A. Pengantar Perkembangan Industri perawatan kecantikan dan perdagangan yang pesat mengakibatkan banyak produk yang berupa barang dan jasa membanjiri pasar. Para produsen berupaya menarik perhatian konsumen dengan mempromosikan produk dan jasa dengan berbagai strategi pemasaran. Salah satu strategi pemasaran dalam menarik minat konsumen dengan mengetahui “keuntungan apa yang diharapkan oleh konsumen dari produk tersebut”. Minat membeli menurut Markin (dalam Marpaung 2003) menyatakan secara terperinci sebagai suatu aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan senang terhadap suatu objek yang diinginkan. Perasaan senang akan sesuatu yang menarik perhatiannya tersebut akan mendorongnya untuk berusaha melibatkan diri atau melakukan aktivitas tertentu terhadap objek secara wajar dan tanpa paksaan, kemudian direalisasikan dengan membelinya, proses untuk sampai pada membeli objek tersebut biasa disebut perilaku membeli. Pada penelitian ini produk yang dimaksud adalah produk kosmetika. Kosmetik memang dapat membuat wajah dan penampilan menjadi lebih cantik atau lebih menarik dengan menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan. Banyaknya produk kosmetika di pasaran sering kali membuat remaja kebingungan, produk mana yang mesti dipilih. Hal ini dikarenakan banyaknya produk kosmetika yang terbukti kandungannya berbahaya.
Menurut para ahli, remaja harus lebih selektif dalam membeli produk
kosmetika (www.equatornews.com/27/06/04). Data yang menunjukan rendahnya minat membeli terlihat dari menurunnya penjualan barang-barang konsumsi (consumer goods) akibat melemahnya daya beli
1
masyarakat, hal ini diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Hadikusumo Bros Coy Dr Enrico W. "Perekonomian kami secara umum tumbuh, bahkan pada triwulan pertama tahun ini, ekonomi Jateng tumbuh dua persen lebih. Namun, minat beli sekitar 80 persen masyarakat kita tetap rendah, sehingga penjualan consumer goods seperti kosmetik, sabun, dan sebagainya, pada masa-masa mendatang diperkirakan tetap cenderung turun," ujar pemimpin perusahaan produsen Fora Cosmetics itu (http://www.hariankompas/02) Keberadaan
produk-produk
kosmetika
yang
dilarang
BPOM
dipasaran
menyebabkan konsumen lebih selektif dalam membelinya, hal ini dikarenakan konsumen takut salah dalam mengkonsumsi produk yang ada. Seperti pengalaman Lz, Lz mengungkapkan "Saya merasa tertipu dengan bedak Meei Yung, niat untuk mempercantik diri , eh malah jerawat yang tumbuh. Buat apa kulit wajah kita putih kalau jerawat tumbuh subur di wajah," (http://www.Harianglobal.06)
Keluhan seperti ini
sangat perlu diperhatikan oleh produsen dalam memasarkan produknya. Konsumen ingin mempercantik penampilannya tetapi dengan menggunakan produk kosmetika yang aman. Hal ini penampilan diri sangat perlu diperhatikan untuk menarik minat membeli konsumen terhadap produk kosmetika. Minat membeli merupakan tahapan dalam suatu proses yang menimbulkan perilaku membeli. Minat membeli dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis (Kotler, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli juga dijelaskan dalam penelitian Priamsari (1999). Penelitiannya tentang konsep diri dengan minat membeli pakaian bermerek pada remaja golongan atas.
2
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa Sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Pada interaksi tersebut individu akan menerima tanggapan, tanggapan yang diberikan akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya. Konsep diri fisik merupakan salah satu jenis dari konsep diri, Konsep diri fisik merupakan penilaian diri secara fisik. Konsep diri dibagi menjadi tiga macam yakni konsep diri sosial, konsep diri akademik dan konsep diri fisik (Byrne dan Shavenson dalam Effendi, 2004). Dimana terkait dalam penelitian adalah konsep diri fisik yakni bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian ataupun benda-benda lain (Epstein dalam Berzonsky, 1981). Hal ini sangat mempengaruhi minat dalam membeli sebuah produk. Minat membeli remaja terhadap produk kosmetika dipengaruhi oleh konsep fisik dirinya. Remaja mempunyai konsep diri fisik yang berbeda-beda, konsep diri fisik terbentuk melalui pengalaman dari tubuh individu tersebut. Bagaimana individu menilai tubuhnya maka akan membentuk konsep diri fisiknya. Dalam penelitian Priamsari (1999), mengungkapkan bahwa kesadaran akan kondisi fisiknya akan membawa dapak positif dan negatif pada dirinya. Apabila individu merasa puas akan kondisi fisiknya maka akan membentuk konsep diri positif. Sebaliknya bila individu merasa “kurang” terhadap fisiknya maka akan mengganggu perkembangan konsep dirinya yang dapat mengakibatkan konsep diri fisiknya negatif. Salah satu usaha yang dilakukan remaja adalah menggunakan produk kosmetika. Kosmetika dianggap dapat membuat pemakainya menjadi cantik dan menarik. Grinder (anggraini 2001), mengatakan bahwa perlakuan remaja akan tubuhnya mempengaruhi
3
konsep dirinya, perubahan fisik yang tidak dapat diterima dapat menimbulkan konsep diri negatif. Konsep diri fisik yang negatif akan menyebabkan remaja mencari penilaian berdasarkan standar eksternal. Misalnya dengan menggunakan produk kosmetika sehingga munculnya minat untuk membeli produk kosmetika. Salah satu faktor yang mempengaruhi minat membeli terhadap produk kosmetika pada remaja putri adalah konsep diri (Kotler, 2003) dalam hal ini konsep diri fisiknya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri. Sehingga pertanyaan penelitian adalah “ Apakah ada hubungan konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri?”.
B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri fisik dengan minat membeli kosmetika pada remaja putri.
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, diharapkan dapat menambah kajian ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi industri, sosial dan perkembangan. 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi pandangan atau referensi kepada produsen tentang minat membeli produk kosmetika.
4
b. Memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya ataupun penelitian yang tertarik pada minat membeli produk kosmetika. Produk kosmetik merupakan alat yang digunakan secara eksternal yang merupakan bahan yang dipoleskan, disemprotkan atau digosokkan pada tubuh, sehingga dapat memberikan kesegaran, kehalusan, kelembutan, kebersihan, kecantikan dan keharuman bagi pemakainya (www.tribun-batam.com.0206/16). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat membeli produk kosmetik merupakan suatu aktivitas psikis yang muncul karena adanya ketertarikan dan keinginan untuk membeli produk kosmetika yang memberi manfaat keindahan dan kecantikan berdasarkan penilaian individu terhadap produk, harga, ketersediaan barang / distribusi, dan promosi yang dilakukan.
D. Minat Membeli Produk Kosmetik 1. Pengertian Minat Membeli Produk Kosmetik Menurut Hurlock (1978) minat merupakan aspek psikologi yang berpengaruh besar pada sikap dan perilaku. Minat merupakan suatu sikap yang membuat seseorang merasa senang terhadap sesuatu objek, situasi ataupun ide-ide tertentu. Menurut Markin (dalam Marpaung 2003) minat membeli secara terperinci sebagai suatu aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan senang terhadap suatu objek yang diinginkan. Perasaan senang akan sesuatu yang menarik perhatiannya tersebut akan mendorongnya untuk berusaha melibatkan diri atau melakukan aktivitas tertentu terhadap objek secara wajar dan tanpa paksaan, kemudian direalisasikan dengan membelinya, proses yang sudah sampai pada pembelian disebut sebagai perilaku membeli.
5
Produk kosmetik merupakan alat yang digunakan secara eksternal yang merupakan bahan yang dipoleskan, disemprotkan atau digosokkan pada tubuh, sehingga dapat memberikan kesegaran, kehalusan, kelembutan, kebersihan, kecantikan dan keharuman bagi pemakainya (www.tribun-batam.com.0206/16). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat membeli produk kosmetik merupakan suatu aktivitas psikis yang muncul karena adanya ketertarikan dan keinginan untuk membeli produk kosmetika yang memberi manfaat keindahan dan kecantikan berdasarkan penilaian individu terhadap produk, harga, ketersediaan barang / distribusi, dan promosi yang dilakukan. 2. Aspek-Aspek Minat Membeli Kotler, (1993) (dalam Priamsari, 1999) mengemukakan aspek-aspek minat membeli antara lain: a. Aspek produk, yaitu ketertarikan individu terhadap tindakan membeli suatu barang ditinjau dari segi mutu, ciri, desain, merek, dan kemasan produk. b. Aspek harga, yaitu ketertarikan individu terhadap perbandingan antara nilai yang harus dibayar dengan manfaat dan kegunaan yang akan diperoleh dalam pembelian suatu produk. c. Aspek promosi, yaitu ketertarikan individu terhadap informasi keberadaan suatu produk dan usaha yang mempengaruhi individu untuk membelinya. d. Aspek distribusi, yaitu ketertarikan individu membeli ditinjau dari kontinuitas keberadaan suatu produk dan kemudahan untuk memperolehnya.
6
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan menggunakan aspek-aspek dari Kotler, (1993) (dalam Priamsari, 1999), aspek-aspek tersebut adalah produk, harga, promosi dan distribusi. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengarui Minat Membeli Minat membeli merupakan salah satu proses dari perilaku konsumen jadi secara tidak langsung dipengaruhi beberapa faktor yakni faktor kebudayaan, Sosial, Pribadi, dan Psikologi (Kotler,2003). 1. Faktor Kebudayaan, yang terdiri dari: a. Budaya, budaya yang berbeda akan membentuk minat membeli produk yang berbeda pula. Suatu barang yang sangat diminati oleh komunitas tertentu mengkin dianggap tidak berharga sama sekali. b. Sub-kultur, banyak sub-kultur yang menjadi segmen yang penting dan para produsen sering mendesain produk dan memasarkan program tersebut berdasarkan kebutuhan mereka. c. Kelas sosial, kelas sosial tidak ditentukan berdasarkan satu faktor saja seperti besarnya pendapatan, tetapi merupakan kombinasi dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, dan lain sebagainya. 2.Faktor Sosial, terdiri dari : a. Kelompok referensi, adalah kelompok yang memberi pengaruh langsung atau tidak langsung pada sikap dan perilaku seseorang. Kelompok referensi akan mempengaruhi individu dalam 3 cara yaitu : Menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu, mempengaruhi sikap seseorang, mempengaruhi pilihan sesorang akan produk dan merek.
7
b. Keluarga, merupakan organisasi terpenting dalam masyarakat, karena interaksi dalam keluarga mempunyai pengaruh langsung dalam kehidupan sehari-hari konsumen. c. Peran dan satus, peran dan status mempengaruhi minat membeli karena individu cenderung akan memilih produk yang mencerminkan peran dan statusnya dalam masyarakat. 3. Faktor psikologis a. Motivasi, manusia mempunyai banyak kebutuhan pada waktu yang bersamaan. Beberapa diantaranya adalah kebutuhan yang berasal dari fisiologisnya, misalnya rasa lapar, haus, dan tidak nyaman. Kebutuhan lainnya yang berasal dari kondisi psikologisnya, misalnya kebutuhan untuk dikenal, kebutuhan akan harga diri, atau kebutuhan untuk memiliki. b. Pengalaman individu dalam penggunaan suatu produk akan berpengaruh pada perilaku selanjutnya terhadap produk tersebut. Pengalaman yang positif akan mendorong pengulangan pemakaian produk tersebut. c. Persepsi, yaitu proses dimana individu memilih, memutuskan, dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti mengenai dunia. Persepsi akan menentukan tanggapan individu terhadap promosi produk. d. Kepercayaan dan sikap akan mempengaruhi pandangan individu. kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang akan sesuatu, misalnya citra produk atau merek tertentu. Sikap merupakan evaluasi,
8
perasaan, dan kecenderungan seseorang yang relative konsisten terhadap suatu objek atau gagasan. 4. Faktor pribadi, terdiri dari : b. Usia, mempengaruhi selera individu dalam memilih produk baik untuk pakaian, perabotan, maupun rekreasi. c. Pekerjaan dan kondisi ekonomi dan mempengaruhi pola konsumsi individu. d. Gaya hidup, menujukan pola kehidupan individu yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya dalam interaksi dengan lingkungan. e. Kepribadian dengan konsep diri sebagai faktor utamanya. Menurut
Kotler (2003) kepribadian individu mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda yang mempengaruhi perilaku membelinya, dimana minat
membeli
merupakan salah satu tahapan dalam proses pembelian pada produk. Remaja mempunyai konsep diri yang berbeda-beda, bagaimana remaja menilai dirinya akan mempengaruhi minat membelinya. Para produsen mencoba mengembangkan produk sesuai dengan konsep diri dari target pasar, mungkin saja konsep diri aktual seseorang berbeda dari konsep diri idealnya dan dari konsep diri lainnya. Pada masa remaja individu mengalami perubahan fisik dari anak ke dewasa. Perubahan fisik yang dapat diterima menimbulkan konsep diri yang positif sebaliknya remaja yang tidak menerimanya, akan menimbulkan perasaan serba kurang (Helmi dan Ramadhani, 1992). Penolaknya terhadap kondisi ini akan mendorong remaja untuk melakukan hal-hal yang dianggap dapat menaikan konsep dirinya. Salah satu cara yang remaja lakukan adalah dengan menggunakan produk kosmetika.
9
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan secara tidak langsung faktor yang mempengaruhi minat membeli adalah faktor kebudayaan yang terdiri dari budaya, subbudaya, kelas sosial. Faktor sosial yang terdiri dari kelompok referensi, keluarga, peran dan status social. Faktor pribadi terdiri dari usia, pekerjaan dan kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dengan konsep diri sebagai faktor utamanya. Serta faktor psikologi yang terdiri dari motivasi, pengalaman, persepsi, kepercayaan dan sikap.
E. Konsep Diri Fisik 1. Pengertian Konsep Diri Fisik Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenali dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologi, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi yang mereka capai (Hurlock, 1979). Konsep diri terkait dengan konsep diri fisik yakni bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian ataupun benda-benda lain (Epstein dalam Berzonsky, 1981). Konsep diri fisik merupakan gambaran mengenai tubuh diri sendiri yang dibentuk dalam fikirannya sendiri (Schinder dalam Mardias, 2005). Menurut Byrne dan Shavenson (Effendi, 2004), konsep diri dibagi menjadi tiga macam yakni konsep diri sosial, konsep diri akademik dan konsep diri fisik. Terkait dalam penelitian ini adalah Konsep diri fisik dimana terbentuk melalui pengalaman individu berhubungan dengan pengalaman tubuhnya yang sekarang dan lalu, yang nyata maupun fantasi. Pandangan dan penilaian individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Individu yang
10
mendapat respon positif dari masyarakat terhadap dirinya secara fisik maka konsep dirinya juga positif, namun apabila individu menerima respon negatif dari masyarakat tentang dirinya maka konsep diri fisiknya terbentuk juga negatif (Mardias, 2005). Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri fisik adalah bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian ataupun benda-benda lain yang terbentuk dari pengalaman dari tubuhnya lalu dan sekarang, yang nyata maupun fatasi. 2. Aspek-aspek Konsep Diri Menurut Epstein, dkk (Berzonsky, 1981) aspek-aspek konsep diri terdiri dari : b. Aspek fisik, yaitu bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian ataupun benda-benda lain. c. Aspek sosial, yaitu bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian terhadap kinerjanya tersebut. d. Aspek moral, yaitu meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah kehidupan individu. e. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap individu tehadap dirinya sendiri. Menurut Burn (1979), mengkategirikan konsep diri menjadi enam bagian, yaitu konsep diri fisik, konsep diri sosial, konsep diri moral etik, konsep diri keluarga, konsep diri akademik. Kemudian Burn membaginya kedalam dua kutup, yaitu konsep diri positi dan konsep diri negatif. Selanjutnya menurut Byrne dan Shavenson (Effendi, 2004), konsep diri dibagi menjadi tiga macam yakni konsep diri sosial, konsep diri akademik dan konsep diri fisik.
11
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan menggunakan aspek yang terkait dengan konsep diri fisik yakni aspek fisik, karena aspek fisik merupakan salah satu indikator dari konsep diri. F. Hubungan Konsep Diri Fisik dengan Minat Membeli Produk Kosmetik pada Remaja Putri Minat membeli merupakan salah satu tahapan dalam proses membeli. Tahapan pertama dalam proses membeli adalah pengenalan masalah atau kebutuhan. Tahap selanjutnya adalah pencarian informasi berdasarkan kebutuhan tersebut, individu akan mencari informasi produk yang baik untuk dibeli. Selanjutnya evaluasi alternatif, bagaimana konsumen memproses informasi yang diperoleh seperti merek atau produk yang terbaik untuk dibeli maka muncul minat untuk membeli terhadap produk. Tahapan berikutnya adalah keputusan membeli, individu akan memutuskan produk mana yang paling disukai sehingga individu akan membelinya. Tahapan terakhir perilaku pasca pembelian, setelah membeli individu akan merasa puas atau tidak puas dengan produk yang dibeli (Kotler, 1997). Minat membeli produk kosmetik merupakan suatu aktivitas psikis yang muncul karena adanya ketertarikan dan keinginan untuk membeli produk kosmetika yang memberi manfaat keindahan dan kecantikan berdasarkan penilaian individu terhadap produk, harga, ketersediaan barang atau distribusi, dan promosi yang dilakukan. Salah satu faktor minat membeli adalah konsep diri (Kotler, 1997). Konsep diri merupakan cara individu dalam menilai, memandang dan memahami dirinya yang meliputi aspek-aspek seperti, fisik, sosial, psikis dan psikologis yang terbentuk dari pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain.
12
Minat membeli remaja terhadap produk kosmetika dipengaruhi oleh konsep diri fisiknya. Konsep diri fisik merupakan gambaran mengenai tubuh diri sendiri yang dibentuk dalam fikirannya sendiri (Schinder dalam Jersild, 1979). Remaja mempunyai konsep diri fisik yang berbeda-beda, Bagaimana individu menilai penampilan fisik dirinya maka akan membentuk konsep diri fisiknya. Remaja akan merasa bahagia apabila memiliki penampilan fisik yang ideal atau sesuai dengan apa yang diingikan. Menurut Hurlock (1973), remaja menyadari bahwa merupakan hal yang menyenangkan memiliki fisik yang menarik dan tubuh yang ideal. Selain itu menurut Sharabany (2000), penampilan fisik yang ideal merupakan hal yang paling penting bagi remaja didalam lingkunganya. Aspek fisik pada konsep diri fisik yakni bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian ataupun benda-benda lain. Berkaitan dengan aspek produk pada minat membeli yakni penilaian individu terhadap tindakan membeli suatu barang ditinjau dari segi mutu, ciri, desain, merek, dan kemasan produk. Individu yang menilai penampilannya kurang menarik maka individu akan berusaha mencari cara agar penampilannya menjadi menarik sehingga muncul ketertarikan individu untuk membeli produk kosmetika agar selalu tampil cantik dan menarik. Sehingga minat membeli terhadap produk kosmetiknya tinggi. Sebaliknya remaja yang memiliki konsep diri fisik positif akan dapat menerima penampilan fisiknya sebagaimana adanya, selain itu remaja juga memiliki konsep diri yang sehat. Menurut Hurlock (1973), konsep diri yang sehat yakni remaja yang melihat keadaan fisiknya positif maka hal ini akan memberikan kepuasan pada dirinya. kaitannya dengan minat membeli remaja yang puas dengan penampilan fisiknya kurang merespons produk
13
kosmetika yang ada sehingga minat membelinya terhadap produk kosmetika rendah. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Sinaga (2005), yaitu konsep diri fisik sebagai pola acuan perilaku yang akan menentukan responsivitas individu terhadap produk kosmetika yang ditawarkan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri. Semakin negatif konsep diri fisik akan semakin tinggi minat membeli produk kosmetika. Remaja yang memiliki penampilan fisik yang kurang menarik tidak merasa puas dengan keadaan dirinya akan muncul ketertarikan membeli produk kosmetika yang merupakan salah satu produk yang dapat membuat penampilannya cantik dan menarik. Sebaliknya semakin positif konsep dirinya maka minat membelinya rendah.
G. Hipotesis Ada hubungan negatif antara konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri. Semakin positif konsep diri fisiknya maka semakin tinggi minat membeli produk kosmetik seseorang. Sebaliknya semakin negatif konsep diri fisiknya maka semakin rendah minat membeli kosmetika.
H. Identifikasi Variabel Penelitian Variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel Tergantung
: Minat Membeli Produk Kosmetika
2. Variabel Bebas
: Konsep Diri Fisik
14
I. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Minat Membeli Produk Kosmetika Minat membeli produk kosmetik merupakan suatu aktivitas psikis yang muncul karena adanya ketertarikan dan keinginan untuk membeli produk kosmetika yang memberi manfaat keindahan dan kecantikan berdasarkan penilaian individu terhadap produk, harga, ketersediaan barang atau distribusi, dan promosi yang dilakukan. Dalam penelitian ini akan digunakan skala minat membeli produk kosmetika dengan memodifikasi skala minat membeli yang digunakan oleh Priamsari (1999). Skala tersebut berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Kotler (1993) (dalam Priamsari 1999) yakni aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. Semakin tinggi skor yang didapat subyek semakin tinggi pula minat membeli subyek terhadap produk kosmetika, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah minat membeli subyek terhadap produk kosmetika. 2. Konsep Diri Fisik Konsep diri fisik adalah bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian ataupun benda-benda lain yang terbentuk dari pengalaman dari tubuhnya lalu dan sekarang, yang nyata maupun fantasi. Penilitian ini akan menggunakan skala konsep diri fisik yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspekaspek konsep diri dari Epstein dkk (Berzonsky, 1981). Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin tinggi pula konsep diri fisik yang dimiliki subyek, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek maka semakin rendah pula konsep diri fisik yang dimiliki subyek.
15
J. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah remaja putri yang konsumen produk kosmetika usia yang diambil sebagai subyek 17-21 tahun.
K. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini akan dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data akan dilakukan menggunakan angket (kuisioner) dengan menggunakan metode skala. Skala yang akan digunakan merupakan skala-skala psikologis untuk mengungkap atribut psikologis pada variabel-variabel penelitian ini. Skala yang digunakan terdiri dari skala minat membeli produk Kosmetika dan skala konsep diri fisik.
L. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Penelitian ini validitas yang digunakan peneliti pada skala minat membeli produk kosmetik dan konsep diri fisik adalah validitas isi, validitas isi merupakan sejauhmana isi skala psikologi mencerminkan atribut yang hendak diukur sehingga diharapkan skala atau alat ukur ini menjadi lebih komprehensif dan relevan (Azwar, 1997). 2. Reliabilitas Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliable tentu tidak akan konsisten pula dari
16
waktu kewaktu (Azwar, 1999). Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila pengukuran dilakukan beberapa kali terhadap kelompok yang sama maka akan diperoleh hasil yang relatif sama juga. Reliabilitas pada skala konsep diri fisik dan minat membeli akan diuji menggunakan tehnik perhitungan Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan program SPSS 12.0 for windows. M. Metode Analisis data Metode analisis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi product moment dari Karl Pearson dengan SPSS versi 12.0 for windows untuk melihat hubungan konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetika pada remaja putri.
Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian 1. Persiapan Administrasi Dalam pengambilan data penelitian pada kos-kosan/wisma/asrama yang terdapat pada jl. Kaliurang, Yogyakarata dengan meminta ijin secara persuasif kepada pemilik ataupun orang yang dipercaya untuk mengawasi kos/asrama/wisma tersebut. Kemudian membuat surat permihonan ijin penelitian untuk skripsi yang telah disyahkan dengan nomor 453/Dek/70/Akd/VI/2007 dan ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Dosen Pembimbing skripsi pada tanggal 7 juni 2007. 1. Persiapan Alat Ukur Persiapan alat ukur disini adalah penyusunan alat ukur yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan dua jenis skala skala yaitu minat membeli produk kosmetik dan skala konsep diri fisik. Skala minat
17
membeli produk kosmetik digunakan dengan memodifikasi skala minat membeli yang digunakan oleh Priamsari (1999) dan skala konsep diri fisik yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dari Epstein (Berzonsky 1981). Sebelum Skala ini dilakukan preliminary terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengukur validitas isi dari item-item skala minat membeli produk kosmetik dan untuk mengetahui apakah item-item yang ada dapat dimengerti bahasanya oleh subyek penelitian. 2. Hasil uji coba alat ukur Hasil analisis uji coba alat ukur pada skala minat membeli terdapat 36 item yang dinyatakan sahih dan 24 item dinyatakan gugur dari 60 item yang diuji cobakan. Korelasi item total bergerak dari 0,309 sampai dengan 0,737. sedangkan item yang gugur adalah item yang korelasi item-totalnya kurang dari 0,3. Besarnya indeks reliabilitas skala minat membeli sebesar 0,930. hal tersebut menunjukkan tingkat konsistensi atau kepercayaan sebesar 93 % dan menunjukkan variasi error sebesar 7 %. Pada skala konsep diri fisik hasil analisis uji coba alat ukur diperoleh 4 item dinyatakan sahih dari 12 item yang diuji cobakan. Item yang sahih sebanyak 4 dengan korelasi item-total bergerak dari 0,374 sampai dengan 0,483 sedangkan item yang gugur adalah item yang berkorelasi item-total kurang dari 0,3. Besarnya indeks reliabilitas skala konsep diri adalah 0,662. Hal ini menunjukkan tingkat konsistensi atau kepercayaan sebesar 66,2 % dan variasi error sebesar 33,8%
Laporan Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian ini dilakukan mulai tanggal 9 sampai dengan 16 juni 2007. Peneliti mendatangi kos/wisma/asrama putri dan sudah mendapat ijin dari pemilik
18
atau orang dipercaya untuk mengawasi kos/wisma/asrama putri tersebut. Adapun kos/asrama/wisma yang dikunjungi adalah kos Condong Asri, jl. Kaliurang Km 14 gg. Gudel Yogyakarta, Wisma Ibu Siti, jl. Kaliurang Km 13,2 Besi Sleman Yogyakarta, Wisma Sanggita Purnama jl. Kaliurang Km 14 Gg Gudel Yogyakarta. Setiap kos/wisma/asrama putri yang dikunjungi, angket diberikan kepada subyek yang berusia 17-21. Pengisian skala tidak diberikan secara keseluruhan karena pada saat peneliti melakukan pengambilan data, terdapat subyek yang sedang tidak dikos/wisma/asrama. Hari berikutnya peneliti mengunjungi kos/wisma/asrama putri tersebut untuk memberikan skala pada subyek yang belum mengisi skala. Penyebaran skala dilakukan sebanyak 100 skala, setelah diskor terdapat 14 skala yang tidak dapat digunakan karena subyek menjawab lebih dari satu dan tidak menjawab penuh item-item yang disediakan. Jadi skala yang dapat digunakan adalah 86 skala.
Analisis Penelitian Skor mean hipotetik dan mean empirik dari masing-masing variabel dapat diketahui berdasarkan tabel deskripsi data penelitian. Deskripsi data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Deskripsi Hasil Penelitian Hipotetik Variabel Min Max Rerata SD Minat Membeli 36 144 90 18 Konsep Diri fisik
4
16
10
2
19
Empirik Min Max Rerata SD 43 139 91,94 15,66 9
16
12,65
1,761
Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis korelasi product moment untuk menguji hipotesis penelitian, maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi sebagai syarat analisis. Syarat yang perlu dilakukan dalam penggunaan teknik korelasi product moment adalah hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah linear, dan distribusi variabel X dan variabel Y mendekati distribusi normal. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk munguji apakah setiap variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik one sample Kolmogorov Smirnov Test pada program komputer SPSS for windows 12,0. diperoleh sebaran skor pada variabel minat membeli produk kosmetik pada remaja putri adalah normal (K-S Z = 0,797 ; p = 0,550 atau p > 0,05) dan sebaran variabel konsep diri fisik adalah normal (KS Z = 1,250 ; p = 0,088 atau p > 0,05). Karena data yang diperoleh memiliki signifikan lebih besar dari 0,05 maka data ini normal. 2. Uji Linieritas Uji linieritas ini dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri linier, sehingga dapat diketahui apakah product moment bisa digunakan atau tidak. Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12.0 yaitu untuk statistik compare mean. Variabel dikatakan linier jika p<0,05 dan hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier jika p>0,05. Variabel konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri menunjukkan bahwa F = 1,252 dan p = 0,267
20
(p>0,05). Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak linier. 3. Uji Hipotesis Hubungan antara konsep diri fisik dan minat memebeli produk kosmetik pada remaja putri semula dapat diketahui dari product moment untuk uji hipotesis. Karena hasil uji asumsi dari salah satu pada kedua variabel tersebut menunjukkan tidak linieritas maka uji hipotesis yang digunakan adalah stastistik nonparametrik (one tailed) dari Spearman yang terdapat pada program komputer SPSS versi 12.00. Hasil analisis tersebut diperoleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0.137 dengan p = 0,104 (p>0,05). Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan negatif yang signifikan antara kedua variabel penelitian. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri ditolak. Pembahasan Hasil analisis nonparametrik dari Spearman menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan antara konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetika pada remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan nilai r = 0,137 dengan p = 0,104 atau p > 0,05. sehingga hipotesis bahwa ada hubungan positif antara konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetika pada remaja putri ditolak. Menurut Kotler (2003), konsep diri salah satu faktor yang mempengaruhi mempengaruhi minat membeli. Individu akan tertarik membeli produk yang sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya. Tetapi dalam penelitian ini konsep diri terkait dengan konsep diri fisik dimana hasil analisis menunjukkan bahwa konsep diri fisik tidak
21
mempengaruhi minat membeli khususnya terhadap produk kosmetika. Remaja membeli produk kosmetik tidak berdasarkan konsep diri fisiknya, dimungkinkan terdapat faktor lain yang mempengaruhinya. Seperti dalam penelitian Tresnasari (2001), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat membeli terhadap produk kosmetika pemutih adalah citra raga. Selain itu tidak adanya hubungan antara konsep diri fisik dengan minat membeli terhadap produk kosmetika pada remaja putri dapat diketahui dari penjelasan dibawah ini. Peneliti juga menyimpulkan bahwa tidak adanya hubungan konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetik pada remaja putri ini disebabkan kemungkinan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi minat membeli. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler, (2003) bahwa minat membeli dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi, dimana konsep diri merupakan bagian dari faktor pribadi. Pada penelitian ini konsep diri fisik tidak berlaku pada minat membeli produk kosmetik pada remaja putri. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah peneliti tidak mengontrol faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi minat membeli seperti faktor kebudayaan, Sosial, Pribadi, dan Psikologi. Berarti dalam penelitian ini peneliti tidak membedakan subyek berdasarkan kebudayaannya seperti budaya yang dianut, lingkungan sosialnya serta kondisi psikologisnya. Hal tersebut juga pernah dibuktikan oleh Sari (1997) menyebutkan bahwa salah satu penyebab ditolaknya hipotesis penelitiannya mengenai hubungan antara harga diri dengan minat membeli kosmetika bermerek dikarenakan tidak mengontrol faktor lingkungan sosial subyek.
22
Kelemahan yang lain adalah terdapat pada alat ukur, dimana ungkapan item-item pada alat ukur minat membeli tidak menspesifikkan produk kosmetika yang digunakan oleh subyek, hal ini agar subyek lebih memfokuskan pada satu produk kosmetika saja.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri fisik dengan minat membeli produk kosmetika pada remaja putri. Saran Pada penelitian ini, saran-saran hanya diberikan kepada peneliti selanjutnya hal ini dikarenakan hipotesis pada penelitian ini ditolak. Adapun saran-sarannya sebagai berikut : 1. Mengingat sumbangan dari konsep diri fisk yang kecil terhadap minat membeli maka sebaiknya peneliti selanjutnya menambahkan variabel lain seperti keluarga, life style atau persepsi terhadap iklan. 2. Hendaknya dalam penyebaran angket peneliti mendampingi secara langsung, untuk memastikan angket diisi dengan benar. 3. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih mengkhususkan jenis produk kosmetik yang ada agar subyek lebih memfokuskan jenis produk kosmetik apa saja yang di minati. 4. Hendaknya ungkapan-ungkapan pada item minat membeli sebaiknya lebih memfokuskan pada salah satu jenis produk kosmetika saja.
23
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 3. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Anggraini, D. 2001. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Minat Membeli Produk Bermerek Terkenal Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas psikologi. Universitas Gadjah Mada. Berzonsky. M. D. 1981. Adolescent Development. New York: Mac Milan Publising Co.Inc Effendi, K. 2004. Hubungan Antara Konsep Diri dan Kemampuan Verbal dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas Lima Sekolah Dasar Muhammadiyah Sukonandi Yogyakarta. Humanitas: Indonesian Psychological Journal. Vol. 1 No. 1, 26-31. Equator Online Development Team. 27 juni 2004.cantik tidak harus mahal. http://www.equatornews.com Hadi, S. Statistik jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset Harian Global. 15 October 2006. Yang Cantik, yang Berbahaya. PT Paradigma Globalindo. http://www.harianglobal.com/15/10/06 Helmi, A.F dan Ramdhani, N. 1992. Hubungan Konsep Diri Dengan Kemampuan Bergaul Pada Remaja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas UGM. Hurlock. E. B. 1973. Development Psychology. New York: Mc Grow Hill Book company Hurlock. E. B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta. Erlangga Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran. Analisis Perencanaan, implementasi, dan control. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Jakarta. PT Prenhallindo. Kotler P.2003. Menejemen Pemasaran. Edisi kesebelas. Jilid 1. Terjemahan. PT Indeks Kelompok Gramedia. Mapppiare.A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya. Usaha Nasional. Mardias, Y. 2005. Hubungan Antara Citra Raga Dengan Sikap Berjilbab. Inti Sari. (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi UII.
24
Marpaung. F.S. 2005. Kepercayaan konsumen Terhadap Kualitas dan Minat Membeli makanan Ditinjau dari Pencantuman Label Layanan Konsumen pada Kemasan. Inti Sari (tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada. Priamsari.D. 1999. Konsep diri dan Minat Membeli Busana Bemerek pada Remaja Golongan Atas. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas psikologi. Universitas Gadjah Mada. Sari I. N. 1997. Hubungan antara Harga Diri Remaja Putri Dengan Minat Membeli Kosmetika Bermerek. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada. Sharabay, 2000. Physical Appearance and intimate Friendship in Adolescence, Review, ISSN.1548-6613. USA. Volume2, No:6. Serial No:7. Sinaga, J. P. 2005. Hubungan Kepercayaan Diri dengan Minat Membeli Produk Parfum Bermerek Terkenal pada Remaja. Inti Sari (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada. Tresnasari.T, 2001. Hubungan Citra Raga dan Minat Membeli Kosmetika Pemutih Pada Remaja Putri. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada.
25