningkatan Reliability Pneumatic Device Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 936 jam
2. Conveyor
Gambar 4. Peningkatan Reliability Conveyor
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 260 jam
5. Slide Unit & Work Table
3. Spindle
Gambar 7. Peningkatan Reliability Slide Unit & Worktable Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 648 jam Gambar 5. Peningkatan Reliability Spindle
6. Lubrication Device
Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 143 jam
4. Cooling
Gambar 8. Peningkatan Reliability Lubrication Device Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 775 jam Gambar 6. Peningkatan Reliability Cooling
7. X Axis Servo Driver
Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 1105 jam
Gambar 9. Peningkatan Reliability X Axis Servo Driver Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 610 jam
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
8. Z Axis Servo Driver
Gambar 10. Peningkatan Reliability Z Axis Servo Driver Terjadi Peningkatan reliability setelah dilakukan kegiatan Preventive maintenance dengan interval 1331 jam
9. Electric Cabinet
Gambar 11. Peningkatan Reliability Electric Cabinet
10. Y Axis Servo Driver
Gambar 12. Peningkatan Reliability Y Axis Servo Driver
Dari grafik simulasi komponen Electric Cabinet dan Y Axis Servo Driver terlihat rendahnya reliability jika dilakukan preventive maintenance. Menurut Lewis (1987) kita harus memilih preventive maintenance apabila memberikan efek positif terhadap kehandalan sistem apabila tidak memberikan efek atau memberikan efek negatif maka solusi yang ditawarkan adalah penggantian sistem. Oleh karena itu pada kondisi tersebut, komponen Electric Cabinet dan Y Axis Servo Driver tidak perlu dilakukan preventive maintenance karena hanya akan menimbulkan biaya tanpa meningkatkan kehandalannya sehingga yang harus dipersiapkan oleh perusahaan adalah cepat dalam memperbaiki dan menyiapkan stok penggantian komponen. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 10 komponen yang menyebabkan mesin milling CNC VDL-500 berhenti beroperasi. Dari data stoppages losses Januari 2010 – Agustus 2012, dianalisis data Time To Failure dengan melakukan pencocokan distribusi. Dari Hasil perhitungan Mean Time To Failure dapat dihitung tingkat reliability sebelum dan sesudah melakukan Preventive Maintenance. Sehingga didapatkan interval preventive maintenance untuk komponen Spindle dengan interval 143 jam, komponen Conveyor dengan interval 260 jam, komponen Slide Unit & Worktable dengan interval 648 jam, komponen X Axis Servo Driver dengan interval 610 jam, komponen Z Axis Servo Driver dengan interval 1331 jam,
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
komponen Pneumatic Device dengan interval 936 jam, komponen Lubrication Device dengan interval 775 jam, komponen Cooling dengan interval 1105 jam beserta penugasan dari masing-masing komponen yang didapat dari hasil analisis FMEA ( Failure Mode Effect & Analysis) dapat meningkatkan kehandalan dan perkiraan umur operasi komponen.
maintenance. Jika memungkinkan penelitian ini dapat juga dilanjutkan dengan melakukan perencanaan dan pengendalian inventory control terhadap spare part mesin CNC Milling VDL -500 agar kegiatan kegiatan maintenance dapat berjalan secara baik dan akurat.
Sedangkan untuk dua komponen lainnya, yaitu komponen Electric Cabinet & komponen Y Axis Servo Driver tidak memerlukan Preventive Maintenance karena tidak dapat meningkatkan kehandalannya walaupu diberi jadwal Preventive Maintenance. Sehingga perusahaan sebaiknya menyiapkan operator maintenance yang baik untuk dapat merespon dengan cepat bila terjadi kerusakan dan menyiapkan stok yang tepat untuk penggantian komponen.
Andrews, J.D. and Moss, T.R, 2002, Reliability and Risk Assesment, ASME Press, New york .
Penelitian ini dilakukan hanya sampai pada tahap identifikasi awal kehandalan pada komponen utama mesin Milling VDL-500 dan resikonya dengan berdasarkan kondisi dan data yang ada saat ini beserta usul dan saran untuk meningkatkan kehandalan dan ketersediaan ( availability ) serta meminimalisir resiko yang terjadi. Disarankan adanya penelitian lebih lanjut dengan memasukkan perbandingan analisis biaya ketika dilakukan keg iatan preventive maintenance dan sebelum preventive maintenance agar terlihat perbedaan dalam hal yang selalu menjadi masalah yang mendasar terhadap perusahaan yaitu cost ( biaya ) . Selain itu penelitian ini bisa dilanjutkan dengan melakukan analisis kinerja operator maintenance dalam hal menangani corrective maupun preventive
Referensi
Assauri, Sofjan, (2008) Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta,2008. Blanchard,Benjamin S.(1995) Maintainability : A Key to Effective Serviceability and Maintenance Management,Canada,1995. Dhillon, B.S. and Singh Chanan. “Engineering Reliability : New Techniques and Applications”, John Wiley & Sons Inc, New York, 1981. Ebeling, Charles.E, “An Introduction in Reliability and Maintaibility Engineering”, McGraw-Hill, New York, 1996. E. E Lewis, “Introduction to Reliability Engineering”, 2 edition, John Wiley & Sons Inc, New York, 1996. Fore,S.(2010) Preventive Manitenance Using Reliability Centered Maintenance (RCM) : A Case Study of A Ferrochrome Manufacturing Company vol 21 May,no 1, 2010.
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013
Keith,Mobley R.(1995) An Introduction to Predictive Maintenance,1995.
Levitt, Joel.(2008). Lean Maintenance, New York : Industrial Press.
Kiyak,E. ( 2012 ) The Effects of Aircraft Preventive Maintenance on Reliability vol 6, 2012.
Mahadevan,M.L & Vinodh R,2010, Preventive Maintenance Optimization of Critical Equipment in Process Plant using Heuristic Algorithms,2010.
Klomjit,P & Kaewsaithom,P. Applications of Reliability Centered Maintenance for Reducing Downtime in a Paper Plant .
Patrick , O’connor,(1996) Practical Reliability, Third Edition .
Perecanaan penjadwalan..., Aridian Dwi Nugroho, FT UI, 2013