Kondisi Tingkat Kerusakan Pohon Mangrove di Pulau Keramut Kabupaten Anambas Provinsi Kepulauan Riau ABDUR RAHMAN
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Email:
[email protected]. ABSTRACT Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kerusakan pohon mangrove di pulau Keramut. Data mangrove diambil menggunakan metode transek garis (Kepmen LH 201, 2004) dengan membuat transek tegak lurus dari arah laut sampai ke arah darat. Dari hasil penelitian ditemukan 12 jenis yang terdiri dari 9 jenis mangrove sejati dan 3 jenis mangrove ikutan. Hasil analisis kerapatan di stasiun tertinggi jenis Xylocarpus granatum (85) ind / ha, terendah Sonneratia alba (20) ind / ha. Stasiun 2 tertinggi jenis Bruguiera gymnorrhiza (100) ind / ha, terendah Avicennia lanata (25) ind / ha. Stasiun 3 tertinggi jenis Rhizophora apiculata (75) ind / ha, Terendah Avecennia offcinialis (15) ind / ha. Nilai penutupan di stasiun 1 jenis tertinggi Xylocarpus granatum (0.15) %, terendah Sonneratia alba (0.04) %, stasiun 2 tertinggi jenis Bruguiera gymnorrhiza (0.20) %, terendah Avecennia lanata (0.04) %, stasiun 3 tertinggi jenis Ceriops decandra (0.09) %, terendah Avicennia offcinialis (0.02) %. Hasil pengukuran parameter perairan di hutan mangrove masih mendukung untuk pertumbuhan mangrove di Pulau Keramut.
Kata Kunci: Kondisi mangrove, Jenis, Transek Garis, Kerapatan , Penutupan, dan Parameter Perairan.
CONDITIONS MANGROVE TREE DAMAGE KERAMUT ISLAND ANAMBAS RIAU ISLANDS PROVINCE Abdur Rahman1) Arief Pratomo, ST, M.Si2) and Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc2) Departemen S-1 of Marine Science Marine Science Program, Faculty of Marine Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University Email:
[email protected] ABSTRACT This study aimed to determine the level of damage to mangrove trees on the Island Keramut. The data were taken by using line transect method which perpendicular toward the sea to land. Results of the study found 12 species consisting of 9 species of true mangroves and 3 mangrove asscociates. In station 1 the highest density was found on Xylocarpus granatum (85 ind / ha), the lowest was on Sonneratia alba (20 ind / ha). In station 2 the highest density was found on Bruguiera gymnorrhiza (100 ind / ha), the lowest was on Avicennia lanata (25 ind /ha). In station 3 the highest density was found on Rhizophora apiculata (75 ind / ha), the lowest was on Avecennia offcinialis (15 ind / ha). Approximately, value of the highest species of station 1 was Xylocarpus granatum (0,15)%, the lowest was on Sonneratia alba (0,04)%, the highest species of station 2 was Bruguiera gymnorrhiza (0,20)%, the lowest was on lanata Avecennia (0,04)%, the highest species of station 3 was decandra Ceriops (0,09) %, the lowest was on offcianialis Avicennia (0,02)%. Water was quality parameters were still support for the growth of mangroves on the Island Keramut.
Keywords: Mangrove condition, type, transect lines, density, closure, and water parameters.
akhir
Latar Belakang Hutan mangrove merupakan vegetasi hutan yang hanya dapat tumbuh dan berkembang baik di daerah
tropis.
Sebagai
yang
membentuk
ekosistem
perairan,
keberadaan
berkurang
karena
dimanfaatkan secara berlebihan. Tujuan Penelitian -
sebuah
komunitas
ini
Mengetahui kondisi tingkat kerusakan pohon mangrove di Pulau Keramut
-
Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi
mangrove tidak dapat dimarjinalkan.
kerusakan pohon mangrove Hutan mangrove yang rusak dapat mempengaruhi ekosistem lain seperti ekosistem lamun dan karang yang
saling
ekosistem
berinteraksi mangrove,
Manfaat Penelitian -
dan karang disekitarnya (Nontji,
kerusakan
pohon
mangrove
ekosistem
mempengaruhi pertumbuhan lamun
Memperoleh data mengenai tingkat
dengan
mangrove yang sudah rusak dapat
-
Data
yang
diperoleh
diharapkan
dapat
meningkatkan
pemahaman
dalam menjaga kelestarian
1987). Pulau Keramut mempunyai hutan informasi pohon
di Pulau Keramut
mangrove. dari
Berdasarkan
masyarakat
mangrove
sangat
dulu lebat
disepanjang pantai Pulau Keramut dan masyarakat berpendapat akhir –
mangrove agar tidak rusak khususnya di Pulau Keramut METODE PENELITIAN Metode
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei secara langsung di lapangan Pengamatan mangrove menggunakan
metode transek Garis (Kepmen LH
menilai kondisi kerusakan mangrove
201, 2004), parameter perairan yang
yang ada di Pulau Keramut. Jalur
diperlukan
ini
transek pada masing-masing stasiun
seperti (salinitas, suhu, kecepatan
dibuat tegak lurus dengan garis
arus, DO perairan, pasang surut dan
pantai. Jalur dibuat dengan menarik
substrat).
tali dari arah laut ke arah darat
dalam
penelitian
Pengumpulan data sekunder
sepanjang adanya mangrove. Petak /
berkaitan
kondisi
plot berukuran 10 m x 10 m untuk
daerah tersebut diperoleh dari kantor
tingkat pohon dibuat di setiap jalur
dan intansi terkait.
transek yang terletak disebelah kiri
yang
dengan
Prosedur untuk dengan
yang
dilapangan metode
ini
digunakan dilakukan
transek
Garis
(Kepmen LH 201, 2004). Kemudian melakukan teknik sampling guna mengetahui
kondisi
tingkat
kerusakan pohon mangrove di Pulau Keramut. Purposive sampling adalah teknik pengambilan contoh yang digunakan apabila contoh yang akan diambil mempunyai pertimbangan tertentu. Misalnya berdasarkan jenis, usia, ukuran, dan sebagainya untuk
atau kanan transek, yang mana jarak antar plot adalah 10 meter dan jumlah Plot 20 / stasiun. Pada setiap petak/plot tersebut dibuat 2 buah sub petak/plot dengan ukuran 5 m x 5 m. Dalam petak itu dikumpulkan data tentang tingkatan
belta /
anak.
Adapun untuk tingkatan semai, data dikumpulkan dari 5 buah sub petak / plot yang berukuran 1 m x 1 m yang ditempatkan dalam sub petak/plot ukuran 5 m x 5 m (Kepmen LH 201, 2004).
Ci = ∑ BA / A x 100% BA
= π DBH2 : 4 (dalam Cm2)
π
= Konstanta (3.14)
DBH
= Diameter pohon dari jenis i
A =
Luas total pengambilan sampel
Keterangan
DBH
= CBH/ π (dalam Cm), DBH adalah lingkaran setinggi dada.
Penutupan Relatif (RCi) Untuk mengetahui kondisi Adalah perbandingan antara tingkat kerusakan mangrove dalam penutupan individu jenis ke-i dengan kepentingan
deskripsi
suatu jumlah total penutupan seluruh jenis.
komunitas
tumbuhan
diperlukan Penutupan
minimal
tiga
macam
relatif
jenis
dihitung
parameter dengan menggunakan rumus (Odum,
kuantitatif,
yaitu
Kerapatan, 1971)
Tutupan, dan kualitas perairan.
RCi
Penutupan (Ci) Adalah
luas
area
Ci x100% Ci
yang
tertutupi oleh jenis- i. Penutupan
Ci = Luas area penutupan jenis
jenis dihitung dengan menggunakan
C = Luas total area penutupan
rumus :
untuk seluruh jenis
RCi = Penutupan relatif jenis
jenis dan jumlah total individu
apabila nilai tutupan < 50 % maka
seluruh jenis (Odum, 1971)
mangrove
tersebut
mengalami
RDi
kerusakan (Kepmen LH 201,2004) RDi
ni x100 n
= Kepadatan relatif
Ni = Jumlah total tegakan species i
Kerapatan Jenis
(tegakan) Kepadatan/kerapatan
jenis ∑n = Jumlah total individu seluruh
adalah jumlah individu (tegakan) per jenis satuan
luas.
Kepadatan
masingKerapatan juga dapat dilihat
masing jenis pada setiap stasiun dihitung
dengan
menggunakan
rumus Odum (1971) sebagai berikut:
dari
usia
dan
diameter
pohon
mangrove, apabila mangrove yang dinilai <1000 ha dikatagori rusak
Di = ni / A Di =
Ni =
Kerapatan jenis (tegakan/1
(Keputusan Lingkungan
Menteri Hidup
Nomor
m2 )
Tahun 2004)
Jumlah total tegakan species
HASIL DAN PEMBAHASAN
(tegakan)
201
Hasil observasi yang
A = Luas daerah yang disampling (1 m2)
dilakukan di Pulau Keramut ditemukan 12 jenis mangrove, yang ditemukan di 3 (tiga) stasiun dan di
Kerapatan Relatif (RDi) Kerapatan
Negara
relatif
adalah
perbandingan antara jumlah individu
identifikasi mengunakan buku identifikasi Noor et al. (1999).
jenis Avecenia offcinialis dengan
Stasiun 1 Stasiun 1 (satu) dengan titik kordinat
030
05’83,44”
nilai kerapatan 35 individu/ha.
LU
Total nilai penutupan tingkat
dan105039’14,41”BT kondisi lokasi
pohon
perairan
kondisi
penutupan tertinggi jenis Xylocarpus
perairan sangat tenang dilakukan
granatum sebesar 0.15 (%) diikuti
pengamatan mangrove sebanyak 4
jenis Ceriops decandra 0.09 (%) dan
(empat) transek dengan jarak 50 m.
jenis Bruguiera gymnorrhiza dengan
stasiun 1 (satu) terdapat 6 (enam)
nilai penutupan 0.07 (%) dan nilai
jenis mangrove Avecenia offcinialis,
penutupan
Bruguiera
gymnorrhiza,
Sonneratia alba sebesar 0.04 (%).
decandra,
Rhizophora
tertutup
serta
Ceriops apiculata,
Sonneratia alba, dan Xylocarpus granatum.
sebesar
terendah
030
05’83,28”
terbuka
Nilai
perairan
tidak
jenis
jenis
LU
dan105039’55,20”BT kondisi lokasi perairan
tertinggi
pada
nilai
Stasiun 2 (dua) dengan titik
kerapatan sebesar 310 individu/ha. kerapatan
(%),
Stasiun 2
kordinat
Tingkat pohon total nilai
0.48
serta
tenang
kondisi dilakukan
Xylocarpus granatum sebesar 85
pengamatan mangrove sebanyak 4
individu/ha diikuti jenis Ceriops
(empat) transek dengan jarak 50 m.
decandra sebesar 70 individu/ha,
stasiun 2 (dua) terdapat 4 (empat)
nilai kerapatan terendah adalah jenis
jenis mangrove Avicennia lanata,
Sonneratia
Bruguiera gymnorrhiza,
alba
dengan
nilai
kerapatan sebesar 20 individu/ha dan
Ceriops
decandra, dan Rhizophora apiculata.
tingkat pohon total nilai kerapatan
perairan
sebesar
Nilai
pengamatan mangrove sebanyak 4
kerapatan tertinggi jenis Bruguiera
(empat) transek dengan jarak 50 m.
gymnorrhiza sebesar 100 individu/ha
stasiun 3 (dua) terdapat 7 (tujuh)
diikuti jenis Rhizophora apiculata
jenis
sebesar
nilai
officinialis,
230
75
individu/ha.
individu/ha,
tidak
tenang
mangrove
kerapatan
terendah
adalah
jenis
Bruguiera
Avicennia
lanata
dengan
nilai
decandra,
dilakukan
Avicennia
Avicennia
lanata,
cylindrical,
Ceriops
Rhizophora
apiculata,
kerapatan sebesar 25 individu/ha dan
Sonneratia alba, dan Xylocarpus
jenis Ceriops decandra dengan nilai
granatum.
kerapatan 30 individu/ha.
tingkat pohon total nilai
Total nilai penutupan tingkat pohon
sebesar
0.36
(%),
nilai
kerapatan sebesar 280 individu/ha. Nilai
kerapatan
tertinggi
jenis
penutupan tertinggi jenis Bruguiera
Rhizophora apiculata sebesar 75
gymnorrhiza sebesar 0.20 (%) diikuti
individu/ha diikuti jenis Ceriops
jenis Rhizophora apiculata 0.07 (%).
decandra sebesar 55 individu/ha,
Nilai penutupan terendah pada jenis
nilai kerapatan terendah adalah jenis
Avicennia lanata sebesar 0.04 (%).
Avicennia officinialis dengan nilai
Stasiun 3
kerapatan 15 individu/ha.
Stasiun 3 (tiga) dengan titik kordinat
030
06’88,50”
LU
Total nilai penutupan tingkat pohon
sebesar
0.35
(%),
nilai
dan105039’84,36”BT kondisi lokasi
penutupan tertinggi jenis Ceriops
perairan
decandra sebesar 0.09 (%) diikuti
terbuka
serta
kondisi
jenis Rhizophora apiculata dengan
nilai
nilai penutupan 0.08 (%). Nilai
menunjukan kandungan DO setiap
penutupan
jenis
stasiun perairan Pulau Keramut tidak
Avicennia officinialis sebesar 0.02
berbeda jauh atau bersifat homogen.
(%).
Tinggi rendahnya oksigen terlarut
Kualitas Perairan Pulau Keramut
juga
Salinitas
perairan seperti gelombang, arus, dan
terendah
pada
salinitas pada stasiun 1 (satu)
DO
7.6.
Nilai
dipengaruhi
tersebut
oleh
dinamika
difusi yang disebabkan oleh angin.
berkisar 29.2‰, stasiun 2 (dua)
Oksigen terlarut merupakan
berkisar 30.3‰, dan stasiun 3 (tiga)
variabel kimia yang mempunyai
berkisar 30.7‰. Dilihat dari hasil
peran penting sekaligus menjadi
tersebut untuk plot yang lebih dekat
faktor pembatas
kearah darat cenderung lebih rendah
biota air (Nybakken, 1988). Lee et.al,
diduga dipengaruhi oleh suplai air
dalam Anggraini (2010) menjelaskan
tawar sedangkan plot yang lebih
pengelompokkan kualitas oksigen
dekat
cenderung
terlarut terdiri dari empat jenis yaitu;
lebih tinggi diduga karena pasokan
tidak tercemar (> 6.5 mg/l), tercemar
air laut lebih mempengaruhi.
ringan
Do
sedang
kelaut salinitas
Hasil
pengukuran
DO
bagi
(4.5-6.5
mg/l),
(2.0-4.4
tercemar berat
kehidupan
tercemar
mg/l)
(<
2.0
dan mg/l).
berkisar 7.4 -7.8. Nilai DO stasiun 1
Sehingga kondisi oksigen terlarut di
(satu) dan 2 (dua) sebesar 7.4 dan 7.8
perairan
sedangkan di stasiun 3 (tiga) dengan
dikatakan baik dan tidak tercemar.
Pulau
Keramut
dapat
Suhu
Substrat pengukuran berkisar antara
0
di
Pulau
Keramut
pada
0
29.7 C - 31 C. Ini menunjukan tidak terdapat perbedaan yang cukup jauh dari setiap pengukuran. Menurut Nontji (2007), bahwa kisaran suhu dianggap
layak
bagi
kehidupan
stasiun 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga) memiliki nilai persentase lumpur yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi diduga letak perairan yang homogen serta dinamika perairan yang kecil di
o
organisme akuatik adalah 27 C -
stasiun 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga)
o
32 C, suhu perairan luar terutama daerah permukaan dipengaruhi oleh pemanasan intensitasnya
sinar
matahari
senantiasa
yang
berubah-
ubah setiap waktu.
juga diduga yang mempengaruhi jenis
Rhizophora
Xylocarpus
apiculata
Granatum
dan lebih
mendominasi di 3 (tiga) stasiun tersebut.
Kecepatan Arus Kesimpulan kecepatan
arus
Pulau
Hasil
pengamatan
yang
Keramut berkisar antara 15.4 – 16.6
dilakukan
cm/dtk . Ini menunjukan terdapat
mangrove yang ditemukan 12 jenis,
perbedaan yang cukup jauh dari
Kondisi Tingkat Kerusakan Pohon
setiap pengukuran dan ada pengaruh
mangrove di Pulau Keramut dilihat
faktor lain seperti angin,dan cuaca
dari nilai kerapatan rata - rata 273.33
yang tidak tetap.
individu/ha katagori jarang (rusak)
saat
penelitian
jenis
karena nilai kerapatannya dibawah 1000 individu/ha dan nilai tutupan
rata – rata 0.39 % tidak dibandingkan
29.2 ‰ – 30.7 ‰, DO 7.4 - 7.8,
karena penutupan yang diukur adalah
kecepatan arus 15.4 -16.6, suhu 29.7
penutupan
0
basal
bukan
kanofi.
C – 31 0C, dan Pasang surut, pasang
Penilaian tersebut didasarkan dari
tertinggi sebesar 1 m dan surut
Keputusan
terendah
Lingkungan
Menteri Hidup
Negara
Nomor:
0
m.
Sedangkan
tipe
201
substrat pada stasiun 1 (satu), 2
Tahun 2004 tentang Kriteria Baku
(dua), dan 3 (tiga) adalah berlumpur,
Kerusakan Mangrove Tipe Pohon.
pasir, dan kerikil dan paling dominan
Setiap
stasiunnya
berdasarkan pengamatan dan analisis dari nilai penutupan yang tertinggi jenis yang mendoninasi di setiap stasiunnya adalah Rhizophora sp, ceriops
decandra
diikuti
jenis
lumpur, hasil pengukuran parameter perairan mendukung
menunjukan untuk
masih
pertumbuhan
mangrove. Saran -
Perlunya kegiatan rehabilitas
Xylocarpus granatum, untuk jenis
dan
yang lain memiliki nilai penutupan
fungsi
yang kecil hal ini diduga dipengaruhi
ekologi dan ekonomi menjadi
dari kondisi substrat serta ketahanan
optimal di Pulau Keramut
suatu
Kabupaten Anambas.
jenis
terhadap
parameter
perairan lainnya. Kualitas parameter perairan di Pulau Keramut yang dilakukan di setiap stasiun antara lain salinitas
-
pengawasan
Perlunya
mangrove
pengelola
sehinga secara
hutan
mangrove yang baik dan meningkatkan
pendapatan
masyarakat yang ada di Pulau
Keramut
Kabupaten
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta. Djambatan.
Anambas Provinsi Kepulauan Riau. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Pengelolaaan Kawasan Hutan Mangrove yang Berkelanjutan. Dalam “Seminar Pengelolaan Hutan Mangrove Denpasar, Bali 8 September 2003”. Dahuri. R. 2003. Keanekaragman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Monk, K. A.dkk. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku, Buku V. Canadain international Development Agency (CIDA)danPrenhallindo, Jakarta.
Noor, Y.R., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor. Nyabkken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. Gramedia. Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ekology. WB. Sander Company, USA. Rusila Noor, Y, M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA /WI-IP, Bogor. Soeroyo. 1993. Pertumbuhan Mangrov dan Permasalahannya. Buletin Ilmiah INSTIPER Yogyakarta. 4(2) : 206-219