BAB XIII REASURANSI Dalam bab-bab sebelumnya telah dipaparkan secara mendalam tentang asuransi jiwa,asuransi kerugian,dan asuransi aneka. Berikut ini akan dipaparkan juga produk jasa reasuransi dan karakternya yang mencangkup pengertian,prinsip ,dan tujuan reasuransi;polis dan premi reasuransi;dan cara pelaksanaan reasuransi.
A. PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUAN REASURANSI Sebagaimana dengan penjelasan asuransi yang di muka, berikut ini diuraikan pengertian, prinsip, serta tujuan reasuransi.
1. Pengertian Reasuransi Sudah menjadi kebiasan para penanggung untuk selalu membagi setiap risiko yang diperoleh kepada penanggung lain,agar risiko yang menjadi bebannya lebih ringan danteman penanggung lainnya mendapat keuntungan.Biasanya perbuatan saling memberi ini didasarkan pada suatu perjanjian tertulis yang disebut pertanggungan ulang atau perjanjian reasuransi. Sebagai contoh,apabila penanggung A mendapat objek pertanggungan,maka sebagian
dari
objek
tersebut
diberikan
kepada
temannya
penanggung
B,dan
sebaliknyaapabila penanggung B mendapat objek pertanggungan,maka sebagian diberikan kepada penanggung A,sehingga penanggung A mendapat sebagian dari risiko penanggung B,dan penanggung Bmendapat sebagian dari risiko penanggung A. Selain itu masih ada bentuk lain,yaitu mempertanggungkan lagi benda pertanggungannya kepada’’perusahaan
reasuransi’’,baik
dengan’’perusahaan
reasuransi’’adalah
swasta perusahaan
maupun
negara.Yang
reasuransi
yang
dimaksud
khusus
hanya
menjalankan pertanggungan ulang (reasuransi) secara professional saja,dan tidak menerima tawaran dari penaggung pertama yang akan mereasuransikan objek pertanggungannya kepada perusahaan reasuransi.
[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
Bentuk lain dari perbuatan pertanggungan ulang adalah perbuatan”perusahaan reasuransi professional” itu untuk membuang sisa risikonya ke”perusahaan reasurasi professional” luar negeri.
2. Prinsip Reasuransi Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam reasuransi. Prisip-prinsip tersebut meliputi:prinsip itikad baik,prinsip insurable interest,prinsip idemnitas,prinsip subrogasi ,dan prinsip follow the fortunes. 2.1 Prinsip Itikad Baik Prinsip itikad baik merupakan kemauan berbuat baik dari setiap pihak untuk melakukan perbuatan hukum agar akibat dari kehendak atau perbuatan hokum itu dapat tercapai dengan baik. Dalam bidang perjanjian reasuransi,maka penanggung pertama / tertanggung kedua harus memberitahukan kepada penanggung ulang / penanggung kedua segala sesuatu mengenairisiko yang akan dilimpahkan kepadanya dan sebaliknya sipenanggung ulang tidak boleh mencari -cari alasan yang tidak masuk akal dengan maksud untuk menghindari kewjibannya membayar ganti rugi yang menurut hukum harus dilasanakan . 2.2 Prinsip Insurable Interest ”Insurale interest”(kepentingan yang dipertanggungkan) merupakan hak atau kewajiban tertanggung terhadap benda pertanggungan.Kkepentingan dalam reasuransi adalah kewajiban penanggung pertama untuk mengganti kerugian terhadap tertanggung pertama. 2.3. Prinsip Idemnitas Isi dari prinsip idemnitas adalah keseimbangan. Keseimbangan tersebut mencangkup antara jumlah ganti kerugian dengan kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung dan kesimbangan antara jumlah pertanggungan dengan nilai sebenarnya dari benda pertanggungan. Reasuransi dalam hal asuransi kerugian , prinsip idemnitas berlaku sepenuhnya . Pembagian premi dan penggatian jumlah ganti rugi kerugian antara penanggung pertama dengan penanggung kedua ( penanggung ulang ) adalah seimbang dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam perjanjian reasuransi.
[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
2.4. Prinsip Subrogasi Subrogasi adalah penyerahan hak menuntut dari tertanggung kepada penanggung, manakala jumlah ganti kerugian sepenuhnya sudah diganti oleh penanggung.Dalam reasuransi , penanggun ulang yangsudah membayar ganti kerugian kepada penanggung pertama berhak atas subrogasi itu.Jadi , jika penanggung pertama menerima subrogasi , maka penanggung ulang pun mendapat subrogasi dari penanggungpertama sebanding dengan jumlah penyertaannya. Dalam hal ini penanggung ulang memperoleh ” recovery ” (perolehan kembali ). 2.5. Prinsip ” Follow the Fortunes” Prinsip ”follow the fortunes ” adalah prinsip yang menyatakan bahwa penanggung ulang akan mengikuti suka duka penanggung pertama. Prinsip ini hanya berlaku khusus bagi reasuransi. Prinsip ini menghendaki penanggung ulang tidak boleh mempertimbangkan secara tersendiri terhadap objek pertanggungan. Akibatnya,segala sesuatu , termasuk peraturan perjanjian yang berlaku bagi penanggung pertama , berlaku pula bagi penanggung ulang.
3. Tujuan Reasuransi Berdasarkan pengertian reasurasi , maka dapatlah diketahui apa tujuan dari program ini . Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan reasuransi adalahmelemparkan kembali risikko suatu perusahaan asuransi kepada perusahaan lain untuk mengurangi beban yang kemungkinan akan ditanggungnya.
B. POLIS DAN PREMI ASURANSI Pada tahap akhir dari prosedur penutupan reasurasi , yaitu apabila kedua belah pihak merasa sudah cukup memenuhi persyaratan , maka dapat dikeluarkan polis asuransi. Adapun fungsi polis reasuransi paada dasarnya sama dengan fungsi polis asuransi , yaitu: sebagai perjanjian pertanggungan ; sebagai bukti jaminan dari penanggung ulang kepada penanggung petama untuk mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung , sebagai bukti premi reasuransi oleh penanggung pertama kepada penanggung ulang sebagai balas jasa atas jaminan dari penanggung ulang. [Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
Besarnya premi yang harus dibayar sesuai dengan perjanjian reasuransi seperti yang tertera dalam polis . Apabila perjanjian reasueansi itu memerintahkan suatu perbuatan hukum tertentu kepada penanggung pertama , misalnya harus membuat laporan mengenai pembagian premi dan lain-lain yang erhubungan dengan hal tersebut , maka dalam kolom ” Bordeaux’’pada perjanjian reasuransi harus diberi keterangantentang syarat-syarat yang harus dilakukan oleh penanggungpertama yang bersifat’’reporting ” atau ” non-reporting’’. Apabila ’’bordeaux” disyaratkan ” reporting ” maka harus dinyatakan kapan laporan tersebut harus dibuat dan apa syarat-syarat yang harus dilakukan .Tetapi jika ” bordeaux ” disyaratkan ” non-reporting” maka laporan tidak dilakukansecara tertib dan terinci. Laporan yang dimaksudadalah pendek , mengenai jumlah-jumlah premi yang ditahan penanggung pertama dan jumlah-jumlah premi yang disetor kepada penanggung ulang .
C. CARA PELAKSANAAN REASURANSI Ada berbagai macam cara atau metode pelaksanaan reasuransi . Beberapametode / cara pelaksanaan reasuransi antara lain reasuransi fakultatif dan reasuransi wajib (berdasarkan perjanjian ).
1. Reasuransi Fakultatif Reasuransi fakultatif pada dasarnya memberikan kebebasan kepada penanggung pertama agar tidak terikat mengalihkan dan penanggung ulang juga tidak terikat untuk menerima penawaran dan peralihan
risiko. Pada satu pihak, penanggung pertama mempunyai
kebebasan. Artinya tidak terikat untuk menawarkan atau memindahkan tanggung jawabnya (Resiko yang ada padanya karena ditutup perjanjian asuransi) atau tidak kepada siapapun. Sedangkan pihak lain yaitu penanggung ulang juga tidak terikat untuk menerima suatu atau setiap penawaran atau pemindahtanganan apapun dari penanggung pertama. Jadi, reasurasi fakultatif memberikan kebebasan bertindak atas dasar kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pihak yang akan mengadakan perjanjian. Reasuransi fakultatif biasanya ditutup dengan metode proporsional atau menurut perbandingan. Dalam hal ini penanggung pertama telah memegang untuk dirinya sendiri suatu bagian tertentu dari
[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
suatu resiko yang telah disetujui dan sisanya direasuransikan dengan pembayaran berdasarkan premi semula dikurangi dengan komisi.
2. Reasuransi berdasarkan perjanjian atau reasuransi wajib Reasuransi berdasarkan perjanjian, merupakan suatu perjanjian dasar yang mengatur hubungan reasuransi antara penanggung pertama dengan penanggung ulang secara terus menerus sampai perjanjian yang bersangkutan diputuskan oleh para pihak. Perjanjian yang terjadi diantara para pihak secara mendasar pada hakikatnya mengatur hal-hal sebagai berikut. Bahwa semua usaha/kegiatan yang dilakukan oleh penanggung pertama direasuransikan atau akan direasuransikan kepada penanggung ulang, sepanjang penanggung pertama sudah memenuhi syarat-syarat. Sebagai konsekuiensinya penanggung ulang tidak dapat menolak permintaan reasuransi dari penanggung pertama. Oleh karena itu reasuransi berdasarkan perjanjian ini, menciptakan adanya hubungan timbal balik antara penanggung pertama dengan penanggung ulang. Jadi, perjanjian ini mempunyai sifat otomatis yang penuh, semua kelebihan dari retensi penanggung pertama sampai pada waktu batas akngka maksimum tertentu harus direasuransikan oleh penanggung pertama kepada penanggung ulang. Penanggung ulang wajib menerima sampai batas yang sudah disepakati. Setiap kelebihan dari jumlah tersebut akan direasuransikan secara fakultatif. Reasuransi berdasarkan perjanjian ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : reasuransi dengan perjanjian berdasarkan atas perbandingan dan reasuransi dengan perjanjian yang tidak berdasarkan atas perbandingan. 2.1. Reasuransi dengan perjanjian berdasarkan atas perbandingan. Sifat dasar dan cirri umum dari semua reasuransi dengan perjanjian yang proporsional adalah penanggung ulang wajib untuk menerima suatu bagian tertentu (sudah ditentukan terlebih dahulu) dari penanggung pertama pada setiap pelimpahan. Perbandingan yang sama berlaku juga untuk premi. Reasuransi dengan perjanjian proporsional ini dapat berbentuk quota share atau surplus. Reasuransi quota share [Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
Reasuransi quota share adalah suatu perjanjian reasuransi dengan suatu persentase tertentu dari masing-masing dan setiap resiko yang diterima oleh penanggung pertama harus dialokasikan kepada penanggung ulang. Mengenai berapa jumlah yang akan dialokasikan, tergantung dari jumlah maksimum berapa yang akan disetujui. Dengan demikian, penanggung pertama terikat untuk memindahtangankan/mengalihkan setiap sekian persen sesuai dengan persetujuan resiko resiko dan dalam batas perjanjian kepada penanggung ulang. Sedang penanggung ulang terikat untuk menerima pemindahan resiko tersebut. Dalam hal ini, penanggung pertama tidak boleh mengecualikan resiko yang telah ia terima dari tertanggung. Artinya dia akan tetap menahannya sendiri apabila baik atau ia hanya akan melimpahkan apabila jelek. Oleh karena itu, ia tidak memilikikebebasan untuk melimpahkan atau tidak atas resiko berdasarkan taksiran teknisnya sendiri. Reasuransi Surplus Reasuransi Surplus adalah suatu perjanjian reasuransi yang mewajibkan penanggung pertam untuk mengalihakan suatu resiko dengan segera, apabila resiko yang bersangkutan melebihi batas/nilai yang sudah disetujui terlebih dahulu dan penanggung ulang terikat untuk menerima resiko perjanjian tersebut. Artinya apabila dalam perkiraan teknis suatu resiko itu adalah aman, atau dengankata lain menurut perkiraan teknis kerugian yang terjadi adalah tipis, maka resiko semacam itu disebut resiko yang baik. Jadi, dalam hal ini dapat terjadi adanya suatu kemungkinan bahwa banyaknya jenis retensi pada penanggung pertama sama banyaknya dengan jenis resiko yang diasuransikan. Karena banyaknya jenis resiko, maka diperlukan daftar dari jumlah-jumlah maksimal yang tetap dipegang oleh penanggung pertama sebagai beban sendiri yang biasa disebut daftar batas atau daftar limit. Sedangkan penanggung ulang hanya bertanggung jawab sampai batas tertentu untuk setiap resiko. Oleh karena itu, penanggung pertam mempunyai beban untuk mengadakan analisis untuk setiap resiko, dan diberitahukan kepada penanggung ulang berapa yang direasuransikan dan premi yang bersangkutan.
[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
2.2. Reasuransi dengan perjanjian yang tidak berdasarkan atas perbandingan Reasuransi dengan perjanjian yang tidak proporsional dapat diadakan melalui suatu perjanjian. Dalam pernjanjian yang dibuat, oleh para pihak dengan jelas diatur bahwa penanggung ulang berkewajiban membayar ganti rugi kerugian yang melebihi batas tertentu. Batas tertentu adalah jumlah kerugian tertentu yang dengan tegas telah diperjanjikan, tetap menjadi tanggung jawab penanggung pertama. Jadi penanggung ulang tidak berkewajiban membayar, kecuali kerugian yang melebih batas tertentu/ prioritas sebagaimana telah diperjanjikan terlebih dahulu. Oleh karena itu, tanggungjawab penanggung ulang menjadi sangat bervariasi tergantung pada kerugian riil. Besarnya premi bisanya ditentukan/berdasarkan suatu taksiran dari penanggung ulang, daengan mengadakan analisis terhadap setiap resiko yang bersangkutan. Reasuransi dengan pernjanjian yang non proporsional, dibagi menjadi dua jenis, yaitu: kelebihan kerugian dan penghentian kerugian. Kelebihan kerugian (excess of loss) Reasuransi non proporsional excess of loss, merupakan jenis reasuransi yang lazim dipergunakan, karena pertimbangan praktis dan ekonomis. Reasuransi ini memberikan proteksi kepada penanggung pertama untuk setiap peristiwa. Pada reasuransi non proporsional excess of loss, terdapat tiga hal pokok yang harus dipenuhi, yaitu : kerugian bersih terakhir, satu peristiwa, dan retensi yang tetap. Kerugian bersih terakhir artinya, kerugian dari penanggung pertama haruslah suatu kerugian yang actual. Atau dengan kata lain merupakan suatu kerugian riil yang diderita setalah dikurangi dari pembayaran apapun, termasuk dari penanggung ulang, atas dasar reasuransi yang proporsional. Jadi, hanya kerugian bersih yang dibayar oleh penanggung ulang. Suatu peristiwa dianggap sebagai suatu peristiwa tunggal, karena sulit untuk menentukan suatu rangkaian peristiwa itu tunggal atau tidak, sehingga dipergunakan pedoman dengan jumlah jam yang pada umumnya berkisar antara 48 jam atau 72 jam. Jadi, peristiwa yang terjadi pada suatu waktu dalam batas waktu secara berturut turut, atau tidak terjadi selama waktu yang ditentukan dapat dianggap sebagai suatu peristiwa tunggal.
[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
Sedangkan suatu retensi tetap dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara retensi penanggung pertama dengan penanggung ulang. Penghentian Kerugian (stop loss) Reasurasnsi non proporsional stop loss ini bertujuan untuk membatasi tanggung jawab penanggung pertama pada satu periode/tenggang waktu, biasanya satu tahun. Reasuransi ini bermaksud memberikan proteksi kepada penanggung jawab pertama bukan atas peristiwa tunggal, tetapi atas kerugian keseluruhan yang diderita selama jangka waktu tertentu. Apabila jumlah keseluruhan melebihi suatu batas perioritas tertentu maka penanggung ulang akan membayar kelebihannya sampai pada jumlah maksimum tertentu. Prioritas atau batas dapat dinyatakan berdasarkan persentase penghasilan premi dari satu waktu (misalnya 1 tahun) atau berdasarkan sautu angka mutlak, atau juga berdasarkan kedua cara tersebut.
[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page
DAFTAR PUSTAKA
Mashudi, M dan Moch. Chidir Ali. Hukum Asuransi, Bandung : Penerbit Mandar Maju, 1998. Prihantoro, M. Wahyu. Aneka Produk Asuransi dan Karakteristiknya, Yogyakarta : Pnerbit Kanisius, 2000. _______. Manajemen Pemasaran dan Tata Usaha Asuransi, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2001. _______. Aneka Program Asuransi Sosial dan Penyelesaiannya, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2001. Prawoto, Agus. Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, Yogyakarta : BPFE, 1995. Purba, Radiks. Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara, Jakarta : Penerbit Djambatan, 1997. Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi Di Indonesia, Jakarta : Penerbit Intermasa, 1996 Sastrawidjaja, M. Suparman, Aspek Aspek Hukum Asuransi dan surat Berharga, Bandung : Alumni Bandung, 1997. Subekti, R dan R Tjitrosudibio. Kitab Undang Undang Hukum dagang dan Undang Undang Kepailitan, Jakarta : PT Pradnya Paramita, 2002. _______. Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Jakarta : PT Pradnya Paramita, 1974
[Surajiman – Hukum Asuransi – Untuk Pembelajaran – Tidak dipublikasikan
Page